Roadmap Badan Geologi 2010 2025

(1)

2010 – 2025

BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA


(2)

2010 – 2025


(3)

Telah banyak dokumen maupun informasi yang tersedia sebagai pedoman da-lam menjalankan pembangunan nasional, khususnya bidang geologi termasuk penyusunan dokumen Roadmap ini. Muara dari seluruh informasi, dokumen dan arahan itu adalah untuk memberikan pedoman dan arahan dalam menentukan kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang geologi.

Mengikui arahan pembangunan sebagaimana digariskan dalam Rencana Pem

-bangunan Jangka Panjang Nasional 2010-2025 serta selanjutnya Rencana Pemba

-ngunan Jangka Menengah Nasional dan dirumuskan lebih lanjut dalam buku ini 7 (tujuh) prioritas agenda pembangunan bidang geologi, yaitu: Agenda Pengemban

-gan Sumber Daya Energi, Agenda Pengemban-gan Sumber Daya Mineral, Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah, Agenda Miigasi Bencana Geologi, Agenda Pengembangan Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang, Agenda Pengembangan Geo-Informasi, dan Agenda Tata Laksana Kepemerintahan.

Tujuan pening yang ingin dicapai dengan penyusunan Buku Roadmap Badan Geologi adalah memberikan dukungan informasi dan arahan seiap bidang prio-ritas dan juga memberikan tahapan pencapaian atau roadmap dari strategi pem

-bangunan kegeologian dalam mendukung opimalisasi pem-bangunana nasional sebagaimana direncanakan dalam RPJPN 2005-2025 yang selanjutnya akan diru

-muskan sebagai kebijakan strategis di dalam Renstra atau Rencana Aksi Badan Geologi dalam tahapan pembangunan lima tahunan.

Dengan selesainya penyusunan naskah buku ini, diharapkan seluruh pihak

yang berkepeningan dengan pembangunan kegeologian di Indonesia, baik pe

-merintah, swasta, perguruan inggi maupun lembaga peneliian lainnya dapat

memanfaatkan

sebaik-baiknya informasi yang disampaikan dalam buku ini, untuk diterapkan

sebagai bagian dari strategi dan kebijakan yang disusun masing-masing insitusi. Buku Roadmap Badan Geologi ini dapat direvisi untuk disesuaikan dengan

perkembangan kondisi lingkungan strategis ke depan, untuk itu saran dan

masu-kannya senaniasa kami tunggu.

Tim Penyusun

Sekretariat Badan Geologi

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN...

1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Cakupan Ruang Ruang Lingkup... 1.4. Landasan Hukum...

II. KONDISI SAAT INI DAN MODAL DASAR...

2.1. Sumber Daya Geologi... 2.2. Air Tanah, Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang... 2.3. Kegunungapian dan Miigasi Bencana Geologi... 2.4. Geosain dan Geo-Informasi... 2.5. Tata Laksana Kepemerintahan Bidang Geologi...

III. ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN BIDANG GEOLOGI...

3.1. Umum: Isu dan Tantangan dari RPJPN 2005 – 2025... 3.2. Ketahanan Energi... 3.3. Lingkungan dan Perubahan Iklim... 3.4. Bencana Alam... 3.5. Industri Mineral... 3.6. Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah... 3.7. Pengembangan Informasi Geologi... 3.8. Air dan Degradasi Lingkungan...

IV. ARAH KEBIJAKAN, AGENDA DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN

4.1. Arah Umum Kebijakan

4.2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi 4.2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral 4.4. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah 4.5. Agenda Miigasi Bencana Geologi

4.6. Agenda Pengembangan Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang 4.7. Agenda Pengembangan Geo-Informasi

4.8. Agenda Tata Laksana Kepemerintahan

V. PENUTUP iv v vii viii 1 1 3 3 4 8 9 23 29 32 38 49 49 51 58 64 82 104 107 110 114 114 123 126 128 132 134 140 146 155


(4)

Tabel 2.1. Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009 Tabel 2.2. Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM 2006 – 2009

Tabel 2.3. Sebaran Cekungan Air Tanah

Tabel 2.4. Ringkasan hasil-hasil kegiatan kegunungapian dan mii -gasi bencana geologi

Tabel 2.5. Jumlah staf/SDM pada Badan Geologi menurut jenjang pendidikan

Tabel 2.6. Rencana pegawai Badan Geologi yang akan pensiun pada 2010 – 2013

Tabel 3.1. Perkembangan ketergantungan terhadap minyak impor

(%) Impor neto terhadap konsumsi (Sumber: DESDM, 2009)

Tabel 3.2. Neraca minyak bumi/BBM Indonesia tahun 2008 (ribu barel

per hari) (Sumber: DESDM, 2009) htp://www.bgl.esdm.go.id/)

Tabel 3.3. Kejadian bencana gempabumi di Indonesia periode 2004-2009

Tabel 3.4. Bencana gerakan tanah periode 2004-2009

Tabel 3.5. Ideniikasi karakterisik dasar (karakterisik umum) ba

-haya untuk miigasi bencana, kasus ba-haya tanah longsor (Sum

-ber: UNDTMP, dalam Warta Geologi, Vol. I No 4, Juli 2006, terse

-dia pada htp://www.bgl.esdm.go.id/ )

Tabel 3.6. Form isian jenis bencana dan parameter untuk

pema-haman bencana yang harus tersedia di seiap level pemerintahan paling bawah (Sumber: (Sumber: UNDTMP, dalam Warta Geologi,

Vol. I No 4, Juli 2006

Tabel 3.7. Permintaan LTJ Dunia Tahun 2005 (Sumber: ”Logam Tanah

Jarang, htp://id.wikipedia.org/wiki/Logam_tanah_jarang )

Tabel 3.8. Kelompok Mineral Kapasitas Pasar Tinggi (diatas 1 mil-yar dolar AS)

Tabel 3.9. Kelompok Mineral Kapasitas Pasar Menengah (100 juta - 1 milyar dolar AS)

Tabel 4.1. Matriks Kebijakan, Sasaran Aksi, dan Rencana Aksi TKBG

...II-13 ...II-18 ...II-27 ...II-31 ...II-45 ...II-47 ...III-53 ...III-53 ...III-68 ...III-69 ...III-73 ...III-74 ...III-89 ...III-92 ...III-93 ...IV-152

Gambar 2.1. Busur Magmaisme Indonesia

Gambar 2.2. Cadangan Minyak Bumi Indonesia, Status Akhir 2008 Gambar 2.3. Cadangan Gas Bumi dan CBM Indonesia, Status 2009 Gambar 2.4. Peta Pengembangan Wilayah Kerja Pertambangan Panas

Bumi

Gambar 2.5. Status Lokasi Penyelidikan Panas Bumi Tahun 2009 Gambar 2.6. Peningkatan status sumber daya dan cadangan panas

bumi 2005 – 2009

Gambar 2.7. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005 – 2009

Gambar 2.8. Status Sumber Daya Gambut 2005 – 2009 Gambar 2.9. Status Sumber Daya Bitumen Padat 2005 – 2009 Gambar 2.10. Perkembangan Neraca Sumber Daya dan Cadangan

Mineral Logam 2005-2008

Gambar 2.11. Perkembangan Neraca Sumber Daya Bahan Baku Semen 2005 – 2008

Gambar 2.12. Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Bangu-nan 2005-2008

Gambar 2.13. Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Galian Keramik dan Industri

Gambar 2.14. Pemanfaatan air tanah untuk penyediaan air bersih di daerah sulit air

Gambar 2.15. Peta Gaya Berat Indonesia

Gambar 2.16. Peta Cekungan Sedimen Indonesia

Gambar 2.17. Pengelompokan Cekungan Sedimen Indonesia Gambar 2.18. Arsitektur sistem informasi Badan Geologi saat ini Gambar 2.19. Alur pertukaran data dan informasi Badan Geologi

saat ini

Gambar 2.20. Perbandingan tenaga teknis (41%) dengan tenaga

administraive (59%) Badan Geologi status Tahun 2009

Gambar 2.21. Komposisi pegawai negeri pada Badan Geologi: S3

(2%), S2 (8%), S1 (27%), S0/D3 (4%), SLTA (48%), SLTP (6%), dan SD (5%)

Gambar 2.22. Komposisi pegawai negeri Badan Geologi

berdasar-...II-10 ...II-12 ...II-12 ...II-13 ...II-14 ...II-15 ...II-15 ...II-16 ...II-17 ...II-19 ...II-20 ...II-20 ...II-21 ...II-25 ...II-34 ...II-34 ...II-35 ...II-37 ...II-37 ...II-46 ...II-46


(5)

Graik Hubbert untuk perkembangan produksi min

yak Indonesia

Gambar 3.2. Proyeksi perubahan temperatur permukaan

glob-al de ngan iga skenario SRES B1, A1B, dan A2. (Sumber: IPCC,

2007)

Gambar 3.4. Siklus tahapan (phase) dalam manajemen darurat (disaster manajemen): Tanggap Darurat (Response), Pemulihan (Recovery), Miigasi (Miigaion), dan Kesiapsiagaan ( Preparad-ness). Sumber: tersedia pada htp://en.wikipedia.org/wiki/Disas

-ter_miigaion#Miigaion , diakses 3 Juli 2009

Gambar 3.5. Tahapan manajemen bencana dari pra bencana,

pada saat kejadian bencana hingga pasca bencana. Sumber: Buku “Gempabumi dan Tsunami”, DVMBG, DESDM bekerjasama dengan

PGRI dan Yayasan SAMPAI, 2004

Gambar 3.6. Ilustrasi tantangan dalam miigasi bencana yang mer -entang mulai dari pra bencana (pemetaan zona kerentanan atau kawasan rawan bencana, pemantauan, sosialisasi, hingga peringa-tan dini); pada saat terjadi bencana (peringa-tanggap darurat), dan pasca

bencana (penyelidikan, rekonstruksi, dan rehabilitasi-idak dita -mpilkan dalam gambar), kasus bencana gerakan tanah

Gambar 3.7. Zona subduksi di sekeliling wilayah Indonesia.

Sum-ber: J. A. Kaili, 2006 dalam Warta Geologi, Volume I Nomor 4 Ta -hun 2006

Gambar 3.8. Ribuan iik pusat sumber gempabumi besar-kecil di

wilayah Indonesia. Sumber: J. A. Kaili, 2006 dalam Warta Geologi,

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2006

Gambar 3.9. Kawasan rawan bencana geotektonik di Indonesia

(Sumber: Warta Geologi, Volume 1 Nomor 4, Tahun 2006

Gambar 3.10. Peta gunung api besar Indonesia (Major Volcanoes Indonesia) dari USGS yang bersumber dari Direktorat Vulkanolo-gi (PVMBG sekarang). Jumlah gunung api dalam peta adalah 69 gunung api. Sebanyak 10 buah gunung yang terdata oleh PVMBG

(total 79 gunung api) idak dijumpai dalam peta, diantaranya: G.

