UPACARA DALO’ SUKU DAYAK UUD DANUM DI SERAWAI KECAMATAN SERAWAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT : DESKRIPSI PROSES RITUAL, MAKNA, DAN FUNGSI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Sastra Indonesia

  

UPACARA DALO’ SUKU DAYAK UUD DANUM DI SERAWAI

KECAMATAN SERAWAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN

BARAT : DESKRIPSI PROSES RITUAL, MAKNA, DAN FUNGSI

Skripsi

  

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana S-1

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh :

Felisia Narita

O44114019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  

UPACARA DALO’ SUKU DAYAK UUD DANUM DI SERAWAI

KECAMATAN SERAWAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN

BARAT : DESKRIPSI PROSES RITUAL, MAKNA, DAN FUNGSI

Skripsi

  

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana S-1

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh :

Felisia Narita

O44114019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

i

  31 Maret 2010

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Doa memberikan kekuatan kepada yang lemah, membuat yang tidak percaya

menjadi percaya dan memberikan keberanian kepada orang yang ketakutan

AD MAIOREM DEI GLORIAM

  Kupersembahkan Kepada :

Kedua orang tuaku

Atas kasih sayang, cinta, doa, dan dukungan yang tiada henti di sepanjang

hidupku

Rendy

  

Atas segala ketulusan cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan dan semngat untuk

hari-hari indah ku bersamamu

  iv

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma : Nama : Felisia Narita Nomor Mahasiswa : 044114019

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum Di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten

Sintang, Kalimantan Barat : Deskripsi Proses Ritual, Makna, dan Fungsi.

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 20 April 2010 Yang menyatakan, Felisia Narita

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah

  Yogyakarta, 12 Maret 2010 Penulis

  

ABSTRAK

Narita, Felisia. 2010. Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat : Deskripsi Proses Ritual, Makna, dan Fungsi. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini membahas Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat : Deskripsi Proses Ritual, Makna, dan Fungsi. Studi ini memiliki tiga tujuan yakni (1) Menjelaskan sejarah Suku Dayak Uud Danum, (2) Mendeskripsikan proses ritual upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai, (3) Menjelaskan makna dan fungsi ritual upacara DaLo’ .

  Judul ini dipilih karena studi khusus tentang upacara DaLo’ belum ada dilakukan. Upacara DaLo’ mempunyai nilai penting yaitu nilai budi pekerti yang mendidik kita agar tetap menghormati leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan mengirim doa dan memberikan kehidupan yang layak kepada mereka yang telah meninggal dunia.

  Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan Folklor dan menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu teknik kepustakaan, dokumentasi, observasi, dan wawancara.

  Hasil penelitian mengenai upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut. (1) Proses ritual upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai dilaksanakan paling cepat setelah 40 hari orang meninggal dunia. Ritual diadakan dengan berbagai upacara dari awal sampai penutup selama waktu yang telah disepakati serta akan dilengkapi dengan berbagai sesaji yang mempunyai makna tersendiri. Pihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini adalah seluruh keluarga besar dari orang yang telah meninggal, balian yang akan memimpin setiap prosesi upacara DaLo’, masyarakat setempat serta para tamu undangan lainnya yang telah diundang oleh pihak keluarga. (2) Makna yang terkandung dalam upacara DaLo’ yaitu (a) makna krisis hidup, (b) menjaga hubungan antara jiwa orang yang meninggal dengan orang yang masih hidup, (c) makna spiritual , serta (d) penyucian lahiriah dan batiniah orang yang telah meninggal. Sedangkan fungsi yang terkandung dalam upacara DaLo’ yaitu fungsi religius, fungsi sosial, fungsi budaya, dan fungsi pendidikan. v

  

ABSTRACT

  Narita, Felisia. 2010. The DaLo’ ceremony of Dayak Uud Danum Tribe in Serawai, District of Serawai, Regency of Sintang, West Borneo :The Description of Ritual Process, Meaning, and Function. S-I Degree Thesis. Indonesian Literature Study Program, Departement of Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

  This thesis discusses about The DaLo’ ceremony of Dayak Uud Danum Tribe in Serawai, District of Serawai, Regency of Sintang, West Borneo : The Description of Ritual Process, Meaning, and Function. This study has three objectives, they are (1) to explain the history Dayak Uud Danum Tribe, (2) to describe the process of The DaLo’ ritual ceremony of Dayak Uud Danum Tribe in Serawai, (3) to explain the meaning and the function of the DaLo’ ritual ceremony.

