Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi kasus kp.pejamuran, Ds.Pasilian, Kec.Kronjo, Kab.Tangerang)

(1)

(Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh : MAKHSUS NIM 109015000131

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013


(2)

(3)

(4)

ii Nama : Makhsus

Nim : 109015000131

Jurusan : Pendidikan IPS (Geografi) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL 12 TAHUN (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)” merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Januari 2014

Makhsus NIM. 109015000131


(5)

iii

Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang). Skripsi, Program Studi Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan formal 12 tahun studi kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Yang dimaksud persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasi data-data inderakita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari pola pikir masyarakat di sekeliling (lingkungan), dan persepsi ini bisa berkembang menjadi pola pikir, dan selanjutnya menjadi jalan hidup dalam masyarakat yang menunjukan bahwa masyarakat memiliki persepsi positif dan persepsi negatif tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang yang berjumlah 690 jiwa dan yang menjadi sampel penelitian ini sejumlah 40 jiwa masyarakat, dengan menggunakan purposive sampling. Metode penelitian menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tehnik observasi, wawancara dan angket untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pendidikan.

Temuan data yang ada dilapangan melalui observasi memperlihatkan bahwa masyarakat pejamuran memiliki kehidupan yang membudaya dan memiliki alam yang asri, serta memiliki keadaan ekonomi dengan hirarki yang beragam. Selain itu dari hasil wawancara ditemukan terdapat persepsi negatif yang ditunjukan oleh masyarakat kampung pejamuran. Bahkan lebih beragam lagi hasil temuannya ketika dilapangan setelah menyebar angket yang menunjukan bahwa terdapat 47,5% persepsi positif, 52,5% persepsi negatif yang ditunjukan oleh masyarakat kampung pejamuran. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat persepsi persepsi negatif 52,5% dan persepsi positif 47,5% yang berkembang didalam persepsi dan polapikir masyarakat kampung pejamuran. Diindikasi terdapat persepsi negatif dan positif yang ditemukan oleh peneliti didalam pola pikir masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun dikampung pejamuran,desa pasilian, kecamatan kronjo.


(6)

iv

12 Years of Formal Education (Case Study at Pejamuran Village of Kronjo, Pasilian District, Tangerang Region). Thesis, Geography Studies Program Departement of EdukationSosial Sciences, Tarbiyah and Teaching Faculty State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aim of this research is to get the information about the people’s

perception in the matter of the importance 12 years of formal education. This research is a Case Study in Pejamuran village of Pasilian, Kronjo district, Tangerang region.

Perception is a process of combining and organizing our senses data to be developed so we can realize the way of thinking of the people around us. Then, this way of thinking will grow to become the way of life in the society which will show that the society is having the positive perception or negative perception about education.

The population in this research is the people of Pejamuran village of Pasilian, Kronjodistirct, Tangerang region which is having the total number of 690 lives. And the sample of the research is 40 people taken by Purposive Sampling Method. The method of the research is Qualitative Descriptive Method. The technique of the data collection uses Observation technique in the forms of Interview and Questionnaire.The data found on the field from the observation shows that Pejamuran people have natural area with cultural and various economical lives. In the other side, based on the result of the interview, Pejamuran people have negative perception. This negative perception is more clearly defined after the result of the questionnaire is studied. It shows that the people of Pejamuran have 47,5% Positive perceptiona and 52,5% Negative perception. Keyword : Perception, Edukation


(7)

v

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pendidikan ini dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kitaNabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, parasahabatnya, dan para pengikutnya.

Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidkan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan penelitian pendidikan ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS, beserta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3. Bapak. Drs, Muhammad Arif, M.Pd, sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan waktunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pendidikan ini.

4. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di Universitas ini.


(8)

vi mengucapkan banyak terima kasih.

6. Kepada seluruh staf perpustakaan umum dan fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis mengucapkan banyak terima kasih.

7. Bapak. H.Nasiri selaku kepala Desa Pasilian beserta para stafnya. Saya mengucapkan terima kasih juga kepada seluruh stap Balai Desa yang tidak bias saya sebutkan satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa terima kasih dan rasa hormatsaya.

8. Kepada orang tua, serta kakak tersayang, terimakasih atas segaladoa, perhatian, motivasi dan kasih sayang.

9. Kepada sahabat-sahabat Wahyu Dwijayanto (Dj), Ajami Solihin (Jamong), Agus Suherman (Cikal), Akbar Fauzi (Kober), Halikin (Jorge), Rini Suhartini ,Lutfi (syuex), Fadli Yajid (pajid), Abdil Ajiz (Gagap), Abduh Abdurrahman, Muhammad MahbubJaelani (Mbub), Fakhrurrozi. Yang telah memberikan motivasi, waktu, tenaga, dan kesempatan untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2009 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Wahyu Dwijayanto, Lutfi, Abdul Aziz, Akbar Fauzi, mahbub, dll. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.

Jakarta, 7 Januari 2014 Penulis


(9)

vii

Halaman Pernyataan……… ii

Abstraksi……… iii

Kata pengantar……… . vi

Daftar Isi……….. vii

Daftar Label……… ix

Daftar Lampiran……….. x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..……… 1

B. Identifikasi ……… 5

C. Pembatasan Masalah……… 5

D. Rumusan Masalah……… 5

E. Tujuan dan Manfaat……… 5

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGKAJIAN HIPOTESIS A. DiskripsiTeoritik 1. Hakikat Persepsi……… 7

2. Hakikat Pendidikan……… 10

3. Hakikat Masyarakat……… 16

B. Hasil Penelitian yang Relevan……… 21

C. Kerangka Berpikir……… 24 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


(10)

viii

C. Metodologi Penelitian……… 27

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data……… 28

E. Pemeriksaan Keabsahan Data……… 37

F. Analisi data ………. 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data……… 39

B. Pembahasan ……… 48

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan……… 52

B. Implikasi ……… 52

C. Saran ……… 53

DAFTAR PUSTAKA……… 54


(11)

ix

Tabel 1.2 Data Tingkat Ekonomi Kampung PejamuranTahun 2013 3

Table 1.3 Data Tingkat Pendidikan Kampung Pejamuran Tahun 2013……… 4

Table 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……… 23

Table 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi……… 27

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket……… 33

Tabel 4.1 Data Tingkat Pendidikan KronjoTahun 2011……… .. 38

Tabel 4.2 Data Tingkat Ekonomi Kampung PejamuranTahun 2013 39 Tabel 4.3 Persentase Kebutuhan Masyarakat Kampung Pejamuran Terhadap Pendidikan Formal 12 Tahun……… 43

Tabel 4.4 Persentase Persepsi Masyarakat Kampung Pejamuran Terhadap Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun…... 43

Tabel 4.5 Persentase Persepsi Anak-anak Masyarakat Kampung Pejamuran Berhak Mendapatkan Pendidikan Formal 12 Tahun……… 44

Table 4.6 Persentase persepsi anak-anak masyarakat kampung pejamuran mempunyai sikap bertanggung jawab hasil dari proses pendidikan formal 12 tahun……… 44


