Renstra Badan Geologi 2010 2014
RENCAN
A
STRATEG
IS
2010
–
2014
BADAN
GEOLOGI
KEMENTERIAN
ENERGI
DA
N
SUMBE
R
DAYA
MINERAL
REPUBLIK
INDONESIA
(2)
©2010
BADA
N
GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JLN. DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG
(3)
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja
Pemerintah (RKP). Amanat undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang mengatur tata cara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga, dan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan. Secara teknis,
selanjutnya penyusunan Renstra-KL mengacu pada Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL 2010-2014.
RPJMN merupakan prioritas dari Presiden terpilih yang akan dilaksanakan oleh Kementerian dan Lembaga melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dari
Kementer ian/Lembaga (Renstra-KL). Rancangan RPJMN disusun oleh Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, sedangkan rancangan Renstra-KL disusun oleh
pimpinan masing-masing Kementerian/Lembaga. Rancangan Renstra-KL ditelaah oleh Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas agar konsisten dengan sasaran program prioritas Presiden.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. manyatakan “RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif dan dapat berubah sesuai perkembangan
(4)
Renstr a-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada
RPJM Nasional dan bersifat indikatif.. Badan Geologi menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada RPJM Nasional dan Renstra KESDM serta peraturan perundangan yang terkait.
Renstra Badan Geologi 2010-2014 ini diharapkan dapat dijadikan pedoman maupun acuan bagi
perencanaan di lingkungan Badan Geologi serta menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan terkait. Badan Geologi juga selalu terbuka untuk diberikan masukan maupun kritik dan saran yang
membangun.
Kepala Badan Geologi,
(5)
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
II. KONDISI UM UM 5
1. Lat ar Belakang 5
2. Pencapaian Pembangunan 2004-2009 8
3. Tant angan dan Isu St rat egis Pembangunan Bidang Geologi 27
III. VISI, M ISI, DAN TUJUAN BADAN GEOLOGI 32
1. Visi 32
2. M isi 32
3. Tujuan 32
4. Sasaran 33
IV. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN 34
1. Arah Kebijakan dan St rat egi Nasional 34
2. Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pem bangunan 43
3. Arah Kebijakan dan St rat egi Sekt or Energi dan Sumber Daya M ineral 44
4. Arah Kebijakan dan St rat egi Badan Geologi 67
V. PENUTUP 88
Lampiran
(6)
BA
B
I
PENDAHULUAN
Rencana Str ategis (Renstr a) 2010-2014 Badan Geologi merupakan tahap kedua
dari pelaksanaan tahapan Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 merujuk pada
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 serta Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010
-2014. Renstr a 2010-2014 ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
unit kerja di lingkungan Badan Geologi dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja maupun menyusun perencanaan kegiatan tahunan serta dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah maupun stakeholder terkait dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan/ ker ja masing-masing dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, Renstr a akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja Tahunan yang akan
menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga di lingkungan Badan Geologi.
RPJMN yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih memuat sasaran dan strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun masa pemerintahan. Untuk menjabarkan serta mewujudkan amanat pembangunan jangka menengah, diperlukan dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dapat menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga untuk mendukung pencapaian
pr ogr am prioritas Presiden tersebut. Dokumen rencana tersebut adalah Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) yang memuat visi, misi, tujuan,
str ategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Kementerian/Lembaga untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya serta berpedoman pada RPJMN 2010-2014.
Gambar Bagan Alur Keterkaitan Dokumen Perencanaan di bawah ini menunjukkan alur penyusunan Renstra-KL yang ber pedoman pada RPJMN, dan kemudian
menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL).
Dokumen Renstra-KL adalah penjabaran RPJMN, terkait dengan program dan
(7)
penetapan kebijakan baru terkait dengan dinamika pembangunan yang belum
diakomodasi dalam RPJM dapat dimutakhirkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Gambar 1.1 Bagan AlurKeterkaitan Dokumen Perencanaan
Renstr a-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian/Lembaga. Informasi baik tentang keluaran (output), maupun sumberdaya yang tercantum di dalam dokumen rencana ini bersifat indikatif. Visi yang terdapat di dalam Renstra
-KL merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh K/L pada akhir periode perencanaan melalui misi. Masing-masing misi memiliki tujuan
yang dilengkapi dengan sasaran strategis sebagai ukuran kiner janya.
Dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, K/L menyusun strategi, kebijakan, dan pendanaan berupa program dan kegiatan serta rencana sumber pendanaannya. Selain bertanggung jawab di lingkup kewenangannya sendiri, K/L memiliki sasaransasaran nasional yang harus dicapai sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya, dalam rangka melaksanakan prioritas, fokus prioritas, dan kegiatan
prioritas nasional sesuai dengan platform Presiden (sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN). Strategi kebijakan dan pendanaan K/L disusun sampai dengan tingkat program dan/atau Lintas Program dalam K/L yang dilengkapi dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja outcome dari masing-masing program serta
(8)
Sumber pendanaan program dan/atau Lintas Program dalam K/L antara lain berasal dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan/atau swasta (investasi dari pihak swasta dalam atau luar negeri melalui mekanisme PPP - Public Private
Partnership). Program disusun sesuai jenis dan jumlahnya yang terdapat di
masing-masing K/L sesuai dengan kelompok karakteristik K/L. Detail kinerja dan
rencana pendanaan program/kegiatan yang dibiayai APBN disusun dalam matriks Kinerja K/L dan matiks Pendanaan K/L.
(9)
BA
B
II
KONDISI
UMUM
2.1 Latar Belakang
Geologi (geo = bumi dan logos = ilmu) didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan bumi, baik komposisi pembentuk bumi, struktur, dan proses kejadiannya. Geologi berarti juga obyek (informasi) yang berhubungan dengan bumi atau istilah yang menyatakan bumi (geo), susunan batuan, struktur geologi, sumber daya geologi (geo-resources), geologi lingkungan (geo-environment), dan potensi bencana (geo-hazards).
Indonesia memiliki 17.480 pulau, kurang lebih 6.000 diantaranya berpenghuni, dengan wilayah daratan seluas 1.922.570 km2 dan wilayah lautan seluas 3.257.483 km2, serta total panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Secara geologi, kawasan ini terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebagai
konsekwensinya, wilayah ini memiliki geologi yang kompleks dan dinamis.
Berbagai potensi, baik yang bersifat menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun yang bersifat merugikan seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi dan tanah longsor terjadi di kawasan ini. Kondisi tersebut menjadikan pengelolaan geologi wilayah Indonesia strategis dalam pembangunan nasional.
Kegiatan kegeologian di wilayah Indonesia telah dimulai sejak penjelajahan Junghun pada tahun 1829. Pada awalnya kegiatan kegeologian masih terbatas pada pencarian potensi dan eksplorasi sumber daya mineral dan energi. Kini, telah berkembang menjadi kegiatan penyediaan data dan informasi dalam mendukung berbagai sektor seperti geologi untuk pembangunan infrastruktur, pengembangan wilayah, penyediaan air bersih, mitigasi bencana letusan gunung api, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami. Produk kegiatan kegeologian ini, selain untuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, banyak digunakan oleh kementerian Pekerjaan Umum, Pertanian, Lingkungan Hidup, dan lembaga
(10)
-Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup telah mendorong perubahan paradigma kegeologian. Peran geologi yang pada revolusi industri lebih pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi dan mineral, kini dituntut untuk berperan lebih mendekati kepentingan masayarakat luas secara langsung. Paradigma kegeologian untuk masa mendatang harus berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan peningkatan
perlindungan masyarakat. Masalah-masalah perlindungan jiwa, harta benda dan
lingkungan hidup kini dituntut untuk mendapat perhatian lebih besar. Maka fokus kegiatan kegeologian dalam paradigma baru ini bergeser kepada penyediaan data dan informasi untuk upaya-upaya seperti konservasi, kelestarian lingkungan,
peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan wisata alam dan pengurangan resiko bencana geologi.
Perubahan iklim telah berdampak langsung terhadap kehidupan manusia seperti kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola curah hujan, peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim dan kenaikan muka air laut. Curah hujan tinggi menyebabkan frekuensi dan intensitas kejadian banjir dan tanah longsor meningkat; serta musim kemarau pada periode kering menjadi lebih panjang yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan air. Pemanasan global terutama disebabkan oleh peningkatan CO2 di atmosfir akibat pemakaian energi fosil, sehingga kontribusi bidang geologi dalam hal ini antara lain upaya pengurangan emisi CO2 melalui penyediaan data dan informasi sumber energi panas bumi dan formasi batuan yang dapat menyimpan gas tersebut (Carbon
Capture and Storage). Kontribusi geologi untuk pengurangan dampak dan risiko
perubahan iklim berupa tanah longsor dan kekeringan merupakan antara lain berupa identifikasi geologi kawasan rawan bencana longsor dan penyediaan data dan informasi untuk pengembangan air tanah sebagai sumber air, terutama di wilayah kering atau daerah sulit air
Banyaknya kejadian bencana geologi di wilayah Indonesia berdampak luas, antara lain: (1) letusan G. Tambora pada tahun 1815 mengakibatkan gelombang hawa dingin dan tahun tanpa musim panas yang menyebabkan gagal panen serta kelaparan hampir di seluruh dunia, dan (2) tsunami yang disebabkan oleh gempa
(11)
bumi di Aceh tahun 2004 merupakan tsunami terbesar di dunia mengakibatkan lebih dari 250 ribu jiwa tewas dan berdampak hingga Asia Selatan dan Afrika Timur. Disamping itu, frekuensi kejadian bencana geologi di Indonesia merupakan tertinggi di dunia. Fenomena ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah yang paling rawan bencana geologi.