  This topic is chosen because there is a before research about DaLo’ ceremony. DaLo’ ceremony has the importance , that is the intellectual it educates us to restect our ancestor or our family who died by sending the prayers and giving properly life to death people.

  The approach of this study is Folklore and descriptive method. The research of the study use four ways to gather the data. They are Library Research, Documentation, Observation, and Interview.

  The result of the study about The DaLo’ ceremony of Dayak Uud Danum Tribe in Serawai shows , (1) The DaLo’ ritual ceremony process of Dayak Uud Danum Tribe in Serawai is done after 40 days people died. The ritual is done by doing the kinds of ceremonies from the beginning until finish during the time which has been dealed. Besides that, the ceremony is completed with the kinds of serves which have the symbolic meaning. People who doing the ceremony are the big family of the death man, Balian who will lead the process of DaLo’ ceremony and the public who are invited by the big family of the death man. (2) The meaning of DaLo’ ceremony are (a) Crisis of life meaning, (b) Keeping the relationship between the spirit of the death man with people who still alive (c) Spiritual meaning, and (d) Purifying internal and external the death man. Besides that, the functions of DaLo’ ceremony are Religious, Social, Cultural, and Education Function. vi

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, cinta, berkat, dan, rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa kekuatan Tuhan. Skripsi yang berjudul Upacara

  

DaLo’ Suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat : Deskripsi Proses Ritual, Makna, dan Fungsi disusun untuk memenuhi

  syarat memperoleh gelar Sarjana S-I di Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, dukungan, bantuan baik secara mateial maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan, bantuan, dan dukungan tersebut senantiasa hadir dalam kehidupan penulis terutama saat menjalani masa studi di Universitas Sanata Dharma.

  Sehubungan dengan tersusunnya skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini : 1.

  Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M. Hum, selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, masukan, kesabaran serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi di Universitas Sanata Dharma.

  2. Susilawati Endah Peni Adji, S.S, M. Hum, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan serta masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi di Universitas Sanata Dharma. vii

  3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum, Drs. Heri Antono, M. Hum, Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum, Drs. F. X.

  Santosa, atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  4. Seluruh staf sekretariat Fakultas Sastra, Pogram Studi Sastra Indonesia yang telah ramah dalam melayani setiap keperluan penulis semenjak awal perkuliahan sampai penyelesaian tugas akhir.

  5. Seluruh staf petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah ramah dalam melayani peminjaman buku dan memberikan dukungan.

  6. Keluarga Besar Dewan Adat Dayak Kecamatan Serawai dan Keluarga Besar masyarakat Uud Danum di Serawai, terima kasih atas kerjasama dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Kedua orang tuaku Ayahnda Sebastianus Ferry dan Ibunda Yohana Anah atas doa, kasih sayang, cinta serta dukungan dan semangat yang tiada hentinya diberikan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini.

  8. Keluarga besar angkatan 2004 prodi Sastra Indonesia, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Semua akan menjadi kenangan indah dan tak terlupakan masa-masa kita kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  9. Terima kasih buat Oktavianus Rendy atas motivasi, kasih dan cinta serta selalu setia menemani hari-hari penulis dari awal hingga akhir penulisan tugas akhir ini.

  10. Sahabat-sahabat ku terkasih, Echa, Gustin, Cia, kak Yusi, kak Kila, Nena, Valent, Uju Ketrin, dek Ena, dek Panye, Tante Irna, Om Bagas, dek Fitri, Pita, April, Risa, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayang yang selalu mengalir untukku. viii

  11. Keluarga Besar FKPMKS terima kasih atas doa, dukungan dan pengalaman yang berharga dari kalian semua.

  12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Penulis masih banyak memiliki kekurangan. Segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang masih terdapat dalam skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis semata. Semoga karya ini bermanfaat.

  Yogyakarta, 12 Maret 2010 Penulis ix

  x

  7

  8 1.6.1.2 Makna dan Fungsi...........................................................................

