KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI SKRIPSI

KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA
IMAM NAWAWI AL-BANTANI

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan(S.Pd.)

Oleh:
Nur Chasanah
NIM : 111-14-222

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018

HALAMAN JUDUL

ii

KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA

IMAM NAWAWI AL-BANTANI

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Nur Chasanah
NIM : 111-14-222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018HALAMAN BERLOG

iii

iv

v


vi

MOTTO

‫خير انُاش أَفعهى نهُاش‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lain”(HR. Thabrani
dan Daruquthni)

vii

PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1.

Ayahku dan ibuku, Bapak Jupri dan Ibu Samirah. Motivator terbesar penulis
yang tak pernah berhenti memberikan doa dan dorongan agar segera
menyelesaikan skripsi ini.


Kakakku sekeluarga, Mbak Dwi Astuti, Mas

Amin, dek Syifa dan Pakdhe Qoiman yang selalu memberikan semangat dan
doa
2.

Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As‟ad Haris N.F., Abah K.
Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah Ny. Chusnul
Halimah, serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan PP. Al-Manar
yang senantiasa memberi tempat, wejangan, nasehatkepada penulis dalam
ngangsukaweruh (mencariilmu).

3.

Pondok Pesantren Al-Manar, tempat penulis menemukan ilmu pengetahuan,
nilai-nilai kehidupan dan saudara.

4.

Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu

memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
proses skripsi ini.

5.

Sahabat-sahabatku Endah Rofika, Rif‟a Muafia, Harnia Eka Prasanti, Qurnia
Nur Aieda, Isna Nur Rofiah yang selalu membantu dan menemani penulis
dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini.

6.

Almamater penulis IAIN Salatiga.

viii

7.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 IAIN Salatiga terkhusus PAI F,
teman-teman PPL SMA 1 Bringin (Mir‟a, Mbak Fitri, Muna, Anik, Ayuk,
Mbak Tatik, Arif, Rofik, Najib, Rino), KKN posko 127 (Sania, Ririn, Hani,

Mbak Okta, Mbak Rif‟atul, Sodiqin, Rokhim, Barra)

8.

Mereka telah mendo‟akan & memberi semangat yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu.

9.

Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu
senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami makna hidup hingga
mencapai tujuan keridloan Allah Swt. Sang Pencipta.

ix

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Konsep
Sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad Karya Imam Nawawi Al- Bantani inidengan

baik dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di
yaumul akhir. aamiin.
Penulisan skripsi initidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1.

Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2.

Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.

3.

Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.


4.

Ibu Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses
penyelesaian skripsi ini.

5.

Bapak Drs. Juz‟an.M. Hum.selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama
kuliah.

6.

Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.

7.


Ayah, ibu dan kakak-kakakku

x

8.

Sahabat-sahabatkuyang

selalu

memberikan

motivasi

kepadaku,

menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
9.

Teman-teman KKN IAIN 2018 Dusun Deras, Desa DerasPosko 127.


10. Teman-teman PPL SMA NEGERI 1 BRINGIN.
11. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.
12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab
pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu
referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga,25 Juli 2018

Nur Chasanah
NIM: 111-14-222

xi

ABSTRAK

Chasanah, Nur. 2018.Konsep Sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam
Nawawi Al-Bantani.Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Kosep. Sabar. Nashaihul „Ibad. Imam Nawawi Al-Bantani.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Imam Nawawi al-Bantani
merupakan seorang ulama salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar
yang terkenal. Beliau merasa bahwa sangat pentingnya sebuah pribadi yang
memiliki keimanan yang kuat, kesempurnaan akidah dan akhlak serta pendidikan
yang berkualitas dan memadai harus dimiliki oleh setiap orang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa
konsep sabar yang terkandung di dalam kitab Nashaihul „Ibadkarya Imam
Nawawi al-Bantani. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:
1). Bagaimana konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad ? 2).
Bagaimana relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad dengan konteks
kehidupan penuntut ilmu sekarang ?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan dengan jenis
penelitian perpustakaan (liberary research), sedangkan sumber data primer dari
penelitian ini adalah kitab Nashaihul „Ibad, sumber sekunder adalah buku-buku

lain yang relevan dengan penelitian dan sumber tersiernya diambil dari kitabkitab, buku-buku, dan media elektronik seperti: internet yang mendukung objek
penelitian.
Adapun teknik analisis data menggunakan metode content analysis,
metode induktif dan metode kontekstual. Bahwa temuan penelitian ini
menunjukkan konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam Nawawi alBantani ini sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan sekarang ini. Ciri pemikiran
beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh dengan
al-Qur‟an dan Hadits serta atsar para ulama‟. Beliau menuliskan bahwa sabar
adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul daripada musibah yang
menimpanya, kepada selain Allah serta ridha kepadaNya.
Konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad adalah konsep
sabar terhadap kesusahan, orang sabar merupakan orang yang paling bahagia,
sabar merupakan tanda iman dan sabar atas penganiyaan orang lain. Para penuntut
ilmu sekarang juga dapat mengambil dan menerapkan konsep sabar dari kitab ini
yaitu sabar terhadap Allah SWT, sabar terhadap dirinya sendiri dan sabar terhadap
lingkungan sekitar.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ......................................................................... ii
LEMBAR BERLOGO IAIN ........................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ................. iiError! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......... iError! Bookmark not
defined.
HALAMANPENGESAHAN KELULUSAN ................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................ vii
MOTTO.......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
BAB IPENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 5

xiii

E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 5
F. Penegasan Istilah .................................................................................. 6
G. Metode Penelitian .................................................................................. 8
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB IIBIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI .............................. 12
A. Sistematika Penulisan Kitab Nashaihul „Ibad ...................................... 12
B. Riwayat Hidup Imam Nawawi ............................................................. 14

C.Pendidikan ............................................................................................. 16
D. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram ................................. 18
E. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani ............................................... 20
F. Nasionalisme ......................................................................................... 21
G. Gelar ..................................................................................................... 22
H. Karya-karya .......................................................................................... 23
I. Nasab-nasab Imam Nawawi................................................................... 30
J. Silsilah Guru Imam Nawawi ................................................................. 30
BAB IIIKONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD......... 33
A. Konsep Sabar............................................................................................. 33
1. Pengertian Konsep Sabar ........................................................................ 34
2. Menumbuhkan Sifat Sabar ............................................................................38
B. Keutamaan dan Manfaat Sabar. .........................................................................42

xiv

BAB IVANALISIS RELEVANSI KONSEP SABAR DALAM KITAB
NASHAIHUL 'IBAD KARYA IMAM NAWAWIAL-BANTANI ..... 45
A.