(12)

x


(13)

xi

Lampiran 1 Pedoman Observasi……… 56

Lampiran 2 Angket Penelitian……….. 57

Lampiran 3 Data Hasi l Angket Penelitian……… 58

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Kepala desa……… 59

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Sekertaris Kepala desa…….. 60

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Ketua Badan Permusyawaratan Desa………... 61

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat…………. 62

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Tokoh Pendidikan…………. 63

Lampiran 9 Pedoman Wawancara Bapak Asim……….. 64

Lampiran 10 Pedoman Wawancara Bapak Sukeni……… 65

Lampiran 11 Pedoman Wawancara Ibu Jalalah………. 66

Lampiran 12 Pedoman Wawancara Ibu Nafsiah……… 67

Lampiran 13 Pedoman Wawancara Ibu Jumenah……….. 68

Lampiran 14 Transkrip Wawancara Kepala Desa……… 70

Lampiran 15 Transkrip Wawancara Sekertaris Kepala Desa….. 73

Lampiran 16 Transkrip Wawancara Ketua Badan Permusyawaratan Desa……… 76

Lampiran 17 Transkrip Wawancara Tokoh Masyarakat…………. 79


(14)

xii

Lampiran 20 Transkrip Wawancara Bapak Sukeni……… 87

Lampiran 21 Transkrip Wawancara Ibu Jalalah……… 89

Lampiran 22 Transkrip Wawancara Ibu Nafsiah……… 91

Lampiran 23 Transkrip Wawancara Ibu Jumenah……….. 93

Lampiran 24 Data Penduduk 2013 dari Badan Permuswaratan Desa……… 95


(15)

1 A. Latar belakang

Dalam kehidupan dimasyarakat tidaklah luput dari polemik pola pikir ataupun persepsi yang menjadi sandaran kehidupan yang dimiliki masyarakat dalam mengenal lingkungan sekitar mereka.

“Persepsi menurut Abdurrahman Saleh adalah proses yang

menggabungkan dan mengorganisasi data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di

sekeliling”.1

Menurut M.Alisuf Sabri bahwa persepsi atau tanggapan adalah sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya di dalam jiwa kita. Hal itu dimungkinkan oleh kesanggupan chemis dari jiwa kita. Bekas jejak/kesan yang tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (reproduksi) sebagai tanggapan.2

Menurut Muhammad Said dan Junimar Affan bahwa Persepsi adalah proses yang membeda-bedakan rangsangan yang masuk untuk selanjutnya diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor. Proses itu dimulai dengan masuknya beberapa ransangan melalui panca indra kita yang jumlahnya sekarang lebih dari lima (panca) rangsangan-rangsangan itu ke pusat-pusat pengelolahan untuk kemudian diberi makna.3

Menurut Bagus takwin bahwa dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial.4

1Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana, 2004), h.110.

2 M. Alisuf Sabri, pengantar psikologi umum dan perkembangan,(jakarta, pedoman ilmu

jaya 2010) cet.5,hal 60.

3 Muh.Said dan Junimar Affan, psikologi dari zaman ke zaman, (bandung, jemmars

bandung 1990) edisi kedua, hal 45.

4Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito W.


(16)

Persepsi merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengeveauasi orang lain. Dengan proses itu, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk di dasarkan pada pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsangan-rangsangan yang relevan.5

Dari penjelasan diatas bahwa persepsi itu bisa mempengaruhi pola pikir secara efektif dikeluarkan oleh jiwa kita dari proses persepsi tersebut. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan dan begitu pula faktor-faktor yang mempengaruhi arti penting pendidikan seperti bervariasinya masalah yang ada dalam proses pendidikan dari sekiditnya minat anak melanjutkan sekolahnya, mementingkan pekerjaan di bandingkan melanjutkan tingkat pendidikan, menilai izajah hanya menjadi prasyarat untuk melamar pekerjaan bukan hasil dari proses pendidikan yang hakikinya. Sangat ironis memang, tapi hal ini yang menjadi kenyataan betapa rendahnya arti pendidikan di mata masyarakat.

Masyarakat khususnya orang tua mempunyai pandangan bahwa pendidikan adalah hal yang tidak penting, akan tetapi hal itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan ekonomi yang kurang mendukung, sehingga pentingnya pendidikan hanya digambarkan untuk pekerjaan saja. Yaitu, bagaimana mencari uang ataupun membantu pendapatan orang tua, dan faktor lain yang mempengaruhi pandangan masyarakat tentang anak putus sekolah terhadap pendidikan adalah rendahnya kualitas ekonomi serta pengaruh lingkungan sekitar seperti pergaulan dengan orang dewasa, merokok sehingga memberi dampak negatif terhadap arti penting pendidikan.


(17)

Suatu data ini akan menunjukan bahwa adanya keterpurukan pendidikan di daerah kampung pejamuran, seperti pada tabel ini:

Tabel 1.1

Data tingkat pendidikan dikampung pejamuran Tahun 2010

Desa Pasilian Tingkat Pendidikan Jumlah

SD SLTP SLTA D III Sarjana

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kampung

Pejamuran 242 224 110 0 4 580

Sumber dari : Badan Permusyarawatan Desa (BPD) data Tahun 2010.

Dari data di atas kampung pejmuran data tingkat pendidikan SD 242 orang, SLTP 224 orang, SLTA 110 orang, DIII tidak terdapat dan Sarjana 4 orang. Sehingga memang ironis pendidikan di kampung Pejamuran ini yang sedikit sekali masyarakat yang anaknya melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, tapi angka tertinggi per-tama dan ke-dua pekerja ada pada tingkat pendidikan SD dan SLTP.6

Tabel 1.2

Data Tingkat Ekonomi Kampung Pejamuran Tahun 2013

RT

Tingkat Keadaan Ekonomi

kampung pejamuran JUMLAH KET

RENDAH SEDANG TINGGI

01 72 Jiwa 40 Jiwa 25 Jiwa 137 Jiwa

02 67 Jiwa 52 Jiwa 37 Jiwa 156 Jiwa

03 57 Jiwa 48 Jiwa 23 Jiwa 128 Jiwa

04 73 Jiwa 53 Jiwa 31 Jiwa 157 Jiwa

05 49 Jiwa 43 Jiwa 20 Jiwa 112 Jiwa

6


(18)

Table 1.3

Data Tingkat Pendidikan Kampung Pejamuran 2013

RT RW

Tingkat Pendidikan Akhir Masyarakat Kampung Pejamuran

SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK D3 S 1

01 01 63 jiwa 43 jiwa 27 jiwa - 4 jiwa

02 01 73 jiwa 37 jiwa 45 jiwa - 1 jiwa

03 01 53 jiwa 41 jiwa 34 jiwa - -

04 01 60 jiwa 45 jiwa 50 jiwa - 2 jiwa

05 01 46 jiwa 29 jiwa 35 jiwa - 2 jiwa

Sumber dari : Badan Permusyarawatan Desa (BPD) pembaharuan dan pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti.7

Arti pendidikan dimasyarakat sangat begitu ironis memang jika kita tidak lakukan evaluasi pendidikan terhadap masyarakat maka akan menjadi apa anak bangsa generasi selanjutnya.

