3 Materi INVESTASI PADA PASAR MODAL SYAR
MAKALAH MANAJEMEN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
KELOMPOK 2
KELAS B
SERVIN RURA 2013111110
DIANAN SUSILO PUTRI 2013111109
SRI WAHYUNI 2014111104
AHMAD YUSRON 2013111108
ARIADI 2013111102
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH SAMARINDA 2015 KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok Semester V (lima) mata kuliah Manajemen Bank dan Lembaga Keuangan Syariah dengan tepat waktu.
Besar harapan kami semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar baik buat kami maupun orang lain. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen pengajar Manajemen Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Semester V (lima) atas bimbingan dan arahan beliau, kepada teman-teman dan pihak-pihak yang turut membantu untuk terciptannya makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan, karena itu sangat di harapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi perbaikan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini sebagai referensi.
Samarinda, 18-November-2015
Penulis,
( Kelompok 2 )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ...... 1
DAFTAR ISI................................................................................................ .................... 2
BAB I INVESTASI PADA PASAR MODAL SYARIAH
-
Latar Belakang............................................................................................................ 3
-
Pengertian Investasi Syariah....................................................................................... 3
-
Kategori Investor........................................................................................................ 4
-
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Investasi......................................................... 5
-
Bentuk-bentuk Investasi Syariah................................................................................ 5
-
Instrumen Pasar Modal Syariah.................................................................................. 7
-
Jenis Investasi Berdasarkan Syariah........................................................................... 9
-
Spekulasi di Pasar Modal............................................................................................ 9
BAB II JASA‐JASA PERBANKAN
-
Pengertian Jasa Bank.................................................................................................. 11
-
Transaksi Ekspor – Impor dengan Letter of Credit (L/C).................................... ...... 11
-
Bank Garansi........................................................................................................ ...... 11
-
Inkaso................................................................................................................... ...... 12
-
Kliring.................................................................................................................. ...... 12
-
Tranfer.................................................................................................................. ...... 13
-
Safe Deposit Box........................................................................................................ 13
-
Rupiah Traveller’s Check........................................................................................... 13
BAB III ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA ( A P I )
-
Pendahuluan................................................................................................................ 14
-
Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia............................................................... 14
-
Tantangan Perbankan di Masa Depan......................................................................... 15
-
Visi Baru Perbankan....................................................................................................17
-
Program Kegiatan API................................................................................................ 17
-
Rekomendasi Kebijakan............................................................................................. 19
-
Tahap - tahap Implementasi (API).............................................................................. 25
-
Konsolidasi Perbankan............................................................................................... 25
-
Dampak API bagi Perbankan Nasional....................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
INVESTASI PADA PASAR MODAL SYARIAH
A. Latar Belakang
Dalam konteks investasi syariah di pasar modal, pemahaman akan pengendalian risiko dan return saja tidak cukup, hal lain yang tak kalah penting untuk dipahami adalah pengenalan akan sekuritas-sekuritas mana yang selaras dengan syariah Islam. Dari banyak jenis sekuritas yang ada, beberapa di antaranya telah memperoleh pengakuan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) atas kesyariahannya.
Yang dikehendaki dari pengenalan prinsip-prinsip keuangan Islami tersebut, terutama tentang bentuk-bentuk kontraknya, adalah baik investor maupun para akademisi nantinya dapat kritis menilai setiap sekuritas yang tersedia, serta tetap konsisten menggunakan sekuritas, reksa dana yang selaras dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, mereka tidak akan menjadi naif, menolak seluruh sekuritas yang ada dengan anggapan sama sekali bertentangan dengan syariah Islam. Tidak lantas pula menerima begitu saja modifikasi-modifikasi yang dilakukan tanpa telah yang dalam secara substansif (Achsien, hal.59, 2003).
B. Pengertian Investasi Syariah
Investasi merupakan salah satu penggunaan kekayaan yang dimiliki seseorang. Dalam tindakan investasi, pertama-tama harus dirumuskan dahulu tujuan melakukan investasi. Tujuan utama melakukan investasi bukan untuk menambah harta kekayaan yang dimiliki, tetapi untuk mendekat kepada Tuhan.
