NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN PUNAKAWAN DI PEWAYANGAN Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM KEHIDUPAN PUNAKAWAN

DI PEWAYANGAN

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

NAMA : TEZAR ADITIYA MUFID

  NIM : 11111018

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

M

  

OTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

          

  

“........Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kerjakan.”[Al Baqoroh : 11]

“Jangan pernah katakan menyesal apa yang telah diperbuat, tapi

ambilah pelajaran dan hikmah dari apa yang telah diperbuat”

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini ku persembahkan untuk: 

  Kepada kedua orang tua saya yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kerelaan dan pengorbanan baik

  secara lahir maupun batin dengan iringan do‟a restunya.

   Keluarga MI Geyongan yang telah

  memberikan dukungan dan motivasinya, serta do‟anya yang telah memperlancar saya dalam menyelesaikan tanggung jawab ini.

   Kepada bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil.

  selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini

  

  Kepada seluruh teman-teman guru yang telah membantu dan selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW , yang telah menyampaikan dan membimbing umat pada jalan yang diridhoi Allah,dengan semangat dalam menebarkan ilmunya dan nur kemuliyaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

  KEHIDUPAN PUNAKAWAN DI PEWAYANGAN ”..

  Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini.

  4. Mufiq, S.Ag, M.Phil. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

  5. Muhamad Farid Abdullah .S.pd.I selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis

7. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

  Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin

  Salatiga, 27 September 2017 Penulis Tezar Aditiya Mufid NIM : 11111018 ABSTRAK Tezar Aditiya Mufid. 2017. Nilai

  • – nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan Puanakawan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Mufiq S.Ag., M.Phil.

  Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam

  Latar belakang penelitian ini dikarenakan hakekat pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, yaitu menyadari akan manusia yang merdeka, kreatif yang terwujud di dalam budayanya. Namun hingga saat ini menurut beberapa pakar pendidikan belum mampu mencapai titik idealnya yakni memanusiakan manusia. Kurang berhasilnya pendidikan untuk menanamkan nilai humanism terlihat dengan menempatkan Indonesia termasuk Negara korup. Banyak dari generasi muda pada zaman ini yang sudah melupakan nilai-nilai khasanah budaya daerah, khususnya di tanah Jawa terlebih lagi dalam hal kesenian wayang, tokoh wayang yang sangat terkenal dan penuh dengan pesan-pesan moral yaitu Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Maka dari itu peneliti mencoba mendiskripsikan dan menganalisis tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan Punakawan dan relevansinya.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dilihat dari cara dan taraf pembahasannya penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan mencari informasi ke buku-buku serta melakukan wawancara ke dalang dan melihat video wayang Punakawan.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Nilai-nilai Pendidikan agama Islam dalam Pewayangan Punakawan, diantaranya: pendidikan aqidah, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan ukhuwah, amanah, persaudaraan, kesetia kawanan, taat kepada pemimpin dan pengabdian. 2) Relevansi nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pewayangan Punakawan dalam masyarakat sekarang: Dalam pendidikan aqidah, ibadah dan akhlak, pendidikan ukhuwah, amanah, persaudaraan, kesetia kawanan, taat kepada pemimpin dan pengabdian. Hal tersebut dapat memudahkan membangun masyarakat madani (berkarakteristik, damai, rukun dan tolong menolong). Dengan demikian dari semua pendidikan yang disampaikan tokoh Punakawan jika dapat dilakukan oleh manusia maka akan tercipta masyarakat yang madani.

  

DAFTAR ISI

  LEMBAR BERLOGO…………………………………………………………………i HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………...i

  PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….........ii PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………………..iii

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………………iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….........v KATA PENGANTAR………………………………………………………….........vii ABSTRAK……………………………………………………………………………ix

  DAFTAR ISI…………………………………………………………………….........x DAFTAR TABEL………………………………………………………………......xiii

  DAFTAR LAM PIRAN………………………………………………………..........xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………....4 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5

  D.

  Penegasan Istilah….……………………………………………………....5 E. Manfaat Penelitian……………………………………………………….7 F. Metodologi Penelitian……………………………………………………8 G.

