Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size, dan Capital Intensity Ratio pada Tax Avoidance ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2012-2014).
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, LEVERAGE, SIZEDAN CAPITAL INTENSITY RATIOPADATAX AVOIDANCE(STUDI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014)
SKRIPSI
Oleh:
I GUSTI LANANG NGURAH DWI CAHYADI PUTRA NIM: 1206305188
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
(2)
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, LEVERAGE, SIZEDAN CAPITAL INTENSITY RATIOPADATAX AVOIDANCE(STUDI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014)
SKRIPSI
Oleh:
I GUSTI LANANG NGURAH DWI CAHYADI PUTRA NIM: 1206305188
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memeroleh gelarSarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 2 Mei 2016
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Dr. Drs. H. Bambang Suprasto M.Si., Ak ...
2. Sekretaris : Dra. Ni Kt Lely Aryani M M.Si, Ak ...
3. Anggota : Putu Ery Setiawan SE., M.Com., Ak ...
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak Dra. Ni Ketut Lely Aryani M, M.Si., Ak. NIP. 196503231991031004 NIP. 196611071992032001
(4)
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memeroleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 2 Mei 2016 Mahasiswa
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio Pada Tax Avoidance dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Ibu Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. I Dewa Gde Dharma Saputra, SE., M.Si, Ak, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 6. Ibu Komang Ayu Krisnadewi, SE,. M.Si., Ak., selaku Pembimbing
Akademik.
7. Ibu Dra. Ni Ketut Lely Aryani M, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
(6)
8. Bapak Putu Ery Setiawan, SE., M.Com., Ak., selaku dosen pembahas atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
9. Keluarga tercinta yakni orang tua (I Gusti Lanang Ngurah SH, dan Desak Putu Astiti SE,) dan ke dua saudara saya (I Gst Ln Ngr Adhi Widiartha P dan I Gst Ln Ngr Tri Wahyudi P) atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
10. Semua sahabat seperjuangan terbaik Jayan, Dika, Dewa Wiguna, Wisnu Bayu, adi wiguna, Gus Puja, yusa, gung surya, adit, serta Yudik aristianto dan Bli Kadek Lembu yang selalu memotivasi dan memberi masukan dalam skripsi ini, serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan bantuannya dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 2 Mei 2016
(7)
Judul : Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size, dan Capital Intensity Ratio pada Tax Avoidance (Study pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indnonesia Periode 2012-2014) Nama : I Gusti Lanang Ngurah Dwi Cahyadi Putra
NIM : 1206305188
ABSTRAK
Tax avoidance merupakan penghindaran pajak yang memanfaatkan celah-celah yang terdapat dalam peraturan perpajakan yang bersifat legal. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh Komisaris Independen, leverage, size, dan capital intensity ratioterhadaptax avoidance,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah dengan metode nonprobability sampling yaitu teknik purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 189 sampel penelitian selama 3 periode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan Komisaris Independen dan size berpengaruh positif dan signifikan pada tax avoidance, hal tersebut berarti semakin tinggi jumlah Komisaris Independen dan semakin tinggi ukuran perusahaan atau size maka tingkat tax avoidance akan semakin tinggi. Leverage dan capital intensity ratio tidak berpengaruh signifikan pada tax avoidance, hal tersebut berarti variabel tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada praktek penghindaran pajak.
