PRA PROPOSAL PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
0
PRA PROPOSAL
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SD
NEGERI 1 KAPUNG KECAMATAN TANGGUNGHARJO
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 205/2016
oleh :
Wisnu Wijayanto
NIM 942015017
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN-FKIP
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual
individual maupun sosial (Sagala, 2006 : 1). Upaya sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan siswa tersebut dapat diselenggarakan dalam berbagai
bentuk. Ada yang diselenggarakan secara sengaja, terencana, terarah dan sistematis
seperti pada pendidikan formal, ada yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi
tidak terencana dan tidak sistematis seperti yang terjadi di lingkungan keluarga
(pendidikan informal), dan ada yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana, di
luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan
non formal.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah
berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.
Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola
hubungan
sekolah
dengan
lingkungannya
dan
dengan
pemerintah,
pola
pengembangan perencanaan, serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan
guru dan restrukturisasi model model pembelajaran.
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor
kurikulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya. Pembaharuan kurikulum
akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh
kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut.
Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas tugas yang
harus dilaksanakannya. Hal itu berarti bahwa guru sebagai pelaksana kegiatan
pembelajaran menjadi kunci atas keterlaksanaan kurikulum di sekolah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan
Nasional,
pasal
3,
pendidikan
berfungsi
dan
bertujuan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
2
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Pada level ujung tombak pendidikan, yaitu pada proses pembelajaran oleh
guru di kelas, betapapun administrasinya tidak serumit oraganisasi yang melibatkan
banyak personal, fungsi-fungsi administrasi yang disebutkan Henry Fayol tersebut
sebaiknya tetap ada, sebab tanpa itu pencapaian tujuan pembelajaran akan susah
dicapai. Dalam kaitannnya dengan fungsi-fungsi administrasi ini, lebih spesifik dalam
hal proses belajar mengajar, Gage dan Berliner dalam Makmun (2005 : 23)
mengemukakan tiga fungsi atau peran guru dalam proses tersebut, yaitu sebagai :
1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang harus dilakukan di
dalam proses belajar-mengajar (pre-teaching problems).
2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin, merangsang,
menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana,
bertindak sebagai nara sumber (source person), konsultan kepemimpinan
(leader), yang bijaksana dalam arti demokratis dan humanistik (manusiawi) selama
proses berlangsung (during teaching problems) Penilai (evaluator) yang harus
mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya
harus memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat keberhasilan belajar
mengajar tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek
keefektifan prosesnya, maupun kualifikasi produk (output)-nya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun
rencana pembelajaran, diantaranya :
1.1 Guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga mereka
hanya copy paste atau mencontoh pada temannya, padahal seringkali RPP hasil
copy paste tidak relevan dengan situasi dan kondisi di sekolahnya sehingga RPP
yang ada tidak bisa dijadikan acuan dalam proses pembelajaran.
1.2. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi belum mampu secara benar
menerapkannya di sekolah.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada
solusi dan tindakan nyata dari pengawas sekolah
sebagai penanggung jawab
keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Para guru tersebut harus mendapatkan
3
pembinaan agar mampu meningkatkan kemampuannya dalam menyusun rencana
pembelajaran, terutama bagi guru-guru yang memang tidak memiliki latar belakang
pendidikan keguruan, sebelum mereka menempuh pendidikan tambahan agar
memiliki akta IV sebagai bukti kewenangan mengajar. Pengawas sekolah perlu
melakukan suatu tindakan melalui supervisi akademik untuk membantu meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti mengambil judul sebagai
berikut:“ Peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran melalui supervisi akademik di SD Negeri 1 Kapung Kecamatan
Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun 205/2016
B. PERUMUSAN MASALAH
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun
rencana pembelajaran, diantaranya :
1. Guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga mereka hanya
copy paste atau mencontoh pada temannya, padahal seringkali RPP hasil copy
paste tidak relevan dengan situasi dan kondisi di sekolahnya sehingga RPP yang
ada tidak bisa dijadikan acuan dalam proses pembelajaran.
2. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi belum mampu secara benar
menerapkannya di sekolah.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada
solusi dan tindakan nyata dari pengawas sekolah
sebagai penanggung jawab
keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Para guru tersebut harus mendapatkan
pembinaan agar mampu meningkatkan kemampuannya dalam menyusun rencana
pembelajaran, terutama bagi guru-guru yang memang tidak memiliki latar belakang
pendidikan keguruan, sebelum mereka menempuh pendidikan tambahan agar
memiliki akta IV sebagai bukti kewenangan mengajar. Pengawas sekolah perlu
melakukan suatu tindakan melalui supervisi akademik untuk membantu meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka masalah penelitian penulis rumuskan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
“ Apakah kompetensi Pedagogik guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik oleh pengawas
sekolah ?”
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dari Penelitian
Tindakan Sekolah ini adalah untuk membantu meningkatkan kompetensi paedagogik
guru-guru di SD Negei 1 Kapung, dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi masing- masing. Selain itu,
agar dapat menjadi acuan guru dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
kalangan,antara lain:
1. Bagi pengawas sekolah dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pembinaan kepada para guru melalui supervisi akademik.
2. Bagi para guru dapat memberikan manfaat yang besar dalam membantu
memecahkan
masalah yang berhubungan dengan penyusunan perencanaan
pembelajaran,sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan
berdampak pada peningkatan hasil pembelajaran.
BAB II
5
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Berkaitan dengan kompetensi profesi guru, Sagala mengemukakan sepuluh
kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu :
(1) menguasai landasan-landasan pendidikan; (2) menguasai bahan pelajaran; (3)
kemampuan mengelola program belajar mengajar; (4) kemampuan mengelola kelas;
(5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (6) menilai hasil belajar siswa;
(7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum; (8) mengenal fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan; (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil
pengajaran; (10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan (Sagala,
2006 : 210).
Di antara keseluruhan komponen dalam pembelajaran guru merupakan
komponen organik yang sangat menentukan. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa
kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan oleh Pemerintah, namun yang pasti adalah
peningkatan kualitas pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja
guru,sehingga peningkatan kualitas pembelajaran, juga tidaklah mungkin ada tanpa
peningkatan kualitas para gurunya. Guru merupakan sumber daya manusia yang
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan
yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan seharihari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai
tujuan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
menyebutkan ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru , yaitu
kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial.
Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi.
Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional
apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugastugasnya.Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang,ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh
Glickman 2011). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Prototipe guru yang terbaik,menurut teori ini, adalah guru prototipe
6
profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe
profesional
apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja
tinggi (high level of commitment).
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan
bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
yang berlaku secara nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Di dalam
permendiknas tersebut dirinci kompetensi inti guru dan kompetensi guru dalam mata
pelajaran.
2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan perencanaan pembelajaran ini,
di antaranya:
2.1.1. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan
tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang
dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa
yang diperlukan (Ibrahim 2013: 2).
2.1.2 Untuk mempermudah proses belajar-mengajar diperlukan perencanaan
pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pengembangan
instruksional sebagai sistem yang terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur
yang saling berinteraksi (Toeti Soekamto 2013: 9).
2.1.3. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru
dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pengajaran dapat
diidentifikasi apakah pembelajaran yang dikembangkan/dilaksanakan sudah
menerapkan konsep belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan
keterampilan proses.
2.1.4. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam
rumusan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam perencanaan
pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh guru harus
mengacu pada tujuan pembelajaran.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar
7
Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas
mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
3.
Pembinaan Guru melalui Supervisi Akademik
Supervisi
akademik
adalah
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian
tujuan akademik. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan akademik. Dengan demikian,
berarti, esensial supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalismenya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini
janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan
komitmen(commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru,
sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik
akan meningkat.
Salah satu Kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.Untuk
melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual,
interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007).Oleh sebab itu, setiap Pengawas
sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:
pengertian, tujuan dan fungsi, prinsipprinsip,dan dimensi-dimensi substansi supervisi
akademik.
3.1 Konsep supervisi akademik
Supervisi
akademik
adalah
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Daresh, 2009, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak
terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni 2007)
menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik
adalah
melihat
kondisi
nyata
kinerja
guru
untuk
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan,misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang
sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana
dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?,
apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan
dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?.
8
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan ini akan diperoleh
informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu
hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan
berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan
dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
3.2 Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a. membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b. mengembangkan kurikulum,
c. mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas
(PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 2007).