  Sistematika Penyusunan………………………………………………….9

  BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai…………….………………………………..…........11 2. Pengertian Pendidikan Islam………………………………………...12 3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam………………………....………...16 4. Pembelajaran Nilai Dalam Pendidikan Islam……………………….17 B. Pewayangan…………………………………………………………......24 C. Punakawan………………………………………………………………25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………... ……………………………33 B. Kehadiran Peneliti……………………………………………………….33 C. Sumber Data…………………………………………………………….34 D. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………………35 E. Analisis Data……………………………………………………………36 F. Pengecekan Keabsahan Data………………………………………...…37

  G.

  Paparan Data Penelitian…………………………………………………39

  BAB IV ANALISIS DATA A. Paparan Data………………….…………... ……………………………46 B. Temuan Penelitian……………………………………………………….46 1)

  Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan Punakawan…………………………………………………………..44

  2) Relevansi nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan

  Pun akawan…………………………………………………………..54 3)

  Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di masyarakat ………………………………………………………..57

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………60 B. Saran …………………………………………………………………….61 DAFTAR PU STAKA……………………………………………………………….63 DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………...

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………… 2. Lembar Konsultasi Skripsi……………………………………………….

  3. Proposal Skripsi………………………………………………………….

  4. Laporan SKK…………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam

  kehidupan sehari-hari. Karena pendidikan agama Islam bersifat teoritis dan praktis. Selain untuk dipelajari pendidikan agama Islam juga untuk diamalkan dalam keseharian dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu dalam pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan dalam setiap lembaga pendidikan harus pandai dalam menentukan dan pemilihan metode, media, alat pembelajaran.

  Anak adalah titipan dari Allah yang sangat besar yang harus dijaga dan dididik sebaik mungkin oleh kedua orang tuanya. Seorang anak dilahirkan dalam keadaan suci, polos dan suci hatinya. Sebagaimana firman Allah

                        

  artinya

  “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan m anusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum : 30) . Apabila dilihat dari ayat di atas, Bahwa setiap manusiayang terlahir ke dunia ini telah dibekali oleh Allah SWT potensi-potensi untuk beriman kepada-Nya dan terhadap setiap apa yang diperintahkan Allah SWT, dan juga bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia diberi kekuatan untuk serta sarana-sarana untuk menjalankan tuntutan-Nya (menjalankan ajaran agama Islam secara menyeluruh), yang mana konsep tersebut berimplikasi secara pasti terhadap pendidikan Islam.

  Usaha pendidikan agama Islam dalam suatu lembaga pendidikan adalah lingkungan pengembangan kepribadian yang shaleh dari apa yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya saat di lingkungan keluarga. Pembentukan keimanan dan akhlak sejak usia dini sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari rumah dengan mengajarkan ayat-ayat Al Quran dan nilai-nilai tauhid sejak dini, sehinga hal itu dapat menjadi filter kehidupan sewaktu mereka masuk ke alam remaja. Pengajaran agama bertujuan untuk membentuk akhlak, sehingga segala perintah dan larangan agama bertujuan untuk membentuk akhlak.

  Dalam era yang serba modern seperti ini dunia pendidikan harus bisa kreatif, inovatif dalam menentukan metode, media dan alat pembelajaran.

  Sehinga dapat bersaing dengan perkembangan zaman sekarang. Budaya di negeri ini yang telah tertutup oleh dengan adanya alat yang serba modern ini telah meracuni pikiran anak-anak dan pemuda sekarang. Apa saja dilihat, didengar, dirasakan, dan yang dialami adalah suatu proses pembelajaran anak. (Suwardi, 2009:98)

  Salah satunya dengan memperkenalkan budaya bangsa ini, yang mempunyai makna yang banyak untuk memperkuat kepribadian dan moral anak negeri, karena banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari nilai-nilai yang terkandung.

  Berbagai ragam budaya yang dimiliki bangsa ini sangatlah banyak, yang dapat dipelajari oleh masyarakat, juda bisa diamalkan makna yang terkandung dalam ragam budaya dalam keseharian. Tidak itu saja budaya negeri harus dilestarikan dan dijaga supaya tidak hilang di kehidupan mendatang. Budaya mempengaruhi moral anak negeri, supaya moral anak negeri tidak hancur seperti halnya sekarang sudah mulai luntur moral anak negeri ini.