Guntur (Jawa Barat) dan beberapa buah gunung api di Laut Banda,

dan Kepulauan Sangihe. Sumber: htp://vulcan.wr.usgs.gov/

Gambar 3.11. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi

...III-52 ...III-59 ...III-16 ...III-16 ...III-72 ...III-75 ...III-75 ...III-76 ...III-77

Gempabumi dalam skala rinci masih menjadi tantangan kede-pan

Gambar 3.12. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gerakan Tanah atau Tanah Longsor dengan skala yang masih belum rinci, contoh untuk wilayah Jawa Barat dan Banten mpabumi untuk

bulan November 2005. Penyusunan peta KRB Gerakan Tanah da -lam skala rinci untuk seluruh wilayah berpotensi longsor di Indo-nesia masih menjadi tantangan kedepan

Gambar 3.13. Busur Magmaisme Indonesia

Gambar 3.14. Status tahun 2009 dan perkembangan 2005-2008 tentang sumber daya dan cadangan mineral logam Emas, Timah, dan Nikel

Gambar 3.15 Perkembangan produksi LTJ dunia (Sumber: “Rare earth elemet”, tersedia pada: htp://en.wikipedia.org/wiki/ Rare_earth_element

Gambar 4.1 Tahapan RPJM bidang geologi (dalam kotak berwar-na) berdasarkan tahapan RPJMN sebagaimana dalam RPJPN (di bagian bawahnya masing-masing tahapan)

Gambar 4.2. Milestone Survei Pendahuluan/Eksplorasi Panas Bumi

Gambar 4.3.Milestone Penyelidikan Energi Fosil

Gambar 4.4.Milestone Eksplorasi Sumber Daya Mineral Gambar 4.5.Roadmap sumber daya air tanah

Gambar 4.6. Milestone kegiatan kegunungapian dan miigasi bencana geologi

Gambar 4.7.Roadmap lingkungan geologi dan penataan ruang Gambar 4.8. Milestone pengembangan geo-informasi dalam

mendukung ketahanan dan kemandirian energi dan mineral Gambar 4.9. Milestone Rencana Komposisi Pegawai Badan

Geologi

Gambar 4.10. Diagram Komposisi Pegawai Badan Geologi yang diinginkan ...III-79 ...III-79 ...III-85 ...III-86 ...III-88 ...IV-119 ...IV-125 ...IV-125 ...IV-128 ...IV-130 ...IV-135 ...IV-139 ...IV-141 ...IV-154 ...IV-154


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Indonesia memiliki tatanan geologi yang khas dan rumit sebagai aki

-bat interaksi pertemuan antara iga mega-lempeng tektonik dunia, yaitu Lem

-peng Samudra Pasiik yang bergerak kearah barat, Lem-peng Benua Indo-Austra

-lia yang bergerak kearah utara, dan Lempeng Benua Eurasia yang relaif stabil sehingga terbentuk beberapa cekungan dan pegunungan. Tatanan geologi terse

-but telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam da

-lam wujud sumber daya mineral dan energi yang bernilai ekonomi inggi. Batuan yang dijumpai di wilayah Indonesia melipui berbagai jenis batuan yang asal dan

sumbernya berbeda sehingga terjadi perbedaan potensi sumber daya mineral

antara kawasan Indonesia Barat dengan kawasan Indonesia Timur.

Pembentukan pegunungan, kegiatan magmaik dan proses sedimentasi pada cekungan-cekungan di beberapa tempat menyebabkan terbentuknya sumber daya mineral dan energi yang potensial. Pada tempat-tempat tertentu, kegia

-tan magmaik dengan pembentukan gunung api terjadi berulang kali. Kegia-tan magmaik tersebut, baik yang syngeneic (pasca magmaik) dan epigeneic (ber

-samaan dengan proses magmaik) disertai oleh proses mineralisasi, sehingga di beberapa tempat di wilayah Indonesia banyak dijumpai terjadinya proses min -eralisasi yang menyebabkan terbentuknya asosiasi beberapa logam dasar, log-am mulia, besi, paduan besi, nikel, kobal dan mineral rombakan/endapan plaser

(pasir besi, imah, emas, intan, zirkon dan sebagainya). Pada kegiatan gunung api dimana Indonesia merupakan negara yang paling banyak mempunyai gunung api akif di dunia, selain menyebabkan pembentukan beberapa mineral logam

dasar, juga logam mulia serta memiliki potensi sumber daya panas bumi.

Se-mentara pada cekungan-cekungan ditemukan sumber daya minyak bumi, gas


(7)

beber-apa tempat proses sedimentasi dan pelapukan batuan serta proses lateriisasi

menyebabkan terjadinya proses pengayaan mineral. Dengan terjadinya proses pengangkatan dan perlipatan pada batuan pembawa mineral tersebut, beber-apa sumber daya mineral yang potensial tersebut tersingkap pada permukaan.

Dalam upaya mengungkapkan kekayaan sumber daya kebumian tersebut

di-atas, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah melaksanakan secara intensif penyelidikan umum, dan ek

-splorasi untuk menginventarisasikan potensi mineral, batubara dan minyak bumi

di berbagai wilayah.

Salah satu kendala yang dijumpai saat ini antara lain adalah belum

terinte-grasinya pengungkapan secara nasional potensi sumber daya geologi. Secara kelembagaan kendala yang dijumpai adalah dijumpainya banyak kerancuan yang

menyangkut kewenangan berbagai instansi yang menangani hal-hal yang ber-hubungan dengan sumber daya geologi.

Contoh lain yang menjadi kendala pengembangan dan pemanfaatan potensi

sumber daya geologi adalah dalam kaitannya dengan peruntukan kawasan

per-tambangan sebagai implementasi UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penata

-an Ru-ang. Delineasi daerah potensi sumber daya geologi agak sulit ditentuk-an

batas-batasnya sebelum dilakukan kegiatan eksplorasi untuk mengetahui lokasi

dan pola penyebaran sumbernya. Pengembangan sumber daya geologi yang po

-tensial tersebut menjadi lebih krusial akibat terbitnya Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan, yang melarang kegiatan penambangan terbuka di daerah hutan lindung. Meskipun tujuan Undang Undang tersebut adalah un

-tuk meminimalisir ingkat kerusakan kawasan hutan khususnya pada hutan lind

-ung, tetapi hal tersebut kontradikif dengan pola penyebaran mineral terutama mineral logam yang secara alamiah umumnya menempai daerah bertopograi inggi dengan kelerengan yang terjal. Dalam kenyataannya daerah-daerah terse -but sebagian besar sudah ditetapkan sebagai hutan lindung, sehingga kegiatan

eksplorasi bahkan ideniikasi sumber daya mineralpun sulit dilakukan.

Yang tak kalah peningnya adalah dalam kaitannya dengan kegiatan penyeli

-dikan pada cekungan geologi Tersier yaitu cekungan yang diideniikasi mengand

-ung cadangan minyak dan gas bumi, dengan kategori cadangan terbuki (proven reserve) ataupun yang baru bersifat potensi (potenial reserve). Peranan infor

-masi geologi untuk mengideniikasi cekungan migas tersebut menjadi sangat pening dan bersifat strategis, karena dengan meningkatkan kegiatan eksplor -asi maka memberikan peluang lebih banyak minyak dan gas bumi yang dapat

diambil di wilayah Indonesia. Sifat strategis tersebut terutama jika wilayah yang potensial tersebut terletak di daerah fronier atau wilayah yang berbatasan den

-gan negara lain, karena sifat penyebaran cekun-gan minyak yang idak mengenai

batas wilayah / negara.

1. 2. Maksud dan Tujuan

Road Map Badan Geologi adalah dokumen perencanaan Badan Geologi yang merupakan penjabaran dari RPJP 2005 – 2025 ini dimaksudkan untuk menjadi

pedoman peran geologi di masa mendatang. Adapun tujuan

1. Meningkatnya pemahaman geologi, serta penggunaan data dan informasi dasar geologi dalam aplikasi geologi untuk pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan, dan miigasi bencana;

2. Meningkatnya penggunaan data dan informasi sumber daya geologi

da-lam upaya peningkatan kesejahteraan, ketahanan dan daya saing ekonomi

berbasis sumber daya mineral dan energi;

3. Meningkatnya kualitas miigasi bencana gunungapi dan gerakan tanah, serta kontribusi geologi untuk miigasi bencana lainnya guna penguran

-gan korban jiwa akibat bencana alam;

4. Meningkatnya penggunaan data dan informasi lingkungan geologi dalam penataan ruang, peningkatan kualitas dan perlindungan lingkungan, dan

penyediaan air bersih;

5. Meningkatkan kinerja dan akuntabilitas kelembagaan peneliian dan pe -layanan bidang geologi.

Tujuan tersebut mengalir menjadi produk-produk untuk mendukung kebutu-han nasional dalam rangka meningkatkan daya saing dan mewujudkan kemandi-rian bangsa.

1.3. Cakupan dan Ruang Lingkup

Roadmap Badan Geologi mencakup 4 bidang prioritas, kebencanaan men


(8)

-tumbuhan Ekonomi melalui Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat dan Dae-rah untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, yaitu:

a) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola b) Ketahanan Pangan

c) Infrastruktur

d) Energi

e) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Ruang lingkup penyusunan, Aspek Sumber Daya Geologi mencakup aspek-as -pek sebagai berikut :

• Ideniikasi, analisis dan evaluasi permasalahan yang berkaitan dengan

pe-ngelolaan, pengembangan, pemanfaatan sumber daya geologi saat ini serta melakukan prediksi pengelolaan sumber daya geologi dimasa mendatang.

• Penyusunan rekomendasi tentang pengelolaan bidang geologi secara na -sional berdasarkan pendekatan aspek sumber daya geologi, agar

peman-faatan sumber daya geologi untuk kesejahteraan masyarakat dan konserva

-si lingkungan lebih opimal.

• Ideniikasi indakan dan upaya, baik yang bersifat struktural maupun non

struktural, agar pengelolaan kegeologian nasional terutama yang

menyang-kut bidang sumber daya geologi menjadi lebih opimal berdasarkan analisis dan evaluasi kondisi saat ini. Ideniikasi tersebut ditekankan pada perma -salahan atau isu-isu yang dihadapi berkenaan dengan kebijakan dan kelem-bagaan.

• Perumusan strategi dalam perencanaan peneliian, pengembangan dan pe

-layanan bidang kegeologian secara nasional agar kinerja dalam pengelolaan

sumber daya geologi meningkat .

1.4. Landasan Hukum

Saat ini tugas dan fungsi kegeologian yang utama diemban oleh Badan Geolo

-gi berdasarkan Keputusan Menteri Ener-gi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementeri

-an ESDM. Keberada-an Kepmen SDM Nomor 0030 Tahun 2005 tersebut pada dasarnya merupakan indak lanjut dari Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Un

-dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Masing-masing berturut

berkenaan dengan kekuasaan pemerintahan negara dan kementerian negara.

Terbitnya sejumlah undang-undang (UU) di ingkat nasional, baik langsung maupun idak langsung, memberikan mandat pelaksanaan kegiatan kepada lem -baga pemerintah pelaksana utama kegeologian, baik saat ini maupun ke depan.

Lembaga pemerintah yang dimaksud pada saat ini adalah Badan Geologi dibawah Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Selain itu, banyak isu stra-tegis Nasional terkait bidang kegeologian muncul sebagai implikasi dari diterbit

-kannya UU tersebut. Mandat yang lahir dari sejumlah UU itu juga akan mempe-ngaruhi perkembangan kebijakan, strategi dan program pada Badan Geologi.

UU termaksud ada yang berkaitan dengan substansi teknis kegeologian dan

ada pula yang berkaitan dengan aspek tatalaksana kepemerintahan. Dibawah ini

UU yang memberikan mandat berkaitan dengan subtansi teknis kegeologian: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Undang-undang ini memberikan mandat untuk:

• Melakukan perlindungan dan pengamanan benda alam yang di anggap

mempunyai nilai pening bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

(keunikan batuan dan fosil, bentang alam).