Sebagai konsekuensi meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup telah mendorong semakin pentingnya peranan suatu lingkungan dan tataan geologi dalam mendukung kelangsungan hidup umat manusia. Lokasi-lokasi seperti
tempat penimbunan karbon (CCS), tapak pembangkit listrik tenaga nuklir, tempat pembuangan limbah, kawasan konservasi atau cagar alam, geowisata membutuhkan lingkungan dan tataan geologi yang spesifik hanya terdapat di
tempat-tempat tertentu. Tempat tersebut secara kegeologian terdapat di wilayah
Indonesia, sehingga merupakan aset ekonomi yang sangat berharga dan strategis. Secara geografis Indonesia terletak di kawasan rawan bencana. Bertambahnya penduduk dan pembangunan yang pesat pada kawasan tersebut telah meningkatkan pemanfaatan lahan rawan bencana untuk pengembangan pemukiman dan infrastruktur. Hal tersebut meningkatkan risiko bencana alam geologi seiring dengan meningkatnya potensi kerugian jiwa dan material. Upaya
-upaya untuk mengurangi risiko bencana alam geologi perlu terus menerus
ditingkatkan antara lain melalui pengenalan dan sosialisasi ancaman bahaya dan
bencana alam geologi serta upaya mitigasinya.
Di era teknologi digital saat ini, tuntutan akan ketersediaan informasi bidang geologi dari berbagai sektor membutuhkan proses diseminasi yang cepat, akurat dan tepat waktu. Untuk menjawab tuntutan tersebut, perlu membangun basis data bidang kegeologian yang selalu up to date dan mudah di akses sebagai informasi publik sebagai prioritas nasional pembangunan bidang geologi.
(12)
2.2 Pencapaian Pembangunan 2005-2009 2.2.1 Faktor Kekuatan dan Kebijakan
Penjabaran visi dan misi kedalam tujuan strategis, sasaran strategi, program dan kegiatan sudah semestinya memperhitungkan faktor kekuatan yang dimiliki organisasi yang selanjutnya dijabarkan kedalam kebijakan-kebijakan. Terdapat
sejumlah faktor yang dapat diperhitungkan sebagai faktor kekuatan Badan Geologi untuk mencapai visi dan misi tersebut di atas. Faktor kekuatan tersebut meliputi: i) kondisi geologi Indonesia yang sangat menantang, ii) otoritas atau mandat
undang-undang tentang kegeologian, iii) sumber daya manusia yang relatif paling
besar di lingkungan KESDM, iv) sarana dan prasarana yang cukup lengkap, serta v)
hasil-hasil penting dan strategis yang telah dicapai cukup menggembir akan.
Satu faktor lagi dapat dianggap sebagai kekuatan, yaitu pengalaman organisasi
yang sudah cukup matang. Badan Geologi secara organisasi merupakan kelanjutan dari organisasi kegeologian yang sudah ada dan berkiprah di Indonesia sejak awal abad ke-19 M. Bahkan dalam perjalanannya, berdasarkan sejarah berdirinya KESDM terlahir dari kandungan organisasi kegeologian di Indonesia ini.
Berdasarkan visi, misi, dan faktor kekuatan organisasi, disusun sejumlah kebijakan yang menjadi pegangan dalam penetapan tujuan strategis, sasaran strategis, pemilihan program dan penetapan kegiatan yang dilaksanakan dalam periode
2005-2009. Kebijakan dimaksud kurang lebihnya untuk setiap tahun berada di
seputar butir-butir kebijakan berikut:
1) Mengintensifkan pengungkapan sumber daya geologi melalui berbagai metode
dan langkah guna peningkatan ekonomi nasional dan kesejahteraan
masyar akat;
2) Memperluas dan memperdalam pengungkapan sumber daya air tanah dan
lingkungan geologi melalui berbagai metode dan langkah-langkah untuk kepentingan pengelolaan lingkungan, tata ruang dan pengembangan wilayah,
konservasi dan perlindungan lingkungan;
3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas mitigasi bencana geologi melalui
(13)
lainnya untuk kepentingan perlindungan manusia dan potensi ekonomi dari
bencana geologi;
4) Mengembangkan dan mengaplikasikan rancang bangun atau rekayasa
teknologi untuk pemantauan dan komunikasi data dalam rangka mitigasi bencana geologi, khususnya mitigasi bencana letusan gunung api;
5) Meningkatkan pengembangan sains geologi dan geo-informasi untuk
percepatan pengungkapan potensi geologi bagi aplikasinya dalam pengembangan sumber daya geologi, lingkungan geologi dan air tanah, vulkanologi serta mitigasi bencana geologi, dan berbagai pemanfaatan lainnya yang memerlukan kiprah bidang geologi;
6) Meningkatan pelayanan museum kegeologian sebagai bentuk dokumentasi
pengetahuan kegeologian, pelayanan informasi dan edukasi di bidang
kegeologian;
7) Membangun institusi geologi nasional yang handal dan sejajar dengan institusi
geologi di negara maju bagi penelitian dan pelayanan geologi untuk kepentingan pembangunan nasional melalui peningkatan tatalaksana
kepemerintahan menuju tatalaksana pemerintahan yang baik. 2.2.2 Hasil-hasil Strategis yang telah dicapai
Sejumlah hasil kegiatan sejak berdirinya Badan Geologi di akhir tahun 2005 sampai 2008 telah dicapai. Pencapaian hasil-hasil kegiatan tersebut merupakan
modal dasar untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pencapaian rencana kinerja tahun 2009. Hal tersebut menjadi modal dasar baik sebagai data dan informasi, serta metodologi awal yang diperlukan, maupun modal kepercayaan
diri organisasi dan SDMnya karena telah berhasil mencapai sasaran kegiatan yang direncanakan. Hasil-hasil kegiatan berdasarkan pengelompokan sub bidang atau
aspek per Badan geologi antara lain di bawah ini. (a) Sumber Daya Geologi
Dalam sub bidang sumber daya geologi telah dicapai hasil-hasil penting berikut:
(14)
Status potensi cadangan minyak bumi tahun 2009 sebesar 7,99 milliar barrel dan sumber daya mencapai sebesar 84,5 milliar barrel. Kondisi ini menurun apabila dibandingkan cadangan tahun 2008 sebesar 8,2 milliar barrel. Status cadangan terbukti (Proven) sebesar 4,3 milliar barrel, sedangkan cadangan
potensial sebesar 3,69 milliar barrel (Ditjen Migas 2009). Dengan rata-rata
produksi minyak bumi sebesar 970 barrel perhari tiap tahun diharapkan dapat memasok energi hingga 15 - 20 tahun kedepan.
Status cadangan gas bumi tahun 2009 sebesar 159 TSCF, sedangkan sumber daya mencapai sebesar 385 TCF (Ditjen Migas, 2009). Potensi coal bed
methane Indonesia yang tersebar pada 11 Cekungan Batubara diperkirakan
sebesar 453 TCF. Gas bumi dengan cadangan sebesar 159 TSCF dan tingkat produksi sebesar 3 TSCF, maka diharapkan gas bumi dapat memasok energi hingga 52 tahun ke depan.
Tabel 2.1 Cadangan, Produksi Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun 2005 -2009
JenisEnergi Satuan 2005 2006 2007 2008 2009
Cadangan Minyak Bumi
Milyar Bar el
8.62 8,92 8,40 8,21 7,99
Cadangan Gas Bumi
Trilyun Kaki Kubik (TSCF)
185,8 187,09 164,99 170,07 159
Produksi Minyak Mentah
Ribu barrel/hari 1.062 1.006 954 977 949
Produksi Gas Bumi TSCF/ har i 8.180 8.093 7.686 7.883 7.790
Sumber:DitjenMigas,2009
(ii) Sumber daya batubara, gambut, bitumen padat dan CBM:
Berdasarkan hasil penyelidikan status potensi batubara tahun 2009
menunjukkan, sumber daya sebesar 104,94 Milyar Ton dan cadangan sebesar
21,13 Milyar Ton. Peningkatan sumber daya batubara tahun 2005 – 2009
sebesar 43,593 Milyar Ton (70% ) dan cadangan sebesar 14,12 Milyar Ton
(15)
Gambar 2.1
Peningkatan Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005 –2009
Gambut termasuk salah satu sumberdaya energi alternatif yang terdapat di
Indonesia dan sampai saat ini masih belum digunakan sebagai bahan energi. Sumber daya gambut pada tahun 2009 tercatat sebesar 9,20 Milyar Ton, dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah sumber daya gambut sebesar 1,8546
Milyar Ton dimana terdapat kenaikan yang cukup signifikan (Gambar 2.2).
Lonjakan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2007, hal ini terjadi karena dimulainya pembuatan database gambut seluruh Indonesia dimana semua data hasil kegiatan yang dilakukan ditinjau kembali.