Dalam membahas konsep investasi syariah, yaitu konsep investasi yang sesuai dengan kaidah aturan agama Islam, maka perlu memperhatikan aspek-aspek yang menjadi bahan penentu aktivitas investasi, aspek-aspek normatif yang menjadi pemicu adanya investasi, yaitu aspek konsep kekayaan dan aspek penggunaan kekayaan.
Dalam konsep kekayaan, yang perlu diperhatikan adalah aspek kepemilikan dan tambahan kepemilikan. Konsep kekayaan dalam Islam meliputi dua hal yaitu jumlah kekayaan yang dimiliki dan jumlah kekayaan yang dinikmati atau kekayaan riil, di mana keduanya harus dipertanggung jawabkan kepada Allah swt. Sedangkan tambahan kekayaan adalah bertambahnya jumlah kekayaan seseorang dalam kurun waktu tertentu.
Dalam konteks investasi di pasar modal syariah, seorang investor muslim harus berbekal dan mematuhi pada norma dan etika investasi yang sesuai dengan prinsip syariah atau dengan kata lain tidak melanggar apa yang telah digariskan oleh Allah swt. Hal tersebut dimaksudkan agar investasi yang dilakukan di pasar modal syariah mendapatkan manfaat dan keberkahan.
Investasi dalam persepektif Islam hanya dapat dilakukan pada instrumen yang sesuai dengan syariah Islam dan tidak mengandung riba. Investasi juga hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh pihak (emiten) yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentang dengan syariah Islam. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam adalah usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; usaha keuangan konvensional (termasuk perbankan dan asuransi konvensional); usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram; dan usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Selain memperhatikan emiten, harus diperhatikan pula jenis-jenis transaksi investasi dikarenakan ada beberapa jenis transaksi yang dilarang. Pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian (prudential management) serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah.
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam transaksi syariah adalah sebagai berikut :
-
Adanya kebebasan membuat kontrak berdasarkan kesepakatan bersama dan kewajiban memenuhi akad (‘aqd);
-
Adanya pelarangan dan penghindaran terhadap riba (bunga), maysir (judi) dan gharar (ketidakjelasan);
-
Adanya etika (akhlak) dalam melakukan transaksi;
-
Dokumentasi (perjanjian/akad tertulis) dalam transaksi;
Sedangkan Tujuan investasi syariah adalah mendapat sejumlah pendapatan keuntungan. Dalam konteks perekonomian, menurut Tandelilin (2001) ada beberapa motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :
-
Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak merupakan keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut di masa depan selalu akan di lakukan.
-
Mengurangi tekanan inflasi
-
Sebagai usaha untuk menghemat pajak
C. Kategori Investor
Para investor dalam dunia pasar modal memiliki preferensi (trend) serta karakter yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan inilah seorang menejer investasi diharuskan memahami dan menganalisis tipikal serta perilaku para investor dalam aktivitas investasi.
Secara garis besar tipikal investor terbagi menjadi 2 (dua) macam, tipikal yang berani mengambil risiko (nonrisk taker) dan mereka yang tidak berani mengambil risiko (nonrisk taker). Risk taker terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
-
Mereka yang berani mengambil resiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relatif tinggi (high risk high return).
-
Mereka yang cukup berani risiko yang moderat dengan imbal hasil yang juga moderat ( medium risk medium return).
-
Mereka yang hanya berani mengambil resiko dalam tingkat yang relatif rendah (low risk low return).
D. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Investasi
Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi syariah (pihak terkait) adalah :
-
Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
-
Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
-
Keadilan pendistribusian kemakmuran.
-
Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
-
Tidak ada unsur riba, maysir dan gharar (ketidakjelasan).
E. Bentuk-bentuk Investasi Syariah
1. Deposito Syariah
Kedua belah pihak yang mengadakan kontrak antara pemilik dana dan mudharib akan menentukan kapasitas baik sebagai nasabah maupun pemilik. Di dalam akad tercantum pernyataan yang harus dilakukan kedua belah pihak yang mengadakan kontrak dengan ketentuan sebagai berikut :
-
Di dalam perjanjian tersebut harus dinyatakan secara tersurat maupun tersirat mengenai tujuan kontrak.
-
Penawaran dan penerimaan harus disepakati kedua belah pihak di dalam kontrak tersebut.