  8 1.6.1.1 Folklor..............................................................................................

  1.6 Teori..................................................................................................................... 8 1.6.1 Kerangka Berpikir.......................................................................................

  8

  1.5 Tinjauan Pustaka..................................................................................................

  7

  1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................

  1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................

  DAFTAR ISI

  6

  1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................

  1

  1.1 Latar Belakang....................................................................................................

  BAB I : PENDAHULUAN

  KATA PENGANTAR................................................................................................ vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................... x DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi

  ABSTRACT ................................................................................................................ vi

  Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. iv ABSTRAK.................................................................................................................. v

  11

  1.6.1.3 DaLo’...............................................................................................

  16 1.6.2 Batasan Istilah.............................................................................................

  17 1.6.2.1 Upacara..............................................................................................

  17 1.6.2.2 Proses Ritual.......................................................................................

  18 1.7 Metode Penelitian................................................................................................

  18 1.7.1 Pendekatan..................................................................................................

  18 1.7.2 Metode........................................................................................................

  19 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................

  20 1.7.3.1 Kepustakaan........................................................................................

  20 1.7.3.2 Dokumentasi........................................................................................

  20

  1.7.3.3 Observasi.............................................................................................. 21 1.7.3.4 Wawancara..........................................................................................

  22 1.8 Sumber Data.........................................................................................................

  23

  1.9 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 23

  BAB II : URAIAN SINGKAT SUKU DAYAK UUD DANUM 2.1 Suku Dayak Uud Danum............................................................................................

  24 2.1.1 Asal Usul......................................................................................................

  24 2.1.2 Kehidupan Sosial Masyarakat.....................................................................

  25 2.1.3 Kebudayaan Suku Dayak Uud Danum.......................................................

  29 BAB III : DESKRIPSI PROSES PELAKSANAAN UPACARA DALO’ SUKU DAYAK

  UUD DANUM DI SERAWAI, KECAMATAN SERAWAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

  3.1 Pengantar................................................................................................................... 30 xi

  xii 3.2 Proses Ritual Pelaksanaan Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum......................

  37 3.2.2.3 Nohtok Hopong................................................................................

  47 3.2.2.13 Munu’ Dahangan......................................................................... ..

  46 3.2.2.12 Nyukan Pandung......................................................................... ...

  46 3.2.2.11 Napa’ Ukun TaLoh..................................................................... ...

  45 3.2.2.10 Nohka’ SiLat................................................................................ ..

  45 3.2.2.9 Kanjan daun.................................................................................... .

  44 3.2.2.8 Ngiposch Urak................................................................................ .

  44 3.2.2.7 Nganjan Buhang...............................................................................

  43 3.2.2.6 Ngahut Dahangan.............................................................................

  42 3.2.2.5 Nombok Sopundu’......................................................................... ..

  38 3.2.2.4 Hopohau’..........................................................................................

  37 3.2.2.2 Noharang Sopundu’....................................................................... ..

  30 3.2.1 Bagian Pembuka/Awal Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum............

  37 3.2.2.1 BoLuhan Sopundu’........................................................................ ..

  36 3.2.2 Acara Inti Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum.................................

  35 3.2.1.9 Ngurah Pandung...............................................................................

  35 3.2.1.8 Kanjan Alu’......................................................................................

  34 3.2.1.7 Nohka’ Uca’.....................................................................................

  33 3.2.1.6 Napa’ Kodiring............................................................................. ...

  33 3.2.1.5 Napa’ Sopundu’............................................................................ ...

  32 3.2.1.4 Nombok Konyanang.................................................................... ....

  32 3.2.1.3 Torasch PaLi’...................................................................................

  31 3.2.1.2 Ngatung............................................................................................

  31 3.2.1.1 Morasih Arob...................................................................................

  48

  3.2.2.14 Munu’ Urak....................................................................................

  48 3.2.2.15 Hopohpasch....................................................................................

  49 3.2.2.16 Nganjan Otun Urak..................................................................... ...

  50 3.2.2.17 Nukang Pandung...................................................................... ......

  50 3.2.2.18 Nohto’ Ahtui Urak................................................................... ......

  50 3.2.2.19 Muluh Nguan Ukun................................................................. ......

