Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembinaan Siswa Sebagai Warganegara yang Demokratis (studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMA di Kota Baturaja).

(1)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Asumsi Penelitian ... 15

F. Hipotesis Penelitian ... 16

G. Metode Penelitian ... 17

H. Paradigma Penelitian atau Kerangka Pemikiran Penelitian ... 18

I. Lokasi,Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 20

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

1. Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan ... 20

2. Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan ... 25

3. Tujuan Pembelajaran PKn ... 29

4. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 30

5. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 41

B. Transformasi Nilai-Nilai Demokratis ... 47

C. Pendidikan Demokratis ... 51

1. Sikap Demokratis ... 55

2. PKn sebagai Pendidikan Demokratis ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. Metode Penelitian ... 63

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 65

1. Variabel Penelitian ... 65


(2)

ix

C. Teknik Pengumpulan Data ... 72

1. Alat Ukur Penelitian ... 73

2. Pengujian Validitas ... 74

3. Pengujian Reliabilitas ... 78

D. Teknik Pengumpulan Data ... 79

1. Interview (Wawancara) ... 80

2. Kuesioner (Angket) ... 81

3. Observasi ... 81

4. Studi Dokumentasi ... 82

E. Teknik Analisis Data ... 82

1. Uji Normalitas Data ... 83

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 85

F. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 88

1. Lokasi ... 88

2. Populasi ... 88

3. Sampel ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 94

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 113

1. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif ... 100

2. Hasil Analisis Inferensial ... 109

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128

1. Deskripsi Hasil Penelitian Pembelajaran PKn di SMA Kota Baturaja dalam Membina Siswa sebagai Warganegara yang Demokratis ... 128

2. Pengaruh Pembelajaran PKn di SMA kota Baturaja Berkontribusi Positif terhadap Pembinaan Siswa sebagai Warganegara yang Demokratis ... 137

3. Pembelajaran PKn pada Sekolah Negeri berbeda secara Signifikan dengan sekolah Swasta ... 144

4. Sikap Siswa sebagai Warganegara Demokratis di Sekolah Negeri berbeda secara Signifikan dengan ikap Siswa di sekolah Swasta ... 146

5. Kendala yang Dihadapi Guru dalam Membina Siswa Menjadi Warganegara yang Demokratis pada Pembelajaran PKn ... 148


(3)

x

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 154

A. Kesimpulan ... 154

1. Kesimpulan Umum ... 154

2. Kesimpulan Khusus ... 155

B. Rekomendasi ... 159

1. Kepada Pihak Sekolah ... 159

2. Kepada Pihak Guru... 160

3. Kepada Peneliti Lebih Lanjut ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 163

LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Teknik Pengumpulan Data ... 169

B. Data Penelitian ... 182

C. Administrasi Penelitian ... 197


(4)

xi

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 1.1 Komponen Kajian Kewarganegaraan Demokratis ... 7

Tabel 1.2 Sebaran Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

Tabel 3.1 Metode-Metode Penelitian ... 64

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel & Indikator Penelitian ... 69

Tabel 3.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 77

Tabel 3.4 validitas Angket... 77

Tabel 3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 86

Tabel 3.6 Sebaran Populasi Penelitian ... 89

Tabel 3.7 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5% dan 10% ... 91

Tabel 3.8 Sebaran Sampel Penelitian ... 93

Tabel 4.1 Frekuensi Pembelajaran PKn (Variabel X) Berdasarkan Responden SMA Kota Baturaja ... 101

Tabel 4.2 Frekuensi Pembinaan Siswa sebagai Warganegara yang Demokratis Berdasarkan Responden SMA Kota Baturaja ... 104

Tabel 4.3 Descriptive Statistics ... 106

Tabel 4.4 Tests Of Normality ... 109

Tabel 4.5 Analisis Correlations ... 112

Tabel 4.6 Variables Entered / Removed b ... 113

Tabel 4.7 Model Summary ... 114

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Secara Keseluruhan... 115

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Parameter Individual ... 116

Tabel 4.10 Descriptives ... 119

Tabel 4.11 test of Homogeneity of Variances Pembelajaran PKn ... 121

Tabel 4.12 Anova Pembelajaran PKn ... 122

Tabel 4.13 Group Statistics ... 123

Tabel 4.14 Descriptives ... 124

Tabel 4.15 Test of Homogeinity of Variances Pembinaan Siswa ... 125

Tabel 4.16 Anova ... 126

Tabel 4.17 Group Statistics ... 128

Tabel 4.18 Pengembangan Konseptual, Organisasi, Emosional, Refleksi PKn di SMA Kota Baturaja ... 130


(5)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

Gambar 1.1 Model Generik Pembelajaran Nilai ... 6

Gambar 1.2 Paradigma Sederhana Hubungan Antarvariabel Penelitian ... 11

Gambar 1.3 Paradigma Penelitian atau Kerangka Pemikiran ... 18

Gambar 3.1 Hubungan antarvariabel... 65

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten OKU ... 98

Gambar 4.2 Diagram Pembelajaran PKn (Variabel X) berdasarkan Responden SMA Kota Baturaja ... 103

Gambar 4.3 Diagram Responden berdasarkan Pembinaan Siswa sebagai Warganegara yang Demokratis di SMA Kota Baturaja ... 105


(6)

xiii

DAFTAR GRAFIK

No Grafik Halaman

Grafik 4.1 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 108 Grafik 4.2 Pembinaan Siswa sebagai Warganegara yang Demokratis ... 108


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meskipun telah ada tanda-tanda kebangkitan dalam berbagai sektor, krisis yang melanda bangsa Indonesia masih terus terasa dan membawa dampak yang kurang baik bagi masyarakat. Seperti keterpurukan moral, ketidakberdayaan untuk mengatasi masalah sosial, bahkan terjadinya krisis hukum yang dapat merongrong kehidupan dan keteraturan bermasyarakat. Membangun kembali bangsa Indonesia dalam berbagai bidang melalui pendidikan mempunyai arti, pertama pengalaman negara-negara lain menunjukkan bahwa dengan dasar pendidikan yang baik dapat mengatasi berbagai macam masalah sosial yang dihadapi bangsa dan kedua kehidupan berbangsa yang dihadapi masyarakat Indonesia menunjukkan akan adanya kerapuhan moral dari pribadi warganegara Indonesia. Hal ini membuktikan adanya sesuatu yang kurang dalam sistem pendidikannya. Oleh sebab itu pembaharuan pendidikan merupakan tanggung jawab moral dari bangsa Indonesia untuk memperbaiki sistem pendidikan agar dapat dihasilkan warganegara yang cakap, terampil, bermoral dan bertanggung jawab.

Selain amandemen keempat UUD 1945, maka pada tahun 2003 Indonesia mempunyai undang-undang sistem pendidikan yang baru. Hal ini membuktikan bahwa undang-undang sudah mengamanatkan agar pendidikan mampu mengarahkan peserta didik menjadi warganegara yang demokratis. Oleh sebab itu, melalui pendidikan formal khususnya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan,


(8)

selain diberi pengetahuan tentang life skill sebagai warganegara demokratis, siswa juga harus mengalami langsung bagaimana watak dan kultur demokrasi itu mewujud dalam kenyataan sekolah yang mereka alami sehari-hari. Siswa harus memiliki pengetahuan dan pengalaman bahwa masyarakat ikut terlibat dalam penyelenggaraan sekolah, pembahasan program-program sekolah, dan evaluasi keberhasilan sekolah menyelenggarakan pendidikan (Rosyada, 2007: 22-23). Dapat disimpulkan bahwa secara operasional pendidikan kewarganegaraan tidak lain adalah sebagai alat dalam proses mempersiapkan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warganegara.

Wahab dan Sapriya (2008: 273-274) menjelaskan bahwa secara yuridis-formal, landasan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Th. 1945 (UUD RI 1945) sebagai landasan konstitusional, UU No 20 th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) sebagai landasan operasional, dan peraturan Menteri No. 22 Th. 2006 tentang Standar Isi (SI) dan No. 23 Th. 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai landasan kurikuler. Sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), maka kurikulum pendidikan kewarganegaraan untuk lingkungan lembaga pendidikan formal dilaksanakan dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jadi jelas bahwa pembaharuan pendidikan memang merupakan tanggung jawab moral dari bangsa Indonesia. Dalam hal ini siswa sebagai peserta didik berperan penting dalam memegang tanggung jawab tersebut, karena mereka


(9)

merupakan generasi muda dalam mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warganegara. Oleh sebab itu, siswa dipersiapkan serta dibina agar menjadi masyarakat atau warga negara yang demokratis yang cakap, terampil, bermoral dan bertanggung jawab serta mampu membangun kembali bangsa Indonesia. Dalam hal ini, Winataputra (2004) mengatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warganegara yang demokratis dan berkualitas.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebenarnya sudah memberi arah dan wadah pengembangan sekolah yang lebih demokratis, bahkan dalam rumusan fungsi dan tujuan pendidikan dinyatakan secara tegas pada pasal 3 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai landasan operasional penuh dengan pesan yang terkait dengan pendidikan kewarganegaraan bahwa.

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk dapat mewujudkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional tersebut ditetapkan sejumlah prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional ( UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) tersebut sebagai berikut.


(10)

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Agar dapat berjalan seperti yang diharapkan, pemerintah telah merumuskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan secara umum baik untuk pendidikan dasar maupun menengah, melalui pembekalan kompetensi dasar pada peserta didik, undang-undang ini memang mampu merumuskan tujuan pendidikan yang sangat ideal namun menimbulkan kesulitan di dalam pelaksanaannya karena terlalu abstrak dan sulit diwujudkan.

Sejalan dengan penilaian di atas, Wahab (2006:61) mengemukakan beberapa kelemahan yang ada pada Pendidikan Kewarganegaraan di masa yang lalu, antara lain:

1. Terlalu menekankan pada aspek nilai moral belaka. Jadi, menempatkan siswa sebagai obyek yang berkewajiban untuk menerima nilai-nilai moral tertentu.

2. Kurang diarahkan pada pemahaman struktur, proses, dan institusi-institusi negara dengan segala kelengkapannya (Trappings of Government).

3. Pada umumnya bersifat dogmatis dan relatif.

4. Berorientasi kepada kepentingan rezim yang berkuasa.

Menyikapi kelemahan-kelemahan yang ada, diusulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan baru, sebagai tujuan utamanya, hendaknya dapat


(11)

mengembangkan kompetensi warga negara (civic competence), akhlak warga negara yang diinginkan (desirable personal qualities atau civic virtue) dan budaya warga negara (civic culture), serta nilai dan kepercayaan terhadap demokrasi (democratic values mid beliefs) menuju terbentuknya kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana kurikuler untuk mewujudkan fungsi pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan nasional dalam pasal 37 ayat (1) ditetapkan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Salah satu bahan kajian tersebut adalah pendidikan kewarganegaraan. Hal ini menjelaskan bawa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Dalam rangka pembentukan sikap warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab diperlukan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Disamping itu perlu dilakukan upaya sistimatis dan sistemik untuk menjadikan sekolah sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Jika dikaji ulang, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran nilai yang berpijak dan merujuk pada semua nilai sentral dalam rumusan tujuan pendidikan. Dalam rumusan tersebut ada delapan konsep nilai yang merupakan bagian integral sejumlah central values yakni beriman dan bertakwa kepada Tuhan Maha Esa sebagai bentuk nilai aqidah keberagamaan, berakhlak mulia sebagai bentuk nilai sosial-kultural keberagamaan, sehat sebagai bentuk nilai fisikal


(12)

KUALITAS LINGKUNGAN SOSIAL-KULTURAL

SEKOLAH

dan rohaniah, berilmu sebagai bentuk nilai kecerdasan substantif, cakap sebagai bentuk nilai kecerdasan operasional, kreatif sebagai bentuk nilai kecerdasan inovatif, mandiri sebagai bentuk nilai personal-sosial, dan menjadi warganegara yang demokratis bertanggung jawab sebagai nilai personal sosial-politik.

Secara diagramatik kerangka operasional-metodologik pendidikan nilai yang berpijak pada kerangka teori perkembangan nilai-moral dan merujuk pada upaya pencapaian semua aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, dapat dikembangkan paradigma dasar pembelajaran nilai seperti diilustrasikan pada Gambar 1.1, berikut ini:

Gambar 1.1

Model Generik Pembelajaran Nilai

Winataputra & Budimansyah, (2007:178)

Budimansyah & Winataputra, (2007:179) berpendapat bahwa model operasional pembelajaran nilai yang perlu dikuasai oleh guru adalah yang terkait pada central values yang terkandung dalam atau menopang konsep nilai yang menjadi elemen dari tujuan pendidikan nasional tersebut.

ISI DAN METODOLOGI

(Kurikulum dan Sumber Belajar

GURU SEBAGAI VALUE DEVELOPER

AND MODEL

PESERTA DIDIK SEBAGAI VALUE

INQUIRER AND ADOPTER

TINGKAT PERKEMBAN

GAN NILAI NYATA

OTONOMIS 6 5 4 3 2 1 HETERO


(13)

Proses pembelajaran yang demokratis sekarang ini menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas demokratis. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas, ide, partisipasi (komitmen guru) untuk mengembangkan akses jaringan kerja yang lebih luas terhadap pengembangan berfikir kritis siswa. Proses pembinaan warga negara yang demokratis pada muaranya akan memunculkan siswa sebagai warga negara muda (young citizen) yang berperilaku demokratis. Seiring dengan tuntutan mutu pendidikan dan untuk mewujudkan pelaksanaan program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan pendidikan, diperlukan kerja keras yaitu usaha sadar dari berbagai pihak, diantaranya: pemerintah dan guru.

Guru adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran. Baik buruknya proses pembelajaran dan hasil belajar banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru di dalam melaksanakan tugas profesinya. Guru sangat berperan aktif dalam proses pembentukan sumber daya manusia yang potensial, dan oleh karena itu guru harus mempotensikan diri sebagai tenaga profesional mengikuti tuntutan zaman yang semakin berkembang.

Pendidikan demokrasi di sekolah akan berjalan dengan baik dan lancar, apabila berawal dari guru atau pendidik yang mengajarkan demokrasi, hidup dan bersikap demokratis dalam tugas mereka. Guru yang menjadi ujung tombak pendidikan disekolah formal, bila mereka sungguh menghayati sendiri nilai demokrasi, maka mereka akan dapat mendidik siswa secara demokratis. Namun sebaliknya bila guru tidak bersikap demokratis, maka tidak akan dapat membantu siswa bersikap demokratis (Wahab, 2007). Mereka harus mengubah filosofi bekerja sebagai guru, karena tugas guru bukan selesai saat telah memenuhi tugas


(14)

dan jam wajib untuk masuk kelas, tetapi mengubah siswa menjadi mengerti, menjadi memiliki kompetensi, menjadi aktif belajar, dan menjadi terlibat dalam diskusi dan penyelesaian tugas-tugas (Rosyada, 2007: 14). Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, Oleh sebab itu, tugas guru bukan saja harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai tenaga profesional. Memiliki kemampuan dalam memberikan materi baik dari segi penerapan model pembelajaran yang beragam hingga mempersiapkan perencanaan pembelajaran dalam pelaksanaan maupun mengevaluasi hasil pembelajaran.

Terkait dengan hal itu, Wahab (2007:36) berpendapat bahwa mengajar yang berhasil menuntut penggunaan metode yang tepat dan seorang guru yang baik akan memahami dengan baik metode yang digunakannya. Bukan hanya bahan/materi yang diketahui, tetapi juga masalah-masalah siswa, sebab melalui metode mengajar guru harus mampu memberi kemudahan belajar kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Namun, kenyataan di lapangan saat ini menunjukkan hal sebaliknya, penguasaan kompetensi siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini salah satunya tercermin dari rendahnya penguasaan kognitif siswa terhadap konsep-konsep Pendidikan Kewarganegaraan. Khususnya dikota Baturaja, dimana fasilitas yang kurang memadai serta lokasi yang kurang strategis guna akses pendidikan dari pemerintah pusat sehingga keterlambatan informasi di bidang pendidikan seringkali terjadi.


(15)

Dari pandangan-pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia baru yang demokratis merupakan salah satu tujuan kita. Mewujudkan cita-cita tersebut adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang memberikan pengetahuan (civic knowledge), keterampilan (civic skill), dan watak-watak atau kebajikan-kebajikan warganegara (civic disposition) yang dilaksanakan melalui pembelajaran yang demokratis, karena dengan pembelajaran yang demokratis akan membina perilaku demokratis pada siswa yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran bagi siswa sebaiknya diintegrasikan kedalam kurikulum formal maupun informal. Sehingga, sekolah perlu melakukan usaha yang lebih dari sekedar menyadarkan siswa untuk menggunakan kesempatan bagi pengabdian kepada sekolah dan masyarakat mereka.

Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembinaan Siswa Sebagai Warganegara yang Demokratis” (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMA di Kota Baturaja).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah pentingnya pembinaan siswa sebagai warganegara demokratis dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Bagaimana


(16)

pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pembinaan siswa sebagai warganegara yang demokratis?

Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi rumusan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1 Bagaimanakah gambaran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Kota Baturaja dalam membina siswa sebagai warganegara yang demokratis? 2 Adakah hubungan yang positif antara pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas di Kota Baturaja dengan pembinaan siswa sebagai warganegara yang demokratis?

3 Apakah Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada sekolah negeri berbeda secara signifikan dengan sekolah swasta?

4 Apakah sikap siswa sebagai warga negara yang demokratis di sekolah negeri berbeda secara signifikan dengan sikap siswa di sekolah swasta?

5 Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam membina siswa sebagai warga Negara yang demokratis pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?

Sesuai dengan perumusan masalah penelitian, maka variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Penelitian

terdiri dari dua (2) variabel, yaitu:

a. Satu variabel bebas (independent), adalah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terdiri dari aspek Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Pembelajaran sebagai variabel X.


(17)

b. Satu variabel terikat (dependent), adalah warganegara yang demokratis variabel Y.

Gambaran pola hubungan antarvariabel penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Gambar 1.2 Paradigma Sederhana

Hubungan antarvariabel Penelitian

Keterangan:

X: Pembelajaran PKn

Y: Warganegara yang Demokratis.

1. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang terdapat dalam judul penelitian, berikut ini disampaikan definisi operasional variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua (2) variabel yaitu:

a. Pembelajaran PKn sebagai Variabel bebas/variabel independent (X)

Secara konseptual dapat dikatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal ini adalah menilai langkah-langkah dasar yang dilakukan guru dalam pendekatan pembelajaran, menurut A. Jacobsen et al. (diterjemahkan Fawaid & Anam, 2009: 20), yaitu melalui tiga tahap sebagai berikut:

1) Perencanaan Pembelajaran;

2) Pelaksanaan atau Penerapan Pembelajaran; dan 3) Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran.


(18)

1) Perencanaan (Planning) Semua pengajaran diawali dengan perencanaan, di

mana seorang guru membuat beberapa jenis tujuan. Karena hal ini, merupakan prioritas utama dalam pengajaran. Menurut Jacobsen et al. (diterjemahkan Fawaid & Anam, 2009: 137) Perencanaan adalah cara yang digunakan seorang guru untuk membuat pemikiran dan keputusan mereka menjadi strategi pembelajaran yang nyata.

2) Pelaksanaan (Implementing) Tahap kedua dari pendekatan pengajaran

tiga-tahap adalah pelaksanaan. Setelah memiliki tujuan yang telah ditentukan dan strategi yang relevan untuk mencapai tujuan itu sendiri, guru kemudian dapat mengimplementasikan strategi tersebut. Keberhasilan tahap implementasi sangat bergantung pada tujuan-tujuan yang jelas.

3) Penilaian (Assessment) Tahap ketiga dalam pengajaran adalah penilaian. Pada

tahap ini, guru berusaha mengumpulkan informasi untuk menentukan jenis pembelajaran apa yang muncul. Hal ini dapat dilaksanakan dengan banyak cara, termasuk mengelola tes-tes atau kuis-kuis, mengevaluasi PR, serta memperhatikan tanggapan siswa atas pertanyaan atau komentar yang diajukan. Tiga tahap ini berurutan dan saling berhubungan. Dengan kata lain, seorang guru, dalam mengembangkan aktivitasnya pembelajaran apapun, yang harus mereka lakukan pertama kali adalah merencanakan, kemudian menerapkan rencana-rencana itu, dan akhirnya menilai keberhasilan aktivitasnya. Komponen – komponen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ini mempresentasikan suatu proses yang terus berputar (cyclical) dan berkelanjutan (continual) di mana guru berusaha meningkatkan kualitas pengajaran mereka, yakni mendorong sebanyak


(19)

mungkin pembelajaran siswa. Dengan menerapkan tiga tahap ini, guru akan mampu membuat keputusan secara terus menerus mengenai tujuan-tujuan dan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar-standar tertentu serta menentukan apakah tujuan-tujuan tersebut sudah benar-benar terpenuhi atau tidak.

b. Warganegara yang demokratis sebagai Variabel terikat atau variabel dependent (Y)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan siswa sebagai warganegara yang demokratis atau sama halnya dengan perilaku demokratis siswa adalah merujuk pada pendapat Prof. Dr. H. Udin S. Winataputra, MA (2007) yang mengemukakan secara konseptual warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab

memiliki ciri kualitatif dan indikator prilaku. Ciri kualitataif merujuk pada tuntutan

normatif-derivatif atau tuntutan yang diturunkan dari ketentuan perundang-undangan

serta ketentuan normatif lainnya yang bersifat sosial-kultural yang koheren dengan

tuntutan normatif-derivatif. Secara konseptual warga negara yang demokratis antara lain

memiliki ciri-ciri umum atau ciri generik skor yang diperoleh dari kuesioner yang meliputi: (1) pro bono publico, yaitu sikap mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi atau golongan; (2) pro patricia primus patrialis, yaitu sikap mengutamakan kepentingan Negara atau kepentingan umum dan rela berkorban untuk Negara atau kepentingan umum; (3) toleran atau menghormati dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda; (4) terbuka menerima pendapat orang lain; (5) tanggap dan berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, (6) bersikap kritis terhadap pendapat orang lain; (7) cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan; (8) menghormati hak orang lain; (9)


(20)

menghormati kekuasaan yang sah; (10) bersikap adil dan tidak diskriminatif; dan (11) menjaga dan melaksanakan amanah dengan penuh tanggungjawab.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menguji hipotesis pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembinaan siswa sebagai warganegara yang demokratis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembinaan siswa. Tujuan umum tersebut dijabarkan kedalam tujuan secara khusus, yaitu untuk:

1. Mengetahui deskripsi pembelajaran PKn di SMA Kota Baturaja dalam membina siswa sebagai warganegara yang demokratis.

2. Menganalisis pengaruh hubungan yang positif antara pembelajaran PKn di SMA di Kota Baturaja dengan pembinaan siswa sebagai warganegara yang demokratis.

3. Menganalisis perbedaan secara signifikan antara pembelajaran PKn pada sekolah swasta dengan sekolah negeri.

4. Menganalisis perbedaan secara signifikan antara sikap siswa sebagai warga negara yang demokratis di sekolah negeri dengan sikap siswa di sekolah swasta.

5. Mengungkapkan kendala yang dihadapi guru dalam membina sikap siswa menjadi warganegara yang demokratis pada pembelajaran PKn.


(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik dan praktis. Adapun manfaat – manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina dan menumbuhkan suasana belajar yang demokratis kepada siswa, sehingga akan tercipta sikap demokratis pada siswa baik di kelas maupun diluar kelas.

b. Praktis

1) Bagi Peneliti, penelitian ini berguna sebagai bahan untuk mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan yang demokratis, sehingga akan tercipta suasana berlajar yang mampu mengeksplorasi seluruh potensi siswa.

2) Bagi sekolah, penelitian ini berguna terutama dalam upaya menciptakan suasana sekolah yang kondusif dan demokratis sebagai akibat dari proses pembelajaran yang demokratis.

3) Bagi guru, penelitian ini berguna sebagai balikan (feedback) sehingga proses pembelajaran akan senantiasa dilaksanakan dengan suasana yang demokratis.

E. Asumsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan atas dasar asumsi sebagai berikut:

1. Membina sikap siswa sebagai warganegara yang demokratis dapat dilakukan melalui pembelajaran PKn di persekolahan. Melalui cara-cara pembelajaran


(22)

yang demokratis, partisipatif, kritis dan kreatif, siswa akan tumbuh menjadi warganegara yang demokratis.

2. Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn diperlukan tenaga pendidik yang profesional, sehingga penekanan pembelajarannya dilakukan secara komprehensif (menyeluruh). Siswa dapat mengaplikasikan atau mewujudkan hasil pembelajaranya dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan pendapat bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademik yang mereka terima dengan cara mengaitkan subjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan personal, sosial dan budaya, johnson (Komalasari, 2008:24). 3. Pembinaan sikap siswa sebagai warganegara yang demokratis selain

diupayakan dalam pembelajaran PKn, dalam pelajaran lain maupun seluruh civitas akademika dan masyarakat terutama orang tua siswa harus juga mendukung dengan memunculkan budaya yang mendukung demokrasi bukan mengembangkan budaya yang bertentangan dengan sikap demokrasi itu sendiri.

F. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dan bertolak pada asumsi penelitian, maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berkorelasi positif terhadap sikap siswa sebagai warganegara yang demokratis.


(23)

2. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada sekolah swasta berbeda secara signifikan dengan pembelajaran di sekolah negeri.

3. Sikap siswa sebagai warganegara yang demokratis di sekolah negeri berbeda secara signifikan dengan sikap siswa di sekolah swasta.

G. Metode Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan teknik survey. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel persentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis dan regresi.

Untuk mendapatkan data yang mendukung, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: teknik kuesioner dengan instrument angket dan didukung dengan teknik studi literatur, wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan angket skala Diferensial Semantik (Semantic Defferensial Scale) dari Osgard. Keunggulan skala model ini tidak megukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan seseorang itu melakukan aktifitas sehari-hari.


(24)

Sebelum menggunakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpulan data, terlebih dahulu diuji dengan menggunakan:

1) Uji validitas menggunakan rumus korelasi Pearson Product Momen. 2) Uji Reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach.

H. Paradigma Penelitian atau Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 1.3 Paradigma Penelitian atau Kerangka Pemikiran

Kajian Teori PKn, Pembelajaran PKn, serta

Pembinaan siswa sebagai warganegara yang Demokratis

(UUSPN BAB II pasal 3 tentang fungsi/tujuan pendidikan nasional, yaitu: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara khusus, “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air” (Penjelasan Pasal 37 ayat 1 UUSPN)

Kerr (Budimansyah dan Winataputra, 2007:4) yang menyatakan bahwa secara operasional istilah pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara tersebut.

PEMBELAJARAN PKN

1. Perencanaan Pembelajaran 2. Pelaksanaan Pembelajaran 3. Evaluasi Pembelajaran

Muatan pendidikan nilai dalam karakteristik warga Negara

demokratis

MEMBINA SISWA

1. Menjadikan siswa memiliki sikap demokratis

2. Menjadikan siswa sebagai warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab selaras dengan tujuan pendidikan nasional


(25)

I. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) di kecamatan kota Baturaja.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di kecamatan kota Baturaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depdiknas Kecamatan Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) tahun 2009/2010 terdapat 10 SMA dengan tingkatan atau kelompok berbeda yang tersebar dibeberapa daerah. Adapun sebaran populasi dan sampel penelitian, dapat dilihat sebagaimana yang tercantum pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Sebaran Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah

Jumlah Siswa Kelas X1 2009/2010

Sampel Sekolah

Jumlah Sampel berdasar tabel

Isaac & Michael

10% (Sugiyono, 2009:128)

1. SMAN 1 OKU 152 SMAN 1 OKU 152

SMAN 4 OKU 138

2. SMAN 5 OKU 192 SMAN 5 OKU 192

3. SMA Yadika Baturaja 64 SMA Sentosa Bhakti Baturaja

241 SMA Kader Pembangunan Baturaja 232

SMA Taruna tunas Bangsa Baturaja 188 SMA Sentosa Bhakti Baturaja 241 SMA PGRI 3 Baturaja 87 SMA Trisakti Baturaja 16 SMA Muhammadiyah Baturaja 18

Jumlah 1328 585

N= 600 taraf 5%= 221

(Sumber: Depdiknas Kab.OKU 2009/2010)

Berdasarkan tabel diatas, sebaran sampel minimum pada setiap Sekolah terdiri atas tiga SMA di Kota Baturaja dengan jumlah responden seluruhnya 221 siswa. Namun, untuk keperluan kepraktisan pengolahan data, maka ukuran sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 250 siswa atau responden.


(26)

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif (non eksperimental), sedangkan berdasarkan fungsinya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan teknik survey. McMillan dan Schumacher (Sugiyono, 2009: 53) membedakan metode penelitian antara kuantitatif dan kualitatif. Secara lengkap pengelompokan metode dan pendekatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Metode-Metode Penelitian

KUANTITATIF KUALITATIF

Eksperimental Non

eksperimental

Interaktif Noninteraktif

• Eksperimental murni

• Eksperimental kuasi

• Eksperimental lemah

• Subjek tunggal

• Deskriptif • Komporatif • Korelasional • Survai • Ekspos fakto • Tindakan

• Etnografis • Historis

• Fenomenologis • Studi kasus • Teori dasar • Studi kritis

• Analisis konsep • Analisis

kebijakan • Analisis

historis Penelitian dan Pengembangan

Sumber: McMillan dan Schumacker (Sugiyono, 2009:53) dengan beberapa tambahan

Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang sedang berlangsung pada kondisi sekarang atau yang telah lalu. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik inferensial yaitu untuk menganalisis


(28)

data sampel dan hasilnya digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil (Sugiono, 2006: 14).

Dahlan (1982: 92) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif analisis adalah suatu penelitian yang tertuju pada penelaahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penggunaan metode ini dalam suatu penelitian tidak sekedar untuk mengumpulkan data saja, melainkan disertai kegiatan pengolahan data, penafsiran, serta pengambilan secara induktif melalui prosedur perbandingan dan korelasional.

Pengertian metode deskriptif tersebut lebih ditegaskan lagi oleh Surakhmad (1990: 140) dengan mengungkapkan ciri-cirinya sebagai berikut : 1. Memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada saat sekarang atau

bersifat sakral (up to date).

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan yang kemudian dianalisis (karena ini metode ini sering pula disebut metode analitik).

Berdasarkan pendapat diatas metode deskriptif merupakan metode yang memusatkan perhatian pada masalah aktual untuk memecahkan masalah dengan menggambarkan semua peristiwa atau kejadian selama penelitian berlangsung. Masalah aktual yang diangkat dalam penelitian ini adalah “siswa sebagai warganegara yang demokratis”.

Variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah siswa sebagai warganegara yang demokratis.


(29)

B. Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. variabel Penelitian

Untuk memperjelas substansi penelitian, maka variabel penelitian yang akan diukur terlebih dahulu disusun dan digambarkan dalam suatu paradigma penelitian. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut sebagai paradigma penelitian (Sugiyono, 2009:65). Jadi paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang digunakan. Dalam penelitian ini, dikarenakan paradigma penelitian terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel dependen. Maka, hal ini termasuk dalam paradigma sederhana yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Hubungan Antarvariabel

Keterangan:

X: Pembelajaran PKn

Y: Siswa sebagai Warganegara yang Demokratis.

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dari variable yang diteliti, sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi operasional atas variable penelitian berikut ini:


(30)

2. Definisi Operasional Variabel

Dengan berpatokan pada kerangka pemikiran dan hipotesis yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (independent variable) atau X yaitu Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta satu variabel terikat (dependent variable) atau Y yaitu siswa sebagai warganegara yang demokratis. Selanjutnya dalam penelitian terhadap variabel pokok yang akan diukur, diberikan pengertian secara operasional, sebagai berikut:

a. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai Variabel X

Istilah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya digunakan dalam pengertian sebagai civic education, yaitu pendidikan kewarganegaraan yang berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Adapun yang dimaksud Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah pengaruh proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap siswa sebagai pembinaan menjadi warga negara yang demokratis. Secara konseptual dapat dikatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal ini adalah menilai langkah-langkah dasar yang dilakukan guru dalam pendekatan pembelajaran, menurut A. Jacobsen et al. (diterjemahkan Fawaid & Anam, 2009: 20). Dimana yang menjadi indikator pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran PKn; (2) pelaksanaan pembelajaran PKn; dan (3) evaluasi pembelajaran PKn. Definisi operasionalnya sebagai berikut:


(31)

1) Perencanaan (Planning) Semua pengajaran diawali dengan perencanaan, di

mana seorang guru membuat beberapa jenis tujuan. Karena hal ini, merupakan prioritas utama dalam pengajaran. Menurut Jacobsen et al. (diterjemahkan Fawaid & Anam, 2009: 137) Perencanaan adalah cara yang digunakan seorang guru untuk membuat pemikiran dan keputusan mereka menjadi strategi pembelajaran yang nyata. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam perencanaan adalah memilih strategi instruksional, mengatur aktivitas-aktivitas pembelajaran dan mengumpulkan materi-materi pendukung. Pengajaran yang efektif tidak mungkin didapat hanya dengan harapan bahwa pengalaman yang menggairahkan dan relevan akan muncul dengan spontan didalam kelas. Pengajaran yang efektif hanya dapat ditemukan dalam perencanaan yang seksama. Lebih spesifik lagi, perencanaan menyediakan hal-hal berikut ini Manning & Bucher (Jacobsen et al. diterjemahkan Fawaid & Anam, 2009: 140).

2) Pelaksanaan (Implementing) Tahap kedua dari pendekatan pengajaran

tiga-tahap adalah pelaksanaan. Setelah memiliki tujuan yang telah ditentukan dan strategi yang relevan untuk mencapai tujuan itu sendiri, guru kemudian dapat mengimplementasikan strategi tersebut. Keberhasilan tahap implementasi sangat bergantung pada tujuan-tujuan yang jelas.

3) Penilaian (Assessment) Tahap ketiga dalam pengajaran adalah penilaian.

Pada tahap ini, guru berusaha mengumpulkan informasi untuk menentukan jenis pembelajaran apa yang muncul. Hal ini dapat dilaksanakan dengan banyak cara, termasuk mengelola tes-tes atau kuis-kuis, mengevaluasi PR,


(32)

serta memperhatikan tanggapan siswa atas pertanyaan atau komentar yang diajukan.

Tiga tahap ini berurutan dan saling berhubungan. Dengan kata lain, seorang guru, dalam mengembangkan aktivitasnya pembelajaran apapun, yang harus mereka lakukan pertama kali adalah merencanakan, kemudian menerapkan rencana-rencana itu, dan akhirnya menilai keberhasilan aktivitasnya. Komponen – komponen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ini mempresentasikan suatu proses yang terus berputar (cyclical) dan berkelanjutan (continual) di mana guru berusaha meningkatkan kualitas pengajaran mereka, yakni mendorong sebanyak mungkin pembelajaran siswa. Dengan menerapkan tiga tahap ini, guru akan mampu membuat keputusan secara terus menerus mengenai tujuan-tujuan dan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar-standar tertentu serta menentukan apakah tujuan-tujuan tersebut sudah benar-benar terpenuhi atau tidak.

b. Siswa sebagai Warganegara yang demokratis sebagai Variabel Y

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan siswa sebagai warganegara yang demokratis atau sama halnya dengan perilaku demokratis siswa adalah merujuk pada pendapat Prof. Dr. H. Udin S. Winataputra, MA (2007) yang mengemukakan secara konseptual warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab

memiliki ciri kualitatif dan indikator prilaku. Ciri kualitataif merujuk pada tuntutan

normatif-derivatif atau tuntutan yang diturunkan dari ketentuan perundang-undangan

serta ketentuan normatif lainnya yang bersifat sosial-kultural yang koheren dengan

tuntutan normatif-derivatif. Secara konseptual warga negara yang demokratis antara lain


(33)

meliputi: (1) pro bono publico, yaitu sikap mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi atau golongan; (2) pro patricia primus patrialis, yaitu sikap mengutamakan kepentingan Negara atau kepentingan umum dan rela berkorban untuk Negara atau kepentingan umum; (3) toleran atau menghormati dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda; (4) terbuka menerima pendapat orang lain; (5) tanggap dan berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, (6) bersikap kritis terhadap pendapat orang lain; (7) cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan; (8) menghormati hak orang lain; (9) menghormati kekuasaan yang sah; (10) bersikap adil dan tidak diskriminatif; dan (11) menjaga dan melaksanakan amanah dengan penuh tanggungjawab.

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel & Indikator Penelitian

VARIABEL

PENELITIAN DIMENSI INDIKATOR

SUMBER

INFORMASI ALAT UKUR Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (Variabel X1)

1. Perencanaan Pembelajaran PKn (yang terdiri dari materi dan sumber)

1. Mampu mendeskripsikan tujuan/kompetensi pembelajaran

2. Mampu memilih/menentukan materi 3. Mampu mengorganisir materi

4. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran 5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat praga

pembelajaran

6. Mampu menyusun perangkat penilaian 7. Mampu menentukan teknik penilaian

Guru & Siswa Angket skala pengukuran sikap Semantic Differensial dari Osgood. Pola skala terdiri atas 2 option yang tersusun dalam satu garis kontinum. Pola skala terdiri atas 4 option penilaian. 4-3-2-1 Jawaban yang sangat positif diberi bobot 4 dan 3, sedangkan yang sangat negatif diberi bobot 2 dan 1

2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn (yang terdiri dari materi dan sumber)

1 Mampu membuka pelajaran

2 Mampu menyajikan materi

3 Mampu menggunakan metode/media

4 Mampu menggunakan alat peraga

5 Mampu menggunakan bahasan yang komunikatif

6 Mampu memotivasi siswa

7 Mampu mengorganisasi kegiatan

8 Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif

9 Mampu menyimpulkan pembelajaran

10 Mampu memberikan umpan balik

11 Mampu melaksanakan penilaian

12 Mampu menggunakan waktu

Guru & Siswa

3 Evaluasi

Pembelajaran PKn

1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran 2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda 3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid 4. Mampu memeriksa jawab


(34)

5. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian 6. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian 7. Mampu mengolah hasil penilaian

8. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian

9. Mampu menentukan korelasi antara soal berdasarkan hasil penilaian

10. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian

11. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis

Warga negara yang demokratis

(Variabel Y)

1. Pro bono publico yaitu sikap mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau golongan

2. Pro patricia primus patrialis yaitu sikap mengutamakan kepentingan negara atau kepentingan umum dan rela berkorban untuk negara atau kepentingan umum 3. Toleran atau

menghargai dan menghormati pendapat orang lain yang berbeda.

4. Terbuka menerima pendapat orang lain

5. Tanggap dan berani menge-mukakan pendapat dengan baik dan benar.

6. Bersikap kritis terhadap pendapat orang lain

a) Bergotong royong

b) Mematuhi tata tertib lalu lintas

c) Tidak membuang sampah sembarangan

d) Menjaga harta milik publik seperti telepon umum, ATM

e) Menjaga kekayaan sekolah

f) Memelihara sumber-sumber kekayaan alam seperti mata air, cagar alam dll

g) Memilih pemimpin atas dasar pertimbangan kepentingan umum bukan kepentingan pribadi atau golongan

a) Membayar pajak, iuran sekolah secara berdisiplin b) Menjaga nama baik sekolah, keluarga, dan pemimpin c) Menjaga berbagai simbol kenegaraan seperti

Bendera

Merah Putih, Lambang Negara, Lagu Indonesia Raya, Foto Resmi Presiden dan wakil Presiden d) Mau menjadi relawan sosial bila diperlukan e) Mau menjadi relawan untuk membela negara

a) Mau mendengarkan pendapat orang lain

b) Tidak membenci orang lain yang berbeda pendirian c) Tidak memaksa orang lain untuk

d) mengikuti pandangan diri sendiri

e) Menghormati orang lain yang berbeda agama untuk menjalankan ibadat sesuai agama dan

kepercayaannya

a) Mendengarkan orang lain yang sedang berbicara b) Suka meminta pendapat orang lain

c) Mempertimbangkan pendapat orang lain yang lebih baik

d) Mau menerima pendapat orang lain yang dinilai lebih baik

a) Mengakui pandangan sendiri yang ternyata keliru b) Memberikan pendapat secara lisan dan/atau tulisan c) Mau memberikan pendapat secara tulus

d) Memberikan pendapat dengan menggunakan tatakrama dan santun bahasa yang baik

e) Selalu menopang pendapatnyadengan alasan atau argumen yang kuat

a) Bersikap cermat dalam informasi atau pandangan sehingga tidak mudah menerima dan menolak pandangan orang lain.

b) mendengarkan pendapat orang lain

Siswa Angket skala pengukuran sikap Semantic Differensial dari Osgood. Pola skala terdiri atas 2 option yang tersusun dalam satu garis kontinum. Pola skala terdiri atas 4 option penilaian. 4-3-2-1 Jawaban yang sangat positif diberi bobot & 3, sedangkan yang sangat negatif diberi bobot 2& 1

Angket skala pengukuran sikap Semantic Differensial dari Osgood. Pola skala terdiri atas 2 option yang tersusun dalam satu garis kontinum. Pola skala terdiri atas 5 option penilaian. 4-3-2-1 Jawaban yang sangat positif diberi bobot 4 & 3, sedangkan yang sangat negatif diberi bobot 2 & 1


(35)

7. Cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan

8. Menghormati hak orang lain

9. Menghormati kekuasaan yang sah.

10. Bersikap adil dan tidak diskriminatif

11. Menjaga dan melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab.

c) Mau menggali alasan di balik pendapat orang lain yang dikemukakan

d) Mau mencari alasan lain yang lebih tepat dari pendapat orang lain

e) Menyanggah pendapat orang lain dengan pandangan diri sendiri yang didukung argumen yang kuat

a) Memilih persoalan dengan cermat

b) Mengidentifikasi berbagai alternatif pemecahan c) Mengumpulkan berbagai data dan informasi yang

mendukung

d) Memilih alternatif pemecahan masalah yang paling tepat dan layak

e) Bersifat antisipatif terhadap keputusan pemecahan masalah yang diambil

a) Tidak mengambil hak orang lain dengan cara apapun b) Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

menggunakan haknya dengan baik

c) Selalu menjaga agar tidak mengganggu orang lain

a) Tidak mencemoohkan orang lain karena berbeda bahasa dan budaya

b) Menjalankan ketentuan perundang-undangan sesuai dengan kedudukan dan perannya sebagai siswa c) Menghormati pemerintah pusat, daerah, dan tokoh

panutan dalam masyarakat

d) Melaksanakan kebijakan pemerintah dalam lingkungan sendiri, seperti sekolah dan masyarakat e) Turut serta memantau pelaksanaan kebijakan publik

a) Memperlakukan orang lain sesuai dengan kedudukan dan perannya dalam lingkungannya

b) Tidak bersifat kesukuan atau kedaerahan c) Tidak fanatik terhadap golongannya

d) Menghormati orang lain seperti menghormati diri sendiri

e) Menerapkan prinsip meritokratif yakni pemberian imbalkan sesuai dengan prestasi kerja dalam berbagi keuntungan

a) Selalu menyampaikan amanat yang diperoleh kepada yang berhak

b) Mau mengganti sesuatu amanat yang hilang atau cacat karena kecerobohan sendiri

c) Melaksanakan tugas yang diberikan guru, Kepala Sekolah dengan baik

d) Melaksanakan tugas yang diberikan dengan cara terbaik yang bisa dilakukan

e) Berorientasi pada pencapai hasil yang terbaik dalam memenuhi tugas-tugas

Angket skala pengukuran sikap Semantic Differensial dari Osgood. Pola skala terdiri atas 2 option yang tersusun dalam satu garis kontinum. Pola skala terdiri atas 4 option penilaian. 4-3-2-1 Jawaban yang sangat positif diberi bobot 4 dan 3, sedangkan yang sangat negatif diberi bobot 2 dan 1


(36)

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam instrumen perlu di bedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan realibel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat di gunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Instrumen yang realibel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan realibel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.


(37)

1. Alat Ukur Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner atau angket yang telah disusun secara terstuktur. Kuesioner atau angket tersebut memuat beberapa butir pertanyaan/pernyataan dengan pilihan alternatif jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawabannya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dialami dan dirasakan.

Setiap alternatif jawaban yang disediakan masing-masing diberi nilai atau skala tersendiri yang disusun secara sistematik dengan pembobotan berdasarkan Skala Diferensial Semantik (Semantic Defferensial Scale) dari Osgard. Skala ini kemudian dikuantitatifkan menjadi skala ordinal yang diberi bobot atau skor untuk pernyataan positif yaitu nilai 1-4 dimana 1 = nilai untuk buruk dan 4 = nilai untuk sangat baik. Sedangkan untuk pernyataan negatif , sebaliknya yaitu nilai 1-4 dimana 1 = nilai untuk sangat baik dan 4 = nilai untuk buruk. Untuk mendapatkan data tentang variabel penelitian disamping berpedoman pada landasan teori, juga dikembangkan dengan teknik pengumpulan data melalui proses:

Pertama, menyusun kisi-kisi instrumen atau alat pengumpul data. Kisi-kisi instrumen yang dibuat mengacu pada variabel X dan Y yang dirumuskan pada operasionalisasi variabel.

Kedua, membuat butir-butir pertanyaan/pernyataan berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat, dimana secara keseluruhan jumlah pertanyaan/pernyataan yang diajukan untuk ketiga variabel penelitian adalah sebanyak 75 (tujuh puluh lima) butir pertanyaan/pernyataan, dengan perincian untuk variabel X terdiri dari 22 (dua puluh dua) butir pernyataan dan untuk


(38)

variabel Y terdiri dari 53 (lima puluh tiga) butir pernyataan yang diharapkan dapat mengungkapkan secara tuntas mengenai permasalahan yang diteliti.

2. Pengujian Validitas

Data dari hasil penelitian yang telah dihimpun melalui proses pengumpulan data, tentunya tidak akan berguna bilamana alat ukur yang digunakan itu tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Singarimbun dan effendi (Suwardi, 2009:119) mengemukakan bahwa:

“…pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya, bilamana data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah data yang tidak reliable dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh sebab itu, maka data yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji terlebih dahulu tingkat validitas dan reliabilitasnya”.

Selanjutnya, Singarimbun dan Effendi, mengemukakan bahwa: “Validitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu mampu mengukur apa yang ingin di ukur”. Iskandar (Suwardi, 2009:120) mengatakan bahwa suatu pengukuran dikatakan valid jika alat ukur itu mampu mengukur apa yang hendak di ukur secara tepat. Dengan perkataan lain, bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan sahih bilamana mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan apabila

memiliki validitas yang rendah maka tidak atau kurang sahih. Sugiyono ( Suwardi, 2009:120) menyatakan bahwa: “… instrumen yang valid harus

mempunyai validitas internal dan eksternal”. Dijelaskan lebih jauh tentang validitas internal bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoretis) telah mencerminkan apa yang akan diukur, sedangkan validitas eksternal bila kriteria didalam instrumen dari luar atau fakta-fakta empiris yang ada.


(39)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas internal instrumen yang dikembangkan berdasarkan teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal instrumen berarti bahwa instrument dikembangkan dari fakta empiris. Syarat lainnya yang juga penting bagi peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang disusun dari kisi-kisi yang telah dikembangkan. Sebelum angket ini digunakan, diujicobakan pada 30 siswa (SMA YADIKA Baturaja) untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen. Pengujian validitas alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan korelasi pearson product moment (Uji r) dengan rumus sebagai berikut:

rxy { ( ) }{ ( ) }

) )( ( 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X n i i i i i i i ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan :

r : Koefisien korelasi internal

X : Skor jawaban per item pertanyaan Y : Skor total

N : Banyak responden

Selanjutnya untuk menguji signifikasi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi.


(40)

Penentuan nilai t-hitung digunakan rumus sebagai berikut :

t = r 2 1

2 r n

− − dimana :

r : Koefisien korelasi internal n : Banyak responden

Kaidah keputusan t-hitung yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t-hitung pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan

sebesar dk = N-2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut.

a. Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.

b. Jika nilai t-hitung lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Untuk mencocokkan koefisien validitas suatu butir soal dengan kriteria tolak ukur yang terdapat dalam Arikunto (2002:75) berikut ini :

0,00 < rxy ≤ 0,20 validitas sangat rendah

0,20 < rxy ≤ 0,40 validitas rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60 validitas sedang

0,60 < rxy ≤ 0,80 validitas tinggi

0,80 < rxy ≤ 1,00 validitas sangat tinggi

Atau dengan menggunakan Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi dari Sugiyono (2009: 257) seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.


(41)

Tabel 3.3

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat

(Sumber: Sugiyono, 2009: 257)

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas butir soal instrumen penelitian didapat bahwa dari 76 butir soal instrumen terdapat 59 butir soal yang valid dan 17 butir soal yang tidak valid. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4 Validitas Angket

Variabel Dimensi Variabel No Soal Valid No Soal Tidak

Valid Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (X)

Perencanaan 1, 2, 4, 7 3, 5, 6

Pelaksanaan 11, 16, 19 8, 9, 10, 12, 13,

14, 15, 17, 18

Evaluasi 20, 23 21, 22, 24

Pembinaan Siswa Sebagai Warga Negara yang Demokratis (Y)

12.Pro bono publico 25, 26, 27, 28, 29, 31

30

13.Pro patricia primus patrialis 32, 33, 34, 35, 36 14.Toleran atau menghargai dan menghormati

pendapat orang lain yang berbeda.

37, 38, 39, 40

15.Terbuka menerima pendapat orang lain 41, 43, 44 42 16.Tanggap dan berani mengemukakan

pendapat dengan baik dan benar.

45, 46, 47, 48, 49

17.Bersikap kritis terhadap pendapat orang lain 50, 51, 52, 53, 54 18.Cerdas dan penuh pertimbangan dalam

mengambil keputusan

55, 56, 57, 58, 59

19.Menghormati hak orang lain 60, 61, 62, 63 20.Menghormati kekuasaan yang sah. 64, 65, 66, 67 21.Bersikap adil dan tidak diskriminatif 68, 69, 70, 71 22.Menjaga dan melaksanakan amanah dengan

penuh tanggung jawab.


(42)

3. Pengujian Reliabilitas

Singarimbun (Suwardi, 2009: 125) mengemukakan bahwa: “Reliabiiitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliable. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini, dianalisis dengan teknik

rumus Alpha Cronbach. Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus

alpha seperti berikut :

2

11 1 2

1 n t k r k σ σ

Σ

 

=  − 

 

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item Σσn2

= jumlah varian butir σt2

= varians total dengan : 2 2 2 ( ) n X X n n σ Σ Σ − = σn2

= varians butir tiap item

n = jumlah responden uji coba instrumen

(ΣX)2 = kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item


(43)

Varians total dihitung dengan rumus : 2 2

2

( )

t

Y Y

n n

σ

Σ Σ − = dengan ;

σt2

= varians total

n = jumlah responden uji coba instrumen

(ΣY)2 = kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item ΣY2 = jumlah kuadrat skor responden

Setelah dihitung diperoleh koefisien reliabilitas tes untuk variabel pembelajaran PKn sebesar 0,9296, menunjukkan tingkat reliabilitas sangat reliable dan untuk perilaku demokratis siswa sebesar 0,9629, menunjukkan tingkat reliabilitas sangat reliable. Artinya derajat ketetapan (reliabilitas) tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika diteskan kepada subjek yang sama pada waktu yang berbeda.

D. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal yang utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu: kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya, (Sugiyono, 2009:193).


(44)

Bila dilihat dari sumber datanya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini jelas menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) serta Document (dokumentasi).

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, penelitian menyusun dan menyiapkan beberapa instrument untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

1) Interview (Wawancara)

Untuk memperoleh keterangan yang ada kaitannya dengan penelitian

yang dilaksanakan, maka dilakukan tanya jawab dengan sumber yang dapat dipercaya atau pihak-pihak terkait yang dapat memberikan masukan bagi peneliti. Ini merupakan cara untuk menggali informasi, pemikiran, gagasan, sikap dan pengalaman para pakar dan praktisi. Wawancara tatap muka dilakukan secara langsung antara peneliti dan nara sumber secara dialogis, tanya jawab, diskusi dan melalui cara lain yang dapat memungkinkan diperolehnya informasi yang diperlukan. Teknik wawancara ini merupakan metode pengumpulan data dan informasi yang utama untuk mendeskripsikan pengalaman informan.


(45)

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telpon.

2) Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respon untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Begitu juga Sudjana, (1986:7) mengungkapkan bahwa angket atau Quesionaire adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon respon hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat. Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa dan guru terhadap peranan pendidikan kewarganegaraan dalam membina karakter siswa sebagai warganegara yg demokratis dan bertanggungjawab. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner alat ukur Skala Diferensial Semanti (Semantic Defferensial Scale) dari Osgard dengan skala penilaian kepribadian seseorang yang menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan, yaitu nilai 1-5 dimana 1 = nilai untuk buruk dan 5 = nilai untuk sangat baik.

3) Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi yang


(46)

dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cek. Mengadakan penelitian langsung kelapangan, hasilnya dicatat untuk kemudian dianalisis (Sudjana, 1986:7). Dalam observasi awal ini, yang diamati oleh peneliti adalah bagaimana lokasi wilayah kota Baturaja guna menentukan populasi dan sampel dalam penelitian. Selanjutnya pengamatan terhadap wilayah atau letak lokasi sampel yang akan diteliti, mendatangi sekolah masing-masing sampel serta pengamatan terhadap pola pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pola tindak / perilaku (behavior conduct) siswa yang merunut pada indikator karakter warga Negara demokratis.

4) Studi Dokumentasi

Ialah cara untuk menggali, mengkaji, dan mempelajari sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk Laporan Penelitian, Dokumen Kurikulum, Makalah, Jurnal, Klipping Media Massa, dan Dokumen Negara (Pemerintah). Pemilihan metode ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam sumber-sumber tertulis tersebut dapat diperoleh ungkapan gagasan, persepsi, pemikiran, serta sikap para pakar dan praktisi pendidikan kewarganegaraan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan


(47)

masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik Analisis data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan statistik. Terdapat beberapa macam statistik yang dilakukan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskripif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bemaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009:207-208). Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan.

Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, selanjutnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Teknik normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Kolmogorov Smirnov. Perhitungan dilakukan


(48)

menggunakan software SPSS. Adapun Kriteria penentuan normalitas adalah dengan melihat nilai Signifikansinya. Jika nilai signifikansi (Asymp. Sig.) > 0,05, maka variabel penelitian berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Rumus uji statistik yang digunakan adalah

s

s

F 2

2 2 1 =

Varians dihitung dengan rumus : 2

2 2

( )

t

Y Y

n n

σ

Σ Σ − = dengan ; σt2

= S1 2

= varians

n = jumlah responden uji coba instrumen (ΣY)2 = kuadrat jumlah skor seluruh responden ΣY2 = jumlah kuadrat skor responden

Penggunaan rumus di atas, S12 untuk varians yang besar, sebagai pembilang, dan S22 untuk varians yang kecil, sebagai penyebut. Dengan demikian nilai dihitung F ini adalah hasil pembagian varians yang besar dengan varians yang kecil.

Bentuk hipotesis statistik yang akan diuji adalah (Ruseffendi, 1998: 295): H0 : σ12 = σ22, artinya distribusi bersifat homogen.


(49)

2. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah menengah Atas berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembinaan sikap siswa sebagai warganegara yang demokratis. Pengujian ini dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi sederhana. Sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan, maka dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien korelasi correlation product moment (Uji T)

Yaitu suatu teknik pengujian hipotesis untuk menyatakan derajat tingkat hubungan antar variabel penelitian, yaitu hubungan antara variabel x1 dengan y, dan x2 dengan y, serta x1 dengan x2. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

rxy =

[

]

[

2

]

1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 ) ( ) ( ) )( ( y y n x x n y x y x n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑

(Sugiyono, 2009: 255)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dalam penelitian ini digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikan

korelasi Product moment dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:

t = 2 1 2 r n r − −

(Sugiyono, 2009: 257) Keterangan

t = uji dua pihak korelasi product moment

r = koefisien korelasi product moment


(1)

. (2009). Kemampuan Dasar Mengajar “Landasan Konsep dan Implementasi”. Bandung: Alfabeta.

Darmawan, Cecep. (2009). Memahami Demokrasi Perspektif Teoritis dan Empiris. Bandung: Pustaka Aulia Press.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djahiri, Kosasih. (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS_UPI.

Djahiri, A.K. (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung, Laboratorium PMP IKIP Bandung.

Djahiri, A.K. (1983). Pengajaran Studi Sosial/IPS ”Dasar-dasar Pengertian Metodologi, Model Belajar-Mengaajr IPS”. Bandung: Laboratorium FPIPS.

Djahiri, A. Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Jurusan PMPKN IKIP Bandung: Granesia.

Gould, C. Carol. (1993). Demokrasi Ditinjau Kembali (terjemahan dari) Rethinking Democracy Fredom and Social Cooperation In Politics, Economy, and Society. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanurita Nugroho, R. (2005). Tantangan Indonesia Solusi Pembangunan Politik Negara Berkembang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Ibrahim, R., & Nana Syaodih. (2001). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Jacobsen et al. terjemahan Fawaid & Anam. (2009). Methods For Teaching_Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK – SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce et al. terjemahan Fawaid & Mirza. (2009). Models Of Teaching_Model – Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalidjernih Freddy, K. (2009). Pusparagam Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara Press.

Koesman, Soegeng. (2009). Membangun Karakter Bangsa Carut-Marut dan centang-Perenang Krisis Multidimensi di Era Reformasi. Yogyakarta: Lokus.


(2)

Koeman Doni, A. (2009). Pendidikan Karakter di zaman Keblinger. Jakarta: Grasindo.

Majid, Abdul. (2009). Perencanaan Pembelajaran “Mengembangkan Standar Konsep Guru”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munthe, Bermawi. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani.

Muslich, Masnur. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual “Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah”. Jakarta: Bumi Aksara.

Numan Somantri, M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmat, et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rosyada, Dede. (2007). Paradigma Pendidikan Demokratis “Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”. Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group.

Sapriya, dkk. (2008). Konsep dasar PKn. Bandung: Lab. PKn UPI Press.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. (2000). Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryadi, Ace. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar Konsep, Kebijakan, dan Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press.

Suryadi_Budimansyah, A. (2004). Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Bandung: Genesindo.


(3)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alphabeta.

Sukmadinata, S. Nana. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaifullah_Wuryan,S. (2008). Ilmu Kewarganegaraan “Civics”. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Taniredja, Tukiran. (2009). Pkn di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Bandung: Alfabeta.

Ubaedillah,dkk. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahab, A.A. (2007). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Wahab, A.A. (2006). “Pengembangan Konsep dan Paradigma PKn Baru Indonesia bagi Terbinanya Warganegara Multidimensional Indonesia”, dalam Pendidikan Nilai Moral Dimensi PKn. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS_UPI.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer “Suatu Tinjauan Konseptual Operasional”. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winarno. (2008). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan “Panduan baru Kuliah diPerguruan Tinggi”. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno. (2009). Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. Bandung: CV Alfabeta.

Zuriyah, N., & Sunaryo. (2009). Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berpresfektif Gender “Teori dan Aplikasinya di Sekolah”. Malang: UMMPress.

Tesis dan Disertasi

Azwar, Idham. (2009). Pengaruh Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Terhadap Pengembangan Sikap Patriotisme. Tesis Magister Pada Jurusan PKn FKIP Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(4)

Ida, Rohayani. (2009). Pengaruh Pembelajaran PKn Dan Pendidikan Interventif Terhadap Karakter Warga Negara Muda. Tesis Magister Pada Jurusan PKn FKIP Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kardiman, Yuyus. (2007). Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-Situs Kewarganegaraan. Tesis Magister Pada Jurusan PKn FKIP Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sagino. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Sikap Warganegara yang Demokratis dan Bertanggungjawab. Tesis Magister Pada Jurusan PKn FKIP Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sapriya. (2007). Persfektif pemikiran Pakar Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Disertasi Doktor pada Jurusan PKn FKIP Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suwardi-Dedi, Resdjo. (2009). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Perilaku Demokratis Siswa. Tesis Magister Pada Jurusan PKn FKIP Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Perundang-undangan

Asa Mandiri. 2006. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa mandiri.

Fokusmedia. 2005. Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Bandung: Fokusmedia.

Kunandar. 2007. Guru Profesional, Implementasi KTSP dan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

Nuansa Aulia. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Nuansa Aulia.

Sinar Grafika. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) 2006 Tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jakarta: Sinar Grafika.

. 2001. Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000-2004. Jakarta: Sinar Grafika.


(5)

Trianto dan Titik Triwulan, T. 2006. Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka.

. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi.

Jurnal, Artikel dan Hasil Penelitian

AR, Muchson. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Baru dan Implementasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Yogyakarta.

Branson, Margaret S. (1998). The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network [Online]. Washington, DC: Center for Civic Education (Retrieved April 2002 from http://www.civiced.org/articles_role.html).

Civic Education di Negara Berkembang, Bandung : ACTA CIVICUS Prodi PKn SPS-UPI.

Budimansyah, D. (2007). “Warganegara Multidimensional Dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan”, dalam PKn Progresif: Jurnal Pemikiran dan Penelitian PKn, Vol. 2 No.2, Desember 2007, 157-177.

Cholisin. (2004). “Konsolidasi Demokrasi Melalui Pengembangan Karakter Kewarganegaraan”. Yogyakarta : Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Yogyakarta.

Budimansyah, D. (2007). “Pendidikan Demokrasi sebagai Konteks Civic Education di Negara Berkembang”, dalam Acta civicus, Vol 1 No. 1, Oktober 2007.

(2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”, dalam Acta Civicus, Vol.1 No. 2, April 2008. Hal 179-198.

Samsuri. (2009). “Objektivikasi Pancasila Sebagai Modal Sosial Warga Negara Demokratis Dalam Pendidikan Kewarganegaraan”, dalam Acta Civicus, Vol. 2 No. 2, April 2009. Hal 169-180.

Setiawan, Deny. (2009) “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi Di Era Global”, dalam Acta Civicus, Vol. 2 No. 2, April 2009. Hal 127-144.


(6)

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN DAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH: Study Deskriptif Analitis Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Unggulan Pandeglang Banten.

0 1 56

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP WAWASAN KEBANGSAAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor.

0 1 54

PENGARUH KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK TERHADAP PEMBENTUKAN POLITICAL LITERACY SISWA: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung.

1 2 40

PENGARUH PEMBELAJARAN PKN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA SEBAGAI WARGANEGARA :Studi Eksperimental Kuasi Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X SMA Bina Dharma 2 Bandung.

0 2 51

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA MUDA :Studi Deskriptif Analitis terhadap Siswa SMA di Kota Tasikmalaya.

0 1 65

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PENGEMBANGAN KECAKAPAN PARTISIPATORIS PEMILIH PEMULA :Studi Deskriptif Pada Siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

0 3 81

PERANAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA (STUDI DESKRIPTIF ANALISIS DI SMP MUHAMMADIYAH 2 BOBOTSARI)

0 0 13

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 16

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMA Negeri 1 Rawalo)

0 0 14

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga)

0 0 13