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam
keseluruhan program sekolah (Weingartner, 2003; Alfonso dkk., 2011; dan Glickman,
et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi
pengembangan profesionalisme guru.
3.4 Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu
guru-guru
mengembangkan
kemampuannya
mencapai
tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,melainkan membantu
guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian
unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan,bahwa
supervisi
akademik
merupakan
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu kerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari
serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat membantu
guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu
9
perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu
dikembangkan dan cara mengembangkannya.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang supervisi telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Mardiyono (2001) melakukan penelitian di SMU Negeri Demak dan
menyimpulkan terdapat hubungan supervisi kunjungan kelas dan etos kerja guru
dengan kualitas pengajaran. Semakin kegiatan supervisi dilaksanakan secara
profesional oleh kepala sekolah, dan etos kerja yang baik akan meningkatkan
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Dari penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa peran supervisi yang dilaksanakan secara profesional akan
dapat meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Penelitian yang dilakukan Widagdo (2002) menyimpulkan adanya hubungan
antara kedemokratisan, disiplin kerja dan kemampuan kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi. Penelitian tersebut dilaksanakan pada SD Negeri di
Kecamatan Semarang Selatan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa supervisi
kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Penelitian Puspowati (2003) semakin menegaskan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara supervisi kunjungan kelas yang dilakukan kepala sekolah dengan
kinerja guru-guru di Kecamatan Semarang Barat.
Ketiga penelitian diatas setidaknya memberikan gambaran bahwa supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah secara rutin akan memberikan kontribusi positif
bagi peningkatan kinerja guru. Dalam konteks supervisi yang dilakukan kepala
sekolah akan lebih mengena apabila dilakukan supervisi dengan teknik kunjungan
kelas sehingga kepala sekolah memiliki gambaran nyata tentang kebutuhan guru.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka patut
diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah dan
kompetensi pedagogik guru baik secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan
kinerja guru. Karena itulah kami akan mengkaji secara lebih mendalam pengaruh
supervisi kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap kinerja guru.
C. Kerangka berpikir
Sebagai supervisor akademik, kepala
sekolah mensupervisi
kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sergiovani dan Starrat menyatakan bahwa
supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para
10
guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor akademik harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan penggendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan tindakan preventif agar para tenaga kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya
Kompetensi guru adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas
maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personel.penampilan hasil karya tidak terbatas
kepada personel yang mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personel didalam organisasi.
Guru benar-benar dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi. Dengan kinerja
yang tinggi maka sumber daya manusia di Indonesia akan mulai sedikit demi sedikit
meningkat, terutama para generasi muda. Dengan demikian bangsa yang cerdas dan
mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan akan sangat mudah tercipta.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala
sekolah akan mempengaruhi bagaimana kepala sekolah melakukan supervisi terhadap
para guru. Baik tidaknya kegiatan supervisi yang dilakukan sangat bergantung pada
kemampuan supervisi kepala sekolah. Selanjutnya kegiatan supervisi yang baik
diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan kompetensi dengan perbaikanperbaikan atas masalah yang ditemukan dalam kegiatan supervisi.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pentahapan Penelitian Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi dan refleksi, dan dilakukan dalam dua siklus.
Pada tahap persiapan dibuat dibuat skenario kegiatan, jadwal waktu , tempat serta
B.
sarana pendukung lainnya seperti lembar observasi, serta angket
Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Kapung UPTD Pendidikan Kecamatan
Tanggungharjo. Penelitian ini ditujukan kepada guru SD Negeri 1 Kapung yang sudah
C.
bersertifikasi atau yang sudah mendapat tunjangan profesional
Tindakan
Langkah-langkah PTS yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Langkah-langkah PTS seperti Gambar 1 berikut:
Permasalahan
baru,hasil
refleksi
Refleksi-I
Pengamatan/Pen
gumpulan Data-I
Perencanaan
Tindakan-II
Pelaksanaan
tindakan -II
Refleksi - II
Pengamatan/pen
gumpulan DataII
Bila permasalah
Dilanjutkan ke siklus
belum
Gambar 1.berikutnya
Langkah-langkah PTS
terselesaikan
1. Siklus I
1.1 Perencanaan
Penelitian tindakan ini melibatkan 5 orang guru yang ada di sekolah ini. Hal
ini dilakukan karena mereka wajib hukumnya bisa membuat RPP dengan benar
karena mereka adalah guru bersertifikat pendidik profesional . Sarana yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah silabus yang telah disusun bersama oleh setiap kelompok
guru mata pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun
sendiri oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan Standar kompetensi dan
Kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran. RPP inilah yang menjadi
bahan acuan untuk menentukan materi pembinaan terhadap masing-masing guru, dan
sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan penelitian.