Gambar 2.2
(16)
Badan Geologi mulai melakukan penyelidikan bitumen padat pada tahun 2000. Berdasarkan data hasil penyelidikan diketahui bahwa pada tahun 2005 sumberdaya bitumen padat sebesar 6,799 milyar ton batuan, sedangkan pada
tahun 2009, sumber daya bitumen padat meningkat menjadi sebesar 11,417 milyar ton (Gambar 2.3). Hal ini menunjukkan kenaikan sumber daya bitumen
padat sebesar 67, 92% (4,618 milyar ton batuan). Kandungan minyak yang
ter dapat pada endapan bitumen padat cukup bervariasi dengan kandungan
paling tinggi mencapai 248 liter/ton.
Gambar 2.3 Peningkatan Sumber Daya Bitumen Padat 2005 –2009
Pusat Sumber Daya Geologi – Badan Geologi mulai melakukan kegiatan
pengeboran dan pengukuran gas methane batubara (Coal Bed Methane) pada
tahun 2006, dengan melakukan pengeboran CBM didaerah Loa Lepu di Kalimantan Timur, sedangkan tahun 2007 pengeboran CBM dilakukan di daerah Buana Jaya Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 dilakukan
penyelidikan CBM di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan Tamiang,
Sumatera Selatan. Selanjutnya Tahun 2009, penyelidikan dilakukan di Tanjung Enim, Sumatera Selatan dan daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat.
Hasil kegiatan penyelidikan CBM hingga tahun 2009 yang telah dilakukan pada beberapa lokasi tersebut diatas dengan jumlah kandungan gas metan batubara
- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000
2005 2006 2007 2008 2009
(17)
berkisar antara 0,2867 Cuft/ton hingga 188,31 Cuft/ton. Total Sumber daya Hipotetik Coal Bed Methane sebesar 2,877 Billyun Cuft atau 0,002877 TSCF (Trillyun Standar Cubic Feet) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM Tahun 2006 –2009
No Daerah/ Lokasi Tahun (km2)Luas
SumberdayaHipotetik Rata-rata Methane Content (Cuft/ton) Batubara
(ton) Methan(Cuft)e
1 Loa Lepu (Kaltim) 2006 2 x 1 191.726.612 150.711.520 0,7861
2 Buana Jaya (Kaltim) 2007 2 x 1 534.261.545 606.588.270 1.1354 3 Tanah Bumbu (Kalsel) 2008 2 x 1 112.733.226 402.255.325 3.5682
4 Tamiang (Sumsel) 2008 1 x 1 31.792.000 9.114.082 0.2867
5 Tanjung Enim (Sumsel)
2009 2 x 1 7.333.777 730.479.997 99.6153
6 Ombilin (Sumbar) 2009 1 x 0.4 5.200.000 978.212.000 188.31
TotalSumberDaya HipotetikCBMsebesar 2,877 BCFatau0,002877 TSCF
(iii) Sumber daya panas bumi:
Berdasarkan hasil penyelidikan dalam periode tahun 2009 (status sampai dengan Desember 2009) telah ditemukan penambahan 8 lokasi daerah panas bumi di Maluku, Papua Barat dan Sulawesi Barat dan 4 peningkatan status sumber daya dengan total penambahan potensi 818 MWe. Selain itu juga telah terjadi penambahan kapasitas panas bumi sebesar 137 MWe dari PLTP Lahendong III (20 Mwe) dan PLTP Wayang Windu II (117 MW), sehingga status potensi panas bumi Tahun 2009, yaitu: 28.528 MWe, daerah/lapangan panas bumi sebanyak 265 lokasi, kapasitas terpasang 1189 MWe (Tabel 2.3). Kapasitas terpasang tersebut masih sekitar 4 % dari total potensi panas bumi
Indonesia yang sebesar 28.528 MWe dan merupakan potensi panas bumi
terbesar di dunia. Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan panas bumi sampai dengan tahun 2009 sebanyak 24 WKP dengan total potensi sebesar
(18)
Tabel 2.3 Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009
(iv) Sumber daya mineral:
Beberapa hasil penelitian yang meliputi logam-logam penting seperti emas,
timah, tembaga, besi, mangan sebagai berikut:
Indonesia memiliki potensi mineral logam strategis: emas, perak tembaga,
Nikel, timah, bijih besi, bauksit, mangan dan pasir besi. Potensi sumber daya
mineral logam strategis tahun 2009 yaitu: logam emas primer sumber daya sebesar 6.575 Ton; cadangan 3.419 Ton; logam timah sebesar 2.028 ribu Ton;
Cadangan 436 ribu Ton ;logamtembaga sumber daya sebesar 82.511.945 Ton;
cadangan 32.251.100; bijih besi primer sumber daya sebesar 381.195.696 Ton; cadangan 2.216.005 Ton; bijih pasir besi sumber daya sebesar 1.647.785.123 Ton dan cadangan 4.732.000 Ton; bijih bauksit sumber daya sebesar
502.748.897 Ton; cadangan 145.903.546 Ton; bijih mangan sumber daya
mangan sebesar 10.909.107 Ton; Cadangan 938.240 Ton; bijih nikel sebesar 2.057.833.658 Ton; Cadangan sebesar 363.850.000 Ton.
Perkembangan potensi sumber daya mineral logam mulai tahun 2005 – 2009
secara umum tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan, kecuali hanya pada beberapa komoditi seperti: pasir besi, timah dan Nikel, yang dapat disajikan
Pulau
Sumber Daya Cadangan
Terpasang (MWe) Spekulatif
(MWe) Hipotetis (MWe) Terduga (MWe) Mungkin (MWe) Terbukti (MWe)
Sumatra 4925 2076 5983 15 380 12
Jawa 1935 1946 34 15 885 1815 1117
Bali 70 - 226 - - -
Nusa Tenggara 340 359 747 - 15
-Kalimantan 45 - - - -
-Sulawesi 1000 9 2 992 1 50 78 60
Maluku 595 37 341 - -
-Papua 75 - - - - -
Total 265Lokasi
8935 4551 11704 1050 2288
1189
13486 15042
(19)
status tahun 2005 -2009 untuk komoditi batugamping, pasir kuarsa, dolomite,
flespar , andesit, dan marmer dapat dijelaskan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.4
Perkembangan Sumberdaya dan Cadangan Mineral Logam 2005-2009
-50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000
2005 2006 2007 2008 2009 253.696 253.586 254.157
337.083 337.745
Sumber Daya Bat u Gamping
16.600 16.800 17.000 17.200 17.400 17.600 17.800 18.000 18.200 18.400
2005 2006 2007 2008 2009 17.253
17.490 17.558
18.327 18.327
Sumber Daya Pasir Kuarsa
[Jut a Ton]
1.780 1.800 1.820 1.840 1.860 1.880 1.900 1.920 1.940 1.960 1.980
2005 2006 2007 2008 2009 1.854
1.904
1.959 1.959 1.967
Sumber Daya Dolomit
70. 000 71. 000 72. 000 73. 000 74. 000 75. 000 76. 000 77. 000
2005 2006 2007 2008 2009 72. 831
75. 244 76. 772
76. 489 76. 876
Sumber Daya Andesit
[Jut a Ton]
99.320 99.340 99.360 99.380 99.400 99.420 99.440
2005 2006 2007 2008 2009 99.366
99.436 99.436 99.436 99.436
Sumber Daya M armer
(20)
Gambar 2.5
Perkembangan Sumberdaya Mineral Non Logam 2005-2009
(b) Lingkungan Geologi dan Air Tanah
Dalam aspek lingkungan geologi dan air tanah telah dicapai beberapa hasil antara lain:
(i) pemetaan hidrogeologi skala 1:250.000 telah selesai 54% (dari 100%
target di seluruh wilayah Indonesia); -50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000
2005 2006 2007 2008 2009 253.696 253.586 254.157
337.083 337.745
Sumber Daya Bat u Gamping
16.600 16.800 17.000 17.200 17.400 17.600 17.800 18.000 18.200 18.400
2005 2006 2007 2008 2009 17.253
17.490 17.558
18.327 18.327
Sumber Daya Pasir Kuarsa
[Jut a Ton]
1.780 1.800 1.820 1.840 1.860 1.880 1.900 1.920 1.940 1.960 1.980
2005 2006 2007 2008 2009 1.854
1.904
1.959 1.959 1.967
Sumber Daya Dolomit
70. 000 71. 000 72. 000 73. 000 74. 000 75. 000 76. 000 77. 000
2005 2006 2007 2008 2009 72. 831
75. 244 76. 772
76. 489 76. 876
Sumber Daya Andesit
[Jut a Ton]
99.320 99.340 99.360 99.380 99.400 99.420 99.440
2005 2006 2007 2008 2009 99.366
99.436 99.436 99.436 99.436
Sumber Daya M armer
(21)
(ii) penyusunan peta cekungan air tanah (CAT) skala 1:250.000 telah selesai
seluruhnya (100%);
(iii) penilaian awal jumlah CAT dan potensi air tanah dalam CAT telah selesai
untuk seluruh Indonesia (metode umumnya: desk study). Dari hasil penilaian tersebut diperoleh informasi jumlah CAT seluruh Indonesia tidak kurang dari 465 CAT tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah aliran air tanah tertekan (Q2) dari seluruh CAT tersebut adalah 18.841,37
x 106 m3/tahun dan jumlah air tanah tak tertekan yang sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi tutupan lahan (Q1) adalah 666.369,17 106m3/tahun;
(iv) penyelidikan potensi CAT agak rinci (skala peta 1:100.000), selesai 20%; (v) konservasi air tanah baru selesai dilakukan di beberapa kota besar;
(vi) penyelidikan dan pembangunan sarana air bersih di daerah sulit air telah
mencapai 429 lokasi. Sedangkan pengelolaan data dan informasi air tanah nasional baru selesai sekitar 20%;
(vii) penyelidikan kawasan kars dan konservasi kawasan lindung geologi baru
selesai sekitar 30% (dari 100% target di seluruh Indonesia);
(viii)penyelidikan geologi lingkungan untuk penataan ruang selesai sekitar
(22)
(ix) penyelidikan geologi lingkungan kawasan pertambangan telah selesai
sekitar 10%; dan penyelidikan lokasi TPA sampah sekitar 20%,
(x) pemetaan geologi teknik bersistem Jawa-Bali selesai sekitar 52% dan luar
Jawa baru selesai sekitar 15%. (Gambar 2.6)
(c) Mitigasi Bencana Geologi
Dalam sub bidang mitigasi bencana geologi yang meliputi pula teknologi kegunungapian, telah dicapai beberapa hasil, sebagai berikut:
(i) dari 77 gunung api aktif tipe A di seluruh Indonesia yang dipantau secara
instrumentasi dan visual, berjumlah 68 gunung api. Pemantauan gunung api tersebut dilakukan dari 73 pos pengamatan gunung api (PGA)
(ii) telah dilakukan pemanfaatan teknologi VSAT pada 33 gunung api untuk
komunikasi penyampaian data dan informasi pemantuan aktivitas gunung
api secara real time ke kantor pusat;
(peta sebaran gunung api aktifdi Indonesia)
(iii)pelaksanaan regional center untuk monitoring gunung api dilaksanakan
(23)
(gambar Sistim komunikasi data gunung api)
Gambar 2.7
(24)
(iv)telah dilakukan penyusunan peta-peta dalam rangka mitigasi bencana
geologi, yaitu: Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung api, Peta KRB
Gempa Bumi dan Tsunami, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta
Zona Risiko Bencana Gunungapi, Gempa bumi, Tsunami dan Gerakan
tanah;
(v) telah dilakukan peringatan dini sebelum terjadinya bencana untuk kasus
bencana letusan gunung api dan prakiraan potensi kejadian gerakan tanah (tanah longsor) dan banjir bandang di beberapa Provinsi di Indonesia; (vi) telah dilakukan pengembangan dan aplikasi teknologi pemantauan gunung
api.
