MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA:PTK di Kelas V SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang.

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

METODE PROBLEM SOLVING PADA KONSEP CAHAYA

DAN SIFAT-SIFATNYA

(PTK di Kelas V SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

HUSNUL HOTIMAH (0903757)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

2013


(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

METODE PROBLEM SOLVING PADA KONSEP CAHAYA

DAN SIFAT-SIFATNYA

(PTK di Kelas V SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang)

Oleh

HUSNUL HOTIMAH (0903757)

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Husnul Hotimah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

i “

Metode Problem Solving pada Konsep Cahaya dan Sifat-Sifatnya”. (PTK di kelas V SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang). 2013

Permasalahan yang terdapat di SDN Cipete 1 Kecamatan Curug pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya adalah guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa bosan, siswa menganggap pelajaran SAINS sulit untuk dipahami, guru kurang menguasai materi dan metode, yang dapat menunjang hasil belajar siswa. Oleh karena itu, agar hal buruk itu tidak terjadi kita perlu melakukan tindakan, maka dalam penelitian ini penulis akan menerapkan metode Problem Solving, metode mengajar yang mengatur pengajaran, sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Agar dalam pembelajaran dapat bermakna dan mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah aktifitas belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Solving dalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya? (2) Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan metode Problem Solving.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai (1) Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Solving dalam konsep cahaya dan sifat- sifatnya (2) Ingin mengetahui hasil belajar siswa dalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan metode Problem Solving.

Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif dengan menggunakan instrumen penelitian observasi dan tes. Tes terdiri dari tes objektif yang berjumlah 10 soal pilihan ganda dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Soal diberikan pada siswa kelas V yang bejumlah 38 siswa.

Dari analisis data diperoleh kenaikan prosentase dan nilai rata-rata hasil tes siswa tiap siklus yaitu mulai dari pra siklus 18,42 % dengan rata-rata 52,89; siklus I sebesar 36,84 % dengan rata-rata 63,42; siklus II sebesar 68,42 % dengan rata-rata 69,73; siklus III sebesar 92,10 % rata-rata 80,62. Peningkatan aktivitas belajar siswa mulai dari siklus I rata-rata naik menjadi 2 prosentase 66,6% ; pada siklus II rata-rata naik lagi menjadi 2,5 dengan prosentase 83,3% dan pada siklus III semakin naik rata-ratanya menjadi 2,83 dengan prosentase 94,4%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak dalam pembelajaran akan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran. Peneliti merekomendasikan kepada guru seyogyanya bisa menerapkan strategi pembelajaran yang menciptakan siswa berperan aktif dalam pembelajaran, bagi kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR GRAFIK... viii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah... 1

B. RumusanMasalah... 4

C. TujuanPenelitian ... 4

D. ManfaatPenelitian... 5

E. Definisi Operasional... 6

F. Hipotesis Tindakan…... … ... … 8

BAB II HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPAMELALUI METODE PROBLEM SOLVING A. Kerangka Teoritik ... 9

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 25

C. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28


(5)

v

B. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 29

C. Prosedur Penelitian ... 41

D. Instrumen Penelitian... 44

E. Analisis Data... 50

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penellitian... 52

B. Rekapitulasi Hasil Penelitian... 81

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 87

D. Jawaban Hipotesis Tindakan... 89

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 90

B. Rekomendasi... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

2.1 Tahapan-tahapan metode Problem Solving... 21

3.1 Kisi-kisi soal... 45

3.2 Kriteria pengkatagorian nilai kualitatif hasil belajar ... 47

3.3 Pedoman observasi aktivitassiswa... 48

3.4 Kriteria Pengkatagorian Aktivitas Siswa ... 49

3.5 Tabel Rentang Nilai Prosentase Observasi dan Angket... 51

4.1Hasil tes pra siklus ... 54

4.2Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I... 59

4.3Hasil tes siklus I ... 62

4.4Data hasil penelitian siklus I... 64

4.5Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II... 67

4.6Hasil tessiklus II... 69

4.7 Data hasil penelitian siklus II... 72

4.8Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III... 76

4.9Hasil tessiklus III... 78

4.10 Data hasil penelitian siklus III... 80

4.11Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa... 81


(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

2.1 Hubungan Strategi pembelajaran... 14

3.1 Langkah PTK menurut Kurt Lewin... 32

3.2 Kumpulan siklus menurut Kurt Lewin... 33

3.3 Diagram alur PTK Kemmis dan Taggart... 36

3.5 Alur PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart... 39


(8)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik

4. 1Rekapitulsi prosentase hasil observasi aktivitas siswa... 84 4.2Rekapitulasi prosentase hasil tes setiap siklus... 87


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Pembimbing 2. SuratIjinObservasi