  51 3.2.2.20 NyoLat..................................................................................... ......

  51 3.2.2.21Ngahtang Bari’ Konah ( Kuman BoLum).......................................

  52 3.2.2.22 Ngahkasch Pandung.......................................................................

  52 3.2.2.23 Napa’ Jarah Bari’ Konah................................................................

  52 3.2.2.24 Nguap Boram PaLi’................................................................ .......

  53 3.2.3 Acara Penutup Upacara DaLo’ Suku dayak Uud Danum..........................

  54 3.2.3.1 Lanon ToLah....................................................................................

  54 3.2.3.2 Marung Ngitot Liou................................................................. ........

  56 3.2.3.3 Ngitot TaLoh....................................................................................

  57 3.2.3.4 Nombok Torasch..............................................................................

  57 3.3 Waktu dan Tempat Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum................................

  57 3.4 Sesaji dalam Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum......................... .................

  58

  3.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum...................................................................................................................... 59

  BAB IV : MAKNA DAN FUNGSI UPACARA DALO’ SUKU DAYAK UUD DANUM DI SERAWAI, KECAMATAN SERAWAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT 4.1 Pengantar................................................................................................................

  61 xiii

  4.2 Makna Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum...................................................

  61 4.2.1 Makna Krisis Hidup......................................... ......................................

  62

  4.2.2 Menjaga Hubungan Antara Jiwa Orang yang Meninggal Dengan Orang yang Masih Hidup....................................................................................

  63 4.2.3 Makna Spiritual......................................................................................

  63 4.2.4 Penyucian Lahiriah dan Batiniah orang yang Telah Meninggal..............

  64

  4.3 Makna yang Terkandung dari Setiap Sesaji dalam Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum............................................................................................................

  65 4.3.1 Bari’ ................................................................................................................

  65 4.3.2 Manuk, Urak, Dahangan ................................................................................

  66 4.3.3 Ahtoi Urak ......................................................................................................

  66 4.3.4 Boram .............................................................................................................

  67 4.3.5 Ruhkuk ............................................................................................................

  67 4.3.6 Umbut .............................................................................................................

  67 4.3.7 Huasch PuLut .................................................................................................

  67 4.3.8 Tehpung ....................................................................................................... ..

  67 4.3.9 Sihpak ......................................................................................................... ...

  68 4.4 Fungsi Upacara DaLo’ Suku Dayak Uud Danum..................................................

  68 4.4.1 Fungsi Religius.......................................................................................

  68 4.4.2 Fungsi Sosial...........................................................................................

  69 4.4.3 Fungsi Budaya........................................................................................

  70 4.4.4 Fungsi Pendidikan..................................................................................

  70 BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan...........................................................................................................

  72 xiv

  5.2 Saran.....................................................................................................................

  76 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 78 LAMPIRAN 1.......................................................................................................... .

  80 LAMPIRAN 2...........................................................................................................

  81 LAMPIRAN 3...........................................................................................................

  83 xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dunia terus bergerak menuju suatu perubahan yang terus-menerus tanpa kenal waktu. Dalam konteks perubahan itu kebudayaan suatu suku bangsa yang berada dalam dunia juga ikut berkembang sesuai kehendak manusia sebagai subjek kebudayaan. Tetapi selain sebagai objek bentukan manusia, kebudayaan juga merupakan suatu subjek yang memberikan ciri khas dan eksistensi dari bangsa pemilik kebudayaan tersebut. Ini berarti kebudayaan memberikan dirinya sebagai ciri yang melekat pada suatu suku bangsa dari masa ke masa. Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah yang tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya (Koentjaraningrat, 1989:187).

  Adat-istiadat dalam masyarakat Dayak dapat diwujudkan dalam bentuk tata upacara. Tiap-tiap daerah memiliki adat-istiadat sendiri sesuai dengan letak geografis. Berbagai macam upacara yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya dan masyarakat Dayak khususnya merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah tradisi (Bratawidjaja, 1988:9). Dalam

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1208) tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat.