  Banyak budaya untuk dipelajari maknanya, salah satunya adalah wayang, wayang sangat bagus untuk dipelajari dan dilestarikan. Wayang adalah termasuk budaya yang telah digunakan oleh penyebar Islam di negeri ini. Di antaranya Sunan Kudus yang memperkenalkan wayang golek, sedang Sunan Kalijaga menyusun wayang topeng dari kisah-kisah wayang gedog, dengan demikian wayang gedog pun sudah mulai memasyarakat di luar keraton. Di masa Mataram Islam wayang semakin berkembang

  (http://triscbn.wordpress.com), dengan wayang tersebut masyarakat pada saat itu tertarik karena wayang dipandang sangat unik, sehingga masyarakat tertarik untuk melihatnya.

  Banyak sekali cerita pewayangan, dari Kurawa, Pandawa Lima, Ramayana, Mahabarata, dan Punakawan, dan yang lainnya. Sebelum zaman Wali Songo, wayang masih bercerita tentang Hindu, dan saat Wali Songo dimasukkanlah unsur-unsur Islam, seperti cerita para nabi, dan juga mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

  Banyak nilai-nilai pendidikan dalam tokoh pewayangan, seperti tokoh punakawan sebagai tokoh yang paling lucu, bentuk tubuhnya yang unik.

  Namun di balik itu semua, banyak nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam tokoh ini, mulai dari bentuk tubuhnya, dan kisah-kisahnya. Nilai-nilai pendidikan agama Islam itu dapat kita pelajari dari kisah dan tokoh tersebut. Wayang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat menarik, dana juga melestarikan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu kala.

  Dengan latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil judul ”NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM AJARAN PEWAYANGAN (PUNAKAWAN)”

B. Rumusan Masalah

  Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini, sebagai berikut:

  1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.?

  2. Apa relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.? C.

   Tujuan Penelitian

  Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan dari pembahasan ini adalah:

  1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.

  2. Untuk mengetahui relevansi niali-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan dalam masyarakat sekarang.

D. Penegasan Istilah

  Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu:

1. Nilai dapat berarti sifat-sifat, yang penting atau berguna bagi kemanusiaan

  (Poerwadarminta, 1982: 667). Dalam difinisi lain bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut suatu jenis apresiasi ataau minat. Sehingga nilai merupakan suatu otoritas ukuran dari subyak yang menilai, dalam artian koridor keumpamaan dan kelaziman dalam batas- batas tertentu yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya (Aziz, 2009: 120) 2. Secara etimologi kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahasa Latin yaitu “educatum” yang tersusun atas dua kata yaitu “E” dan “Duco”. Kata “E” berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara “Duco” berarti perkembangan atau sedang berkembang. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Secara termonologi Menurut KBBI, k ata pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian kata “didik” ini mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan yang mendidik. Arti Islam secara Etimologi dan Terminologi. Arti Islam secara etimologi adalah selamat, damai, dan tunduk. Arti Islam Terminologi adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam

3. Wayang secara etimologi berasal dari kata „bayang-bayang‟. Awalnya

  Wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan roh leluhur atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang. Namun akhirnya berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi maupun ajaran moral. Kata `wayang' berasal dari kata `wewayangan', yang artinya bayangan. dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton melihatnya melalui di balik kelir itu.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki signifikansi teoritis maupun praktis.

  1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan tantang nilai-nilai pendidikan apa yang harus diajarkan kepada anak-anak sehingga anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang sempurna.

  2. Secara praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, orang tua dan pendidik, agar penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam dilakukan sedini mungkin, melalui media dan media apapun yang sangat disukai anak, sebagai contohnya tokoh Pewayangan „Punakawan‟.

F. Metodologi Penelitian 1.

  Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yaitu menggambarkan tentang keadaan objek atau pokok permasalahan yang dikaji dalam studi ini. Dalam hal ini adalah tentang pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di pewayangan..

