Persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah - USD Repository

  PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh : Petry Vreide Foenay 021114025 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh : Petry Vreide Foenay 021114025 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

MOTTO

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,

akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan

maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang

dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

  

(Mazmur 126 : 5-6)

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka

terlaksanalah segala rencanamu.

  

(Amsal 16 : 3)

..Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah..

  

Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik..

Tuhan pasti ‘kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya

Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa..

  

(Penggal Syair Jangan Menyerah – Dmasiv)

IA membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.

  

(Pengkhotbah 3 : 11A)

  

Pernyataan Keaslian Karya

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 18 Januari 2011 Penulis,

  Petry Vreide Foenay 021114025

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Petry Vreide Foenay

  Nomor Mahasiswa : 021114025 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul: PERSEPSI SISWA

  

KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH beserta

  perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya dan tanpa memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 18 Januari 2011 Yang menyatakan, Petry Vreide Foenay

  

ABSTRAK

Persepsi Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2009/2010

Tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah

  

Petry Vreide Foenay

021114025

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 119 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah. Instrumen ini dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan masalah penelitian, variabel, dan kajian teoritis.

  Masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimana pandangan siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah ? 2) Kualitas-kualitas sosok profesionalitas mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih langka/jarang pada guru BK sekolah menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 ?

  Hasil penelitian ini adalah 1) Terdapat 102 siswa yang berpersepsi bahwa sosok profesionalitas guru BK di sekolah masih belum muncul secara utuh, 2) Terdapat beberapa kualitas-kualitas sosok profesionalitas guru BK yang aktualisasinya masih langka/jarang, yaitu mengenai ciri kepribadian (mencakup mengenal diri sendiri, memahami orang lain, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain), tugas guru BK (mencakup melaksanakan bimbingan dan konseling), peran dan fungsi guru BK (mencakup pengembangan kemampuan pribadi, pengembangan kemampuan belajar, pengembangan kemampuan karir).

  

ABSTRACT

The Perceptions of the Seventh Graders of SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

Year 2009/2010 Towards the Professional Figure of Guidance and

Counseling Teacher at School

  

Petry Vreide Foenay

02114025

  This research is a descriptive research using the survey method. The research population were the seventh graders of BOPKRI 3 Jogjakarta of the 2009/2010 academic year which amounted to 119 persons. The instruments used in this research is about Questionnaire of the Perceptions of the Professional Figure of Guidance and Counseling Teacher at School. This instrument made by the author based on the research problem, the variables and theoretical studies.

  The problems of this research are : 1) How the perceptions of the seventh graders of BOPKRI 3 Yogyakarta SMP year 2009/2010 about the figure of a professional guidance and counseling teacher at school? 2) Which qualities of the figure professional who identified still have a scarce / rare actualization on student perceptions of counseling and guidance teachers by seventh graders BOPKRI 3 YogYakarta year 2009/2010?

  The results of this research are : 1) There are 102 students who think that the figure of a professionalism counseling and guidance teacher at school needs to be improved. 2) There are a several quality figure of a Guidance and Counselihg Teacher that are rare in actualization, there are about personality characteristic (which includes to knowing the person of guidance and counseling teachers, understanding others, and being able to communicate with other person), duty of guidance and counseling teacher (which includes doing guidance and counseling), role and function of guidance and counseling teacher (which includes developing the personality, developing the study, developing the career).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah membimbing dan menyertai saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

  Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, saya menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:

  1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling serta dosen pembimbing yang berkenan membimbing saya selama menempuh pendidikan.

  2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ibu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A yang telah membantu saya dalam menyelesaikan administrasi sehubungan dengan penulisan dan ujian skripsi.

  4. Bapak dan ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah membagikan ilmunya kepada saya.

  5. Bapak Paryadi S.Pd selaku Kepala SMP BOPKRI 3 Yogyakarta beserta bapak ibu guru yang telah memberikan tempat dan waktu bagi saya untuk melakukan penelitian.

  6. Ibu Tri Nurjayanti, S.Pd dan Bapak Catur Suryo Nugroho, S.Psi selaku koordinator dan Staf Bimbingan dan Konseling di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

  7. Siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang telah menyediakan waktunya untuk membantu terlaksananya penelitian ini.

