Hakekat nilai dari ilmu docx
1. Pendahuluan
Globalisasi kini sudah menjadi kiblat diabad milinium ini, karna dengan terbentuknya hal
tersebut, maka akan mengakibatkan lunturnya norma-norma yang ada, yang dimana
semua telah di atur secara rapi dalam aturan adat budaya, norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, norma kebisaan maupu norma hukum, yang dimana semua
norma-norma tersebut diciptakan dan memiliki tujuan yang jelas dan tegas.
Berkaitan dengan hal tersebut, besarnya pengaruh globalisasi tidak hanya dirasakan oleh
Negara-negara yang sudah berkembang saja, akan tetapi semuan Negara di dunia dan
termasuk Indonesia ikut merasakan dampak yang sangat kuat sehingga sedikit demi
sedikit dapat menggoncang norma-norma yang telah ada. Begitu banyaknya aspek yang
dipengaruhi oleh globalisasi, menyebabkan semakin samarnya batasan-batasan yang
menjadi pengikat dari tiap-tiap aspek. Menurut Nyoman Dantes salah satu yang
merupakan ciri globalisasi adalah adanya keterbukaan, jaminan mutu dan persamaan hak.
Berkaitan dengan hal tersebut, sudah jelas tersirat maupun tersurat bahwa setiap individu
dituntut untuk mampu menghadapi dan ikut berkompetisi dalam lingkaran globalisasi
dengan melalui pendidikan baik formal, informal maupun nonformal.
Oleh sebab itu pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menghadapi
radangnya globalisasi yang telah masuk keberbagai aspek kehidupan. Seperti yang di
kutip oleh Nyoman Dantes di tulisannya yang berjudul Pendidikan Teknohumanistik,
“menurut Rossabeth Moss Kanter (1994) masa depan akan didominasi oleh nilai-nilai
dan pemikiran cosmopolitan dan setiap pelakunya disetiap bidang termasuk bidang
pendidikan dituntut memiliki 4C yaitu: Concep, Competence, Conection dan
Confidence”. Maka dengan demikian, untuk melangkah kedepan sangat dibutuhkan
pendidikan yang komplit, dimana selain menguasai sain dan teknologi yang tinggi juga
harus memiliki dasar-dasar pemahan dan penguasaan nilai dan moral yang kokoh, dan hal
tersebut dinamakan pendidikan teknohumanistik.
Menurut Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah
proses
memanusiakan manusia, dan Abdikal Faqiir berpendapat pendidikan adalah merupakan
proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan
tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam Undang-undang RI Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan,
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Kata Pendidikan diberi
pengertian sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari
bebrapa pendapat di atas maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang
disengaja dan terencana dalam melakukan pengajaran dan pelatihan untuk meningkatkan
potensi diri dan kedewasan diri yang mampu memberikan manfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan dan ilmu memiliki arti yang berbeda, pada pembahasan di atas telah dibahas
tentang beberapa pendapat mengenai definisi dari pendidikan, begitu juga dengan ilmu,
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan pengertian ilmu yang dirangkum oleh maria
ulfa dalam blognya yang berjudul definisi filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
beserta persamaan dan perbedaanya antara lain: (1) Ashley Montagu menyebutkan
bahwa “Science is a systemized knowledge services form observation, study, and
experimentation carried on under determine the nature of principles of what being
studied.” (ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang
berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip
hal yang sedang dipelajari), (2) Harold H titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan
sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan kritis), (3) Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap
ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah
yang sama tabiatnya. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi
kebaikan manusia dan ilmu adalah hasil daripada kajian trhadap sesuatu perkara. Dalam
penyelidikan ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat
maka kebenaranya pasti ada. Dalam hal ini, ilmu sendiri juga boleh menjadi sasaran
kajian dan menghasilkan apa yang dikenali sebagai “ilmu mengenai ilmu”, yakni
epistemology yang merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Dengan demikian ilmu,
pendidikan dan filsafat adalah sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya.