(d) Geo-Sains dan Geo-Informasi
Hingga awal 2009 kondisi umum pencapaian meliputi:
(i) peta geologi bersistem dan peta geofisika skala 1:100.000 untuk Jawa dan
Madura, dan skala 1:250.000 untuk Indonesia telah selesai seluruhnya;
(ii) peta geokimia skala 1:250.000 untuk kepentingan eksplorasi telah selesai
wilayah Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara dan sebagai kecil Kalimantan;
(iii) peta hidrogeologi skala 1:250.000 selesai sekitar 54% wilayah Indonesia;
(iv) peta seismotektonik, peta geologi kuarter, dan peta geomorfologi masing
-masing sebanyak 24 lembar, 22 lembar, dan 6 lembar;
(v) peta batas cekungan air tanah selesai 100%;
(vi) peta geologi teknik 79 lembar, dan peta geologi lingkungan 30 lembar; (vii) peta zona kerentanan gerakan tanah, peta geologi gunung api, peta KRB
gunung api, peta KRB gempa bumi, dan peta KRB tsunami masing-masing
25 lembar, 65 lembar, 57 lembar, 5 lembar dan 4 lembar;
(viii)telah pula tersusun Atlas Sumber Daya Energi Indonesia Bagian Timur,
terdiri dari 17 peta tematis skala 1:5.000.000; Atlas Cekungan Sumatera Selatan; Atlas Geologi dan Sumber Daya Mineral dan Energi Indonesia skala 1:10.000.000 memuat 33 tema; dan Atlas Pengelompokan Pulau Kecil berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Dirgantara Nasional,skala 1:15.000.000 (30 peta bertema);
(25)
(ix) telah pula tersusun Peta Cekungan Sedimen Indonesia memuat 128
cekungan sedimen dan peta karakterisasi beberapa cekungan di wilayah Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi;
(x) telah tersedia layanan informasi basis data dan sistem informasi berbasis
web (webmap) untuk substansi sumber daya mineral yang telah diakui di tingkat Nasional dan regional (ASEAN);
(xi) masing-masing unit di lingkungan Badan Geologi telah memiliki website
dan sistem informasi. Untuk tingkat Badan Geologi sendiri telah memiliki website dan telah rancangan database dan sistem informasi dan konsep pengembangan sistem informasi yang teritegrasi;
(xii) telah tersedia sarana pelayanan informasi dan media penyajian
dokumentasi dan informasi hasil-hasil penelitian dalam bentuk museum,
yaitu: museum geologi yang telah dikembangkan di Bandung, museum gunung api di 3 lokasi (Ketep, Sleman, Yogyakarta; dan Kintamani, Bali); serta museum Kars di Wonogiri, Jawa Tengah. Semua museum tersebut telah mendapat apresiasi masyarakat dengan sangat baik. Sebagai contoh Museum Geologi sepanjang tahun 2009 mendapat kunjungan sebanyak 326.195 pengunjung, jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2005 yang hanya 152.740 pengunjung.
(e) Tatalaksana Kepemerintahan
Tatalaksana kepemerintahan sebagaimana di tingkat Nasional, diarahkan untuk mencapai reformasi birokrasi. Pencapaian di bidang ini meliputi peningkatan kompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
Pencapaian lainnya adalah di bidang tata kerja atau prosedur kerja menuju
pelayanan prima. Dalam hal ini Badan Geologi ikut aktif dalam merumuskan sejumlah StandardOperatingProcedure (SOP), baik yang bersifat internal maupun eksternal di lingkungan KESDM. Hal yang sama di bidang pengembangan peraturan perundang-undangan dan teknologi informasi untuk pelayanan publik
(26)
dan pengembangan organisasi yang efektif. Badan Geologi aktif didalam perumusan konsep dan penataan aspek-aspek prasyarat reformasi birokrasi.
2.2.3 Kondisi Saat ini dan Potensi Permasalahan
Keadaan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan permasalahan yang
dihadapi Badan Geologi antara 2006 sampai 2008 dijabarkan dalam bagian ini. Tahun 2006 adalah tahun berdirinya Badan Geologi. Kondisi saat ini perlu disampaikan guna identifikasi tantangan dan modal dasar pelaksanaan tupoksi di Tahun 2009.
(a) Sumber Daya Geologi
Sumber daya geologi yang merupakan aspek hulu sumber daya energi dan sumber daya mineral meliputi sumber daya energi fosil, energi panas bumi dan sumber daya mineral. Energi fosil itu sendiri meliputi minyak dan gas bumi (migas), batubara, gambut, coal-bed methane (CBM), dan bitumen padat. Adapun sumber
daya mineral meliputi mineral logam dan mineral non logam; mineral strategis;
dan mineral langka.
Kegiatan sumber daya geologi meliputi survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, konservasi, analisis laboratorium, pengembangan rancang bangun dan pemodelan, bimbingan teknis, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi pengelolaan kedua kelompok besar komoditi penting tersebut. Survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan dan penelitian meliputi pula kegiatan survei dasar berupa penelitian cekungan sedimen dan penelitian sains geologi seperti magmatisme, geofisika, dan geokimia. Pengembangan rancang bangun dan pemodelan ditujukan untuk memperoleh
konsep-konsep mineralisasi untuk diaplikasikan di dalam survei dan eksplorasi.
Adapun eksplorasi dalam hal ini adalah eksplorasi umum. Sub bidang ini juga
menyumbang terhadap kinerja yang berkaitan dengan aspek geo-informasi (IKU:
jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah pengunjung layanan bidang informasi geologi); disamping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: jumlah usulan WKP dan status wilayah keprospekan sumber daya geologi).
(27)
Permasalahan yang masih dihadapi hingga akhir tahun 2008 antara lain:
1) penurunan sumber daya dan cadangan migas, dan masih sedikitnya penemuan
cekungan baru migas Indonesia;
2) eksplorasi detil lebih intensif untuk mineral logam masih terpusat di daerah
prospek yang sudah ada dibandingkan penemuan daerah prospek baru;
3) status cadangan batubara masih rendah dibanding status sumber daya
(11,4%);
4) masih rendahnya ketersediaan data dan informasi bitumen padat dan CBM; 5) penyelidikan panas bumi umumnya masih pada tingkat survei pendahuluan;
dan kapasitas terpasang energi panas bumi juga masih rendah (4%);
6) belum optimalnya pengungkapan potensi sumber daya energi terutama di
wilayah Indonesia Timur, daerah perbatasan, dan pulau-pulau kecil dan terluar;
7) penyiapan WKP panas bumi masih perlu ditingkatkan, khususnya percepatan
penyiapan WKP panas bumi untuk memenuhi target tersedianya energi panas bumi dalam program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap kedua dimana peran panas bumi diharapkan sebesar 49%;
8) perlunya peningkatan pengungkapan potensi CBM sebagai energi alternatif
yang ramah lingkungan;
9) survei dasar seperti penelitian gaya berat, geofisika, dan aspek-aspek geosains
lainnya, serta penelitian rekayasa rancang bangun dan pemodelan eksplorasi yang berguna untuk pengembangan konsep eksplorasi masih perlu
ditingkatkan.