12
Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus hingga guru dinilai memiliki kemampuan
untuk menyusun perencanaan pembelajaran
yang baik. Dalam setiap siklus
supervisor melakukan observasi dan penilaian terhadap perkembangan kemampuan
setiap guru.
1.2 Tindakan dan pengamatan
1.2.1 Penelitian diawali dengan cara menyerahkan
rencana pembelajaran yang
disusun sendiri sesuai dengan mata pelajaran dan standar kompetensi masing
masing kepada supervisor . Berdasarkan data tersebut supervisor melakukan
pembinaan kepada guru sesuai dengan kesulitan masing masing guru.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang
memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP
secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian
1.2.2 Guru menyusun RPP dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A. Mencantumkan identitas
1), Nama sekolah
2). Mata Pelajaran
3). Kelas/Semester
4). Standar Kompetensi
5). Kompetensi Dasar
6). Indikator
7). Alokasi Waktu
Catatan:
1)
RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
2)
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari
silabus yang disusun oleh satuan pendidikan
3)
Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar
yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu
13
kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali
pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
B.
Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional
yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional,
rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
beberapa tujuan.
C.
Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu
pada materi pokok yang ada dalam silabus.
D.
Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
E.
Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat
unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan
karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan
modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
F.
Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Sumber belajar mencakup
sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber
belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam
silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku
teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
G.
Mencantumkan Penilaian
14
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat ituangkan
dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan
teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek
harus disertai rubrik penilaian.
1.3 Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini, Pembina/supervisor bersama dengan guru guru
melakukan diskusi tentang unsur-unsur RPP dan langkah langkah kegiatan
penyusunan dan pengembangannya.Dalam kegiatan ini juga dibicarakan berbagai
permasalahan yang dirasakan oleh para guru termasuk kendala serta manfaat yang
dirasakan terhadap perubahan kemampuan mereka dalam penyusunan RPP.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan refleksi ini akan dijadikan sebagai bahan
perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
3. Siklus 2
Kegiatan Perencanaan berdasarkan pada refleksi dari siklus 1, sementara untuk
langkah-langkah kegiatan tindakan dan pengamatan sama dengan siklus 1 dengan
memperhatikan prioritas permasalahan yang disimpulkan pada siklus 1 dan
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Apabila hasil refleksi pada siklus 2 sudah
menunjukan adanya peningkatan kemampuan guru secara signifikan, maka
kegiatan penelitian dianggap berhasil, tetapi sebaliknya apabila belum
menunjukan hasil yang di harapkan, maka kegiatan penelitian akan dilanjutkan
dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah kegiatan yang sama dengan
D.
kegiatan pada siklus 2 ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar observasi
selama proses tindakan penelitian oleh supervisor sehingga akan diperoleh data
E.
kualitatif sebagai hasil penelitian.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
digunakan oleh supervisor
lembar observasi yang
untuk mencatat perkembangan kemampuan masing
masing guru yang dibinanya selama proses penelitian( siklus 1 dan siklus 2).
F.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan terhadap hasil RPP guru sebagai data awal
kemampuan guru dan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembinaan akan
15
dianalisis secara deskriptif untuk mengukur keberhasilan proses pembinaan sesuai
dengan tujuan penelitian tindakan sekolah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2012. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Buku
I. Jakarta: Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru.
______. 2012. Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru.Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru.
______. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Hubungan antar Pribadi.Buku III. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
______. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Prosedur Mengajar. Buku II. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru.