Analisis Konsep Sabar Dalam Kitab Nashaihul „Ibad Karya Imam Nawawi
Al-bantani .................................................................................................. 45

B. Relenvansi Konsep Sabar dalam Kitab Nashaihul „Ibad dalam Konteks
kehidupan Penuntut Ilmu Sekarang........................................................... 53
BAB VPENUTUP .......................................................................................... 63
A. Kesimpulan................................................................................................ 63
B. Saran .......................................................................................................... 64
C. Penutup. .............................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Pengajuan Pembimbing
3. Lembar Konsultasi Skripsi
4. Laporan SKK

xvi

17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah sebuah pendidikan agama yang komplit
dan total. Komplit karena ia mengatur segala aspek kehidupan manusia,
baik yang berhubungan langsung dengan Tuhan atau dengan mahluk
lainnya. Total karena segala ketentuan tersebut bersifat menyeluruh dan
terperinci. Wilayah yang menjadi garapan pendidikan Islam mencangkup
banyak hal, misalnya akhlak, tasawuf dan fiqih. Semua urusan ini diatur
dan ditata rapi oleh Islam dengan tujuan untuk menciptakan pola interaksi
yang selaras dan harmonis.
Salah satu pendidikan agama Islam adalah tentang anjuran dalam
bersabar. Perlu diketahui, bahwa Allah menetapkan kesabaran sebagai
kedermawan yang tidak akan hilang, pedang yang tidak akan tumpul,
pasukan yang tidak akan kalah dan benteng yang tidak akan roboh atau
runtuh. Allah telah menjamin dalam Al-Quran, dia akan memberikan
pahala kepada siapa saja yang berlaku sabar. Allah juga telah mengajarkan
bahwa pokok ajaran agama Islam berporos pada kesabaran dan keyakinan
(Salamulloh, 2005: 23).
Ibnu Atha‟illah mengatakan bahwa sabar adalah tabah menghadapi
cobaan dengan penuh kesopanan, sedangkan Al-Qusyairi menyebutkan
bahwa sabar adalah lebur(fana‟) dalam cobaan tanpa menampakkan
keluhan sedikitpun. Sikap sabar dilandasi oleh suatu anggapan bahwa

1

segala sesuatu yang terjadi merupakan iradah Tuhan (Jumantoro dan
Amin, 2005: 197).
Allah telah berfirman dan hanya dengan firmanNya orang-orang
yang diberi petunjuk mendapatkan petunjuk dengan benar:


Artinya:“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.”(Q.S. As
Sajdah: 24).(Departemen Agama, 2005:333)
Sabar juga merupakan kemampuan untuk menahan diri terhadap
segala sesuatu yang dibenci, bahkan terhadap segala sesuatu yang
disenangi sekalipun. Sabar adalah kemampuan diri untuk menahan diri
dari mendapatkan atau menghilangkan sesuatu sebelum waktunya. Sabar
adalah kemampuan diri untuk menerima sesuatu yang telah ditetapkanNya, tanpa menafikan usaha dan upaya. Dalam kesabaran ada ketabahan,
kepasrahan, ketenangan dan ketawakalan diri kepada Allah (Sutha, 2009:
1).
Pentingnya konsep sabar diterapkan oleh

manusia dalam

menyikapi cobaan, ujian, musibah dan berbagai masalah lainnya.
Kemapuan sabar tidak hanya pada kemampuan bersifat pribadi semata,
melainkan juga kemampuan dibidang sosial, seperti kemampuan dalam
berempati, atau mengenali perasaan orang lain, bekerjasama dalam
mengelola konflik dengan solusi secara lebih tepat. Kemampuan ini sangat
penting diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam
dinamika kehidupan kontemporer.

2

Dari sekian konsep sabar, dalam kitab Nashaihul „Ibad ini menarik
untuk dikaji. Alasannya karena penjelasannya lebih ringkas sehingga
pembaca lebih mudah memahami inti. Hal ini bukan berarti pakar lainnya
kurang menarik dan jelas, namun konsep sabar dalam kitab Nashaihul
„Ibad bisa dijadikan salah satu alternatif.
Di dalam kitab Nashaihul „Ibad ini berisi tentang nasehat-nasehat
yang berupa hadis. Salah satu hadis tersebut berisi tentang tiga nasehat
meliputi seseorang berilmu harus memiliki sopan-santun, orang yang
beragama harus bersikap sabar dan orang yang mempunyai derajat harus
memiliki sifat wara‟. Di dalam keterangan kitab Nashaihul „Ibad ini hanya
disebutkan empat macam sabar tetapi tidak dijelaskan secara global
bagaimana macam-macam dari jenis sabar tersebut.
Dalam kitab Nashaihul „Ibad, orang yang tidak sabar berarti ia
tidak menghayati sebuah ilmu. Sabar memiliki empat macam yaitu sabar
dalam menghadapi musibah, menghadapi kesulitan, melaksanaan taat dan
menjauhi maksiat.Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kesabaran berasal dari orang yang berilmu. Orang
yang berilmu dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, dan pahit pasti
akan menerima dan menghadapi dengan penuh tanggung jawab.
Konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad berkaitan dengan adab
menuntut ilmu karena dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran. Dalam
terjemah kitab Ta‟limul Muta‟alim terdapat keterangan bahwa seorang
yang mencari ilmu harus tekun dan bersabar menghadapi seorang guru,
buku pelajarannya hingga ia tidak meninggalkannya sama sekali. Dapat