  2 Berbagai macam tata upacara adat terdapat dalam masyarakat Dayak, sejak sebelum manusia lahir sampai meninggal dunia. Misalnya upacara adat pada kelahiran seorang bayi, upacara monush anak (mandi anak) ,upacara

  

nohtok balo’ (potong rambut pertama dari masa kelahiran) , upacara marak

hyihpok (sebut gigi), dan lain-lain. Setiap upacara adat tersebut mempunyai

  makna sendiri-sendiri dan sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Dayak, terutama di desa-desa. Upacara mempunyai banyak unsur, yaitu : bersaji, berkorban, berdoa, makan makanan bersama yang telah disucikan dengan doa, menari tarian suci, menyanyi nyanyian suci, berprosesi atau berpawai, memainkan seni drama suci, berpuasa, intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai keadaan trance atau mabuk, bertapa dan bersemedi (Koentjaraningrat, 1989:378).

  Dalam pelaksanaan upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai akan disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat dan kemampuan masyarakat suku Dayak Uud Danum di Serawai. Di samping tata upacaranya, tersaji pendidikan budi pekerti dan aturan-aturannya. Semua itu merupakan warisan nenek moyang yang perlu kita lestarikan (Bratawidjaja, 1988:10). Hal ini mengingat salah satu fungsi upacara adalah sebagai pengokoh norma-norma atau nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat (Maharkesti, 1988/1989:2).

  Upacara DaLo’ adalah ritual mengangkat tulang anggota keluarga yang sudah meninggal. Upacara adat yang sarat dengan makna kepedulian dan

  3 kecintaan terhadap manusia termasuk yang telah meninggal dunia (Meruh, wawancara 26 September 2009).

  DaLo’ merupakan ritual tertinggi di dalam pembersihan kematian.

  Namun DaLo’ juga masih mempunyai dua tingkatan, yaitu DaLo’ Nahpeng (tidak membuat Kodiring) dan DaLo’ Ngodiring (membuat Kodiring). DaLo’

  

Nahpeng adalah DaLo’ yang tidak membuat Kodiring dan tulang tidak di

  angkat dari kuburnya, tetapi hanya kuku dan rambut orang yang meninggal di pahat pada Sopundu’. Jika hal ini yang dilakukan, maka dipercaya bahwa di alam baka roh si mati hanya mempunyai sebuah Takun (kamar) di dalam sebuah rumah yang permanen. Sedangkan DaLo’ Ngodiring maksudnya adalah upacara DaLo’ dengan membuat Kodiring. Jika hal ini yang dilakukan, maka bagi arwah orang yang di DaLo’ itu di alam baka sana akan mempunyai sebuah Lovu’ (rumah yang sangat permanen) (Mingguk, wawancara 22 Agustus 2009).

  Pada upacara DaLo’ ini, jika penyelenggaranya membunuh kerbau, maka selain Torasch (sebatang kayu belian yang dibentuk sedemikian rupa sesuai tradisi dan pada hari terakhir upacara DaLo’ akan didirikan di depan rumah penyelenggaranya) dan Sopundu’ (semacam patung terbuat dari kayu belian dan ukurannya sesuai ukuran asli tubuh manusia. Patung ini merupakan teman dari arwah yang sudah meninggal dan biasanya patung ini dibuat berlainan jenis dengan jenis kelamin orang yang telah meninggal itu), dia juga harus mendirikan Sokalan, yaitu semacam tiang dari pohon belian besar dan tinggi dan pada puncaknya ditempatkan sebuah tempayan. Sebagai tambahan,

  4 perlu diketahui bahwa setiap sehabis melaksanakan suatu upacara DaLo’,

  

Nahpeng ( sejenis DaLo’ tetapi tidak membuat Kodiring dan tulang tidak di

  angkat dari kuburnya, tetapi hanya kuku dan rambut orang yang meninggal di pahat pada Sopundu’. Jika hal ini yang dilakukan, maka dipercaya bahwa di alam baka roh si mati hanya mempunyai sebuah Takun (kamar) di dalam sebuah rumah yang permanen), Nyolat ( jika melakukan NyoLat maka roh orang yang meninggal di alam baka hanya mempunyai sebuah Lohpou (pondok) saja) ataupun Nosang (jika dilaksanakan Nosang menurut kepercayaannya, maka arwah orang yang meninggal di alam baka hanya mempunyai sebuah Sorengap (pondok yang atapnya hanya sebelah dan miring), keluarga yang ditinggalkan harus mengadakan upacara Nyakai

  

Ngurah Morua’ dan sekalian Molombang Liou, yaitu upacara ritual untuk

  mengumpulkan kembali roh manusia yang terpencar-pencar dan memisahkan rumah orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup. Karena menurut kepercayaan Uud Danum, roh manusia itu ada tujuh dan apabila ada satu ataupun beberapa dari ketujuh roh itu terpisah maka akan menyebabkan pemiliknya sakit-sakitan atau sering tertimpa kesulitan hidup ataupun selalu sial (Mingguk, wawancara 22 Agustus 2009).