16
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (2005). Pedoman penyusunan KTI di Bidang Pendidikan
dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta : Diknas
Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai
KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005
Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan
Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2012
di Balai penataran Guru (PPPPTK) Jogyakarta
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas,
Makalah disampaikan pada “Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara”, Ditektorat
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
PRA PROPOSAL
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SD
NEGERI 1 KAPUNG KECAMATAN TANGGUNGHARJO
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 205/2016
oleh :
Wisnu Wijayanto
NIM 942015017
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN-FKIP
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual
individual maupun sosial (Sagala, 2006 : 1). Upaya sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan siswa tersebut dapat diselenggarakan dalam berbagai
bentuk. Ada yang diselenggarakan secara sengaja, terencana, terarah dan sistematis
seperti pada pendidikan formal, ada yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi
tidak terencana dan tidak sistematis seperti yang terjadi di lingkungan keluarga
(pendidikan informal), dan ada yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana, di
luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan
non formal.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah
berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.
Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola
hubungan
sekolah
dengan
lingkungannya
dan
dengan
pemerintah,
pola
pengembangan perencanaan, serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan
guru dan restrukturisasi model model pembelajaran.
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor
kurikulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya. Pembaharuan kurikulum
akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh
kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut.
Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas tugas yang
harus dilaksanakannya. Hal itu berarti bahwa guru sebagai pelaksana kegiatan
pembelajaran menjadi kunci atas keterlaksanaan kurikulum di sekolah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan
Nasional,
pasal
3,
pendidikan
berfungsi
dan
bertujuan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
2
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Pada level ujung tombak pendidikan, yaitu pada proses pembelajaran oleh
guru di kelas, betapapun administrasinya tidak serumit oraganisasi yang melibatkan
banyak personal, fungsi-fungsi administrasi yang disebutkan Henry Fayol tersebut
sebaiknya tetap ada, sebab tanpa itu pencapaian tujuan pembelajaran akan susah
dicapai. Dalam kaitannnya dengan fungsi-fungsi administrasi ini, lebih spesifik dalam
hal proses belajar mengajar, Gage dan Berliner dalam Makmun (2005 : 23)
mengemukakan tiga fungsi atau peran guru dalam proses tersebut, yaitu sebagai :
1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang harus dilakukan di
dalam proses belajar-mengajar (pre-teaching problems).
2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin, merangsang,
menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana,
bertindak sebagai nara sumber (source person), konsultan kepemimpinan
(leader), yang bijaksana dalam arti demokratis dan humanistik (manusiawi) selama
proses berlangsung (during teaching problems) Penilai (evaluator) yang harus
mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya
harus memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat keberhasilan belajar
mengajar tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek
keefektifan prosesnya, maupun kualifikasi produk (output)-nya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun
rencana pembelajaran, diantaranya :
1.1 Guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga mereka
hanya copy paste atau mencontoh pada temannya, padahal seringkali RPP hasil
copy paste tidak relevan dengan situasi dan kondisi di sekolahnya sehingga RPP
yang ada tidak bisa dijadikan acuan dalam proses pembelajaran.
1.2. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi belum mampu secara benar
menerapkannya di sekolah.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada
solusi dan tindakan nyata dari pengawas sekolah
sebagai penanggung jawab
keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Para guru tersebut harus mendapatkan
3
pembinaan agar mampu meningkatkan kemampuannya dalam menyusun rencana
pembelajaran, terutama bagi guru-guru yang memang tidak memiliki latar belakang
pendidikan keguruan, sebelum mereka menempuh pendidikan tambahan agar
memiliki akta IV sebagai bukti kewenangan mengajar. Pengawas sekolah perlu
melakukan suatu tindakan melalui supervisi akademik untuk membantu meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti mengambil judul sebagai
berikut:“ Peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran melalui supervisi akademik di SD Negeri 1 Kapung Kecamatan
Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun 205/2016
B. PERUMUSAN MASALAH
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun
rencana pembelajaran, diantaranya :
1. Guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga mereka hanya
copy paste atau mencontoh pada temannya, padahal seringkali RPP hasil copy
paste tidak relevan dengan situasi dan kondisi di sekolahnya sehingga RPP yang
ada tidak bisa dijadikan acuan dalam proses pembelajaran.
2. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi belum mampu secara benar
menerapkannya di sekolah.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada
solusi dan tindakan nyata dari pengawas sekolah
sebagai penanggung jawab
keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Para guru tersebut harus mendapatkan
pembinaan agar mampu meningkatkan kemampuannya dalam menyusun rencana
pembelajaran, terutama bagi guru-guru yang memang tidak memiliki latar belakang
pendidikan keguruan, sebelum mereka menempuh pendidikan tambahan agar
memiliki akta IV sebagai bukti kewenangan mengajar. Pengawas sekolah perlu
melakukan suatu tindakan melalui supervisi akademik untuk membantu meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka masalah penelitian penulis rumuskan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
“ Apakah kompetensi Pedagogik guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik oleh pengawas
sekolah ?”
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dari Penelitian
Tindakan Sekolah ini adalah untuk membantu meningkatkan kompetensi paedagogik
guru-guru di SD Negei 1 Kapung, dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi masing- masing. Selain itu,
agar dapat menjadi acuan guru dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
kalangan,antara lain:
1. Bagi pengawas sekolah dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pembinaan kepada para guru melalui supervisi akademik.
2. Bagi para guru dapat memberikan manfaat yang besar dalam membantu
memecahkan
masalah yang berhubungan dengan penyusunan perencanaan
pembelajaran,sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan
berdampak pada peningkatan hasil pembelajaran.
BAB II
5
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Berkaitan dengan kompetensi profesi guru, Sagala mengemukakan sepuluh
kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu :
(1) menguasai landasan-landasan pendidikan; (2) menguasai bahan pelajaran; (3)
kemampuan mengelola program belajar mengajar; (4) kemampuan mengelola kelas;
(5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (6) menilai hasil belajar siswa;
(7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum; (8) mengenal fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan; (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil
pengajaran; (10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan (Sagala,
2006 : 210).
Di antara keseluruhan komponen dalam pembelajaran guru merupakan
komponen organik yang sangat menentukan. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa
kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan oleh Pemerintah, namun yang pasti adalah
peningkatan kualitas pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja
guru,sehingga peningkatan kualitas pembelajaran, juga tidaklah mungkin ada tanpa
peningkatan kualitas para gurunya. Guru merupakan sumber daya manusia yang
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan
yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan seharihari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai
tujuan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
menyebutkan ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru , yaitu
kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial.
Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi.
Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional
apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugastugasnya.Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang,ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh
Glickman 2011). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Prototipe guru yang terbaik,menurut teori ini, adalah guru prototipe
6
profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe
profesional
apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja
tinggi (high level of commitment).
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan
bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
yang berlaku secara nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Di dalam
permendiknas tersebut dirinci kompetensi inti guru dan kompetensi guru dalam mata
pelajaran.
2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan perencanaan pembelajaran ini,
di antaranya:
2.1.1. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan
tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang
dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa
yang diperlukan (Ibrahim 2013: 2).
2.1.2 Untuk mempermudah proses belajar-mengajar diperlukan perencanaan
pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pengembangan
instruksional sebagai sistem yang terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur
yang saling berinteraksi (Toeti Soekamto 2013: 9).
2.1.3. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru
dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pengajaran dapat
diidentifikasi apakah pembelajaran yang dikembangkan/dilaksanakan sudah
menerapkan konsep belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan
keterampilan proses.
2.1.4. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam
rumusan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam perencanaan
pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh guru harus
mengacu pada tujuan pembelajaran.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar
7
Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas
mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
3.
Pembinaan Guru melalui Supervisi Akademik
Supervisi
akademik
adalah
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian
tujuan akademik. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan akademik. Dengan demikian,
berarti, esensial supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalismenya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini
janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan
komitmen(commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru,
sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik
akan meningkat.
Salah satu Kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.Untuk
melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual,
interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007).Oleh sebab itu, setiap Pengawas
sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:
pengertian, tujuan dan fungsi, prinsipprinsip,dan dimensi-dimensi substansi supervisi
akademik.
3.1 Konsep supervisi akademik
Supervisi
akademik
adalah
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Daresh, 2009, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak
terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni 2007)
menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik
adalah
melihat
kondisi
nyata
kinerja
guru
untuk
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan,misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang
sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana
dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?,
apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan
dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?.
8
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan ini akan diperoleh
informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu
hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan
berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan
dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
3.2 Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a. membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b. mengembangkan kurikulum,
c. mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas
(PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 2007).