(b) Lingkungan Geologi dan Air Tanah
Bidang lingkungan geologi dan air tanah melaksanakan tugas penelitian dan pelayanan aspek geologi lingkungan, geologi teknik, dan air tanah. Hasil-hasil
penelitian bidang lingkungan geologi dan air tanah digunakan, antara lain untuk
penataan ruang, pengembangan wilayah, penentuan lokasi atau penempatan bangunan fisik yang penting, strategis, atau vital; dan pengelolaan sumber daya air
(28)
Kegiatan lingkungan geologi dan air tanah meliputi survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan, penelitian, analisis laboratorium, pengembangan rancang bangun dan pemodelan, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi pengelolaan geologi lingkungan dan air tanah. Aspek sains geologi yang mendukung lingkungan geologi adalah geologi kuarter, dinamika cekungan, dan geomorfologi. Sub bidang ini juga menyumbang terhadap kinerja berkaitan dengan aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah
pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: penerapan tata ruang berbasis geologi dan jumlah penyediaan sumber air tanah di daerah sulit air).
Permasalahan yang dihadapi sub bidang geologi lingkungan dan air tanah, di antar anya:
1) masih sedikitnya kajian, penyelidikan atau penelitian tentang kuantitas,
kualitas, konservasi air tanah, geologi lingkungan, dan geologi teknik; baik cakupan wilayah, maupun kedalaman substansi; dibandingkan perkembangan kasus atau pesatnya pembangunan fisik dan pengembangan wilayah;
2) masih sedikitnya pemetaan hidrogeologi atau air tanah skala yang lebih besar
dari 1:250.000, baik untuk kuantitas, maupun kualitas air tanah;
3) masih belum cukup dilibatkannya hasil-hasil penelitian geologi lingkungan,
geologi teknik, dan air tanah dalam pengelolaan lingkungan dan penataan
r uang;
4) pengembangan air tanah di desa tertinggal masih sedikit, yaitu 1% dari 28.614
desa tertinggal. Demikian pula, data air tanah dari daerah sulit belum dianalisis sebagai informasi penting pengetahuan dan teknologi tentang air
tanah;
5) pencapaian sasaran jumlah lokasi penataan ruang dan lingkungan sektor
ESDM masih kurang (50% dari total untuk seluruh Indonesia). Peran geologi dalam penataan ruang belum cukup memasyarakat;
6) penelitian atau kajian adaptasi perubahan iklim pada bidang geologi, yaitu
penilaian bahaya, kerentanan, dan risiko sumber daya air tanah, dan gerakan tanah terhadap perubahan iklim berikut langkah-langkah adaptasinya yang
(29)
belum banyak dilakukan. Dalam hal ini, saat ini dan ke depan perlu
dilaksanakan.
(c) Mitigasi Bencana Geologi
Bencana geologi meliputi letusan gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan
tsunami, dan bencana geologi lainnya. Potensi bencana atau ancaman bahaya
geologi penting diketahui secara rinci.
Dalam mitigasi bencana geologi dilakukan penyelidikan, penelitian, pemantauan, penetapan status, peringatan dini, tanggap darurat bencana dan, pengurangan risiko bencana, serta pemberian rekomendasi penanggulangan bencana geologi; sebelum, pada saat, dan sesudah terjadinya bencana. Mitigasi bencana geologi juga meliputi penyusunan peta geologi gunung api, peta KRB Gunung api, Peta KRB Gempa Bumi dan Tsunami, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta Zona Risiko
Bencana Gunungapi, Gempa bumi, Tsunami dan Gerakan tanah, dan pengembangan teknologi kegunungapian.
Aspek sains geologi yang mendukung mitigasi bencana geologi, antara lain:
penelitian sesar aktif dan mikrozonasi. Sub bidang ini juga berkontribusi terhadap kinerja aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah
pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: Jumlah informasi mitigasi bencana geologi gunung api dan bencana geologi lainnya).
Permasalahan yang dihadapi sub bidang mitigasi bencana geologi antara lain:
1) pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah penduduk
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologis dan mengakibatkan peningkatan risiko bencana;
2) kajian risiko bencana di daerah rawan bencana belum banyak dilakukan; 3) Pemerintah Daerah juga belum secara optimal memprioritaskan mitigasi
bencana dalam kegiatan pembangunan sesuai amanah undang-undangter kait; 4) paradigma baru penanggulangan bencana yang kini menjadi tanggung jawab
(30)
5) masih kurangnya penelitian, pengembangan dan aplikasi teknologi mitigasi bencana.
(d) Geo-Sains dan Geo-Informasi
Kegeologian dalam implementasi dan pengembangannya bertumpu pada tiga aspek bagiannya, yaitu sumber daya geologi, lingkungan geologi dan kebencanaan, serta geo-informasi. Geo-sains yang mencakup penelitian paleontologi, petrologi, str atigr afi, sedimentologi, geofisika, fisika-batuan, geokimia, geokronologi, dan
kemagnetan purba adalah dasar dari ketiga aspek tersebut. Adapun geo-informasi
merupakan muara berbagai kegiatan penelitian, mitigasi dan pelayanan bidang geologi. Cakupan geo-infor masi meliputi pengelolaan data dan informasi, termasuk
penghimpunan, pengolahan, penyusunan, penyajian, pengemasan, penyimpanan,
retrieval, dan penyebarluasan, serta pemutakhiran data dan informasi. Produk geo
-informasi antara lain data dan -informasi dalam bentuk peta, atlas, digital, buku, dan sistem informasi.
Hingga akhir tahun 2008 telah dilakukan penyelidikan dan studi mineralisasi dasar pada beberapa jalur metalogen meliputi penyelidikan magmatisme 10 lokasi, penyelidikan metalogenik, 1 lokasi, dan penyelidikan geokimia regional (skala 1:250.000), 1 lokasi.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan geo-informasi
adalah:
1) data dan informasi dan sistem pengelolaannya masih tersebar atau belum ter integr asi
2) data dan informasi substansi kegeologian belum semuanya tersedia secara
rinci;
3) belum semua data dan informasi tersedia dalam format digital, serta belum
tersaji dalam media dan format yang mudah diakses oleh masyarakat;
4) penyebarluasan informasi geologi dan pemanfaatannya juga masih kurang; 5) penelitian sains geologi juga masih dirasakan kurang, baik cakupannya
(31)
6) data fisik untuk penentuan batas landas kontinen guna pengusulan batas
teritorial wilayah negara sudah cukup tersedia.
(e) Tatalaksana Kepemerintahan Bidang Geologi
Tatalaksana kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat kinerja pembangunan yang baik di berbagai sektor. Lingkup tatalaksana kepemerintahan meliputi: kelembagaan, budaya organisasi, tatalaksana, sarana, prasarana dan teknologi; regulasi-deregulasi, dan sumber daya manusia aparatur.
Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan yang dihadapi dalam hal ini
adalah:
1) pengaturan hubungan pusat dan daerah di bidang data dan informasi geologi
yang belum optimal;
2) bidang kegeologian diatur dalam berbagai undang-undang dan belum memiliki
payung hukum dalam bentuk undang-undang;
3) sistem informasi yang mudah, cepat dan akurat masih perlu dikembangkan; 4) pelayanan publik dan sistem informasi geologi masih tersebar; dan
5) kompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan
2.2.4 Modal Dasar menghadapi Pelaksanaan Tupoksi
Modal dasar adalah kekuatan dan peluang yang dimiliki atau yang tersedia bagi Badan Geologi guna melaksanakan tupoksinya dan meraih kinerja yang direncanakannya di tahun 2009. Modal tersebut meliputi: i) kondisi geologi Indonesia, ii) otoritas atau mandat undang-undang tentang kegeologian, iii)
sumber daya manusia, iv) sarana dan prasarana, serta v) hasil-hasil penting dan
strategis yang telah dicapai hingga 2008. Beberapa modal dasar yang dimiliki Badan Geologi untuk menghadapi tahun 2009 tersebut disampaikan secara singkat berikut ini.
(32)
Indonesia memiliki 17.480 pulau, kurang lebih 6.000 di antaranya berpenghuni, dengan wilayah daratan 1.922.570 km2 dan wilayah lautan 3.257.483 km2, serta total panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Secara geologi, kawasan ini terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Austr alia, dan Lempeng Pasifik, sehingga memiliki geologi yang
kompleks dan dinamis. Berbagai potensi, baik yang menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun merugikan seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan gerakan tanah terjadi di kawasan ini.
(b) Peraturan Perundangan terkait Bidang Geologi
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sejumlah UU dan peraturan
per undang-undangan di bawahnya memberikan mandat kepada Badan Geologi
guna melaksanakan penelitian dan pelayanan bidang geologi. Berdasarkan mandat UU yang ada, modal dasar dalam hal ini adalah: (1) geologi dituntut untuk
menemukan sumber-sumber baru potensi energi dan mineral (sektor utama
ESDM) guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara; (2)
kegeologian juga diperlukan untuk sektor lainnya seperti pekerjaan umum,
lingkungan hidup, dan pertanian; serta (3) fungsi Badan Geologi yang utama adalah fungsi teknis yang khusus, yaitu penelitian dan pelayanan di bidang geologi. Beberapa fungsi ada yang bersifat regulator, seperti fungsi yang berkaitan dengan kebencanaan geologi pada PVMBG; serta sebagian fungsi pengelolaan air tanah di unit PLG.