-
Maksud penawaran dan penerimaan merupakan suatu kesatuan informasi yang sama penjelasannya.perjanjian bisa saja berlangsung melalui proposal tertulis dan langsung ditandatangani.
-
Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudharib untuk diinvestasikan (dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah.
Adapun Syarat yang tercakup dalam modal adalah sebagai berikut :
-
Jumlah modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya.
-
Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk aset menurut Jumhur Ulama Fiqh diperbolehkan, asalkan berbentuk barang niaga dan mempunyai nilai atau historinya pada saat mengadakan kontrak. Bila aset tersebut berbentuk non-kas yang siap dimanfaatkan, seperti pesawat dan kapal, menurut Madzab Hanbali diperbolehkan sebagai modal mudharabah asalkan mudharib tetap menginvestasikan semua modal tersebut dan berbagi hasil dengan pemilik dana dalam pendapatan dari investasi dan pada akhir jangka waktu.
-
Modal harus tersedia dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk piutang.
-
Modal mudharabah langsung dibayar kepada mudharib. Beberapa Fuqaha berbeda pendapat mengenai cara realisasi pencarian dana, yaitu dibayar langsung dengan cara lain dilaksanakan dengan memungkinkan mudharib untuk memperoleh manfaat dari modal tersebut bagaimanapun cara akuisisinya. Sesuai dengan pendapat kedua, pengadaan kontrak dapat dilaksanakan untuk keseluruhan modal dan pembayarannya kepada mudharib dapat dibuat dalam beberapa angsuran.
Jenis usaha/pekerjaan diharapkan mewakili/menggambarkan adanya kontribusi mudaharib dalam usahanya untuk mengembalikan/membayar modal kepada penyedia dana. Jenis pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan masalah manajemen dari pembiayaan mudharabah itu sendiri. Di bawah ini merupakan syarat-syarat yang harus diterapkan dalam usaha mudharabah adalah sebagai berikut :
-
Bentuk pekerjaan/usaha. Merupakan hak khusus mudharib tidak ada intervensi manajemen dari pemilik dana, meskipun demikian menurut Madzab Hambali membolehkan adanya peran serta/partisipasi pemilik dana dalam pekerjaan/usaha tersebut.
-
Penyedia dana tidak harus boleh membatasi kegiatan mudharib sperti melarang mudharib agar tidak sukses dalam pencarian laba.
-
Mudharib tidak boleh melanggar hukum islam dalam usahanya dan juga harus mematuhi praktik-praktik usaha yang berlaku.
-
Mudharib harus mematuhi syarat-syarat yang diajukan pemilik dana asalkan syarat-syarat tersebut tidak bertentangan kontrak mudharabah tersebut.
-
Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan pemilik dana, sehingga tidak dapat ditarik sewaktu-waktu. Penarikan dana mudharabah hanya dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang disepakati (periode yang telah ditentukan). Penarikan dana yang dilakukan setiap saat akan membawa dampak berkurangnya pembagian hasil usaha oleh nasabah yang menginvestasikan dananya.
2. Pasar Modal Syariah
Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual (emiten) dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal, sehingga mereka berusaha untuk menjual efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal diperusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek, dan di Indonesia dewasa ini ada dua buah bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu bagi emiten sangat menguntungkan mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang bersifat kepemilikan maupun yang bersifat hutang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan, jangka waktunya lebih panjang jika dibandingkan dengan yang bersifat hutang.
F. Instrumen Pasar Modal Syariah
1. Saham Syariah
Menurut Dewan Syariah Nasioanal (DSN), saham adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Bagi perusahaan yang modalnya diperoleh dari saham merupakan modal sendiri. Dalam struktur permodalan khususnya untuk perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT), pembagian modal menurut undang-undang terdiri :
-
Modal dasar, yaitu modal pertama sekali perusahaan didirikan.
-
Modal ditempatkan, maksudnya modal yang sudah dijual dan besarnya 25% dari modal dasar.
-
Modal disetor, merupakan modal yang benar-benar telah disetor yaitu sebesar 50% dari modal yang telah ditempatkan.
-
Saham dalam portepel yaitu modal yang masih dalam bentuk saham yang belum dijual atau modal dasar dikurangi modal ditempatkan.