Dari latar belakang di atas maka peneliti tergugah hatinya karna peneliti sangat ingin meneliti masalah tersebut sehingga peneliti

mengambil judul dalam penelitiannya yaitu ”Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya pendidikan formal 12 tahun” (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang).

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak dan menjelaskan aspek permasalahan di dalam area penelitian. Maka sedikitnya dapat diindentifikasi masalah seberapa penting persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan formal 12 tahun masyarakat kampung pejamuran yang rendah dan kondisi ekonomi yang kurang mendukung.

7Penulis ketua Badan Permusyawaratan Desa Pailian Bpk.Jamanuri. Sumber dari : Badan


(19)

2. Kondisi tingkat pendapatan masyarakat kampung pejamuran pada umumnya masyarakat ekonomi rendah.

3. Cukup banyak anak usia pendidikan dikampung pejamuran lebih memilih untuk mencari uang dan membantu pekerjaan orang tua.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas selanjutnya peneliti menfokuskan dan membatasi terhadap masalah persepsi masyarakat tentang pendidikan formal 12 tahun dikampung Pejamuran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah seperti diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimanakah persepsi masyarakat Kampung Pejamuran tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat Kampung Pejamuran tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1) Manfaat penyusunan laporan penelitian bagi peneliti, adalah: a) Merupakan bukti telah ditemukan masalah baru dalam

masalah pendidikan diKampung Pejamuran, Desa Pasilian Kecamatan Kronjo.

b) Untuk menunjukan hasil temuannya dan memberikan informasi supaya dikenal oleh banyak pihak dan membuat hasil penelitian menjadi lebih ada makna.


(20)

2) Bagi pembaca, dengan adanya informasi dari penelitian ini dari suatu masalah yang terungkap dan diharapkan bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasannya.

3) Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini menjadi contoh dan lebih baik dan sejalan lagi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat Kampung Pejamuran, diharapkan dapat memberi arah dan motivasi untuk menjadi manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan negara.

2) Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

3) Bagi UIN JKT, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.


(21)

7 A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Persepsi a. Pengertian Persepsi

“Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”.1

“Persepsi menurut Abdurrahman Saleh adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasi data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling”.2

Menurut M.Alisuf Sabri bahwa persepsi atau tanggapan adalah sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya di dalam jiwa kita. Hal itu dimungkinkan oleh kesanggupan chemis dari jiwa kita. Bekas jejak/kesan yang tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (reproduksi) sebagai tanggapan.3

Menurut Muhammad Said dan Junimar Affan bahwa Persepsi adalah proses yang membeda-bedakan rangsangan yang masuk untuk selanjutnya diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor. Proses itu dimulai dengan masuknya beberapa ransangan melalui panca indra kita yang jumlahnya sekarang lebih dari lima (panca) rangsangan-rangsangan itu ke pusat-pusat pengelolahan untuk kemudian diberi makna.4

Menurut Bagus takwin bahwa dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed, 3. Cet 2, h. 863.

2Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana, 2004), h.110.

3 M. Alisuf Sabri, pengantar psikologi umum dan perkembangan,(jakarta, pedoman ilmu

jaya 2010) cet.5,hal 60.

4 Muh.Said dan Junimar Affan, psikologi dari zaman ke zaman, (bandung, jemmars


(22)

sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial.5

Persepsi merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk di dasarkan pada pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsangan-rangsangan yang relevan.6

Menurut M.Said dan Junimar Affan Proses terbentuknya persepsi dimulai masuknya berbagai jenis rangsangan melalui panca indra yang jumlahnya sekarang lebih dari lima (panca). Rangsangan-rangsangan itu diteruskan kepusat-pusat pengolahannya untuk kemudian diberi makna. Rangsangan rangsangan itu berbagai jenis dan bentuknya serta berbagai pula titik tempat yang dirangsangnya.7

b. Aspek Persepsi

Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut McDowwell & Newel yaitu:

1) Kognisi

Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indera, pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa aspek kognitif didasarkan atas konsep suatu informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari.

2) Afeksi

Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif. Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya.8

5Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito W.

Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,, (salemba humanika), hal 24.

6ibid, hal 25. 7 Said.los. cit.hal 46. 8 Takwin.los.cit.hal 26.


(23)

c. Faktor-Faktor Persepsi

Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito W.Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:

1) Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengenan orang lainnya, menyebabakan perbedaan persepsi antara mereka.9

2) Set

Set adalah harapan seseoranag akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “star” terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.10

3) Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, orang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.11

4) Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat ( Bruner dan Godman, 1947, Carter dan Schooler, 1949 ) menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.12

5) Ciri kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawas satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi kepercayaaan dirinya akan berbeda dalam mempersepsikan atasannya.13

9 Sarlito W.Sarwono ,pengantar umum psikologi,(jakarta,bulan bintang,2003), cet 9, hal

45-46.

10Ibid. 11Ibid. 12Ibid. 13Ibid.


(24)

Perbedaan persepsi itu adalah dipengaruhi oleh beebrapa faktor baik dari perhatian, set, kebutuhan, sisitem nilai dan ciri kepribadian.

2. Hakikat Pendidikan a. Pengertian Pendidikan

Menurut Ngalim Purwanto bahwa sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang di maksud dengan pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya diterangkan dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu

paedagogie (pendidikan) dan paedagogiek (ilmu

pendidikan).Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.14

“Menurut Prof. Zahara Idris bahwa Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan dari segi bahasa, tetapi kalau kita mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan tindakan. kegiatan mendidik menunjukan adanya yang mendidik di datu pihak dan yang dididik da lain pihak”.15

Menurtu para ahli tentang pendidikan menyebutkan:

1. John Dewey: pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan funda mental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

2. S.A. Brata, dkk.: pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.

3. Rousseau: pendidikan adalah memberikan kita pembekalan

yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

4. Ki Hajar Dewantara: mendidik ialah menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

14 M. Ngalim Purwanto, ilmu pendidikan teoritis dan praktis,(bandung, remadja

karya,1988) cet.4,hal1.


(25)

5. Dalam GBHN: pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 6. Prof. Zahara Idris( dasar-dasar pendidikan): pendidikan ialah serangkai kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia biasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Potensi di sini ialah potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, pengetahuan dan keterampilan.16

b. Tujuan Pendidikan

Setiap sistem pasti mempunyai suatu tujuan yang menjadi titik tolak keberhasilan, pendidikan juga mempunyai tujuan pendidikan yang sistematis.

Menurut M.Ngalim Purwanto bahwa Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran itu di dalam Undang-undang nomor 12 tahun 1945, terutama pasal 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3: tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang capak dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Pasal 4: pendidikan dan pengjaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam “pancasila” Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan indonesia.

Di dalam GBHN 1983 – 1988 tujuan pendidikan dinyatakan sebagai berikut: pendidikan nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasaan dan keterampilan, mempertimbangkan budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.17

Di dalam bukunya Beknopte Theoretische Peadagogik, langeveld mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut:

16Ibid.h,10-11.