Kata kunci: tax avoidance, Komisaris Independen, leverage, size, dan capital intensity ratio
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 8
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1.Kegunaan Teoritis... 8
1.4.2.Kegunaan Praktis... 8
1.5.Sistematika Penulisan... 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1 Teori Akuntansi Positif... 11
2.1.2.Teori Kepatuhan (compliance theory)... 11
2.1.3.Manajemen Pajak ... 14
2.1.4.Tax Avoidance... 17
2.1.5.Karakteristik Perusahaan ... 19
2.2. Penelitian Sebelumnya... 22
2.3. Rumusan Hipotesis... 27
2.3.1.Pengaruh Komisaris Independen padaTax Avoidance... 27
2.3.2.PengaruhLeveragepadaTax Avoidance... 28
2.3.3.PengaruhSizepadaTax Avoidance... 29
(9)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian ... 32
3.2.Objek Penelitian... 32
3.3.Identifikasi Variabel ... 33
3.4.Definisi Operasional Variabel ... 33
3.5.Jenis dan Sumber Data... 36
3.5.1.Jenis Data... 36
3.5.2.Sumber Data ... 37
3.6.Populasi ... 37
3.7.Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 38
3.8.Metode Pengumpulan data ... 39
3.9.Teknik Analisis Data ... 39
3.9.1.Statistik Deskriptif... 39
3.9.2.Uji sumsi Klasik ... 39
3.9.3.Analisis Regresi Linier Berganda... 41
3.9.4.Uji Hipotesis... 42
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 45
4.2. Deskripsi Sampel Penelitian... 46
4.3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 47
4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik... 49
4.4.1.Uji Normalitas Data... 50
4.4.2 Uji Autokorelasi ... 51
4.4.3.Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.4.4.Uji Multikolinieritas ... 52
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda... 53
4.5.1.Koefisien Determinasi (R2)... 55
4.5.2.Uji Kelayakan Model (Uji F)... 56
4.5.3.Uji hipotesis (Uji t)... 56
(10)
4.6.1. Pengaruh Komisaris Independen terhadapTax Avoidance... 56
4.6.2. PengaruhLeveragepadaTax Avoidance... 58
4.6.3. PengaruhSizepadaTax Avoidance... 60
4.6.4. PengaruhCapital Intensity RatiopadaTax Avoidance... 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 63
5.1 Simpulan... 63
5.2 Saran ... 64
DAFTAR RUJUKAN ... 64
(11)
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
1.1 Target Penerimaan Pajak dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012-2014 4
4.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 47
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 48
4.3 Hasil Uji Normalitas Data... 50
4.4 hasil Uji Autokorelasi ... 51
4.5 hasil uji heteroskedestisitas... 52
4.6 Hasil Uji Multikolenieritas... 53
(12)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal
(13)
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pendapatan suatu negara mencerminkan bagaimana negara tersebut maju dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat negara tersebut di masa mendatang. Lokasi suatu negara tentunya akan sangat menentukan pendapatan negara tersebut, semakin strategis lokasi suatu negara maka akan semakin banyak investasi yang masuk ke negara tersebut. Banyaknya investasi yang masuk ke suatu negara maka akan menyebabkan peningkatan pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan terletak pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan banyak perusahaan dalam maupun luar negeri yang berada di Indonesia. Kondisi seperti itu dapat menguntungkan pemerintah dalam penerimaan negara dari sektor penerimaan pajak. Waluyo (2011) menyebutkan bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Indonesia mendapat pendapatan terbesar di antara pendapatan lainnya, yaitu melalui pendapatan pemungutan pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari 70% dari keseluruhan pendapatan negara dalam berbagai fungsi kenegaraan (Michael Salim,2012).
(14)
Pajak merupakan sumber pendapatan yang sangat potensial bagi negara, karena sifatnya yang dapat dipaksakan. Menurut perusahaan, pajak merupakan beban yang dapat mengurangi laba bersih suatu perusahaan, hampir sebagian besar perusahaan tidak ada yang sukarela membayar pajak. Perusahaan membayar pajak karena sifatnya memaksa, apabila perusahaan tidak membayar akan terkena sanksi yang dapat merugikan perusahaan.
Penerimaan pajak negara di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, politik, hukum, dan perilaku wajib pajak. Perilaku wajib pajak contohnya adalah tax avoidance. Perencanaan pajak yang masih dalam koridor Undang-Undang disebut penghindaran pajak (tax avoidance). Pemilik perusahaan akan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan pajak agresif untuk mengurangi beban pajak yang muncul (Chen et al., 2010).Untuk meminimalkan beban pajak yang dibayar perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Yang membedakan penghindaran pajak dengan penggelapan pajak adalah, penggelapan pajak terkait dengan penggunaan cara-cara yang melanggar hukum untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak sedangkan penghindaran pajak dilakukan secara legal dengan memanfaatkan celah (loopholes) yang terdapat dalam peraturan perpajakan yang ada untuk menghindari pembayaran pajak yang jumlahnya lebih besar, atau melakukan transaksi yang tidak memiliki tujuan selain untuk menghindari pajak. Persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang
(15)
rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan (Budiman & Setiyono, 2012).
Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak yang tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. Manajemen pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tidak menjurus kepada pelanggaran peraturan perpajakan atau penghindaran perpajakan (tax evasion). Perusahaan juga dapat melakukan tindakan agresif perpajakan yaitu dengan memanfaatkan celah-celah sekecil mungkin yang ada dalam peraturan perpajakan untuk menekan biaya pajaknya. Menurut Frank, et al (2009) suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak baik yang dilakukan dengan ilegal (tax evasion) ataupun yang legal (tax avoidance) merupakan suatu agresivitas pajak. Tindakan perusahaan yang melakukan agresif perpajakan juga akan menimbulkan biaya-biaya lain akibat dari adanyaagency problem, Sari dan Martani (2010).
Tindakan agresif dalam perpajakan atau penghindaran pajak dilakukan karena adanya peluang yang dilihat oleh perusahaan, yaitu lemahnya peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perpajakan maupun kelemahan pada sumber daya manusia (fiskus). Tindakan Pengehindaran pajak akan menyebabkan penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Penerimaan pajak di Indonesia sudah direncanakan sedemikian rupa agar mencapai target yang diinginkan sesuai dengan anggaran pendapatan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 menyatakan, penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar Rp 1.489,3 triliun atau hampir 80 persen dari total penerimaan
(16)
negara, namun target tersebut belum tentu tercapai karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada periode 2012-2014 target peneriman pajak Indonesia tidak mencapai target yang direncanakan karena disebabkan beberapa faktor yaitu lesunya perekonomian global yang juga berdampak pada perekonomian indonesia. Lesunya ekonomi Indonesia akan memengaruhi pendapatan perusahaan-perusahaan yang menjadi objek pajak. Pendapatan perusahaan yang menurun akan menyebabkan perusahaan untuk menekan serendah-rendahnya biaya-biaya yang timbul termasuk biaya pajak. Data realisasi penerimaan pajak tahun 2012-2014 disajikan dalam Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Target Penerimaan Pajak dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012-2014
Sumber : Data Litbang Okezone.com, 2016
Belum mampunya pemerintah merealisasi penerimaan pajak secara maksimal menimbulkan pertanyaan apakah dari sisi wajib pajak terdapat beberapa tindakan penghindaran pajak, ataukah memang pemungutan yang dilakukan belum mampu berjalan secara maksimal dan apakah target yang ingin dicapai terlalu tinggi. Penerimaan pajak harus mampu mencapai tingkat yang maksimal karena hasil penerimaan pajak nantinya akan digunakan untuk pembiayaan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Tahun Target Penerimaan Pajak
Realisasi Penerimaan Pajak Persentase 2012 Rp 1.016 triliun Rp 981 triliun 96,4 persen 2013 Rp 1.148 triliun Rp 1.077 triliun 93,8 persen 2014 Rp 1.246 triliun Rp 1.143 triliun 91,7 persen
(17)
Menurut Fuad (2013) empat sektor yang menjadi penyetor pajak terbesar menurun yaitu industri manufaktur, industri pertambangan, keuangan, serta perkebunan. Sektor-sektor tersebut mengalami penurunan penyetoran pajak dari periode 2012-2014. Sektor manufaktur merupakan sektor yang paling banyak menyetorkan pajak di antara sektor lainnya, karena sektor tersebut merupakan sektor yang paling banyak terdapat di Indonesia dan terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia.
Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan tentu saja dipengaruhi oleh pimpinan-pimpinan perusahaan tersebut yang sangat berperan dalam pengambilan keputusan perusahaan, Chief Executive Officer (CEO) dapat memengaruhi keputusan penghindaran pajak dengan mengatur tone at the top berkaitan dengan kegiatan pajak perusahaan (Dyreng et al., 2010). Selain Chief Executive Officer (CEO) terdapat pimpinan lainnya yaitu Komisaris Internal dan Komisaris Independen. Komisaris Independen juga sangat memengaruhi keputusan di suatu perusahaan, termasuk keputusan yang terkait dengan pembayaran pajak. Komisaris Independen melakukan pengawasan dengan baik dan mengarahkan perusahaan berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan. Komisaris Independen melakukan pengarahan dan mengawasi agar tidak terjadi asimetri informasi yang sering terjadi antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen perusahaan (agen). Komisaris Independen menjadi penengah antara manajemen perusahaan dan pemiliki perusahaan dalam mengambil kebijakan agar tidak melanggar hukum termasuk penentuan strategi yang terkait dengan pembayaran pajak.
(18)
Selain faktor Komisaris Independen, faktor lain yang memengaruhi perusahaan membayar pajak adalah Leverage atau tingkat hutang. Leverage merupakan penambahan jumlah utang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga atauinterestdan menyebabkan pengurangan beban pajak penghasilan WP Badan (Kurniasih dan Sari, 2013).
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat faktor size dan capital intensity ratio yang juga memengaruhi perusahaan dalam membayar pajaknya. Size merupakan variabel yang paling banyak digunakan untuk meneliti beban pajak perusahaan Rodriguez dan Arias (2012). Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitularge firm,medium firm,dansmall firm.
Capital Intensity Ratio sering dikaitkan dengan jumlah modal perusahaan yang tertanam dalam bentuk aktiva tetap dan persediaan yang dimiliki perusahaan. Rodiguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari aktiva tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aktiva tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang rendah.
Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi tax avoidance telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti, Penelitian dilakukan oleh Dewi
(19)
dan Jati (2014) yang menemukan bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadaptax avoidance. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Dyah Hayu yang menemukan bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan Pohan (2008) dan Danis Ardyansah (2014) yang menemukan bahwa variabel Komisaris Independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Fadilla Rachmithasari (2015) yang menemukan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance, sedangkan penelitian yang dilakukan Calvin Swingly (2014) memeroleh hasil penelitian leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance. Kurniasih, dkk (2012) yang menemukan bahwa size berpengaruh signifikan secara parsial pada tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di BEI tahun 2007-2010, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa Fadilla Rachmithasari (2015) menemukan bahwa Ukuran Perusahaan (Size) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Danis Ardyansah (2014) dan Chiou et al. (2012) menemukan bahwa variabel capital intensity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance),sedangkan Subakti (2012) menemukan bahwa capital intensity ratio berpengaruh positif pada penghindaran pajak.
Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka dari itu perlu diteliti kembali mengenai tax avoidance dengan judul Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio PadaTax Avoidance(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014) .
(20)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Apakah terdapat pengaruh Komisaris Independen padatax avoidance? 2) Apakah terdapat pengaruhleveragepadatax avoidance?
3) Apakah terdapat pengaruhsizepada tax avoidance ?
4) Apakah terdapat pengaruhcapital intensity ratio padatax avoidance? 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh Komisaris Independen padatax avoidance. 2) Untuk mengetahui pengaruhleveragepadatax avoidance.
3) Untuk mengetahui pengaruhsizepada tax avoidance.
4) Untuk mengetahui pengaruhcapital intensity ratio padatax avoidance. 1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini yang mengangkat tema pengaruh Komisaris Independen, leverage, size dan capital intensity ratio pada tax avoidance (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014) ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
(21)
menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi yang dilakukan perusahaan termasuk kebijakan perpajakan yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan tambahan referensi bukti empiris yang terkait dengan praktik penghindaran pajak.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan pertimbanan dalam penyusunan kebijakan perpajakan.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab dan sub bab yang tersusun sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini memuat teori-teori yang digunakan untuk membangun penelitian yakni teori akuntansi positif, teori kepatuhan, manajemen pajak, tax avoidance dan, karakteristik perusahaan serta hasil-hasil penelitian sebelumnya yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis sebagai acuan dalam memecahkan masalah di dalam penelitian ini.