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, mem -berikan mandat untuk:

• Melakukan survei umum untuk memperkirakan letak dan

• potensi sumber daya minyak dan gas bumi

• Melakukan pengelolaan data dan informasi hasil kegiatan survei dan pemetaan geologi, geoisika dan geokimia

• Melakukan evaluasi joint study dalam penyiapan wilayah kerja

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, memberikan

mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi, penyelidikan pendahuluan dan eksplorasi panas

bumi

• Menyusun rancangan wilayah kerja pengusahaan panas bumi

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memberikan

mandat untuk:


(9)

• Menyusun pedoman terkait pengelolaan, penyelidikan, peneliian, ek

-splorasi dan evaluasi data

• Melakukan inventarisasi dan pengelolaan air bawah tanah pada CAT lintas

propinsi dan lintas negara

• Melakukan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah lintas propin-si dan lintas negara

• Menetapkan daerah konservasi dan daerah pemanfaatan air tanah

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

memberikan mandat untuk:

• Melakukan pemantauan, kajian, penetapan status akivitas dan

penyebaran informasi

• Melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana • Melakukan miigasi bencana

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberi -kan mandat:

• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan lindung geolo -gi

• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan rawan ben

-cana geologi

• Menyusun rancangan Permen tentang kawasan imbuhan air tanah • Menyusun rancangan Permen tentang kriteria teknis kawasan

• peruntukan pertambangan

7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi memberikan mandat: • Melakukan inventarisasi sumber daya energi

• Konservasi sumber daya energi

8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara memberikan mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi, penyelidikan, peneliian, dan eksplorasi sumber

daya mineral dan batubara

• Menyiapkan rancangan Wilayah Pertambangan (WP) yang melipui Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pencadangan Nasional (WPN), dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) untuk Tata Ruang Na -sional.

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan memberi -kan mandat untuk:

• Inventarisasi objek wisata alam dan pengembangan desinasi wisata (pengembangan Museum Geologi dan deliniasi potensi kawasan wisata

alam geologi)

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelo

-laan Lingkungan Hidup memberikan mandat untuk:

• Penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (pe -manfaatan informasi geologi)

• Penetapan wilayah ekoregion (pemanfaatan informasi geologi)

Adapun UU yang memberikan implikasi atau mandat terhadap aspek tatalak

-sana kepemerintahan lembaga Pemerintah bidang geologi diantaranya adalah: 1) UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan peraturan dibawahnya, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2004, dan PP Nomor 21 Tahun 2008;

3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, berikut peraturan dibawahnya (PP Nomor 60 Tahun 2008); 4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan peraturan dibawahnya; 5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik;

6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Undang-undang adalah dinamis yang berari dapat saja berubah meski peri

-ode perubahannya memerlukan waktu tahunan. Implikasinya adalah mandat UU untuk bidang geologi sebagaimana tersebut diatas juga dapat berubah. Na

-mun demikian, mandat yang -muncul saat ini bagi bidang geologi sebagai imp

-likasi dari UU yang ada juga akan menentukan peta perjalanan pembangunan bidang geologi ke depan, minimal 5 sampai dengan 10 tahun ke depan.


(10)

BAB II

KONDISI SAAT INI DAN MODAL DASAR

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025, selanjut

-nya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasi

-onal periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia us

-aha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakai bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinaif, dan saling me

-lengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola indak.

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: (a) men

-dukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan na

-sional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar

daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara

Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perenca

-naan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara eisien, efekif, berkeadilan dan berkelanju

-tan, dan (e) mengopimalkan parisipasi masyarakat. Mengacu kepada tujuan RPJP Nasional tersebut, peran geologi terkait dengan integrasi dan sinkronisasi antar ruang dan penggunaan sumber daya secara eisien, efekif, sinergis dan

berkelanjutan.

Peranan data dan informasi geologi dalam Pembangunan Nasional dapat dikelompokkan dalam (1) Mineral Ekonomi (energi, bahan logam dan industri, bahan bangunan) yang merupakan komodii (2) Lingkungan dan ekosistem dan (3) Tata ruang dan kebencanaan. Berkenaan dengan kegunaan data geologi un

-tuk mineral ekonomi yang menghasilkan komodii yang semakin hari semakin pening baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri sudah sangat

jelas dan idak perlu dibahas lebih lanjut. Akan tetapi yang perlu ditekankan ada -lah bahwa peranannya dalam menetapkan strategi nasional mineral yang dapat

menjamin ketersediaan mineral khususnya untuk jangka panjang (20 tahun dan

seterusnya). Data dan informasi geologi akan sangat menentukan bentuk

strate-gi jangka panjang tersebut. Sebagai contoh pemanfaatan batubara yang mem

-punyai cadangan cukup untuk 400 tahun perlu diatur sejak awal apakah akan

diekspor tanpa batas atau perlu pengendalian, serta wilayah mana yang harus

dikendalikan sebagai cadangan negara.

Peranan data dan informasi geologi dalam pembangunan lingkungan dan ekosistem serta tata ruang dan kebencanaan tercakup sebagai dasar bagi pe

-nataan kawasan. Pe-nataan kawasan atau ruang merupakan bagian dari kebija

-kan pembangunan nasional untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memerlukan perencanaan kawasan dan ruang secara menyeluruh, melipui aspek-aspek ke

-manusiaan, sumber daya alam, geologi, ekonomi, sosial poliik, pertahanan kea

-manan dan lingkungan hidup. Geologi berperan dalam masalah bencana geologi, pemetaan dalam perencanaan tata ruang yang terkait dengan cebakan mineral,

bahan galian, tanah untuk pertanian dan lain sebagainya.

Geologi juga memberikan ideniikasi berbagai potensi dan ancaman bahaya bagi pembangunan seperi lokasi bendungan, kawasan pemukiman, potensi en -ergi, pemanfaatan lahan sebagai tempat bertumpunya bangunan-bangunan

be-rat. Berkaitan dengan sumber daya air, geologi menentukan air permukaan, air

tanah, air bawah tanah, pola aliran air sungai, daerah aliran sungai (DAS), akuifer, kawasan resapan, daur hidrologi, struktur geologi permukaan dan bawah

per-mukaan. Geologi juga terkait erat dengan penentuan ruang terbuka yang kemu

-dian dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi, kawasan resapan air, kawasan pelestarian ekosistem, cagar budaya atau kawasan lindung.

2.1. Sumber Daya Geologi

Data, informasi, referensi, dan pengalaman geologi akan menjadi modal uta-ma untuk meneruskan pembangunan dalam bidang sumber daya migas, panas

bumi, dan mineral pada Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Produksi minyak Indonesia yang cenderung terus menurun umumnya dihasil


(11)

-kan dari cekungan-cekungan minyak yang sudah mature. Sampai saat ini, dari 66 cekungan yang telah diketahui, baru 16 cekungan yang berproduksi, sehingga perlu dilakukan pencarian minyak bumi pada cekungan yang belum diproduksi dan cekungan baru minyak bumi.

Berdasarkan kebijakan energi Indonesia hingga tahun 2025, kebutuhan energi yang berasal dari minyak bumi secara bertahap akan dikurangi, diganikan oleh batubara, dan energi baru dan terbarukan. Potensi sumber daya dan cadangan batubara Indonesia sebesar 122 milyar ton yang 60 % diantaranya jenis low-rank; gambut sebesar 9,086 milyar ton, CBM (coal-bed methane) sebesar 31,9 juta m3,

panas bumi sebesar 27,7 Gwe, dan oil shale sebesar 11,4 milyar ton, keseluru -hannya masih memerlukan pengembangan dan peningkatan statusnya.

Kebutuhan batubara sebagai sumber energi akan selalu meningkat seiring

dengan program kebijakan energi mix, dimana peran batubara 2010 sebesar 20,83%, 2014 sebesar 24,07% dan 2025 sebesar 33% yang mengakibatkan ket

-ersediaannya harus dijaga dengan baik. Keberadaan batubara yang mempunyai karakterisik dapat diusahakan sebagai tambang dalam diyakini dapat menjamin ketersediaan dimasa mendatang. Oleh karena itu pemerintah harus menetapkan wilayah pencadangan negara untuk komodii tersebut.

Kondisi tektonik global membentuk beberapa busur magmaisme sepanjang Kepulauan Indonesia (Gambar 2.1) yang berkaitan erat dengan jalur mineralisa

-Gambar 2.1 Busur Magmaisme Indonesia.

si terbentuknya mineral logam. Begitu pula bermacam jenis mineral non-logam yang terbentuk oleh variasi proses geologi akibat tektonik global tersebut.

Industri strategis besi baja nasional menggunakan bahan baku bijih besi be

-rupa pellet yang diimport dari negara lain. Hal ini mengakibatkan biaya produksi yang inggi sehingga harga jual baja idak mampu bersaing dengan produsen dari luar negeri. Kebutuhan bijih besi lokal menjadi strategis untuk daya saing indus

-tri besi baja. Hal ini berkaitan juga dengan kebijakan pemerintah untuk mem

-bangun industri baja di Kalimantan Selatan berbasis bahan baku bijih besi lokal juga menjadi sangat pening. Bidang Geologi dituntut untuk lebih meningkatkan kegiatan eksplorasi bijih besi dalam upaya menemukan cadangan baru agar ke -langsungan pasokan bahan baku untuk industri besi baja nasional dapat terjaga. Mineral logam strategis yang keterdapatannya hanya didaerah tertentu,

sep-eri imah didaerah Bangka-Belitung dan bauksit di Kalimantan Barat dan Riau se -makin berkurang potensinya seiring dengan produksi yang terus dihasilkan dari

lokasi penambangan mineral logam tersebut. Oleh karena itu komodii tersebut harus menjadi fokus pencadangan negara untuk menjamin ketersediaan logam

strategis dikemudian hari, sehingga pemerintah harus menetapkan wilayah

pen-cadangan negara untuk komodii-komodii logam strategis. Bidang geologi ber

-peran pening dalam menemukan dan eksplorasi cadangan baru logam strategis Indonesia. Potensi sumber daya energi Indonesia terdiri dari: minyak bumi, ba -tubara dan coal bed methane, gambut dan panas bumi; sedangkan sumber daya mineral terdiri dari mineral logam dan non logam antara lain: emas, tembaga,

bijih besi, nikel, imah, mangan, bauksit, intan, granit, zirkon.

Status potensi cadangan minyak bumi tahun 2008 sebesar 8,2 milliar barrel yang apabila diproduksi dengan ingkat produksi sebesar 0,357 milliar barel per tahun, maka potensi minyak bumi masih akan bertahan seidaknya selama 23 tahun. Gas bumi dengan cadangan sebesar 170 TSCF dan ingkat produksi sebe

-sar 2,9 TSCF, maka diharapkan gas bumi dapat memasok energi hingga 62 tahun ke depan. Diinjau dari sebarannya, cadangan minyak bumi terbesar terdapat di wilayah di Provinsi Riau (4,1 milliar barrel, Gambar 2.2), sedangkan cadangan gas bumi terbesar berada di daerah Natuna sebesar 52,59 TCF (Gambar 2.3). Potensi coal bedmethane Indonesia yang tersebar pada 11 Cekungan Batubara diperkirakan sebesar 453 TCF.


(12)

Gambar 2.2 Cadangan Minyak Bumi Indonesia, Status Akhir 2008

Berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2009 (status sampai dengan Desember 2009) telah ditemukan penambahan 8 lokasi daerah panas bumi di Maluku, Pap

-ua Barat dan Sulawesi Barat dan 4 peningkatan status sumber daya dengan total penambahan potensi 818 Mwe. Selain itu juga telah terjadi penambahan kapa

-sitas panas bumi sebesar 137 Mwe dari PLTP Lahendong III (20 Mwe) dan PLTP Wayang Windu II (117 MW), sehingga status potensi panas bumi Tahun 2009,

Tabel 2.1 Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009

yaitu: 28.884 Mwe, daerah/lapangan panas bumi sebanyak 265 lokasi, kapasitas terpasang 1189 MWe (gambar 2.4 dan Tabel 2.1). Namun kapasitas terpasang tersebut masih sekitar 4 % dari total potensi panas bumi Indonesia yang sebesar 28,5 ribu MW dan merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia.

Dari sejumlah ini, sekitar 80% berasosiasi dengan lingkungan vulkanik dan 20% berada di lingkungan non vulkanik seperi di sebagian besar P. Sulawesi (ke

-Total Potensi : 28.528 MW Total Kapasitas : 1189 MW


(13)

Gambar 2.5 Status Lokasi Penyelidikan Panas Bumi Tahun 2009.

cuali Sulut), Kalimantan Barat, dan di Kepala Burung Irian Jaya. Kemudian status penyelidikan tahun 2009, dari 265 lokasi panas bumi sebagian besar (166 loka

-si atau 62,64%) berada pada ingkat survei pendahuluan, 84 loka-si atau 31,7 % berada pada tahap eksplorasi permukaan rinci, 8 lokasi atau 3,02 % berada pada tahap eksplorasi pemboran dan hanya 7 lokasi atau 2,64 % yang telah ter -manfaatkan (terpasang) untuk tenaga listrik, lebih lanjut dapat dijelaskan pada

Gambar 2.5.