3. SuratBuktiTelahMelakukanPenelitian 4. Siklus I

 RPP Siklus I

 Ringkasan Materi

 Soaltes

 Lembar Kerja Siswa (LKS)

 Kuncijawaban 5. Siklus II

 RPP Siklus II

 Ringkasan Materi

 Soaltes

 Lembar Kerja Siswa (LKS)

 Kuncijawaban 6. Siklus III

 RPP Siklus III

 Ringkasan Materi

 Soaltes

 Lembar Kerja Siswa (LKS)

 Kuncijawaban

7. Data Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa 8. Data Rekapitulasi Hasil Tes Tiap Siklus

9. Lembar Hasil Tes dan Hasil Kerja Siswa pada Siklus I 10.Lembar Hasil Tes dan Hasil Kerja Siswa pada Siklus II 11.Lembar Hasil Tes dan HasilKerja Siswa pada Siklus III


(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sains (science) di ambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat

dipisahkan (Agus. S. 2003: 11). Sains sebagai proses langkah-langkah

yang ditempuh para ilmuan untuk melakuakan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.

Indvidu yang melek sains dan teknologi dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk menggunakan skil, sikap ilmiah, dan konten sains dalam rangka mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sains. (L.Barlia, 2009: 36)

Oleh karena itu penerapan SAINS dalam pelaksanaanya perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk. Selain itu, penggunaan pemecahan masalah yang sederhana dalam setiap pembelajaran SAINS merupakan langkah awal yang sangat berharga bagi anak didik untuk mendapatkan keterampilan pemecahan masalah tanpa meninggalkan cara-cara ilmiah.

Mendidik dan membiasakan anak usia sekolah dasar menggunakan cara ilmiah memberikan bekal pengalaman berharga bagi mereka, karena untuk menjadi problem solver yang akurat memerlukan waktu, latihan, pembiasaan, keterampilan, serta pengetahuan.


(12)

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran, maka dari itu seorang guru harus mampu memilih metode yang tepat dalam setiap pembelajaran.

Metode Problem Solvingatau pemecahan masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran SAINS. Hal ini erat kaitannya dengan karakteristik SAINS yang terus terbuka untuk dicari pengembangannya dan karakteristik anak usia sekolah dasar yang tidak pernah terlepas dari rasa ingin tahunya

Menurut Yusnandar (2010:35) dalam bukunya dijelaskan bahwa terdapat beberapa gejala permasalahan pembelajaran sains yang terjadi di Sekolah Dasar yaitu :

1. Guru kesulitan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada pada siswa.

2. Guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari, guru hanya menuntut siswa untuk menghafal konsep bukan memahami konsep.

3. Keterampilan proses belajar SAINS belum nampak dengan alasan mengejar target kurikulum.


(13)

Semua hal ini akan membuat siswa menjadi tidak mendapatkan makna dalam pembelajaran yang membuat keterampilan proses belajar SAINS mereka kurang berkembang. Dampaknya di masa akan datang, mungkin ia tidak memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah secara kritis dan ilmiah.

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh penulis pada pembelajaran sains di Sekolah Dasar NegeriCipete 1 Kecamatan Curug pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya antara lain sebagai berikut ;

1. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa bosan.

2. Siswa menganggap pelajaran IPA sulit untuk dipahami.

3. Guru kurang menguasai materi danmetode, yang dapat menunjang hasil belajar siswa.

4. Guru kurang kreatif menggunakan alat peraga atau media dalam pembelajaran IPA.

Oleh karena itu, agar hal buruk itu tidak terjadi kita perlu melakukan tindakan, maka dalam penelitian ini penulis akan menerapkan metode

Problem Solving, metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian

rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya, tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Agar dalam pembelajaran dapat bermakna dan mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan.


(14)

Adapun yang akan dijadikan penelitian adalah siswa SD kelas V semester 2 di SDN Cipete 1. Dimana selama ini belum pernah dilakukan penelitian penerapan metode Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar SAINS dalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya. Hal inilah yang mendorong perlu diadakan penelitian. Maka penelitan ini diberijudul

“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

METODEPROBLEM SOLVING PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYADI KELAS V SDN CIPETE 1 KECAMATAN CURUGKOTA SERANG TAHUN 2013.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakahaktifitas belajar siswa dengan menggunakanmetode

Problem Solvingdalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan metode Problem Solving.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan metode Problem Solvingpada konsep cahaya dan sifat-sifatnya didalam pembelajaran, untuk memberikan dorongan dan pengarahan prilaku untuk


(15)

peningkatan aktifitas dalam pembelajaran. Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ingin mengetahuiaktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode

Problem Solvingdalam konsep cahaya dan sifat- sifatnya.