(22)
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis yang akan dipergunakan dalam memecahkan masalah penelitian.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi sampel penelitian, deskripsi variabel penelitian, hasil uji asumsi klasik, hasil uji hipotesis dan, pembahasan hasil penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Pada bab ini akan diuraikan mengenai simpulan yang didapat berdasarkan uraian yang telah dibuat pada bab sebelumnya, serta saran-saran yang diharapkan berguna bagi penelitian selanjutnya.
(23)
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif (TAP) secara jelas dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh perusahaan dalam kondisi tertentu. Teori ini didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan merupakan suatu nexus of Contracts . Artinya, perusahaan merupakan suatu muara bagi berbagai kontrak yang datang padanya. Misalnya, kontrak dengan karyawan (termasuk manajer), pemasok, dan dengan pemberi modal. Sebagai suatu kumpulan dari berbagai kontrak, secara rasional perusahaan ingin meminimalkan contracting cost yang berkaitan dengan kontrak-kontrak yang masuk padanya, seperti kos negosiasi, pemantauan kinerja kontrak, kemungkinan kebangkrutan atau kegagalan, dan lain-lain. Beberapa dari kontrak tersebut melibatkan variabel-variabel akuntansi, dan teori akuntansi positif berargumentasi bahwa perusahaan akan memanfaatkan kebijakan akuntansi guna meminimumkan contracting cost. Kondisi ini diperkuat dengan pemberian fleksibilitas oleh badan penetap standar kepada manajemen guna memilih dari seperangkat kebijakan akuntansi yang diperkenankan.
(24)
Teori akuntansi positif menggunakan teori keagenan untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer. Teori akuntansi positif yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986) telah memprediksi tiga hipotesis yang mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen laba, yaitu:
1)The bonus plan hypothesis
Manajer perusahaan yang memiliki program bonus yang terkait dengan angka-angka akuntansi cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser reported earnings dari future period ke current period (menaikkan laba yang dilaporkan sekarang),ceteris paribus.
2)The debt covenant hypothesis
Perusahaan yang semakin mendekati pelanggaran debt covenant (perjanjian kontrak hutang) cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser reported earnings dari future periods ke current period (menaikkan laba yang dilaporkan sekarang),ceteris paribus.
3)The political cost hypothesis
Semakin besar political cost yang dihadapi suatu perusahaan, maka manajer cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan reported earnings dari current ke future period (menurunkan laba yang dilaporkan sekarang),ceteris paribus.
2.1.2. Teori Kepatuhan (compliance theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan
(25)
dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan.
Peraturan yang berlaku dalam hal perpajakan adalah peraturan perpajakan dan undang-undang perpajakan. Hubungan teori kepatuhan dengan perpajakan adalah dalam pemungutan pajak semua wajib pajak harus patuh, taat, dan menuruti peraturan perpajakan yang berlaku.
Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain: 2004), Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu: Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:
1) wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2) mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; 3) menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; 4) membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self asessment. Menurut Mardiasmo (2011),self assessment systemadalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Pelaksanaan self assessment system secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melapor
(26)
kewajibannya sendiri. Penerapan self assessment system diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajaknya. Penerapan self assessment system menyebabkan wajib pajak akan sangat terlibat dalam pemungutan pajak karena wajib pajak akan memiliki wewenang untuk melaporkan jumlah besarnya pajak yang terhutang, wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sedangkan fiskus hanya berperan untuk mengawasi.