  8. Teman-teman PPL saya (Hanna, Dita, Sr. Rita, Anno, Ria Bul-bul, Modes, Ayu, Fenty, Rias) atas kerjasama, kebersamaan, dukungan selama melaksanakan PPL baik SMP, SMA, Komunitas.

  9. Teman-teman seperjuangan di program Bimbingan dan Konseling atas kebersamaannya selama saya menempuh pendidikan.

  10. Angel dan Andre (teman seangkatan 2002) yang menjadi motivator bagi saya sehingga bisa semangat menyelesaikan kuliah.

  11. Dita ‘06, Sr. Udis, Sr. Mediatrix, Desy, Sary, Andre ’04, Erna (tim bimbingan) atas dukungan, perhatian, kebersamaan dalam menyelesaikan skripsi saya.

  12. Papa, Mama, Adik-adik, Opa, Oma, Tante, Om, semua saudara dan keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa mendoakan, mendukung serta membiayai saya dalam menempuh studi Bimbingan dan Konseling serta dalam menyelesaikan skripsi ini.

  13. Mama Ester yang senantiasa mendoakan saya dalam setiap pergumulan yang saya hadapi.

  14. Tante Tres yang senantiasa menunggu saya ketika harus begadang menyelesaikan skripsi.

  15. Semua pihak yang telah membantu saya selama melaksanakan PPLBK dan menyelesaikan laporan ini.

  Besar harapan saya, semoga penelitian saya ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.

  Akhir kata saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam penelitian ini. Kiranya penelitian ini kelak bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan Konseling serta dunia pendidikan.

  Yogyakarta, Januari 2011 Penulis,

  Petry Vreide Foenay NIM 021114025

  

DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL .............................................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii MOTTO ............................................................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. vi ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................. vii ABSTRAK BAHASA INGGRIS ...................................................................... viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Manfaat ............................................................................................ 7 E. Batasan Istilah .................................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ............................................................................................ 9

  1. Pengertian Persepsi .................................................................... 10

  2. Proses Terjadinya persepsi ......................................................... 10

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi .............................. 14

  B. Sosok Profesionalitas Guru BK ....................................................... 17

  1. Pengertian Guru BK ................................................................... 17

  2. Ciri Kepribadian Guru BK ......................................................... 18

  3. Peran Guru BK Sekolah ............................................................. 21

  4. Tugas Guru BK Sekolah ............................................................ 22

  5. Fungsi Guru BK ......................................................................... 24

  C. Persepsi Siswa terhadap Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah ......................................................................................... 24

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................. 26 B. Subyek Penelitian ............................................................................. 26 C. Instrumen Penelitian ........................................................................ 27

  1. Kuesioner ................................................................................... 27

  2. Validitas Kuesioner .................................................................... 30

  3. Reliabilitas Kuesioner ................................................................ 34

  D. Teknik Pengumpulan dan analisis data ............................................. 36

  1. Tahap persiapan dan pelaksanaan .............................................. 36

  2. Teknik analisis data .................................................................... 36

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian................................................................................. 39 B. Pembahasan ...................................................................................... 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................... 47   B. Saran .................................................................................................. 48  

  DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3

  Yogyakarta yang menjadi Subyek Penelitian ............................ 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok

  Profesionalitas Guru BK di Sekolah .......................................... 29

Tabel 3.3 Daftar Tinjauan Logik dari Expert Judgment tentang Konstruk dan Perumusan Instrumen .......................................................... 32Tabel 3.4 Penggolongan Subjek Dalam Tiga Kategori .............................. 38Tabel 3.5 Frekuensi Penampakan Sosok Profesionalitas

  Guru BK Sekolah ....................................................................... 39 Tabel.3.6 Klasifikasi Sosok Profesionalitas Guru BK yang masih jarang/langka .............................................................................

  40

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Data Ujicoba Instrumen ............................................................. 50 Lampiran 2 Hasil Analisis Uji Validitas Konsistensi

  Internal Kuesioner ..................................................................... 51 Lampiran 3 Hasil Analisis Reliabilitas .......................................................... 55 Lampiran 4 Kuesioner Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah 1 .......... 56 Lampiran 5 Kuesioner Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah sudah revisi ............................................................. 61 Lampiran 6 Lembar Jawaban Kuesioner ....................................................... 65 Lampiran 7 Hasil Perhitungan Kuesioner ....................................................... 66

  

BAB I

PENDAHULUAN Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan mengalami suatu proses dalam hidup

  berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap tahap pertumbuhan memiliki ciri, kelebihan dan kekurangan. Masa remaja adalah saat yang sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan, masa yang sering menimbulkan kekuatiran para orangtua, dan karena itu pula, sering menjadi topik pembahasan di berbagai seminar dan mass media. Padahal bagi sang individu sendiri, masa tersebut justru yang paling menyenangkan dalam hidupnya.

