Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Think Pair SHARE (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Delik 01 Semester II Tahun Ajaran 2013-2014

KAJIAN PUSTAKA

  2.1 Kajian Teori

  Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah (1) Pembelajaran IPA, (2) Keaktifan, (3) Hasil belajar, (4) Pembelajaran Think Pairr Share (TPS)

  2.2 Pembelajaran IPA

2.2.1 Hakikat Pembelajaran IPA

  Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam. Dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya.

  Menurut Depdiknas (2006: 443), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan (discovery). IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus,siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang seharusnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi. Penggalian keingian tahuan siswa ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya: metode eksperimen, demonstrasi, membaca artikel fisis, mendeskripsikan fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan lain-lain dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep dan pola sendiri secara konstruktif. Hakikat IPA mencakup tiga aspek yaitu proses, produk, dan sikap. IPA sebagai proses berarti IPA diperoleh melalui kegiatan mengamati, eksperimen, berteori, menggeneralisasi, dan sebagainya. IPA sebagai produk artinya mempelajari konsep, hukum, azas, dikembangkan sikap ingin tahu, terbuka, jujur, teliti, kerjasama, dan sebagainya. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup tiga aspek dalam IPA yaitu proses, produk, dan sikap.

2.2.2 Tujuan pembelajaran IPA di SD

  Dalam KTSP 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2)

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3)

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4)

  Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5)

  Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6)

  Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7)

  Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

  Tujuan di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA di SD, hendaknya tidak menitikberatkan pada upaya pencapaian akademik semata, tetapi juga berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara komprehensif.Dengan demikian, penyajian materi atau konsep tidak dilakukan secara informatif melalui ceramah. Pembelajaran IPA, sebaiknya melibatkan siswa dalam kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Agar situasi ini terjadi, dengan demikian, memilih model dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah tujuan pendidikan IPA seperti yang diharapkan dapat tercapai.

2.2.3 Pembelajaran IPA di SD

  Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalamGuru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

  IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut: 1.

  Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to

  do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya dengan

  meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya.

  Learning to live together , artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi

  dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama. Prinsip Inkuqiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak.

  3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.

  4. Prinsip Saling temas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi.

  Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.

  5. Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

  6. PrinsipPembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

  7. Prinsip Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

  Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

   Menurut Sudjana, (2010:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneriman pengalaman belajarnya.

  Menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang dapat dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam perbuatan. dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian dalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Soedarto (1997:49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dan setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990:22).

  Menurut Slameto dalam Anwar dan Hendra (2011:107) “Hasil belajar adalah sutau proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, berupa hasil pengalamannya dalam interkasi dengan lingkungannya”.

  Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diuk ur”.

  Menurut Sudjana, (2008:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneriman pengalaman belajarnya. Menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang dapat dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam perbuatan.

  Berdasarkan definisi hasil belajar menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2.3.2 Faktor – Faktor yang Menpengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Wina Sanjaya (2009:170) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu, 2) Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial.

  Faktor dari dalam (intern) atau faktor individu berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi adalah motivasi.

  Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar (ekstern) atau faktor sosial yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan menantang.

2.4 Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

  (TPS)

  Pertanyaan yang perlu diajukan adalah bagaimana model pembelajaran dengan metode tipe Thing Pair Sharing (TPS) berkorelasi dengan keaktifan dan hasil belajar IPA? Menjawab pertanyaan ini, maka perlu untuk melihat bagaimana sesungguhnya manfaat model pembelajaran berbasis masalah itu sendiri. Berdasarkan pada paparan teoritis dan sintaks model pembelajaran metode pembelajaran ini dirancang agar siswa terlibat lebih banyak dalam pembelajaran. Keterlibatan itu dapat dilihat pada sintaks dimana siswa dengan model pembelajaran ini dikondisikan untuk berfikir menjawab pertanyaan, termasuk mengambil kesimpulan dari hasil pemikiran berdasarkan pertanyaan yang diajukan. Sintaks ini secara langsung menjadikan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Keterlibatan penuh inilah menjadikan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

  Logika yang dibangun adalah, semakin sering siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, siswa dapat mengalami dan berproses mulai dari merumuskan masalah hingga mengambil kesimpulan berdasarkan masalah yang diajukan. Dengan sering terlibat secara aktif dalam pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih memahami keseluruhan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan lebih memahami materi pelajaran, makin memudahkan siswa ketika siswa diajukan pertanyaan untuk diselesaikan dalam bentuk tes. Situasi ini membawa konsekuensi siswa lebih mudah memahami pelajaran dan siswa lebih mudah menjawab soal.prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