3

disimpulkan bahwa memang seorang pelajar harus mempunyai sifat sabar
dalam menghadapi hal-hal selama pelajar tersebut menuntut ilmu.
Dari berbagai latar belakang yang telah penulis paparkan di atas,
maka penulis mengambil kesimpulan tentang judul skripsi yang akan
penulis teliti, yaitu dengan judul “Konsep Sabar Dalam Kitab
Nashaikhul ‘Ibad Karya Imam Nawawi Al-Bantani ” dengan harapan
semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat terutama bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul
„Ibad ?
2. Bagaimanakah relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad
dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
1. Mengetahui bagaimanakah konsep sabar yang terdapat dalam kitab
Nashaihul „Ibad
2. Mengetahui relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad
dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian:
a. Manfaat teoritis, menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dalam
bidang Pendidikan Agama Islam untuk menjadi landasan pemikiran

4

dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam yang bersifat
mendasar.
b. Manfaat Praktis, bagi penulis dan pembaca, dapat memperluas
khazanah dalam segi pendidikan, adalah “Konsep Sabar dalam Kitab
Nasaihul „Ibad Karya Imam Nawawi Al Bantany”.
E. Kajian Pustaka
Sepanjang pengetahuan peneliti, dalam penelitian diperpustakaan
IAIN Salatiga belum ditemukan skripsi yang judulnya sama menyangkut
sabar. Namun demikian sejauh yang peniliti ketahui telah banyak
penelitian yang membahas konsep sabar, tetapi belum ada yang
menyentuh dan menganalisis pemikiran Imam Nawawi Al-Bantany dala
kitab Nashaihul „Ibad.
Skripsi yang disusun Amin Husni jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Walisongo dengan judul “Relevansi Konsep Imam Al-Gazali
Tentang Sabar Dalam Kitab Ihya Ulumuddin Dengan Tujuan Pendidikan
Islam”, skripsi ini menitikberatkan pembahasan konsep Imam Al-Ghazali
tentang sabar ditinjau dari tujuan pendidikan Islam.
Skripsi yang disusun Heri Stiono jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Konsep Sabar dan
Aktualisasinya Dalam Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga
(Kajian Buku Sabar dan Syukur Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah)”, skripsi
ini menitikberatkan pembahasan aktualisasi konsep sabar ditengah
keluarga dalam pendidikan agama Islam menurut Ibnu Qayyim menelaah
karyanya yang berjudul ; Iddah Al Shabirin wa Dzakirah al Syakirin.

5

Skripsi yang disusun Siti Ernawati Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo dengan judul “Konsep Sabar Menurut M.Quraish Shihab dan
Hubungannya dengan Kesehatan Mental”, skripsi ini menitikberatkan
pembahasan pemikiran M.Quraish Shihab tentang sabar dan relevansi
pemikiran M.Quraish Shihab tentang sabar dengan kesehatan mental.
Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun.
Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu belum mengungkapkan konsep
sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad.
F. Penjelasan Istilah.
1. Konsep Sabar
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengadakan

klasifikasi

atau

penggolongan

yang

pada

umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian
(Soedjadi, 2000:14).
Kata sabar berasal dari bahasa Arab sabr, artinya
„menahan‟ atau mengekang. Bersabar artinya menahan diri dari
segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan
mendapat ridha dari Allah SWT. Menahan diri artinya
mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu yang cenderung
negatif(Ilham, 2000:8).

6

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep sabar adalah ide abstrak yang digunakan untuk
mengklasifikasikan diri seseorang agar tetap konsekuen dengan
bersikap baik dalam menghadapi cobaan.
2. Kitab Nashaihul „Ibad
Adalah sebuah karya Muhammad Nawawi bin Umar
Al-Bantany Al-Jawi yang disajikan untuk seorang hamba
sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan
islami yang dapat membawa kearah kebaikan dan menjadikan
seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut.
Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi,
sehingga bila dipahami dengan ikhlas dala kehidupan seharihari dapat mengantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian
jiwa dan kesantunan budi pekerti serta dapat mengingatkan kita
akan pentingnya memahami makna hidup haqiqi dan
mempersiapkan diri menghadap sang Maha Kuasa dengan
membawa berbagai amal kebaikan dan budi pekerti yang baik
(Kauma, 2005:5).
3. Imam Nawawi
Adalah Abu AbdulMu‟ti Muhammad Nawawi bin „Umar
bin „Arabi bin „Ali A-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau
dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat, pada tahun
1230H bertepatan dengan 181M didalam keluarga yang mulia
dan terkenal dengan dakwah islamiyahnya. Seja kecil beliau

7

hidup dan menimba ilmu di Makkatul Mukaromah dan
berbagai daerah seperti Madinah, Syria dan Mesir. Kemudian
menetap kembali di Makkah. Beliau dikenal dengan “Sayyid
Ulama Hijaz”, syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa,
zuhud, rendah hati, lembut hatinya, pecinta fakir miskin. Beliau
wafat pada tahun 1314 H bertepat dengan tahun 1897 M di
Makkatul Mukaromah (Al-Qof, 2008: 183).
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Library Research,jenis penelitian ini
data-datanya diambil dari perpustakaan artinya penelitian Literature
yang dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisa data dari
bahan-bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan masalahmasalah yang diangkat (Warsito,1993:10).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research
(penelitian kepustakaan). Maka penulis menggunakan teknik yang
diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan
buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari
tiga sumber:
a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkatan
dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Nashoihul
„Ibad.

8

b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung

untuk

memperjelas

data

primer.

