PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS JURNALISTIK SISWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.

(1)

SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA

Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Tella Wilia

1005535

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


(2)

( Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh : Tella Wilia

1005535

sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tella Wilia 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto chopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

SOSIAL SISWA

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII A SMP 19 Bandung )

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing 1

Dr. Ridwan Effendi, M. Ed

NIP.19620926 198904 1 001

Pembimbing II

Dr. Nana Supriatna, M. Ed

NIP. 19611014 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


(4)

PERNYATAAN………..i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR……….iii

DAFTAR ISI………iv

DAFTAR TABEL………v DAFTAR GAMBAR………..Vi

DAFTAR LAMPIRAN………..Vii

BAB IPENDAHULUAN………..

BAB II PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS JURNALISTIK SISWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN

KEPEDULIAN SOSIAL SISWA ……….. BAB III METODE PENELITIAN………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN……….


(5)

Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II Tahun Ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung

Oleh Tella Wilia

1005535

Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa. Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas

VIII A Semester II tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.

Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap permasalahan yang terjadi di kelas VIII A SMP Negeri 19 Bandung terkait kepedulian sosial. Permasalahan ini merupakan temuan dari observasi yang dilakukan pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu bulan Februari Tahun 2014. Indikator permasalahan yang dijumpai adalah Pembelajaran yang kurang kontekstual sehingga tidak teraplikasi makna dari kegiatan pembelajaran. Kondisi ini menyebabkan kurang teraplikasinya nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran I kelas Melihat permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas dengan disain penelitian Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64) dalam 7 Siklus. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu meningkatkan kepedulian sosial melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar. Hal ini dikatakan berhasil dengan melihat perkembangan indikator kepedulian Indikator Kepedulian Menurut Doyle Paul Johson yaitu penanaman nilai, kepedulian dasar, pengaplikasian empati, tahap empati dan implementasi pengalaman dalam proses belajar. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dengan baik dari siklus pertama hingga siklus terakhir dengan persentase pada siklus pertama penanaman sikap kepedulian sosial siswa memiliki kualifikasi kurang. Hal ini karena persentasi pada tahapan indikator mengalami penurunan hingga pada tahapan implementasi pengalaman dalam proses belajar hanya mencapai 44,4 %. Kemudian pada siklus kedua, pada tahap implementasi pengalaman persentase tidak mengalami perubahan seperti siklus sebelumnya.Pada siklus ke tiga hingga keempat mengalami peningkatan yang cukup baik11,1 % dan pada siklus berikutnya hingga siklus enam mengalami peningkatan yang statis yaitu tetap dalam persentase 88,8 % dan hal ini dikatakan jenuh. Kesimpulannya, penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dapat meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung.


(6)

Tella Wilia, 2014

Application of IPS-Based Journalism Student Learning as a Learning Resource to Improve Student Social Concern. Students Against Class Action Research Class VIII A Second

Semester 2013-2014 school year at Junior High School 19 Bandung.

This study originated from the author concerns issues raised in class VIII A SMP 19 Bandung related social concerns. These problems are the findings from observations made at several meetings in the span of February 2014. Indicator of the problems encountered is the lack of contextual learning that is not applied significance of learning activities. This condition causes less teraplikasinya character values in the learning process in the classroom.Seeing the problems to be studied with regard to the learning process, the researchers chose the Classroom Action Research Model study design Lewin According Elliot (Wiriatmadja 2011: 64) in 6 Cycle.Alternative solutions are selected which improve social care through the application of learning-based IPS journalism students as a learning resource. It is said to work by looking at the progress indicator Indicator concern Concern According to Doyle Paul Johson that instill values, basic care, the application of empathy, empathy and implementation stages of the learning experience.All aspects of this experience with good development of the first cycle to the last cycle with the percentage of the first cycle of planting social care students' attitudes have less qualifications. This is because the percentage at this stage of the indicator has decreased to the stage of implementation experience in the learning process only reaches 44.4%. Then in the second cycle, the phase of implementation experience as the percentage did not change the previous cycle. In the third and fourth cycles has increased baik11,1% and in the next cycle of up to six cycles have increased the percentage remained static is 88.8% and it is said to be saturated. In conclusion, the application of learning-based IPS journalism students as learning resources can improve the attitude of social awareness of students of class VIII A SMP 19 Bandung.


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan rumusan di atas dapat penulis pahami bahwa pendidikan dilakukan untuk menyiapkan peserta didik. Hal ini menunjuk pada suatu proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun kekancah kehidupan yang nyata. Menyiapkan ini diartikan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik dan mempersiapkan peserta didik untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapat tergambar bahwa pendidikan merupakan landasan untuk menunjang dinamika generasi bangsa untuk menuju kearah yang lebih baik dengan berbasis karakter yang baik. Masa depan bangsa Indonesia terletak pada pondasi jati diri dan karakter bangsa Indonesia yang perlu dibangun secara berkesinambungan.


(8)

Guna mewujudkan tujuan pendidikan tentunya tidak terlepas dari adanya suatu proses. Proses tersebut harus mampu membangun pondasi-pondasi karakter bangsa untuk mewujudkan siswa yang cerdas dan berkarakter dalam wadah pendidikan berbasis karakter. Hal ini mengacu pada pendapat Zuriah dalam (Zuriah, 2008:19) yaitu

bahwa seorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai-nilai keyakinan yang dikehendaki masyarakat dalam proses pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya .

Saat ini siswa yang notabane sebagai agen perubahan dihadapkan pada kompleksitas transformasi zaman yang kemudian menunjang terjadinya ambiguitas nilai-nilai. Artinya, jika siswa tidak memiliki pondasi karakter yang kuat maka siswa akan sulit menyerap nilai-nilai keyakinan yang dikehendaki masyarakat dalam proses pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Oleh karena itu, pelaksanaan proses pendidikan karakter harus disertai dengan adanya pendidikan moral. Dimana pendidikan moral berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak masyarakat. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesesuaian yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berbeda dalam masyarakat. Karena, menyangkut dua aspek, yaitu nilai dan kehidupan nyata. Dengan demikian, pendidikan moral membantu siswa dalam mengambil keputusan moral terbaik bagi diri dan masyarakatnya.

Siswa pada dasarnya sebagai makhluk individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi yang mutlak diperlukan untuk hidupnya. Sebagai makhluk sosial setiap individu tidak terlepas dari adanya interaksi sosial dan proses sosial.


(9)

Proses sosial ialah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dikatakan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan manusia baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik dan sebagainnya. Interaksi sosial merupakan dasar dari suatu proses sosial, yang menunjuk pada hubungan sosial yang dinamis .

Dalam menjalankan kehidupan sosial, siswa melakukan interaksi sosial. Dimana interaksi sosial tersebut diwujudkan guna mencapai keseimbangan sosial. Gillin dan Gillin mengatakan “salah satu wujud keseimbangan sosial adalah adanya kepedulian sosial antara individu-dengan individu, individu individu-dengan kelompok dan kelompok individu-dengan kelompok” (Ritzer, 2009:67).

Selain melakukan proses interaksi sosial, siswa sebagai makhluk individu juga melakukan proses belajar. Dimana hasil interaksi sosial yang siswa lakukan merupakan salah satu manivestasi belajar. Mengacu pada pendapat Gagne dalam (Djaramah, 2009:116) bahwa

belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar menjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Dapat penulis pahami bahwa belajar adalah proses seseorang bertambah prilakuknya akibat pengalaman. Pengalaman-pengalaman


(10)

tersebut menyangkut berbagai bidang kehidupan yaitu ekonomi, sosial, politik, budaya, psikologi dan hukum.

Tujuan Ilmu pengetahuan sosial pada dasrnya mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimastyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa kehidupan masyarakat.

Sikap peka terhadap masalah sosial tersebut salah satunya dapat diwujudkan siswa melalui kepedulian sosial siswa yang terwujud sebagai hasil pola internalisasi siswa dalam proses berpengalaman belajar berbasis karakter. Dalam mewujudkan kepedulian sosial harus disertai pula sikap proaktif untuk membatu sekitar siswa, kepedulian siswa terhadap masyarakat dalam berbagai bidang yang bisa bermanfaat bagi masyarakat luas secara umum dan bagi orang terdekat siswa pada khususnya.