2. Hakikat Nilai Dari Ilmu
Albert Einstain Dalam tulisannya yang berjudul Hakekat Nilai Dari Ilmu: Pesan
Kepada Mahasiswa California Institute Of Technology mendiskusikan tentang
sebuah pertanyaan “mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan
membuat hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada
kita? Jawaban yang sederhana adalah karena kita belum lagi belajar bagaimana
menggunakannya secara wajar.
Dan di bagian lain dari pembahasan Einstain dapat disimpulkan bahwa, manusia
hidup dalam kondisi apapun belum mampu menikmati ilmu yang telah didapat, hal
tersebut dapat dibuktikan dalam fakta-fakta yaitu dalam peperangan ilmu membuat
manusia saling membunuh dan dalam perdamaian ilmu membuat hidup dikejar-kejar
oleh waktu, penuh tak tentu, diperbudak oleh mesin dan penghasilan yang tidak
seberapa.
Maka dengan dmikian menurut ilmuan ternama dunia ini, tidaklah cukup dengan
hanya memahami ilmu untuk mempermudah kerja manusia dan meningkatkan
berkah manusia akan tetapi memahami juga mengenai masalah besar yang belum
terpecahkan yaitu bagaimana kelanjutan nasib manusia di masa yang akan datang,
agar buah ciptaan dari permikiran manusia itu adalah berkah bukan kutukan.
Berkaitan dengan hal di atas maka pembahasan tersebut sejalan dengan tujuan dari
ilmu filsafat yaitu mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh (general)
terhadap suatu wujud (Ontology) sekaligus memberikan konsep kebenaran
(Epistemology) terhadap wujud tersebut dan dengan kebenaran manusia akan
bertindak bijaksana (Axiology).
3. Kesimpulan
Dengan memahami ilmu filsafat secara menyeluruh maka manusia akan lebih
memahami bagaimana menjalani hidup yang lebih baik.
Daftar pustaka
http://ulfamr.wordpress.com/2012/10/14/definisi-filsafat-pengetahuan-dan-ilmupengetahuan-beserta-persamaan-dan-perbedaannya/
pendidikan teknohumanistik.nyoman dantes
djauharul 2012, hakikat ilmu dan fungsi filsafat ilmu dalam merealisasikan masalah
pendidikan.
Globalisasi kini sudah menjadi kiblat diabad milinium ini, karna dengan terbentuknya hal
tersebut, maka akan mengakibatkan lunturnya norma-norma yang ada, yang dimana
semua telah di atur secara rapi dalam aturan adat budaya, norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, norma kebisaan maupu norma hukum, yang dimana semua
norma-norma tersebut diciptakan dan memiliki tujuan yang jelas dan tegas.
Berkaitan dengan hal tersebut, besarnya pengaruh globalisasi tidak hanya dirasakan oleh
Negara-negara yang sudah berkembang saja, akan tetapi semuan Negara di dunia dan
termasuk Indonesia ikut merasakan dampak yang sangat kuat sehingga sedikit demi
sedikit dapat menggoncang norma-norma yang telah ada. Begitu banyaknya aspek yang
dipengaruhi oleh globalisasi, menyebabkan semakin samarnya batasan-batasan yang
menjadi pengikat dari tiap-tiap aspek. Menurut Nyoman Dantes salah satu yang
merupakan ciri globalisasi adalah adanya keterbukaan, jaminan mutu dan persamaan hak.
Berkaitan dengan hal tersebut, sudah jelas tersirat maupun tersurat bahwa setiap individu
dituntut untuk mampu menghadapi dan ikut berkompetisi dalam lingkaran globalisasi
dengan melalui pendidikan baik formal, informal maupun nonformal.
Oleh sebab itu pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menghadapi
radangnya globalisasi yang telah masuk keberbagai aspek kehidupan. Seperti yang di
kutip oleh Nyoman Dantes di tulisannya yang berjudul Pendidikan Teknohumanistik,
“menurut Rossabeth Moss Kanter (1994) masa depan akan didominasi oleh nilai-nilai
dan pemikiran cosmopolitan dan setiap pelakunya disetiap bidang termasuk bidang
pendidikan dituntut memiliki 4C yaitu: Concep, Competence, Conection dan
Confidence”. Maka dengan demikian, untuk melangkah kedepan sangat dibutuhkan
pendidikan yang komplit, dimana selain menguasai sain dan teknologi yang tinggi juga
harus memiliki dasar-dasar pemahan dan penguasaan nilai dan moral yang kokoh, dan hal
tersebut dinamakan pendidikan teknohumanistik.
Menurut Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah
proses
memanusiakan manusia, dan Abdikal Faqiir berpendapat pendidikan adalah merupakan
proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan
tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam Undang-undang RI Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan,
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Kata Pendidikan diberi
pengertian sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari
bebrapa pendapat di atas maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang
disengaja dan terencana dalam melakukan pengajaran dan pelatihan untuk meningkatkan
potensi diri dan kedewasan diri yang mampu memberikan manfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan dan ilmu memiliki arti yang berbeda, pada pembahasan di atas telah dibahas
tentang beberapa pendapat mengenai definisi dari pendidikan, begitu juga dengan ilmu,
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan pengertian ilmu yang dirangkum oleh maria
ulfa dalam blognya yang berjudul definisi filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
beserta persamaan dan perbedaanya antara lain: (1) Ashley Montagu menyebutkan
bahwa “Science is a systemized knowledge services form observation, study, and
experimentation carried on under determine the nature of principles of what being
studied.” (ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang
berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip
hal yang sedang dipelajari), (2) Harold H titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan
sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan kritis), (3) Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap
ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah
yang sama tabiatnya. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi
kebaikan manusia dan ilmu adalah hasil daripada kajian trhadap sesuatu perkara. Dalam
penyelidikan ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat
maka kebenaranya pasti ada. Dalam hal ini, ilmu sendiri juga boleh menjadi sasaran
kajian dan menghasilkan apa yang dikenali sebagai “ilmu mengenai ilmu”, yakni
epistemology yang merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Dengan demikian ilmu,
pendidikan dan filsafat adalah sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya.
2. Hakikat Nilai Dari Ilmu
Albert Einstain Dalam tulisannya yang berjudul Hakekat Nilai Dari Ilmu: Pesan
Kepada Mahasiswa California Institute Of Technology mendiskusikan tentang
sebuah pertanyaan “mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan
membuat hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada
kita? Jawaban yang sederhana adalah karena kita belum lagi belajar bagaimana
menggunakannya secara wajar.
Dan di bagian lain dari pembahasan Einstain dapat disimpulkan bahwa, manusia
hidup dalam kondisi apapun belum mampu menikmati ilmu yang telah didapat, hal
tersebut dapat dibuktikan dalam fakta-fakta yaitu dalam peperangan ilmu membuat
manusia saling membunuh dan dalam perdamaian ilmu membuat hidup dikejar-kejar
oleh waktu, penuh tak tentu, diperbudak oleh mesin dan penghasilan yang tidak
seberapa.
Maka dengan dmikian menurut ilmuan ternama dunia ini, tidaklah cukup dengan
hanya memahami ilmu untuk mempermudah kerja manusia dan meningkatkan
berkah manusia akan tetapi memahami juga mengenai masalah besar yang belum
terpecahkan yaitu bagaimana kelanjutan nasib manusia di masa yang akan datang,
agar buah ciptaan dari permikiran manusia itu adalah berkah bukan kutukan.
Berkaitan dengan hal di atas maka pembahasan tersebut sejalan dengan tujuan dari
ilmu filsafat yaitu mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh (general)
terhadap suatu wujud (Ontology) sekaligus memberikan konsep kebenaran
(Epistemology) terhadap wujud tersebut dan dengan kebenaran manusia akan
bertindak bijaksana (Axiology).
3. Kesimpulan
Dengan memahami ilmu filsafat secara menyeluruh maka manusia akan lebih
memahami bagaimana menjalani hidup yang lebih baik.
Daftar pustaka
http://ulfamr.wordpress.com/2012/10/14/definisi-filsafat-pengetahuan-dan-ilmupengetahuan-beserta-persamaan-dan-perbedaannya/
pendidikan teknohumanistik.nyoman dantes
djauharul 2012, hakikat ilmu dan fungsi filsafat ilmu dalam merealisasikan masalah
pendidikan.