Status sumber daya dan cadangan tahun 2005 total sebesar 27.483 MWe, sum

-ber daya sebesar 13.543 Mwe (49%), cadangan 13.940 MWe (51%); menjadi sum

-ber daya 13.813 MWe (47,6%) dan cadangan sebesar 15.071 MWe (52,3%) atau total potensi sebesar 28.528 MWe pada tahun 2009. Prosentase kenaikan poten

-si panas bumi dari tahun 2005 dengan total sumber daya dan cadangan sebesar 27.483 MWe, menjadi 28.528 MWe pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan 3,8 % dibanding 5 tahun sebelumnya. Perbandingan peningkatan status potensi sumber daya panas bumi dari tahun 2005 s/d 2009 dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Berdasarkan hasil penyelidikan, status potensi batubara pada tahun 2009 sumber daya sebesar 104, 94 Milyar Ton dan cadangan sebesar 21,13 Milyar ton. Peningkatan sumber daya batubara tahun 2005 – 2009 sebesar 43,593 Milyar Ton (70%) dibanding sumber daya tahun 2005 (Gambar 2.7).

Gambut merupakan salah satu sumberdaya energi alternaif yang terdapat di Indonesia dan sampai saat ini masih belum digunakan sebagai bahan ener

-gi. Sampai dengan tahun 2005, tercatat sumberdaya gambut sebesar 1,8546 milyar ton, tahun berikutnya yakni tahun 2006, angka ini berubah menjadi 2,2303 milyar ton, yang berari terjadi kenaikan sebesar 3,757 milyar ton atau 20.25%, sedangkan pada tahun 2007 terjadi lonjakan yang cukup besar dima

-na sumberdaya menjadi 8,6162 atau terjadi lonjakan sebesar 63,819 milyar ton atau 286%, ini terjadi karena dimulainya pembuatan data base gambut Gambar 2.6 Peningkatan status sumber daya dan cadangan panas bumi 2005 – 2009.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

2005 2006 2007 2008 2009

61,37 65,40

93,40104,76104,94

7,01 9,48

18,71 20,96 21,13

Mily

ar

Ton

Sumber DayaCadangan


(14)

Gambar 2.8 Status Sumber Daya Gambut 2005 - 2009.

8,30 8,40 8,50 8,60 8,70 8,80 8,90 9,00 9,10 9,20

2006 2007 2008 2009

8,60

8,61

9,09

9,20

Mily

ar

Ton

Sumber Daya

seluruh Indonesia, dimana semua data kegiatan inventarisasi gambut yang per

-nah dilakukan di injau kembali, hal ini terlihat dari angka sumberdaya gam

-but tahun 2008 yang berjumlah 9,0861 milyar ton, disini terjadi pergeseran sebesar 4.739 milyar ton atau hanya sebesar 5,5%. Tahun 2009 sesuai hasil penyelidikan terdapat kenaikan sebesar 108,961 juta ton, sehingga status sum

-ber daya sebesar 9,20 milyar ton (Gambar 2.8).

Bitumen padat merupakan salah satu sumber energi alternaive lain yang diselidiki. Berdasarkan data yang terhimpun diketahui bahwa pada tahun 2005 diketahui sumberdaya bitumen padat sebesar 6,7987 milyar ton batuan, pada tahun berikutnya yakni tahun 2006 angka ini berubah menjadi 9,8359 milyar ton, sehingga terjadi kenaikan sebesar 3,0372 milyar ton atau 44,67%. Pada tahun 2007, sumberdaya berubah lagi menjadi 11.2482, ini berari bertambah sebesar 1,4123 milyar ton atau 14.35 %, seterusnya pada tahun 2008, sumber

-daya bitumen padat menjadi 11,4151 milyar ton, berari terjadi kenaikan sebe

-sar 0,1669 milyar ton atau 1.48 %. Tahun 2009, sumber daya bitumen padat meningkat menjadi sebesar 11,417 milyar ton. Kandungan minyak yang terdapat pada endapan bitumen padat yang terdapat di Indonesia berkisar antara. 0 – 248 liter/ton, hal ini mengindikasikan bahwa potensi hidrokarbon yang bisa di ambil dari bitumenpadat di Indonesia cukup menjanjikan.

Kegiatan penyelidikan CBM dimulai pada tahun 2006, dimana dihasilkan se

-besar 116.779.766 cut gas metan untuk cakupan daerah seluas 8,6 Km2,

de-ngan lokasi di Kalimantan Timur, sedangkan tahun 2007 untuk daerah seluas 2 Km2 didapat 606.520.712 cut dengan lokasi di daerah Kalimantan Timur. Pada

tahun 2008 dilakukan penyelidikan di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, dimana di dapatkan 5.164.389,763 cut untuk wilayah seluas 5 km2 di Kalsel dan

9.113.064 cut gas untuk daerah seluas 2 km2 di Sumatera Selatan. Tahun 2009,

hasil penyelidikan di Tanjung Enim, Sumatera selatan diperoleh sumber daya

CBM sebesar 730.479.997 Cut; dan daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat diper

-olegh sumber daya sebesar. 978.212.000 Cut. Bila dilihat dari hasil yang di capai, terlihat adanya kenaikan sumberdaya di berbagai komodii, untuk itu maka perlu di usulkan agar dilakukan kegiatan yang lebih intensif lagi terutama untuk Bitu

-men Padat dan CBM, karena data penyebaran komodii ini masih sedikit sekali (Tabel 2.2).

Indonesia memiliki potensi mineral logam strategis: emas, perak tembaga, Ni

-kel, imah, bijih besi, bauksit, mangan dan pasir besi. Status sumber daya mineral logam strategis tahun 2008 yaitu: emas primer sebesar 4.277 ton dan cadangan sebesar 4.513 ton; imah sebesar 629.100 ton dan cadangan sebesar 442.763

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

2005 2006 2007 2008 2009

6,779

9,816

11,22911,41511,417

Mily

ar T

on

Sumber Daya


(15)

ton; tembaga sebesar 68.776.529 ton dan cadangan sebesar 44.172.245 ton; bijih besi primer sebesar 381.107.205 ton dan cadangan sebesar 2.216.105 ton; bijih pasir besi sebesar 1.014.797.846 ton dan cadangan sebesar 4.732.000 ton; bijih bauksit sebesar 626.617.510 ton dan cadangan sebesar 161.603.547 ton; bijih mangan sebesar 10.620.006 ton dan cadangan sebesar 938.240 ton; bijih nikel sebesar 1.716.547.777 ton dan cadangan sebesar 555.110.009 ton. Perkembangan sumber daya mineral logam mulai tahun 2005 – 2008 secara umum idak menunjukkan kenaikan yang signiikan, kecuali hanya pada beber

-apa komodii seperi: pasir besi, imah dan Nikel, yang d-apat disajikan dalam Gambar 2.10. Perkembangan sumber daya mineral Non logam status tahun 2005 -2008 untuk komodii strategis dapat dijelaskan pada Gambar 2.11 s/d Gambar 2.13.

Bedasarkan data geologi, Indonesia mempunyai cadangan sumber daya be

-berapa jenis mineral andalan yang sangat diperlukan sebagai komodii interna

-sional, yaitu imah, nikel, batubara, emas, tembaga, besi di samping cadangan minyak dan gas di sejumlah lebih dari 60 cekungan. Beberapa di antara mineral itu tergolong sebagai sumber daya kelas dunia seperi imah (8% cadangan dunia), nikel (14%), tembaga (5%), batubara (2%), gas bumi (2%) dan minyak bumi (1%). Perlu diketahui bahwa jumlah cadangan sumber daya ini akan naik

bilamana dilakukan eksplorasi lebih mendalam dan akan tetap berimbang

wa-laupun dieksploiir bilamana selalu dilakukan eksplorasi baru. Kondisi geolo

-gi Indonesia sangat mendukung (favorable) bagi terdapatnya mineral-mineral

No Daerah/Lokasi Tahun

Sumber daya Hipoteik Rata-rata Methane Content (Cut/ton) Batubara (ton) Methane (Cut)

1 Loa Lepu (Kalim) 2006 191,726,612 150,711,520 0.7861 2 Buana Jaya (Kalim) 2007 534,261,545 606,588,270 1.1354 3 Tanah Bumbu (Kalsel) 2008 112,733,226 402,255,325 3.5682 4 Tamiang (Sumsel) 2008 31,792,000 9,114,082 0.2867 5 Tanjung Enim (Sumsel) 2009 7.333.777 730,479,997 99.6153 6 Ombilin (Sumbar) 2009 5.200.000 978,212,000 188.31

Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM 2006 – 2009


(16)

Gambar 2.11 Perkembangan Neraca Sumber Daya Bahan Baku Semen 2005 – 2008.

Gambar 2.12 Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Bangunan 2005-2008.

andalan tersebut. Angka-angka cadangan secara lebih rinci dapat dilihat pada sub bab sumber daya. Posisi Indonesia saat ini merupakan eksporir gas alam nomor satu di dunia, produsen imah nomor dua di dunia, eksporir batubara keiga dunia, produsen tembaga keiga dunia, produsen nikel kelima dunia dan

produsen emas ketujuh di dunia.

Sumber daya sebagai suatu potensi harus dikelola secara efekif, terencana


(17)

daya yang dimiliki sebagai suatu kegiatan berkelanjutan, tanpa heni dan mer

-upakan kegiatan yang menantang. Berbagai cara dan kreaiitas dalam menge -lola sumber daya harus dipandang sebagai suatu tantangan untuk terus maju

dan berkembang. Kreaiitas ini membutuhkan energi besar untuk menciptakan

kesuksesan organisasi.

Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam selama ini telah

terbuki mampu memberikan sumbangan bagi devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber energi dan lain sebagainya. Penyebaran sumber daya mi -gas, panas bumi dan mineral sebagai sumber daya geologi dikontrol oleh

kondi-si-kondisi geologi. Peran dan fungsi geologi dalam eksplorasi sumber daya ini san -gat menentukan untuk menjamin ketersediaan pasokannya. Data dan informasi geologi yang makin meningkat akibat penyelidikan sumber daya mineral, panas

bumi dan migas di Indonesia menjadikan pengetahuan geologi adalah sumber pening tentang penyebaran sumber daya ini, karena penyebaran sumber daya ini idak merata tapi mengikui tatanan geologi tertentu. Sebagai contoh bijih

mineral hanya terdapat pada jalur sebaran batuan ultra basa.

Pengetahuan geologi yang menyeluruh seperi pemetaan geologi maupun peta temaik merupakan potensi yang menentukan faktor-faktor geologi dalam

mengontrol kejadian dan penyebaran sumber daya mineral, panas bumi dan

mi-gas. Pemetaan ini merupakan modal dasar bagi pelaksanaan eksplorasi sumber daya geologi. Lebih dari seratus tahun sumber daya geologi telah memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Indonesia yang terletak di suatu kawasan tempat bertemunya iga lempeng

besar dunia, memiliki keunikan dan kekayaan tersendiri. Selain kekayaan migas, panas bumi dan mineral yang sangat berlimpah, tempat yang unik ini juga

me-nimbulkan banyak konsep pening dalam geologi berkembang dan diujicobakan di Indonesia, hal ini mengundang minat investor asing. Konsep-konsep ini ter

-buki sangat membantu dalam eksplorasi sumber daya migas, panas bumi dan

mineral.