Berdasarkan hasil observasi, secara umum SMP Negeri 19 Kota Bandung memiliki karakteristik lingkungan fisik sekolah yang cukup baik. Hal ini terlihat dari segi kebersihan sekolah yang cukup baik, tata ruang sekolah yang cukup baik serta sarana dan prasarana yang cukup memadai dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Sementara itu dilihat dari segi lingkungan sosial secara umum sekolah ini memiliki kualitas yang cukup baik. Dimana di sekolah terdapat wadah-wadah pengembangan diri siswa dan wadah-wadah yang dapat menunjang pola interaksi sosial siswa yang asosiatif seperti kegiatan ekstra kulikuler,


(11)

bimbingan konseling “HEBAT’’, keputrian serta kegiatan rutinitas keagamaan siswa.

Secara khusus penulis melakukan observasi di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung. Penulis melihat kondisi yang menggambarkan suasana pembelajaran IPS dari sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas dan karakteristik mengajar guru.

Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis menemukan beberapa indikasi yaitu : Pertama, kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusiasme tidak terlihat selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat, terlebih untuk menyimak pendapat orang lain.

Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu yang menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung tidak memperhatikan. Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak penjelasan guru dan teman, serta siswa cenderung kurang mengetahui dan memahami permasalahan sosial yang terjadi saat ini.

Keempat, ketika ada sampah disekitar, siswa cenderung acuh

terhadap kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka.

Kelima, Ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang

dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini belum merdeka karena banyak masalah sosial siswa cenderung kurang menunjukan sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus


(12)

kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’ siswa cenderung acuh dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.

Kelima, dikelas tersebut terdapat salah satu siswa yang

cenderung sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut. Padahal seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab mereka dalam satu wadah sosial yang sama.

Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. penulis, melihat beberapa indikasi yaitu : Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru kurang mempasilitasi siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat, menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran. Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru hanya menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya antusiasme siswa.

Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung

menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer. Keempat, Guru lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja tanpa disertai adanya kajian dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa. Sehingga, hal ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya keritis siswa.

Kelima, Pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam

proses pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode yang monoton sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama


(13)

aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan karakter.

Selain melakukan observasi penulis juga melakukan wawancara. terhadap guru mata pelajaran IPS dan salah satu siswa kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung. Penulis mengajukan pertanyaan seputar pengaplikasian pembelajaran IPS dan kendala yang dihadapi guru dalam mengajar materi IPS.

Beliau berpendapat bahwa dengan ceramah siswa akan lebih memahami materi pelajaran IPS kemudian dalam proses pembelajaran Beliau memang jarang dalam memfasilitasi siswa untuk bertanya atau menjawab hal ini karena siswa dikelas cenderung lebih menyukai menyimak ceramah dibandingkan bertanya atau menjawab.

Dalam kegiatan pembelajaran hanya siswa tertentu yang mendominasi sementara yang lain kurang. Pada suatu proses pembelajaran siswa pernah diberikan tugas secara berkelompok kecil untuk observasi kelapangan yaitu observasi tentang lingkungan. Disana siswa tampak semangat namun ketika penyampaian hasil observasi terlihat kurang optimal. Hal inilah yang kemudian menjadikan guru untuk kembali pada pola pembelajaran yang didominasi oleh ceramah karena Beliau berpendapat hal ini lebih efektif dan materi tersampaikan sepenuhnya.

Dalam wawancara terhadap siswa penulis bertanya bagaimana pendapat siswa tentang pembelajaran IPS dan kendala yang siswa alami serta harapan siswa. Siswa tersebut menjawab bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang penuh hafalan selain itu siswa terkadang


(14)

tersebut juga mengatakan bahwa akan lebih baik jika dalam pembelajaran IPS dikemas semenarik mungkin agar tidak membosankan dan menghasilkan kesan berharga.

Dari hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa, penulis menarik benang merah, bahwa pembelajaran IPS di kelas VIII A masih belum optimal. Hal tersebut, terlihat baik dari segi karakteristik kognisi, afeksi dan psikomotor siswa dikelas VIII A.

Indikasi-indikasi yang penulis temui dalam proses observasi secara tidak langsung akan mempengaruhi keseimbangan karakter siswa. Secara kognisi siswa akan kurang optimal. Segi afeksi siswa akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan kreativitas sosialnnya termasuk didalamnya pola-pola yang menunjukan kepekaan sosial dan kepedulian sosial siswa sebagai makhluk sosial. Siswa akan kesulitan dalam menginfiltrasi nilai-nilai bermakna yang terkandung dalam dimensi kontekstual yang menjadi sumber belajar utama dalam pembelajaran IPS.

Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.. “Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi” (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119). Siswa diharapkan memiliki motivasi belajar serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver terhadap isu sosial kontenporer disekitar siswa agar pembelajaran lebih bermakna dan bernilai. Serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan sosial yang baik dan berkepedulian sosial


(15)

Dalam pembelajaran IPS dinamika masyarakat merupakan sebagai objek formal (Muchlis S, Hariyanto, 2012:122). Hal ini secara tidak langsung mengharuskan terciptanya pembelajaran IPS di kelas yang dinamis dengan disertai dinamika kreativitas pemikiran siswa dan kritis siswa terhadap isu-isu sosial kontenporer sebab lingkungan kelas merupakan miniatur wadah sosial siswa. Dalam lingkungan kelas siswa harus dapat berperan dengan mengaplikasikan nilai-nilai sosial positif termasuk berkepedulian sosial.

Pembelajaran IPS di kelas harus diciptakan tidak hanya berbasis tekstual melainkan menekankan pada pembelajaran kontekstual yang dapat menstimulus pengetahuan siswa, pemahaman siswa serta kepekaan siswa terhadap masalah sosial sekitar siswa. Selanjutnya siswa dapat memberikan kontribusi pemecahan masalah dan diakhir siswa dapat mengamalkan nilai-nilai yang siswa peroleh dari masalah yang siswa temui dalam lingkungan sosial sebagai wujud kepedulian sosial siswa

Berdasarkan hasil diagnosis tersebut penulis beranggapan bahwa dalam pembelajaran IPS harus bersifat kontekstual. Oleh karena itu pembelajaran berbasis jurnalistik siswa penulis pandang sebagai salah satu alternatif inovasi pembelajaran IPS yang tepat. Jurnalistik merupakan pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik.

Berdasarkan pengertian jurnalistik tersebut penulis berpandangan bahwa dengan menerapkan pembelajaran IPS berbasis


(16)

tidak hanya tekstual melainkan kontekstual yaitu dengan aktivitas siswa melakukan aksi pengamatan, wawancara, ekperimen, mengasosiasi dan mengkomunikasikan hasil jurnalistik terhadap beragam hal yang berkaitan dengan dimensi kontekstual kehidupan masyarakat dalam berbagai sisi yaitu budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan dan sebagainya.

Kegiatan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik tersebut akan menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS. Produk tersebut dapat berupa produk verbal dan non verbal. Produk jurnalistik verbal meliputi berita reportase, artikel, feature, pojok opini, gambar-gambar atau foto-foto, puisi, karangan dan sebagainya.

Sementara untuk karya verbal berupa simulasi hasil jurnalistik siswa (show case) dengan pembacaan berita dikelas, diskusi kreatif dan aksi-aksi peduli sosial “Geresan Dedikasi Kepedulian Kami’’ dan

Langkah Dedikasi Kepedulian Kami’’. Karya atau produk-produk siswa tersebut menjadi alternatif sumber belajar tekstual yang dapat menunjang siswa dalam memperoleh pengalaman dan mengkristalisasi pengetahuan dengan mewujudkan aksi peduli sosial siswa.

Satu penelitian sebelumnya yaitu judul penelitian “Upaya Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa pada Korban Lumpur Lapindo Sidoarjo’’ oleh Drs. H.M.Taufik IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun 2011. Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini : Bagaimana upaya menumbuhkan kepedulian sosial siswa pada korban LUSI melalui program business day yang berwawasan


(17)

entrepreneurship? Metode pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual (CTL).

Wawasan entrepreneurship (kewirausahaan) siswa mulai tumbuh. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam merencanakan dan melaksanakan program business day yang berwawasan

entrepreneurship. Mereka dapat menuangkan gagasan dalam berbisnis,

menata dan mengemas dagangan mereka, menawarkan/ mempromosikan dagangannya, dan cara komunikasi yang baik pada calon pembeli. Akhirnya dagangan mereka laku dengan cepat dan menghasilkan laba dan keuntungan.