-
Prinsip Dasar Saham Syariah
-
Bersifat musyarakah jika ditawarkan secara terbatas.
-
Bersifat mudharabah jika ditawarkan kepada publik.
-
Tidak boleh ada pembeda jenis saham, karena risiko harus ditanggung oleh semua pihak.
-
Prinsip bagi hasil laba-rugi.
-
Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi.
-
Jenis-jenis Saham
-
Saham biasa, adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi karena pemilik saham biasa ini tidak memiliki hak-hak istimewa. Pemilik saham biasa juga tidak akan memperoleh pembayaran dividen selama perusahaan tidak memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dengan ketentuan one share one vote. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.
-
Saham preferent, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal, yaitu: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu Akan tetapi saham preferen mempunyai kelemahan yaitu sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.
2. Obligasi Syariah
Perihal obligasi syariah sendiri, sebenarnya telah ada fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah dan fatwa No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. Keduanya, dikeluarkan pada waktu bersamaan, 14 September lalu.
Obligasi atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji lainya serta pelunasan pokok penjamin yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo.
Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
-
Jenis-jenis Obligasi
-
Obligasi Mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.
-
Obligasi Ijarah. Dengan akad Ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.
3. Reksadana Syariah
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Sedangkan reksadana syariah adalah reksadana yang beroperesi menurut ketentuan dalam prinsip syariah, baik dalam bentuk akad, pengelolaan dana dan penggunaan dana. Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalain pengusaha, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Dalam hal transaksi jual beli, saham-saham dalam reksadana syariah dapat diperjual belikan. Saham-saham dalam reksadana syariah merupakan yang harta yang dibolehkan untuk diperjual belikan dalam syariah.
G. Jenis Investasi Berdasarkan Syariah
1. Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)
Tabungan bagi hasil adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama.
Contoh perhitungan bagi hasil:
Saldo rata-rata Bapa Huda bulan November 2004 sebesar Rp 1 juta sedangkan saldo rata-rata tabungan seluruh nasabah Bank Syariah pada bulan tersebut sebesar Rp 50 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar 50:50 dan pendapatan bank yang dibagihasilkan untuk tabungan sebesar Rp 1 juta maka bagi hasil yang didapatkan oleh Bapa Huda adalah sebesar: (Rp 1 juta : Rp 50 juta X Rp 1 juta X 50% = Rp 10.000,00.
Sehingga Bapa Huda akan menerima bagi hasil sebesar Rp. 10 ribu rupiah dalam bulan November 2004 atas tabungan saldo rata-rata sebesar Rp. 1 juta. Berbeda dengan bank konvensional yang pendapatan bunganya tetap sepanjang tidak ada perubahan. Bagi hasil yang didapatkan dari bank syariah dapat berubah setiap bulan, tergantung pendapatan bagi hasil yang diterima bank syariah dari para peminjam.
2. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah)
Deposito Bagi Hasil merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan. Produk ini menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dengan prinsip ini bank akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati bersama sebelumnya.
Contoh ilustrasi perhitungan bagi hasil :
Saldo rata-rata Bapa Huda bulan November 2004 sebesar Rp 10 juta sedangkan saldo rata-rata deposito seluruh nasabah bank syariah pada bulan tersebut sebesar Rp 500 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar 65:35 dan pendapatan bank syariah yang dibagihasilkan untuk deposito sebesar Rp 10 juta maka bagi hasil yang didapatkan oleh Bapa Huda adalah: (Rp 10 juta : Rp 500 juta X Rp 10 juta X 65% = Rp 130.000,00.
H. Spekulasi di Pasar Modal
Kegiatan spekulasi tidak berbeda dengan kegiatan mengambil resiko (risk taking action) yang biasa di lakukan oleh pelaku bisnis atau investor. Ada yang membedakan spekulan dengan pelaku bisnis (investor) dari derajat ketidak pastian yang di hadapinya. Spekulan berani menghadapi sesuatu yang derajat ketidak pastian tinggi tanpa perhitungan, sedangkan pelaku bisnis (investor) senantiasa menghitung-hitung risiko dengan return yang diterimanya. Spekulan adalah game of change sedangkan bisnis game of skill.
