PENGARUH KOMPETENSI DAN KOMITMEN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Deskriptif di SMP Negeri Kota Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

ABTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH. ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13

1. Identifikasi Masalah ... 13

2. Perumusan Masalah ... 14 .

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 16

E. Struktur Organisasi Tesis ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 19

A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Kontek Pendidikan Karakter.... 19

1. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaran (PKn)... 19

2. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai ... 27

B. Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan ... 31

1. Pengertian Kompetensi ... 31

2. Kopetensi Menurut Lampiran (Permendiknas) ... 33

C. Komitmen Guru Pendidikan Kewarganegaraan ... 45

1. Komitmen Berhubungan Dengan Motivasi ... 45


(2)

4. Strategi Menumbuhkan Komitmen ... 49

5. Komitmen Dalam Konteks Penjaminan Mutu ... 52

D. Urgensi Implementasi Pendidikan Karakter ... 57

1. Ruang Lingkup Sasaran Pembangunan Karakter Bangsa ... 63

2. Fungsi, Tujuan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa ... 66

3. Nilai-Nilai Yang Dikembangkan Dalam Pendidikan BudayaDan Karakter Bangsa ... 67

4. Prinsip-prinsip Yang Digunakan Dalam Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa ... 69

5. Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter ... 72

E. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan ... 86

F. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu ... 95

BAB III METODE PENELITIAN ... 97

A. Lokasi dan Sujek Populasi dan Sampel Penelitian ... 97

1. Lokasi ... 97

2. Populasi... 100

3. Sampel Penelitian... 100

a. Sampel Purposif (Purposive Sample)... 101

b. Sampel Stratifikasi ( Stratified Sample)... 104

c. Sampel Proposional (Proportional Sample)... 104

d. Sampel Rendom... 105

B. Desain Penelitian... 106

C. Metode Penelitian... 107

D. Definisi Operasional... 108

1. Validitas Operasional... 108

2. Operasional Variabel... 110

E. Istrumen Penelitian... 116

F. Proses Pengembangan Istrumen... 116


(3)

H. Analisa Data ... 124

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 137

A. Fase Penelitian ... 137

1. Persiapan Penelitian ... 137

2. Proses Pelaksanaan ... 141

B. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Perolehan Skor ... 142

1. Deskripsi Umum Variabel Kompetensi PengaruhnyaTerhadap Hasil Belajar ... 142

a. Deskripsi Umum Variabel Kompetensi Pedagogik Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar ... 142

b. Deskripsi Umum Variabel Kompetensi Kepribadan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar ... 147

c. Deskripsi Umum Variabel Kompetensi Sosial PengaruhnyaTerhadap Hasil Belajar ... 151

d. Deskripsi Umum Variabel Kompetensi PropesionalPengaruhnya Terhadap Hasil Belajar ... 155

2. Deskripsi Umum Variabel Komitmen PengaruhnyaTerhadap Hasil Belajar ... 162

a. Deskripsi Umum Variabel Komitmen Psikologis PengaruhnyaTerhadap Hasil Belajar... 162

b. Deskripsi Umum Variabel Komitmen KontinuPengaruhnyaTerhadap Hasil Belajar... 166

c. Deskripsi Umum Variabel Komitmen PengaruhnyaTerhadap Hasil Belajar... 170

3. Deskripsi Umum Variabel Implementasi PendidikanKarakter Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar ... 176

a. Deskripsi Umum Variabel Implementasi Visi Misi Sekolah PendidikanKarakter Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar... 177


(4)

b. Deskripsi Umum Variabel Implementasi Visi Misi Dalam Perencanaan PendidikanKarakter Pengaruhnya Terhadap Hasil

Belajar... 180

c. Deskripsi Umum Variabel Implementasi PendidikanKarakter Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar... 184

4. Deskripsi Umum Hubungan Antarvariabel Kompetensi,Komitmen, Implementasi Pendidikan Karakter , Dan HasilBelajar ... 192

C. Deskripsi Hasil Penelitian Dengan Menggunakan Analisis Jalur ... 195

1. Asumsi Yang Harus Dipenuhi dalam Analisis Jalur ... 196

2. Model Hubungan Antarvariabel Kesatu ... 201

3. Model Hubungan Antarvariabel Kedua ... 210

D. Analisis Hasil Penelitian ... 221

1. Pengaruh Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap HasilBelajar Siswa... 221

2. Pengaruh Komitmen Guru PKn Terhadap Hasil Belajar... 237

3. Pengaruh KompetensiGuru PKn Terhadap Implementasi Pendidikan Karakter... 239

4. Pengaruh Komitmen Guru PKn Terhadap Implementasi Pendidikan Karakter ... 241

5. Hubungan Simultan Kompeteni Guru PKn, Komitmen Guru PKn,Dan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Hasil Belajar Siswa... 246

E. Pembahasan hasil penelitian ... 1. Pengaruh Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap HasilBelajar Siswa... 247

2. Pengaruh Komitmen Guru PKn Terhadap Hasil Belajar... 252

3. Pengaruh KompetensiGuru PKn Terhadap Implementasi Pendidikan Karakter... 256

4. Pengaruh Komitmen Guru PKn Terhadap Implementasi Pendidikan Karakter ... 256

5. Hubungan Simultan Kompeteni Guru PKn, Komitmen Guru PKn,Dan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Hasil Belajar Siswa... 257


(5)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 258

A. Kesimpulan ... 258

1. Kesimpulan Umum ... 258

2. Kesimpulan Khusus ... 259

B. Implikasi ... 260

C. Rekomendasi ... 263

DAFTAR PUSTAKA ... 265 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Operasional Variabel ... 110

3.2 Hasil Uji Validitas Variabel x1 ... 118

3.3 Hasil Uji Validitas Variabel x2 ... 120

3.4 Hasil Uji Validitas Variabel x3 ... 121

3.5 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas x1 ... 123

3.6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas x2 ... 123

3.7 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas x3 ... 123

3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 131

4.1 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ... 141

4.2 Total Skor Kompetensi Pedagogik ... 143

4.3 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Kompetensi Pedagogik ... 145

4.4 Total Skor Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan ... ... 147

4.5 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Kompetensi Sosial ... 149

4.6 Total Skor Variabel Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 151

4.7 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Kompetensi Sosial ... 153

4.8 Total Skor Variabel Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 155

4.9 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Kompetensi Profesional ... 158

4.10 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Variabel Kompetensi ... 160

4.11 Total Skor Komitmen Kondisi Psikologis ... 162

4.12 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Komitmen Kondisi Psikologis ... 165


(7)

4.13 Total Skor Variabel Komitmen Kontinu Guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) ... 167

4.14 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Komitmen Kontinu ... 169

4.15 Total Skor Variabel Komitmen Normatif Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 171

4.16 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Komitmen Normatif ... 173

4.17 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor da Persentase Pada Komitmen ... 175

4.18 Total Skor Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah . 177 4.19 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Implementasi Pendidikan Karakterk Pada Visi Misi Sekolah ... 179

4.20 Total Skor Variabel Implementasi Pendidikan Karakter Visi Misi Dalam Perencanaan Pembelajaran ... 180

4.21 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Dalam Perencanaan ... 182

4.22 Total Skor Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Pembelajaran ... 184

4.23 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Dalam Pembelajaran ... 186

4.24 Sebaran Jawaban Respondewn Berdasarkan Skor dan Persentase Implementasi Pendidikan Karakter ... 188

4.25 Deskripsi Statistik Rata-rata Variabel Kompetensi, Komitmen dan Implementasi Pada Pendidikan Karakter ... 190

4.26 Sebaran Jawaban Responden Antar Variabel ... 191

4.27 Deskripsi Statistik Semua Variabel ... 191


(8)

4.30 Hasil Uji Multikolinearitas Model Hubungan Pertama Coefficientsa .... 198

4.31 Hasil Uji Multikolinearitas Model Hubungan Kedua Coefficientsa ... 199

4.32 ANOVA b ... 201

4.33 Coefficientsa ... 203

4.34 Standardized Coefficientsa ... 206

4.35 Model Summary b ... 207

4.36 Correlations... 208

4.37 Hasil Analisis Jalur Kesatu ... 209

4.38 Uji Keseluruhan ANOVAb ... 210

4.39 Coefficientsa ... 212

4.40 Standardized Coefficientsa ... 216

4.41 Model Summary b ... 217

4.42 Correlations... 218

4.43 Hasil Penelitian Model Hubungan Kedua ... 219

4.44 Coefficientsa ... 221

4.45 Coefficientsa ... 239

4.46 Coefficientsa ... 241


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Pendagogik….………... 146

4.2. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Pendagogik………... 146

4.3. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Kepribadian.………... 150 4.4. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Kepribadian.………... 150

4.5. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Sosial………..………... 154

4.6. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Sosial………..………... 154

4.7. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Profesional………... 158 4.8. Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi Profesional………... 159

4.9 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi ………... 161

4.10 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Kompetensi ………... 161

4.11 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen Kondisi Psikologis ………... 165