Dengan dasar pemikiran demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka mengembangan sikap kepedulian sosial siswa dalam pembelajan IPS melalui Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa. Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII A Semester II tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Kota Bandung.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Secara khusus penulis melakukan observasi di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung. Penulis melihat kondisi yang menggambarkan suasana pembelajaran IPS dari sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas dan karakteristik mengajar guru.

Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis menemukan beberapa indikasi yaitu Pertama, kurangnya rasa ingin


(18)

yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusiasme tidak terlihat selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat, terlebih untuk menyanggah pendapat orang lain.

Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu yang menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung tidak memperhatikan. Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak penjelasan guru dan teman, serta siswa cenderung kurang mengetahui dan memahami permasalahan sosial yang terjadi saat ini.

Keempat, ketika ada sampah disekitar, siswa cenderung acuh

terhadap kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka.

Kelima, ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang

dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini belum merdeka karena banyak masalah sosial. Siswa cenderung kurang menunjukan sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’ siswa cenderung acuh dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.

Keenam, di kelas tersebut terdapat salah satu siswa yang

cenderung sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut. Padahal seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab mereka dalam satu wadah sosial yang sama.


(19)

Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. Penulis, melihat beberapa indikasi yaitu : Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru kurang mempasilitasi siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat, menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran. Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru hanya menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya antusiasme siswa.

Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung

menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer. Keempat, Guru lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja tanpa disertai adanya kajian dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa. Sehingga, hal ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya keritis siswa.

Kelima, Pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam

proses pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode yang monoton yang hanya mengarah pada perkembangan kognisi sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan karakter.

Guna memfokuskan dalam penelitian ini. Maka, penulis membatasi permasalahan berdasarkan hasil observasi. Pembelajaran IPS yang notabane dipandang siswa sebagai pembelajaran yang bersifat tekstual menyebabkan terbentuknya situasi belajar di kelas yang stagnan, pasif dan tidak bermakna. Oleh karena itu penulis memandang


(20)

perlu adanya terobosan baru yang mengarahkan pada pembelajaran IPS yang dinamis, kontekstual dan bermakna.

Melalui penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa. Maka, penulis berasumsi bahwa akan terwujud pembelajaran yang dinamis, aktif dan bermakna sehingga menunjang keseimbangan pencapaian pengetahuan siswa, sikap siswa dan keterampilan.

Dengan mengacu pada Sapriya, dkk (2008:4) yang menyebutkan “salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat’’. Sehingga, siswa diharapkan memiliki motivasi belajar serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver terhadap isu sosial kontenporer disekitar siswa agar pembelajaran lebih bermakna dan bernilai serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan sosial yang baik dan mengaplikasikan sikap kepedulian sosial.

“Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi” (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119). Berdasarkan dasar definisi diatas penulis berasumsi bahwa penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnlistik siswa dipandang relevan.

Dalam pembelajaran ini siswa akan melakukan aktivitas jurnalistik yang meliputi kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu sebagai sumber belajar. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat” (Syamsul, 200:12). Pembelajaran di kelas sebagai miniature sosial yang didalamnya terjadi interaksi tatap muka yaitu antara latar belakang sosial dan psikologi


(21)

murid yang merupakan gambaran interaksi kelas. Murid sebagai makhluk sosial yang berkomunikasi dalam lembaga pendidikan dan membentuk hasil pendidikan dengan hasil etnografi dan interaksi simbolik untuk menggambarkan pola interaksi dan nilai sosial.

Sumber belajar dalam pembelajaran IPS sangat berkaitan dengan dinamika kehidupan masyarakat mengingat bahawa salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat sehingga siswa diharapkan memiliki motivasi belajar serta dapat menunjukan kontribusi apresiasi dan problem solver terhadap isu sosial kontenporer disekitar kita. Pembelajaran lebih bermakna dan bernilai serta dapat menuntun siswa dalam berkehidupan sosial yang baik dan berkepedulian sosial. Pembelajaran IPS harus disertai dengan keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).

Sumber belajar utama dalam pembelajaran IPS adalah dinamika kehidupan masyarakat. Penulis memandang pembelajaran IPS berbasis jurnalistik relevan. Sebab, dalam pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran yang dinamis dan kontekstual. Melalui Jurnalistik siswa akan mengaplikasikan pembelajaran melalui kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat’’ (Syamsul, 2005:12).


(22)

Dalam pembelajaran IPS dinamika masyarakat merupakan sebagai objek formal (Muchlis S, Hariyanto, 2012:122). Hal ini secara tidak langsung mengharuskan terciptanya pembelajaran IPS di kelas yang dinamis dengan disertai dinamika kreativitas pemikiran siswa dan kritis siswa terhadap isu-isu sosial kontenporer. Dengan demikian fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa Kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dalam penelitian kali ini penulis merasa perlu untuk merumuskan permasalahan agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Secara umum yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung?”. Dari rumusan tersebut penulis rinci menjadi lima sub rumusan yaitu :

1. Bagaimana merancang pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung ?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung ?


(23)

3. Bagaimana hasil peningkatan kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung setelah pelaksanaan penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban yang dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan kepedulian sosial siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Melakukan rancangan penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung.

2. Melaksanakan penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung.

3. Menunjukan peningkatan sikap kepedulian sosial siswa di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung setelah menggunakan pembelajaran berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar.


(24)

Adapun manfaat dalam penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar dalam upaya meningkatkan kepedulian sosial siswa yaitu :

Manfaat Teoretis

1. Untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menunjang siswa melakukan proses Jurnalistik yang mencakup kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kegiatan sehari-hari (Susanto, 1986:24), Sehingga dapat menunjang peningkatan sikap kepedulian sosial siswa. 2. Terciptanya Pembelajaran IPS yang disertai dengan

keinginan siswa untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119). 3. Terwujudnya pengalaman belajar yang dinamis dan

bermakna dengan menjadikan hasil jrnalistik siswa sebagai sumber belajar. Menunjang kekayaan pengalaman siswa serta menunjang peningkatan kepedulian sosial siswa sebagai manivestasi pengalaman belajar yang dinamis dan bermakna (Mudjiono, 2009: 132).

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan guru dalam mengembangkan karakter lainnya dalam pembelajaran IPS di kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung.


(25)

1. Melalui penerapan inovasi pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa. Siswa akan melakukan kegiatan mencari, mengolah dan melaporkan suatu informasi yang siswa peroleh di lapangan mengenai kehidupan sosial kemudian akan menunjang daya kreativitas siswa serta daya kritis siswa hingga membentuk konstruksi kepedulian sosial siswa .

2. Menjadikan dinamika kehidupan sosial sekitar siswa sebagai sumber belajar bermakna. Siswa dapat melakukan interpretasi dalam berbagai perspektif materi IPS yang berkaitan dengan beragam aspek kehidupan masyarakat melalui kreativitas jurnalistik sosial yang bermakna.

3. Terciptanya pembelajaran IPS yang kontekstual, dinamis, bermakna, kreatif dan kaya akan pengalaman siswa yang dapat menunjang peningkatan sikap peduli sosial siswa .

4. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam meningkatkan sikap peduli sosial dalam berkehidupan sosial.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut :


(26)

Bab ini secara garis besar penulis memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang mendukung penelitian yaitu terkait “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa’’ yang diambil dari berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencangkup sumber data, teknik pengumpulan data dan alat pengumpul data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang menunjang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan penulis sebagai jawaban atas pertanyaan yang


(27)

diteliti serta saran dan rekomendasi yang diberikan penulis pada berbagai pihak terkait guna menunjang pengembangan penelitian dan progres hasil penelitian kedepannya dalam pembelajaran IPS berbasis jurnalistik untuk meningkatkan kepedulian sosial siswa .


(28)

Tella Wilia, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan serta disesuaikan dengan permasalahan yang diketahui di kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu penulis. Sehingga penelitian berjalan lancar dan sesuai tujuan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian mengenai “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa”. Dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII A semester II tahun ajaran 2013-2014 di SMP Negeri 19 Jl Sadang Luhur XI Kecamatan Coblong Kota Bandung.