Ada beberapa kendala untuk mengembangkan pasar modal syariah, kendala-kendala tersebut antara lain :
-
Belum ada ketentuan yang menjadi legitimasi pasar modal syariah dari Bapepam atau pemerintah, misalnya undang-undang. Perkembangan Keberadaan pasar modal syariah saat ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang diberikan Bapepam dan pemerintah lebih tergantung dari permintaan pelaku pasar yang menginginkan keberadaan pasar modal syariah.
-
Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai sebuah wacana di mana banyak bicara tentang bagaimana pasar yang di syariahkan. Dimana selama ini praktik pasar modal tidak bisa di pisahkan dari riba, maysir, dan gharar, dan bagaimana memisahkan ketiganya dari pasar modal.
BAB II
JASA - JASA PERBANKAN
A. Pengertian Jasa Bank
Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan, sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta sebagi lembaga yang memberikan jaminan kepada nasabahnya
B. Transaksi Ekspor – Impor dengan Letter of Credit (L/C)
1. Pengertian L/C (Letter of Credit)
surat kredit berdokumen janji tertulis yang diterbitkan oleh issuing bank atas dasar permohonan tertulis aplicant atau dirinya sendiri kepada beneficiary untuk membayar atau mengaksep draft, mengizinkan bank lain untuk membayar atau mengaksep atau mengambil alih draft, apabila dokumen yang diserahkan oleh beneficiary sesuai dengan syarat dan kondisi janji tertulis yang diterbitkan oleh issuing bank (letter of kredit).(Kamus Perbankkan - BI)
2. Proses dan langkah‐langkah L/C :
-
Negosiasi jual beli
-
Pembeli mengajukan LC
-
Bank memeriksa pengajuan LC nasabah
-
Apabila bank setuju, nasabah wajib setor jaminan
-
LC ditujukan kepada bank penerus
-
Advising Bank meneruskan LC ke produsen
-
Produsen mengirim barang
-
Produsen menyerahkan dokumen pengiriman barang kepada advising bank
-
Advising bank tidak langsung memberikan pembayaran, sebagai bank penerus selanjutnya meneruskan penagihan kepada Issuing bank.
-
Issuing bank meneliti keabsahan dokumen dan kesesuaiannya dengan isi perjanjian
-
Setelah dinyatakan sah maka issuing bank melakukan pembayaran melalui advising bank.
-
Advising bank meneruskan pembayaran kepada produsen
-
Issuing bank menagih kewajiban pembayaran pembelian barang kepada buyers
-
14. Buyers membayar tagihan kepada issuing bank.
C. Bank Garansi
1. Pengertian Bank Garansi
Bank Garansi adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank kepada nasabah, yang mengakibatkan bank akan membayar kepada pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin (dalam hal ini adalah nasabah yang bersangkutan) cidera janji (wan prestasi).
2. Proses bank garansi :
-
Negosiasi awal antara produsen dan buyers.
-
Buyers mengajukan permohonan bank garansi ke Bank.
-
Bank mengadakan analisis terhadap permohonan tersebut. Analisis lengkap mengenai kemampuan dan kemauan buyers seperti permohonan kredit biasa.
-
Apabila analisis bank menghasilkan keputusan menyetujui permohonan bank garansi, maka bank mengadakan perjanjian penerbitan bank garansi dengan buyers. Perjanjian tersebut mencantumkan juga persyaratan mengenai
-
Nilai bank garansi : nilai bank garansi tidak harus sama dengan nilai jual beli; bisa lebih kecil atau lebih besar, tergantung pada kesepakatan antara buyers, produsen, dan bank. Dalam kasus ini diandaikan nilainya : Rp 100.000.000
-
Setoran jaminan : Buyers wajib menyerahkan sejumlah uang sebagai jaminan untuk menunjukkan komitmen tidak akan melakukan cidera janji. Setoran jaminan ini besarnya sekitar 10% dari nilai bank garansi atau sebesar Rp 10.000.000.
-
Agunan tambahan : risiko yang ditanggung bank diantisipasi juga dengan penyerahan agunan tambahan oleh pemohon bank garansi.
-
Provisi/komisi : biaya penerbitan bank garansi yang harus dibayar oleh pemohon sebelum penerbitan.