4.12 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen Kondisi Psikologis ………... 166

4.13 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada


(10)

4.14 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen Kontinu ………….. ………... 170

4.15 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen Normatif ………….. ………... 173

4.16 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen Normatif ………….. ………... 174

4.17 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen ………. ………….. ………... 175

4.18 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Komitmen ………. ………….. ………... 176

4.19 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah ……….. 179

4.20 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah ……….. 180

4.21 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Dalam

Perencanaan ……….. ……….. 183

4.22 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Dalam

Perencanaan ……….. ……….. 183

4.23 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Dalam

Pembelajaran ……….. ………. 187

4.24 Sebaran Jawaban Responden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada Implementasi Pendidikan Karakter Pada Visi Misi Sekolah Dalam

Pembelajaran ……….. ………. 187

4.25 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Implementasi Pendidikan Karakter ……… ……… 189

4.26 Sebaran JawabanResponden Berdasarkan Skor dan Persentase Pada

Implementasi Pendidikan Karakter ……… ……… 189


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

2.1 Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan dan Karakter Bangsa... 70

2.2 Implementasi Pendidikan Karakter nP ada Mata Pelajaran …………....… 70

2.3 Grand Design Pendidkan Karakter ……….… 71

2.4 Pelaksanaan Pembelajaran ………... 82

2.5 Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Semua Mapel …... 86

3.1 Alur Penelitian ………... 107

4.1 Model Hubungan Antarvariabel ……….. 195

4.2 Model Hubungan Antarvariabel kesatu ……….. 195

4.3 Model Hubungan Antarvariabel kedua ………... 196

4.4 Uji Normalitas Variabel Implementasi ………... 197

4.5 Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar. ………... 197

4.6 Scatterplot untuk uji Heterokedastisitas variable terikat Implementasi ….. 200

4.7 Scatterplot untuk uji Heterokedastisitas variable ……….... 200

4.8 Daerah Penolakan Ho dan Penerimaan H1……….……. 202

4.9 Daerah Penolakan Ho dan Penerimaan H1……….……. 204

4.10 Daerah Penolakan Ho dan Penerimaan H1……….……. 205

4.11 Hubungan antarvariabel ……….. 207

4.12 Daerah Penerimaan Hountuk Korelasi ….……….……. 208

4.13 Daerah Penerimaan Signifikan Kopetensi, Komitmen, dan Implementasi terhadap Hasil Belajar ………. 211

4.14 Daerah Penerimaan Signifikan Kontribusi Kompetensi terhadap Hasil Belajar……….. 213

4.15 Daerah Penerimaan Signifikan Kontribusi Komitmen terhadap Implementasi………,,,. 214

4.16 Daerah Penerimaan Signifikan Kontribusi Implementasi terhadap Hasil Belajar……….. 215


(12)

4.18 Daerah penerimaan korelasi signifikan kompetensi dengan implementasi.. 218

4.19 Model Hubungan Antarvariabel ……….. 220

4.20 Pelaksanaan Pembelajaran ………... 224


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Matriks

2. Kuisioner Penelitian

3. Data Hasil Uji Kuisioner Penelitian 4. Data Mentah

5. Pengolahan Data dengan SPSS 6. Pembimbing.

7. Perizinan

a. Pemohonan Izin Penelitian b. Pemberitahuan Survey c. Surat Izin Survey 8. Riwayat Hidup Penulis


(14)

Ati Rohaeti, 2012

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I menyajikan pendahuluan berisi uraian mengenai : Latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis. Langkah demi langkah dalam bagian pendahuluan ini, akan dibahas lebih terperinci pada bahasan di bawah ini :

A. Latar Belakan Masalah.

Karakter bangsa merupakan aspek pembangunan nasional yang sangat strategis untuk fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Setiap pelaksanaan pembangunan harus diarahkan untuk karakter bangsa. Mengenai hal tersebut, secara konstitusional tercantum dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Bab IV mengenai Arah Pembangunan, yakni:

“...terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.”

Berbagai upaya dan pemikiran perlu disikapi positif dan ditangkap dengan karya nyata dari semua insan baik itu di lingkungan masyarakat, maupun intansi pemerintahan, yakni dengan siap sedia untuk memulai melakukan kegiatan pendidikan karakter di lingkungan masing-masing berdasarkan kapasitas dan kemampuannya (Budimansyah, 2012: v).


(15)

Arah, Tahap, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 cukup jelas, yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila.

Alasan mendasar yang melatari pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, historis maupun sosiokultural tertuang dalam Desain Induk Pendidikan Karakter Bangsa (2010:1 ) bahwa ;

Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa, karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultural.

Pembangunankarakterbangsa yang

sudahdiupayakandenganberbagaibentuk,hinggasaatinibelumterlaksanadenganopti mal.Terdapatkesenjangansosial-ekonomi-politik yang masih besar,kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok negeri,masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat.

Desain Induk Pendidikan Karakter Bangsa (2010:1-2) menegaskanbahwa: terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada (1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila, (3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (4) memudarnya kesadaran terhadap


(16)

Ati Rohaeti, 2012

nilai-nilai budaya bangsa,(5) ancaman disintegrasi bangsa, dan (6) melemahnya kemandirian bangsa.

Kejadian-kejadian tersebut bertentangan dengan adat istiadat, kebiasaan,dan kepribadian bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang ramah, sopan, dan suka bermusyawarah dalam menyelesaikan setiap perbedaan, selalu bergotong royong dalam mengerjakan kepentingan masyarakat dan lain sebagainya.

Pendidikan karakter sesungguhnya sudah tercermin dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas), yang berbunyi “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas.


(17)

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun berkepribadian atau berkarakter, selain itu bagaimana bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara berkelanjutan dan merata, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa. Singkatnya melalui pendidikan hendak diwujudkan peserta didik yang memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika. Rumusan tujuan pendidikan yang paling ideal, ambisius dan nyaris sempurna, tetapi tetap saja menyimpan pertanyaan besar mengapa dalam alam praktik kehidupan masih muncul krisis akut yang tak berkesudahan.

Namun, tampaknya ruh pendidikan nasional Indonesia yang demikian agung, jika menyimak fungsi dan tujuan pendidikannasional, dalam prakteknya masih terdapat beberapa kelemahan dan kendala yang serius. Salah satu diantara kendala tersebut, adalah telah terjadi proses reduksi makna pendidikan yang seolah-olah hanya melalui sekolah. Padahal sebagaimana mestinya dipahami pendidikan berlangsung pada tiga lingkungan, yakni lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Akibat dari proses reduksi maka lepaslah tanggung jawab keluarga dan masyarakat dari kewajiban mendidik manakala telah memasukan anaknya ke sekolah.

Hal ini dipertegas lagi dengan adanya reduksi yang kedua, dan ketiga dimana sekolah diartikan dalam arti yang sempit yakni mengajar, sedangkan


(18)

Ati Rohaeti, 2012

proses mendidik tidak mendapat perhatian yang semestinya. Reduksi ketiga mengajar dimaknai hanya berlangsung di kelas. Dan ternyata reduksi selanjutnya yang ke empat yang memaknai bahwa pembelajaran di kelaspun di batasi dengan buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar yang utama. Terakhir terjadi reduksi yang kelima, yang berkenaan dengan penilaian akhir yang seolah-olah hanya bermuara pada ujian nasional (Budimansyah, 2012: iv).

Langkah-langkah nyata implementasi Sisdiknas dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Peraturan inimemberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidik yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Untuk mengimplementasikan standar-standar tersebut, Menteri Pendidikan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No .16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Guru sebagai pendidik dan tenaga Kependidikan dalam melaksanakan tugasnya harus sudah menguasai dan mengaplikasikan minimalnya lima standar, yakni: (1) standar isi meliputi ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, (2) standar proses yang berkaitan dengan standar pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan


(19)

untuk mencapai standar kompetensi lulusan, (3) standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik ataupun mental, seperti pendidikan dalam jabatan, dan (5) standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Perkembangan pendidikan dan mengapresiasi peraturan-peraturan baru, guru-guru harus selalu rajin mengikutimasalah aktual dan mulai mencoba melakukan yang belum pernah dilakukan, menyempurnakan hal-hal yang belum sempurna.Tidakdiragukan lagi bahwa guru memiliki kompetensi yang benar-benar sudah teruji. Hal ini nampak di dalam sebuah seleksi calon guru harus memiliki standar kualifikasi akademik dengan ijazah atau ujian kelayakan dan kesetaraan, dan kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Pendidikan Karakter pada dasarnya merupakan bagian esensial yang menjadi tugas sekolah , tetapi selama ini kurang perhatian . Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam ranah pesekolahan, menyebabkan berkembangnya penyakit sosial di tengah masyarakat . Seyogiannya sekolah tidak hanya meningkatkan pencapaian akademis, tetapi bertanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didik. Capaian akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua dimensi integral yang harus mendapat perhatian sekolah.