Beberapa bagian peneliian berkenaan dengan batubara dan minyak bumi yang belum tergarap sepenuhnya saat ini adalah kajian zonasi daerah potensi batubara untuk tambang dalam, kajian potensi endapan gambut Indonesia ber

-dasarkan aspek lingkungan, kajian awal potensi source rock hidrokarbon, kajian potensi gas methane dalam batubara, kajian potensi gas methan, kajian potensi

endapan batubara Indonesia untuk batubara cair (liquiied coal). Selain itu,

in-ventarisasi batubara marginal, inin-ventarisasi gambut, inin-ventarisasi bitumen pa

-dat, survei pendahuluan bitumen, inventarisasi kandungan minyak dalam enda -pan bitumen, pengukuran kandungan gas dalam lapisan batubara di wilayah

eksplorasi masih memerlukan indak lanjut.

2.2. Air Tanah, Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang

Indonesia senaniasa berparisipasi dalam upaya-upaya global untuk me

-mecahkan isu atau permasalahan bersama yang dihadapi umat manusia, dian

-taranya isu perubahan iklim dengan prinsip bebas dari kepeningan bangsa lain. Berhadapan dengan isu perubahan iklim, pening bagi Indonesia untuk terlebih

dahulu melakukan riset tentang climate change proof sebagai sebuah

scienif-ic basis dan membangun ketahanan (resilience) terhadap isu perubahan iklim

bagi Indonesia Bidang geologi dapat berperan dalam upaya-upaya untuk climate change proof melalui pendekatan (proxy) pembukian ada atau idak adanya pe -rubahan iklim di masa lalu yang diperoleh melalui riset iklim purba (

paleocli-mate). Riset dari bidang geologi ini bersama-sama dengan respon dan upaya

scieniic basis dari sektor iklim dan sektor lainnya akan berperan pening, baik

dalam rangka climate change proof maupun ketahanan terhadap isu perubahan iklim.

Lepas dari pengaruh pemanasan global, indikasi perubahan iklim global telah tampak dan menyebabkan kenaikan muka air laut dan perubahan pola curah

hujan yang dapat berdampak pada penurunan sumber daya air dan perubahan

fenomena kebencanaan, seperi longsor yang diikui oleh banjir bandang. Sesuai respon ingkat global dan nasional, upaya untuk menghadapi dampak perubah

-an iklim dilakuk-an deng-an dua l-angkah utama secara bersama-an, yaitu: miigasi

dan adaptasi. Dalam adaptasi, bidang geologi dapat berperan antara lain melaui rekomendasi, penyediaan informasi dan riset dan kajian kerentanan air tanah untuk adaptasi terhadap bahaya pada ketersediaan air akibat perubahan iklim, dan bahaya intrusi air laut pada kawasan pesisir dan pantai akibat kenaikan muka


(18)

geologi dapat berkontribusi antara lain melalui riset atau penyediaan

informa-si tentang formainforma-si batuan yang dapat menyimpan gas rumah kaca (GRK), dan cadangan batubara dengan kandungan GRK yang rendah.

Bidang lingkungan geologi dan air tanah melaksanakan tugas peneliian dan pe

-layanan aspek geologi lingkungan, geologi teknik, dan air tanah. Hasil-hasil peneli

-ian bidang lingkungan geologi dan air tanah digunakan, antara lain untuk penata -an ru-ang, pengemb-ang-an wilayah, penentu-an lokasi atau penempat-an b-angun-an

isik yang pening, strategis, atau vital; dan pengelolaan sumber daya air tanah. Kegiatan lingkungan geologi dan air tanah melipui survei, pemetaan, inven

-tarisasi, penyelidikan, peneliian, analisis laboratorium, pengembangan rancang

bangun dan pemodelan, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi penge-lolaan geologi lingkungan dan air tanah. Aspek sains geologi yang mendukung

lingkungan geologi adalah geologi kuarter, dinamika cekungan, dan geomorfolo -gi. Sub bidang ini juga menyumbang terhadap kinerja berkaitan dengan aspek

geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: penerapan tata ruang berbasis geologi dan jumlah penyediaan sumber air

tanah di daerah sulit air).

Pengelolaan sumber daya air terintegrasi antara air hujan, air permukaan, dan air tanah tetap diperlukan menghadapi ancaman krisis air dan meningkatnya tekanan terhadap air yang sudah dialami beberapa wilayah di Indonesia sejaka dasawarsa 1990-an. Bidang geologi dapat berkontribusi dalam pengelolaan sum

-ber daya air teritegrasi, baik di ingkat pengambilan keputusan, maupun riset

pengembangan sumber daya air antara lain melalui penyediaan peta

hidrogeolo-gi, peta konservasi air tanah, perta daerah resapan air tanah, rancang bangun dan rekayasa air tanah; serta saran dan rekomendasi kebijakan pengelolaan air

dari sisi air tanah.

Kebutuhan air bersih akan semakin meningkat sementara sumber-sumber air yang ada termasuk air tanah semakin berkurang. Pengelolaan air tanah harus lebih efekif. Di Indonesia terdapat 421 Cekungan Air Tanah yang memerlukan pengembangan dalam pengelolaannya. Selain itu, terdapat 6000 desa teringgal

yang membutuhkan sumber air bersih asal air tanah.

Daerah di perkotaan dan kawasan cepat tumbuh telah mengalami degra

-dasi lingkungan akibat pengambilan air tanah yang melampau daya dukungnya.

Beberapa kawasan juga sangat strategsi sebagai daerah rasapan air yang pening untuk kawasan perkotaan, daerah cepat tumbuh, atau kawasan pening lainnya

yang ketersediaan airnya sudah memerlukan penanganan. Daerah-daerah atau

ka-wasan-kawasan seperi tersebut memerlukan konservasi air tanah, baik konservasi vegetaif maupun konservasi non vegetaif. Bidang geologi ke depan akan semakin dituntut untuk berperan dalam konservasi air, terutama konservasi non vegetaif,

melalui perumusan kebijakan dan pengaturan, data dan informasi (a.l. peta

kon-servasi), rancang bangun (a.l. sumur resapan), dan jasa riset konservasi air tanah. Paradigma pengelolaan air tanah untuk masa mendatang harus berbasis ce

-kungan air tanah (CAT) serta berpedoman pada prinsip pemanfaatan air tanah

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perubahan iklim akibat pemanasan global telah berdampak pada kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola curah hujan, peningkatan intensitas dan

frekuensi kejadian iklim ekstrim serta kenaikan muka air laut, menyebabkan

pe-rubahan keseimbangan neraca air tanah yang pada akhirnya menimbulkan ter -jadinya banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.


(19)

Pembangunan basis data bidang air tanah yang up to date dan mudah di akses

sebagai informasi publik merupakan salah satu prioritas nasional pembangunan

bidang geologi. Air tanah memiliki peran yang semakin pening sebagai sumber air

baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, terutama di daerah sulit

air. Oleh karena itu, Pemerintah mempunyai kewajiban menjamin hak-hak mas

-yarakat akan air bersih. Capaian kegiatan-kegiatan di bidang air tanah antara lain: • Informasi potensi air tanah belum tersedia di seluruh CAT

• Lebih dari 70% kebutuhan air bersih di beeberapa kota besar memanfaat

-kan sumber daya air tanah (Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Denpas -ar, dll)

• Degradasi kuanitas dan kualitas air tanah di beberapa CAT (contoh: CAT Jakarta, CAT Bandung-Soreang, CAT Semarang-Demak, dll)

• Degradasi lingkungan air tanah di beberapa CAT (contoh: CAT Jakarta, CAT Bandung-Soreang, CAT Semarang-Demak, dll), berupa amblesan tanah

dan intrusi air laut.

• Pembangunan yang menyebabkan perubahan fungsi lahan menimbulkan berkurangnya imbuhan air tanah pada CAT

• Perubahan iklim global menyebabkan berkurangnya imbuhan air tanah • Belum sepenuhnya peraturan perundang-undangan tentang air tanah

dilaksanakan daerah, menimbulkan pertentangan kepeningan antar

daerah

Berdasarkan data dan informasi cekungan air tanah (CAT) yang dilakukan oleh PLG, telah terideniikasi sebanyak 412 CAT. Jumlah ini tersebar di 9 (sembilan) wilayah, yaitu : 1)Sumatera, 2) Jawa-Madura, 3) Bali, 4) NTB, 5)NTT, 6) Kaliman

-tan, 7) Sulawesi, 8) Maluku, dan 9) Papua. Lihat tabel 2.3.

Daerah yang mengalami amblesan akibat penurunan muka airtanah rentan terhadap bahaya banjir di musim penghujan atau saat kenaikan muka air laut

(sea level rise; SLR) di kawasan dekat pantai. Bidang geologi dapat berkontribusi

dalam deliniasi dan pemberian rekomendasi penanganan kawasan rentan terha-dap bahaya banjir tersebut.

Indonesia masih memerlukan pembangunan jalan raya sesuai dengan salah satu prioritas Pembangunan Nasional yaitu penguatan infrastruktur. Pemban

-gunan akses jalan raya juga merupakan salah satu program MDG’s di Indonesia.

Data dasar geologi dan geologi teknik sangat diperlukan dalam pembangunan

jalan raya, sehingga bidang geologi sudah semesinya berperan dalam penye

-diaan informasi yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur pening tersebut. Pencapaian hasil-hasil kegiatan penyelidikan dan peneliian geologi

lingkungan dan geologi teknik hingga saat ini antara lain:

• Pemetaan kawasan kars dan konservasi kawasan lindung geologi di 18 lo

-kasi (30%)

• Penyelidikan geologi lingkungan perkotaan, melipui terutama kota-kota besar di Indonesia sebanyak 61 lokasi (32%)

• Penyelidikan geologi lingkungan regional telah selesai 68 wilayah (45%) • Penyelidikan geologi lingkungan untuk TPA sampah di 20 lokasi

• Penyelidikan geologi lingkungan kawasan pertambangan sebanyak 54 lo

-kasi (10%)

• Peneliian geologi lingkungan terkait isu strategis nasional di 4 lokasi • Pemetaan geologi teknik bersistem Jawa – Bali telah mencapai 44 lembar

(52%)

• Pemetaan geologi teknik bersistem Luar Jawa – Bali 35 lembar (15%)

NO PULAU JUMLAH KETERANGAN

1. Sumatera 65 Terdapat 34 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsiTerdapat 12 CAT yang sebarannya berada di 3 provinsi 2. Jawa dan Madura 80 Terdapat 1 CAT yang sebarannya berada di 3 provinsi

Terdapat 16 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsi 3. Bali 8 Pulau Bali dan Nusa Penida

4. Nusa Tenggara Barat 9 Tersebar diseluruh pulau-pulau di NTB

5. Nusa Tenggara Timur 38 Tersebar diseluruh wilayah provinsi

6. Kalimantan 22 Terdapat 4 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsi Terdapat 2 CAT berbatasan dengan Malaysia

7. Sulawesi 91 Terdapat 10 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsi 8. Maluku 68 Tersebar diseluruh kepulauan Maluku

9. Papua 40 Terdapat 5 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsi Terdapat 2 CAT berbatasan dengan Papua New Guinea


(20)

• Penyelidikan geologi teknik wilayah strategis 91 lokasi

• Pembahasan/konijensi Raperpres dan Raperda Rencana Tata Ruang 42 lokasi, melipui: RTR Pulau/Kepulauan (9 lokasi), RTR Kawasan Strategis Nasional (9 lokasi), RTRW Provinsi (9 lokasi), RTRW Kabupaten/Kota (15

lokasi)

• Stock Taking pemanfaatan lahan dan peraturan perundangan lintas sektor

Dalam seiap penyelenggaraan sosialisasi di daerah, antara lain di Padang, Denpasar, Mataram dan Jakarta, Badan Geologi selalu diundang untuk dijadikan

sebagai nara sumber untuk menjelaskan dan sekaligus menjawab permasalah-an penatapermasalah-an rupermasalah-ang ypermasalah-ang terkait dengpermasalah-an sektor ESDM. Demikipermasalah-an pula dalam

ra-pat-rapat pembahasan RTR Pulau/Kepulauan, revisi RTRW Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Selain itu, dalam rangka penyamaan persepsi terhadap permasalahan sub

sektor ESDM terkait dengan perencanaan tata ruang, Badan Geologi telah berinisiaif untuk mengadakan rapat pembahasan dengan beberapa kali men

-gundang seluruh Unit Eselon I terkait di lingkungan Departemen ESDM. Rapat

pembahasan tersebut menghasilkan kesepakatan berupa penghimpunan data

masing-masing sub sektor untuk diserahkan kepada Badan Geologi yang selan

-jutkan akan diserahkan kepada Departemen Pekerjaan Umum selaku Koordina

-tor bidang teknis BKPRN sebagai bahan masukan dalam penetapan tata ruang sektor ESDM untuk RTR Pulau/Kepulauan dan RTRW Provinsi/ Kabupaten/Kota.