  Dengan diadakan ritual Nyakai (upacara pengumpulan roh-roh manusia) maka roh-roh tadi dikumpulkan kembali, karena mungkin saja ada di antara roh itu yang ikut roh si mati mengembara ke alam yang lain. Selain itu, di dalam upacara Nyakai Molombang Liou ini juga dilakukan Polombang (pemisahan) terhadap Lovu’ (rumah permanen) kita yang ada di alam baka

  5 (masyarakat suku Dayak Uud Danum percaya bahwa setiap keluarga mempunyai rumah di alam baka), yaitu bagian si mati diputar ke arah matahari terbenam dan bagian orang yang hidup tetap mengarah ke matahari terbit. Di sinilah sedihnya, karena pada saat rumahnya di putar inilah arwah yang sudah meninggal itu baru menyadari dirinya telah meninggal dan dia akan menangis sedih. Biasanya di bumi minimal akan terjadi hujan bahkan sering terjadi hujan yang sangat deras disertai angin ribut yang mampu merebahkan pohon- pohon (Mingguk, wawancara 22 Agustus 2009).

  DaLo’ adalah upacara adat yang hidup di dalam budaya sub suku

  Dayak Uud Danum (Dohoi, Cohie, Pangin, dll) dari kecamatan Serawai dan Ambalau, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat serta dilakukan juga oleh beberapa masyarakat suku Dayak Uud Danum yang berada di Kalimantan Tengah. Upacara DaLo’ ini adalah ritual mengangkat tulang anggota keluarga yang sudah meninggal. Upacara ini hanya dilaksanakan oleh orang yang ekonominya kelas menengah ke atas, sebab pesta ini memerlukan biaya yang sangat besar. Karena selama Ngatung (pesta sebelum Ondou

  

Lehkasch /hari H-nya) setiap harinya harus memotong minimal seekor babi dan

  pada Ondou Lehkasch (hari H-nya) minimal membunuh sapi dan kalau bisa kerbau. Sehingga kalau pestanya berlangsung selama tujuh tahun, maka dalam rentang waktu tujuh tahun itu setiap harinya harus membunuh minimal seekor babi (Mingguk, wawancara 22 Agustus 2009).

  Lamanya upacara DaLo’ dilakukan dalam hitungan ganjil, yaitu selama tujuh tahun atau tiga tahun atau satu tahun; tujuh bulan atau tiga bulan

  6 atau satu bulan atau tujuh hari. Kita bebas memilihnya atau sesuai dengan kemampuan kita. Tetapi sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia, upacara DaLo’ hanya pernah beberapa kali dilaksanakan dalam rentang waktu selama tiga tahun, yaitu di pedalaman sungai Ambalau oleh Dohosch, Laut, Tihang dan di pedalaman sungai Melawi oleh Tomakung Anyang, dan Segun (Mingguk, wawancara 22 Agustus 2009).

  Berkaitan dengan topik upacara DaLo’ yang dilaksanakan masyarakat suku Dayak Uud Danum di Serawai, dengan adanya ritual pengangkatan tulang sanak-saudara yang telah meninggal dunia dengan mengirim doa maka peneliti berusaha lebih mendalam menguraikan tata upacara DaLo’ sebagai tradisi yang sudah dilaksanakan masyarakat suku Dayak Uud Danum dari dahulu hingga sekarang dan akan mengungkapkan pentingnya upacara DaLo’ untuk dibahas. Kita akan mengetahui jalannya proses ritual, sekaligus makna dan fungsi upacara DaLo’ bagi masyarakat suku Dayak Uud Danum.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat masalah pokok yang hendak di jawab. Masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini hanya dibatasi dan ditekankan pada permasalahn di bawah ini :

1.2.1 Bagaimanakah sejarah Suku Dayak Uud Danum di Serawai,

  Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?