  Ada masa hidup di mana seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya. Inipun selalu dilakukan melalui metoda coba-coba, walaupun menimbulkan banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtua. Kesalahan yang diperbuat hanya akan menyenangkan bagi peer-groupnya (teman sebayanya).

  1 Hal ini dapat dipahami bila diingat, bahwa banyak anak yang pada masa remajanya mengalami role confusion (kebingungan dalam memilih peran dalam kehidupannya) karena kebutuhan identitasnya tidak terpenuhi atau karena orangtua dan anggota-anggota keluarga yang lain tidak menjadi model yang diharapkan dan dikagumi untuk menemukan identitas dalam dirinya. Oleh karena itu mereka mencari identitas di luar rumah, dan biasanya mereka mencarinya dalam peer-groupnya. Sementara itu setiap peer-group memiliki rules (aturan tak tertulis): satu merokok semua merokok, satu baca buku porno semua baca buku porno, kalau ada yang mau bergabung dengan

  peer-group ini dengan sendirinya harus menyesuaikan diri dengan rules yang

  berlaku, atau akan ditolak. Beruntunglah kalau remaja menemukan peer-group yg baik. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Ketiadaan model harapan dan kekaguman dalam keluarga menyebabkan remaja sering mengalami kebingungan role dan emotional instability yang menyebabkan ia rapuh dalam standar penilaian akan mana yg baik dan mana yang jahat. Bahkan kemungkinan besar ia sudah memiliki prasangka buruk terhadap hal-hal yang masyarakat anggap baik, karena pengalaman buruk masa lalu.

  Secara ideal, orangtua mestinya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si anak. Tetapi dalam kenyataannya lingkungan keluarga hanyalah salah satu dari sejumlah faktor dalam pembentukan kepribadian anak apalagi orangtua bukan superman. Sejak lama sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Selama lebih kurang 5-6 jam pada hampir setiap hari, anak-anak berada di sekolah. Mereka berada di sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogramkan sedemikian rupa. Karena itu, selain keluarga dan masyarakat, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan anak.

  Hadirnya para guru (termasuk guru pembimbing) di sekolah semakin meyakinkan tentang kebermaknaan lingkungan sekolah bagi perkembangan anak. Mereka (para guru mata pelajaran termasuk guru BK di sekolah) adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi anak-anak, lengkap dengan penguasaan metodologi pembelajaran. Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan salah satu sisi keunggulan guru daripada orang-orang dewasa lain pada umumnya. Karena itu dapat diasumsikan bahwa lazimnya pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah (terutama guru BK di sekolah) akan lebih bermakna bagi anak daripada pengalaman interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya.

  Dilihat dari kondisi tersebut di atas, kiranya tidak diragukan lagi pentingnya peran lingkungan di sekolah dalam memfasilitasi perkembangan anak. Kegiatan utama anak di sekolah adalah mengikuti pelajaran yang berkaitan dengan proses pengembangan kognisi anak. Namun demikian, dilihat dari segi muatan isi kurikulum (baik eksplisit maupun yang sifatnya implisit), interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek kognisi anak, tetapi juga berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.

  Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sekolah merupakan suatu masyarakat bagi anak yang memiliki budaya, norma, aturan dan tuntutan- tuntutan tertentu. Dengan demikian, maka sekolah mendefinisikan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap anak. Harapan-harapan anak di dalam masyarakat sekolah ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap aspek- aspek: perkembangan identitas, keyakinan akan kemampuan diri, image tentang kehidupan dan kemungkinan karier, hubungan-hubungan sosial serta standar-standar perilaku benar dan salah.

  Kesesuaian antara budaya sekolah dan harapan-harapan anak itu penting dan tidak bisa dipandang remeh. Semakin cocok antara budaya sekolah dengan nilai-nilai dan harapan anak, maka akan semakin positif dampak sekolah terhadap perkembangan anak. Tentang pentingnya pengalaman sekolah bagi perkembangan anak, secara cerdas dirumuskan oleh Seifert dan Hoffnung sebagai berikut: “…….school experiences play a mayor

  role in influencing how children experience and interact with others, how they perceive and feel about themselves, and how they generally developed psychosocially” (Seifert, 1991:491).