-
Bank garansi diterbitkan dan diserahkan kepada Produsen.
-
Perjanjian direalisasikan dan penjual mengirim barang ke pembeli.
D. Inkaso
Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh nasabah (baik perusahaan maupun perorangan) untuk melakukan penagihan terhadap surat-surat berharga (baik yang berdokumen maupun yang tidak berdokumen) yang harus dibayar setelah pihak yang bersangkutan (pembayar atau tertarik) berada ditempat lain (dalam atau luar negeri) menyetujui pembayarannya.
D. Kliring
1. Pengertian Kliring
Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing)
2. Lembaga Kliring
Bank Indonesia selaku bank sentral membentuk lembaga yang berfungsi sebagai pelaksanan penyelesaian utang piutang antar bank, lembaga tersebut dinamakan lembaga kliring. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, lembaga kliring ini mengemban tujuan, yaitu mengatur, memajukan, memperluas, dan memperlancar arus lalu lintas pembayaran giral antar bank guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank.
3. Bank Penyelenggara Kliring
Dalam hal ini adalah ditempat-tempat tertentu dimana tidak terdapat kantor Bank Indonesia, pengganti penyelenggara lembaga kliring ini diserahkan kepada bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia atau ditempuh dengan cara yang disepakati oleh beberapa bank ditempat tersebut.
4. Jenis Kliring
Di dalam industri perbankan dikenal tiga jenis kliring, yaitu :
a. Kliring Lokal
Kliring antar bank peserta kliring di suatu wilayah tertentu
b. Kliring Devisa
Perjanjian bilateral untuk menyelesaikan perhitungan utang piutang melalui bank sentral negara masing-masing
F. Tranfer
kiriman uang yang diterima bank termasuk hasil inkaso yang ditagih melalui bank tersebut yang akan diteruskan kepada bank lain untuk dibayarkan kepada nasabah (transfer)
F. Safe Deposit Box
Safe Deposit Box atau kotak simpan aman fasilitas pengaman barang berharga dalam bentuk kotak yang disediakan oleh suatu bank untuk kepentingan nasabahnya; kotak tersebut hanya dapat dibuka oleh bank dan nasabah secara bersama-sama.
F. Rupiah Traveller’s Check
Traveller’s Check adalah kertas berharga dalam mata uang yang dikeluarkan oleh suatu bank, dimana bank tersebut akan membayarkan sejumlah uang yang tertera didalamnya kepada orang yang tanda tangannya tertera pada Traveller’s Check tersebut.
Karena Traveller’s Check sangat mudah dibawa kemana-mana, pemilik uang tidak perlu membawa uang tunai dalam perjalanan. Untuk menguangkannya pemili Traveller’s Check harus dapat menunjukkan KTP; SIM, dan atau Paspornya. Dengan demikian keamanannyapun terjamin. Traveller’s Check ini biasanya dipergunakan oleh para pelancong.
BAB III
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA ( A P I )
A. Pendahuluan
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut.
Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan dengan memperhatikan masukan‐masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program‐program kegiatan yang tercantum dalam API. Penyempurnaan program‐program kegiatan API tersebut tidak terlepas pula dari perkembanganperkembangan yang terjadi pada perekonomian nasional maupun internasional. Penyempurnaan terhadap program‐program API tersebut antara lain mencakup strategi‐strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah, BPR, dan UMKM ke depan sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait Bank umum dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta pengembangan UMKM.
B. Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia
Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di muka, maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu :
-
Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yangmampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
-
Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional.
-
Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki dayasaing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
-
Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional.
-
Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat.
-
Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan. Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam Pilar yang saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API. Enam Pilar API tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
C. Tantangan Perbankan di Masa Depan
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan‐tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangantantangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya. Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi.
2. Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan Indonesia). Namun demikian bankbank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, bank‐bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relative sama dengan bank‐bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan corporate governance yang relatif lebih terbatas. Demikian pula, dibandingkan dengan negara‐negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapatmenimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar.