(20)

Ati Rohaeti, 2012

Menurut Mochtar Buchori 2007 ( Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama 2010: 6) tentang pendidikan karakter seharusnya :

„... membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Guru-guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter tidak hanya sebatas wacana, dan sebatas pengetahuan saja, tetapi perlu mengembangkan komitmen yang tinggi, sehingga pendidikan karakter benar-benar terlaksana dengan baik dan berhasil sesuai harapan. Perubahan dibutuhkan tindakan. Tindakan dibutuhkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan teknis.

Pendidikan Karakter pada dasarnya telah dilakukan sejak lama, antara lain melalui integrasi imtaq ke dalam pembelajaran, Pendidikan Budi Pekerti, P4 (Pedoman Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) dan program-program lainnya. Namun demikian pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum secara optimal pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. (Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama 2010: 6).

Pengembangan karakter di lingkungan pendidikan sementara ini, direalisasikandalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif. langkahkonatif. Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati.


(21)

nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hadjar Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.

Selanjutnya,Zubaedi(2011:20) menjelaskan:

Pendidikan karakter dari sisi subtansi dan tujuan sama dengan pendidikan budi pekerti, sebagai sarana untuk mengadakan perubahara mendasar, karena membawa perubahan secara mendasar, karena membawa perubahan individu sampai keakar-akarnya. Istilah budi pekerti mengacu kepada moralitas, yang mengandung pengertian, antara lain adat istiadat, sopan santun, dan prilaku yang berisi nilai-nilai.

Dalam hubungan dengan Pendidikan Karakter yang ada sekarang dihubungkan dengan sejarah pendidikan di Indonesia, memang istilah Pendidikan Karakter muncul dari pidato Wakil Presiden di Jogjakarta, dan sejak itu Pendidikan Karakter di kembangkan. Diruntut dari sejarah, istilah Pendidikan Karakter belum ada dalam Tujuan Pendidikan. Sejak proklamasi bahkan jaman Hindia Belanda baru muncul istilah Pendidikan Budi Pekerti. Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Karakter sepertinya memiliki tujuan yang sama.

Menurut Riyanto (2000:45) mencermati prinsip dan tujuan Pendidikan dari sejak sebelum 1900 pada masa Hindia Belanda hingga saat ini, pendidikan budi pekerti baru muncul di tahun 1978, yakni dengan keluarnya ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yakni:

Tujuan Pendidikan Nasional untuk meniningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pendidikan Karakter,di tingkat persekolah dalam pelaksanaannya,dapat berkomitmen untuk mengembangkan pendidikan karakter dengan cara:


(22)

Ati Rohaeti, 2012

(1) Menekankan pentingnya nilai-nilai adab yang dikembangkan oleh orang dewasa sebagai model dalam kelas, yang akan dicontoh oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Di sini guru sebagai model teladan, uswatun khasanah; (2) Membantu siswa dalam memperjelas nilai-nilai yang seharusnya mereka miliki, membangun ikatan personal serta tanggung jawab di antara mereka; (3) Menggunakan kurikulum tradisional sebagai wahana untuk mengajarkan nilai-nilai dan menguji pertanyaan-pertanyaan terkait konteks moral; (4) Meningkatkan dan mempertajam refleksi moral peserta didik melalui diskusi, debat, curah pendapat dan jurnal-jurnal; (5) Meningkatkan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari melalui pelayanan komponen sekolah (guru, siswa, guru Bimbingan Konseling (BK), dan karyawan sekolah) terhadap masyarakat serta berbagai bentuk strategi melibatkan dalam masyarakat lainnya; dan (6) Mendukung pengembangan guru dalam dimensi pengembangan moral dan pelaksanaan dialog antar guru dalam konteks moral selama pelaksanaan tugasnya (Samani, Muchlis, dan Haryanto, 2011: 140).

Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan.

Pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat kompleks. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tentu merupakan masalah tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Globalisasi dan hubungan antarbangsa sangat berpengaruh pada aspek ekonomi (perdagangan global) yang mengakibatkan berkurang atau bertambahnya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Pada aspek sosial dan budaya, globalisasi mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial seperti sikap individualistik, materialistik, dan hedonistik yang seperti virus akan berimplikasi terhadap tatanan budaya masyarakat Indonesia sebagai warisan budaya bangsa seperti memudarnya rasa kebersamaan, gotong


(23)

royong, melemahnya toleransi antarumat beragama, menipisnya solidaritas terhadap sesama, dan itu semua pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi, dengan menempatkan strategi pendidikan sebagai modal utama menghalangi virus-virus penghancur tersebut, masa depan bangsa ini dapat diselamatkan.

Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di tingkat persekolahan khususnya di Sekolah Menengah diperlukan sebuah Desain Pengembangan Karakter, dengan desain tersebut bisa dijadikan sebuah rujukan pengembangan sekolah berkarakter. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam:

Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. (Panduan Pendidikan Karakter Sekolah Menengah, 2010:6).

Lembaga pendidikan formal merupakan wadah yang paling berperan dalam membangun karakter siswa, untuk itu dalam lembaga pendidikan formal perlu menekankan pentingnya pendidikan nilai dan moral, yang berlandaskan pada teori perkembangan nilai dan moral. Piaget dan Kohlberg adalah dua tokoh yang


(24)

Ati Rohaeti, 2012

berpengaruh dalam teori perkembangan moral.Piaget telah melakukan penelitian selama 40 tahun (Winataputra dan Budimansyah 2007: 172-173)untukmeneliti:

perkembangan struktur kognitif (cognitive structure) anak dan kajian moral (moral judgment) anak yang hasil studinya menyimpulkan ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia 6 sampai dengan 12 tahun, yakniotonomi dan anatomi. Segala aturan dipandang oleh anak sebagai hal yang datang dari luar (bersifat eksternal) dan dianggap sakral karena merupakan hasil pemikiran orang dewasa,sedangkan pada tingkat otonomianak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang dari luar dirinya, sehingga pada tahap ini anak memiliki kemampuan untuk mengkritisi aturan dan memilih aturan yang tepat atas dasar kesempatan dan kerjasama dengan lingkungannya. Berdasarkan teori Piaget ini maka pendidikan nilai dititik beratkan pada pengembangan perilakumoral yang dilandasi oleh penalaran moral.

Pendidikan karakter bukan sebuah program pendidikan yang menawarkan keajaiban, yang mampu membuat siswa berubah menjadi baik. Pendidikan karakter justru lebih: “... terbentuk ketika guru bersama-sama dengan siswa dan anggota komunitas sekolah berjuang jatuh bangun untuk menghayati visi dan merealisasikan nilai-nilai pendidikan dalam hidup mereka secara bersama-sama (Koesoema, 2009:137)”. Jadi, tidak ada alasan lain lagi bagi guru, urgensinya pendidikan karakter menuntut kreativitas guru- guru untuk mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran yang di ampu.Guru yang profesional dan berdedikasi tinggilah yang mampu menjalankan tugas mulia tersebut. Adapun faktor pendukungnya adalah suasana sekolah yang penuh kedisiplinan, kejujuran, dan kasih sayang, yang akan menghasilkan output yang diinginkan berupa karakter yang baik. Pada saat yang sama, guru merasakan sekolah yang kondusif akan meningkat kompetensinya dalam pengelolaan kelas. Berkat pengelolaan kelas yang baik, maka akan menyebabkan prestasi akademik yang tinggi.


(25)

Lengkapnya peraturan tentang standar minimal yang harus dikuasai oleh seorang guru, seharusnya peran dan tugas guru berjalan lancar sesuai dengan yang diamanatkan dalam Sisdiknas.Berpedoman pada standarproses, guru mampu menyusun perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran , penilaian hasil pembelajaran dan siap untuk disupervisi .Berpedoman pada standar isi, guru mampu menyusun kurikulum khususnya pada mata pelajaran yang diampu, membuat program tahunan , dan program semester sesuai dengan kalender pendidikan . Berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar penilaian , guru memahami prinsip, teknik penilaian, dan mekanisme penilaian.

Guru dalam praktik kegiatan pendidikan di sekolah sering kali ditemukan kurang memiliki gairah dalam melaksanakan tugasnya, yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang ingin dicapai. Banyak faktor kurang gairahnya seorang guru, seringkali jatuh dalam kecenderungan mengalihkan persoalan dalam memahami persoalan pengembangan profesinya sendiri,“Alih-alih mengoreksi diri, kita para guru lebih mudah menyalahkan pembuat kebijakan, entah itu pada tingkat sekolah atau tingkat pemerintahan . Kalau ada siswa yang tertinggal, kita lebih suka menyalahkan siswa yang tidak mau belajar. Singkatnya, yang salah dalam dunia pendidikan selalu berada di luar diri guruKoesoema A Doni (2011: 9). Jika model guru seperti ini terus berkembang, kesempatan untuk melakukan perubahan akanmengalami kemandegan. Bahkan, Koesoema menjelaskan bahwa posisi guru bagaikan katak dalam tempurung, tertutup dan tidak bisa melihat apa yang terjadi di dunia sekitarnya, sebaliknya malah merasa nyaman dan tinggal


(26)

Ati Rohaeti, 2012

dalam keyakinannya sendiri yang belum tentu relevan dengan gerak dinamika perubahan dalam masyarakat dan konstruktif bagi pengembangan profesinya.