Data-data tersebut berupa:

• Sebaran cekungan Migas, Wilayah Kerja Migas dan jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional termasuk lokasi kilang minyak;

• Jaringan transmisi, tower dan pembangkit tenaga listrik;

• Wilayah Kontrak Karya, Kuasa Pertambangan, PKP2B dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi;

• Sebaran potensi sumber daya mineral, batubara dan panas bumi;

• Sebaran Kawasan Lindung Geologi (kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindun -gan terhadap air tanah).

Rapat pembahasan lintas Unit tersebut juga telah menghasilkan suatu persa

-maan persepsi/kesepahaman yang sangat paning, yaitu mengenai kesetaraan

antara Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) menurut PP No. 26 Tahun 2008 dengan Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pembahasan tersebut juga men

-yamakan persepsi tentang kesetaraan antara KPP dengan cekungan migas dan

panas bumi.

2.3. Kegunungapian dan Miigasi Bencana Geologi

Indonesia merupakan wilayah dengan frekuensi kejadian bencana geologi inggi, sehingga diperlukan upaya miigasi untuk mengurangi resiko akibat ben

-cana berupa kehilangan jiwa dan harta benda. Pengurangan resiko akibat ben

-cana telah menjadi program MDG’s dan UNDP di Indonesia, termasuk pengu

-rangan resiko akibat bencana geologi berupa letusan gunungapi, gempabumi dan tsunami, dan tanah longsor. Bidang geologi akan senaniasa dituntut un

-tuk memberikan kontribusi pening dalam pengurangan resiko akibat bencana

geologi.

Wilayah Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia, Lem

-peng Indo-Australia, Pasiik dan Eurasia. Sebagai konsekuensinya, wilayah ini memiliki tataan geologi yang kompleks dan dinamis. Berbagai potensi, baik yang

bersifat menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun yang

bersifat merugikan seperi gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi dan gera

-kan tanah terjadi di kawasan ini. Kondisi tersebut menjadi-kan pengelolaan geolo

-gi wilayah Indonesia strate-gis dalam pembangunan nasional. Potensi bahaya ini tercermin pada peta kawasan rawan bencana gunungapi, gempa bumi, tsunami dan zona kerentanan gerakan tanah. Kondisi ini memerlukan penanganan mii

-gasi bencana yang koninyu, sebelum, saat dan setelah kejadian bencana, guna pencapaian pengurangan risiko bencana.

Hyogo Framework for Acion Conference 2005 tentang Pengurangan Risiko Bencana menjadi salah satu dasar rencana aksi miigasi bencana geologi, kerang

-ka aksi Hyogo mempunyai tujuan membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap risiko bencana. Konferensi mengadopsi lima prioritas aksi, yaitu:

• Memasikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan sebuah

prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk


(21)

• Mengideniikasi, mengkaji dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini;

• Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua ingkat;

• Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar;

• Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons yang efekif di semua ingkat.

Masyarakat berhak mendapat perlindungan dari ancaman bencana, namun penanganan bencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melain

-kan menjadi tanggung jawab bersama. Beriik tolak dari hal tersebut di atas, maka saat ini penanganan bencana idak lagi menekankan pada tanggap darurat saja, tetapi pada keseluruhan tahapan manajemen bencana yang melipui sebe

-lum, pada saat dan pasca bencana.

Pembangunan yang berkembang pesat termasuk pengembangan pariwisata

dan disertai peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi

lahan. Pemukiman dan akivitas penduduk serta obyek vital/strategis yang ter

-letak di kawasan rawan bencana geologis mengakibatkan peningkatan risiko ben

-cana. Kajian Risiko Bencana di daerah rawan bencana belum dilakukan secara maksimal, sedangkan Indonesia merupakan negara rawan bencana geologis. Hal ini berdasarkan data, seiap tahun kejadian bencana gerakan tanah lebih dari 75 kali, gempa bumi berkisar antara 5 – 12 kali, gunungapi meletus atau pening

-katan kegiatannya lebih dari 10 kali. Sementara bencana tsunami terjadi 2 kali dalam 5 tahun terakhir.

Pemerintah Daerah belum memprioritaskan miigasi bencana dalam kegia

-tan pembangunan sesuai UU nomor 24 tahun 2007 dan UU nomor 26 tahun 2007 dan masih kurangnya peran akif dan pemahaman masyarakat terhadap miigasi bencana geologis. Di lain pihak tuntutan masyarakat dan Pemerintah Daerah akan informasi kebencanaan geologis yang cepat dan akurat. Koordinasi dalam penanganan bencana adalah hal yang harus dilakukan mengingat, bahwa miigasi bencana merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Koordinasi ini sampai sekarang masih belum terlaksana secara opi

-mal, karena kurangnya peran akif dan rendahnya pemahaman masyarakat serta keterlibatan instansi penangan bencana di daerah.

Pengembangan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia dalam pen

-anganan bencana memerlukan kerjasama teknik antar instansi baik dalam mau

-pun luar negeri. Kerjasama yang sudah terjalin saat ini dalam bidang penanganan bencana geologi antara lain: Perguruan Tinggi (ITB, UNPAD, UPI, UGM, UNBRAW, UNDIP, USU), LIPI, BNPB, BSN, RISTEK, BMKG, LAPAN, BAKOSURTANAL, DEPSOS, DEPDAGRI, DEPHUB, PEMDA, TNI, POLRI, dan LSM. Kerja sama Luar Negeri an

-tara lain dengan Amerika Serikat (USGS), Australia (BOM dan GA), Jepang (JICA/ JST, DPRI/Kyoto University, GSJ), Belgia (ULB), Italia, Jerman (GeoRisk), MEE (MIA

-VITA), Singapura (NTU - EOS), Prancis, CCOP.

Hingga awal tahun 2010 dari sebanyak 77 gunungapi ipe A baru 62 gunun -gapi yang sudah dipantau dengan peralatan. Sementara itu, telah pula

dilaku-kan pemanfaatan teknologi VSAT pada 14 gunungapi; dan pelaksanaan region

-al center untuk monitoring gunungapi dilaksanakan pada 6 wilayah gunungapi.

Sementara itu, pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah

penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologis mengakibatkan peningkatan risiko bencana. Ringkasan hasil-hasil kegia

-tan secara umum disajikan seperi pada tabel di bawah ini:

 Peta Geologi Gunungapi

 11 Gunungapi (pada saat ini sudah dipetakan sebanyak 67 dari 72 Gunungapi atau 93 %)

 33 sudah dipublikasikan

 Tahun 2011 selesai

 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

 41 Gunungapi (pada saat ini sudah terselesaikan sebanyak 67 dari 72 gunungapi atau 93%)

 57 sudah dipublikasikan

 Tahun 2011 selesai

 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah

 36 Peta (skala regional sudah selesai dalam bentuk Atlas)

 Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi

 7 Peta sudah terselesaikan dari 33 skala provinsi (2006 s/d 2009)

 Tahun 2014 selesai

 Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami

 4 Peta sudah terselesaikan dari 22 provinsi yang rawan tsunami

 Tahun 2014 selesai

 Pengkajian Miigasi Bencana

Geologi G. Merapi  45 Kegiatan

 Perekayasaan Peralatan  9 Paket


(22)

 Sistem Peringatan Dini Gunungapi

 Data akiitas dari 33 gunungapi yang dipantau dari 10 Regional Center ditelemetrikan secara real ime ke Kantor PVMBG di Bandung sudah selesai

 Tanggap Darurat Gunungapi  60 Gunungapi

 Tanggap Darurat Gempabumi  55 Kejadian

 Tanggap Darurat Gerakan Tanah  200 Kejadian

 Peringatan Dini Gerakan Tanah  60 Peringatan dini gerakan tanah yg disampaikan ke 24 provinsi

 Sosialisasi Bencana Geologi  70 Kegiatan

 Pelaihan Kebencanaan  1 Kegiatan (2009)

 Buku Kebencanaan Geologi

untuk TK, SD, SMP  8 Buku (2009) w

 Penyusunan Rencana Konijensi  6 Kegiatan (2008-2009) 2.4. Geosain dan Geo-Informasi

Pengetahuan geologi dan peta temaik memberikan informasi tentang penye -baran mineral, panas bumi dan migas, sehingga kita dapat berkonsultasi kemana

harus mencari sumber data tersebut. Peran dan fungsi geologi, terutama sumber daya geologi menjadi sangat pening berkelanjutan pembangunan bidang migas, panas bumi dan mineral di Indonesia. Geologi akan menjadi ujung tombak da

-lam mewujudkan cadangan potensial di lapangan produksi saat ini sehingga akan

meningkatkan taraf hidup masyarakat lebih lama.

Peran Geologi di masa depan akan terkait dengan upaya penyelenggaraan

dan pemberian informasi kegeologian yang akurat dan tepat kepada masyarakat.

Berhubungan dengan kebutuhan akan analisis kegeologian dalam seiap aspek pembangunan terutama kewilayahan dan kebencanaan, maka seiap kebijakan di bidang geologi terutama yang menyangkut kepeningan masyarakat luas harus mencerminkan transparansi dan tepat sasaran.

Semua tujuan ini terkait dengan pengelolaan dan pengembangan sistem

se-cara baik sumber-sumber daya informasi. Sumber daya informasi yang ada dike -lola dengan benar sehingga merupakan suatu sistem informasi yang memberikan

pelayanan andal, terjangkau dan terpercaya kepada masyarakat luas, menjadi

sarana komunikasi hubungan antar lembaga negara, dan memberi rangsangan

bagi parisipasi masyarakat bagi penentuan kebijakan pemerintah.

Pencapaian tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang transparan, andal dan terjangkau harus diikui dengan hubungan yang harmonis

antara pusat dan daerah, antar lembaga pemerintah, mengingat banyaknya data dan informasi geologi yang juga dimiliki oleh lembaga pemerintah lain.

Kegeologian dalam implementasi dan pengembangannya bertumpu pada iga aspek bagiannya, yaitu sumber daya geologi, lingkungan geologi dan keben

-canaan, serta geo-informasi. Geosains adalah dasar dari keiga aspek tersebut. Geosains mencakup peneliian paleontologi, petrologi, straigrai, sedimentolo

-gi, geoisika, isika-batuan, geokimia, geokronolo-gi, dan kemagnetan purba. Ada

-pun geo-informasi merupakan muara berbagai kegiatan peneliian, miigasi dan pelayanan bidang geologi. Cakupannya melipui pengelolaan data dan informasi,

termasuk pemerolehan, penghimpunan, pengolahan, penyusunan, penyajian,

pengemasan, penyimpanan, retrieval, dan penyebarluasan, serta pemutakhiran data dan informasi. Produk geo-informasi antara lain data dan informasi dalam bentuk peta, atlas, digital, buku; dan sistem informasi.