Yaitu

terjemahan kitab Nashoihul „Ibad.
c. Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya
penulis ambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media
elektronik

seperti

internet

yang

mendukung

objek

penelitian.
3. Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi
ini adalah:
a. Metode Content Analysis. Analisis isi merupakan suatu
metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi
secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan
yang tampak (Kriyantono, 2010: 232). Sedangkan menurut
Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku
komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih
(Kriyantono, 2010:233).
b. Metode

Induktif

merupakan

cara

berfikir

dengan

berlandaskan pada fakta yang khusus dan kemudian ditarik
menjadi pemecahan yang bersifat umum (Hadi, 1981:42).
c. Metode Kontekstual

9

Dalam kamus besar bahasa Indonesia konteks berarti apa
yang ada di depan dan di belakang (KKBI, 2005:521).
Metode kontekstual adalah metode yang digunkan untuk
mencari, mengolah, dan menemukan kondisi yang lebih
konkret (terkait dengan kehidupan nyata).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika
penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan
agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan
skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
Bab Pertama. Berisi pendahuluan, menguraikan tentang :
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami
skripsi.
Bab Kedua. Tinjuan tentang naskah dan biografi penulis
yang menguraikan tentang: gambaran umum kitab Nashoihul
„Ibad, latar belakang penulisan kitab Naskhoihul „Ibad, urgensi
kitab Nasoihul‟Ibad. Biografi dan pemikiran Imam Nawawy AlBantany yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual,
dan perjalanan karirnya.Selain itu dalam bab ini juga membahas
perkembangan intelektual, karya-karyanya, silsilah nasab dan
silsilah gurunya.

10

Bab Ketiga. Berisi tentang deskripsi pemikiran Imam
Nawawi Al-Bantany dalam kitab Nashoihul „Ibad, dimana disitu
diuraikan gambaran sabar secara umum, dilanjutkan konsep sabar
Imam Nawawi Al-Bantany dalam kitab Naskhoikul „Ibad.
Bab Keempat. Berisi tentang Analisis dan relevansi
Konsep Sabar menurut Imam Nawawi Al-Bantany Dalam Kitab
Nashoihul „Ibaddengan kehidupan penutut ilmu sekarang.
Bab Lima. Penutup yang meliputi tentang kesimpulan dan
saran.

11

BAB II
BIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI
A. Sistematika Penulisan Kitab Nashailul ‘Ibad
Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Nashaihul
„Ibadadalah tematik, yang penulisannya dari satu bab ke bab yang lain
berdasarkan jumlah nasehat dan pokok masalah yang terkandung di
dalamnya. Mulai dari dua pokok masalah, tiga pokok masalah, dan
seterusnya sampai sepuluh pokok masalah. Jumlah pembahasannya ada
214 yang didasarkan pada 45 Hadits dan sisanya merupakan atsar
(perkataan sahabat dan tabi‟in). Adapun rincian bab yang terdapat dalam
kitab ini yaitu:
1. Bab I, khutbatul kitab yang berisi kata pengantar dan sambutan dari
penulis.
2. Bab II, dalam bab ini terdapat 30 nasehat yang masing masing terdiri
dari 2 poin. Empat diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya
berupa atsar. Adapun urutannya adalah:
a. Dua hal yang sangat utama
b. Dua perintah Nabi agar bergaul dengan ulama‟
c. Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal
d. Dua kemuliaan
e. Dua kesedihan
f. Dua pencarian
g. Dua sikap orang mulia dan bijaksana

12

h. Dua modal yang berbeda hasilnya
i. Dua dasar kemaksiatan
j. Dua jenis tangisan
k. Larangan meremehkan dosa kecil
l. Dua jenis dosa
m. Dua aktivitas utama
n. Dua bukti belum mengenal Allah dan dirinya sendiri
o. Dua kerusakan
p. Dua nasehat tentang nafsu dan sabar
q. Dua pengendalian akal
r. Dua keuntungan menjauhi keharaman
s. Dua wahyu Allah kepada Nabinya
t. Dua kesempurnaan akal
u. Dua perbedaan antara yang berilmu dan yang bodoh
v. Dua ciri orang yang taat kepada Allah
w. Dua aktivitas inti
x.

Dua sumber dosa dan fitnah

y. Dua pengakuan kelemahan diri
z. Dua perbuatan tercela
3. Bab III, dalam bab ini terdapat 55 nasehat yang masing masing terdiri
dari 3 poin. Tujuh diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.

13

4. Bab IV, dalam bab ini terdapat 37 nasehat yang masing masing terdiri
dari 4 poin. Delapan diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
5. Bab V, dalam bab ini terdapat 27 nasehat yang masing masing terdiri
dari 5 poin. Enam diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
6. Bab VI, dalam bab ini terdapat 17 nasehat yang masing masing terdiri
dari 6 poin. Dua diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya berupa
atsar.
7. Bab VII, dalam bab ini terdapat 10 nasehat yang masing masing terdiri
dari 7 poin. Lima diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
8. Bab VIII, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri
dari 8 poin. Satu diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
9. Bab IX, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri
dari 9 poin. Satu diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
10. Bab X, dalam bab ini terdapat 28 nasehat yang masing masing terdiri
dari 10 poin. Sebelas diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya
berupa atsar.
B. Riwayat hidup Imam Nawawi
Beliau adalah seorang yang memiliki nama Abu Abdul Mu‟ti
Muhammad bin „Umar bin „Arabi bin „Ali at-Tanari al-Bantani al-Jawi.

14

Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230
H/1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah islamiahnya.
Kedua orang tua beliau memberi nama dengan Muhammad Nawawi.
Nama pada bagian awal diambil dari nama pemimpinnya para Nabi dan
Rasul yang memiliki risalah yaitu Muhammad bin Abdullah SAW. Dan
nama pada bagian dua diambil dari nama Syaikhul Islam Waliyullah
Mukhyiddin Abi Zakaria Yahya bi Syarif an-Nawawi (Al-Qof, 2008: 183184).
Ayah beliau bernama K.H „Umar bin „Arabi, seorang pejabat
penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, Imam
Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin
(Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya
bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. Melalui jalur imam Ja‟far
ash-Shadiq, Imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin,
Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra (Ghofur, 2008:189). Beliau
bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad (Syamsu,
1996:271).
Ketika masa beliau berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafalan
Al-Qur‟an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulma di sana.
Proses pembelajaran ini dikalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan
sebutan Al-Qira‟ah. Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama
Syaikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut
dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa An-Nawawi kecil

15

untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan
menagis

sembari

membaca

Al-Qur‟an.