B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan oleh guru yang menjadi peneliti, sehingga penelitian dan penyajian terjadi pada saat waktu yang bersamaan, dilakukan secara kolaboratif dan proses pelaksanaan dilakukan secara bersiklus. Siklus ini tidak hanya dilakukan satu kali tetapi beberapa kali sampai jenuh. Adapun dalam penelitian tentang “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa”. Penulis menggunakan prosedur berdasarkan model Lewin Menurut Elliot dalam (Wiriatmadja, 2011:64).


(29)

1

2

Memeriksa dilapangan (Kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung)

Perencanaan Penerapan Pembelajaran IPS berbasis Jurnalistik siswa. Perencanaan dilakukan dari segi persiapan perangkat pembelajaran, perencanaan peliputan jurnalistik, show case

jurnalistik siswa, instrument dan evaluasi

Langkah tindakan 2 kegiatan jurnalistik ( Peliputan di lapangan )

Pelaksanaan langkah 1 Langkah tindakan 1 :

pembelajaran berbasis kajian interpretasi materi holistickberbasis

Rencana baru

Ddiskusi kegagalan dan pengaruh

Langkah tindakan 1 (kegiatan sama dengan siklus sebelumnya dan disesuaikan)

Langkah tindakan 2 Langkah tindakan 3

Observasi pengaruh Pelaksanaan langkah

Identifikasi masalah di kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung . yang dilakukan sebaganyak tiga kali selama proses pembelajaran SK 5. Memahami usaha persiapan

kemerdekaan

Langkah tindakan 3 Show case jurbnalistik kelas sebagai sumber belajar

Langkah tindakan 4 Pembelajaran berbasis hasil jurnalistik sebagai sumber belajar


(30)

3

Gambar 3.1 Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2011:64).

Penelitian tindakan dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal didorong oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk menghasilkan suatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian peneliti berupaya menemukan berbagai tindakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Berbekal pengetahuan hasil dari analisis yang dilakukan peneliti, selanjutnya peneliti menyusun rancangan umum yang berisi tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan dan kemudian diimplementasikan. Selama proses implementasi dilakukan

monitoring untuk melihat pengaruh dari tindakan.

Dari hasil monitoring selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan dari tindakan yang telah dilakukannya. Penjelasan inilah yang kemudian akan menjadi masukan dalam merevisi rencana umum yang selanjutnya akan melahirkan rencana implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua. Bagitulah terus-menerus hingga putaran tertentu.

1. Tinjauan Lapangan dan Identifikasi Masalah

Penelitian ini diawali dengan kegiatan tinjauan lapangan yang dilakukan tiga kali. Tinjauan dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan

Rencana baru tindakan

Pelaksanaan langkah tindakan selanjutnya

Diskusi kegagalan dan refleksi


(31)

indikasi permasalahan dikelas VIII A SMP 19 Kota Bandung dalam pembelajaran IPS. Setelah melakukan tinjauan kemudian penulis menentukan diagnosis masalah yang muncul dalan pembelajaran IPS.

2. Diagnosis Masalah

Setelah melakukan tinjauan lapangan selanjutnya diperoleh dasar diagnosis permasalahan yang terindikasi di kelas VIII A SMP 19 Kota Bandung. Diagnosis tersebut menjadi acuan dasar bagi penulis untuk mengembangkan upaya penanganan berbasis inovasi pembelajaran IPS di kelas VIII A SMP 19 Bandung. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan tersebut diperoleh diagnosis yang berkaitan dengan kendala dalam pembelajaran IPS dan kurangnya kepedulian sosial siswa. Dalam sudut pandang karakteristik pembelajaran di kelas penulis menemukan beberapa indikasi yaitu :

a) Pertama, kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.

Hal ini terlihat dari sikap siswa yang acuh terhadap proses pembelajaran, antusias tidak terlihat selama proses pembelajaran, siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman, mengemukakan pendapat, terlebih untuk menyanggah dan menyimak dengan baik pendapat orang lain.

b) Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat hanya siswa tertentu yang

menonjol sementara yang lain cenderung pasif. Kemudian, ketika ada salah satu siswa yang bertanya atau menjawab siswa lain cenderung tidak memperhatikan.

c) Ketiga, siswa kurang mampu dalam menyimak penjelasan guru dan


(32)

d) Keempat, ketika ada sampah di sekitar, siswa cenderung acuh terhadap

kondisi kelas yang kotor hal ini berarti siswa kurang peka terhadap kondisi lingkungan kelas.

e) Kelima, ketika guru memberikan contoh permasalahan sosial yang

dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang belum merdeka, karena banyak masalah sosial. Siswa cenderung kurang menunjukan sikap kepedulian. Hal ini, terlihat ketika guru bertanya “apa yang harus kita lakukan dalam menanggapi masalah ini ?’’

siswa cenderung acuh dan tidak ada yang memberikan kontribusi pemikiran solutif.

f) Keenam, di kelas tersebut terdapat salah satu siswa yang cenderung

sulit bergaul dan selalu menyendiri. Namun, kondisi ini tidak membuat teman-teman lainnya untuk peduli terhadap siswa tersebut dan cenderung acuh. Hal ini terlihat ketika guru membagikan kelompok hampir semua siswa tidak ingin berkelompok dengan siswa tersebut. Seharusnya siswa lain peduli terhadap siswa tersebut sebab mereka dalam satu wadah sosial yang sama.

Kemudian, dari sudut pandang pengajaran guru. Penulis, melihat beberapa indikasi yaitu :

a) Pertama, dalam proses pembelajaran IPS guru kurang mempasilitasi

siswa untuk mendorong siswa dalam berpendapat, menyanggah, serta melakukan kreativitas pemikiran.

b) Kedua, dalam proses pembelajaran terlihat monoton. Dimana guru

hanya menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan sehingga hal ini menunjang kebosanan siswa dan akhirnya berdampak pada kurangnya antusias belajar siswa.


(33)

c) Ketiga, dalam penyampaian materi pelajaran guru cenderung

menyajikan materi yang tekstual sehingga kurang menunjang daya kritis siswa terutama terhadap isu-isu sosial kontenporer.

d) Keempat, guru lebih menekankan pada pengetahuan konsep saja

tanpa disertai adanya kajian dan interpretasi konsep yang lebih mendalam oleh siswa. Hal ini memicu sulitnya pengembangan interpretasi dan daya keritis siswa.

e) Kelima, pendidikan karakter yang kurang teraplikasi dalam proses

pembelajaran. Hal ini karena siswa difokuskan pada satu metode yang monoton sehingga kurang menstimulus afeksi siswa terutama aspek kepedulian sosial yang dipandang penting dalam pendidikan karakter.

3. Rekomendasi Penanganan

Berdasarkan hasil diagnosis di atas. Maka, penulis mengajukan inovasi pembelajaran IPS dalam rangka pengembangan sikap kepedulian sosial siswa. Berikut penulis klasifikasikan skematik dasar pembelajaran IPS berbasis Jurnalistik siswa, sebagai berikut :

Interpretasi SK dan KD kemudian pembagian KD dalam 5 Kelompok Besar di Kelas VIII A

Interpretasi Tema jurnalistik per kelompok

Kegiatan Jurnalistik Siswa

Reporter , Photografer, Writer, Presenter. Siswa secara berkelompok kelapangan untuk melakukan kegiatan jurnalistik

Karya Jurnalistik Siswa

Mading (Goresan Dedikasi Kepedulian Kami)

Simulasi hasil jurnalistik sebagai sumber Interpretasi oleh seluruh siswa sebagai

sumber belajar . Dikaji perspektif materi dan kepedulian sosial . Dalam fase ini menuntut aktifitas siswa dalam kontribusinya terlibat pada simulasi kelompok ( mengidentifikasi,


(34)

Gambar 3.2 Skematik Umum Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa

4. Perencanaan

a. Perencanaan dalam segi kegiatan pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, standar kompetensi dan kompetensi dasar, RPP, sumber belajar penunjang, materi pelajaran, media penunjang, LKS (lembar kegiatan siswa), perangkat evaluasi (tes dan non tes).

b. Rancangan kegiatan jurnalistik yang meliputi pembagian kelompok, pembagian materi, pembagian tema, penentuan tempat dan objek peliputan, jenis karya jurnalistik, skenario dan konsep simulasi hasil jurnalistik, dedikasi jurnalistik dengan tema besar “Goresan Kepedulian Kami”dan “Langkah Kepedulian Kami’’.