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktek penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM sudah mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relative rendah. Selain itu, meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respons yang memadai dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin penting mengingat masyarakat pengguna jasa keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses perbankan yang semakin tinggi.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip‐prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law‐enforcement pengawasan yang belum efektif. Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana teknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus menerus oleh Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun kapabilitas perbankan secara umum masih di bawah international best practices. Demikian pula kemampuan bank dalam me‐respon meningkatnya risiko operasional masih perlu terus diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap prinsip‐prinsip prudensial.
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank‐bank. Margin yang diperoleh bank‐bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak sustainable‐nya profitibilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara‐negara lain.
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama‐sama menciptakan standarstandar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Di samping itu, edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan.
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risikorisiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi. Disamping itu, persaingan industri perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat sehingga bank‐bank nasional harus mampu beroperasi secara lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi.
-
Visi Baru Perbankan
-
Program Kegiatan API
Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan, serta mengacu kepada tantangan‐tantangan yang dihadapi perbankan, maka ke‐enam pilar API sebagaimana diuraikan di depan akan dilaksanakan melalui beberapa program kegiatan sebagai berikut:
1. Program penguatan struktur perbankan nasional
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum (konvensional dan syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya peningkatan modal bank‐bank tersebut dapat dilakukan dengan membuat business plan yang memuat target waktu, cara dan tahap pencapaian. Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui :
-
Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru;
-
Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai persyaratan modal minimum baru;
-
Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;
-
Penerbitan subordinated loan
Dengan demikian dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya :
-
2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp50 triliun;
-
3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun;
-
30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank‐bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun;
-
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar. Secara keseluruhan, struktur perbankan Indonesia dalam kurun waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan diharapkan akan terbentuk sebagaimana digambarkan sebagai berikut :
2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta memenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international best practices. Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar dengan negara‐negara lain dalam penerapan international best practices termasuk 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyusunan kebijakan perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun ke depan Bank Indonesia telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif yang telah melibatkan pihakpihak terkait dalam proses penyusunannya.
3. Program peningkatan fungsi pengawasan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke depan diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain.
4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance (GCG), kualitas manajemen risiko dan kemampuan operasional manajemen. Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan operasional (termasuk manajemen risiko) yang handal diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan kondisi internal perbankan nasional menjadi semakin kuat.
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit. Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam publicly‐traded debt yang dimiliki bank akan meningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke depan diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi.
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program‐program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada system.
F. Rekomendasi Kebijakan
Program-progam kegiatan API akan dijabarkan kedalam 19 rekomendasi kebijakan yang bersifat komprehensif dan mencakup semua aspek perbankan dari keenam pilar API.
1. Memperkuat Permodalan Bank
Meningkatkan permodalan bank umum menjadi minimum sebesar Rp 100 miliar dalam jangka waktu panjang, yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas industri perbankan itu sendiri mengingat modal merupakan proxy dari kemampuan bank untuk mengelola usaha maupun risikonya. Dengan modal yang kuat, bank-bank akan dimungkinkan untuk memiliki system informasi yanglebih baik sehingga mampu beroperasi dengan lebih efisien. Persyaratan untuk memiliki modal minimum Rp 100 miliar tersebut hanya diperuntukkan bagi bank-bank umum yang sudah beroperasi saat ini dan bukan ditujukan pada pendirian bank baru karena persyaratan modal untuk pendirian bank umum baru tetap memakai persyaratan yang sudah ada.
2. Memperkuat Daya Saing BPR
BPR sebagai bagian dari industri perbankan nasional telah memberikan andil yang cukup besar untuk perekonomian nasional. Cakupan kegiatan usaha BPR yang lebih banyak terfokus untuk UMKM harus diberikan kesempatan yang lebih besar lagi untuk melayani kelompok masyarakat kecil dan menengah tersebut. Daya saing untuk BPR itu sendiri harus diperkuat sehingga BPR tidak hanya mampu untuk bersaing denga BPR lainnya, melainkan juga mampu untuk bersaing dengan bank-bank umum dalam hal pemberian kredit untuk UMKM.