  Adalah tugas dari semua pendidik, termasuk guru BK di sekolah, untuk melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan, dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotoris serta kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini penting, karena segala perkembangan pribadi, kemunduran dan kerusakan maupun pemulihan dan pertumbuhan pribadi, terjadi akibat hubungan individu dengan orang lain. Kesungguhan sebagai seorang pribadi tergantung dari seberapa jauh orang itu mampu mengadakan hubungan jujur dengan orang lain. Tanpa bantuan orang lain, tidak mungkin dia bertumbuh menjadi pribadi yang utuh.

  Sehubungan dengan itu, maka guru (termasuk guru BK di sekolah) memegang peran yang sangat sentral dalam menciptakan suasana sekolah sebagaimana dideskripsikan di atas. Ia merupakan figur utama bagi anak-anak di sekolah. Oleh karena itu, bukan saja cara dan kemampuan metodologis yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak melainkan keseluruhan pribadi dan penampilan guru (guru BK). Seorang pembimbing (guru BK di sekolah) perlu memiliki karakteristik-karakteristik pribadi yang cocok. Unsur-unsur pribadi itu akan menjadi sarana yang secara integratif akan memfasilitasi proses terjadinya pembelajaran dan perkembangan pada anak.

  Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai “Persepsi Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3

  ”.

  Yogyakarta tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah   Penelitian ini terpusat pada para siswa kelas VII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

  Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana pandangan siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah ?

  2. Kualitas-kualitas sosok profesionalitas mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih langka/jarang pada guru BK sekolah menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 ? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui pandangan siswa kelas VII BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

  2. Untuk mengetahui kualitas-kualitas sosok profesionalitas guru BK yang aktualisasinya teridentifikasi masih jarang/langka pada guru BK sekolah menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

  3. Untuk memberi gambaran atau pemahaman bagaimana menjadi seorang guru BK yang seutuhnya dimana mencirikan kepribadian yang baik, menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya sesuai bidang yang ditekuninya dengan penuh tanggungjawab.

D. Manfaat

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah : 1.

   Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai persepsi siswa terhadap sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

  Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling untuk semakin mendalami pentingnya sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak sekolah khususnya guru BK untuk memberi gambaran kepada siswa mengenai sosok profesionalitasnya di sekolah.

  Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh kepala sekolah maupun guru BK di BOPKRI 3 Yogyakarta untuk meningkatkan mutu dan sosok profesionalitas guru BK di sekolah serta aktualisasi guru BK di sekolah untuk lebih efektif.

E. Batasan Istilah

  1. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

  2. Guru BK di sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan dan konseling.

  3. Profesionalitas berasal dari kata profesi. Profesionalitas menunjuk kepada kualitas/mutu dari profesi yang mencakup tugas, fungsi, peran dan ciri kepribadian yang ditunjukkan dari sebuah profesi. Profesi adalah pekerjaan/ jabatan/ kedudukan. Profesionalitas berbeda dengan profesional. Profesional adalah ahli/pakar dalam bidangnya. Tidak semua orang yang profesional di bidangnya dapat menunjukkan profesionalitasnya. Profesionalitas juga dapat ditunjukkan dari orang yang tidak profesional di bidang yang ditekuni. Contohnya: guru BK yang berasal dari Sarjana Pendidikan belum dapat dikatakan konselor sekolah karena belum menempuh sertifikasi konselor tetapi ia dapat menunjukkan profesionalitasnya.

  

BAB II

LANDASAN TEORI Pada bab II ini akan dijelaskan mengenai persepsi, guru BK: peran, tugas, dan fungsinya, dan persepsi siswa terhadap sosok profesionalitas guru BK di sekolah. A. Persepsi Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung

  berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau rangsangan dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Individu mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi.

  Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis sehingga individu mengalami persepsi. Ada beberapa syarat terjadinya persepsi, yaitu adanya obyek persepsi, alat indera atau reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus, dan adanya perhatian.

1. Pengertian Persepsi

  Banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh Jalaluddin Rakhmat (2007 : 51) yang

  9 mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal ini menurut Krech dkk, karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu, yaitu lingkungan fisik dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman masa lalu.