Syeikh

ini

kemudian

mengantarkannya kepada ayahnya dan menasehati sang ayah agar
mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Snag ayah setuju
dengan nasehat ini (Amirul Ulum, 2016:57).
Syekh Imam Nawawi al-Bantani wafat dalam usia 84 tahun di
Syeib „Ali, sebuah kawasan di pinggiran kota Mekah, pada 25 Syawal
1314 H. Ia dimakamkan di Ma‟la, Arab Saudi dekat makam istri
Rasulullah SAW. Yang pertama, Ummul Mukmini, Khadijah binti
Khuwalid RA. Beberapa tahun setelah ia wafat, makamnya dibongkar oleh
pemerintah Kerajaan Saudi untuk dipindahkan tulang belulangnya, dan
liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lainnya seperti kebiasaan di Ma‟la.
Saat itulah, para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syeikh
Imam Nawawi al-Bantani dan kain kafannya masih utuh, walaupun
jasadnya sudah bertahun-tahun dikubur. Oleh karena itu, jika kita
berangkat ibadah haji dan umrah ke Mekah, kita masih bisa berziarah ke
makamnya di Pemakaman Umum Ma‟la (Iskandar, 2011: 67).
C. Pendidikan
Imam Nawawi adalah pecinta ilmu agama yang mengamalkan
ilmunya, yang mencintai sampai dilubuk hatinya (Al-Qof, 2008:183).
Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap
pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun. Pertanyaanpertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi
yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah

16

mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula
mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada
kiyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kiyai Yusuf Purwakarta
(http://id.Wikipedia.org).
Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya
berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji,
ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang mencekik telah
meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci
ini beliau mencerap pelbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa
dan sastra arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqih adalah sederet
pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur,
2008:190). Beliau berguru kepada para ulama‟ terkenal di Makkah,
seperti:

syeikh

Khatib

al-Sambasi,

Abdul

Ghani

Bima,

Yusuf

Sumbulaweni, „Abdul Hamid Dhagestani, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan,
Syeikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan
tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syeikh Juneid al-Betawi, dan Syeikh Ahmad Dimyati ulama‟
terkemuka di Makkah, lewat karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau
terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama‟ lain yang berpengaruh besar
mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-Sambasi
dan

Syeikh

Ahmad

Zaini

Dahlan,

ulama‟

besar

Madinah

(http://id.Wikipedia.org).
Setelah beliau menggali ilmu di Madinah, kemudian beliau
mengembara jauh dari tempat tinggalnya di Makkah, menuju ke daerah

17

Kinanah, Mesir, yang menjadi kota sekaligus gudangnya ilmu, dan menuju
universitas Al-Azhar yang menjadi kiblat ilmu dan ulama‟. Beliau disana
berkeinginan berjumpa dengan pembesar para ulama‟ (Al-Qof, 2008:183).
Merasa masih haus akan dunia keilmuwannya Imam Nawawi
mengembara lagi ke Negara-negara Islam di Timur Tengah untuk belajar
kepada Ulama-ulama‟ seperti Syam. Setelah menyerap banyak materi
Ulama‟ beliau kembali ke Hijaz untuk belajar dengan ulama‟-ulama‟ di
sana (Amirul Ulum, 2015:45).
Syekh Imam Nawawi al-Bantani berangkat ke Hijaz pada 1828 M.
Setelah 2 tahun memimpin pesantren ayahnya sejak 1828M. Setelah
kepergiannya tugas mengasuh pesantren ditumpahkan kepada adiknya,
terutama Tamim dan Syaid yang seperguruan dengannya ketika belajar
kepada K.H Sahal, Kyai Yusuf dan pengasuh Pesantren Cikempek (Amirul
Ulum, 2016:66).
D. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram
Kedatangan Syekh Imam Nawawi al-Bantani ke Hijaz tidak serta
mertanya langsung bisa mengajar di Masjidil Haram. Akan tetapi, ntuk
menuju itu semua harus melalui sebuah seleksi yang ketat dan
mendapatkan legalitas dari penguasa Hijaz yang di waktu itu dijabat oleh
Syarief Aunur Rofiq. Sebelum mengajar di Masjidil Haram, Syeikh Imam
Nawawi al-Bantani sudah aktif mengajar, terlebih di kediaman Syeikh
Syi‟if Ali atau perkampungan al-Jawi. Waktu melakukan penelitian Snock
Hurgronje atas Ulama-ulama Nusantara yang ada di Hijaz, ia sempat
bertemu dengan Syeikh Imam Nawawi al-Banatani. Untuk misinya itu,

18

Snock berpura-pura masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul
Ghaffar (Amirul Ulum, 2015:46).
Snock keheranan menyaksikan bagaimana cara penguasaan materi
dan penampaian tidak kalah hebat dengan para Syeikh yang mengajar di
Masjidil Haram. Snock bertanya kepada Syeikh Imam Nawawi “ mengapa
anda tidak mengajar di Masjidil Haram, tapi malah diperkampungan Jawa
?” “pakaianku yang jelek dan kepribadianku tidak cocok dan tidak pantas,
tidak layak bila disejajrkan dengan keilmuwan seorang Syeikh yang
berbangsa Arab”,” bukankah di Masjidil Haram banyak orang yang tidak
sepandai anda, akan tetapi mereka tetap dipersilahkan mengajr di Masjidil
Haram”, “tentunya mereka adalah orang-orang alim pilihan”, jawab Imam
Nawawi (Amirul Ulum, 2015:47).
Dalam mengajar Syekh Imam Nawawi al-Bantani dikenal dengan
sebutan Imam al-Manthuq wa al-Mafhum. Yaitu orang yang paling
menguasai dalam hal pemahaman ilmu dan cara penyampaiannya.
Sehingga para Ulama Mesir menyebutnya dengan Syyidu al-Ulama alHijaz (penghulu para Ulama di Negri Hijaz). Ketika keilmuawan Imam
Nawawi terkenal di dataran Hijaz, akhirnya diambil menjadi bagian dari
Syekh yang ikut serta dalam mengajar di Masjidil Haram dan menjadi
Imam di dalamnya. Dengan tampilnya Syekh Imam Nawawi al-Bantani
sebagai pengajar di Masjidil Haram (Amirul Ulum, 2015:48).
Lantaran ketajaman otak Syekh Imam Nawawi al-Bantani, ia
tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil Haram. Sewaktu
Syeikh Ahmad Khatib Sambas udzur sebagai Imam Masjidil Haram, Imam