2. Teknik pengumpulan data

a) Wawancara.

  Penulis dalam menggunakan metode ini dengan cara melakukan dialog dengan narasumber yang terkait untuk memperoleh informasi yang terkait (Arikunta, 2010: 198). Wawancara dilaksanakan pada tanggal 9 September 2017 dengan seorang Dalang bernama Ki Sugeng beralamat Dusun Kenongo Desa Lemahireng Kecamatan Bawen.

  b) Dokumentasi

  Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201).

  Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Elemen tentang sejarah wayang dan cerita-ceritanya

  Video merupakan rekaman gambar dan suara secara elektrolik. Dengan meneliti menggunakan video mempunyai kelebihan dalam mengkomunikasikan informasi yaitu ; dapat menayangkan gambar gerak, dapat memperlihatkan berlangsungnya suatu proses secara bertahap, dapat digunakan sebagai medium observasi yang aman, dapat untuk mempelajari keterampilan tertentu dan dramatisasi yang terdapat sebuah video dapat menggugah emosi audien. Oleh sebab itu video dapat berperan membentuk sikap individu dan sikap sosial.

G. Sistematika Penyusunan

  Sistematika penyusunan dalam penelitian ini dibagi dalam lima (5) bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut: Bab I :Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penulisan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penyusunan.

  Bab II : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian nilai, pendidikan Islam, dan ajaran pewayangan “Punakawan”

  Bab III : Metodologi Penelitian, Membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan “penakawan” Bab IV : Analisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan “penakawan”

  Bab V : Penutup, pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai Menurut Thoha (1996:60-61) nilai adalah suatu kepercayaan yang

  berada dalan suatu ruang lingkup kehidupan dari seseorang terhadap orang lain yang bersifat abstrak, ideal, dan bukan benda konkrit. Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwasannya nilai adalah suatu sifat yang melekat pada diri seseorang yang merupakan suatu kualitas dan ada tolok ukurnya, yang memberi makna kepada orang lain. Pendapat lain mengatakan bahwasannaya nilai adalah sumber kekuatan, karena mereka memberi kekuatan kepada orang-orang untuk bertindak (Scott, 2010:19).

  Nilai Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang berarti : kuat, baik, dan berharga.

  Dengan demikian secara sederhana, nilai (value ) adalah sesuatu yang berguna. Menurut Christoper Gleson, “nilai adalah suatu yang pantas untuk dibela atau diperjuangkan, suatu yang berharga dan demi serta terhadap nilai seseorang bersedia menderita, berkorban, mempertahankannya, bahkan bersedia mati.” Gleson (1997:) dari pengertian ini menunjukkan bahwasannya nilai adalah suatu yang sangat penting dalam diri seseorang yang tidak akan pernah lepas sampai kapanpun.

  Ada juga pendapat lain dari Eyre Richart dan Linda (1997:xxiv- xxv) Nilai adalah kualitas-kualitas yang menguntungkan orang lain dan diri sendiri, yang diberikan sebanyak yang diterima dan yang diterima sebanyak yang diberikan yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.

  Jadi Pendidikan tidak harus merupakan suatu progam atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau bahasa Inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan.

  Nilai Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, ketrempilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aaspek lainnya seperti: kepribadian, etik moral, dan lain-lain.

2. Pengertian Pendidikan Islam

  Sebelum menginjak pembahasan yang lebih mendalam pengertian pendidikan Islam, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan.

  Secara etimologi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.

  Secara terminologi Menurut KBBI, kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian k ata “didik” ini mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan yang mendidik.

  Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mempunyai arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seoran pelayan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, dari kata to educate yang artinya memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006:19).

  Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu mendapat kata tambahan awal me yang jadi “mendidik” yang mempunyai arti yang memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan suatu atau adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan akhlak dan kecerdasan pikiran (Syah, 2004:10).

  Dalam pengertian umum pendidikan dapat diartikan sebai pendewasaan manusia yang meliputi sifat, sikap, moral, kepribadian, watak, pemikiran yang lebih efektif. Adapun definisi yang lebih konkrit, Menurut Muhaimin (2008:37), yang dikutip dari Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwasannya “Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.” Arti Islam secara Etimologi dan Terminologi. Arti Islam secara etimologi adalah selamat, damai, dan tunduk. Arti Islam Terminologi adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan- Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.