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam
keseluruhan program sekolah (Weingartner, 2003; Alfonso dkk., 2011; dan Glickman,
et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi
pengembangan profesionalisme guru.
3.4 Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu
guru-guru
mengembangkan
kemampuannya
mencapai
tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,melainkan membantu
guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian
unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan,bahwa
supervisi
akademik
merupakan
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu kerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari
serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat membantu
guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu
9
perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu
dikembangkan dan cara mengembangkannya.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang supervisi telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Mardiyono (2001) melakukan penelitian di SMU Negeri Demak dan
menyimpulkan terdapat hubungan supervisi kunjungan kelas dan etos kerja guru
dengan kualitas pengajaran. Semakin kegiatan supervisi dilaksanakan secara
profesional oleh kepala sekolah, dan etos kerja yang baik akan meningkatkan
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Dari penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa peran supervisi yang dilaksanakan secara profesional akan
dapat meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Penelitian yang dilakukan Widagdo (2002) menyimpulkan adanya hubungan
antara kedemokratisan, disiplin kerja dan kemampuan kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi. Penelitian tersebut dilaksanakan pada SD Negeri di
Kecamatan Semarang Selatan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa supervisi
kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Penelitian Puspowati (2003) semakin menegaskan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara supervisi kunjungan kelas yang dilakukan kepala sekolah dengan
kinerja guru-guru di Kecamatan Semarang Barat.
Ketiga penelitian diatas setidaknya memberikan gambaran bahwa supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah secara rutin akan memberikan kontribusi positif
bagi peningkatan kinerja guru. Dalam konteks supervisi yang dilakukan kepala
sekolah akan lebih mengena apabila dilakukan supervisi dengan teknik kunjungan
kelas sehingga kepala sekolah memiliki gambaran nyata tentang kebutuhan guru.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka patut
diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah dan
kompetensi pedagogik guru baik secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan
kinerja guru. Karena itulah kami akan mengkaji secara lebih mendalam pengaruh
supervisi kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap kinerja guru.
C. Kerangka berpikir
Sebagai supervisor akademik, kepala
sekolah mensupervisi
kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sergiovani dan Starrat menyatakan bahwa
supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para
10
guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor akademik harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan penggendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan tindakan preventif agar para tenaga kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya
Kompetensi guru adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas
maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personel.penampilan hasil karya tidak terbatas
kepada personel yang mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personel didalam organisasi.
Guru benar-benar dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi. Dengan kinerja
yang tinggi maka sumber daya manusia di Indonesia akan mulai sedikit demi sedikit
meningkat, terutama para generasi muda. Dengan demikian bangsa yang cerdas dan
mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan akan sangat mudah tercipta.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala
sekolah akan mempengaruhi bagaimana kepala sekolah melakukan supervisi terhadap
para guru. Baik tidaknya kegiatan supervisi yang dilakukan sangat bergantung pada
kemampuan supervisi kepala sekolah. Selanjutnya kegiatan supervisi yang baik
diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan kompetensi dengan perbaikanperbaikan atas masalah yang ditemukan dalam kegiatan supervisi.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pentahapan Penelitian Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi dan refleksi, dan dilakukan dalam dua siklus.
Pada tahap persiapan dibuat dibuat skenario kegiatan, jadwal waktu , tempat serta
B.
sarana pendukung lainnya seperti lembar observasi, serta angket
Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Kapung UPTD Pendidikan Kecamatan
Tanggungharjo. Penelitian ini ditujukan kepada guru SD Negeri 1 Kapung yang sudah
C.
bersertifikasi atau yang sudah mendapat tunjangan profesional
Tindakan
Langkah-langkah PTS yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Langkah-langkah PTS seperti Gambar 1 berikut:
Permasalahan
baru,hasil
refleksi
Refleksi-I
Pengamatan/Pen
gumpulan Data-I
Perencanaan
Tindakan-II
Pelaksanaan
tindakan -II
Refleksi - II
Pengamatan/pen
gumpulan DataII
Bila permasalah
Dilanjutkan ke siklus
belum
Gambar 1.berikutnya
Langkah-langkah PTS
terselesaikan
1. Siklus I
1.1 Perencanaan
Penelitian tindakan ini melibatkan 5 orang guru yang ada di sekolah ini. Hal
ini dilakukan karena mereka wajib hukumnya bisa membuat RPP dengan benar
karena mereka adalah guru bersertifikat pendidik profesional . Sarana yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah silabus yang telah disusun bersama oleh setiap kelompok
guru mata pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun
sendiri oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan Standar kompetensi dan
Kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran. RPP inilah yang menjadi
bahan acuan untuk menentukan materi pembinaan terhadap masing-masing guru, dan
sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan penelitian.