19

Nawawi ditujuk sebgai pengganti. Sejak saat itu, ia dikenal dengan
sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).
E. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani
Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan
kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan
mereka memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh
ulama Hijaz (jazirah Arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab
Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam keilmuwannya
sehingga Imam Nawawi al-Bantani mempunyai beberapa murid yang
belajar kepada beliau, diantaranya murid-murid Imam Nawawi baik yang
menjadi pengajar di Masjidil Haram maupun yang kembali ke daerahnya
adalah:
1. Syaikh Zainudi bin Badawi al-Sumbawa. (1230 H/1814 M1312 H/1897 M)
2. Syaikh Mahfudz al-Turmusi. (1285 H/1868 M-1336 H/1920
M)
3. Syeikh Asy‟ari al-Baweani
4. Syeikh Abdul Karim al-Bantani (1840 M- 1875 M)
5. Syeikh Jum‟an bin Makmun al-Tengerangi
6. Syeikh Kyai Hasyim Asy‟ari (1287 H/1871 M- 1366H/1915
M)
7. Syeikh Kyai Ahmad Dahlan (1868 M -1923 M)
8. Syeikh Abdul Hamid al-Qudsi (1277H/1860 M-1334H/1915
M)

20

9. Kyai Wasith al-Bantani
10. Kyai Arsyad Thawil al-Bantani (1263 H/1847 M- 1328
H/1910)
11. Kyai Saleh Darat Semarang (1820 M-1903 M)
12. Syaikhona Khalil Bangkalan (1235 H/1820 M-1343 H/1925
M)
13. Kyai Umar bin Harun Rembang (1270 H/1855M-1328
H/1910 M)
Adapun untuk murid Imam Nawawi al-Bantani yang berasal dari
luar Nusantara yang menjadi pengajar di Masjidil Haram, diantaranya
adalah:
a. Sayyid Ali bin Ali al-Habsyi (1270 H-1333 H)
b. Syeikh Abdul Satar al-Dahlawi
c. Syeikh Abdul Satar bin Abdul Wahab dll. (Amirul Ulum,
2015:49-50).
F. Nasionalisme
Tiga tahun lamanya Imam Nawawi bermukim di Makkah. Setelah
merasa cukup, beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan ilmu dan
hukum yang ia peroleh, terhadap putra-putri atau generasi tanah air dan
para pecintanya. Beliau melakukannya dengan nasehat dan menguatkan
para tokoh mereka dengan jalan dakwah, dan berperan aktif dalam
membangun serta membina masyarakat Islam (Al-Qof, 2008:184).
Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma
puluhan, tapi makin lama makin jumlahnya kian banyak. Mereka datang

21

dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syeikh Nawawi al-Bantani alJawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama
tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf (http://id.wikipedia.org).
Seorang orientalis kenamaan yang pernah berkunjung ke Makkah pada
1884-1885, Snouck Hourgronje, menuturkan bahwa Imam Nawawi setiap
hari sejak pukul 07.30-12.00 menyampaikan tiga perkuliahan sesuai
dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari
Indonesia adalah K.H. Asnawi dari Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H.
Arsyad Thawil dari Banten, K.H. Hasyim Asy‟ari dari Jombang, dan K.H.
Kholil dari Madura. Merekalah yang kelak menjelma sebagai ulama besar
dan berpengaruh di Indonesia (Ghofur, 2008:191).
G. Gelar-gelar
Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah.
Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman
otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil
Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam
Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu,
ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).
Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan
kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan
mereka memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh
ulama‟ hijaz (jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab
Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama
dan kedudukan yang mulia dalam berilmu. Beliau merupakan seorang

22

syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut
hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau
dan memberi ampunan (Al-Qof, 2008:104).
H. Karya-karya
Kurang lebih 15 tahun sebelum wafat, Imam Nawawi sangat subur
dalam membuahkan kitab. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi
untuk menambah kesempatan menulis. Maka tak heran jika Nawawi
mampu melahirkan puluhan, bahkan menurut sebuah sumber ratusan karya
tulis meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu teolog, sejarah,
syari‟ah, tafsir dan lainnya. Paling tidak, Yusuf alias Sarkis mencatat 34
karya Imam Nawawi dalam Dictionary of Arabic Printed Books (Ghofur,
2008:192).
Sedangkan ulama mesir Syeikh „Umar „Abdul Jabbar dalam
kitabnya “al-Durus min Madhi al-Ta‟lim wa Hadrilih bi al-Masjidil alHaram” (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di
Masjidil Haram) menulis bahwa syeikh Nawawi sangat produktif dalam
menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih, meliputi berbagai
disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar
terhadap kitab-kitab klasik (http://id.wikipedia.org).
Sebagian diantara karya-karya Imam Nawawi diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.

Dalam bidang Tafsir, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai
sebuah karya yaitu: Tafsir Al-Munir. Tafsir setebal dua jilid ini
selesai ditulis pada tanggal 5 Rabiul Awwal 1305 H/1886 M.