2. Ingin mengetahuihasil belajar siswa dalam konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan metode Problem Solving.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dapat dikatakan berhasil apabila dapat bermakna

dan bermanfaat pada bidang yang ditelitinya. Penelitian “Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa melalui MetodeProblem Solving pada Konsep Cahaya dan Sifat-Sifatnya di kelas V SDNCipete 1 Kecamatan Curug Tahun 2013.”

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dalam hal sebagai berikut :

1. Bagi peneliti :

a. Mampu menerapkan suatu metode dengan media inovatif guna meningkatkan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa. b. Memiliki pengalaman dalam mengungkap masalah dan

upaya mengatasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran secara efektif

c. Mengetahui permasalahan dalam pembelajaran SAINS di SD.


(16)

2. Bagi guru

a. Memberi gambaran hasil pembelajaran , sebagai umpan balik bagi guru untuk menentukan suatu model mengajar yang tepat dan sesuai dengan materi IPA yang akan diajarkan, iklim ruang kelas, dan karateristik siswa.

3. Bagi siswa

a. Mampu mengembangkan keterampilan proses belajarnya pada situasi baru.

b. Meningkatkan pemahaman pada materi yang diajarkan dan memberikan pembelajaran yang bermakna.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah suatu perubahan pada indvidu yang balajar(Nasution1999:56). Perubahan tidak hanya mengenai pemahaman atas pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan penghayatan pada individu. Hasil belajar juga berupa keterampilan-keterampilan khusus yang di peroleh seseorang setelah ia melakukan proses belajar.Seperti yang di kemukakanhasil dari proses belajar

tidak hanya perubahan tingkah laku, kecakapan, sikap dan perhatian(Pasaribu,1983:22).


(17)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil dari interaksi yang dinyatakan dalam bentuk penghargaan maupun skor yang di peroleh dari hasil tes belajar dan dapat menyebabkan perubahan sikap belajar pada siswa sehingga menimbulkan peningkatan kualitas belajar dan dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Metode Problem Solving

Problem Solving atau pemecahan masalah merupakan bagian takterpisahkan dari proses pembelajaran sains. Suatu hal yang sangat krusial terutama dalam rangka memfasilitasi rasa ingin tahunya terhadap segala fenomena yang mereka temukan di dalam kehidupan sehari-harinya.(L.Barlia, 2009:35)

Pemecahan masalah dapat didefinisikan lebih luas lagi jika ditinjau dariproses, strategi, keterampilan dan sebagai model pembelajaran.

Sebagai suatu proses, sebagai suatu makna bahwa ketika siswa belajar ada proses menemukan kembali. Sebagai suatu strategi yaitu aturan yang harus di pelajari,disediakan dan diajarkan oleh guru dan siswa harus berusaha sebagai pengguna berbagai jalan untuk memecahkan masalah mulai dari mengidentifikasi masalah, penentuan langkah kemudian memecahkan masalah.(Safrudin, 2005).

Maka dengan kata lain bahwa Problem Solving adalah salah satu strategi pembelajaran dimana peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan secara tidak sadar mereka mendapat informasi baru atas apa yang mereka lakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga perubahan tingkah laku mereka terlihat lebih baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.


(18)

Semua cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya antara lain matahari, bintang, api, lampu dan kilat. Sifat-sifat cahaya antara lain cahaya dapat merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan.

Cahaya matahari yang terlihat putih, sebenarnya perpaduan dari berbagai warna cahaya yang disebut spektrum.Tetesan hujan membiaskan cahaya matahari sehingga warna putih cahaya matahari terurai menjadi spectrum yang menyerupai pita-pita warna yang disebut pelangi.

Semua alat yang menggunakan lensa disebut alat optic. Contoh alat-alat optik yaitu : kamera, mikroskop, teropong, OHP.

F. Hipotesis Tindakan

Dengan dilaksanakannya pembelajaran SAINS menggunakan metode Problem Solving, pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa dilatih menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ditemukan selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, “Jika pembelajaran SAINS dilakukan dengan menggunakan metode Problem Solving, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar”.


(19)

28

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini diartikan tempat atau keadaan yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, Sekolah Dasar (SD) yang dipilih adalah SDN Cipete 1. Letak SDN Cipete 1 terdapat di Kampung Tinggar Desa Sukalaksana Kecamatan Curug.

Alasan meneliti di SDN Cipete 1 karena adanya dukungan dari pihak sekolah serta proses perizinannya pun dimudahkan. Selain itu, faktor utama yang mendukung untuk meneliti di SD tersebut karena peneliti ingin melihat seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa terhadap kemampuan guru dalam menerapkan metodeproblem solving, agar apabila terdapat sisi positif dalam proses pembelajaran, dapat peneliti gunakan untuk di kemudian hari ketika peneliti ditugaskan untuk mengajar.