(c)Sumber Daya Manusia
Modal dasar sumber daya manusia (SDM) Badan Geologi dapat diuraikan berikut
ini:
• Hingga Desember 2008 jumlah pegawai Badan Geologi sebanyak 1.495 orang yang tersebar terutama di Bandung, sebagian kecil di Yogyakarta, Jakarta dan di berbagai lokasi pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di seluruh Indonesia
(33)
dengan penyebaran: PSGsebanyak 28%; PVMBG sebanyak 27%; PLG dan PSG
masing-masingsebanyak 21%, dan SBG sebanyak 3% (Gambar 2.8).
• Dari sejumlah 1.495 orang SDM, 49% merupakan tenaga teknik, sisanya (51%) adalah tenaga administratif (Gambar 2.9); lebih dari 35% berusia di atas 50
tahun (Gambar 2.6), dan mayoritas (>40%) adalah tenaga pendukung dan
berpendidikan SMA (Gambar 2.10).
• Jumlah SDM fungsional adalah 493 orang atau 33% dari total SDM. Dari sejumlah tenaga fungsional tersebut, mayoritas (lebih dari 389 orang atau > 78%) adalah fungsional keteknikan, yaitu: 65 orang (13,2%) peneliti; 132 orang (26,77%) penyelidik bumi; 68 orang (13,8%) perekayasa; dan 124 orang (25,2%) teknisi peneliti dan perekayasa (Gambar 2.12).
Gambar 2.8 Distribusi pegawai Badan Geologi per unit, 2008.
Gambar 2.9 Statistik data Pegawai Badan Geologi berdasarkan komposisi teknik dan administrasi.
Gambar 2.10 Statistik data pegawai Badan Geologi berdasarkan usia.
Gambar 2.11 Statistik data pegawai Badan Geologi berdasarkan jenjang pendidikan.
DISTRIBUSI PEGAWAI PER UNIT
PVG, 27%
PLG, 21% PSDG, 28%
PSG, 21% SBG, 3%
STATISTIK DATA PENGAWAI BERDASARKAN USIA
31-35 5% 46-50 28% 51-55 30% >55 5% <25 1% 26-30 6% 41-45 15% 36-40 10%
STATISTIK JENJANG PENDIDIKAN PEGAWAI
SMA, 722 S0, 53 S1, 443 SD, 74 SMP, 93 S3, 25 S2, 130
(34)
(d) Sarana dan Prasarana
Sejumlah sarana dan prasana menjadi modal Badan Geologi dalam pelaksanaan
tupoksinya dan pencapaian kinerjanya di tahun 2009, antara lain: aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Beberapa di antara sarana prasarana tersebut, selain gedung perkantoran antara lain:
1) Sejumlah laboratorium yang tersebar di Pusat-Pusat dan UPT, yaitu: a) Laboratorium penginderaan jauh
b) Laboratorium petrologi
Gambar 2.13
Diagram aset Badan Geologi
Keterangan:
Aset Lancar : Barang Konsumsi, Bahan Baku, Suku Cadang, dan Persediaan lainnya Aset Tetap : Tanah, Bangunan Konstruksi, Pealatan
Aset Lainnya : Aset Tak Berwujud, Aset Non Operasional 65
132
68 124
8
2 10
39 22
12 11
0 20 40 60 80 100 120 140
Jumlah
Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa Teknisi Litkayasa Pranata Humas Pranata Komputer Pustakawan Surveyor Pemetaan Arsiparis
Pengamat Gunung Api Analis Kepegawaian
Gambar 2.12 Statistik pegawai Badan Geologi berdasarkan komposisi jabatan fungsional.
(35)
c) Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air d) Laboratorium geokronologi
e) Laboratorium fisika batuan dan mineral f) Laboratorium geologi kuarter
g) Laboratorium biostratigrafi
h) Laboratorium mekanika tanah dan batuan i) Laboratorium instrumentasi dan mitigasi
2) Pos pengamat gunung api (PGA) sebanyak 74 lokasi PGA tersebar di 63 lokasi
gunung api di seluruh Indonesia;
3) Peralatan penanggulangan bencana (seismometer, data logger, tiltmeter,
extensometer, dan inklinometer);
4) Peralatan pengeboran untuk air tanah, mineral, batubara, dan panas bumi; 5) Alat-alat berat lainnya;
6) Peralatan survei geofisika (gaya berat, geomagnet, seismik, geolistrik, magnetotelluric, induce polarization, peralatan logging);
7) Gedung perpustakaan untuk setiap unit atau satuan kerja (satker); 8) Gedung bengkel alat berat dan pengeboran.
2.3 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Bidang Geologi 2.3.1 Alur Pikir dan Pola Pikir
AlurPikir: Bidang geologi memiliki peran penting dalam mencapai tujuan nasional baik melalui sektor ESDM maupun sektor lainnya. Pengembangan potensi geologi
NKRI memberikan kontribusi terhadap platform politik Pemerintah, seperti terlihat pada diagram alur pikir di bawah ini.
(36)
PolaPikir: mandat berbagai undang-undang, pembenahan publicgovernance baik
pusat maupun daerah, pembenahan metoda (pedoman,dll.), pembenahan program
dan standar memberikan kontribusi terhadap pengelolaan kegeologian untuk mencapai tujuan nasional dan tujuan sektor .
2.3.2 Mandat Undang-Undang
Kelahiran berbagai peraturan dan perundangan nasional sangat mempengaruhi terhadap pengembangan kelembagaan yang terkait dengan fungsi pemerintah di bidang geologi.
Beberapa amanat Undang-Undang yang memberikan mandat pada bidang geologi
meliputi:
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya memberikan mandat untuk:
• Melakukan perlindungan dan pengamanan benda alam yang dianggap mempunyai
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (Keunikan batuan dan fosil, bentang alam)
(37)
b. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memberikan
mandat untuk:
• Melakukan survei umum untuk memperkirakan letak dan potensi sumber daya
minyak dan gas bumi
• Melakukan pengelolaan data dan informasi hasil kegiatan survei dan pemetaan
geologi, geofisika dan geokimia
• Melakukan evaluasi jointstudy dalam penyiapan wilayah kerja
c. Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi memberikan mandat untuk:
• Melakukan inventarisasi, penyelidikan pendahuluan dan eksplorasi panas bumi
• Menyusun rancangan wilayah kerja pengusahaan panas bumi
d. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memberikan mandat untuk:
• Menyusun Peta Batas Cekungan Air Tanah (CAT)
• Menyusun pedoman terkait pengelolaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi dan
evaluasi data
• Melakukan inventarisasi dan pengelolaan air bawah tanah pada CAT lintas
propinsi dan lintas negara
• Melakukan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah lintas propinsi dan
lintas negara
• Menetapkan daerah konservasi dan daerah pemanfaatan air tanah
e. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memberikan
mandat untuk:
• Melakukan pemantauan, kajian, penetapan status aktivitas dan penyebaran
infor masi
• Melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana
• Melakukan mitigasi bencana
f. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan mandat:
• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan lindung geologi
• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan rawan bencana geologi
(38)
• Menyusun rancangan Permen tentang kriteria teknis kawasan peruntukan per tambangan
g. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi memberikan mandat untuk:
• Melakukan inventarisasi sumber daya energi
• Konservasi sumber daya energi
h. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
memberikan mandat untuk:
• Melakukan inventarisasi, penyelidikan, penelitian, dan eksplorasi sumber daya
mineral dan batubara
• Menyiapkan rancangan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP), Wilayah Pencadangan Nasional (WPN), dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) untuk Tata Ruang Nasional.
i. Undang-Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan memberikan mandat untuk:
• Inventarisasi objek wisata alam dan pengembangan destinasi wisata
(Pengembangan Museum Geologi dan deliniasi potensi kawasan wisata alam
geologi)
j. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup memberikan mandat untuk:
• Penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (pemanfaatan
informasi geologi)
• Penetapan wilayah ekoregion (pemanfaatan informasi geologi)
2.3.3 Isu Strategis Nasional Terkait Bidang Geologi
Kegiatan kegeologian harus mampu menjawab isu strategis nasional dan tantangan global untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia mencapai kehidupan yang sejahtera, aman dan nyaman. Terdapat sembilan isu strategis yang membutuhkan dukungan bidang geologi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, baik melalui
sektor ESDM maupun sektor lainnya. Isu-isustr ategis tersebut antara lain:
1. Ketahanan Energi
• Kemandirian energi (pemanfaatan energi setempat)
• Penurunan produksi migas
(39)
• Konservasi sumber daya energi
• Alokasi sumber daya ener gi
2. Lingkungan dan Perubahan Iklim
• Degradasi lingkungan
• Perubahan iklim
3. Bencana Alam
• Bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung api
• Peningkatan resiko bencana alam geologi
4. Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
• Konflik tata guna lahan (per tambangan)
• Tata ruang bawah permukaan dan bawah laut
• Penyediaan data geologi rinci
• Penataan ruang berbasis geologi
5. Industri Mineral
• Ketersediaan data sumber daya miner al
• Konservasi sumber daya mineral
• Pencarian mineral langka dan mineral strategis
• Alokasi sumber daya mineral
6. Pengembangan Informasi Geologi
• Pengelolaan data dan informasi geologi nasional
• Kebutuhan data dasar geologi rinci
• Pemasyarakatan manfaat informasi geologi
7. Air dan Lingkungan
• Pemenuhan kebutuhan air baku
• Peningkatan kebutuhan air
• Penurunan kuantitas dan kualitas sumber air
• Penilaian kerentanan air tanah
8. Pangan
• Penyediaan bahan baku pupuk
• Penyediaan lahan pertanian
(40)
BA
B
III
VISI,
MISI,
DAN
TUJUA
N
BADA
N
GEOLOGI
3.1 Visi Badan GeologiVisi yangingindicapai BadanGeologi adalah:
”Terwujudnya Geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat”. 3.2 Misi Badan Geologi
Untuk menggapai visi tersebut diatas, Badan Geologi akan menjalankan misi atau
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi antara lain:
1. Mengungkap potensi sumber daya geologi untuk ketahanan energi,
pemenuhan bahan baku industri, dan penyediaan air bersih
2. Melakukan mitigasi bencana geologi untuk perlindungan manusia dan harta benda
3. Menyediakan data dan informasi geologi untuk pengelolaan lingkungan dan
pembangunan sektor terkait
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang geologi
dalam rangka penyediaan informasi sumber daya, lingkungan, dan kebencanaan geologi.