  Dari difinisi di atas dapat diambil dua hal yang utama yakni “kedewasaan” dan “tanggung jawab”, kedewasaan dapat diartikan suatu kondisi seseorang yang sudah akil balig atau sudah berusia cukup tua atau masih muda tetapi mempuanyai kecakapan sama dengan orang yang berusia cukup tua. Tanggung jawab yang dimaksud adalah mampu meneriama sebab dan akibat yang telah dilakukannya.

  Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, al Quran, tarikh Nabi, dan lain sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Rofiq (2009:20) “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam, yaitu kepribadian muslim. Dapat diartikan bahwa pendidikan islam berdasarkan tiga unsur yang saling mendukung, yang pertama adalah upaya pembimbingan pengokohan jasmani dan rohani yang seimbang, yang kedua bimbingan tersebut yang bersumber dari Al- Qur‟an, as-sunnah, dan ijtihad, yang sesuai dengan ajaran Islam, dan yang ketiga, usaha tersebut yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan nilai-niali Islam, dan menjadikan manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

  Menurut Chabib Thoha, pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-

  Qur‟an dan hadits (Thoha, 1996:99). Dari pengertian tersebut tidah jauh beda dengan pengertian yang sebelumnya, yaitu sama- sama membentuk kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam.

  Masih banyak lagi pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pendidikan Islam yang dapat kita ambil dan kita pahami, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk membimbing manusia baik jasmani dan rohani dari tingkat kehidupan individu dan sosial, supaya lebih dewasa dalam menyikapi tanggung jawab di dunia, sesuai dengan Al-

  Qur‟an, Hadis dan Ijtihat, sehingga terbentul manusia yang seutuhnya, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

  Konsep pendidikan Islam mengacu pada kehidupan manusia yang seutuhnya, tidah hanya menyoroti atau mementingkan dari salah satu aspek pendidikan itu sendiri sepertihalnya dari aspek keyakinan (akidah), ritual (ibadah), norma-etika (akhlak) aja. Namun jauh lebih luas dan dalam dari dari semua hal tersebut. Pada dasarnya para pendidik Islam memiliki pandangan yang sama bahwasannya pendidikan islam mencakup berbagai bidang seperti: keagamaan, akidah dan amaliyah, akhlak dan budi pekerti, fisik-biologis, eksak, mental psikis, dan kesehatan. Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi: a.

  Setiap proses perubahan yang menuju arah perkembangan dan kemajuan harus didasarkan pada ruh ajaran Islam b.

  Perpaduan dari pendidikan akal (intelektual, rohani (spiritual), perasaan (emosi), mental dan jasmani.

  c.

  Keseimbangan antara jasmani dan rohani, keimanan dan ketakwaan, pikir dan dzikir, ilmiah dan amaliah, materil dan spiritual, individu dan sosial, serta dunia dan akhirat.

  d.

  Relisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan untuk menghambakan diri hanya semata-mata karena Allah, dan fungsi sebagai khalifah Allah, untuk melaksanakan tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan, melestariakan, dan memakmurkan alam semesta (Roqib, 2009:22).

4. Pembelajaran Nilai dalam Pendidikan Islam

  Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Hakekat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai (Muhaimin dan Mujib, 1993: 136-137).

  Lebih dari itu fungsi pendidikan islam adalah warisan dan pengembangan nilai-nilai Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di semua tingkat dan bidang pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. (Muhaimin dan Mujib, 1993: 138) Daripada itu nilai-nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak dini supayadapat mengetahui dan memahami nila-nilai agama dalam kehidupannya serta dapat merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, akhlak, ibadah.

  a.

  Aqidah Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktifitas keseharian

  (Zainuddin, 1991:97) iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.

  Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua.

  Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan suatu pilar yang mendasari keislaman seseorang. Pembentukan iman harus diberikan kepada anak sejak dini, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Niali-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan pada anak dengan cara: 1)

  Memperkenalkan nama Allah SWT dan RasulNya 2)

  Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan.