1.2.2 Bagaimanakah proses ritual upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di

  Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?

  7

  1.2.3 Apa makna dan fungsi ritual upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

  1.3.1 Menjelaskan sejarah Suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

  1.3.2 Mendeskripsikan proses ritual upacara upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

  1.3.3 Menjelaskan makna dan fungsi ritual upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

  Upacara DaLo’ merupakan salah satu tradisi suku Dayak Uud Danum yang masih sering dilakukan oleh masyarakat sampai saat ini. Tetapi penelitian secara khusus tentang upacara DaLo’ belum ada dilakukan. Penelitian ini dilakukan tidak hanya untuk kepentingan peneliti semata, tetapi diharapkan dapat menambah wawasan dan kepustakaan mengenai penelitian tradisi lisan yang masih banyak terdapat dalam masyarakat Indonesia.

  8 Penelitian ini berguna untuk mendapatkan gambaran mengenai proses ritual, makna dan fungsi tradisi upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Sejauh pengamatan peneliti belum ada studi khusus yang membicarakan proses ritual, makna dan fungsi upacara DaLo’ suku Dayak Uud Danum di Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

  1.6 Kajian Teori

  Untuk mengkaji upacara DaLo’ yang dilaksanakan di Serawai, difokuskan beberapa pemikiran yang akan diteliti dalam kerangka berpikir yang mencakup folklor dan DaLo’. Selain itu untuk menjelaskan definisi yang diteliti dalam penelitian ini, bab teori akan dilengkapi dengan batasan istilah yang mencakup upacara, proses ritual, makna dan fungsi.

1.6.1 Kerangka Berpikir

1.6.1.1 Folklor

  Folklor berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk artinya ‘sekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial, dan budaya sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya’. Sedangkan lore adalah ‘tradisi folk’, yaitu sebagian dari kebudayaan yang diwariskan turun- temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak

  9 isyarat atau alat pembantu pengingat Jadi yang dimaksud dengan folklor adalah sebagian kebudayaan yang kolektif dan diwariskan turun-temurun secara lisan baik yang disertai dengan contoh gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (Danandjaja, 2002:1-2).

  Menurut Endraswara (2006:58) folklor berasal dari kata folklore (bahasa Inggris). Bila dieja menjadi folk-lore, folk artinya ‘rakyat’ dan lore artinya ‘tradisi’. Folk adalah kelompok atau kolektif yang memiliki ciri- ciri pengenal kebudayaan yang membedakan dengan kelompok lain. Lore merupakan wujud tradisi dari folk, tradisi tersebut dituturkan secara oral (lisan) dan turun temurun. Jadi folklor berarti tradisi rakyat yang sebagian disampaikan secara lisan, yaitu kelisanan menjadi pijakan folklor.

  Menurut Jan Harold Brunvand via Danandjaja (2002:21-22), folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya : (1) folklor lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan folklor bukan lisan (non verbal folklore).

  Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan, bentuk- bentuk folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain : (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti julukan, logat, pangkat tradisional, gelar kebangsawanan, (b) ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, pemeo, (c) pertanyaan tradisional seperti teka-teki, (d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam dan syair, (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, dongeng, legenda, dan (f) nyanyian rakyat. Folklor lisan juga

  10 mempunyai fungsi sebagai penghibur atau sebagai penyalur perasaan yang terpendam.

  Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya takhayul dan pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang di anggap mempunyai makna gaib. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok besar ini, selain kepercayaan rakyat adapula permainan rakyat, teater rakyat, tari-tarian rakyat, adat- istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.

  Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat di bagi menjadi yang material dan yang bukan material. Bentuk yang tergolong material antara lain arsiteksur rakyat (bentuk asli rumah daerah, lumbung padi, dan sebagainya) dan kerajinan tangan (pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional). Sedangkan yang temasuk bukan material antara lain gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan), dan musik rakyat.