2. Subjek Penelitian

Dengan menentukan subyek penelitian, maka penelitian akan lebih mudah dan efektif. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SDN Cipete 1 yang berjumlah 38 siswa, terdiri dari 15 orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki.


(20)

B. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

Menurut Harjodipuro (1997) bahwa PTK adalah suatu pendekatan

untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan

mendorongpara guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran.

Menurut Kemmis (1983) dalam Astim Riyatno (1996:47) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan upaya menguji cobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak yang nyata.

PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya,


(21)

diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspekpenalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

2. Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya.

Penelitian tindakan kelas dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan.

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Ditinjau dari karakteristiknya, menurut Sulipan (2008) memiliki beberapa karakteristik antara lain:

 Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.  Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

 Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.  Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek

instruksional.


(22)

4. Kelebihan dan kekurangan Penelitian Tindakan Kelas

Secara umum, menurut (Shumsky, 1982) PTK memiliki kelebihan sebagai berikut :

 Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK.

 Tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK.

 Dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah.

 Meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK

PTK juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut:

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada peneliti sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis.

 Rendahnya efisiensi waktu karena peneliti harus punya komitmen untuk terlibat dalam prosesnya sementara kita (peneliti) masih harus melakukan tugas rutin.

 Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin demikian.


(23)

5. Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa model PTK yang sering digunakan didalam dunia pendidikan antaranya yaitu : Model Kurt Lewin, Model Kemmis dan Mc Taggart, Model Cohen dkk, Model John Elliot, Model Dave Ebbut, dan Model Hopkins.

Berikut ini adalah penjelasan model PTK menurut Kurt Lewin, Model Kemmis dan Mc Taggart, dan Model John Elliot yaitu :

a. Model Kurt Lewin

Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi, refleksi. Kempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Langkah PTK menurut Kurt Lewin

Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas, selanjutnya dapat digambarkan menjadi beberapa siklus yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus.


(24)

Gambar 3.2 Kumpulan siklus menurut Kurt Lewin b. Model Kemmis dan Mc Taggart

Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena dalam pelaksanaan PTK,dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu: melakukan Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation), dan Refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Kemmis dan Mc Taggart, Penelitian Tindakan Kelas, 2011: 64).

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi’uddin, 1996) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusun persperencanaan, pelaksanaan tindakan, pengmatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan.


(25)

Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi. Akan tetapi pada umumnya memulai dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Perencanaan

Penyusunan perencanaan didasrkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada. 2) Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis penelitian tindakan kelas hendaknya selalu didasarkan atas pertimbangan teoretik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

3) Observasi/ Pengamatan

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Istilah observasi lebih sering digunakan dalam penelitian tindakan


(26)

kelas karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran juga diperlukan.

4) Refleksi

Pada dasarnya, refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Setiap informasi yang didapatkan hendaknya dikaji dan difahami bersama (peneliti dan praktisi). Melalu refleksi yag mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Pada hakikatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, dan refleksi yang dipandang suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggar dapat digambarkan dengan diagram alur berikut ini :


(27)

Gambar 3.3 Diagram alur PTK Kemmis dan Taggart c. Model John Elliot

Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut:


(28)

(29)

6. Model PTK yang dipilih

Model Kemmis dan Mc.Taggart menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kemmis dan Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu : Perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Jenis Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Resaecrh) yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Dengan kata lain, melaluitindakan kelas ini, guru dapat memperbaiki kinerjanya dalam meningkatkan mutu pembelajaran kelasnya.

Pada dasarnya penelitian tindakan ini direncanakan pelaksanaannya dengan tiga siklus yang dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar SAINS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cipete 1 Kecamatan Curug.

Jika belum berhasil meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus satu dan siklus dua maka penelitian dapat dilanjutkan pada siklus ketiga dan seterusnya. Berikut ini dikutip model Kemmis dan Mc.Taggart (Hermawan R, 2007: 128). Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan dengan gambar dibawah ini.


(30)

Perencanaan Pelaksanaan

SIKLUS I

Refleksi Observasi

Perencanaan Pelaksanaan

SIKLUS II

Refleksi Observasi

Gambar 3.5Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc. Taggart Ke empat tahap di atas merupakan satu siklus atau daur, oleh karena itu, setiap tahap akan berulang kembali, sampai tujuan perbaikan yang direncanakan dianggap telah memuaskan/berhasil.

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga. Dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi hambatan.


(31)

2) Pelaksanaan atau Tindakan

Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.

3) Observasi (Pengamatan)

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya.

4) Refleksi

Refleksi di sini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.