23

Usai

selesai

menulis

Imam

Nawawi

al-Bantani

menyodorkannya kepada ulama‟ Mesir. Ulama Mesir merasa
kagum dengan prestasi yang dimiliki Imam Nawawi alBantani.
Kitab tersebut bahkan telah ditetapkan sebagai buku wajib
di dunia pesantren. Popularitasnya hanya diungguli oleh Tafsir
Jalalain karya Jalaludin as-Suyuthi dan Jalaludi al-Mahalli.
Lantaran karyanya yang bergaung luas dengan bahasa yang
mudah dicerna tanpa mengurangi kepadatan isi, nama Nawawi
termasuk dalam barisan ulama besar abad ke-14 H/ 19 M.
Karena keilmuannya ia dikaruniai gelar: al-Imam al-Muhaqqiq
wa al-Fahmah al-Mudaqqiq dan Sayyid Ulama al-Hijaz
(Ghofur, 2008:192).
2.

Dalam bidang Fiqih, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai
sebuah karya diantaranya:
a. Fatkhul Mujid, yang ditulis pada 1276 H, kitab ini
merupakan ulasan ringkas atas kitab Khatib al-Syarbani fi
al-Manasik.
b. Khasifatu al-Saja‟, yang ditulis pada 1292 H, kitab yang
berisi uraian pemikiran tauhid Syaikh Nawawi ini
merupakan ulasan atas kitab Syafinah al-Najah karya
Syaikh Salim ibn Samir al-Hadharami.
c. Mirqath al-Su‟ud al-Tasdiq, kitab yang ditulis pada 1292
H, ini berisi ulasan Syaikh Nawawi terhadap pemikiran

24

Syaikh Abdullah ibn Hasyim Ba‟alawi dalam kitab Sullam
Taufiq.
d. Nihuyatu al-Zain, yang berisi ulasan atas pemikiran Syaikh
Zain al-DinAbdul Aziz al-Malibari dalam kitab Qurrah alAin bi Muhimmat al-Din. Kitab tersebut ditulis pada 1297
H.
e. Al-Tausyik, yang ditulis pada 1314 H, ini berisi ulasan atas
kitab Fath al-Qarib al-Mujib karya Ibn Qasim al-Ghazi.
f. Al-Aqdu

al-Tsamin,

yang

berisi

ulasan

atas

kitab

Mandzumat al-Sittin Mas‟alatan al-Musamma bil al-Fath
al-Mubin karya Syaikh Mustofa ibn Usman al-Jawi alQuruti.
g. Uqudu al Lujain fi Bayan Huquq al Zaujain yang ditulis
pada 1297 H, ini membahas hak dan kewajiban suami isri.
h. Sullam al-Munanjat, kitab ini ditulis pada 1292 H dan
berisi ulasan atas kitab Syafinah al-Shalat karya Sayyid
Abdullah ibn Uma al-Hadhrami.
i. Al-Tsimar al-Yani‟ah yang berisi ulasan atas kitab alRiyadh al-Badi‟ah karya Syaikh Muhammad ibn Sulaiman
Hasb Allah (Samsul Munir, 2008:12).
3. Dalam hadist dan Musthalahu al-Hadist Imam Nawawi alBantani mempunyai sebuah karya diantaranya:
a. Syarah Shahih Muslim
b. Riyadhuh al-Shalihin

25

c. Sharah Shahih Bukhari al-Adzkar
d. Arba‟in Nawawi
e. Irsyad fi al-Ulum al-Hadist
f. Al-Tarqib wa al-Taisir
4.

Dalam bidang bahasa dan kesastraan, Imam Nawawi alBantani mempunyai sebuah karya diantaranya:
1. Fath al-Ghafir al-Khattiyah, yang berisi ulasan atas kitab
Nuzum al-Jurumiyah al-Musamma bi al-kaukab al-jauziyah
karya Imam Abdul Salam ibn Mujahid al-Nabrawi. Kitab
tersebut ditulis pada 1298 H.
2. Al-Jurumiyyah
3. Lubab al-Bayan yang membahas ilmu balaghah dan
merupakan ulasan atas kitab Risalat al-Isti‟arat karya
Husain alNawawi al-Maliki.
4. Al-Fushus al-Yaqutiyyah, ala Raudhat al-Mahiyah fi al
Abwab al-Tashrifiyyah yang membahas marfologi atas ilmu
Sharf. Kitab ini merupakan ulasan atas kitab al-Raudhah alBahiyyah fi Abwab alTashrifiyyah.
5. Al-Kawakibi al-Jahiliyyah
6. Al-Nabrawasi
7. Al-Raudha al-Mahiyayah fi Abwabi

5.

Dalam Akhlak dan Teologi, Imam Nawawi al-Bantani
mempunyai sebuah karya diantaranya:

26

a. Bahjatu al-Wasail, yang merupakan ulasan atas Risalah alJami‟ah baina Ushul al-Din wal Fiqh wat Tashawuf. Kitab
ini ditulis pada 1922 H.
b. Fath al-Majid, Kitab yang ditulis pada 1298 H ini
merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-tauhid.
c. Tijan ad-Durori, kitab yang ditulis pada 1298 H. Ini
merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-Tauhid.
d. Al-Najah al-Jadidah, yang ditulis pada 1303 H.
e. Dzari‟ah al-Yaqin ala Ummu al-Barahin, yang ditulis pada
1317H , kitab ini memberi ulasan pada Umm al-Barahain
karya al-Sanusi.
f. Al-Maraqi al-Ubudiyah, yang berisi ulasan atas kitab
Bidayah al-Hidayah karya Hujjah al-Islam, Abu Hamid alGhazali.
g. Qami‟ al-Tughyan, kitab ini berisi ulasan atas kitab
Mandzumat al-Syu‟b al-Imam karya Syaikh Zain al-Din ibn
Ali ibn Ahmad al- Syafi‟i al-Kausyani al-Malibari.
h. Salalim al-Fudhala‟
i. Nashaihul „Ibad, kitab ini ulasan atas pemikiran Syaikh
Syihab al-Din Ahmad ibn Ahmad al-Asqalani dalam
karyanya al-Munabbihat ala al-Istidad li Yaum al-Ma‟ad.
(Samsul Munir, 2008: 14-16)
6. Dalam Tarikh, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai sebuah
karya dantara:

27

a. Tarqhib al-Mustaqim
b. Al-Ibriz al-Dani
c. Fath al-Shamad
Selain kitab-kitab di atas, Imam Nawawi al-Bantani juga mempunyai
banyak karya dalam berbagai kajian ilmu. Akan tetapi kitab yang
terdeteksi sangat sedikit jumlahnya (Amirul Ulum, 2015:51-52).
Karya-karya di atas itulah merupakan sebagian dari karya Imam
Nawawi yang penulis sebutkan hanya sebagian saja, masih banyak karyakarya beliau yang belum bisa disebutkan di sini dikarenakan terbatasnya
sumber yang penulis dapatkan. Dan memang dari sumber yang penulis
dapatkan, banyak dari karya-karya beliau yang belum diterbitkan oleh
penerbit-penerbit.
I. Nasab Imam Nawawi
Telah disebutkan di atas, bahwa nasab Imam Nawawi bersambung
sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun urutan nasab beliau
adalah sebagai berikut:
1. Sayyiduna Muhammad Saw
2. Sayyiduda „Ali bin Abi Tholib Karomawallahu wajh wa
Sayyidatuna Hababah Fatimah Azzahro al-Batul Ra.
3. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.
4. Sayyiduna Imam „Ali Zainal „Abidin Assajad Ra.
5. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.
6. Sayyiduna Imam Ja‟far Shodiq Ra.
7. Sayyiduna Imam „Ali „Uroidhi Ra.

28

8. Sayyiduna Imam Muhammad Naqib Ra.
9. Sayyiduna Imam Isa Syakir Arrumi Ra.
10. Sayyiduna Imam Ahmad al-Muhajir Ra.
11. Sayyiduna Imam Ubaidullah Ra.
12. Sayyiduna Imam Alawi Ra.
13. Sayyiduna Imam Muhammad Ra.
14. Sayyiduna Imam Alawi Ra.
15. Sayyiduna Imam „Ali Kholi Qosam Ra.
16. Sayyiduna Imam Muhannad Shohib Marbath Ra.
17. Sayyiduna Imam „Ali Hadroh Maut (yaman) Ra.
18. Sayyiduna Imam Abdul Malik Ra.
19. Sayyiduna Imam Abdullah Khon Ra.
20. Sayyiduna Imam Ahmad Syah Jalaliddin Ra.
21. Sayyiduna Imam Jamaluddin al-Akbar Ra.
22. Sayyiduna Imam „Ali Nurril „Alim Siyam Ra.
23. Sayyiduna Imam Abdullah Umdataddin Ra.
24. Sunan Gunung Jati Raden Syarif Hidayatullah Cirebon Ra.
25. Maulana Hasanuddin Banten Ra.
26. Maulana Yusuf Banten Ra.
27. Maulana Muhammad Nashriddin Banten Ra.
28. Maulana Abul Mafakhir Muhammad Abdil Qadir Ra.
29. Maulana Abul Ma‟ali Ahmad Kanari Banten Ra.
30. Maulana Abul Fath Abdil Fattah Tirtayasa Banten Ra.
31. Maulana Mangsuruddin Cikaduen Banten Ra.

29

32. Maulana Nawawi Ra.
33. Maulana „Ali Ra.
34. Maulana „Umar Attanar al-Bantani Ra.
35. Syaikhul Kabir wa „Alim Hijaz Abdul Mu‟thi Muhammad
Nawawi Ra.
Demikianlah runtunan nasab beliau yang sampai pada baginda
Nabi

Muhammad

melalui

jalur

sayyiduna

Husain

ra

(http//id.wikipedia.org).
J. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi
Guru Imam Nawawi yang paling berpengaruh terhadap beliau yang
mampu mengubah alam pikirnya adalah syeikh Khatib as-Sambasi yang
pada waktu uzur Imam Nawawi mengantikan beliau menjadi imam
masjidil haram sehingga menjadikan beliau masyhur dan terkenal sebagai
syekh Nawawi al-Jawi. Adapun silsilah guru-guru beliau melalui syeikh
Khatib as-Sambasi adalah sebagai berikut:
1. Allah SWT.
2. Malaikat Jibril
3. Nabi Muhammad SAW.
4. Sayyiduna „Ali bin Abi Thalib Karromawallahu Wajh.
5. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.
6. Sayyiduna Imam Ali Zainal Abidin Ra.
7. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.
8. Sayyiduna Imam Ja‟far Shodiq Ra.
9. Sayyiduna Imam Musal Khazim Ra.

30

10. Sayyiduna Imam Ali Ridho Ra.
11. Sayyiduna Syeikh Abu Mahfuzh Ma‟ruf al-Kharkhi Ra.
12. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Sirriddin Assaqathi Ra.
13. Sayyiduna Syeikh Abul Qasimil Junaidi al-Baghdadi Ra.
14. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur Asy-Syibli Ra.
15. Sayyiduna Syeikh Abdul Aziz at-Tamimi Ra.
16. Sayyiduna Syeikh Abu Fadl Abdil Wahid bin Abdil Aziz atTamimi Ra.
17. Sayyiduna Syeikh Abul Faraj Ath-Thartusi Ra.
18. Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Ali bin Yusuf al-Qirusyi alHankari Ra.
19. Sayyiduna Abu Said Mubarrok bin Ali al-Makhzumi RA.
20. Sayyiduna Imam Ghoutsul A‟zhom Abu Muhammad Abdil
Qadir Jailani Ra.
21. Sayyiduna Imam Abdul Aziz bin Abdil Qadir jailani Ra.
22. Sayyiduna Syeikh Muhammad Hattak Ra.
23. Sayyiduna Syeikh Samsuddin Ra.
24. Sayyiduna Syeikh Syarofuddin Ra.
25. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Zainiddin Ra.
26. Sayyiduna Syeikh Waliyuddin Ra.
27. Sayyiduna Syeikh Nuruddin Hisyamiddin Ra.
28. Sayyiduna Syeikh Yahya Ra.
29. Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Ra.
30. Sayyiduna Syeikh Abdur Rohim Ra.

31

31. Sayyiduna Syeikh Ut