  Menurut Budiaman (1979:14-15) betapa pentingnya kita mempelajari folklor dalam rangka mengenal kebudayaan masyarakat tertentu karena fungsi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai sistem proyeksi yang dapat memcerminkan angan-angan kelompok, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, sebagai alat

  11 pendidikan anak, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma- norma masyarakat dipatuhi.

  Dari uraian di atas, folklor merupakan salah satu sarana komunikasi yang memainkan peranan penting dalam masyarakat tradisional. Skripsi ini membahas tentang upacara DaLo’ yang dilakukan masyarakat suku Dayak Uud Danum di Serawai. Dalam penggolongannya upacara DaLo’ tergolong dalam folklor sebagian lisan. Jadi upacara DaLo’ yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan merupakan sebuah tradisi dan adat-istiadat karena masih dilaksanakan oleh warga masyarakat dari dahulu sampai sekarang turun temurun sampai anak cucu mereka. Proses ritual upacara DaLo’ secara menyeluruh dibahas secara nonlisan, sedangkan mantra disampaikan secara lisan. Pembahasan ini hanya fokus pada proses ritual upacara DaLo’ dan tidak akan membahas mantra yang ada dari setiap prosesinya. Adapun upacara DaLo’ yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Uud Danum di Serawai, pelaksanaan ritualnya di buat sebuah prosesi tata upacara DaLo’ dari rumah hingga ke makam sebagai bentuk penghormatan kepada sanak saudara yang telah meninggal dunia.

1.6.1.2 Makna dan Fungsi

  Makna adalah arti atau maksud pembicara/penulis (KBBI,2005:703). Fungsi adalah kegunaan suatu hal (KBBI,2005:322).

  Makna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah maksud atau arti dari pelaksanaan upacara DaLo’ bagi masyarakat suku Dayak Uud Danum di

  12 Serawai. Sedangkan fungsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegunaan upacara DaLo’ bagi masyarakat suku Dayak Uud Danum di Serawai.

  Dalam menganalisis makna dalam aktivitas ritual, digunakan teori penafsiran yang dikemukakan Turner via Endraswara (2006:173-174), (1)

  

exegetical meaning yaitu makna yang diperoleh dari informan warga

  setempat tentang perilaku ritual yang diamati. Dalam hal ini perlu dibedakan antara informasi yang diberikan oleh informan awam dan pakar, antara interpretasi esoterik dan eksoterik. Seorang peneliti juga harus tahu pasti apakah penjelasan yang diberikan informan itu benar-benar representatif atau hanya penjelasan dari pandangan pribadi yang unik ; (2)

  

operational meaning yaitu makna yang diperoleh tidak terbatas pada

perkataan informan, melainkan dari tindakan yang dilakukan dalam ritual.

  Dalam hal ini perlu diarahkan pada informasi tingkat masalah dinamika sosial. Pengamat tidak hanya mempertimbangkan simbol tetapi sampai pada interpretasi struktur dan susunan masyarakat yang menjalankan ritual ; (3) positional meaning yaitu makna yang diperoleh melalui interpretasi tehadap simbol dalam hubungannya dengan simbol lain secara totalitas.

  Tingkatan makna ini langsung dihubungkan pada pemilik simbol ritual.

  Untuk mengungkap makna dan fungsi ritual, peneliti menggunakan teori fungsionalisme dan teori fungsionalisme-struktural. Dalam kaitannya ritual daur hidup, menurut Turner via Winangun (1990:21-23) ada dua klasifikasi ritual, yaitu : pertama, ritual krisis hidup, artinya ritus yang

  13 berhubungan dengan krisis hidup manusia. Manusia pada dasarnya akan mengalami krisis hidup, ketika dia masuk masa peralihan. Pada masa ini ,dia akan masuk dalam lingkup krisis karena terjadi perubahan tahap hidup. Termasuk dalam lingkup ini antara lain kelahiran, pubertas, dan kematian. Ritual ini disebut inisiasi Kedua, ritual gangguan, yaitu ritual sebagai negosiasi dengan roh agar tidak mengganggu hidup manusia.

  Dalam analisis skripsi ini, makna yang akan dikaji hanya yang berkaitan dengan krisis hidup sedangkan makna ritual gangguan tidak digunakan karena dalam upacara DaLo’ hanya terdapat makna krisis hidup.