Hingga awal 2010 kondisi umum pencapaian melipui: (i) peta geologi ber

-sistem dan peta geoisika skala 1:100.000 untuk Jawa dan Madura, dan skala 1 : 250.000 untuk Indonesia telah selesai seluruhnya; (ii) peta geokimia skala 1 : 250.000 untuk kepeningan eksplorasi telah selesai wilayah Sumatera, Sulawesi dan Nusatenggara dan sebagai kecil Kalimantan; (iii) peta hidrogeologi skala 1 : 250.000 selesai sekitar 54% wilayah Indonesia. Semetara itu, hingga periode yang sama, pencapaian peta bertema antara lain: (i) peta seismotektonik (24 lembar), (ii) peta geologi Kuarter (22 lembar), (iii) peta geomorfologi (16 lem

-bar), (iv) peta batas cekungan air tanah (100%), (v) peta geologi teknik (79 lem

-bar), (vi) peta geologi lingkungan (30 lem-bar), (vii) peta zona kerentanan gerakan tanah (25 lembar), (viii) peta geologi gunungapi (65 lembar), (ix) peta kawasan rawan bencana (KRB) gunungapi (57 lembar), (x) peta KRB gempa bumi (5 lem

-bar), dan (xi) peta KRB tsunami (4 lembar).

Berdasarkan hasil peneliian cekungan sedimen yang dilakukan oleh Badan Geologi sejak tahun 2005 sampai dengan 2009 telah dicapai hasil sebagai beri -kut:

• Pemetaan Gaya Berat skala 1:250.000 telah dapat diselesaikan yang men

-cakup seluruh wilayah Indonesia (Gambar 2.15);

• Tersusunnya deliniasi cekungan sedimen Indonesia sebanyak 128 cekun


(23)

Gambar 2.15 Peta Gaya Berat Indonesia.

Gambar 2.16 Peta Cekungan Sedimen Indonesia

• Tersusunnya karakterisasi beberapa cekungan di wilayah Jawa, Kaliman

-tan, Sumatera dan Sulawesi sesuai hasil penyelidikan dinamika cekungan; • Tersusunnya Protoipe Atlas yang mencakup Atlas Cekungan Sumatera Se

-latan.

Hingga awal 2010 telah tersusun Atlas Sumber Daya Energi Indonesia Ba

-gian Timur, terdiri dari 17 peta temais skala 1: 5.000.000; Atlas Cekungan Su

-matera Selatan; Atlas Geologi dan Sumber Daya Mineral dan Energi Indonesia skala 1:10.000.000 memuat 33 tema; dan Atlas Pengelompokan Pulau Kecil berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Dirgantara Nasional, skala 1:15.000.000 (30 peta bertema). Sampai periode yang sama, telah pula tersusun Peta Cekungan Sedimen Indonesia memuat 128 cekungan sedimen; dan peta karakterisasi beberapa cekungan di wilayah Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Di sisi lain, data isik untuk penen

-tuan batas landas koninen guna pengusulan batas teritorial wilayah negara sudah cukup tersedia. Data dan informasi geologi tersebut tersaji dalam berb -agai format.

Peneliian dan pelayanan bidang geologi aspek geoinformasi sektor ener

-gi paling idak mampu menyajikan data dan informasi yang dimilikinya dalam


(24)

pengerian geoinformasi sebagaimana tersebut diatas, baik untuk data dan in -formasi yang telah ada atau pun prediksi-prediksi ke depan.

Sehubungan dengan pengembangan sistem informasi, berikut ini beberapa kondisi serta permasalahan yang ada saat ini terkait dengan sistem informasi di

lingkungan Badan Geologi:

• Masing-masing Unit memiliki sistem, dokumen, laporan, basis data dan perpustakaan yang masih dikelola oleh masing-masing unit eselon 2 di lingkungan Badan Geologi. Data dikomunikasikan dan dikoordinasikan belum secara sistem yang terintegrasi dan dilakukan manual menurut kebutuhan sekeika, sehingga pemutakhirannya idak terpantau

• Masing-masing Unit memiliki Infrasturktur yang belum terkoordinasi • Masing-masing Unit memiliki dan menyimpan data dan informasi geolo

-gi di lokal server dan PC, bahkan pada media simpan pribadi para pega -wai yang mengerjakan kegiatan

• Format idak seragam, terutama format untuk pelayanan informasi Publik

• Belum ada kebijakan dan Prosedur Standar Operasional (SOP) dalam

pengelolaan data dan informasi geologi hasil kegiatan masing-masing

Unit

• Pemerolehan data dari daerah dan insitusi lain yang berkaitan belum opimal

• Penyediaan pelayanan jaringan akses untuk informasi kebencanaan be

-lum eisien

• Keterbatasan SDM yang kompeten di bidang pengelolaan informasi • Adanya kendala administrasi keproyekan dalam hal pemeliharaan

infras-truktur

• Kelambatan akses sistem masuk dan keluar

• Saat ini seiap Unit BGL memiliki koneksi Internet dengan ISP sendi -ri-sendiri

• Koneksi JarKom ESDM dirasakan seiap Unit belum opimal, PVMBG dan PSG idak dapat melakukan koneksi ke internet, hanya mencapai Gateway

ring ESDM

• Secara operasional beberapa Unit Badan Geologi membutuhkan dukun

-Gambar 2.19 Alur pertukaran data dan informasi Badan Geologi saat ini. Gambar 2.18 Arsitektur sistem informasi Badan Geologi saat ini.


(25)

gan ISP di luar JarKom ESDM untuk mendukung kegiatannya seperi PVM

-BG untuk monitoring Gunung Api dan PSG untuk remote data acces im lapangan ke server PSG (upload data lapangan dari daerah)

• Secara topologi isik dan logic seiap lokal Unit BGL belum terkoneksi • Unit-unit di Diponegoro sudah terhubung dengan Fiber Opik JarKom

ESDM dan dipusatkan diinterkoneksi ring ESDM di Sekretariat Badan Geologi

• Pusat Sumberdaya Geologi, secara topologi logic tergabung keJarKom ESDM, namun secara isik terpisah dengan Lingkungan Badan Geologi • Sistem Domain Unit-Unit Badan Geologi masih memakai IP Publik dari ISP,

mengingat keterbatasan IP Publik JarKom ESDM dan koneksinya yang be -lum baik

2.5. Tata Laksana Kepemerintahan Bidang Geologi

Tatalaksana kepemerintahan (public governance) yang baik merupakan

pra-syarat tercapainya sasaran kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh mas

-ing-masing instansi Pemerintah untuk seiap sektor atau bidang pembangunan, termasuk bidang geologi. Sebagai bagian dari pelayanan publik oleh instansi Pe -merintah, tatalaksana kepemerintahan yang baik adalah bagian dari kepemer-intahan yang baik (good governance) dan merupakan indikator terlaksananya reformasi birokrasi. Saat ini kepemerintahan yang baik telah menjadi tuntutan

masyarakat luas di ingkat global maupun nasional. - Peraturan perundang-undangan

Saat ini tugas dan fungsi kegeologian yang utama diemban oleh Badan Geolo

-gi berdasarkan Keputusan Menteri Ener-gi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen ESDM. Keberadaan Kepmen tersebut pada dasarnya merupakan indak lanjut dari Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo

-nesia Tahun 1945.masing-masing berturut berkenaan dengan kekuasaan pemer -intahan negara dan kementrian negara.

Berdasarkan Pasal 4 Kepmen ESDM tersebut, Badan Geologi merupakan salah

satu unsur organisasi dari Departemen ESDM dengan tugas tertentu di bidang

geologi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri ESDM.

Dalam Pasal 501 Kepmen tersebut, tugas Badan Geologi adalah melaksanakan peneliian dan pelayanan di bidang geologi.

Berdasarkan Kempen ESDM tersebut diatas, fungsi Badan Geologi berdasar

-kan Kepmen ESDM tersebut adalah:

a. perumusan kebijakan di bidang geologi;

b. perumusan rencana dan program peneliian dan pelayanan; c. pembinaan dan pelaksanaan peneliian dan pelayanan;

d. pelayanan survei geologi, serta peneliian dan pelayanan di bidang e. sumber daya geologi, vulkanologi dan miigasi bencana geologi, dan geologi lingkungan;

f. pembinaan pelayanan jasa peneliian geologi;

g. pemberian rekomendasi serta penyajian informasi hasil survei, peneliian dan pelayanan;

h. evaluasi pelaksanaan peneliian dan pelayanan di bidang geologi; i. pelaksanaan urusan administrasi Badan Geologi.

Sementara itu, BPPTK dan Museum Geologi yang saat ini berada di bawah Badan Geologi diatur dengan Kepmen ESDM, terpisah dari Permen ESDM No

-mor 0030 Tahun 2005. Keberadaan BPPTK dituangkan dalam Kepmen ESDM No

-mor 1723 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja BPPTK. Sedangkan ke

-beradaan Museum Geologi ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1725 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Museum Geologi. Dengan demiki

-an terlihat bahwa idak seluruh unit y-ang ada di bawah Bad-an Geologi diatur dengan satu peraturan perundang-undangan yang sama. Atau, berdirinya Badan Geologi dengan seluruh unit di bawahnya belum diatur dengan satu peraturan

perundang-undangan.

Selain itu, berbagai peraturan perundang-undangan juga mengatur tentang kegeologian. Dengan kata lain, bidang kegeologian diatur juga dalam berbagai

paraturan perundang-undangan (PUU) baik sektor ESDM, maupun sektor lainnya seperi: Pekerjaan Umum (PU), Lingkungan Hidup, Kepariwisataan, Dalam Neg

-eri, Industri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan lainnya. Berbagai PPU tersebut memberikan implikasi atau mandat bagi pelaksanaan ke


(26)

Kondisi tersebut diatas menyebabkan peran bidang geologi idak terbatas untuk memenuhi informasi hulu sektor ESDM. Bidang geologi juga dituntut un -tuk berperan atau memenuhi kebutuhan informasi dan rekomendasi bagi

sek-tor lain, seperi PU (tata ruang, air tanah), Lingkungan Hidup (misal: ecoregion), Pariwisata dan Pendidikan (misal: museum geologi, gunungapi), Dalam Negeri dan Penanggulangan Bencana (misal: miigasi bencana geologi). Sementara itu, bidang geologi hingga saat ini belum memiliki PUU seingkat undang-undang yang diperlukan sebagai acuan utama pengaturan pengelolaan berbagai sumber daya alam yang secara ilmu pengetahuan seharusnya berbasiskan geologi.

Pada saat ini sejumlah PUU berkenaan dengan subtansi kegeologian atau PUU yang bidang geologi sebagai vocal point-nya telah dihasilkan. Misalnya, Peratur

-an Pemerintah (PP) RI Nomor 43 Tahun 2008 tent-ang Air T-anah. Sejumlah per

-masalahan masih terdapat didalam PUU terkait kegeologian tersebut. Diantara permasalahan tersebut adalah: kewenangan pengelolaan kegeologian antar Pu

-sat dan Daerah secara umum belum diatur secara opimal, sebagai contoh pen -gaturan hubungan pusat dan daerah di bidang data dan informasi geologi.

- Organisasi dan Tatalaksana

Berdasarkan Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005, organisasi Badan Geologi saat ini terdiri atas 5 unit. Kelima unit tersebut adalah: Sekretariat Badan Geologi (SBG), Pusat Survei Geologi (PSG), Sumber Daya Geologi (PSDG), Pusat Vulkanologi dan Miigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan Pusat Lingkun

-gan Geologi (PLG). Adapun or-ganisasi 2 unit pelayanan teknis (UPT) yang ada dibawah Badan Geologi, yaitu Balai Peneliian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) dibawah PVMBG, dan Museum Geologi dibawah PSG, masing-masing ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1723 Tahun 2002 tentang BPPTK. Sedangkan keberadaan Museum Geologi ditetapkan berdasar

-kan Permen ESDM Nomor 1725 Tahun 2002 tentang UPT Museum Geologi. Den

-gan demikian, secara or-ganisasi, BPPTK dan Museum Geologi hadir lebih dahulu dibanding organisasi induknya, Badan Geologi.