(32)

C. Prosedur Penelitian

Gambar 3.6 Skema alur PTK pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya yang sudah di OBSERVASI

1. Mengamati proses pembelajaran terutama pada aktivitas siswa.

PERENCANAAN

1. Membuat RPP tentang pemantulan cahaya pada cermin datar dan lengkung dengan metode problem

solving dikelasV

2. Membuat soal tes dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menyangkut

pembelajaran

PRA SIKLUS TINDAKAN

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

2. Melaksanakan tes

OBSERVASI

Mengamati proses pembelajaran terutama pada aktivitas siswa dengan

mengacu pada pedoman observasi REFLEKSI

Peneliti bersama-sama dengan guru kelas mengadakan diskusi dan menganalisis permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan KBM

sebagai hasil observasi.

REFLEKSI

Peneliti bersama guru mitra menganalisis hasil pembelajaran untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pada pembelajaran sikus I.


(33)

Pada skema di atas mengalami perputaran siklus, yang di awali dengan observasi dan diakhiri dengan refleksi. Apabila pada siklus I hasilnya kurang baik maka dilanjutkan dengan siklus II yang di awali dengan obsevasi dan seterusnya.

a. Tahap prasiklus

1) Observasi : Pada tahap ini peneliti melakuakan observasi atau mengamati proses pembelajaran terutama pada aktifitas siswa dan memberikan tes awal untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2) Refleksi : Refleksi yakni peneliti bersama-sama dengan guru kelas mengadakan diskusi dan menganalisis permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan KBM sebagai hasil observasi.

b. Tahap siklus I 1) Perencanaan

Pada tahap ini hal-hal yang di lakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang konsep pemantulan cahaya pada cermin datar, membuat lembar kerja siswa, membuat instrumen evaluasi/penilaian, membuat media pembelajaran yang sesuai dengankonsep pemantulan cahaya pada cermin datardengan menggunakan metode Problem solving, membuat lembar pengamatansiswa.


(34)

2) Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindak yang dilakukan adalah melaksanakan isi rencana pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran di kelas V dengan menggunakan metode Problem

solving padakonsep pemantulan cahaya pada cermin datar. Pada

tahap ini seorang guru perlu memperhatikan langkah-langkah dalam menggunakan metode Problem solving serta membimbing siswa dalam menggali kemampuan yang dimilikinya. Apabila ada kekurangan dalam metode ini guru boleh menggunakan metode yang lain sebagai penunjang pembelajaran.

3) Pengamatan/Observasi

Pada tahap ini pengamatan dilaksanakan bersama dengan kegiatandiatas dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dikelas adapun hal-hal yang observasi meliputi: minat, perhatian, partisipasi, presentasi.

4) Refleksi

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan berupa lembar observasi, tes hasil belajar yang di peroleh pada akhir kegiatan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan catatan-catatan yang ditemui dilapangan.


(35)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan data yang terkumpul. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains di SDN Cipete 1, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sains. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang di gunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto. S 2006:53). Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah :

Jenis tes : Tertulis Bentuk tes : Objektif

Soal tes : Pilihan ganda dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Jumlah keseluruhan soal dalam tes 10 soal yang terdiri daripilihan ganda berjumlah 10 soal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian tes yaitu:

a) Kisi-kisi Soal

Untuk menyusun soal yang baik, perlu membuat kisi-kisi. Pembuatan kisi-kisi soal mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kisi-kisi dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(36)

Tabel 3.1 KISI-KISI SOAL

Standar Kompetensi : 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

Kompetensi Dasar : 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

Materi Siklus Indikator TK Pengetahuan Pemahaman Penerapan

PG PG PG

Cahaya dan Sifat-sifatnya

Siklus I Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar.

Mudah 2 1 1

Sedang

3 1

Sukar

1 1

Siklus II

Menentukanmodel

yang akan

dibuatdengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misalnyaperiskop.

Mudah 2 1 1

Sedang

2 1 2

Sukar 1 Siklus III Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin lengkung (cembung dan ceku

Mudah 1 1 1

Sedang 3 2

Sukar


(37)

b) Jenis Soal

Jumlah keseluruhan soal dalam tes 10 soal yang terdiri dari tes objektif (pilihan ganda) berjumlah 10 soal dan Lembar Kerja Siswa dalam bentuk essay yang di kerjakan oleh siswa secara berkelompok. c) Penilaian

Penilaian yang digunakan pada tes objektif (pilihan ganda) dengan jumlah soal 10 ,yaitu:

 Pilihan ganda

Pemberian angka untuk tes pilihan ganda yaitu pemberian angka dihitung berdasarkan banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Tiap item yang benar bernilai satu.