(26)

1) Tujuan umum pendidikan

Tujuan umum juga di sebut tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan bulat. Tujuan umum ialah tujuan di dalam pendidikan, yang seharusnya yang menjadi tujuan orang tua atau lain-lain pendidik, yang telah di tetapkan oleh pendidik dan selalu di hubungkan dengan kenyataan-kenytaan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan di hubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum itu.18

2) Tujuan-tujuan tak sempurna pendidikan

Tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada jalan yang menuju ke tujuan umum seperti : anak-anak di latih untuk belajar kebersihan, belajar berbicara, belajar berbelanja, belajar bermain-main bersama teman-temannya dan lain-lain.19

3) Tujuan-tujuan perantara pendidikan

Tujuan ini di tentukan tergantung pada tujuan-tujuan sementara umpamanya: tujuan sementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah ditentukan untuk apa anak belajar membaca dan menulis itu, dapatlah sekarang macam kemungkinan untuk mencapainya itu di pandang sebagai tujuan perantara seperti metode mengajar dan metode membaca.20

4) Tujuan insidental pendidikan

Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum.21

c. Pendidikan Seumur Hidup

Menurut M.Ngalim Purwanto bahwa dalam GBHN (ketetapan MPR-RI Nomor: IV/MPR/1978) dinyatakan : pendidikan berlangsungseumur hidup dan di laksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. 22

Dari penjelasan diatas Maksudnya bahwa setiap manusia Indonesia di harapakan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapakan untuk dapat menciptakan yang manantang untuk belajar. Prinsip ini berarti, bahwa masa sekolah

18Ibid.hal,25. 19Ibid.hal,26-27 20Ibid.

21Ibid.


(27)

bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung sepanjang hidup.

Menurut M.Ngalim Purwanto bahwa Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas, bahwa pendidikan adalah suatu proses yang berlangsung terus (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia. ada beracam-macam dasar pikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat penting. Dasar pikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain seperti berikut:

1) Tinjauan ideologis

Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilanya, pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.23

2) Tinjauan ekonomi

Cara yang paling efektif untuk ke luar dari lingkungan setan kemelaratan yang menyebabkan kebodohan ialah melalui pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan seorang untuk :

a) Meningkatkan produktivitasnya

b) Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.

c) Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat.

d) Memiliki motovasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat, sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan penting.24

3) Tinjauan sosiologi

Banyak orang tua di negara yang sedang berkembangan kurang menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu banyak anak-anak mereka kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah atau tidak bersekolah sama sekali. Maka pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan merupakan pemecahan atas masalah tersebut.25

4) Tinjauan politis

Pada negara demokratis hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya memilih, dan memahami fungsi pemerintah, DPR , MPR, dan lain-lain. Oleh karena itu pendidikan kewarga negara perlu di berikan kepada setiap

23 Purwanto, op.cit.,.hal,60-61. 24 Purwanto, ibid hal-60. 25Ibid.


(28)

orang. Maka inilah yang menjadi tugas pendidikan seumur hidup.26

5) Tinjauan teknologis

Dunia dilanda ekplosi ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana, guru, teknisi, dan pemimpin di negara yang sedang berkembang perlu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan mereka, seperti yang dilakukan sejawat mereka di negara maju.27

6) Tinjauan psikologis dan pedagogik

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mempunyai pengaruh besar terhadap konsep, teknik, dan metode pendidikan. Di samping itu perkembangan tersebut menyebabkan makin luas, dalam, dan kompleksnya ilmu penegetahuan, sehingga tidak mungkin lagi di ajarkan seluruhnya kepada anak didik di sekolah. Sebab itu tugas pendidikan formal yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya.28

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah penolong kita untuk hidup yang sejahtera dan menjauhkan kita dari kehidupan miskin, semakin tinggi pendidikan orang lain maka dia akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan dan kesejahteraan hidup sudah menjadi hak manusia untuk mendapatkan pendidikan karena manusia harus mampu berkembang dan mengembangkan dirinya dan pengetahuan. Jadi, pendidikan seumur hidup adalah untuk menciptakan generasi-generasi yang mampu untuk bersaing dalam perkembangan jaman yang selalu berkembang secara cepat.

3.

Hakikat Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

“Masyarakat adalah istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebutkan kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah masyarakat.”29

26Ibid.hal 61 27Ibid. 28Ibid.

29 koentjaraningrat, pengantar ilmu antropologi ,(jakarta, rineka cipta,2002) cet.8,hal


(29)

Menurut Koentjaraningrat istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syaraka yag berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi. Pola tersebut harus bersifat menetap dan kontinyu, dengan kata lain pola tersebut harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Masyarakat adalah

memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau

dengan istilah ilmiah “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi memang menyebabkan bahwa warga dari satu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi.30 Masyarakat secara khusus di definisikan : masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.31

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi, tinggal dalam suatu wilayah dalam waktu yang lama serta melakukan kegiatan secara bersama.

b. Lapisan Masyarakat

1) Kelas-kelas Masyarakat

Didalam masyarakata terdapat pula yang menggunakan istilah kelas baik kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomi ataupun lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan.

Max Webber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Joseph Schumpeter mengatakan bahwa kelas-kelas dalam masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuainkan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.32

“Menurut Soejono Sukamto bahwa ukuran atau kriekteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan

30Ibid. Hal ,144. 31Ibid. Hal ,148.

32 Soejono soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (rajawalipres:jakarta, 2012) cet-44.h.


(30)

anggota masyarakat kedalam suatu lapisan masyarakat adalah sebagai berikut : ukuran kekanyaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.” 33

Dari penjelasan diatas diambil kesimpulan bahwa ukuran-ukuran baik kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan itu amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan lapisan dalam masyarakat tertentu.

2) Unsur-unsur Lapisan Masyarakat

Menurut Soejono Sukamto bahwa hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peran (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur yang baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. 34

Untuk mendapatkan gambaran yang mendalam, kedua hal tersebut akan dibicarakan tersendiri dibawah ini.

a) Kedudukan

Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secra umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.35

b) Peranan

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan dia menjalankan suatu peran. Peranan yang melekat pada diri seorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peran lebih menunjukan fungsi, penyesuainyan diri dan sebagai sutu proses.36

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Masyarakat Didalam masyarakat akan terjadinya proses perubahan yang dimana proses tersebut akan dihadapkan dalam dua faktor yaitu

33Ibid.h.208. 34Ibid.h.209. 35Ibid.h.210. 36Ibid.


(31)

faktor-faktor yang mendukung perubahan dan faktor-faktor yang tidak mendukung perubahan.

Menurut Soejono Soekamto bahwa faktor-faktor akan diterangkan dibawah ini :

1) Faktor-faktor yang mendukung perubahan Masyarakat

a) Kontak dengan budaya lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan lain dari individu kepada individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.37

b) Sistem pendidikan formal yang maju.

Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta mnerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara obyektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakat akan dapat memnuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.38

c) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan

keinginan-keinginan untuk maju.

Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru.39

d) Toleransi

Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang, yang bukan merupakan delik.40

e) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open

stratification).

Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.41

37Ibid.h. 283. 38Ibid.h.285. 39Ibid. 40Ibid. 41Ibid.