2. Proses Terjadinya Persepsi

  Terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi.

  Menurut Bimo Walgito (2002 : 54) terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman, 2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan 3) Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

  Menurut Bimo Walgito (2002 : 89), ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu : a. Obyek yang Dipersepsi

  Objek menimbulkan stimulus yang mengenal alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

  Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

  b. Alat Indera, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai untuk mengadakan respon diperlukan saraf motoris.

  c. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.

  Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa terjadinya persepsi melibatkan beberapa faktor yang berperan, yaitu 1) obyek atau stimulus yang dipersepsi; 2) Alat indera dan saraf-saraf serta pusat susunan saraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan 3) perhatian yang merupakan syarat psikologis.

  Adapun proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut : objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

  Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis.

  Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Secara skematis dapat dikemukakan sebagai berikut :

  St St St St

  Sp Respon Fi Fi Fi Fi

  St = Stimulus (Faktor Luar) Fi = Faktor Intern (Faktor Dalam, termasuk perhatian) Sp = Struktur pribadi individu Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.

  Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang dipersepsi oleh individu selain tergantung pada stimulusnya juga tergantung kepada keadaan individu yang bersangkutan.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi

  Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.

  David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam Jalaluddin Rakhmad (2007 : 51) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

  a. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

  b. Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang menimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

  Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intersitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan stimulus).

  1) Faktor Eksternal

  a) Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak.

  b) Intensitas stimuli, di mana kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.

  c) Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian.

  d) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur

  “familiarity” (yang sudah kita kenal berpadu dengan unsur-

  unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar kita.

  2) Faktor Internal

  a) Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas. b) Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.

  c) Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi akan mengakibatkan stres, yang menyebabkan sulit berpikir efisien.

B. Sosok Profesionalitas Guru BK 1. Pengertian Guru BK (Konselor di sekolah)

  Menurut Purwadarminta ( 1999 : 519) guru BK adalah penasihat, orang yang melayani konseling. Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone (Winkel, 2005 : 176) mengartikan guru BK di sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Winkel (2005 : 171) berpendapat bahwa guru BK di sekolah adalah tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.

  Konseling merupakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan secara mekanis. Kegiatan ini merupakan suatu perjumpaan di mana seseorang membantu sesamanya dalam sebuah relasi yang dibentuk untuk tujuan tersebut.

  Agar dapat mencapai konseling efektif, kunci utamanya adalah guru BK sendiri. Ini merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil gemilang – artinya, sebagai guru BK, harus memiliki bobot tertentu yang dapat memperlancar relasi konseling; memiliki pengetahuan dasar menyangkut teori dan praktek konseling serta keterampilan berwawancara dan intervensi dalam pemecahan masalah.

2. Ciri Kepribadian Guru BK

  Belkin (Winkel, 2005 : 184) membagi tiga ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru BK, yaitu : a) Mengenal diri sendiri. Guru BK harus menyadari keunikannya sendiri, kelemahan dan kelebihannya, serta harus tahu dalam usaha-usaha apa dia kiranya akan berhasil. Untuk membantu guru BK dalam mengenal dirinya sendiri ada tiga kualitas yang perlu diperhatikan, yaitu merasa aman dengan diri sendiri (security), percaya pada orang lain (trust), dan memiliki keteguhan hati (courage). Merasa aman dengan diri sendiri mengandaikan mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, dan tidak merasa cemas serta gelisah tentang diri sendiri. Percaya pada orang lain berarti mampu untuk memberikan sesuatu dari diri sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain. Memiliki keteguhan hati berarti berani untuk memberikan pelayanan bimbingan, dan mengambil resiko tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa dalam bentuk dikagumi serta dihargai; b) Memahami orang lain. Kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan / pandangan pribadi saja. Guru BK ini akan mampu mengikuti beraneka pandangan dan perasaan di pihak klien dengan berpedoman pada kerangka acuan internal siswa. Terbuka hatinya juga berarti tidak mengambil sikap mengadili orang lain, meskipun dapat menilai tindakan dan perbuatan orang menurut norma moralitas yang obyektif. Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan menjadi peka (sensitivity) terhadap pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh orang lain, baik dengan kata-kata maupun dengan ungkapan nonverbal, dan ikut menghayatinya tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Istilah yang digunakan untuk kepekaan ini adalah emphaty atau emphatic