  3) Memperkenalkan kemaha Agungan Allah SWT (Nippan; Halim,

  2001:176) Rasulullah SAW adalah orang yang menjadi suri tauladan bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan kepada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman yang harus diberikan kepada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid kepada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulnya, mengajarkan Al Qur ‟an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan (Hafidz, 1997:110).

  Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al Qur‟an pada anak- anaknya sejak kecil. Pengajaran Al Qur‟an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman yang kuat bagi anak.

  Pada saat pelajaran Al Qur‟an berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah tuhan mereka dan Al Qur‟an adalah firman-firmannya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

  Iman yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya (Hafidz, 1997:147). Semakin kuat nilai pengorbanannya akan semakin kokoh iman yang dimilikinya.

  Hal ini telah ditegaskan bahwasannya seseorang yang dilahirkan kecuali dalam keadaansuci dari kesalahan dan dosa, dan orang tuanyalah yang mmendidik seorang anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. dan perkembangan selanjutnya tergantung pada orang tua dan pendidiknya. Pendidikan keimanan termasuk aspek- aspek pendidikan yang patut mendapatkan perhatian pertama dan utama dari orang tua. Maka orang tua wajib mengarahkan anaknya agar sesuai dengan fitrahnya.

  Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang.

  Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya.

  Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya (Daradjat, 1993: 55).

  Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih dini, dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam Al-

  Qur‟an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anak-anaknya begitu juga sebaliknya.

  Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. supaya dapat diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.

  b.

  Pendidikan Ibadah Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara :

  1) Mengajak anak ke tempat ibadah

  2) Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah

  3) Memperkenalkan arti ibadah

  4) Melakukan pembinaan shalat

  5) Pembinaan mengenai ibadah puasa

  6) Pembinaan mengenai ibadah

  7) Pembinaan mengenai ibadah (Hafizh, 1997:28)

  Karena ibadah dari anak akan menambah keyakinan kebenaran ajarannya. Semakin rajin ibadah maka akan semakin tinggi nilai keimanannya. Sehingga pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah.

  Pembinaan ketaatan pada anak juga dimulai dalam keluarga, kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan soholat, meniru orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu (Daradjat, 1993: 60-61). Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajibannya.

  Ibadah merupakan tujuan hidup manusi diciptakan-Nya dimuka bumi. Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam islam bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah. Oleh karena itu. Allah berfirman dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56:

        

  Artinya : “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan su paya menyembahku” (QS. Adz Dzariyat: 56).

  Dari ayat diatas dapat dipahami bahwasannya umat manusia dalam keadaan apapun dan dimana pun harus melaksanakan ibadah.

  Dalam melaksanakan ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas tidak hanya melaksanakan shalat saja, melaikan dalam arti yang sangat laus seperti halnya berdakwah, membantu orang, sedekah, dsb.

  c.

  Pendidikan akhlak Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, dari khuluq yang menurut bahasa berarti “adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertindak.” Adapun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, yang dapat dibina serta dapat diciptakan dalam diri masing-masing pribadi (hafizh, 1997:178).

  Dengan demikian dari pengertian pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara terus menerus dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

  Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi perkerti, dilihat dari segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan sifat yang terpuji, seperti: jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka beramal, berani dalam kebenaran dan sebagainya.

  Perlu diketahui bahwa akhlak tidak hanya pada perintah hubungan antara manusia dengan manusia, namun juga mengatur hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini bahkan juga mengatur hubungan manusia dengan tuhannya.

B. Pewayangan

  Wayang merupakan salah satu dari seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Yang mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tanggal 7 Novembe 2003.

  Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak dahulu, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik dan ada yang jahat.(http://umum.kompasiana.com/2009) Dari pengamatan para ahli wayang asal usul wayang ada dua pendapat.

Dokumen yang terkait

NILAI INTEGRALITAS "KAWULA-GUSTI" PADA FIGUR PUNAKAWAN DALAM PEWAYANGAN

0 23 88

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 144

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 221

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 138

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 104

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI KARYA DEDDY MIZWAR SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 191

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT KI HAJAR DEWANTARA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 107