Rumus penskoran sebagai berikut :

S = R

Keterangan : S = Skor terakhir atau yang diharapkan R = Jumlah Isian yang dijawab benar

 Pedoman Tes Hasil Belajar

Penskoran tes hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, yaitu :


(38)

Nilai rata-rata siswa = �� � ℎ � �� � � � ℎ � ��

�� � ℎ � � � ℎ � ��

Dan menurut keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No. 129/C/Kep/LK/2003 tanggal 25 Maret 2003 menjelaskan bahwa klasifikasi predikat persentasi nilai ujian sekolah adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Pengkatagorian Nilai Kualitatif Hasil Belajar

Angka Keterangan

> 9,50 Istimewa 8,00 – 9,49 Amat Baik 6,50 – 7,99 Baik 5,50 – 6,49 Cukup 3,01 – 5,49 Kurang

<3,00 Amat Kurang

d) Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pengamatan secara sistematis (Arikunto.S 2006:30). Observasi adalah pengamatan, yakni proses penilaian melalui pengamatan objek tertentu dalam hal ini adalah sikap siswa, aktifitas siswa dan kondisi kelas peserta didik selama proses pembelajaran berdasarkan instrumen tertentu.

Pengamatan dalam bahasan ini salah satu cara penilaian non tes untuk menilai aspek kemampuan peserta didik yang paling tepat


(39)

karena tidak bisa di lakukan dengan penilaian tes. Penilaian non tes pengamatan ini dilakukan oleh guru terhadap peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang hendak dinilainya.

Model kisi-kisi non tes untuk observasi dalam bentuk format yang meliputi aspek dimensi yang diamati, hasil penilaian perilaku untuk tiap aspek kompetensi. Contoh pedoman observasi untuk siswa dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Bidang Studi :

Materi/Pokok bahasan : Kelas/Semester :

Aspek yang diamati Hasil Pengamatan Keterangan Baik Cukup Kurang

1.Pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran.

2.Keterampilan bertanya. 3.Memberikan pendapat untuk


(40)

4.Keterampilan

mengelompokan dan mengidentifikasi masalah. 5.Interaksi selama proses

pembelajaran. 6.Keterampilan

menyimpulkan. Jumlah

Rata-rata Prosentase (%)

Tabel 3.4 Kriteria Pengkatagorian Aktivitas Siswa

Nilai Kuantitatif Kategori Kualitatif

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

Dikatakan Baik apabila dalam aspek yang diamati, siswa melakukan kegiatan dengan baik dan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan rencana pembelajaran.

Dikatakan Cukup apabila dalam aspek yang diamati, siswa melakukan kegiatan dengan baik dan melakukan langkah-langkah yang tidak sesuai dengan rencana pembelajaran.


(41)

Dikatakan Kurang apabila dalam aspek yang diamati, siswa kurang atau tidak melakukan kegiatan dan melakukan langkah-langkah yang tidak sesuai dengan rencana pembelajaran.

E. Analisis Data

Secara garis besar analisis data pada penelitian ini meliputi 4 tahap, yaitu persiapan, tabulasi, pengolahan data dan deskripsi data.

a) Persiapan

Pada tahap ini peneliti mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data, dan mengecek data nama siswa sampai kelengkapan identitas pengisi instrumen dalam hal ini siswa yang mengisi lembar instrumen.

b) Tabulasi/pemilihan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor (tes).

 Membuat persentase dan rerata pada tes hasil belajar.

 Melihat dokumentasi nilai siswa dari hasil setiap proses c) Pengolahan data

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu menganalisis data yang sudah diperoleh. Berikut ini cara menganalisis dari beberapa data yang didapat:

1) Lembar Observasi

Untuk memperoleh data presentase maka peneliti mengolah data pada lembar observasi ini dengan cara:


(42)

 Skor maksimal = 18

 Nilai rata-rata = Jumlah Hasil Pengamatan 6 Aspek yang di nilai

Untuk hasil pengamatan : Baik = 3

Cukup = 2 Kurang = 1

 Prosentase (%) diperoleh dari : % =Jumlah hasil pengamatan

Skor maksimal X 100 %

Tabel 3.5 Tabel Rentang Nilai Prosentase Observasi dan Angket (Zaenal Arifin, 2009:89)

Prosentase (%) Keterangan

88% - 100% Istimewa

77% - 87% Baik

66% - 76% Cukup

55% - 65% Kurang

2) Tes Hasil Belajar Siswa

Pada pengolahan data tes hasil belajar, peneliti mengolah data degan cara sebagaia berikut :

Setiap jawaban yang benar diberi bobot 10,Bobot maksimal = 100 Kriteria penilaian = Jumlah jawaban benar x 10


(43)

Prosentasi ketuntasan belajar=Siswa yang mendapat nilai ≥ 70


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan bahwa penggunaan metode problem solving sesuai dengan karakter anak dalam pembelajaran sains tentang konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SDN Cipete 1 Kecamatan Curug. Mendapatkan hasil yang cukup baik pada tiap putaran siklusnya. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai pada setiap siklusnya, konsepsi siswa tentang konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V mengalami perubahan peningkatan secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar dalam setiap siklusnya : nilai hasil belajar pada tahap pra siklus mencapai rerata 52,89 ; siklus I mencapai rerata 63, 42 ; siklus II mencapai rerata 69,73 dan siklus III mencapai rerata 80,62.