Permasalahan lain, sebagaian guru di lapangan adalah (1) pembelajaran masih bersifat kognitif, (2) persiapan pembelajaran masih mengikuti cara lama mengcopy dari rekan-rekan yang belum jelas ada kesamaan latar belakang dan situasi peserta didiknya,(3) pengembangn indikator-indikator berorientasi pada buku pelajaran yang seharusnya berorientasi pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), dan (4) penilainnya masih kognitif karena ranah-ranah lain sulit untuk diukur.

Kompetensi guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter tidak cukup, perlu ditopang dengan komitmen guru yang tinggi,kencedurangan pengembangan implementasi pendidikan karakter akan bernasib sama dengan program sebelumnya yakni hanya sebatas wacana, maka peneliti menganggap perlunya membuat suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi dan Komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengimplementasikan Program Pendidikan Karakter terhadap Hasil Belajar Siswa”. Dari pembahasan tersebut diharapkan pembinaan karakter dapat tewujud sesuai dengan waktu yang dicanangkan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah. 1. Identifikasi Masalah.

Berkaitan dengan permasalahan guru di lapangan, seringkali mereduksi, bahwa pembelajaran di kelas hanya di batasi pada buku teks sebagai satu-satunya


(27)

sumber belajar yang utama. Reduksi lainnya, adalah berkenaan dengan penilaian akhir yang seolah-olah hanya bermuara pada ujian nasional.

Langkah-langkah nyata implementasi Sisdiknas dan penjabarkan sejumlah peraturan,jika model guruseperti ini terus berkembang, kesempatan untuk melakukan perubahan akan mengalami kemandegan, termasuk menyikapi berbagai peraturan dan keharusan mengimplementasikan pendidikan karakter.

Guru wajib memiliki sejumlah kompetensi, perlu juga membangun sebuah komitmen. Dengan kompetensi, Guru memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugas-tugas keprofesionalan. Sedangkan tanggung jawab seorang Guru PKn terbentuk dengan adanya komimen . Guru akan terpanggil dan memiliki tanggung jawab dalam mengimplementasikan pendidikan karakter, sehingga hasil belajar akan meningkat dan lebih berkarakter.

2. Perumusan Masalah.

Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini, adalah Implementasi pendidikan karakter pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa yang belum terlaksana dengan optimal. Kompetensi dan komitmen Guru Pendidkan Kewarganegaraan (PKn) perlu dibangun dan dibina secara konsisten.

Berdasarkan hal tersebut, masalah penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah kompetensi dan komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter berpengaruh terhap hasil belajar siswa“?


(28)

Ati Rohaeti, 2012

Sub- sub masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa?

2. Bagaimana komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraanpengaruhnya terhadap hasil belajar siswa ?

3. Bagaimana kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan pengaruhnya terhadap implementasi Pendidikan Karakter ?

4. Bagaimana komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraanpengaruhnya terhadap implementasi Pendidikan Karakter ?

5. Bagaimana kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan , komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraan, dan implementasi Pendidikan Karakter hubungannya secara simultan terhadap hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian.

1. TujuanUmum.

Bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi dan komitmen Guru PKn dalam mengimplementasikan pendidikan karakter terhadap kualitasproses dan hasil belajar.

2. TujuanKhususPenelitian.

TujuanKhususPenelitianadalah : untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

2. Komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

3. Kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan pengaruhnya terhadap implementasi Pendidikan Karakter.

4. Komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraan pengaruhnya terhadap implementasi Pendidikan Karakter.


(29)

5. Kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan, komitmen guru Pendidikan Kewarganegaraan, dan implementasi Pendidikan Karakter hubungannya secara simultan terhadap hasil belajar siswa.

D.Manfaat/Signifikansi Penelitian.

Penelitian berusaha mengkaji hubungan kompetensi dan komitmen Guru PKndalam mengimplementasikan Pendidikan Karakter pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa di Kota Bandung.

Penelitian diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis (keilmuan) maupun secara praktis (empirik) di lapangan. Manfaat secara teoritis, penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian tentang pentingnya sebuah kompetensi dan komitmen guru PKn dalam mengimplementasikan Pendidikan Karakter, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Manfaat secara praktis, penelitian diharapkan mampu :

1. Mengingatkan Guru PKn terhadap kewajiban memiliki sejumlahstandar kompetensi yang harus dimilikinya.

2. Mengingatkan Guru PKn terhadap pentingnya membangun komitmen dalam mengimplementasikan Pendidikan Karakter, sehinggahasil belajar siswa berkarakter.

3. Merepleksikan kegiatan Guru PKn, dan hasil refleksi dijadikan pijakan untuk meningkatkan kompetensi dan membangun komitmen keprofesionalan.

E.Struktur Organisasi Tesis.

Tesis PengaruhKompetensidanKomitmen Guru


(30)

Ati Rohaeti, 2012

adapHasilBelajarSiswaterdiri ataslima bab. Uraian dari setiap bab dapat diperjelas berikut ini.

Bab I terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis. Uraian latar belakang masalah, menjelaskan dasar pemikiran peneliti apa dan mengapa judul dari peneitian itu. Adapun rumusan masalah, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersumber dari masalah yang dipilih.Tujuan penelitian, merumuskan tujuan umum penelitian yang konsisten dengan masalah pokok penelitian. Untuk manfaat/signifikansi penelitian,yakni mengajukan rumusan manfaat/ kegunaan penelitian tersebut. Struktur organisasi tesis, menggambarkan secara keseluruhan isi dan sistematika tesis.

Baba II Landasan teori dan kerangka pemikiran sering pula ditulis tinjauan teoretis atau tinjauan pustaka, terdiriatas pembahasan variabel penelitian dan hubungan antarvariabel secara teoretik sehingga secara rasional bisa menurunkan hipotesis penelitian. Landasan teori dalam penelitian sebagai berikut :

A. Pendidikan Kewargaegaraan (PKn) dalam Konteks Pendidikan Karakter. 1. Perkembangan PKn.

2. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Nilai. B. Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan.

C. Komitmen Guru Pendidikan Kewarganegaraan. D. Urgensi Implementasi Pendidikan Karakter. E Hasil Belajar Pendidikan Kewargabnegaran.


(31)

Bab III membahas metode penelitian, yakni kegiatan dalam verifikasi data di lapangan untuk menjawab masalah penelitian dan menguji hipotesis . Isi bab ini dimulai dengan :

A. Lokasi, subjek populasi dan sampel penelitian. B. Desain penelitian.

C. Metode penelitian . D. Definisi oprasional. E. Instrumen penelitian.

F. Proses pengembangan instrumen. G. Teknik pengumpula data.

H. Analisis data.

Bab IV membahas hasil penelitian yang menjelaskan :Hasil Penelitian dan Pembahasan.

A. FasePenelitian.

B. Deskripsi hasil penelitian berdasarkan perolehan skor.

C. Deskripsi hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur. D. Analisis Hasil Penelitian .

E. Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V adalah kesimpulan dan saran yang berisi tiga hal pokok yang disajikan sebagai pemahaman peneliti secara terpadu, terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh.Tiga hal pokok itu terdiri dari kesimpulan, implikasi dan rekomendasi.


(32)

Ati Rohaeti, 2012

BAB III

METODE PENELITIAN.

A. Lokasi , Subjek Populasi Dan Sampel Penelitian. 1. Lokasi.

Penelitian dilakukan pada beberapa Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar di SMP Negeri Kota Bandung. Untuk memudahkan dalam menentukan sekolah mana yang akan diteliti, maka SMP- SMP itu dikelompokkan berdasarkan cluster Sekolah SMP Negeri perwilayah. Menurut Keputusan Kepala Dinas Kota Bandung, Oji Mahroji dalam sebuah peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru(PPDB)mengatakan sitem cluster SMP Negeri Bandung tahun ini hanya dibagi dalam tiga cluster, yaitu clustersatu, cluster dua dan cluster tiga.

SMP Negeri di kota Bandung yang masuk pada cluster satuterdiri dari 12 sekolah, yang meliputi :

1. SMP Negeri 1 Jl Kesatrian No 12 Rayon Bandung Barat. 2. SMP Negeri 2 Jl Sumatra No 36 Rayon Bandung Utara. 3. SMP Negeri 3 Jl Dewi Sartika No 96 Rayon Bandung Selatan. 4. SMP Negeri 5 Jl Sumatra No 40 Rayon Bandung Utara. 5. SMP Negeri 7 Jl Ambon No 23 Rayon Bandung Utara. 6. SMP Negeri 8 Jl Cigending No 19 Rayon Bandung Timur. 7. SMP Negeri 12 Jl Setia Budi No 195 Bandung Barat. 8. SMP Negeri 13 Jl Mutiara No 15 Rayon Bandung Timur.