3. Meningkatkan Akses Kredit
Perbankan memiliki peranan yang sangat besar dalam membantu pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, upaya yang bertujuan untuk meningkatkan peranan pembiayaan dari sektor perbankan ke sector riil harus dipertahankan secara berkesinambungan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan meningkatkan asas kredit perbankan untuk sektor-sektor tertentu yang dirasa masik memerlukan pembiayaan usaha yang cukup besar, misalnya pertanian, perikanan, kelautan, dan sebagainya. Kegiatan tersebut perlu dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi pada sektorsektor usaha tertentu sehingga usaha tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Upaya lain yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia untuk meningkatkan akses kredit perbankan ke sector riil adalah dengan memfasilitasi bembentukan skim penjaminan kredit. Dari sisi mikro skim, penjaminan kredit ini sangat diperlukan oleh perbankan mauoun debitur untuk mecover kerugian yang akan muncuk sebagai akibat debitur tidak mampu lagi melaksanakan kewajiban pembiayaan kepada bank. Sementara itu dari aspek mikro, tersedianya skim penjaminan kredit tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan akses kredit perbankan sehingga dapat mendorong pertumbuhan kegiatan usaha pada sector-sektor ekonomi secara keseluruhan
4. Memformalkan Proses Sindikasi dalam Membuat Kebijakan Perbankan
Untuk menciptakan system pengaturan perbankan yang efektif, Bank Indonesia akan memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankan sehingga segala kebijakan dan pengaturan perbankan yang nantinya akan benar-benar mengakomodasi dan memperhatikan segala macam kepentingan. Proses sindikasi tersebut akan melibatkan pendapat dan masukan pihak-pihak lain yang terlibat dengan perbankan, baik itu di dalam maupun di luar negeri.
5. Implementasi Secara Bertahap 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision
Peraturan perbankan yang modern dan efektif merupakan salah satu syarat yang mendasar yang harus dipenuhi guna menciptakan system perbankan yang sehat dan stabil. Untuk itu Bank Indonesia akan terus memperkuat pengaturan perbankan nasional sejalan dengan perkembangan yang terjadi di dunia internasional. Bank Indonesia secara bertahap mengimplementasikan 25 Basel Core Prinsiple for Effektive Banking Supervision bagi industri perbankan nasional. Pelaksanaan implementasi tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemapuan perbankan nasional dari waktu ke waktu sehingga tidak menganggu kinerja bank‐bank.
6. Meningkatkan Koordinasi Antarlembaga Pengawas
Ruang lingkup kegiatan operasional bank yang semakin luas dan kompleks menyebabkan upaya pengawasan terhadap kegiatan operasional juga semakin meningkat. Bank sebagai lembaga keuangan saat ini tidak hanya menjual jasa perbankan konvensional, malainkan juga menyediakan produk dan jasa keuangan lainnya yang sebelumnya dilakukan oleh lembaga keuangan diluar perbankan. Dengan demikian menyatukan produk dan jasa perbankan dengan produk dan jasa lembaga keuangan bukan bank lainnya, risiko yang dihadapi bank menjadi semakin besar dan kompleks. Dalam kontek inilah pengawasan lembaga perbankan tidak cukup dilakukan oleh Bank Indonesia saja, melainkan juga perlu dukungan dari otoritas lembaga keuangan lainnya. Kerjasama dengan otoritas pengawas lembaga keuangan lainnya tersebut sangat diperlukan dalam segala bentuk dan tingkat dalam rangka mendukung terciptanya industry perbankan uang sehat dan stabil.
6. Melakukan Konsolidasi Sektor Perbankan Bank Indonesia
Tugas pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan perbankan yang juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kegiatan usaha bank yang semakin bervariasi dan komplek memerlukan organisasi-organisasi pengawasan di Bank Indonesia. Untuk itulah Bank Indonesia akan melakukan konsolidasi intern dengan menyempurnakan struktur organisasi pengawasan di Bank Indonesia agar fungsi pengawasan perbankan dapat dilakukan secara independen dan lebih efisien. Penyempurnaan organisasi pengawasan tersebut sekaligus akan menciptakan organisasi pengawasan yang bersifat dedicate team sehingga tugas-tugas pengawasan dan pemeriksaan yang terjadi pada saat ini bisa diidentifikasi dan diselesaikan dengan lebih cepat. Penyempurnaan organisasi pengawasan di Bank Indonesia juga bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi enforcement terhadap semua ketentuan dan kebijakan perbankan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
6. Meningkatkan Kompetensi Pemeriksa