Tabel 3.1 Pemetaan Siklus dan Standar Kompetensi Kelompok

Waktu SK 6

Memahami pranata dan penyimpangan sosial

SK 7

Memahami kegiatan perekonomian Indonesia Minggu Ke 3

Bulan Februari P 1

Interpretasi materi secara menyeluruh dan interpretasi isu sosial sekitar siswa, penentuan tema jurnalistik dan tempat peliputan jurnalistik siswa

Kegiatan Jurnalistik diluar jam Pelajaran 1 x 40 Menit

KD 6.1 KD 6.2 KD 6.3 KD 7.1 KD 7.2 KD 7.3 KD 7.4 Kelompok 1 Hubungan Sosial Kelompok 2 Pranata Sekitar Kita Kelompok 3 Penyimpagan Sekitar Kita Ketenaga kerjaan Pelaku Ekonomi sekitar kita Pajak Untuk Kita Harga Pasar

Minggu Ke 3 Bulan Februari (p 2)

Tampil hasil jurnalistik

Menyimak, mengapresiasi, mengidentifikasi, menanya, menjawab, mengasosiasi hasil kinerja kelompok sebagai sumber belajar

Memberikan penilaian kelompok

Siswa diluar kelompok yang tampil diberikan tugas untuk

a. Membuat catatan b. Memberi penilaian Refleksi, Evaluasi


(35)

20 Februari 2014 kelompok Mengkaji hasil jurnalistik perspektif materi dan kepedulian

Melaporkan hasil kajian dengan tema “aku dan dedikasi kepedulian sosial ku“ sebagai tugas kelompok

Minggu Ke 4 Bulan Februari (p 1) 25 Februari 2014

1. Pengayaan materi

2. Interpretasi materi berdasarkan hasil jurnalistik siswa 3. Pendalaman hasil jurnalistik siswa sebagai sumber belajar 4. Evaluasi

Minggu ke 4

Bulan Februari (P 2) 27 Februari 2014

Minggu ke 1 Bulan Maret (P 1 ) 4 Maret 2014

Minggu ke 1Bulan Maret ( P 2 ) 7 Maret 2014

Minggu ke 2 Bulan Maret (P 1 )

Dan seterusnya….. waktu disesuaikan dengan kondisi … Keterangan Tabel :

Pembelajaran sebelum kegiatan jurnalistik siswa

Jadwal persentasi kelompok (simulasi hasil jurnalistik)

Gambaran proses kinerja siswa di luar kelompok saat persentasi

Gambaran hari ke dua dalam tindakan untuk mengkaji hasil jurnalistik sebagai sumber belajar dan evaluasi siswa


(36)

Tabel 3.2 Rancangan Bentuk Karya Jurnalistik (Syamsul, 2009:34). Jenis Karya Jurnalistik Penjelasan Karya Reportase

Berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kajian yang baru, penting dan bermakna, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka.

Peature “Feature merupakan sebuah karangan khas yang menuturkan fakta, peristiwa, dan

proses disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkaranya, proses pembentukannya, dan cara kerjanya” (Syamsul, 2008:22). Sebuah feature umumnya mengedepankan why dan how sebuah peristiwa .

Kolom atau tajuk rencana

“Kolom adalah sebuah rubrik khusus media massa cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah” (Syamsul, 2009:89).

Artikel Artikel termasuk dalam katagori views yaitu tulisan yang berisi pandangan, penilaian penulisan, tentang suatu masalah atau peristiwa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan-tahapan siklus yang terdiri dari tiga tindakan persiklus. Berikut klasifikasi umum siklus

Tabel 3.3 Klasifikasi Umum Tindakan dalam Siklus

TINDAKAN 1

 Interpretasi materi pembelajaran IPS secara holistik dan mendalam.  Mengkaji materi

perspektif isu-isu sosial disekitar kehidupan

TINDAKAN 2  Mengunjungi tempat

peliputan yang sesuai dengan tema dan materi .  Kegiatan jurnalistik

yang meliputi

TINDAKAN 3

Show Case

Jurnalistik .  Kajian hasil

jurnalistik sebagai sumber belajar.  Kajan materi dan

TINDAKAN 4  Pengayaan materi.  Interpretasi materi berdasarkan hasil jurnalistik siswa.  Pendalaman hasil


(37)

siswa.

 Memilih topik untuk kegiatan jurnalistik perspektif kepedulian sosial siswa.

kegiatan penyiapan, penulisan,

penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu (Syamsul, 2005:23).  Jurnalistik berbasis

kepedulian sosial.  Bimbingan mental

dan refleksi diri.

hasil jurnalistik siswa perspektif kepedulian sosial siswa.

sebagai sumber belajar.  Bimbingan

mental dan refleksi diri .  Evaluasi

Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi

Show Case “Goresan Kepedulian Kami”

Praktikum Kepedulian Sosial “Langkah Kepedulian Kami”

Pembelajaran dipayungi tema yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi. Tema tersebut kemudian siswa reduksi dalam kondisi sosial sekitar siswa berbasis jurnalistik. Berikut klasifikasi pelaksanaan.

a) Mengkaji dan menginterpretasi materi. b) Menentukan tema dan topik jurnalistik. c) Memilih objek peliputan.

d) Mengunjungi tempat jurnalistik, melakukan kegiatan jurnalistik (peliputan) .

e) Proses menyunting hasil peliputan. f) Dedikasi kepedulian sosial.

g) Pelaporan hasil jurnalistik dekelas show case secara kelompok sebagai sumber belajar baik berupa verbal (simulasi) dan non verbal berupa jurnalistik


(38)

h) Proses interpretasi dan eksplorasi hasil jurnalistik secara bersama dikaitkan dengan materi IPS terkait disertai isu-isu untuk menstimulus kepedulian sosial siswa.

i) Dedikasi kepedulian sosial dengan tema besar “Goresan Dedikasi Kepedulian Kami’’.

j) Refleksi

Klasifikasi di atas merupakan suatu putaran kegiatan (siklus) dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah satu putaran kegiatan (siklus) selesai diimplementasikan, dan direfleksikan bila masih terdapat suatu masalah atau belum memenuhi suatu keberhasilan maka akan dilanjutkan kepada siklus selanjutnya sampai menemukan titik jenuh. Jadi setiap tahap penelitian dilaksanakan secara berkesinambungan dari siklus satu ke siklus berikutnya.

c. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik 1. Tes,

Hamid, Hasan dalam (Arifin, 2012:3) mengemukakan “tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus”. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang digunakan. Tes yang digunakan dapat berupa tes objektif, uraian, lisan dan perbuatan.

2. Non Tes a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sederhana maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.


(39)

Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi.

Tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dalam suatu fenomena baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, untuk mengukur prilaku kelas baik prilaku guru maupun prilaku peserta didik, interaksi antara peserta didik dan guru serta faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial. Dengan demikian dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menganalisis proses dan hasil belajar peserta didik.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

c. Sekala Sikap

Untuk melihat kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa orang atau berupa objek tertentu.

d.Daftar Cek

Daftar cek merupakan suatu daftar yang berisi subjek dan aspek yang akan diamati (Arifin, 2012:164).


(40)

No Nama B C K Tella Wilia

Nadia Zahra Asrifa Gania Keterangan :

B : Baik C : Cukup K : Kurang

e. Skala Penilaian

Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu. “Dalam skala penilaian fenomena yang dinilai disusun berdasarkan tingkatan yang telah ditentukan” (Arifin, 2012:165). Pencatatan melalui daftar cek termasuk dalam catatan kasar. Fenomena hanya dicatat ada atau tidak ada. Sementara, prilaku manusia baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam tingkatan tertentu. Oleh karena itu untuk mengukur hal tersebut penulis menggunakan sekala penilaian dalam (Arifin, 2012:166) sebagai berikut

Tabel 3.5 Skala Penilaian Siswa

Nama : Usia :

Kelas : Jenis Kelamin :

No Aspek yang dinilai B C K

a. Sopan santun b. Tolong menolong c. Ramah pada sesame d. Pemberani


(41)

e. Studi Kasus

“Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu” (Sugiono, 2009:134). Penekanan studi kasus adalah terhadap diagnosis masalah peserta didik dan memberikan rekomendasi untuk mengatasinya.

f. Inventori Kepribadian

Inventori kepribadian serupa dengan tes kepribadian. Bedanya pada inventori kepribadian, jawaban peserta didik tidak memakai critera benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.

d. Penilaian

Dalam penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai suber belajar. Penulis menggunakan portofolio sebagai model dan penilaian Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan portofolio sebagai model (Sugiono, 2009:135) :

1. Mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat 2. Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas

3. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji

4. Membuat portofolio kelas

5. Menyajikan portofolio atau dengar pendapat (show case) 6. Melakukan refleksi pengalaman belajar.


(42)

Portopolio Tayangan (Tampilan)

Portopolio Dokumentasi

Portofolio tayangan pada

umumnya berbentuk segi empat

namun tidak menutup

kemungkinan berbentuk lain

dengan syarat tetap

komunikatif. Terbuat dari

karton, kardus, gabus dan

sebagainnya.