12
Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus hingga guru dinilai memiliki kemampuan
untuk menyusun perencanaan pembelajaran
yang baik. Dalam setiap siklus
supervisor melakukan observasi dan penilaian terhadap perkembangan kemampuan
setiap guru.
1.2 Tindakan dan pengamatan
1.2.1 Penelitian diawali dengan cara menyerahkan
rencana pembelajaran yang
disusun sendiri sesuai dengan mata pelajaran dan standar kompetensi masing
masing kepada supervisor . Berdasarkan data tersebut supervisor melakukan
pembinaan kepada guru sesuai dengan kesulitan masing masing guru.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang
memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP
secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian
1.2.2 Guru menyusun RPP dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A. Mencantumkan identitas
1), Nama sekolah
2). Mata Pelajaran
3). Kelas/Semester
4). Standar Kompetensi
5). Kompetensi Dasar
6). Indikator
7). Alokasi Waktu
Catatan:
1)
RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
2)
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari
silabus yang disusun oleh satuan pendidikan
3)
Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar
yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu
13
kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali
pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
B.
Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional
yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional,
rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
beberapa tujuan.
C.
Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu
pada materi pokok yang ada dalam silabus.
D.
Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
E.
Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat
unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan
karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan
modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
F.
Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Sumber belajar mencakup
sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber
belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam
silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku
teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
G.
Mencantumkan Penilaian
14
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat ituangkan
dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan
teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek
harus disertai rubrik penilaian.
1.3 Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini, Pembina/supervisor bersama dengan guru guru
melakukan diskusi tentang unsur-unsur RPP dan langkah langkah kegiatan
penyusunan dan pengembangannya.Dalam kegiatan ini juga dibicarakan berbagai
permasalahan yang dirasakan oleh para guru termasuk kendala serta manfaat yang
dirasakan terhadap perubahan kemampuan mereka dalam penyusunan RPP.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan refleksi ini akan dijadikan sebagai bahan
perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
3. Siklus 2
Kegiatan Perencanaan berdasarkan pada refleksi dari siklus 1, sementara untuk
langkah-langkah kegiatan tindakan dan pengamatan sama dengan siklus 1 dengan
memperhatikan prioritas permasalahan yang disimpulkan pada siklus 1 dan
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Apabila hasil refleksi pada siklus 2 sudah
menunjukan adanya peningkatan kemampuan guru secara signifikan, maka
kegiatan penelitian dianggap berhasil, tetapi sebaliknya apabila belum
menunjukan hasil yang di harapkan, maka kegiatan penelitian akan dilanjutkan
dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah kegiatan yang sama dengan
D.
kegiatan pada siklus 2 ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar observasi
selama proses tindakan penelitian oleh supervisor sehingga akan diperoleh data
E.
kualitatif sebagai hasil penelitian.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
digunakan oleh supervisor
lembar observasi yang
untuk mencatat perkembangan kemampuan masing
masing guru yang dibinanya selama proses penelitian( siklus 1 dan siklus 2).
F.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan terhadap hasil RPP guru sebagai data awal
kemampuan guru dan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembinaan akan
15
dianalisis secara deskriptif untuk mengukur keberhasilan proses pembinaan sesuai
dengan tujuan penelitian tindakan sekolah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2012. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Buku
I. Jakarta: Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru.
______. 2012. Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru.Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru.
______. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Hubungan antar Pribadi.Buku III. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
______. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Prosedur Mengajar. Buku II. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru.
16
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (2005). Pedoman penyusunan KTI di Bidang Pendidikan
dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta : Diknas
Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai
KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005
Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan
Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2012
di Balai penataran Guru (PPPPTK) Jogyakarta
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas,
Makalah disampaikan pada “Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara”, Ditektorat
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.