3.3 Tujuan Strategis
Dalam rangka mencapai visi melalui misisebagaimana tersebut di atas, ditetapkan
5 (lima) tujuan strategis Badan Geologi untuk masa 2010-2014 yang merupakan
gambaran kondisi yang ingin dicapaai pada akhir periode 2014, yaitu:
1. Ter capainya pemahaman dan pelayanan sains geologi dan geo-informasi untuk
pengungkapan sumber daya geologi, pengembangan lingkungan geologi, dan
mitigasi bencana
2. Tercapainya peningkatan status sumber daya geologi dan penyiapan wilayah
kerja pertambangan (WKP) dan wilayah pertambangan (WP) untuk mendukung pasokan energi dan mineral serta investasi sektor ESDM
(41)
3. Tersedianya data dan informasi, dan pelayanan dalam rangka mitigasi bencana gunungapi, gerakan tanah, dan bencana geologi lainnya
4. Ter sedianya data dan informasi dan pelayanan lingkungan geologi dan air tanah
untuk penataan ruang, peningkatan kualitas lingkungan; dan penyediaan air ber sih
5. Tercapainya kinerja dan akuntabilitas tatalaksana kepemerintahan penelitian
dan pelayanan bidang geologi.
3.4 Sasaran Strategis
Guna mencapai kelima Tujuan Strategis sebagaimana tersebut di atas, maka
ditetapkan Sasaran Strategis. Dalam periode RPJM tahap kedua, 2010-2014 ini,
terdapat 7(tujuh) SasaranStrategis Badan Geologi, sebagai berikut:
1. Meningkatnya manajemen, dukungan teknis, dan pelayanan administrasi
kepada semua unsur di lingkungan Badan Geologi
2. Meningkatnya pemanfaatan hasil survei penelitian, penyelidikan dan
pelayanan geologi
3. Meningkatnya pemanfaatan informasi geologi (geo-information) bagi
masyar akat
4. Meningkatnya pemanfaatan wilayah keprospekaan sumber daya geologi
5. Meningkatnya usulan rekomendasi wilayah kerja pertambangan dan wilayah
pertambangan
6. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian, penyelidikan, dan pemetaan
bidang lingkungan geologi dan air tanah
7. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan penyelidikan di bidang
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi
8. Meningkatnya pemanfaatan hasil pengembangan metoda dan teknologi dalam
(1)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 90
hukum
da
n
kehumasa
n
Bada
n
Geologi
;
Administrasi
perlengkapan,
sarana
prasarana,
kearsipan,
tat
a
usaha
dan
rumah
tangg
a
Badan
Geolog
i
menuju
kesesuaian
dengan
standa
r
yan
g
ditetapkan
;
Terwujudny
a
saran
a
dan
prasaran
a
kantor
yang
memadai
2.
Survei dan Pelayanan Geologi
Dengan
indikator
outp
ut
meliputi:
Terpenuhinya
kebutuha
n
pegawai,
sarana
parasarana
dan
lancarnya
kegiatan
sehari
hari
perkantoran
;
Jumlah
lembar
pemetaan
geologi
bersistem
dan
bertema
;
Jumlah
peta
geofisika
bersiste
m
dan
bertem
a
yang
dihasilkan
;
Jumlah
pet
a
geokim
ia
yang
dihasilkan
;
Jumlah
peta
tektoni
k
yan
g
dihasilkan
;
Jumlah
peta
geomorfologi
yan
g
dihasilkan
;
Jumlah
peta
geologi
kuart
er
yan
g
dihasilkan
;
Jumlah
hasi
l
survei
dinamika
Cekungan
;
Jumlah
hasi
l
Survei
dinamik
a
Kuarter
;
Jumlah
hasil
Survei
Magmatisme
;
Jumlah
hasi
l
Pengembangan
konse
p
Geosain
;
Jumlah
perolehan
/
pendaftaran
sistim
mutu
;
Jumla
h ha
sil
P
engembangan
d
a
n Pe
meliharaa
n M
useum
T
sunami
N
AD
3.
Dokumentasi Koleksi dan Pelayanan Museum Geologi
Dengan
indikat
or
output
meliputi:
Terpenuhinya
kebutuha
n
pegawai,
pemeliharaan
dan
lancarnya
kegiatan
sehari-hari
perkantoran;
Terselenggaranya
administrasi
umum,
perencanaan,
laporan
dan
evaluasi
serta
sarana
prasarana
Museum
Geologi;
Tersedianya
informasi
dan
publikas
i
bidang
Museum
Geologi;
Jumlah
survei,
kajian
dan
penelitian
bidan
g
Museum
Geologi,
serta
pengembangan
dokumentasi
koleksi
Museum
Geologi;
Jumlah
koleksi
geolog
i
yang
dipelihara,
ditat
a
dan
didata;
Jumlah
saran
a
dan
prasarana
peragaan
Museum
Geologi
4.
Penyelidikan dan Pelayanan Sumber Daya Geologi
Dengan
indikato
r
output
meliputi:
Jumlah
wilayah
keprospekan,
potensi,
status
sumb
er
daya
panas
bumi;
Jumlah
wilayah
keprospekan,
potensi,
statu
s
sumber
day
a
batubara,
CBM
dan
gambut;
Jumlah
wilayah
keprospekan,
potensi,
status
sumber
daya
bitumen
padat
dan
migas;
Jumlah
wilayah
keprospekan,
potensi,
statu
s
sumb
er
daya
mineral;
Jumlah
wilayah/rekomendasi
optimasi
pemanfaatan
nilai
tambah
dan
keekonomian
sumbe
r
daya
geologi;
Jumlah
usulan
rekomendasi
Wilayah
Ker
ja
pertambangan
(WKP)
dan
Wilayah
Pertambangan
(WP);Jumlah
pemutakhiran
dat
a
dan
informas
i
sumber
daya
geologi;
Terpenuhinya
kebutuhan
pegawai,
sarana-prasaran
a
dan
lancarnya
kegiatan
sehari-hari
perkantoran
5.
Penelitian dan Pelayanan Geologi Lingkungan dan Air Tanah
Dengan
indikat
or
output
meliputi:
Terpenuhinya
kebutuha
n
pegawai
dan
lancarnya
kegiatan
sehari-hari
perkantoran
;
Terselenggaranya
administrasi
umum,
pemenuha
n
kebutuha
n
sarana
da
n
prasarana
serta
perencanaan,
evaluasi,
pelaporan,
dan
ker
ja
sama
;
Tersediany
a
informas
i
dan
publikasi
bidan
g
Geologi
Teknik,
Geologi
Lingkungan,
dan
Ai
r
Tanah
;
Tersedianya
sarana
ai
r
bersih
bersumb
er
dari
ai
r
tanah
(pemboran
air)
;
Tersediany
a
data,
peta,
dan
rekomendasi
tekni
s
bidan
g
geologi
teknik,
geolog
i
lingkungan
dan
air
tanah
(2)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 91
untuk
penataa
n
ruang
;
Tersedianya
data
atau
mod
el
dan
rekomendasi
teknis
bidang
g
eologi
t
eknik,
g
eologi
l
ingkunga
n d
a
n
air
ta
na
h u
ntuk
p
enataa
n r
uang
6.
Mitigasi dan Pelayanan Kebencanaan Geologi
Denga
n
indikator
outp
ut
meliputi:
Terpenuhinya
kebutuha
n
pegawai,
sarana
parasarana
dan
lancarnya
kegiatan
sehari
hari
perkantoran
;
Jumlah
lokasi
Penelitian,
Penyelidikan,
dan
Pemetaan
geologi
gunungapi,
kawasan
rawan
bencana
gunungapi,
gempa
bumi,
tsunami,
Zona
Kerentana
n
geraka
n
tanah,
dan
analisi
s
risi
ko
bencana
gunungapi,
gempa
bumi,
tsunami,
dan
gerakan
tanah,
serta
rancang
bang
un
kegunungapian
da
n
kebencanaa
n
geologi
;
Jumlah
lokasi
Pengamata
n
da
n
penetapa
n
status
kegiata
n
gunungapi,
mitigasi
bencana
geologi,
evaluasi
potensi
bencana
geologi
dan
pemantauan
gerakan
tanah
;
Jumlah
rekomendasi
penanggulangan
bencana
gunungapi,
gempabumi,
tsunami,
da
n
geraka
n
tanah;
Jumlah
peningkatan
pemahaman
dan
kesiapsiagaan
masyarakat
dalam
menghadap
i
bencan
a
geolog
i
dan
memperkeci
l
risik
o
bencana
geologi
;
Tersedianya
rumusan
kebijakan
teknis
mitigasi,
pedoman,
dan
prosedur
ker
ja
bidang
vulkanologi
dan
mitigas
i
bencana
geologi
7.