2. Kemampuan guru dalam menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran guru tidak lagi terpaku dari apa yang terdapat pada buku saja, melainkan sudah dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Kemampuan guru ini berpengaruh pada peningkatan aktivitas belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas belajar ssiswa dalam setiap siklusnya. Mulai dari siklus I rata-rata 2 dengan prosentase 66,6% ;


(45)

pada siklus II rata-rata naik menjadi 2,5 dengan prosentase 83,3% dan pada siklus III semakin naik rata-ratanya menjadi 2,83 dengan prosentase 94,4%. Hal ini menunjukkan bahwa metode problem

solving dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA

pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode problem solving ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek. Dengan kata lain, penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak dalam pembelajaran akan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.


(46)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Guru seyogyanya bisa menerapkan strategi pembelajaran yang menciptakan siswa berperan aktif dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IPA, Metode Problem Solving bisa dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran yang bisa dipilah untuk pelaksanan pembelajaran berikutnya.

2. Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memilih pendekatan atau metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarakan, serta kepala sekolah senantiasa selalu memantau guru dengan memberikan masukan-masukan atau saran.

3. Bagi Peneliti Lain

Dalam suatu pembelajaran sebaiknya dilakukan persiapan sebelumnya. Penggunaan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam suatu penelitian hendaknya memiliki suatu serangkaian tahapan-tahapan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang digunakan serta sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar. sehingga hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. S. (2003). Pengertian IPA [online]. Tersedia: http: //ipa.unnes.ac.id/?p = 71 [9April 2013]

Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Al-Kautsar

Barlia, L. (2009). Teori Pembelajaran Sains di SD. Subang: Royyan Press.

Depdikbud. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Model Pembelajaran. Science Education Quality Imprvement Project (SEQIP). Jakarta

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No 129/C/Kep/LK/2003 Harjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta

Haryanto. (2007). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga

Hermawan, dkk (2007) Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasa. Bandung: UPI PRESS

Nasution. S (1999). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara

Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan di SD. Serang: Ikhwan Mandiri

Press..

Pasaribu. (1983). Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito

Rafi’udin, A. H. 1996. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang: lembaga Penelitian IKIP Malang.

Riyatno. A. (1996). Psikologi Sosisal. Jakarta Rineka Cipta.

Syafruddin. N. (2005). Guru Proffesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: Quantum Teaching


(48)

Shumsky, A. (1982). Cooperation In Action Research. Dalam The Action Research Reader.

Sulistyorini, Sri (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan

Penerapnnya dalam KTSP

Sudirman, N. dkk. (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Sudjana, N. 2010. Kemampuan Hasil Belajar, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2255220-hakikat-hasil-belajar/ di akses tanggal 10 Januari 2013.

Supriyadi. (2012). Strategi Inovatif Pemecahan Masalah Matematika. Serang: UPI Kampus Serang.

Suyitno. A. (2002). Model-Model Pembelajaran dan Penerapnnya di SMP/MTS. Semarang: UNNES

Tim Dosen UPI. (2008). Konsep Dasar IPA. Unversitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang.

UPI, 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung

UU RI No.2. 2003. Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Wahidmurni, dkk. (2010). Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Wiriatmadja, R.(2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Rosdakarya. Yusnandar. E. (2010). Belajar dan Pembelajaran di SD. Universitas Pendidikan


(1)

Prosentasi ketuntasan belajar=Siswa yang mendapat nilai ≥ 70


(2)

90

Husnul Hotimah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan bahwa

penggunaan metode problem solving sesuai dengan karakter anak dalam

pembelajaran sains tentang konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SDN

Cipete 1 Kecamatan Curug. Mendapatkan hasil yang cukup baik pada tiap

putaran siklusnya. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

pada setiap siklusnya, konsepsi siswa tentang konsep cahaya dan

sifat-sifatnya di kelas V mengalami perubahan peningkatan secara

keseluruhan. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar

dalam setiap siklusnya : nilai hasil belajar pada tahap pra siklus

mencapai rerata 52,89 ; siklus I mencapai rerata 63, 42 ; siklus II

mencapai rerata 69,73 dan siklus III mencapai rerata 80,62.