Tugas dan fungsi (tupoksi) unit-unit dibawah Badan Geologi tersebut, ber

-dasarkan Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 berada di seputar peneliian dan pelayanan bidang geologi. SBG memiliki tugas menyelenggarakan pembinaan

dan pelayanan administraif kepada semua unsur di lingkungan Badan Geolo

-gi. Adapun fungsi SBG melipui koordinasi pelayanan administrasi, perumusan kebijakan peneliian dan pelayanan geologi, penyusunan SOP dan akuntabilitas kinerja; serta perencanaan kerja, penganggaran dan kegiatan satuan kerja, pen -gelolaan administrasi perbendaharaan dan barang milik kekayaan negara serta

akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan; pengelolaan kepegawaian dan pengembangan organisasi; perumusan rancangan peraturan perundang-undan -gan geologi, serta pelaksanaan bantuan hukum, informasi hukum, kehumasan

dan penyelolaan hak atas kekayaan intelektual; pengelolaan sisitem dan jaringan informasi, serta penyiapan bahan laporan pimpinan Badan Geologi; pengelolaan urusan ketatausahaan, kearsipan, dan rurnah tangga; pembinaan kelompok ja

-batan fungsional; dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pelayanan adminis

-traif kepada sernua unsur di lingkungan Badan Geologi.

Secara umum, tupoksi PSG berkenaan di seputar survei geologi yang melipui survei, peneliian, penyelidikan dan pelayanan data dan informasi dasar bidang geologi; tupoksi PMG berada disekitar peneliian, penyelidikan, dan pelayanan bidang sumber daya geologi. Tupoksi PVMBG berkaitan dengan peneliian, penyelidikan, dan pelayanan bidang vulkanologi dan rniigasi bencana geologi. Tupoksi PLG beurusan dengan peneliian, penyelidikan dan pelayanan lingkun

-gan geologi dan air tanah. Tupoksi unit-unit dibawah Badan Geologi selengkap

-nya dapat dilihat dalam Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005.

Kondisi dan permasalahan saat ini berkenaan dengan organisasi dan tatalak -sana pembagunan bidang geologi selanjutnya dapat disampaikan sebagai beri-kut:

1. Badan Geologi sebagai satu-satunya unit eselon 1 yang memiliki tugas khu

-sus melaksanakan peneliian dan pelayanan bidang geologi;

2. Badan Geologi belum memiliki unit pembantu (UPT) teknis atau organisasi sejenis di Daerah, padahal keberadaan UPT seperi itu adalah sangat diper

-lukan mengingat luasnya cakupan wilayah kerja Badan Geologi;

3. Badan Geologi melayani muli sektor (ESDM, PU, LH, Kepariwisataan, Da

-lam Negeri, Industri, dll);

4. Terdapat lembaga-lembaga lain di ingkat Pusat yang menangani kegeolo


(27)

5. Lebih khusus, berkenaan dengan tatakerja yang diatur oleh Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005, terdapat kondisi dan permasalahan berikut: a. Penyeragaman nomenkaltur tugas fungsi, padahal masing-masing unit

dapat memiliki karakterisik yang berbeda;

b. Fungsi kerja sama dan pelayanan publik yang selama ini merupakan kegia

-tan yang cukup strategis belum secara eksplisit dinyatakan sebagai fungsi dari Sekretariat Badan. Fungsi pelayanan publik ini di Pusat justru terdapat pada Sub Bidang (Subbid) Kerja Sama dan Subbid Informasi Publik; c. Terdapat struktur-struktur tertentu di Pusat (Unit langsung dibawah

Badan Geologi) bahkan dengan level yang lebih inggi; sedangkan di unit yang mengkoordinirnya (Sekretariat) idak memiliki struktur terse

-but. Misalnya, di Badan Geologi, pada Pusat, terdapat Bidang Informasi yang terdiri dari Subbid Sistem Informasi dan Subbid Informasi Publik, sedangkan di Sekretariat Badan justru hanya terdapat Sub Bagian (Sub

-bag) pengelolaan informasi. Hal lain sama kasusnya untuk kerja sama seperi pada buir b);

d. Hal sebaliknya untuk urusan administraif di Sekretariat Badan terdapat Bagian Umum dan Subbag Tata Usaha sebaliknya di Pusat justru menjadi Bagian Tata Usaha dan Subbag Umum dan Keuangan. Hal ini secara no

-menkaltur sudah menunjukkan terbalik-balik;

e. Terdapat potensi duplikasi fungsi antara Subbag Perlengkapan dan Rumah Tangga dengan Subbag Kekayaan Negara pada Sekretariat Badan untuk urusan pengelolaan sarana-prasarana;

f. Bidang Sarana Teknik (Sartek) pada Pusat-Pusat didalam prakteknya sela

-ma ini lebih banyak bersifat idle, karena secara struktural bidang tersebut idak memiliki garis koordinasi ke Sekretariat Badan dan seterusnya sam

-pai ke Sekretariat Jenderal.;

g. UPT diatur dengan Kepmen tersendiri yang kelahirannya lebih dahulu dibanding Permen Nomor 0030 Tahun 2005. Idealnya UPT memiliki garis koordinasi ke Sekretariat Badan.

(5) Sistem informasi yang mudah, cepat dan akurat belum opimal; (6) Ketersediaan dan penerapan SOP idak lengkap;

(7) Ketersediaan dan penerapan SPM rendah;

(8) Pelayanan publik idak terintegrasi, antara lain: sistem informasi

geologi masih tersebar

(9) Kerja sama internasional dalam bidang kebencanaan geologi,

sumberdaya geologi, geosain dan geoinformasi telah berjalan

dengan baik; namun pemanfaatan kerja sama idak opimal. - Sarana, prasarana, dan teknologi

Kondisi sarana, prasarana, dan teknologi peneliian dan pelayanan bidang geologi yang dimiliki Badan Geologi pada saat ini dapat disampaikan sebagai

berikut:

1. Gedung perkantoran, antara lain sbb: 1) kompleks perkantoran Badan Geolo

-gi di Jln. Diponegoro Nomor 57 Bandung 40122, Jawa Barat; 2) kantor Pusat Sumber Daya Geologi di Jln. Soekarno-Hata No. 444 Bandung 40254, Jawa Barat; 3) kantor BPPTK, Jln. Cendana No. 15, Yogyakarta 55166, DKI Yogya

-karta; 4) kantor Pusat Lingkungan Geologi di Madiun, Jawa Timur;

2. Gedung Museum Kegeologian beserta sarana peragaannya: Museum Geolo

-gi di Bandung, Museum Gunung Batur di Bali, Museum Gunung Merapi di Yogyakarta, Museum Kars di Wonogiri dan Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh;

3. Gedung perpustakaan untuk seiap unit atau satuan kerja (satker); 4. Gedung bengkel alat berat dan pengeboran;

5. Pos pengamat gunung api (PGA) sebanyak 74 lokasi PGA tersebar di 63 lokasi gunungapi di seluruh Indonesia;

6. Sejumlah laboratorium yang tersebar di Pusat-Pusat dan UPT, yaitu: a) Laboratorium penginderaan jauh

b) Laboratorium petrologi

c) Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air d) Laboratorium geokronologi

e) Laboratorium isika batuan dan mineral f) Laboratorium geologi kuarter

g) Laboratorium biostraigrai

h) Laboratorium mekanika tanah dan batuan i) Laboratorium instrumentasi dan miigasi


(28)

7. Peralatan pengeboran untuk air tanah, mineral, batubara, dan panas bumi; 8. Alat-alat berat lainnya;

9. Peralatan survey geoisika (gaya berat, geomagnet, seismik, geolistrik,

magnetotellurik, induce polarizaion, peralatan logging);

10. Peralatan penanggulangan bencana (seismometer, data logger, iltmeter, extensometer, dan inklinometer) dan GPS;

11. Sarana dan prasarana tersebut diatas cukup memadai namun masih perlu diingkatkan serta pemanfaatannya perlu lebih diopimalkan.

- Sumber Daya Manusia

Pencapaian tujuan organisasi sangat besar dipengaruhi oleh modal sumber

daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia merupakan kesatuan dari komitmen, karakter, kompetensi, profesional, pengalaman dan keberanian yang

dimiliki masing-masing individu. Pencapaian kinerja ditentukan oleh dua hal yai -tu penguasaan pengetahuan yang mendalam (knowledge dan skill) juga

dipen-garuhi oleh sikap perilaku dalam menghadapi seiap pekerjaan.

Dengan demikian pengembangan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya sebagai modal keberhasilan organisasi merupakan

bagian pening dalam pengelolaan organisasi. Pengembangan ini dapat dalam bentuk pendidikan maupun pelaihan pegawai. Pegawai sebagai faktor pening yang menentukan perubahan harus dikelola secara benar, terencana dan kom

-prehensif. Dalam Kajian Teknokrais Road Map Badan Geologi ini, faktor sumber

daya manusia bukan hanya dituntut untuk memproses perubahan, tetapi juga dapat turut terlibat dalam perubahan.

Terlibat dalam perubahan maksudnya pegawai sebagai individu dan sumber daya harus ikut diperimbangkan perubahannya dari posisi mereka tahun demi tahun (2005-2025) untuk dapat mencapai target organisasi. Misalnya, perlu

penambahan pegawai, pengembangan kualitas, kapasitas, loyalitas dan kese-jahteraan pegawai. Semua ini harus dimanifestasikan dalam berbagai program pelaksanaan kemudian.

Perubahan eksternal yang terus terjadi harus disikapi dengan perubahan or

-ganisasi secara akif. Perubahan tersebut termasuk menjaga agar sumber daya manusia idak mengalami penurunan kualitas dan kuanitas. Oleh karena itu

terdapat dua langkah yang harus diperhaikan organisasi terkait dengan sum -ber daya manusia yaitu pertama, proses untuk mengelola sum-ber daya manusia

agar selalu dalam kondisi sehat, produkif dan terjaga kompetensinya dan kedua,

proses regenerasi yaitu kegiatan membentuk kader yang mampu meneruskan

dan mengembangkan kegiatan produksi di lingkungan Badan Geologi, hal ini dapat juga diarikan sebagai menjaga populasi yang ada.

Untuk menciptakan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara eisien dan untuk mewujudkan visi dan misi RPJPN maka diperlukan geologiawan yang handal atau kompeten dan berwawasan teknologi. Oleh karena itu pendidikan dan peneliian geologi harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat memberikan kontribusi berari bagi rencana pembangunan jangka panjang nasional, dengan menekankan kepada peningkatan jumlah cadangan sumber daya geologi, pen

-gelolaan lingkungan hidup, pembangunan infrastruktur, revitalisasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, miigasi bencana geologi, peningkatan kualitas geolo -giawan, peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, pengembangan sumber daya air, pemanfaatan sumber daya energi dan mineral dalam laut dan peman-faatan energi nuklir.

Pendidikan dan peneliian geologi harus diarahkan agar sesuai dengan Ren

-cana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Pendidikan dan peneliian geologi harus jadi ”determinan” dalam pengambilan keputusan para pelaksana pemer

-intahan demi tercapainya kesejahteraan rakyat. Kemasan hasil peneliian geologi

harus mudah dipahami dan diarahkan untuk masyarakat luas, sehingga mampu

menumbuhkan kepedulian bagi masyarakat terhadap bencana alam dan mas -alah lingkungan.

UNIT PENDIDIKAN JUMLAH

SD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3

SBG 2 3 20 1 21 8 2 57

PMG 13 14 178 18 142 24 3 392

PVG 29 35 227 9 88 26 7 421

PLG 10 20 169 9 75 31 1 315

PSG 11 14 105 12 97 56 15 310

Jumlah 65 86 699 49 423 145 28 1495 Prosentase 5% 6% 48% 4% 27% 8% 2% 100%


(1)

190

191


(2)

192

193


(3)

194

195


(4)

196

197


(5)

198


(6)

©

BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

JLN. DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG