PENGARUH KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK TERHADAP PEMBENTUKAN POLITICAL LITERACY SISWA: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung.

(1)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak……….... i

Kata Pengantar………... ii

Ucapan Terima Kasih………... iv

Daftar Isi ……….... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ………... vi viii ix BAB I Pendahuluan 1 A Latar Belakang………....... 1

B Identifikasi dan Perumusan Masalah... 7

C Tujuan Penelitian... 8

D Signifikansi dan Manfaat Penelitian……... 8

E Definisi Operasional... 9

1. Variabel Penelitian………... 9

2. Definisi Operasional………... 10

F Asumsi dan Hipotesis Penelitian... 12

G Metodologi Penelitian... 13

H Populasi dan Sampel Penelitian... 15

BAB II Tinjauan Pustaka 16 A Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik ... 16

1.Makna Pendidikan Kewarganegaraan ... 16

2.Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan... 23

3.Makna Pendidikan Politik... 29

4.Tujuan dan Fungsi Pendidikan Politik... 43 5.Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Bagian dari


(2)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

49

B Tinjauan tentang Kompetensi Kewarganegaraan ... 51

1. Kompetensi Pengetahuan Kewarganegaraan ... 53

2. Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan ... 58

3. Kompetensi Watak Kewarganegaraan ... 60

C Tinjauan tentang Kemampuan Melek Politik Siswa ... 63

1.Makna Melek Politik... 63

2.Indikator Melek Politik... 66

3.Faktor Pembentuk Melek Politik... 68

BAB III Metodologi Penelitian ... 70

A Pendekatan Penelitian ... 70

B Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 72

1.Variabel Penelitia ... 72

2.Definisi Operasional ... 73

C Teknik Pengumpulan Data ... 78

D Teknik Analisis Data... 80

E Validitas dan Realibitas... 83

1. Pengukuran Validitas... 83

2. Pengukuran Realibilitas... 84

F Pengujian Hipotesis... 86

G Populasi dan Sampel... 86

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 88

A Deskripsi Lokasi Penelitian... 88

B Deskripsi Hasil Penelitian ... 92

1. Analisis Deskriptif Data Penelitian ... 92

2. Analisis Inferensial ... 99

C Pembahasan Hasil Penelitian ... 106 1. Kompetensi kewarganegaraan berpengaruh terhadap

pembentukan melek politik siswa ... 106


(3)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pendidikan kewarganegaraan berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan melek politik siswa...

118

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 131

A. Kesimpulan... 131

B. Saran ... 133

Daftar Pustaka... 136

Riwayat Hidup Penulis Lampiran-Lampiran


(4)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.IndikatorVariabelKompetensiPengetahuanKewarganegaraan (X1) ... 74

Tabel 3.2.IndikatorVariabelKompetensiKecakapanKewarganegaraan(X2) ... 75

Tabel 3.3.IndikatorVariabelKompetensiWatakKewarganegaraan (X3) ... 77

Tabel3.4IndikatorVariabelMelekPolitikSiswa (Y) ... 77

Tabel 4.1Variabel KompetensiPengetahuanKewarganegaraan ... 95

Tabel 4.2Variabel KompetensiKecakapanKewarganegaraan ... 97

Tabel 4.3Variabel KompetensiWatakKewarganegaraan ... 98


(5)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.HubunganAntarvariabelPenelitian ... 10 Gambar3.1.HubunganAntarvariabelPenelitian ... 73


(6)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang erat dengan kehidupan politik suatu negara memberikan konsekuensi logis terhadap dimuatnya berbagai materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang sadar mengenai dinamika politik kenegaraan serta siap untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik negara. Sayangnya terdapat beberapa kelemahan dalam penerapan upaya ini diantaranya pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan pemberian materi yang sifatnya cenderung text book serta jauh dari kehidupan kontekstual siswa sehingga tujuan dan pengharapan dari pembelajaran PKn belum tercapai.

PKn dalam kerangka pendidikan formal dapat diusahakan sebagai pemberian pendidikan politik kepada siswa sebagai subjek pembelajar dan upaya pencapaian diberikannya PKn di sekolah yang menekankan pada kompetensi pengetahuan, watak, dan kecakapan siswa. Disamping itu PKn sangat erat dengan kehidupan politik kenegaraan suatu bangsa baik secara substantif materi (isi) maupun tujuan pembelajaran. Hal tersebut diwujudkan dengan diberikannya PKn di sekolah yang dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia 2006 dimuat ruang lingkup materi kepolitikan dalam lingkup kekuasaan dan politik yang meliputi pemerintahan desa


(7)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2 dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan

sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

Selanjutnya mengenai keterkaitan PKn sebagai pendidikan politik di sekolah diutarakan oleh Maftuh dan Sapriya (2005 : 321) bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik, memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy) dan kesadaran politik (political awareness), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.

PKn sebagai sarana pendidikan politik di sekolah merupakan sebuah usaha dalam mewujudkan warga negara yang kelak akan mengetahui peran dan kedudukannya dalam kehidupan kenegaraan serta mampu untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan kenegaraannya. Tentunya kompetensi tersebut harus disokong oleh pengetahuan dan kecakapan yang nyata sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Hasil penelitian dari Suhiat (2009 : 187) memberikan kesimpulan bahwasanya pembelajaran PKn memberikan pengaruh dalam meningkatkan tingkat kemelek politikan (political literacy) warga negara. Dengan demikian secara konseptual dan praksis PKn dapat dijadikan sebagai alat pendidikan politik bagi siswa dalam hal memberikan pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan dalam kehidupan politik kenegaraan Indonesia.


(8)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3 Siswa merupakan anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sebagai

generasi penerus bangsa. Oleh karenanya, pengembangan pengetahuan dan kecakapan siswa mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara harus terus dilakukan. Hal tersebut sebagai upaya menumbuhkan kemelekan siswa mengenai kehidupan politik bernegaranya atau menumbuhkan kemampuan melek politiknya. Dalam kacamata kewarganegaraan, mengutip istilah Budimansyah (2009 : 16) siswa dianggap sebagai warga negara hipotetik (warga negara yang “belum jadi” karena masih harus dididik menjadi warga negara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya).

Melek politik menjadi sentral dalam pembangunan kualitas demokrasi suatu bangsa. Melalui pembentukan dan pengembangan melek politik maka warga negara akan memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban serta memiliki pengetahuan dan pemahaman akan kedudukannya sebagai anggota resmi dari suaru negara. Hal tersebut akan berimplikasi terhadap timbulnya kesadaran yang otonom dalam partisipasi pembangunan sistem politik dan demokrasi yang bermutu. Melek politik terbentuk melalui sebuah pembelajaran baik itu sifatnya formal maupun nonformal. Melalui kegiatan formal sebagai contoh ialah melalui pembelajaran di sekolah. Sedangkan secara non-formal melalui saluran-saluran kemasyarakatan, seperti media massa, organisasi kemasyarakatan, keluarga dan sebagainya. Melek politik mutlak diperlukan sebagai suatu cerminan bagaimana seorang warganegara akan berpatisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


(9)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4 Melek politik dapat didefinisikan sebagai pengenalan dan pemahaman

nilai-nilai ideal yang terkandung dalam sisten politik yang sedang diterapkan serta dimilikinya pengetahuan warga negara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditunjukan dengan adanya perubahan sikap dan peningkatan partisipasi dalam dunia politik.

Almond dan Verba (1990 : 65-71) mengemukakan dua kriteria untuk mengukur dimensi melek politik yakni, pertama mengikuti segala kegiatan pemerintah. Kedua mengikuti laporan mengenai aktifitas pemerintah melalui berbagai media. Kriteria tersebut menggambarkan bagaimana kedudukan dan peran seorang warganegara yang memiliki tingkat melek politik yang akan berpengaruh terhadap jalannya sistem politik suatu negara. Sedangkan Suhiat (2009 : 103-104) mengemukakan beberapa indikator untuk mengukur tingkat political literacy warganegara yakni mencakup pengetahuan konstitusi dan sistem politik, pemahaman politik, sikap politik, dan perilaku politik.

Sedangkan Kantaprawira (2004 : 54) mengartikan melek politik sebagai perwujudan dari pendidikan politik untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.

Pembentukan dan pengembangan melek politik siswa dapat diwujudkan melalui PKn yang berperan sebagai pendidikan politik secara formal di sekolah. Pengejawantahan peranan PKn tersebut dimuat dalam kurikulum formal pendidikan di sekolah yang memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai supra struktur


(10)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5 dan infra stuktur politik di Indonesia, peran serta dalam sistem politik dan budaya

politik di Indonesia. Terkait hal tersebut maka peranan PKn sebagai pendidikan politik menurut Maftuh dan Sapriya (2005 : 321) memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy) dan kesadaran politik (political awareness), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.

Lebih spesifik lagi tujuan daripada pendidikan politik dikemukakan oleh Kantaprawira (1980:54) dengan mengatakan bahwa pendidikan politik (political education, political socialization, citizenship training) yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan akhirnya rakyat dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.

Pendidikan politik sering dipadankan menjadi sosialisasi politik. Menurut Plano et all (1985 : 176 – 177) mengatakan bahwa sosialisasi politik dimaknai sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu memperoleh orientasi-orientasi berupa keyakinan, perasaan dan komponen-komponen nilai terhadap pemerintahan dan kehidupan politik. Sosialisasi politik dianggap sebagai kunci yang menentukan perilaku politik masyarakat.

Sedangkan Brownhill dan Smart (1989:4) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan politik adalah sebagai berikut : The aim of political education should therefore be to develop the professionals interest and to poin them toward their


(11)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6 political responsibilities, while at the some time endeavouring togive them the

necessary knowledge and skills to carry out those responsibilities. Dengan demikian, pendidikan politik bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan untuk bertanggung jawab sebagai warga negara. Selain itu memberikan pemahaman mengenai pengetahuan politik sehingga warga negara berpastisipasi dalam sistem politik yang sedang berjalan. Pelaksanaan pendidikan politik harus dilakukan secara sistematis untuk menumbuhkan iklim demokratis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan politik diarahkan untuk menciptakan generasi muda yang melek politik serta merupakan upaya pembangunan politik masyarakat untuk mengenal, mengetahui dan memahami sistem politik yang berjalan serta nilai-nilai politik tertentu yang akan mempengaruhi perilaku warga negara. Pendidikan politik sesungguhnya telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia sebab dimana ada manusia maka terdapat pula masyarakat atau dengan kata lain manusia adalah zoon politicon, sehingga ketika terdapat unsur politik dalam kehidupan manusia maka akan terjadi sosialisai politik dalam arti longgar dari pendidikan politik, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Penerapan pendidikan politik melalui PKn difokuskan pada pengembangan kompetensi warga negara yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan watak warga negara. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh Branson (dalam Winataputra & Budimansyah 2007 : 185) bahwa tujuan civic education adalah


(12)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7 partisipasi yang bermutu dan bertanggungjawab dalam kehidupan politik dan

masyarakat baik di tingkat lokal dan nasional. Partisipasi semacam itu memerlukan kompetensi kewarganegaraan sebagai berikut: (1). Penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2). Pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3). Pengembangan karakter atau sikap mental tertentu; dan (4). Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi konstitusional.

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik terhadap pembentukan political literacy siswa.

B.IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengajukan masalah pokok penelitian ini, yaitu : “Bagaimanakah pengaruh pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik terhadap pembentukan political literacy siswa ?”.

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh kompetensi pengetahuan kewarganegaraan terhadap pembentukan melek politik siswa ?


(13)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8 2. Seberapa besar pengaruh kompetensi kecakapan kewarganegaraan

terhadap pembentukan melek politik siswa ?

3. Seberapa besar pengaruh kompetensi watak-watak kewarganegaraan terhadap pembentukan melek politik siswa ?

4. Seberapa besar pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik di sekolah terhadap pembentukan melek politik siswa ?

C.TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam mengenai peranan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik dalam membentuk political literacy siswa.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis :

1. Pengaruh kompetensi pengetahuan kewarganegaraan terhadap pembentukan melek politik siswa

2. Pengaruh kompetensi kecakapan kewarganegaraan terhadap pembentukan melek politik siswa

3. Pengaruh kompetensi watak-watak kewarganegaraan terhadap pembentukan melek politik siswa


(14)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9 4. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik di

sekolah terhadap pembentukan melek politik siswa

D.SIGNIFIKANSI DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik secara keilmuan (teoretik) maupun secara empirik (praktis). Secara teoretik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga pada akhirnya akan memperkuat landasan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik dalam peningkatan political literacy siswa.

Dari temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan berikut :

1. Bagi peneliti : mampu menelaah secara kritis tentang pendidikan kewarganegaraan yang lebih komprehensif, sehingga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

2. Bagi guru dan praktisi pendidikan kewarganegaraan : memberikan kontribusi positif mengenai pentingnya memahami dan mengarahkan pencapai tujuan hakiki pendidikan kewarganegaraan dan pembinaan siswa sebagai generasi penerus.

3. Institusi Pemerintahan : Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mempertegas pengembangan pendidikan kewarganegaraan yang lebih


(15)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10 komprehensif melalui berbagai kebijakan serta dapat membangun siswa

sebagai generasi penerus yang memiliki pengetahuan dan kesadaran mengenai kehidupan politik negara.

E.DEFINISI OPERASIONAL 1. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik (X). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (X1), kompetensi kecakapan

kewarganegaraan (X2) dan kompetensi watak-watak kewarganegaraan (X3). Adapun

yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan melek politik siswa (Y).

Gambar 1.1. Hubungan Antarvariabel Penelitian KOMPETENSI

PENGETAHUAN KEWARGANEGARAAN

(X1)

KOMPETENSI KECAKAPAN KEWARGANEGARAAN

(X2)

KEMAMPUAN MELEK POLITIK SISWA


(16)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 11 2. Definisi Operasional

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti, sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi operasional atas variabel penelitian berikut ini.

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik (X)

Program pendidikan yang memuat materi yang erat dengan kehidupan siswa serta bertujuan untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mengetahui peranan, kedudukan serta hak dan tanggungjawabnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik juga berhubungan dengan pengembangan kompetensi-kompetensi politik warga negara yang mencakup pengetahuan, kecakapan dan watak kewarganegaraan.

KOMPETENSI WATAK KEWARGANEGARAAN


(17)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 12 Adapun indikator Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik

yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi Kewarganegaraan yang dimiliki siswa, dengan definisi operasional sebagai berikut:

Kompetensi Pengetahuan Kewarganegaraan (X1) (Civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan perannya dalam kehidupan bernegara yang mencakup hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang kekuasaan dan politik, demokrasi dan sistem politik, pancasila, dan globalisasi.

Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan (X2) (civic skill) merupakan kecakapan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang di peroleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intellectual skills (kecakapan intelektual) dan participation skills (kecakapan partisipasi). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya tergambar dalam kecakapan mengambil keputusan yang tepat dan kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi isu-isu kewarganegaraan.

Kompetensi Watak kewarganegaraan (X3) (civic disposition) adalah sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. Watak warga negara ini tercermin dalam kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai kenegaraan.


(18)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 13 b. Melek Politik Siswa (Y)

Suatu kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan politik serta membuat siswa akan siap untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara.

F. ASUMSI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan atas dasar asumsi bahwa PKn dapat membentuk political literacy siswa. PKn juga dapat dijadikan sebagai pendidikan politik di sekolah yang bertujuan untuk membentuk kemelekpolitikan siswa serta pencapaian tujuan pembelajaran.

Bertolak dari asumsi tersebut dan mengacu kepada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan rumusan hipotesis berikut ini :

1. Kompetensi pengetahuan kewarganegaraan dapat berpengaruh terhadap pembentukan melek politik siswa

2. Kompetensi kecakapan kewarganegaraan dapat berpengaruh terhadap pembentukan melek politik siswa

3. Kompetensi watak kewarganegaraan dapat berpengaruh terhadap pembentukan melek politik siswa

4. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik di sekolah dapat berpengaruh terhadap pembentukan melek politik siswa.


(19)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 14 G.METODOLOGI PENELITIAN

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Best dalam Sukardi (2004 : 157) menyebutkan bahwa metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretrasi objek sesuai dengan apa adanya. Lebih lanjut, Sukardi (2004 : 157) mengatakan bahwa : Penelitian deskriptif merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Metode deskriptif dalam penelitian ini dioperasionalkan dengan menggunakan statistik inferensial, dimana menurut Sugiyono (2001 : 14) digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Teknik yang digunakan ialah teknik survey dengan mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan angket sebagai alat pengukur data pokok. Mc Millan dan Scumacher (2001 : 34) menyatakan bahwa dalam penelitian survey, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang


(20)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 15 menjadi perhatian peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik dari populasi tertentu.

Sedangkan Kerlinger (2002 : 304) juga menyatakan bahwa para peneliti survey mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah pertanyaan. Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman atau karakteristik dari suatu fenomena.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan memberikan angket dan didukung dengan observasi dan studi dokumentasi. Angket tersebut diberikan kepada responden penelitian sesuai dengan variabel penelitian yang telah ditentukan. Untuk variabel kompetensi pengetahuan kewarganegaraan menggunakan tes pilihan ganda. Pengukuran variabel kompetensi kecakapan kewarganegaraan menggunakan skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan Holtzman ini dengan empat option, yaitu: (1) Selalu, (2) Sering, (3) Jarang; dan (4) tidak pernah. Jawaban diberi bobot/skor 4,3,2,1. Variabel watak kewarganegaraan (X3) diukur dengan

menggunakan Skala Sikap Lickert: a. Sangat setuju, b. Setuju, c. Tidak setuju, d. Sangat tidak setuju (Merujuk pada Civics Assesment Database dari National Center For Learning and Citizenship) Skor jawaban 4 = Sangat setuju, 3 = Setuju, 2 = Tidak setuju, 1 = Sangat tidak setuju.


(21)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 16 Sedangkan untuk variabel political literacy siswa diukur skala Sikap Likert

yakni Skala Sikap Lickert: a. Sangat setuju, b. Setuju, c. Tidak setuju, d. Sangat tidak setuju (Merujuk pada Civics Assesment Database dari National Center For Learning and Citizenship) Skor jawaban 4 = Sangat setuju, 3 = Setuju, 2 = Tidak setuju, 1 = Sangat tidak setuju.

H.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah SMA-SMA di Kota Bandung. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Kelas X di Kota Bandung dengan menggunakan pendekatan cluster sekolah swasta dan negeri. Sedangkan sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dengan menggunakan metode random sampling, peneliti menentukan populasi yang akan menjadi sampel pada penelitian ini.


(22)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 70 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu tindakan dan usaha untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agar lebih maju dan berkembang. Sehingga hasil penelitian dapat dijadikan dasar bagi peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Mengingat hasil penelitian begitu penting peranannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maka penelitian harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti sesuai dengan metode ilmiah, menurut kerangka yang sistematis dan terencana.

Kegiatan penelitian akan terlakasana dengan baik apabila sesuai dengan prosesur penelitian. Oleh karena itu sebelum kegiatan penelitian di laksanakan terlebih dahulu harus dipersiapkan segala sesuatunya dengan baik, teliti dan teratur sesuai dengan prosedur penelitian. Prosedur dan persiapan yang peneliti lakukan meliputi hal-hal seperti ; menentukan metode, teknik pengumpulan data, persiapan penelitian serta teknik pengolahan dan analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Metode deskriptif-analitis dalam penelitian dioperasionalisasikan dengan menggunakan statistik


(23)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 71 inferensial yaitu untuk menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan

(diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. (Sugiyono, 2001: 14). Metode deskriptif analitis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik survey, karena mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan angket sebagai alat pengukur data pokok. Penelitian survey biasanya tidak membatasi dengan satu atau beberapa variabel. Para peneliti umumnya dapat menggunakan variabel serta populasi yang luas sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai (Sukardi 2003 : 15).

Mc Millan & Schumacher (2001:304) menyatakan bahwa “dalam

penelitian survey, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik dari populasi tertentu”. Kerlinger (2002: 267) juga menyatakan bahwa “para peneliti survey mengambil sampel dari banyak

responden yang menjawab sejumlah pertanyaan. Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu

fenomena”.

Dengan demikian penelitian ini memiliki karakteristik sebagaimana diungkapkan Singleton & Straits (dalam Komalasari 2008 : 115) yaitu : 1) sejumlah besar responden dipilih melalui prosedur sampling probabilitas untuk mewakili populasi; 2) kuesioner sistematik digunakan untuk bertanya mengenai sesuatu mengenai responden, dan mencatat jawaban-jawaban mereka; dan 3)


(24)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 72 jawaban-jawaban tersebut dikode secara numerik dan dianalisis dengan bantuan

teknik statistik.

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik (X). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (X1), kompetensi kecakapan

kewarganegaraan (X2) dan kompetensi watak-watak kewarganegaraan (X3).

Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan melek politik siswa (Y).


(25)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 73 Gambar 3.1. Hubungan Antarvariabel Penelitian

2. Definisi Operasional

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti, sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi operasional atas variabel penelitian berikut ini.

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik (X)

Program pendidikan yang memuat materi yang erat dengan kehidupan siswa serta bertujuan untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mengetahui peranan, kedudukan serta hak dan tanggungjawabnya dalam kehidupan

KOMPETENSI PENGETAHUAN KEWARGANEGARAAN

(X1)

KOMPETENSI KECAKAPAN KEWARGANEGARAAN

(X2)

KEMAMPUAN MELEK POLITIK SISWA

(Variabel Y)

KOMPETENSI WATAK KEWARGANEGARAAN


(26)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 74 berbangsa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan

politik juga berhubungan dengan pengembangan kompetensi-kompetensi politik warga negara yang mencakup pengetahuan, kecakapan dan watak kewarganegaraan.

Adapun indikator Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi Kewarganegaraan yang dimiliki siswa, dengan definisi operasional sebagai berikut:

 Kompetensi Pengetahuan Kewarganegaraan (X1) berkaitan dengan materi

substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan perannya dalam kehidupan bernegara yang mencakup hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang kekuasaan dan politik, demokrasi dan sistem politik, pancasila, dan globalisasi.

Tabel 3.1.

Indikator Variabel Kompetensi Pengetahuan Kewarganegaraan (X1)

Variabel Dimensi Indikator

Kompetensi Pengetahuan Kewarganegaraan (X1)

Pengetahuan tentang sistem politik Indonesia

1. Mendeskripsikan lembaga-lembaga politik di Indonesia 2. Mendeskripsikan Sistem politik

Indonesia

3. Mendeskripsikan Suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia

4. Mendeskripsikan peran warga negara dalam kehidupan politik warga negara

Pengetahuan nilai-nilai

kewarganegaraan

1. Mendeskripsikan tentang hak dan kewajiban politik warga negara 2. Mendeskripsikan konstitusi

Indonesia

3. Mendeskripsikan kedudukan warga negara dalam kehidupan


(27)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 75 politik berbangsa dan bernegara

4. Mendeskripsikan prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia

 Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan (X2) merupakan kecakapan yang

dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang di peroleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intellectual skills (kecakapan intelektual) dan participation skills (kecakapan partisipasi). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya tergambar dalam kecakapan mengambil keputusan yang tepat dan kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi isu-isu kewarganegaraan.

Tabel 3.2.

Indikator Variabel Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan (X2)

Variabel Dimensi Indikator

Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan (X2)

Kecakapan Intelektual

1. Mengidentifikasi

(menandai/menunjukan)

dibedakan menjadi kecakapan: a. Membedakan;

b. Mengelompokkan/Mengklas ifikasikan

c. Menentukan asal usulnya 2.Mendeskripsikan objek, proses,

institusi, fungsi, tujuan, alat dan kualitas.

3.Menjelaskan

(Mengklarifikasi/menafsirkan), misalnya tentang:

a. sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa;

b. makna dan pentingnya peristiwa atau ide

4.Mengevaluasi pendapat/posisi: menggunakan kriteria/standar


(28)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 76 untuk membuat keputusan

tentang:

a. Kekuatan dan kelemhaan isue/pendapat

b. Menciptakan pendapat baru 5.Mengambil pendapat/posisi:

a. dari hasil seleksi berbagai posisi;

b. membuat pilihan baru 6.Mempertahankan

pendapat/posisi:

a. mengemukakan argumentasi berdasarkan asumsi atas

posisi yang

dipertahankan/diambil/dibela b. merespons posisi yang tidak

disepakati Kecakapan

Partisipatoris

1. Kemampuan untuk

mempengaruhi kebijakan dan keputusan dengan bekerjasama dengan yang lain.

2. Memaparkan dengan gamblang suatu masalah yang penting sehingga membuatnya diketahui oleh para pembuat kebijakan dan keputusan.

3. Membangun koalisi, negosiasi, kompromi, dan mencari konsensus.

4. Mengelola konflik.

 Kompetensi Watak kewarganegaraan (X3) adalah sikap dan kebiasaan

berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. Watak warga negara ini tercermin dalam kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai kenegaraan.


(29)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 77 Tabel 3.3.

Indikator Variabel Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan (X3)

Variabel Dimensi Indikator

Kompetensi Kecakapan Kewarganegaraan (X3)

Karakter Privat 1. Tanggungjawab moral 2. Kejujuran

3. Kecintaan 4. Disiplin diri

5. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia

Karakter Publik

1. Kesopanan

2. Kepedulian sebagai warga negara 3. Mengindahkan aturan

4. Kemampuan untuk mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi

b. Melek Politik Siswa (Y)

Suatu kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan politik serta membuat siswa akan siap untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara.

Tabel 3.4

Indikator Variabel Melek Politik Siswa (Y)

Variabel Dimensi Indikator

Melek Politik Siswa (Y)

Pengetahuan a. Pengetahuan dan pemahaman akan hak-hak politik warga negara

b. Pengetahuan tentang lembaga-lembaga dalam sistem politik Indonesia

c. Pengetahuan dan pemahaman tentang penyelenggaraan proses demokrasi


(30)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 78 d. Pengetahuan dan pemahaman

akan hak dan kewajiban yang sifatnya konstitusional

Keterampilan a. Membuat keputusan

b. Berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari

c. Memonitoring jalannya sistem politik

Sikap a. Partisipasi politik warga negara dalam kehidupan sehari-hari b. Penghormatan terhadap hak dan

kewajiban warganegara

c. Pelaksanaan hak dan kewajiban

C.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrumen angket (sumber data primer) didukung dengan observasi dan studi dokumentasi (sumber data sekunder). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respon untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Begitu juga Sudjana, (1986:7) mengungkapkan bahwa angket atau Quesionaire adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon respon hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat.

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berpengaruh dengan fokus penelitian yang diteliti.


(31)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 79 Dalam penelitian ini, alat untuk mengukur penelitian menggunakan

beberapa teknik yang disesuaikan dengan variabel yang diteliti. Variabel pengetahuan kewarganegaraan (X1) menggunakan angket soal test pilihan ganda

umum. Melalui angket ini diharapkan siswa dapat menjawabnya dengan pengetahuan yang mereka miliki. Jawaban yang tepat atau benar akan diberikan bobot 1 dan jawaban yang salah di berikan bobot nol.

Variabel kecakapan kewarganegaraan (X2) diukur dengan menggunakan

menggunakan skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan Holtzman ini dengan empat option, yaitu: (1) Selalu, (2) Sering, (3) Jarang; dan (4) tidak pernah. Jawaban diberi bobot/skor 4,3,2,1. Keunggulan skala model ini tidak mengukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-hari.

Sedangkan untuk variabel watak kewarganegaraan (X3) diukur dengan

menggunakan Skala Sikap Lickert: a. Sangat setuju, b. Setuju, c. Tidak setuju, d. Sangat tidak setuju (Merujuk pada Civics Assesment Database dari National Center For Learning and Citizenship) Skor jawaban 4 = Sangat setuju, 3 = Setuju, 2 = Tidak setuju, 1 = Sangat tidak setuju.

Untuk variabel kemampuan melek politik siswa (variabel Y) diukur political literacy siswa diukur dengan menggunakan skala Sikap Likert yakni Skala Sikap Lickert: a. Sangat setuju, b. Setuju, c. Tidak setuju, d. Sangat tidak


(32)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 80 setuju (Merujuk pada Civics Assesment Database dari National Center For

Learning and Citizenship) Skor jawaban 4 = Sangat setuju, 3 = Setuju, 2 = Tidak setuju, 1 = Sangat tidak setuju.

D.Teknik Analisis Data

Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Analisis data penelitian ini menggunakan statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi. (Sugiyono, 2001: 14).

Teknik analisis inferensial bertujuan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam penelitian ini koefisien korelasi yang akan digunakan dihitung berdasarkan rumus Rank Spearman (Spearman Rank Order Correlation), teknik korelasi tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan diantara variabel X dan variabel Y. Rumus Spearmen Rank Order Correlation sebagai berikut :


(33)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81

n

n

d

r

s i

3

2

6

1

Dimana:

Rs = koefisien korelasi Spearman Rank

di = selisih angka yang dibuat untuk kelompok X dan Y

n = banyaknya sampel. (Sugiono, 2009 : 245)

Langkah-langkah penggunaan koefisien korelasi Spearman Rank Order (Siegel, 1997 : 250-257) adalah sebagai berikut:

1. Skor data dari variabel X dan Y diberi rangking mulai dari nomor 1 sampai N

2. Menghitung selisih rangking pasangan (di) dengan rangking X dan rangking Y

3. Kemudian selisih rangking pasangan dikuadratkan untuk memperoleh di2 lalu di2 dijumlahkan sampai N kasus guna mendapatkan ∑di2.

4. Kadang-kadang dalam penelitian terjadi dua subjek atau lebih mendapat skor yang sama pada variabel yang sama, maka sebelumnya menghitung r2 dilakukan perhitungan faktor koreksi, yaitu:

12

3

t t T   Dimana:


(34)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 82 T = faktor koreksi jumlah rangking berkerangka sama

t = banyaknya data yang berkerangka sama pada rangking tertentu

5. Jika proporsi angka sama dalam observasi-observasi X dan Y dan jumlahnya besar, maka digunakan rumus berikut untuk menghitung rs :

2 2

2 2

2

2 x y

d y x r i s         Dimana: y i x T n n y yi xi d T n n x             12 12 3 2 3 2 Dimana:

di = selisih rangking X dan Y untuk setiap jumlah n n = jumlah sampel

Tx = jumlah koreksi X Ty = jumlah koreksi Y

6. Jika n ≥ 10 signifikansi suatu harga observasi rs ditetapkan dengan menghitung t yang berkaitan dengan harga tersebut menggunakan rumus sebagai berikut: 2 1 2 s s r n r t  

Dimana derajat kebebasan sama dengan n-2, untuk penelitian ini tingkat


(35)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 83 Sedangkan kriteria penerimaan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: jika t

hasil perhitungan lebih besar atau sama dengan t dalam tabel (thitung > ttabel) pada

tingkat signifikan 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima. E.Validitas dan Realibitas

1. Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Uji validitas ini dilakukan unuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran instrumennya. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan & Saccuzo, 1993).

Uji Validitas yang digunakan untruk instrumen pengetahuan yang berupa skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut:

i x

x

M M p

rpb

S q

 Dengan:

Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes Mx = Rata-rata skor total

Sx = Standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut


(36)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84 Sedangkan untuk uji validitas skala sikap digunakan rumus pearson

product moment, yaitu sebagai berikut :

2

2 2 2

( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

 

 

 

i i i i

i i i

n X Y X Y

r

n X X n Y Y

dimana :

r = koefisien korelasi pearson product moment n = jumlah responden

∑X = jumlah skor X

∑Y = jumlah skor Y

∑XY = jumlah hasil kali skor X dan Y

∑X2

= kuadrat jumlah skor X

∑Y2

= kuadrat jumlah skor Y

Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan & Saccuzo, 1993).

2. Pengukuran Realibilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat difahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu


(37)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 85 variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika

koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993). Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah sebagai berikut.

 

            

2

1 1 20 x S p p k k KR Dengan:

k = banyaknya item Sx2 = varians skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut (Saifudin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, 1997, Hal.82)

Sedangkan teknik Koefisien Reliabilitas untuk skala sikap menggunakan rumus Alpha Cronbach dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

              

total k i i S S k k 2 1 2 1 1  dimana :

k = banyaknya belahan item Si2 = varians dari item ke-i


(38)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 86 Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel

dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993).

F. Pengujian Hipotesis

Untuk penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir atau tingkat

signifikansi (α) ditetapkan sebesar 5% (0,05) pada tes dua sisi.

Kriteria pengujian:

1. Jika thitung ≥ ttabel, atau nilai signifikansi (Sig.) < α (0,05) H0 ditolak, dan

Ha diterima. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel

yang diteliti.

2. Jika thitung < ttabel, atau nilai signifikansi (Sig.) < α (0,05) H0 diterima, dan

Ha ditolak. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

variabel-variabel yang diteliti.

G. Populasi dan Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dan digunakan dalam penelitian ini adalah metode simple random sampling (sampling acak sederhana). Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:120). Cara ini cukup objektif, umum dipakai, dan cocok untuk sampel dalam jumlah yang tidak begitu banyak serta dapat mengurangi subjektivitas dalam pengambilan sampel.


(39)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 87 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ialah Siswa SMA di Kota

Bandung. Difokuskan kepada siswa kelas X SMA. Menurut data Dinas Pendidikan Kota Bandung, pada tahun 2010-2011 jumlah siswa kelas X SMA di Kota Bandung ialah sebanyak 20038 orang. Sampel dalam penelitian ini meliputi SMAN 6 Bandung, SMAN 15 Bandung, SMA BPI 2 Bandung dan SMA Puragabaya Bandung.

Ukuran sampel diambil dari populasi menggunakan rumus yang dibuat oleh Slovin, yaitu :

n = N/{1+N(e)²}

n = 20038/{1+20038(0,01)} n = 20038/(1+200,38) n = 20038/201,38 n = 99,50 = 100 Keterangan :

n = ukuran sampel

N = jumlah populasi, dalam hal ini 20038 orang

e = tingkat presisi (batas ketelitian) yang diinginkan, dalam hal ini 10% Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.


(40)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung


(1)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 83 Sedangkan kriteria penerimaan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: jika t

hasil perhitungan lebih besar atau sama dengan t dalam tabel (thitung > ttabel) pada

tingkat signifikan 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima.

E.Validitas dan Realibitas

1. Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Uji validitas ini dilakukan unuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran instrumennya. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan & Saccuzo, 1993).

Uji Validitas yang digunakan untruk instrumen pengetahuan yang berupa skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut:

i x

x

M M p

rpb

S q

Dengan:

Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes Mx = Rata-rata skor total

Sx = Standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut


(2)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84 Sedangkan untuk uji validitas skala sikap digunakan rumus pearson

product moment, yaitu sebagai berikut :

2

2 2 2

( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

 

 

 

i i i i

i i i

n X Y X Y

r

n X X n Y Y

dimana :

r = koefisien korelasi pearson product moment n = jumlah responden

∑X = jumlah skor X

∑Y = jumlah skor Y

∑XY = jumlah hasil kali skor X dan Y

∑X2

= kuadrat jumlah skor X

∑Y2

= kuadrat jumlah skor Y

Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan & Saccuzo, 1993).

2. Pengukuran Realibilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat difahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu


(3)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 85 variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika

koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993). Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah sebagai berikut.

 

            

2

1 1 20 x S p p k k KR Dengan:

k = banyaknya item Sx2 = varians skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut (Saifudin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, 1997, Hal.82)

Sedangkan teknik Koefisien Reliabilitas untuk skala sikap menggunakan rumus Alpha Cronbach dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

              

total k i i S S k k 2 1 2 1 1  dimana :

k = banyaknya belahan item

Si2 = varians dari item ke-i


(4)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 86 Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel

dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993).

F. Pengujian Hipotesis

Untuk penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir atau tingkat

signifikansi (α) ditetapkan sebesar 5% (0,05) pada tes dua sisi.

Kriteria pengujian:

1. Jika thitung ≥ ttabel, atau nilai signifikansi (Sig.) < α (0,05) H0 ditolak, dan

Ha diterima. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel

yang diteliti.

2. Jika thitung < ttabel, atau nilai signifikansi (Sig.) < α (0,05) H0 diterima, dan

Ha ditolak. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

variabel-variabel yang diteliti.

G. Populasi dan Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dan digunakan dalam penelitian ini adalah metode simple random sampling (sampling acak sederhana). Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:120). Cara ini cukup objektif, umum dipakai, dan cocok untuk sampel dalam jumlah yang tidak begitu banyak serta dapat mengurangi subjektivitas dalam pengambilan sampel.


(5)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 87 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ialah Siswa SMA di Kota

Bandung. Difokuskan kepada siswa kelas X SMA. Menurut data Dinas Pendidikan Kota Bandung, pada tahun 2010-2011 jumlah siswa kelas X SMA di Kota Bandung ialah sebanyak 20038 orang. Sampel dalam penelitian ini meliputi SMAN 6 Bandung, SMAN 15 Bandung, SMA BPI 2 Bandung dan SMA Puragabaya Bandung.

Ukuran sampel diambil dari populasi menggunakan rumus yang dibuat oleh Slovin, yaitu :

n = N/{1+N(e)²}

n = 20038/{1+20038(0,01)} n = 20038/(1+200,38) n = 20038/201,38 n = 99,50 = 100 Keterangan :

n = ukuran sampel

N = jumlah populasi, dalam hal ini 20038 orang

e = tingkat presisi (batas ketelitian) yang diinginkan, dalam hal ini 10% Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.


(6)

Yudha Pratama, 2012

Pengaruh Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Pembentukan Political Literacy Siswa: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung


Dokumen yang terkait

PENGARUH HABITUASI, MEDIA SOSIAL DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA SMA : Studi Survei pada SMA Negeri Se-Kota Bandung.

1 14 76

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN DAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH: Study Deskriptif Analitis Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Unggulan Pandeglang Banten.

0 1 56

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA TARUNA BAKTI :Studi Deskriptif di SMA Taruna Bakti Bandung.

1 16 37

PENGARUH KOMPETENSI DAN KOMITMEN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Deskriptif di SMP Negeri Kota Bandung.

1 2 87

Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembinaan Siswa Sebagai Warganegara yang Demokratis (studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMA di Kota Baturaja).

0 0 74

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA MUDA :Studi Deskriptif Analitis terhadap Siswa SMA di Kota Tasikmalaya.

0 1 65

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PENGEMBANGAN KECAKAPAN PARTISIPATORIS PEMILIH PEMULA :Studi Deskriptif Pada Siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

0 3 81

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA MELEK POLITIK SISWA SMA NEGERI 2 PURWOKERTO THE EFFECTS OF CIVIC EDUCATION LEARNING ON STUDENTS’ POLITICAL LITERACY IN SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

0 0 19

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga)

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analiti

0 0 33