  understanding , yaitu guru BK mampu mendalami pikiran dan

  menghayati perasaan siswa seolah-olah guru BK pada saat ini menjadi siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

  c) Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan ini bertumpu pada kemampuan untuk memahami orang lain. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain pada taraf pertemuan antarpribadi mendapat dukungan dari beberapa kualitas yang lain, yaitu sejati, tulen atau ikhlas (genuine), bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain (nondominance), mampu mendengarkan dengan baik (listening), mampu menghargai orang lain (positive

  regard ), dan mampu mengungkapkan perasaan serta pikiran secara

  memadai dalam kata-kata (verbal communication) dan isyarat-isyarat (nonverbal communication). Bertindak sejati, tulen atau ikhlas mengandung unsur kejujuran atau kelurusan hati (honesty) dan keterusterangan (candor). Bagi guru BK di sekolah bertindak sejati atau berhati tulus, berarti berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau main sandiwara; secara pribadi sungguh terlihat tanpa berpura-pura. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain bagi guru BK di sekolah berarti, bahwa dia tidak secara sadar mau memaksakan kehendaknya sendiri atas siswa, dan tidak secara sadar mau memaksakan siswa ke cara berpikir serta cara bertindak tertentu. Mampu mendengarkan dengan baik bagi guru BK di sekolah berarti berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh siswa; tidak hanya mendengar aneka bunyi yang diucapkan, tetapi menggali makna yang terkandung dalam kata-kata itu. Bagi guru BK, kemampuan menghargai orang lain berarti bahwa dia dapat mendekati siswa dan didekati oleh siswa, dengan sikap yang positif dan kerelaan menerima siswa seadanya. Guru BK harus terampil menyampaikan pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang memadai, baik pikiran dan perasaannya sendiri maupun pikiran dan perasaan siswa yang dipantulkan kembali kepadanya karena guru BK di sekolah lebih banyak berkomunikasi dengan siswa dalam bentuk bahasa lisan.

  Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa guru BK adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi yang memiliki pengetahuan menyangkut teori dan praktek konseling serta sejumlah keterampilan seperti keterampilan berwawancara dan melakukan intervensi dalam pemecahan masalah.

3. Peran Guru BK di sekolah

  Menurut PP no.74 tahun 2008 (Akhmad Sudrajat: 2010) peran guru BK yaitu membantu peserta didik dalam:

  1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

  2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.

  3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.

  4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

  Menurut Khairi Ilham (khairiilham.blogspot.com: 2010), peran guru BK adalah menciptakan suasana yang menyenangkan untuk konseling. Menurut Sunaryo Kartadinata (disdikpora-kbb.com:2009) peran guru bimbingan dan konseling (guru BK), yaitu membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya.

  Myrick dan Witmer (Prayitno,1987:87) mengemukakan lima macam peran guru BK, yaitu sebagai guru BK (dalam arti khusus), sebagai konsultan, sebagai anggota tim kerja, sebagai pengelola, serta sebagai sumber informasi dan layanan bagi masyarakat.

4. Tugas Guru BK di sekolah

  Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas guru BK di sekolah, sebagai berikut: (1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, (2) merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program- program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk satuan- satuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan, (3) melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung, (6) menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (7) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (8) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan, (9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.

  Thantawy (1995:73-77) menyebutkan tugas guru BK di sekolah ialah menyelenggarakan pelayanan bimbingan yang meliputi: bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karir yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.

  Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan BK di sekolah, pemerintah melalui SK Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 dan Nomor

  25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya serta Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya, menetapkan tugas guru pembimbing (guru BK di sekolah) sebagai berikut: (1) menyusun program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan bimbingan dan konseling, (3) mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling, (4) menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling, (5) tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.  

5. Fungsi Guru BK

  Semua pendidik, termasuk di dalamnya guru BK melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  Sebagaimana telah diutarakan di atas, sebagai seorang guru BK adalah tenaga profesional yang memiliki fungsi: 1) merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaran, 3) melakukan pembimbingan dan pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan BK berupa berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai keterkaitannya.

  Guru BK di sekolah adalah tenaga profesional yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya.

C. Persepsi Siswa terhadap Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah

  Berdasarkan observasi yang saya lakukan di lapangan, selama ini sosok profesionalitas guru BK di sekolah belum optimal. Padahal sebenarnya guru BK memiliki peran penting bagi perkembangan siswa dalam menyerap pelajaran yang diajarkan.