(32)

f) Penduduk yang Heterogen

Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.42

g) Ketidakpuasan masyarakat terhadap

bidang-bidang kehidupan tertentu

Ketidakpuasan berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.43

h) Orientasi ke masa depan44

i) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.45

2) Faktor-faktor yang menghalangi perubahan masyarakat

a) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan terasing menyebabkan sebuah

masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain mungkin akan memperkanya kebudayaan sendiri.46

b) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat

tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain.47

c) Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah.48

d) Adanya kepantingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vasted interest

Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti akan ada sekelompok orang yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan.49 42Ibid. 43Ibid. 44Ibid.h.286. 45Ibid. 46Ibid. 47Ibid. 48Ibid. 49Ibid.


(33)

e) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan bersifat sempurna.50

f) Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup

Mereka sangat muncurigai sesuatu yang berasal dari Barat karena tidak pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan.51

g) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebgai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.52

h) Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya.53

i) Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaharui.54

Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa pola masyarakat yang tertutup akan mengakibatkan para warga masyarakat terkukung pola-pola pemikiran oleh tradisi, lama perkembangan pendidikan diakibatkan masyarakat tertutup dari berbagai perubahan-perubahan sehingga pengetahuan masyarakat sulit didapat, mengagung-agungkan tradisi lama akan menghambat proses perubahan masyarakat menjadi lebih baru karena mempertahankan tradisi dan paradigma lama, terdapat sebagian kelompok sukar sekali untuk melepaskan kedudukannya untuk peroses perubahan, maksudnya adalah mengkhawatirkan unsur luar akan mempengaruhi pada masyarakat tertentu, unsur-unsur luar tidak bisa diterima karena bencinya suatu daerah terhadap unsur luar akibat penjajahan, perubahan ketika behadapan 50Ibid. 51Ibid. 52Ibid. 53Ibid. 54Ibid.h.288.


(34)

dengan paradigma masyarakat yang rohaniah maka akan sangat terhambat prosesnya karena rohaniah tidak gampang dimasuki dengan ideologi baru dan kebiasaan yang sudah berakar dalam masyarakat maka perubahan akan terhambat.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Anni Setyawati. Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Negri Walisongo Semarang 2011. Judul skripsi: Hubungan Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Agama islam Terhadap Minat Menyekolahkan Anak diMadrasah Diniyah Desa Magelung Kecamatan Kaliwung Kabupaten Kendal

Penelitian ini menunjukan bahwa : (1) persepsi masyarakat Magelung memiliki tanggapan positif tentang pendidikan agama Islam mengenai dasar dantujuan pendidikan agama Islam tersebut. Pendidikan agama ini diharapkan masyarakat dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anak-anaknya tentang pendidikan agama sehingga menjadi anak yang beriman dan bertaqwa. (2) minat masyarakat Desa Magelung menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor internal yang meliputi: motivasi, kebutuhan dan sikap terhadap obyek. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan srana fasilitas seperti gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal dan letaknya dan sebagainya. Hal ini dapat menunjang minat masyarakat menyekolahkan anaknya di Madarsah Diniyah. (3) terdapat hubungan positif antara persepsi masyarakat tentang pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anaknya di Madrasah Diniyah, ditunjukan oleh koefesien kolerasi 1xy = 0,434, kemudian dikonsultasikan dengan harga 1tabel pada tarap signifikan 1% = 0,254 dan 5% = 0,195. Hal ini berarti 1hitung lebih besar daripada 1tabel menunjukan kolerasi antara x dan y signifikan. Hal ini menunjukan adanya hubungan persepsi masyarakat tentang


(35)

pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anak di Madrasah Diniyah.

2. Mastari. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara 2012. Judul Skripsi: Gambaran Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Pendidikan Inkluisi Studi Terhadap Beberapa Kecamatan Di Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan sampel 133 orang yang mewakili masyarakat Kota Medan. Teknik sampel yang digunakan adalah cluster random sampling, yaitu dari 21 Kecamatan di Kota Medan diambil 5 Kecamatan secara random, dari setiap Kecamatan yang dipilih diambil lagi 1 keluarahan secara random. Alat ukur yang digunakan berupa Skala Persepsi terhadap Pendidikan Inklusi yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan lima elemen pendidikan inklusi yang dikemukakan oleh Sapon-Shevin (dalam Direktori PLB, 2004). Uji daya beda aitem pada skala menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai sebesar 0,978. Hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat Kota Medan yang memiliki persepsi positif terhadap pendidikan inklusi sebanyak 47,36% (63 orang), masyarakat yang memiliki persepsi yang negatif sebanyak 45,86% (61 orang) dan subjek yang tidak tergolongkan yaitu 6,76% (9 orang).

Diindikasi perbedaan penilitian yang terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah jika dipenelitian pertama terhadap Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan. Bagimanakah persepsi masyarakat Desa Magelung tentang pendidikan agama Islam, bagaimanakah minat masyarakat Desa Magelung menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah Magelang dan adakah hubungan antara persepsi masyarakat tentang pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah. permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian lapangan yang dilaksanakan di Desa Magelung. Berbeda dengan penelitian yang ke


(36)

dua yang membahas Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran persepsi masyarakat Kota Medan terhadap pendidikan inklusi. Dari penelitian yang terdahulu perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah terhadap obyek penelitiannya yang dilakukan oleh peneliti sekarang penelitian dilakukan untuk membahas tentang perkembangan persepsi masyarakat kampung pejamuran tentang pendidikan formal 12 tahun.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dari variabel “ persepsi” dengan “pentingnya pendidikan formal 12 tahun”. Secara sederhana peneliti mempunyai kerangka berpikir bahwa “ di duga adanya dua macam persepsi yaitu positif dan negatif pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan”. Untuk memudahkan kerangka berpikir di lukiskan dalam bentuk bagan untuk melukiskan keterkaitan logis antara variabel-variabel penelitian.

Persepsi masyarakat

Temuan penelitian

Hasil penelitian dan

kesimpulan Temuan penelitian

Pendidikan Formal 12 tahun Faktor yang


(37)

23

Metodologi penelitian adalah cara yang secara sistematis dapat memecahkan masalah penelitian dan untuk mendapatkan hasiln penelitian yang baik, sehingga peneliti harus menentukan metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang ingin di capai. Adapun metodologi penelitian mencakup metode dan desain penelitian, polulasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data.

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d Januari 2013 di kampung Pejamuran, Ds.Pasilian, Kec.Kronjo, Kab.Tangerang. maka peneliti menjadwalkan penelitiannya sebagai berikut:

Tabel 3.1 No

Jadwal Kegiatan

Bulan ke:

1 2 3 4 5 6 7 1 Penyusunan proposal 2 Seminar proposal 3 Pembuatan instrumen penelitian 4 Izin penelitian 5 Pengumpulan data

6 Analisis data

7 Mendeskrisikan hasil penelitian

8 Hasil penelitian

9 Seminar hasil penelitian 10 Perbaikan pelaporan 11 Laporan penelitian


(38)

B. Latar Penelitian

Latar penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Dari penjelasan waktu dan tempat penelitian diatas maka peneliti akan menjabarkan latar penelitian yang akan dilakukan karena didalam penelitian kualitatif tempat penelitian atau dengan kata lain disebut latar atau seting penelitian secara rinci antara lain:

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah di kampung pejamuran yang terdapat dibagian utara dari kabupaten tangerang. Kampung pejamuran adalah daerah bagian dari Desa Pasilaian Kecamatan Kronjo yang terbagi dalam lima RT dalam satu Kejaroan kampung pejamuran ada dikilometer 7 dari daerah balaraja dengan morfologi yang agraris karena masih banyak terdapat tanah-tanah terbuka yang dibuat lahan pertanian daerah pejamuran pula memiliki dataran rendah yang dekat dengan pantai pulau cangkir yang termasuk dalam daerah pantura (pantai utara).