2. Kemampuan guru dalam menerapkan metode problem solving dalam

pembelajaran guru tidak lagi terpaku dari apa yang terdapat pada buku

saja, melainkan sudah dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai

sumber belajar. Kemampuan guru ini berpengaruh pada peningkatan

aktivitas belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas

V. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas belajar ssiswa dalam setiap


(3)

pada siklus II rata-rata naik menjadi 2,5 dengan prosentase 83,3% dan

pada siklus III semakin naik rata-ratanya menjadi 2,83 dengan

prosentase 94,4%. Hal ini menunjukkan bahwa metode problem

solving dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode problem solving ini

siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan

sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,

membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek.

Dengan kata lain, penggunaan metode pembelajaran yang sesuai

dengan karakter anak dalam pembelajaran akan meningkatkan

kemampuan pemahaman siswa dan mengefektifkan pencapaian tujuan


(4)

92

Husnul Hotimah, 2013

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka

rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Guru seyogyanya bisa menerapkan strategi pembelajaran yang

menciptakan siswa berperan aktif dalam pembelajaran, khususnya pada

pembelajaran IPA, Metode Problem Solving bisa dijadikan sebagai salah

satu metode pembelajaran yang bisa dipilah untuk pelaksanan

pembelajaran berikutnya.

2. Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan

penghargaan kepada guru yang berusaha meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan memilih pendekatan atau metode yang tepat dan

sesuai dengan materi yang akan diajarakan, serta kepala sekolah

senantiasa selalu memantau guru dengan memberikan masukan-masukan

atau saran.

3. Bagi Peneliti Lain

Dalam suatu pembelajaran sebaiknya dilakukan persiapan

sebelumnya. Penggunaan metode pembelajaran yang akan digunakan

dalam suatu penelitian hendaknya memiliki suatu serangkaian

tahapan-tahapan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang

digunakan serta sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. S. (2003). Pengertian IPA [online]. Tersedia: http: //ipa.unnes.ac.id/?p = 71 [9April 2013]

Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Al-Kautsar

Barlia, L. (2009). Teori Pembelajaran Sains di SD. Subang: Royyan Press.

Depdikbud. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Model Pembelajaran. Science Education Quality Imprvement Project (SEQIP). Jakarta

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No 129/C/Kep/LK/2003

Harjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta

Haryanto. (2007). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga

Hermawan, dkk (2007) Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasa. Bandung: UPI PRESS

Nasution. S (1999). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara

Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan di SD. Serang: Ikhwan Mandiri Press..

Pasaribu. (1983). Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito

Rafi’udin, A. H. 1996. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang: lembaga Penelitian IKIP Malang.

Riyatno. A. (1996). Psikologi Sosisal. Jakarta Rineka Cipta.

Syafruddin. N. (2005). Guru Proffesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: Quantum Teaching


(6)

Husnul Hotimah, 2013 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA KONSEP

Shumsky, A. (1982). Cooperation In Action Research. Dalam The Action Research Reader.

Sulistyorini, Sri (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapnnya dalam KTSP

Sudirman, N. dkk. (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Sudjana, N. 2010. Kemampuan Hasil Belajar, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2255220-hakikat-hasil-belajar/ di akses tanggal 10 Januari 2013.

Supriyadi. (2012). Strategi Inovatif Pemecahan Masalah Matematika. Serang: UPI Kampus Serang.

Suyitno. A. (2002). Model-Model Pembelajaran dan Penerapnnya di SMP/MTS. Semarang: UNNES

Tim Dosen UPI. (2008). Konsep Dasar IPA. Unversitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang.

UPI, 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung

UU RI No.2. 2003. Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Wahidmurni, dkk. (2010). Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Wiriatmadja, R.(2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Rosdakarya.

Yusnandar. E. (2010). Belajar dan Pembelajaran di SD. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SD DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cipete 1 Kecamatan Curug Kota Serang.

0 1 36

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI: PTK di Kelas V SDN UjungtebuKec. Curug Kota Serang.

0 2 34

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa Kelas Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Gayamprit, Kecamatan

0 0 13

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM):Penelitian Tindakan Kelas di kelas V (lima) SDN Cipete 2 Kecamatan Curug Kota Serang.

0 0 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA:PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang.

0 0 60

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ENERGI :PTK Di Kelas IV SDN Cisangku Kec.Curug Kota Serang.

0 5 43

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY PADA KONSEP PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN UJUNGTEBU KECAMATAN CURUG.

0 2 40

MENINGKATKAN KEMAMPUAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE SEQIP:Studi PTK di Kelas V SD Negeri Neglasari Kec. Curug Kota Serang Tahun 2013.

0 2 41

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM UNTUK MENINGKATKANHASIL BELAJAR SISWA:PTK di kelas IV SDN Gowok Kecamatan Curug Kota Serang.

1 3 28

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SEJARAH:PTK di Kelas V SDN Cipete 1, Kecamatan Curug, Kota Serang.

0 1 62