  2.4.2 Langkah – langkah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think pair share TPS

  Model dengan pembelajaran metode koopratif tipe Think Pair Share (TPS) mempunyai langkah-langkah pembelajaran tersendiri walaupun tidak terlepas dari konsep umum langkah-langkah metode kooperatif tipe Think pair share (TPS ) menurut Kunandar (2009:367) dapat dilihat pada table 2.2 dibawah ini:

  

Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

  Langkah-Langkah Tingkah Laku Guru Langkah I : Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

  

Thinking (berpikir) berkaitan dengan pelajaran; dan siswa diberi waktu

  satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut Langkah II : Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan Pairing (berpasangan) mendiskusikan yang telah dipikirkan. Langkah III : guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk

  

Sharing (berbagi) berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara

  keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Sumber: Kunandar (2009:367)

  Dari langkah-langkah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think

  

Pair Share (TPS) yang dikemukakan oleh Kunandar (2009:367), belum

  dicantumkan sintaks pembelajaran kooperatif secara keseluruhan. Langkah- langkah dalam pembelajaranpun menggunakan kegiatan awal, inti dan akhir. Oleh karena itu, penulis menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menggabungkannya dengan sintaks pembelajaran kooperatif yakni sebagai berikut: A.

  Kegiatan Awal 1.

  Membuka Pelajaran: memeriksa kesiapan peserta didik.

  2. guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

  3. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan dan direncanakan.

  4. Guru membentuk kelompok Kegiatan Inti

  Tahap think: Eksplorasi 1.

  Memahami peta konsep tentang pembentukan tanah.

  2. Menjelaskan materi tentang pembentukan tanah.

  3. Siswa mampu menjelaskan pembentukan tanah.

  Tahap pair: Elaborasi 1.

  Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, individu, dan diskusi kelompok untuk menemukan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan, tentang pembentukan tanah.

  2. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan yang dilakukan baik lisan maupun tulisan secara individual maupun kelompok, tentang pembentukan tanah.

  3. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, tentang pembentukan tanah.

  4. Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan mengenai pembentukan tanah.

  5. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang pembentukan tanah 6.

  Siswa mengerjaka Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang pembentukan tanah secara individu, kemudian secara berpasangan untuk mendiskusikan hasil kerjanya, setelah itu siswa kembali dalam kelompok banyak, yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

  7. Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa mengarahkan jika masih terdapat hal-hal yang belum dipahami mengenai pembentukan tanah.

  8. Setiap kelompok persentase di depan kelas, mempersentasekan hasil diskusinya tentang pembentukan tanah.

  Konfirmasi 1.

  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa mengenai pembentukan tanah.

  2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan tentang pembentukan tanah.

  C.

  Kegiatan Penutup 1.

  Guru memberi penguatan/penghargaan terhadap hasil diskusi.

  2. Guru mengadakan evaluasi.

  2.4.3 Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Think pair share TPS

  Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran Think-Pair-Share Tidak ada metode belajar yang sempurna yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Suatu metode belajar pasti mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan dari metode belajar dapat tercapai apabila ada tanggung jawab individual dari setiap anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual setiap anggota kelompok.

  Selain itu diperlukan adanya pengakuan kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerja sama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok sangat penting. Kelemahan yang ada diharapkan dapat diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk belajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

  Menurut Lie (2008: 86) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini.

  

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran TPS

  Kelebihan Kekurangan 1.

  1. Meningkatkan partisipasi siswa Lebih banyak kelompok yang akan dalam pembelajaran. melapor dan perlu dimonitor.

  2.

  2. Cocok digunakan untuk tugas Lebih sedikit ide yang muncul. yang sederhana.

  3. Jika ada masalah tidakad penengah 3. lebih banyak

  Memberikan kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.

4. Interaksi antar pasangan lebih mudah.

  5. Lebih mudah dan cepat dalam membentuk kelompoknya

2.5 Hubungan Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair

  Share (TPS), Keaktifan dan Hasil Belajar

  Berdasarkan uraian diatas bahwa ada hubungan erat antara pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan keaktifan dan hasil belajar. Hubungannya dapat dilihat dari pembelajaran dengan metode Think Pair

  

Share (TPS) yang merupakan salah satu tipe dari pembelajaran model kooperatif,

  yaitu pembelajaran yang di bentuk dalam kelompok atau berdiskusi dan berkerja sama antar siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran juga melatih siswa untuk bisa aktif dan berani berpendapat. Pada pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar karena materi yang akan diajarkan akan diajak untuk berpikir sendiri yang berkaitan dengan materi, dari pembelajaran IPA tersebut. Jadi siswa dapat lebih bisa untuk memahami materi pelajaran serta membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga siswa lebih bisa memahami materi itu. Dengan adanya hasil belajar siswa juga diharapkan akan mencapai criteria KKM, yaitu diatas 65.

2.6 Kajian hasil penelitian yang relevan

  Penelitian ini juga didassarkan pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh beberapa penulis yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah Dasar.

  Peneliti yang dilakukan oleh Indama Maria Ulfa, yang berjudul pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Lawang. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa secara simultan metode pembelajaran kooperatif

  

Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini

  ditunjukkan dari nilai rata-rata nilai kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,77 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,65. hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara siswa kelas eksperimen yang diajar dengan Think Pair Share (TPS) dan siswa kelas kontrol yang diajar dengan metode konvensional.

  Karimah Inayatul (2008). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model

  

Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi

siswa kelas X-G MAN Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi

  belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 7,32%. Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan rerata sebesar 8,51 dengan porsentase ketuntasan belajar secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 26,83% Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model TPS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas X- G MAN Lamongan, sehingga dapat disarankan kepada guru untuk menggunakan pembelajaran kooperatif model TPS pada pokok bahasan yang lain (selain pembelajaran seperti menggabungkan pembelajaran kooperatif model TPSatau pembelajaran kooperatif yang lain dengan kegiatan praktikum untuk menghindari perasaan bosan pada siswa.

  Dari penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran tipe

  

Think Pair Share (TPS) dapat membantu proses pembelajaran untuk

  meningkatkan hasil belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian lagi dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian yang terdahulu. Perbedaanya antara lain: 1.

  Pada penelitian terdahulu, para penulis belum memasukan variabel yang diteliti, artinya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think

  Pair Share (TPS), penulis menduga dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

  2. Subjek penelitian. Pada penelitian terdahulu subjek penelitiannya adalah siswa sekolah yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subjek didik, merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar. Situasi sekolah yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu berkontribusi terhadap partisipasi dan hasil belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih subjek penelitian yaitu siswa kelas V SD Negeri Delik 1, penulis bermaksud melihat efektivitas penerapan model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Delik 1. Artinya, jika model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini efektif, maka model ini akan menjadi rujukan bagi sekolah yang bersangkutan, maupun sekolah yang berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja yang memiliki situasi yang berbeda-beda.

   Kerangka Berpikir

  Berikut ini adalah kerangka berpikir untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan pembelajaran Think Pair Share (TPS).

  Pola berpikir sistematis

  Kondisi

  

Guru masih menggunakan

dan hasil belajar

  awal

  

metode konvensional belum

siswa rendah dan tidak

menggunakan pembelajaran

memuaskan

  

Think Pair Share (TPS)

SIKLUS 1 Menerapkan pembelajaran

  Think Pair Share (TPS) sesuai

  Sudah Menerapkan Tindakan

  dengan langkah-langkah dan

  pembelajaran Think

  sintaks pembelajaran Think Pair Pair Share (TPS)

  Share (TPS) dan dengan pemberian lembar kerja serta

  evaluasi Kondisi akhir

  SIKLUS 2 Menerapkan pembelajaran Think Pair Share (TPS) pembelajaran yang dilakukan tidak berbeda dengan pembelajaran pada siklus

  I Diduga melalui penerapan pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil

  belajar siswa

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.8 Hipotesis tindakan

  Berdasarkan uraian dalam landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut, ”dengan penggunaan model pembelajaran metode kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA SD Negeri 01 Delik Kecamatan tuntang, Kabupaten Semarang Semester 2/2013/2014 diharapkan dapat meningkat.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobo

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Examples Non Examples Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobo

0 0 64

Pengalaman Menjadi Ibu Di Usia Dini Di Desa Leo-Leo Rao, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Rao, Provinsi Maluku Utara Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengalaman Menjadi Ibu Di Usia Dini di Desa Le

0 0 30

BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab Ini Akan Membahas Pengertian IPA 2.1.Pelajaran IPA 2.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Dis

0 0 10

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Discovery Di SDN Mangunsari 05 Kec Sidomukti Salatiga Tahun 2013/2014

0 0 35

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Se

0 0 19

BAB III METODE PENELITAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

0 0 42