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan peneliti adalah daerah dikejaroan 01 yang terdriri dari 5 (lima) RT sekitar kampung pejamuran di wilayah tempat tinggal warga masyarakat kampung pejamuran.

3. Aktivitas dan tokoh yang akan diteliti

Aktivitas yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi terhadap region tempat tinggal sekitar warga masyarakat kampung pejamuran, dilakukannya wawancara kepada pihak yang dianggap oleh peneliti sebagai orang yang baik untuk menjadi nara sumber dengan pertimbangan diskusi teman sejawat yaitu : kepada Bapak H.Nasiri sebagai Kepala Desa Pasilian, Bapak Sukemi sebagai Sekertaris Desa pasilian, Bapak Jamanuri sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pasilian (BPD), Bapak H.Sopiyan sebagai Tokoh Masyarakat dan warga 05 kampung pejamuran.Bapak Drs.H.Khaeiruddin sebagai Tokoh Pendidikan dan warga 02 kampung pejamuran, Bapak Sukeni sebagai warga 02 yang keluarganya tidak bisa melanjutkan sekolahnya hanya


(39)

sampai di sekolah dasar, Ibu Napsiah sebagai warga 05 yang keluarganya semua bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan sekolah menengah atas, Ibu jumenah sebagai warga 01 yang keluarganya hanya mampu belajar sampai ke tingkat sekolah dasar, Bapak Asim sebagai warga 04 yang keluarganya semua bekerja tidak ada yang melanjutkan ke tingkat menengah atas, Ibu jalalah warga 05 yang termasuk keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan kepada anaknya di tingkat sekolah dasar. Nama-nama tersebut itu adalah yang menjadi nara sumber dari penelitian, setelah itu peneliti akan memberikan angket kepada 40 jiwa dari keseluruhan warga masyarakat kampung pejamuran yang jumlahnya adalah 690 jiwa. Hal tersebut semua dilakukan untuk mendapat atau mengumpulkan data yang akan diolah dengan pengolahan data yang akan dijabarkan dan akan diananlisi serta dari analisi tersebut akan mendapatkan hasil dari penelitian yang dilkukan peneliti.

C. Metode Penelitian

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih proporsional. Oleh sebab itu peneliti memilih metode penelitian penelitian diskriptif.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bahwa penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.1

Menurut Suryabrata Sumadi bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harifah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja


(40)

pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan atau membuat makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.2

Jadi dari kesimpula diatas bahwa penelitian diskriptif kualitatif adalah jenis penelitian yang mengkaji fenomena-fenomena yang ada pada suatu region atau tempat yang berisi data didapat dari data manusia baik lisan ataupun tulisan serta prilaku yang diamati.

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data. Maka peneliti memilih beberapa tehnik pengumpulan data dengan :

1. Observasi partisipasi

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Jadi, mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti.

“Menurut Suryabrata dan Sumadi bahwa observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data penelitian melalui pengamatan kedan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam kesaharian responden.”3

Menurut Danim bahwa ada beberapa strategi bagi peneliti (observer) berperan dalam kegiatan subjek (participation), salah satunya yaitu: atas kesepakatan antara peneliti dengan subjek peneliti terlibat secara lengkap dan secara utuh berperan serta dalam kegiatan-kegiatan subjek, dengan hanya sedikit perbedaan antara peneliti dan subjek penelitian.4

Peneliti mempersiapkan alat bantu dalam penelitian yaitu berupa kisi-kisi pedoman observasi :

2Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian.. (Jakarta: Rajawali Press, 2012) Ed. 1-23, h.

75-76.

3Ibid,hal-122. 4Ibid, hal- 125.


(41)

Tabel 3.2

Aspek yang diamati checklist () 1. Alamat/lokasi kampung pejamuran.

2. Tingkat pendidikan masyarakat kampung pejamuran.

3. Ketersediaan unit pendidikan atau sekolah di wilayah kampung pejamuran.

4. Keterjangkauan biaya pendidikan masyarakat kampung pejamuran.

5. Data warga pejamuran yang bekerluarga dengan pendidikan rendah.

1. ... 2. ... 3. ...

4. ...

5. ...

Dari alat bantu tersebut peneliti akan melakukan pengolahan data observasi partisipan dengan menggunakan metode deskriptif.

“Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariyah bahwa tahap

diskriptif disebut pula tahap orientasi, yang menggambarkan penelitian berada pada tahap mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan sehingga segala yang diketahuinya serba sepintas.”5

Dari penjelasan diatas bahwa setelah peneliti melakukan observasi maka peneliti melakukan pengolahan data dengan metode diskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran dengan obyek penelitian. 2. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara dilakukan kepada responden yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Peneliti akan melakukan wawancara kepada masyarakat Kampung Pejamuran dengan sampel yang sudah ditentukan oleh peneliti yaitu :

a. Bapak H.Nasiri sebagai Bapak Kepala Desa Pasilian. b. Bapak Sukemi sebagai sekertaris Desa Pasilian.

c. Bapak Jamanuri sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD).


(42)

d. Bapak H.Sopiyan sebagai Tokoh Masyarakat dan warga 05 kampung pejamuran.

e. Bapak Drs.H.Khaeiruddin sebagai Tokoh Pendidikan dan warga 02 kampung pejamuran.

f. Bapak Sukeni sebagai warga 02 yang keluarganya tidak bisa melanjutkan sekolahnya hanya sampai di sekolah dasar.

g. Bapak Napsiah sebagai warga 05 yang keluarganya semua bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan sekolah menengah atas.

h. Ibu jumenah sebagai warga 01 yang keluarganya hanya mampu belajar sampai ke tingkat sekolah dasar.

i. Bapak Asim sebagai warga 04 yang keluarganya semua bekerja tidak ada yang melanjutkan ke tingkat menengah atas.

j. Ibu jalalah warga 05 yang termasuk keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan kepada anaknya di tingkat sekolah dasar.

Sampel yang dipilih oleh peneliti ini dengan tujuan supaya memperoleh data terkait dengan penelitian. Jadi, peneliti menggunakan tehnik wawancara untuk mendapatkan data yang mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili data yang di butuhkan untuk menjawab rumusan masalah.

“Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariyah Wawancara tidak berstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.”6

Menurut Lexi J.Meleong bahwa Wawancara seperti ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau tunggal. Hasil dari wawancara semacam ini menekankan pengecualian, penyimpangan,


(43)

penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal.7

Dari prosedur pengumpulan data dengan wawancara tersebut peneliti membuat alat bantu yaitu berupa pedoman wawancara antara lain sebagai berikut :

a. Pedoman wawancara Kepala Desa Pasilian dengan nara sumber Bpk.H.Nasiri.

1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

2) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?

3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?

4) Apakah pendidikan dasar formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?

5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?

6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? b. Pedoman wawancara Sekertaris Kepala Desa dengan nara sumber

Bpk.Sukemmi

1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

2) Apakah pendidikan fromal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?

3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?

4) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?

7 Lexy J.Meleong,metologi penelitian kualitatif.(bandung, Rosda karya 2010) edisi


(44)

5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?

6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? c. Pedoman wawancara ketua Badan Permusyawaratan Desa Pasilian

dengan nara sumber Bpk.Jamanuri.

1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

2) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?

3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?

4) Apakah pendidikan dasar formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?

5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?

6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? d. Pedoman wawancara Tokoh Masyarakat dengan nara sumber

H.Sopyan.

1)Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

2)Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?

3)Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?

4)Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?


(45)

5)Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?

6)Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 7)Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 8)Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? e. Pedoman wawancara tokoh pendidikan dengan nara sumber

Drs. H. Khaerudddin.

1)Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

2)Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?

3)Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?

4)Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?

5)Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?

6)Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 7)Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 8)Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ? f. Pedoman wawancara masyarakat kampung pejamuran dengan nara

sumber yaitu: BapakSukeni, Ibu Napsiyah, Ibu Jumena, Bapak Asim dan Ibu.Jalalah

1) Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung pejamuran ?

2) Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

3) Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?

4) Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?


(46)

5) Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?

6) Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?

7) Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 8) Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ? 9) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?

Dari alat bantu tersebut peneliti mengumpulkan data dan akan dilakukan pengolahan data melalui analisis domain untuk mendapatkan gambaran secara umum dan menyeluruh.

Menurut Dr.Iskandar.M.Pd bahwa analisi domain adalah sebuah analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitian. Dalam analisis domain peneliti menentukan domain-domain yang akan diteliti melalui fenomena-fenomena lapangan yang berhubungan dengan aktifitas, tempat, subjek, dan aktifitas dilapangan.8

3. Angket

Peneliti menggunakan angket untuk mengetahui sejauh mana objek terhadap masalah yang diteliti. angket dilakukan secara tertulis, dengan memberikan daftar pernyataan dalam bentuk tertutup, pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Angket tersebut berkaitan dengan persepsi Masyarakat Kampung Pejamuran terhadap pendidikan, yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti dan kemudian responden diminta untuk menjawab pernyataan tersebut.

“Menurut Suharsimi Arikunto bahwa angket adalah sejumlah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”9

8 Iskandar, op.cit.hal 144.

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka


(47)

Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan alat bantu yang dikenal dengan istilah kisi-kisi angket. Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebut dalam baris dengan hal-hal yang disebut dalam kolom.

“Menurut Suharsimi Arikunto bahwa kisi-kisi penyusunan

instrumen menunjukan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun.”10

Dari pengumpulan data dari angket maka peneliti membuat sebuah alat bantu yaitu angket sebuah kisi-kisi angket tersebut yaitu :

Tabel 3.3

10Ibid, h.162.

No Pernyataan

Arternatif Jawaban Ya Tidak 1 Saya merasa butuh terhadap pendidikan formal 12 tahun

2 pendidikan formal 12 tahun penting bagi warga masyarakat kampung pejamuran

3 Anak-anak saya berhak mendapatkan pendidikan formal 12 tahun

4 Anak-anak saya mempunyai sikap bertanggung jawab dari proses pendidikan formal 12 tahun

5 Anak-anak saya harus menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun


(48)

Dari alat bantu tersebut maka akan didapatkan data sesuai apa yang diinginkan peneliti selanjutnya peneliti akan mengolah data tersebut antara lain dengan :

a. persentase

menurut Anas Soejono bahwa data yang diperoleh dari penyebaran angket diolah dengan cara statistik melalui tabel Distribusi Frekuensi Relatif, juga dinamakan tabel presentase. Dikatakan frekuensi relatif sebab frekuensi yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang dituangkan atau disajikan dalam prosentase untuk memperoleh frekuensi relatif (angka presenan).

Angka presentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dan dikalikan 100% dengan rumus statistik presentasi sebagai berikut: P=F/N x 100%

Keterangan:

P = presentasi jawaban F = frekuensi

N= Jumlah frekuensi/banyaknya individu11 b. Tabulating

“Menurut Suharsimi Arikunto bahwa tabulating atau penyusunan dalam

bentuk tabel merupakan tahap kelanjutan dalam proses analisis data, lewat tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkasan dan tersusun dalam suatu tabel yang baik sehingga dapat dengan mudah dipahami.”12

c. Scoring

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa Scoring bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap pertanyaan angket yang telah dijawab oleh responden akan ditabulasikan dengan skor nilai pada setiap itemnya, dengan jawaban huruf diubah menjadi nilai angka.”13

Dari keterangan diatas peneliti membuat pedoman scoring untuk setiap alternatif jawaban yaitu:

1) Alternatif jawaban ya mempunyai bobot nilai 2 2) Alternatif jawaban tidak mempunyai bobot nilai 1

11Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persada, 1994), Cet

Ke 5,h. 40-41

12Suharsimi, Op.Cit.h.236. 13Ibid.,


(49)

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Setelah data di peroleh dilapangan baik dengan observasi partisipan, wawancara tidak terstruktur dan angket. Maka data tersebut oleh peneliti dilakukan pengecekan data kembali dengan satu tujuan agar mendapatkan data yang akurat dan terpercaya. Sehingga peneliti menemtukan untuk pengecekan keabsahan data itu dengan triangulangsi.

Menurut Dr. Iskandar.M.Pd bahwa triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap suatu data. Menurut Moleong penelitian yang menggunakan tehnik triangulasi dalam pemeriksaan melalui sumbernya artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, tehnik triangulasi dimanfaatkan sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci dibandingkan dengan hasil wawancara dengan beberapa orang informan lainnya kemudian kemudian peneliti mengkomfirmasikan dengan studi dokumentasi yang berhubungan dengan peneliti serta hasil pengamatan peneliti dilapangan sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin.14

Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa data yang diperoleh oleh peneliti dilapangan itu dilakukan pengecekan kembali untuk mendapatkan data yang valid dan reabilitas. Maka dilakuan pengecekan ulang dengan menguji kembali proses pengumpul data peneliti ke lapangan kembali dengan tujuan mendapatkan kepastian dari data yang didapat.

F. Analisis Data

Analisis data adalah sebuah penanalisaan peneliti terhadap data yang dihasilkan, oleh sebab itu keharusan peneliti melakukan analisis data. Maka peneliti memilih analisis data penelitian diskriptif untuk menganalisis data yang didapat.

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa bagi penelitian diskripsi yang menggunakan model-model analisis statistika, pada umumnya justru bingung karena kurang atau belum tahu rumus apa yang digunakan, atau bagimana cara mengolah atau menganalisis data. Sebetulnya proses pengolahan datanya juga sederhana dan dapat dinalar secara gambling. Apabila datanya telah terkumpul , maka lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan

14Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (jakarta: Gaung Persada Pres, 2009),hal.