Portofolio dokumentasi berisi kumpulan bahan-bahan terpilih yang dapat diperoleh siswa dari riteratur atau buku, kliping, dari koran, majalah, hasil wawancara dengan berbagai sumber, Radio, TV, Foto, Gambar, Grafik, petikan dari sejumlah publikasi pemerintah atau suasta, observasi lapangan dan lain lain. Pada prinsipnya portofolio dokumentasi merupakan bukti telah dilakukan penelitian.

Portofolio penilaian (assessment) diartikan sebagai kumpulan fakta atau bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas terorganisir secara sistematis dalam proses pembelajaran. Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar. Portofolio penilaian merupakan pembelajaran praktek dan memiliki beberapa standar yang melibatkan perencanaan yang matang, interaksi siswa dengan lingkungan dan masyarakat untuk menunjang pembelajaran dinamis dan bermakna. Tipe-tipe portofolio dalam (Fajar, 2009:92) sebagai berikut :

1. Pengembangan portofolio = dokumen perkembangan individu

2. Bedah kasus portofolio = mengajukan argumentasi-argumentasi terbaik

3. Kelengkapan portofolio = keseluruhan hasil dari awal sampai akhir.

4. Di luar portofolio = kumpulan dari kompetensi.

5. Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tindakan disetiap siklus. Masing-masing tindakan memiliki karakteristik pembelajaran tersendiri yang


(43)

berbasis penerapan pembelajaran IPS berbasis jurnalistik siswa sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kepedulian sosial siswa. Berikut penulis klasifikasikan pelaksanaan dalam setiap tindakan.

a. Tindakan Satu

Pada tindakan satu siswa melakukan proses interpretasi materi IPS secara holistik. Pada fase ini guru dan siswa melakukan proses pembelajaran dengan beragam metode yang beragam untuk menunjang antusias siswa untuk menginterpretasi materi. Setelah siswa melakukan proses interpretasi selanjutnya siswa dibagi dalam lima kelompok besar yang masing-masing memiliki tanggung jawab terhadap materi yang berbeda.

Kompetensi Dasar pertama dalam penelitian ini guru serahkan pada kelompok satu untuk melakukan interpretasi kontenporer sehingga menghasilkan tema yang menarik sebagai bahan jurnalistik. Kegiatan jurnalistik dilakukan pada pertemuan berikutnya di luar jam pelajaran. Begitupun pada materi berikutnya.

b. Tindakan Dua

Pada fase ini siswa secara berkelompok melakukan kegiatan jurnalistik di lapangan dengan didampingi guru. Siswa melakukan peliputan sesuai tema dan materi yang telah diinterpretasi pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan peliputan ini disertai dengan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang guru berikan sebagai panduan bagi siswa dalam peliputan.

Pada kegiatan ini setiap anggota kelompok melakukan kinerja sesuai tugas masing-masing. Ketika siswa melakukan peliputan guru


(44)

instrument relevan yang disediakan. Pengamatan ini dilihat dalam segi kinerja jurnalistik siswa dan unsur kepedulian sosial siswa yang teraplikasi. Setelah melakukan kegiatan peliputan guru dan siswa melakukan refleksi diri sekaligus bimbingan mental agar siswa bisa menarik makna dari pengalaman belajar siswa.

c. Tindakan Tiga

Dalam tindakan tiga dilakukan pembelajaran yang berbasis interpretasi hasil jurnalistik. Kelompok yang telah melakukan peliputan melaporkan hasil peliputannya pada siswa dikelas untuk dijadikan sumber belajar kontekstual. Siswa selain kelompok yang tampil melakukan kegiatan interpretasi, menyimak dan mengasosiasi hasil jurnalistik dengan panduan LKS yang disediakan guru. Diakhir kegiatan pembelajaran guru melakukan konfirmasi dan refleksi dengan dikaitkan nilai-nilai berharga yang terkandung dari pengalaman belajar jurnalistik kelompok dalam perspektif materi terkait dan kepedulian sosial.

d. Tindakan Empat

Tindakan ini merupakan akhir dari fase setiap siklus. Dalam tindakan ini siswa melakukan pembelajaran yang berbasis pengayaan hasil dari pengalaman belajar pada tindakan satu hingga tindakan tiga. Dimana pengayaan ini diarahkan untuk mengetahui ketercapaian kognisi siswa, afeksi siswa terutama aspek kepedulian sosial serta motorik yang direfleksikan pada proses penilaian diri yang dilakukan siswa dengan tema “Sudahkan Aku


(45)

dilakukan evaluasi baik secara tes dan non tes sebagai bahan mengetahui indikasi ketercapaian hasil pengalaman belajar.

6. Refleksi

Dalam fase ini penulis sebagai peneliti melakukan kegiatan

reconnaissance, yang merupakan kegiatan memahami tentang situasi kelas

yang diteliti. Proses ini dilakukan dengan memonitor mulai dari fase orientasi hingga tahapan selama proses tendakan berlangsung. Proses pengamatan tersebut akan memberikan informasi pada peneliti untuk membantu kearah mana perbaikan akan dilakukan. Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mempertimbangkan baik dan buruknya atau berhasil dan belum berhasilnya suatu siklus yang dilakukan sehingga memberikan arahan bagi perhatian selanjutnya hingga mencapai satu titik progres yang baik.

Proses refleksi ini didasarkan pada beberapa aspek utama yaitu efektifitas pembelajaran setiap tindakan mulai dari proses interpretasi materi holistik, kondisi siswa ketika melakukan proses peliputan jurnalistik kelompok, proses penampilan simulasi hasil jurnalistik siswa sebagai sumber belajar serta bagaimana transformasi sumber belajar tersebut pada siswa. Terakhir tahapan pengayaan dan refleksi diri untuk mengetahui hasil proses belajar dilihat dari pengetahuan, kebermaknaan dan kepedulian sosial siswa. C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasrnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Wiriatmadja, 2012:3). Selanjutnya kata kunci dalam penelitian diungkapkan Sugiono dalam (Sugiono, 2012:3) yaitu

Terdapat empat kata kunci dalam suatu metode penelitian. Cara


(46)

penelitian dilakukan dengan cara masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati cara yang digunakan.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan sebuah teori atau proses gejala sosial. .

Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postvositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

2. Penelitian Tindakan Kelas

PTK berasal dari sebuah penelitian tindakan. Penelitian tindakan memiliki cakupan ranah yang luas dibandingkan PTK. Dimana penelitian tindakan ini dapat diterapkan diberbagai bidang keilmuan dan PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan yang terdapat dalam bidang pendidikan yang lebih spesifik

Tujuan dari PTK yang dilakukan penulis di kelas VIII A SMP 19 Bandung adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas


(47)

pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan polemik dan kendala dalam pembelajaran IPS, meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu untuk memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung.

Seperti penelitian tindakan pada umumnya, ada sejumlaah tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan PTK. Menurut Grundy dan Kemmis “tujuan penelitian tindakan meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan professional, dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung” (Sanjaya, 2011:30). Sesuai dengan tujuan dari PTK itu sendiri, maka PTK memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat untuk Guru

1) PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru .

2) Menumbuhkan kepuasan, dan rasa percaya diri yang dapat dijadikan sebagai modal untuk meningkatkan kinerja guru secara berkelanjutan.

3) Keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru lain.

4) PTK dapat mendorong guru untuk memiliki sikap professional.

5) Guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Manfaat untuk Siswa

1) Melalui PTK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.


(48)

2) PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar dan pengembangan karakter siswa.

c. Manfaat untuk Sekolah

Menunjang kemajuan kualitas pembelajaran di kelas sehingga dapat mempengaruhi optimalisasi pencapaian tujuan pendidikan. Membentuk guru-guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, dan mengembangkan karakter siswa, secara langsung akan membantu sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik siswanya. Berdasarkan dari pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa PTK merupakan penelitian tindakan yang digunakan guru dalam mengkaji suatu masalah dan memecahkan masalah, ataupun meningkatkan sebuah sistem, cara kerja, proses, kompetensi dan situasi pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan berbagai tindakan yang terencana dan bersiklus sampai menemui titik jenuh. PTK memiliki tujuan yakni peningkatan praktik, pengembangan professional, dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung. Selanjutnya tujuan ini memberikan manfaat untuk guru, siswa, dan sekolah.

Guna mengembangan sikap kepedulian sosial siswa dalam pembelajan IPS melalui “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa Sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa”. Penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan klasifikasi perencanaan dasar sebagai berikut :


(49)

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 19 Kota Bandung semester II Tahun Ajaran 2013-2014.

b. Waktu dan Lokasi Penelitian

Rencana waktu yang dialokasikan untuk melakukan penelitian ini selama tiga bulan dimulai. Dengan lokasi penelitian di kelas VIII A SMP Negeri 19 Bandung.

D. Definisi Oprasional

Dalam penelitian ini perlu dirumuskan beberapa penjelasan ilmiah yang berhubungan dengan masalah pokok penelitian agar lebih tajam terhadap penelitian yang dilaksanakan.

1. Definisi Oprasional Jurnalistik

 Jurnalistik kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. “Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat” (Syamsul, 2005:12).

 Astrid Susanto mengemukakan “jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kegiatan sehari-hari” (Syamsul, 2005:12).

 Menurut Roland E. Wolseley dalam (Syamsul, 2005:13) mengemukakan definisi jurnalistik sebagai berikut

Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat


(50)

Kepedulian Sosial

Hoffman, Borha dalam (Ritzer, 229:2009) mengemukakan definisi kepedulian sosial yaitu

kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya. “Kepedulian Sosial” dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya.

Tabel : 3.7 Indikator Umum Penelitian

Indikator Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa

1. Kemampuan interpretasi materi IPS sebagai bahan jurnalistik

2. Aspek yang diamati dalam news getting dan news covering

3. Kemampuan dalam perencanaan jurnalistik

Melakukan kajian dan interpretasi materi IPS yang telah ditentukan dan dipelajari sebelumnya Membuat tema yang sesuai dengan tema materi kelompok Memilih tempat yang sesuai dengan tema dan topik yang telah direncanakan. dan dapat menyesuaikan waktu secara terstruktur

4. Aspek proses peliputan sesuai tugas masing masing anggota (reporeter, penulis,

photografer).

5. Aktivitas siswa dalam news hunting

6. Perencanakan menggunakan pertanyan 5W + IH yang berkaitan dengan materi IPS

kelompok

7. Kreativitas kelompok dalam mengkonsep show case jurnalistik

8. Kreativitas siswa dalam menyajikan karya jurnalistik tertulis atau tidak tertulis

Indikator Kepedulian Sosial

1. Penanaman Nilai Sosial Menurut Raven (Ritzer, 2010:222)

Kasih sayang (pengabdian, tolong menolong, kekeluargaan, kesetiaan, dan kepedulian); Tanggung jawab (rasa memiliki, disiplin, dan empati)


(51)

Keserasian hidup (keadilan, toleransi, kerjasama, dan demokrasi).

2. Kepedulian Pada Siswa Menurut Doyle Paul Johson (Ritzer, 2010:228). Hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral

Kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama

Bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang berdiam dan terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya

3. Empati Sebagai Wujud Kepedulian Sosial (Ritzer 2010:224)

Kemampuan untuk berpikir dan merasa diri ke dalam kehidupan batin orang lain. Jean Decety, rasa kesamaan perasaan yang dialami oleh diri sendiri dan lainnya, tanpa menimbulkan kebingungan dan masalah antara dua Individu.

Greenson RR berbagi, untuk mengalami perasaan orang lain. (Sutandar, 1960:418) tidak hanya dilakukan dalam bentuk memahami perasaan orang lain semata, tetapi harus dinyatakan secara verbal dan dalam bentuk tingkah laku. 4. Tiap -Tahap Dalam Berempati Menurut Gazda (Ritzer, 2010:229)

Tahap pertama, mendengarkan dengan sesama apa yang diceritakan orang lain, bagaimana perasaannya, apa yang terjadi pada dirinya.

Tahap kedua, menyususn kata-kata yang sesuai untuk menggambarkan perasaan dan siatuasi orang tersebut.

Tahap ketiga, menggunakan susunan kata tersebut untuk mengenali orang lain dan berusaha memahami perasaan serta situasinya.

5. Indikator Proses Belajar Terhadap Kepedulian Sosial (Ritzer, 2010 :23) Mengamati dan Meniru perilaku peduli sosial

Melalui proses pemerolehan Informasi Verbal tentang kondisi dan keadaan sosial orang yang lemah sehingga dapat diperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang menimpa dan dirasakan oleh mereka dan bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku peduli kepada orang lemah (mengacu pada teori kognitif Bruner). Melalui penerimaan penguat reinforcement berupa konsekuensi logis yang akan


(52)

operant conditioning nya Skinner (konsekuensi mempengaruhi perilaku).

Tabel 3.8 Indikator Pembelajaran IPS Berbasis Jurnalistik Siswa Sebagai Sumber Belajar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Indikator 6 Memaha mi pranata dan penyimp angan sosial 6.1.Mendeskripsi kan bentuk-bentuk hubungan sosial

1. Senantiasa istiqomah dalam membangun

tatanan sosial yang harmonis dalam masyarakat.

2. Mengklasifikasikan proses-proses

hubungan sosial di masyarakat.

3. Menjelaskan definisi interaksi sosial

4. Mengklasifikasikan tahapan interaksi

sosial.

5. Mengklasifikasikan dan membandingkan

sifat interaksi sosial dalam masyarakat.

6. Menjelaskan karakteristik kontak primer

dan kontak skunder pada hubungan sosial di masyarakat.

7. Mengobservasi fenomena interaksi sosial

dalam menjaga keamanan dan

keteraturan tatanan kehidupan

masyarakat.

8. Mengidentifikasi hubungan-hubungan

sosial di sekitar siswa.

9. Menjelaskan karakteristik hubungan

sosial yang terdapat disekitar siswa.


(53)

berkaitan dengan hubungan sosial di sekitar siswa.

11. Menjelaskan ketertarikan siswa dan

kepedulian siswa terhadap phenomena sosial di sekitar siswa.

12. Menunjukan kepedulian sosial siswa

(simpati dan empati) terhadap phenomena sosial yang siswa temui. 6.2.Pranata

Sosial dalam Kehidupan Masyarakat

1. Mensyukuri atas rahmat dan kekuatan

yang diberikan Allah SWT dalam menjalankan prikehidupan sosial.

2. Menjelaskan definisi lembaga sosial.

3. Mengidentifikasi ciri-ciri umum pranata

sosial dalam masyarakat.

4. Mengklasifikasikan fungsi-fungsi

pranata sosial dalam masyarakat menurut beberapa tokoh ahli.

5. Menjelaskan tujuan-tujuan lembaga

sosial bagi kehidupan masyarakat.

6. Menguraikan pranata sosial berdasarkan

tipe-tipe dan karakteristik.

7. Membandingkan manfaat kelembagaan

sosial, budaya ekonomi politik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

8. Mengobservasi melalui jurnalistik

hubungan lembaga sosial dengan

pengendalian sosial dimasyarakat.

9. Menjelaskan ketertarikan siswa dan


(54)

10. Menunjukan kepedulian sosial siswa (simpati dan empati) terhadap phenomena sosial yang siswa temui.

6.3.Mendeskripsi

kan upaya pengendalian penyimpanga n sosial

1. Mensyukuri dan menjungjung tinggi

nilai- nilai budaya y6ang baik sebagai landasan dalam berkehidupan sosial.

2. Mengidentifikasi peran lembaga sosial

dalam membentuk tatanan kehidupan sosial.

3. Mengimplementasikan peran lembaga

sosial terhadap masalah sosial sekitar siswa.

4. Mengaitkan peran lembaga sosial dalam

gerak mobilitas sosial masyarakat.

5. Menjelaskan pengaruh dinamika sosial

terhadap potensi masalah sosial dalam tatanan kehidupan masyarakat.

6. Mengklasifikasikan potensi indikasi

masalah-masalah sosial dalam lembaga-lembaga agama dan keluarga dan solusinya .

7. Mengklasifikasikan potensi indikasi

masalah-masalah sosial dalam lembaga-lembaga sosial, budaya dan solusinya.

8. Mengklasifikasikan potensi indikasi

masalah-masalah sosial dalam lembaga-lembaga politik dan ekonomi disekitar siswa dan solusinya.

9. Mengobservasi pranata sosial sekitar


(55)

sosial dalam tatanan sosial masyarakat.

10. Memberikan kontribusi alternatif

tindakan nyata dalam mengatasi masalah sosial yang berkaitan dengan peran lembaga sosial yang terjadi disekitar siswa melalui kontribusi aksi penyuluhan anti penyimpanga.

7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia

7.1. Pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomia n

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Essa.

2. Senantiasa bersyukur atas kebercukupan

kehidupan yang telah dimiliki.

3. Berusaha menjadi pelaku ekonomi yang

jujur, kreatif dan mandiri.

4. Menjelaskan pengertian pelaku

ekonomi utama dalam perekonomian di Indonesia secara logis, kritis, kreatif dan inovatif.

5. Menyebutkan 5 pelaku ekonomi utama

dalam perekonomian di Indonesia secara mandiri.

6. Menjelaskan hubungan antara rumah

tangga keluarga dengan perusahaan sebagai pelaku ekonomi secara mandiri.

7. Mengidentifikasi contoh Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang ada di kotasekitar siswa.

8. Membandingkan BUMN, BUMS dan

koperasi dari segi tujuannya, sumber modal dan pemegang kekuasaan tertinggi


(56)

9. Mendeskripsikan pengertian koperasi secara mandiri.

10. Menyebutkan fungsi dan peran koperasi

secara mandiri.

11. Mengobservasi melalui jurnalistik

tentang realitas pelaku ekonomi

dimasyarakat sekitar siswa.

12. Menjelaskan ketertarikan siswa dan

kepedulian siswa terhadap permasalahan pelaku ekonomi rumah tangga di sekitar siswa.

13. Menunjukan kepedulian sosial siswa

(simpati dan empati) terhadap penomena sosial yang siswa temui.

7.3. Fungsi Pajak dalam Kehidupan Kita

1. Bertakwa kepadau Tuhan Yang Maha

Essa .

2. Menjelaskan pengertian pajak bagi

kehidupan masyarakat

3. Menjelaskan fungsi-fungsi pajak

(pajak budgeter, pajak alokasi,

distribusi dan regulasi)

4. Menjelaskan jenis-jenis pajak menurut

sifatnya.

5. Menjelaskan jenis pajak menurut

instansi yang memungutnya.

6. Menjelaskan fungsi pajak menurut

objek pajak.

7. Menjelaskan fungsi pajak menurut

subjek pajak.


(57)

asalnya.

9. Mengobservasi melalui kegiatan

jurnalistik mengenai salahsatu manfaat pajak bagi kehidupan masyarakat.

10. Melaporkan hasil jurnalistik tentang

pajak sebagai sumber belajar

11. Berkepedulian sosial dalam

menjalankan proses pembelajaran. 7.4

Pembentukan Harga pasar

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Essa.

2. Senantiasa menjadi makhluk ekonomi

yang jujur.

3. Menjelaskan pengertian harga pasar .

4. Menjelaskan proses harga yang

terbentuk pada titik keseimbanhan permintaan dan penawaran.

5. Menjelaskan pengertian permintaan.

6. Menjelaskan permintaan penawaran.

7. Menjelaskan hukum permintaan.

8. Mengklasifikasikan faktor-faktor

permintaan.

9. Menjelaskan hukum penawaran.

10. Mengklasifikasikan faktor-faktor yang


(1)

Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung : PT Refika Aditama

Olii, Helena. (2007). Berita dan Informasi Jurnalistik. Jakarta : PT Indeks

Purwanto, Ngalim. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Ritzer, George.( 2010). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Romli, Asep Syamsul M. (2001). Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Romli, Asep Syamsul M. (2005). Jurnalistik Terapan. Bandung: Batic Press

. Ruhimat, Toto. (2009) : Kurikulum Pembelajaran, Bandung : Jurusan Kurikulum dan teknologi Pendidikan, fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia .

Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group.

Severin, Werner. ( 2005 ) Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan Didalam Media Masa. Jakarta : Kencana Prenada Media Goup.

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono . (2012) . Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method ). Bandung : Alfabetha

Suhandang, Kustandi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, Bandung: Nuansa.

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indinesia Menulis Berita dan Feature,Bandung : Alfabetha


(2)

230

Tella Wilia, 2014

Penerapan Pembelajaran Ips Berbasis Jurnalistik Siswa Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Supriatna, Nana, Ruhimat, Mamat, Kosim. (2007), Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Grafindo Media Pratama

Syamsul, Asep (2009) Jurnalistik Praktis untuk Pemula . Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Ruhimat, Toto. (2009.) Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Wilis, Ratna (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga

Wiriaatmadja, Rochiati (2011). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Rosda Karya

Yunanto, Joko. (2009 ) Sumber Belajar Anak Cerdas, Jakarta : PT Gramedia.

Zuchdi, Darmiyati. (2009 ). Humanisasi Pendidikan. Bandung : Bumi Aksara.

Zuriah, Nurul. (2008). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan . Bandung, Bumi Aksara

Jurnal :

Abercromble, Nicholas. (2010), KamusSosiologi. 5,4-578.

Shorp, Joone. (2005), “Counting Conflicts’’, Indonesian Social Development Paper. 2, 1-89.

Suryani. Ketut. (2001) , Komunikasi ditengah Agenda Reformaso Sosial Politik. Bandung : PT Alumini.

Junaedhi, Kurniawan (1991) Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pers Utama.

Colest, Robert (2000). Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(3)

Sutandar, R. R. 1960. Empati dan Perubahan-Perubahan Tersebut. International Journal of Psikoanalisis. hal 418


(4)

232

Tella Wilia, 2014

Penerapan Pembelajaran Ips Berbasis Jurnalistik Siswa Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa


(5)

Tella Wilia, 2014

Alma, Buchari . (2010). Pembelajaran studi Sosial Bandung, Alfabeta.

Fathurrohman, Pupuh. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung : PT Refika Aditama

Romli, Asep Syamsul M. (2001). Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Bandung: Remaja Rosdakarya.

. Ruhimat, Toto. (2009) : Kurikulum Pembelajaran, Bandung : Jurusan Kurikulum dan teknologi Pendidikan, fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia . Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group.

Severin, Werner. ( 2005 ) Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan Didalam Media Masa. Jakarta : Kencana Prenada Media Goup.

Suhandang, Kustandi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, Bandung: Nuansa.

Wilis, Ratna (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga

Wiriaatmadja, Rochiati (2011). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Rosda Karya

Zuriah, Nurul. (2008). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan . Bandung, Bumi Aksara

Jurnal :

Colest, Robert (2000). Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(6)

Tella Wilia, 2014

Penerapan Pembelajaran Ips Berbasis Jurnalistik Siswa Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutandar, R. R. 1960. Empati dan Perubahan-Perubahan Tersebut. International Journal of Psikoanalisis. hal 418


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA SMP NEGERI 1 KASUI KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

0 24 76

Peningkatan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Media Permainan : penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas VIII B Semester II tahun ajaran 2014-2015 di SMP Negeri 4 Kota Bandung.

0 0 24

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 34 Kota Bandung Kelas VIII Tahun Ajaran 2013/2014.

0 3 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung).

0 1 54

IMPLEMENTASI METODE INQUIRY BERBASIS ISU-ISU SOSIAL KONTEMPORER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII H Di SMP N 40 Bandung.

14 141 48

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas VIII-D SMP Negeri 44 Bandung.

0 0 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

2 11 40

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII Di MTs Negeri 25 Jakarta.

0 0 13