(33)

9. SMP Negeri 14 Jl Lap. Supratman No 8 Rayon Bandung Utara. 10. SMP Negeri 28 Jl Solontangan II Rayon Bandung Timur. 11. SMP Negeri 30 Jl Sekejati No 32 Rayon Bandung Tenggara. 12. SMP Negeri 34 Jl Waas Soekarno Hata Rayon Bandung Selatan .

SMP Negeri di kota Bandung yang masuk pada cluster ke dua terdiri dari 16 sekolah , yang melioputi :

1. SMP Negeri 4 Jl Samoja No 5 Rayon Bandung Timur. 2. SMP Negeri 9 Jl Semar No 5 Rayon Bandung Barat.

3. SMP Negeri 10 Jl Dewi Sartika No115 Rayon Bandung Selatan. 4. SMP Negeri 11 Jl Samsudin No 34 Rayon Bandung Selatan. 5. SMP Negeri 15 Jl Setia Budhi No 85 Rayon Bandung Barat. 6. SMP Negeri 16 Jl PPH Mustopa No 53 Bandung Utara. 7. SMP Negeri 17 Jl Pacuan Kuda Rayon Bandung Timur. 8. SMP Negeri 18 Jl Terusan Kircon Rayon Bandung Tenggara. 9. SMP Negeri 24 Suka Mulya No 33 Rayon Bandung Selatan. 10. SMP Negeri 26 Jl Sarijadi Blok 23 Rayon Bandung Barat. 11. SMP Negeri 27 Jl Yudawastu Pramuka I Rayon Bandung Utara. 12. SMP Negeri 33 Jl BBK Tarogong Rayon Bandung Selatan. 13. SMP Negeri 36 Jl Caringin Rayon Bandung Selatan. 14. SMP Negeri 41 JlArjuna No 18 Rayon Bandung Barat.

15. SMP Negeri 43 Jl Kautamaan Istri No 31 Rayon Bandung Selatan. 16. SMP Negeri 44 Jl Cimanuk I Bandung Utara.


(34)

Ati Rohaeti, 2012

SMP Negeri di kota Bandung yang masuk pada cluster ke tiga terdiri dari 24 sekolah , yang meliputi :

1. SMP Negeri 6 Jl H Yakob No 36 Rayon Bandung Barat. 2. SMP Negeri 19 Jl Sadang Luhur No 11 Rayon Bandung Utara. 3. SMP Negeri 20 Jl Centeh No 5 Rayon Bandung Timur.

4. SMP Negeri 21 Jl Caringin Gang Lumbung II Rayon Bandung Selatan. 5. SMP Negeri 22 Jl Supratman No 24 Rayon Bandung Utara.

6. SMP Negeri 23 Jl Arjuna No 20-22 Rayon Bandung Barat. 7. SMP Negeri 25 Jl Pajagalan No.47 Rayon Bandung Selatan. 8. SMP Negeri 29 Jl Geger Arum No.11A Rayon Bandung Barat. 9. SMP Negeri 31 Jl. Binong Jati No 139 Rayon Bandung Tenggara. 10. SMP Negeri 32 Jl Arjuna No. 23 Rayon Bandung Barat.

11. SMP Negeri 35 Jl Dago Pojok No. 756 Rayon Bandung Utara. 12. SMP Negeri 37 Jl BBK Sari I Rayon Bandung Tenggara.

13. SMP Negeri 38 Jl Borobudur Cibaduyut Rayon Bandung Selatan. 14. SMP Negeri 39 Jl Holis No 439 Rayon Bandung Selatan.

15. SMP Negeri 40 Jl Wastukencana No 74A Rayon Bandung Barat. 16. SMP Negeri 42 Jl Manjah Lega Bandung Tenggara.

17. SMP Negeri 45Jl Yogyakarta No. 1A Rayon Bandung Barat. 18. SMP Negeri 46 Jl Cigagak Rayon Bandung Timur.

19. SMP Negeri 47 Jl Budi Cilember Rayon Bandung Barat.

20. SMP Negeri 48 Jl Batu I Raden VIII No. 19 Rayon Bandung Tenggara. 21. SMP Negeri 49 Jl Antapani No. 58 Rayon Bandung Barat.


(35)

22. SMP Negeri 50 Jl Pasirjati Ujung Berung Rayon Bandung Timur. 23. SMP Negeri 51 Jl Derwati Ranca Sari Rayon Bandung Tenggara. 24. SMP Negeri 52 Jl Ciumbuleuit RayonBandung Barat .

Mengingat jarak lokasi SMP satu dengan SMP lainnya cukup jauh, maka peneliti meminta batuan dengan cara bergabung dengan Musyawarah Guru Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan (MGMP PKN) Kota Bandung. Kegiatan di MGMP, menentukan sampel secara acak, mengambil data dari kepengurusan MGMP kota Bandung sesuai dengan sampel yang sudah ditentukan, dan mengadakan koordinasi dengan kordinator sub rayon dalam melengkapi data responden dari masing-masing wilayah.

2. Populasi.

Sugiyono (Riduwan, 2006:24) memberikan pengertian bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Riduwan “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian”.

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah Guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar di SMP Negeri Kota Bandung .

3. Sampel Penelitian .

Menurut Arikunto (Riduwan, 2006:56), “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Sedangkan, menurut


(36)

Ati Rohaeti, 2012

Sugiyono (Riduwan, 2006:56), “Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Riduwan menyimpulkan, “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”.

Untuk menentukan sampel mana yang akan digunakan dalam penelitian, maka dalam kesempatan ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengambilan sampel, yang juga disebut teknik sampling meliputi :Sampel Purposif (Purposive Sample), Sampel Stratifikasi (Stratified Sample), Sampel Proporsional (Proportional Sampel) atau sampel Imbangan, dan Sampel Random.

a. Sampel Purposif ( Purposive Sample).

Menurut Arikunto (2010: 183) sampel purposif, Yaitu sampel yang ditarik berdasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan komitmen guru PKn dalam mengimplementasikan Pendidikan Karakter terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menentukan sampel purposif, yakni :

Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang tepat pada populasi (key subjectis). Dan penentuan karakteristik populasi dilakukan dengancermat di dalam studi pendahuluan (Arikunto 2010:183).

Adapun sampel guru PKn dalam penelitian ini adalah Guru PKn yang mengajar di SMP Kota Bandung berdasarkan klaster wilayah . Klaster SMP Negeri Kota Bandung berdasarkan keputusan kepala dinas Kota Bandung, terdiri dari 12 SMP Negeri klaster satu, 16 SMP Negeri klaster dua, dan 24 SMP Negeri claster 3.


(37)

Mengingat penentuan klaster dilakukan oleh kepala dinas Kota Bandung, dan menurut hemat peneliti sudah memenuhi syarat penentuan sampel purposif, maka dari 12 SMP Negeri klaster satu, enam sekolah secara acak dipilih untuk dijadikan sampel penelitian (enam guru PKn dari enam sekolah secara acak dijadikan sampel penelitian).

Keenam guru PKn tersebut berasal dari :

1) SMP Negeri 1 Jl Kesatrian No 12 Rayon Bandung Barat. 2) SMP Negeri 2 Jl Sumatra No 36 Rayon Bandung Utara. 3) SMP Negeri 3 Jl Dewi Sartika No 96 Rayon Bandung Selatan. 4) SMP Negeri 12 Jl Setia Budi No 195 Bandung Barat.

5) SMP Negeri 13 Jl Mutiara No 15 Rayon Bandung Timur. 6) SMP Negeri 14 Jl Lap. Supratman No 8 Rayon Bandung Utara.

Dari 16 Sekolah Clusterdua yang homogen tersebut , maka sebelas sekolah secara acak dipilih untuk dijadikan sampel penelitian (11 guru PKn dari 11 sekolah secara acak dijadikan sampel penelitian).

Kesebelas guru PKn tersebut berasal dari :

1) SMP Negeri 4 Jl Samoja No 5 Rayon Bandung Timut. 2) SMP Negeri 9 Jl Semar No 5 Rayon Bandung Barat.

3) SMP Negeri 10 Jl Dewi Sartika No115 Rayon Bandung Selatan. 4) SMP Negeri 11 Jl Samsudin No 34 Rayon Bandung Selatan. 5) SMP Negeri 15 Jl Setia Budhi No 85 Rayon Bandung Barat. 6) SMP Negeri 18 Jl Terusan Kircon Rayon Bandung Tengggara. 7) SMP Negeri 26 Jl Sarijadi Blok 23 Rayon Bandung Barat.


(38)

Ati Rohaeti, 2012

8) SMP Negeri 33 Jl BBK Tarogong Rayon Bandung Selatan. 9) SMP Negeri 36 Jl Caringin Rayon Bandung Selatan. 10) SMP Negeri 41 JlArjuna No 18 Rayon Bandung Barat. 11) SMP Negeri 43 Jl Kautamaan Istri No 31 Rayon Selatan.

Dari 24 Sekolah Cluster III yang homogen tersebut , maka limabelas sekolah secara acak dipilih untuk dijadikan sampel penelitian ( 15 guru PKn dari 15 sekolah secara acak dijadikan sampel penelitian).

Kelimabelas guru PKn tersebut berasal dari :

1) SMP Negeri 20 Jl Centeh No 5 Rayon Bandung Timur.

2) SMP Negeri 21 Jl Caringin Gang Lumbung II Rayon Bandung Selatan. 3) SMP Negeri 22 Jl Supratman No 24 Rayon Bandung Utara.

4) SMP Negeri 25 Jl Pajagalan No.47 Rayon Bandung Selatan. 5) SMP Negeri 29 Jl Geger Arum No.11A Rayon Bandung Barat. 6) SMP Negeri 31 Jl. Binong Jati No 139 Rayon Bandung Tenggara. 7) SMP Negeri 32 Jl Arjuna No. 23 Rayon Bandung Barat.

8) SMP Negeri 35 Jl Dago Pojok No. 756 Rayon Bandung Utara. 9) SMP Negeri 39 Jl Holis No 439 Rayon Bandung Selatan.

10) SMP Negeri 40 Jl Wastukencana No 74A Rayon Bandung Barat. 11) SMP Negeri 42 Jl Manjah Lega Bandung Tenggara.

12) SMP Negeri 46 Jl Cigagak Rayon Bandung Timur. 13) SMP Negeri 47 Jl Budi Cilember Rayon Bandung Barat.

14) SMP Negeri 50 Jl Pasirjati Ujung Berung Rayon Bandung Timur. 15) SMP Negeri 52 Jl Ciumbuleuit Rayon Bandung Barat .


(39)

Mengingat jarak lokasi SMP satu dengan SMP lainnya cukup jauh, maka peneliti meminta batuan dengan cara bergabung dengan Musyawarah Guru Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan (MGMP PKN) Kota Bandung. Untuk mengatasi atau melengkapi data yang kurang atau guru yang telah ditentukan tidak bergabung dalam MGMP, maka peneliti dibantu oleh guru-guru koordinator sub rayon dalam mengambil data penelitian.

b. Sampel Stratifikasi (Stratified Sample).

Yaitu sampel yang ditarik dari populasi bertingkat atau berlapis atau berstrata. Dalam penelitian ini yaitu guru PKn dari klaster satu, klaster dua dan klaster tiga SMP Negeri KotaBandung.

Penyebaran anggota sampel telah dilakukan dan tetap memperhatikan pengambilan secara acak.

c. Sampel Proporsional ( Proportional Sampel) atau sampel Imbangan.

Menurut Arikunto (2010:182) sampel proposional yaitu, dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada kalanya banyak subyek yang terdapat dalam setiap strata atau wilayah tidak sama. Oleh karena itu untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah.

Winarno (1990 : 100) menyatakan bahwa:

Apabila populasi cukup homogen, maka populasi di bawah 100 dapat digunakan sampel sebesar 50% , untuk populasi 100-1000 dapat digunakan sampel sebesar 20 %-50 % dan untuk populasi di atas 1000 dapat digunakan sampel sebesar 10% - 20 %.


(40)

Ati Rohaeti, 2012

Untuk sampel yang ditarik berdasarkan pertimbangan guru PKn dari klaster satu 12 sekolah, klaster dua 16 sekolah, dan klaster tiga 24 sekolah. Untuk perbandingan besar kecilnya sampel. Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik pelaksanaaan sampel proposional adalah mengambil 50 % dari klaster satu yaitu enam guru PKn dari SMP klaster satu. 50 % dari klater dua ditambah 18 % agar lebih representatif dari seluruh jumlah Guru PKn di klaster kedua yaitu sebelas guru PKn. Dan 50 % dari klaster ketiga ditambah 4,2 % yakni 15 guru PKn yang berasal dari SMP Negeri Kota Bandung Klaster ketiga. Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 50 orang guru PKn .

d. Sampel Random.

Yaitu sampel yang ditarik secara bebas karena tiap-tiap individu dalam populasi dalam hal ini Guru PKn menunjukkan homogenitas yang tinggi sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil. Adapun jenis sampel rendom yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis undian atau lotre.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan jenis sampel random undian ini adalah sebagai berikut:

1) Membuat guru PKn dari masing –masing SMP berdasarkan klaster yang sudah ada.

2) Memberi kode nomor urut pada daftar guru yang ada pada setiap klaster. 3) Menuliskan kode-kode itu masing-masing dari ketiga klaster dalam

selembaran kertas kecil.


(41)

5) Memasukkan gulungan –gulungan kertas kecil itu dari setiap klaster tersebut ke dalam kocokan secara bergiliran.

6) Mengkocok baik-baik kocokan yang berisi gulungan kertas kecil itu.

7) Mengambil kertas-kertas gulungan itu secara berurutan sampai jumlah yang telah ditentukan dari setiap klaster.

Proses pengambilan subyek dengan sampel random jenis undian ini disaksikan oleh Ketua (MGMP) Kota Bandung Bapak Lukman, M.Pd yang berkantor di SMP N 2 Kota Bandung. Proses pengocokan tersebut dilakukan bertepatan dengan peneliti melakukan obsevasi pendahuluan dan penyampaian rencana pengambilan data di MGMP Kota Bandung.

B. Desain penelitian.

Desain dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga bagian, yaitu dimulai dari tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan penelitian dan tahapan penyusunan laporan penelitian. Tahapan persiapan terdiri dari penentuan masalah, penentuan objek penelitian sampai dengan penyusunan proposal penelitian. Tahapan penelitian terdiri dari proses pengumpulan data sampai dengan pengolahan data. Sedangkan tahapan terakhir adalah penyusunan laporan penelitian dari hasil pengolahan data.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:13), Alur penelitian, apa pun jenis penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti. Kesenjangan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kondisi antara kondisi nyata dengan kondisi harapan. Dengan adanya kesenjangan ini, peneliti mencari


(42)

Ati Rohaeti, 2012

teori yang tepat untuk mengatasi permasalahan melalui penelitian, yaitu mencari tahu tentang kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permasalahan itu. Hasil dari penelitiannya digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian selalu harus merupakan jawaban dari rumusan masalah dan memecahkan masalah.

Gambar 3. 1 Alur Penelitian

Sumber : Arikunto (2010:13)

C. Metode Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3). Dalam penelitian ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau

Permasalahan Teori Pendukung

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Analisis Data


(43)

wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas seperti apa adanya.

Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah penelitian korelasi atau penelitian hubungan. Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antar dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan maupun manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010:4). Dimana variabel yang terdapat di dalam penelitian memiliki hubungan sebab akibat (kausal). Secara lebih lanjut dalam penelitian ini, variabel X akan mempengaruhi variabel Y.

D. Definisi Operasional 1. Variabel Operasional

Arikunto (2010:161), menjelaskan pengertian “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (Arikunto, 2010:161), “Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian, terdapat variabel-variabel di dalamnya, yaitu :

a. Variabel Independen (X1), yaitu Kompetensi dan Komitmen Guru PKn (X2).

b. Variabel antara, yaitu Iplementasi Pendidikan Karakter (X3)

c. Variabel Dependen (Y), yaitu Hasil Belajar Siswa.

Untuk menjabarkan sub variabel dan item-item dari variabel yang akan menjadi bahan kuesioner maka dibuat operasionalisasi variabel sebagai berikut:


(44)

Ati Rohaeti, 2012

Secara oprasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel itu diukur (Riduan, 2008:281). Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, terdapat variabel-variabel di dalamnya, yaitu:

a. Variabel Independen Kompetensi (X1), yaitu seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi dipertegas lagi dalam Bab IV Pasal 10, (1) dan (2). Ayat (1) yang menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional . b. Variabel Komitmen Guru PKn (X2), yaitu penafsiran internal seorang guru

tentang bagaimana mereka menyerap dan memaknai pengalaman kerja mereka yang ditandai dengan keinginan untuk menetap di dalam organisasi dan terlibat dalam pekerjaan, serta keinginan untuk mempengaruhi proses belajar siswa.Komitmen pegawai dalam sebuah organisasi menurut

Menyer et al., 2002:21 (dalam Pragnyono, 2010: 23) dapat dikelompokkan menjadi :

1) Komitmen afektif, terjadi apabila pegawai ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional.

2) Komitmen Kontinyu, muncul apabila pegawai tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena pegawai tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.


(45)

3) Komitmen normatif, timbul dari nilai-nilai dalam diri pegawai. Pegawai bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

Variabel adalah Iplementasi Pendidikan Karakter (X3), yaitu

melaksanakan penerapan atau pengintegrasian Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran PKn melaui kegiatan perencanaan (Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), kegiatan Inti dan Evaluasi.

c. Variabel Dependen (Y) yaitu Hasil Belajar Siswa, berupa nilai hasil belajar PKn yang terdapat dalam laporan Pendidikan PKn Semester satu. Nilai hasil belarajar merupakan kumulatif hasi penilai kelas yang terdiri dari penilaian: Tes Tertulis, Osevasi (Pengamatan), Tes Praktik ( Tes Kinerja), Penugasan Individual atau Kelompok, Tes Lisan, Penilaian Portofolio, Jurnal, Penilaian Diri, dan Penilaian AntarTeman.

2. Operasional Variabel.

Untuk menjabarkan sub variabel dan item-item dari variabel yang akan menjadi bahan kuesioner maka dibuat operasionalisasi variabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Skala

Kompete nsi(X1)

Kompetensi Pedagogik

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual , sosial, kultural,

emosional, dan


(46)

Ati Rohaeti, 2012

intelektual

Kompete nsi(X1)

Kompetensi Pedagogik

2) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual , sosial, kultural,

emosional, dan intelektual 3) Menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 4) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 5) Menyelenggaraka n pembelajaran yang mendidik. 6) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 7) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasika n berbagai potensi yang dimiliki. 8) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 9) Menyelenggaran penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 10) Memanfaatka 3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(47)

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Sosial

n hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran 11) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran 1) Bertindak sesuai

dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peerta didik dan masyarakat. 3) Menampilkan diri

sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5) Menjunjung

tinggi kode etik profesi guru 1) Bersikap inklusif,

bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena 21-22 23,24 25,26 27,28 29,30 31,32 33-34 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(48)

Ati Rohaeti, 2012 Kompetensi Profesional pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik , latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3) Beradaptasi di

tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 1) Menguasai

materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2) Menguasai standar kompetensi dan komptensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3) Mengembangkan 35-37 38-40 41,42 43,44 45,46 47,48 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(49)

Ko mitmen Guru PKn (X2)

Kondisi Psikologis yang menggambar kan karakteristik hubungan antara guru dan sekolah Affective( Ikatan Emosional dengan sekolah , perasaan di hargai oleh seolah, dan menjadi bagian dari sekolah Continuance (Pertimbanga n seseorang akan keuntungan yang hilang jika ia

materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

1. Keinginan untuk menghabiskn karier di organisasi. 2. Kesamaan nilai

dan tujuan antara guru dan

organisasi. 3. Kepercayaan dan

rasa bersyukur guru terhadap sekolah

4. Perasaan menjadi bagian sekolah . 5. Kebanggaan

terhadap sekolah . 6. Keinginan untuk

memberikan yang terbaik untuk sekolah. 1. Pertimbangan manfaat yang diberikan oleh sekolah.

2. Keinginan untuk meninggalkan sekolah 3. Pertimbangan

resiko jika

49,50

1 , 2

3 , 4

5 , 6

7 , 8

9, 10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(50)

Ati Rohaeti, 2012 Implem entasi Pendidi kan Karak ter (X3)

meninggalka n sekolah) Normatif ( perasaan dimana seseorang guru merasa dituntut untuk tetap bekerja pada suatu sekolah) 1.Visi dan

misi sekolah dijadikan acuan untuk memperjel as nilai-nilai karakter yang akan ditanam kan dan

ditumbuh kembang kan di

lingkungan sekolah . 2Visi, misi ,

dan implement asi pendidikan karakter tercermin dalam perencana an pembelajar meninggalkan sekolah 4. Merasa keuntungan yang diterima belum sepandan

1. Perasaan memiliki kewajiban

terhadap sekolah 2. Tekanan dari

sekolah

3. Keinginan untuk lebih

meningkatkan sekolah

4. Loyalitas terhadap sekolah

5. Hutang budi terhadap sekolah Mempelajari visi misi Sekolah untuk memperjelas nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan dan ditumbuh kembangkan di lingkungan

sekolah.

Menyusun dokumen

KTSP,Silabus,RPP

, Program

Tahunan,Program Semester, dan memiliki kalender Pendidikan 21,22 23,24 25,26 27,28 29,30 1,2 3-5 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(51)

Hasil Belajar Siswa (Y) an (Pemetaan Standar Kompeten

si dan

Kompeten si Dasar

,membuat Silabus, dan membuat Rencana Pelaksana an Pembelajar an). 3. Visi, misi,

dan implement asi pendidikan karakter tercermin dalam kegiatan Pembelajar an Inti Penda Huluan Kegiatan Inti (Explorasi, Elaborasi, Konfirmasi Penutup Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Keterangan ketuntasan hasil belajar PKn Rata-rata Melaksanakan kegiatan Pendahuluan Menyampaikan Konsep materi sesuai RPP

Mengunakan bahasa yang jelas dan sistematis Menggunakan metoda yang sesuai dengan karater materi dan siswa

Memfasilitasi terjadinya interaksi , pemberian tugas, dan refleksi

Memberikan penilaian, umpan

balik dan

merencanakan pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

Nilai PKn dalam Lapor Semester ganjil. 6,7 8-10 11,12 13,14 15-17 18,20 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordial Interval


(52)

Ati Rohaeti, 2012

nilai lapor Semester Satu.

Sumber : Data kuesioner.

E. Instrumen Penelitian.

Dalam menentukan instrumen sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandiungkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran. Untuk memperoleh data hubungan antara kompetensi, komitmen Guru PKn dalam mengimplementasi Pendiddikan Karakter terhadap Hasil Belajar, maka disusunlah instrumen penelitian , seperti tercantum di dalam Lampiran

F. Proses Pengembangan Instrumen . 1. Validitas.

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat mengukur apa yang ingin diukur, dengan kata lain, untuk menunjukan tingkat kevalidan dari suatu alat ukur. Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data,


(53)

maka kuesioner yang disusun harus dapat mengukur apa yang ingin diukurnya agar dapat disebut valid.

Menurut Arikunto (Riduwan, 2006: 97). yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrument dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dapat simpulkan bahwa valid itu mengukur apa yang hendak diukur.

Uji Validitas (korelasi product moment).

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi x dan y (nilai validitas soal). n : banyak data.

Xi : Data X ke-I (Skor Tiap Soal Responden ke-i). Yi : Data Y ke-I (Total Skor Responden ke-i).

: Jumlah data X ke-i. : Jumlah data Y ke-i.


(1)

Creswell (2010) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed

.Yogyakatra: Pustaka Pelajar

Djiwandono (2004) Psikologi Pendidikan . Jakarta: Grasindo.

Djahiri.(2006). “Esensi Pendidikan Nilai-Moral dan PKn di Era Globalisasi” dalamPendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewrganegaraan. Bandung: Laboratorium Kewarganegaraan FPIPS

UPI

Edkins dan Williams (2010) Teori-Teori Kritis Menantang Pandangan Utama

Studi Politik Internasional . Yogyakarta: BACA.

Furchan (2004) Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan .Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fornshell,G (1996) Quality Assurance: What Does It Mean for the Prododucer? WRAC Publication , No.100

Gedler (2011) Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana. Ginanto (2011) Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif Jakarta: PT Niaga Swadaya. Gintings (2007) Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta:

humaniora.

Hakim (2000) Pendidikan Nilai .MKDU Press.

Hamidi dan Luthfi ( 2010) Civic Education : Antara Realitas Politik dan

Implementasi Hukumnya . Jakarta : Gramedia Pustakan Utama.

Indrawati.(2009). ModelPembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program Bermutu.

Ismaun.(2006). Penataan Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi

Menuju Masyarakat Madani.Dalam pendidikan nilai moral dalam dimensi pendidikan kewarganegaraan (menyambut 70 tahun prof.

Drs. H. A. Kosasih Djahiri). Bandung: Lab. PKn-FPIPS- UPI Lie (2008) Cooperative Learning . Jakarta: Grasindo

Kaelan dan Zubaidi ( 2007) Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan

Tinggi . Yogyakarta: Paradigma.

Kalidjernih (2009) Puspa Ragam Konsep Dan Isu Kewarganegaraan. Jakarta: Widya Aksara Press.

Kardi dan Nur.(2003). Pengantar pada Pelajaran dan Pengelolaan Kelas. Surabaya: Uni Press.

Kesuma, Triatna dan Permana (2011) Pendidikan Karakter Kajian Teori dan


(2)

Koesoema (2011) Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger. Mengembangkan

Visi Guru Sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan Karakter. Jakarta Grasindo.

Kuncoro, E. Achmad & Riduwan. (2007). Cara Menggunakan dan Memakai

Analisis Jalur (Path Analysis).Bandung:Alfabeta.

Makmun (2004)Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul.Bandung : Rosda.

Kuswana (2011) Taksonomi Berpikiur Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasana, D. (2006). Manusia dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam

Perspektif Perubahan.Dalam pendidikan nilai moral dalam dimensi pendidikan kewarganegaraan(menyambut 70 tahun prof. Drs. H. A.

Kosasih Djahiri). Bandung: Lab. PKn-FPIPS- UPI

Munir (2010) Pendidikan Karakter. Membanguin arakter Anak Sejak dari Rumah Yogyakarta Insan Madani

Muslich (2011) Pendidikan Karakter.Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.Jakarta Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. (2003).Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin (2011) Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.. Jogjakarta Ar- Ruzz Media

Muslich, Masnur. (2007). Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik

Mu’in (2011) Pendidikan Karakter. Kontruksi Teoretik Dan Praktik. .Jogjakarta

Ar- Ruzz Media

Nasution.(1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito ...(19982) Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta : Bumu Aksara.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Priyantno (2009) SPSS untuk Analisis Korelasi Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: Gava Media.

Rahmat.et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewargenagaraan. Bandung: Lab. PKn-FPIPS-UPI.

Republik Indonesi(2010) Desain Induk Pendidikan Karakter, Jakarta : Kemdiknas.

Riduwan dan Rusyana (2011) Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi

Statistik Penelitian .Bandung: Alfabeta.


(3)

Riduan dan Kuncoro(2010) Cara menggunakan dan Memaknai Path Analysis (

Analisis Jalur). Bandung : Alfabeta

Riduwan (2008) Metode dan Menyusun Tesis . Bandung : Alfabeta.

... (2004) Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti

Pemula .Bandung : Alfabeta.

Riyanto (2000) Kapita Selekta Hukum Dalam Dinamika. Bandung: Yapemdo. Sarwono ( 2007) Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta :

Andi Offset.

Samani dan Hariyanto (2011) Pendidikan Karakter Bandung PT Remaja Rosdakarya.

Samani, Muchlas, dkk. (2007). Pedoman sertifikasi bagi guru

Sanjaya (2006) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses .Jakarta : Kencana

Sa’ud, Syaefuddin, dkk. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press.

Shores dan Grace (2006) Pintar Membuat Portopolio.Jakarta : Esensi.

Somantri ,N. (1969) Pelajaran Kewargaan Negara di Sekolah. Bandung : IKIP Bandung

... (2001) Menggagas Pembaharuan IPS Bandung Rosda Karya Sopiah (2008) Perilaku Organisasional Yogyakarta: Andhi

Sudjana dan Ibrahim (2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan . Bandung: Sinar Baru Algensindi

Sugiyono, (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

... (2011) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Bandung : Alfabeta

... (2011) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).Bandung : Alfabeta.

... (2011) Statistika untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.

Surya (2004) Psikologi Pembelajaran &Pengajaran .Bandung : Pustaka Bani Quraisy Suprijono ( 2009) Coopertive Learning Teori $ Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Suparlan, Et al (2009) Pakem Pembelajaran Aktif, Kreatif , Efektif, dan menyenangkan . Bandung: PT Genesindo.

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam

Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.

Susetyo (2010) Statistika Untuk Analisis Data Penelitian . Bandung: Refika Aditama.


(4)

Tim Dosen. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan (modul). Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru dalam Jabatan (PSKGJ) UNIMED.

Trianto.(2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

... (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi anak Usia

Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Prenada

Media Group.

... (2008) Mendesain Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching

and Learning) di kelas. Surabaya : Cerdas Pustaka Publisher.

... (2011) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif Konsep ,

Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta : Kencana

Trcker, R (2005) ISO 9001: 200 For Small Businesses. Third Edition, Elsevier Butterworth –Heinermann.

Uno (2008) Teori Motivasi &Pengukurannya .Jakarta : Bumi Aksara.

Uyanto (2009) Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yoggyakarta: Graha Ilmu. Wahab dan Sapriya (2011) Teori & Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan.Alfabeta: Bandung.

Wena (2008) Strategi Pembelajat Inovatif Kontemorer. Jakarta .Budi aksa

Winarno (2009) Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologi Menuju Yuridis . Bandung: Alfabeta.

Winarno Surachmad (1990: 100) Pengantar Penelitian ilmiah , Bandung:Tarsito Winataputra dan Budimansyah. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan,

Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan SPS UPI Bandung.

Winataputra (2009) Multikulturalisme- Bhineka Tunggal Ika dalam Perspektif

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa ( Memelihara Kerukunan Melalui Pendidikan Multikultural. Kedeputian Bidang Koordinasi Pendidikan Agama Dan

Aparatur Negara Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.

... ( 2012)Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan

Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa ( Gagasan, Instrumentasi, dan Praksis) . Bandung: Widya Aksara Press.

Zubaedi (2011) Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dam Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan .Jakarta :Kencana


(5)

Budimansyah. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citize)”. Jurnal Acta civicus, 1 (2) hlm.179-198.

Meyer,J.P.et al (2002) Affective, Continuance, and Normstif to the organization. A Meta-anaysis of Antecedents, correlates, and consequences, Journal

of Vocational Behavior, 61.20-52

Suryadi (2009)” Pendidikan Kewarganegaraan Menyongsong Masa Depan Bangsa Tahun 2025”. Jurnal Acta civicus, 3 (1)hlm 1-15

Solomon, C.B. (2007). The Relationships among middle level leadership, teacher Suliman ,A,M (2000) The multi –Dimensional Nature of Organizational

Depelopment .Vol.19,No1,pp.71-82.

Menyer , J.P. Et al (2002) Affective,Continuance, and Normative Commitment to the Organization : A Meta-analysis of Antecedents, Correlates, and Consequences, Jurnal Vocational Behavior ,61:20-52.

Suryadi (2009) Pendidikan Kewarganegaraan Menyongsong Masa Depan Bangsa Tahun 2025) .Jurnal Acta civicus, 3 (1) hlm.1-15.

Winanti, M.B (2007) Pengaruh Kompetensi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan .Tesis pada PPS Universitas Pajajaran Banding. Winataputra (2009) Multi kulturalisme-Bhineka Tunggal Ika dalam Perspektif

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia . Kumpulan Artikel : memelihara

Kerukunan Melalui Pendidikan Multikultural , Kedeputian Bidang Koordinasi Pendidikan Agama dan Aparatur Negara Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakrat Republik Indonesia.

Zubaedi, (2011) Desain Induk Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.Jakarta Kencana.

Tesis dan Disertasi

Dirbowo Adhi Pragnyono (2010) Kontribusi Komitmen Dan Pemberdayaan

Pegawai Terhadap Mutu Informasi.Disertasi SPS UPI.

Permana, D. (2010). Implementasi proses pembelajaran pendidikan kewaragenagaraan bagi pengembangan semangat bela negara. Tesis

SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Kardiaman (2009) Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui situs-situs

kewarganegaraan : Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan Manajemen Qolbu, Pelaqtihan Emosional Spiritual Quitien dan Majelis Tlkim di Bandung. Tesis SPS UPI.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewargengaraan Siswa SMP. Disertasi SPS UPI: Tidak diterbitkan


(6)

Rohyani (2009) Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dan Pendidikan Interaktif Terhadap Kaarakter Warga Negara Muda : Studi Deskriptif Analisis pada SMA Negeri 3 Bandug. Tesis SPS UPI.

Sapria (2007) Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegharaan dalam Pembangunan Karakter Bangsa: Sebuah Kajian Konsep Filosofis PKn dalam Konteks Pendidikan IPS.Desertasi SPS UPI.

Internet

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.(2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan

Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan. [online] tersedia:

www.puskur.net. Diakses pada tanggal 07 September 2011.

Riva, D. Mohammad. (2008). Upaya meningkatkan profesionalisme guru.(online) Kumpulan Permendiknas Tentang Standar Nasional Pendidikan ( SNP) dan


Dokumen yang terkait

KESIAPAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MODEL PEMBELAJARAN Kesiapan Guru Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Inquiry Di SMP Negeri 3 Colomadu Kabupaten KARANGANYA

0 1 15

KESIAPAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MODEL PEMBELAJARAN Kesiapan Guru Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Inquiry Di SMP Negeri 3 Colomadu Kabupaten KARANGANY

0 2 9

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA Pengembangan Kompetensi Sosial Guru (Studi Tentang Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Masyarakatnya Di SMP Negeri 1 Wonosari Klaten).

0 2 15

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM Pengembangan Kompetensi Sosial Guru (Studi Tentang Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Masyarakatnya Di SMP Negeri 1 Wonosari Klaten).

0 2 11

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSIMELALUI HABITUASI DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat.

0 9 54

DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KOTA BANDUNG.

3 4 56

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP WAWASAN KEBANGSAAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor.

0 1 54

PENGARUH KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK TERHADAP PEMBENTUKAN POLITICAL LITERACY SISWA: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung.

1 2 40

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI HASIL UJI KOMPETENSI GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA SURAKARTA.

0 0 11

Kinerja Guru Bersertifikasi dan Implikasinya terhadap Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Rendah Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri Kecamatan Juwiring (Studi terhadap Rendahnya Hasil UKG Guru Pendidikan Kewarganegaraan Bersertifikasi di Kecamata

0 0 22