(50)

data kualitatif yang dinyatakan dalam kata. Data yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kualitatif. Data yang diperoleh dari angketdijumlahkan atau dikelompokan sesuai dengan bentuk instrument yang digunakan. Jika pilihan jawaban dari angketitu dijumlahkan. Menjumlahkan saja belum berarti tugasnya selesai. Peneliti perlu menjelaskan atau mengelompokan, hal-hal apa saja yang dijawab.15

15Suharsimi, Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


(51)

37 A.Deskripsi Data

Data-data hasil penelitian persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan dalam studi kasus masyarakata Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang diperoleh melalui observasi partisipan, wawancara tidak tersetrutur dan angket. Observasi partisipan peneliti lakukan didaerah Kampung pejamuran yang terdiri dari 5 RT dalam 1 Kejaroan (RW), wawancara yang tidak terstruktur peneliti lakukan kesejumlah masyarakat Kampung Pejamuran yang dianggap peneliti adalah nara sumber yang cocok untuk menggali data yang di butuhkan oleh peneliti yaitu kepada Kepala Desa Pasilian, Sekertaris Desa Pasilian, Ketua Badan Permusyarawatan Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh pendidikan, dan masyarakat yang terlihat paling yang rendah tingkat ekonomi dan pendidikannya serta angket yang diberikan kepada 40 jiwa masyarakat Kampung Pejamuran.

1. Kondisi Fisik dan Non fisik Masyarakat Kampung Pejamuaran Dari data observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan alat bantu berupa pedoman observasi peneliti memaparkan hasil dari observasi tersebut berupa : Alamat/lokasi kampung pejamuran itu di kilometer 7 dari daerah Kecamatan balaraja dengan melalui daerah sentiong, merak, ceplak, palis, kemuning, kali malang, bedeng, tonjong, cayur, bakung, cimentul, kadang gede dan pejamuran. Lokasi dari kampung pejamuran ada di sebelah ujung utara dari kabupaten tangerang yang terbagi pada lima RT dalam satu Kejaroan. Morfologi daerah kampung pejamuran adalah daerah yang agraris dan dekat dengan pantai yang ada didaerah tersebut adalah pantai pulau cangkir.

Lingkungan sosial masyarakat kampung pejamuran masih terjaga dengan baik dalam hidup yang rukun tampa adanya perdebatan antara masyarakatnya. Kondisi ekonomi masyarakat kampung pejamuran sangat beragam. Masyarakat kampung pejamuran sebagian besar adalah petani dan buruh pabrik. Karena daerah kampung pejamuran adalah termasuk


(1)

Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?).

Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing cuman sekolah doing mah ora kayane mah.

(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka yang tidak serius).

6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya pejamuran?

(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?).

Boten bangkit penting.

(Terjemahan: tidak begitu penting)

7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?

(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).

Boten kritik ape-ape.

(Terjemahan: tidak ada kritik)

8) Opo harepan bapak/ ibu maring pendidikan ning kampung pejamuran ? (Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?) Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri luar kah.

(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih seperti diluar negeri).

9) Opo pesan bapak/ibu maring pendidikan kampung pejamuran?

(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?) Boten pesan opo-opo


(2)

93

Lampiran 22

Transkrip Wawancara

Dengan masyarakat kampung pejamuran Interviewer : Makhsus

NIM : 109015000131

Nama Responden : Jumena

Tempat : Kediaman Ibu Jumena Hari : Kamis, 26 September 2013

1) Sepira suene bapak/ibu jadi warga masyarakat griya pejamuran? (Terjemahan: Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung pejamuran ?)

2) Primen persepsi bapak/ ibu maring masyarakat griya kampung pejamuran? (Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?)

Aman lan tentram.

(Terjemahan: aman dan tentram)

3) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gewa dewasa masyarakat griya pejamuran?

(Terjemnahan:Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?)

Lah boten pengaruh ape-ape. (Terjemah: tidak apa pengaruh).

4) Jare bapak/ibu ape kelawan pendidikan dasar wajib belajar 12 tahun bangkit bantu ekonomi masyarakat griya pejamuran?

(Terjmehan: Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?)

Bangkit lamun masyarakate mah megawe manfaat klawan ijazah. (Terjemahan: bisa jika masyarakatnya megawe manfaat dengan ijazah. 5) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken


(3)

Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?).

Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing cuman sekolah doing mah ora kayane mah.

(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka yang tidak serius).

6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya pejamuran?

(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran ?).

Boten bangkit penting.

(Terjemahan: tidak begitu penting)

7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?

(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).

Boten kritik ape-ape.

(Terjemahan: tidak ada kritik)

8) Opo harepan bapak/ ibu maring pendidikan ning kampung pejamuran ? (Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?) Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri luar kah.

(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih seperti diluar negeri).

9) Opo pesan bapak/ibu maring pendidikan kampung pejamuran?

(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?) Boten pesan opo-opo


(4)

95

Lampiran 23

PEMERINTHAN KABUPATEN TANGERANG

BADAN PERMUSYARATAN DESA

DESA PASILIAN KECAMATAN KRONJO

Sekertariat Jalan Raya Kronjo – Balaraja Desa Pasilian Kecamatan Kronjo Tangerang

15550

Data penduduk kp.pejamuran, ds.pasilian, kec.kronjo, kab.Tangerang,

prov.Banten yang terdiri dari 5 (lima ) RT dalam 1 (satu) kejaroan.ronjo, 27 September 2013

Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pasilian JAMANURI.

RT RW TINGKAT PENDIDIKAN AKHIR TINGKAT

EKONOMI

JUMLAH K

E T SD/M I SMP/ MTS SMA/M A/SMK D 3

S 1 S 2 REN

DAH SED AN G TIN GGI

01 01 63

jiwa

43 jiwa

27 jiwa - 4

jiwa

- 72

jiwa 40 jiwa 25 jiwa 137 jiwa

02 01 73

jiwa

37 jiwa

45 jiwa - 1

jiwa

- 67

jiwa 52 jiwa 37 jiwa 156 jiwa

03 01 53

jiwa

41 jiwa

34 jiwa - - - 57

jiwa 48 jiwa 23 jiwa 128 jiwa

04 01 60

jiwa

45 jiwa

50 jiwa - 2

jiwa

- 73

jiwa 53 jiwa 31 jiwa 157 jiwa

05 01 46

jiwa

29 jiwa

35 jiwa - 2

jiwa

- 49

jiwa 43 jiwa 20 jiwa 112 jiwa


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Pemulung di Daerah Pinang Baris, Medan)

14 168 105

PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL (Studi Kasus Tentang Peran Takmir Masjid Nurul Huda Putat, Pendidikan Islam Non Formal (Studi Kasus tentang Peran Takmir Masjid Nurul Huda Putat, Keyongan, Nogosari, Boyolali 2014).

0 1 15

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENSUKSESKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TRUKAN, PRACI

0 1 13

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KYAI POLITIKUS : STUDI KASUS PERSEPSI MASYARAKAT DESA TERUNGWETAN KRIAN SIDOARJO TERHADAP KYAI BERPOLITIK.

0 1 93

BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 2 24

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 0 15

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

0 1 142

1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL, DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96