Riset dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi
Dengan
indikator
output
meliputi:
Terlaksanany
a
pelayanan
perkantoran
;
Tersedianya
dokumen
rencana
kerja,anggaran
dan
BMN
;
Terselenggaranya
kegiatan
pemahaman
masyarakat
tentan
g
informasi
geologi
;
Terselenggaranya
kegiatan
mitigas
i
d
i
kawasan
rawan
bencan
a
geologi
;
Tersedianya
perangkat
sistem
monitorin
g
hasi
l
rancang
bangun
sendiri
;
Tersedianya
dat
a
dasar
(3)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 92
BA
B
V
PENUTUP
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Geologi
2010-2014
merupakan suatu
dokumen yang disusun oleh Badan Geologi, sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Rencana Strategis ini dibangun berdasarkan visi yang merupakan
kristalisasi cita
-
cita dan komitmen bersama tentang kondisi ideal masa depan yang
ingin dicapai dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki, permasalahan
yang dihadapi dan berbagai kecenderungan (perubahan lingkungan) yang sedang
dan akan berlangsung. Berdasarkan visi tersebut, selanjutnya dirumuskan
berbagai tujuan dan sasaran yang akan dicapai lima tahun kedepan.
Rencana Strategis Badan Geol
ogi
tahun 2010
-2014
merupakan dasar
pengembangan
perencanaan program
k
egiatan dan
a
nggaran
t
ahunan seluruh unit
kerja di Badan Geologi. Rencana Strategis ini selanjutnya dapat dijabarkan ke
dalam rencana kerja yang disusun setiap tahun anggaran dapat dijadikan rujukan
dalam penyusunan kegiatan setiap unit kerja di lingkungan Badan Geologi yang
dilengkapi
dengan indikator kinerja
utama/ pr ior itas
sebagai dasar untuk
mengevaluasi keberhasilan dan/atau ketidakberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan
, terutama yang mendukung prioritas pembangunan nasional
.
Kebijakan dan strategi yang tertuang dalam renstra ini mengacu pada pokok
-pokok rumusan kebijakan yang telah di olah oleh segenap pimpinan dan tim teknis
Badan Geologi. Pokok
-
pokok rumusan kebijakan tersebut pada prinsipnya telah
mengakomodir kewenangan dan tugas Pemerintah di bidang kegeologian.
Renstra tidak bersifat
statis/ mutlak
, namun merupakan sebuah perencanaan yang
dinamis dan dapat dievaluasi secara periodik. Dalam hal terjadi perubahan
lingkungan strategis yang tidak terduga, sehingga kebijakan dan program yang
telah dirumuskan dalam rencana strategis menghadapi kendala untuk
dilaksanakan, maka pimpinan dan pemegang kebijakan dapat melakukan
perubahan atau penyesuaian sesuai peraturan yang berlaku
.
(4)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 93
Berhasilnya implementasi Renstra ini sangat tergantung pada pemahaman,
kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh
-
sungguh dari segenap unsur dalam
lingkungan Badan Geologi, serta dukungan
stakeholder
dan masyarakat.
Keberhasilan pelaksanaan Renstra ini juga menjadi harapan nyata bagi
pembangunan penelitian, pelayanan dan pembangunan masa depan generasi
bangsa.
Kami berharap dokumen Rencana Strategis ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pemangku kepentingan yang
ter ka
it. Bagi segenap aparatur Badan Geologi hanya
tersedia satu jalan lurus untuk mencapai cita
-
cita luhur yang digariskan dalam
Renstra ini, yaitu bekerja keras dan sungguh
-
sungguh seraya berdoa kepada Allah
SWT
, mudah
-
mudahan sukses selalu
.
(5)
Visi Badan Geologi:
"Terwujudnya geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat" Misi Badan Geologi:
1. Mengungkap kekayaan sumber daya geologi untuk ketahanan energi, pemenuhan bahan baku industri, dan penyediaan air bersih 2. Melakukan mitigasi bencana geologi untuk perlindungan manusia dan harta benda
3. Menyediakan data dan informasi geologi untuk pengelolaan lingkungan dan pembangunan sektor terkait
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang geologi dalam rangka penyediaan informasi sumber daya, lingkungan, dan kebencanaan geologi
Agenda:
1. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi 2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral 3. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah 4. Agenda Mitigasi Bencana Geologi
5. Agenda Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang 6. Agenda Pengembangan Geo-Informasi
7. Agenda Public Governance (Tata Laksana Kepemerintahan)
SASARAN/INDIKATOR UTAMA INDIKASI ANGGARAN/
YANG INGIN DICAPAI RESOURCE ENVELOPE
Tersedianya data geosains potensi cekungan sedimen
14 Cekungan Tersedianya peta geologi skala
1:50.000
3.700 area/lembar (100%)
Tersedianya peta geomagnet bersistem
Seluruh wilayah Papua dan Kalimantan selesai Terwujudnya jaringan basis data
geologi nasional (termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil)
100%
Tersedianya basis data batuan dan fosil
150.000 koleksi Tercapainya jumlah pengunjung
museum geologi
3 juta orang Jumlah wilayah keprospekan,
potensi, status sumber daya panas bumi
100 wilayah penyelidikan Jumlah wilayah keprospekan,
potensi, status sumber daya batubara, CBM dan gambut
45 wilayah batubara; 20 wilayah CBM dan 15 wil gambut Jumlah wilayah keprospekan,
potensi, status sumber daya bitumen padat dan migas
15 wilayah bitumen padat dan 10 lokasi migas Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi Dokumentasi Koleksi dan Pelayanan Museum Geologi MUSEUM GEOLOGI 1,327,000,000,000 Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi Survei dan
Pelayanan Geologi PSG
122,000,000,000
Tercapainya peningkatan status sumber daya
geologi dan penyiapan Penelitian, Penyelidikan dan
MATRIKS PENJABARAN RENCANA STRATEGIS 2010-2014
BADAN GEOLOGI, KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TARGET 2014
TUJUAN PENANGGUNG
JAWAB
PROGRAM KEGIATAN
Tercapainya pemahaman dan pelayanan geo-sains dan geo-informasi untuk
pengungkapan sumber daya geologi, pengembangan lingkungan geologi, dan
(6)
SASARAN/INDIKATOR UTAMA INDIKASI ANGGARAN/
YANG INGIN DICAPAI TARGET 2014 RESOURCE ENVELOPE
TUJUAN PENANGGUNG
JAWAB
PROGRAM KEGIATAN
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya mineral
55 wilayah mineral logam; 40 wilayah mineral non logam Jumlah wilayah/rekomendasi
optimasi pemanfaatan nilai tambah dan keekonomian sumber
50 wilayah rekomendasi Jumlah usulan rekomendasi
Wilayah Kerja pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan ( )
36 WKP panas bumi; 100 WUP batubara; 20 WKP CBM; 100
Jumlah pemutakhiran data dan
informasi sumber daya geologi;
40 paket data Tersedianya peta potensi bencana
geologi
70 wilayah Tersedianya pedoman risiko
kebencanaan geologi
100% Tersedianya peta-peta KRB
geologi terutama di wilayah-wilayah rawan bencana di Indonesia
90%
Terwujudnya regional center di bidang kebencanaan geologi
4 lokasi (kantor RC) Terlaksananya perekayasaan
peralatan dan pengembangan metode pemantauan kebencanaan geologi 20 paket 127,000,000,000 Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi Riset dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi BPPTK
Tersedianya data potensi cekungan air tanah
54 wilayah Tersedianya sumber air baku di
daerah sulit air
500 lokasi Tersedianya pedoman di bidang
pengelolaan air tanah
12 pedoman Tersedianya rekomendasi teknis
pemanfaatan ruang sektor ESDM dan geologi
85 wilayah
Tersedianya peta kawasan peruntukan pertambangan (skala nasional)
35 wilayah
Tersedianya sistem pelayanan informasi geologi yang terintegrasi
80%
Tersedianya perangkat untuk peningkatan manajemen proses
80% Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi 650,000,000,000
Tersedianya data dan informasi dan pelayanan
lingkungan geologi dan air tanah untuk penataan
ruang, peningkatan kualitas lingkungan; dan
penyediaan air bersih
PLG
Penelitian dan Pelayanan Geologi Lingkungan dan Air
Tanah Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi 816,000,000,000 PVMBG Mitigasi dan Pelayanan Kebencanaan Geologi
Tercapainya kinerja dan akuntabilitas tatalaksana
kepemerintahan penelitian dan pelayanan
bidang geologi 345,000,000,000 Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi Manajemen, Dukungan Teknis, dan Pelayanan Sekretariat Badan Geologi SBG
geologi dan penyiapan WKP dan WP untuk mendukung pasokan energi dan mineral serta
investasi sektor ESDM
Mitigasi dan Pelayanan Geologi Penyelidikan dan Pelayanan Sumber Daya Geologi PSDG 1,117,000,000,000
Tersedianya data dan informasi, dan pelayanan
dalam rangka mitigasi bencana gunungapi,
gerakan tanah, dan bencana geologi lainnya