2.1.3. Manajemen Pajak
Minnick dan Noga (2010) mengartikan manajemen pajak sebagai kemampuan untuk membayar jumlah yang lebih sedikit atas pajak dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu terdapat pengertian lainnya mengenai manajemen pajak yang dikemukakan dalam penelitian lainnya yaitu, Manajemen pajak adalah pengelolaan kewajiban perpajakan dengan menggunakan strategi untuk meminimalkan jumlah beban pajak. Manajemen pajak merupakan salah satu elemen dari manajemen perusahaan (Rusydi dan Kusumawati, 2010). Menurut Lumbantoruan dalam Suandy (2008) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memeroleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Manajemen pajak yang agresif tidak berhubungan langsung dengan perilaku tidak etis atau ilegal. Peraturan pajak memiliki banyak ketentuan yang memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pajak secara benar tanpa melanggar hukum. Manajemen pajak mempunyai dua tujuan, yaitu menerapkan peraturan
(27)
pajak secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba yang seharusnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka manajemen pajak memiliki 3 fungsi, yaitu.
1) Perencanaan pajak (tax planning)
Perencanaan pajak adalah kegiatan pertama yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka melakukan manajemen pajak. Perusahaan mulai mengumpulkan dan menganalisis peraturan perpajakan dalam perencanaan pajak agar dapat dipilih tindakan yang perlu dilakukan untuk menghemat beban pajak.
2) Pelaksanaan perpajakan (tax implementation)
Manajemen pajak telah dilaksanakan baik secara formal dan material. Manajemen juga harus memastikan bahwa pengimplementasian manajemen pajak tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Jika dalam pengimplementasian terjadi pelanggaran peraturan perpajakan, maka praktik yang dilakukan perusahaan telah menyimpang dari tujuan awal manajemen pajak.
3) Pengendalian pajak (tax control)
Pengendalian pajak adalah suatu tindakan memeriksa pembayaran dalam hal ini waktu yang paling baik dalam melunasi kewajiban perpajakan dan jumlah yang dibayar oleh perusahaan. Memeriksa waktu pembayaran penting karena dapat menguntungkan perusahaan, membayar pajak pada saat terakhir lebih menguntungkan perusahaan dibanding dengan membayar pajak lebih awal. Selain memeriksa waktu pembayaran yang baik untuk perusahaan, perusahaan juga harus memeriksa kembali jumlah yang dibayarkan oleh
(28)
perusahaan untuk melunasi kewajiban perpajakannnya, apakah terjadi pemborosan atau tidak. Pemborosan dalam hal ini perusahaan membayar pajak lebih tinggi dari yang telah ditetapkan/yang terhutang.
Suandy (2008) menjelaskan bahwa motivasi adanya manajemen pajak tidak hanya berasal dari perusahaan yang ingin menekan beban pajaknya, tetapi juga ada motivasi yang berasal dari tiga unsur perpajakan itu sendiri. Motivasi itu adalah.
1) Kebijakan perpajakan
Kebijakan perpajakan ini perusahaan harus dapat menganalisis transaksi yang dilakukan dan kewajiban yang melekat yang transaksi tersebut agar kewajiban yang melekat dalam transaksi tersebut tidak memberatkan perusahaan. Perusahaan juga harus dapat melindungi sumberdaya perusahaan dari pajak yang ada agar sumberdaya perusahaan tersebut bisa digunakan untuk tujuan lain. Objek pajak juga harus diperhatikan dalam manajemen pajak, hal ini dikarenakan objek pajak merupakan dasar dari penghitungan pajak yang tarifnya berbeda-beda untuk tiap objek pajaknya. Karenanya, perusahaan harus lebih teliti dalam menentukan objek pajak yang berhubungan dengan perusahaan agar pajak yang dibayarkan perusahaan tidak lebih (yang berarti pemborosan dana karena membayar lebih tinggi) dan tidak kurang (agar terhindar dari sanksi yang akan menimbulkan pemborosan dana).
(29)
2) Undang-undang perpajakan
Perusahaan harus dapat menganalisis peraturan yang berlaku tentang perpajakan, karena adanya kemungkinan kesempatan untuk memanfaatkan celah yang ada dalam peraturan pajak yang ada. Ini dikarenakan adanya peraturan-peratuan lain yang sengaja dibuat untuk membantu pelaksanaan peraturan dasar perpajakan tetapi dalam praktiknya peraturan bantuan yang dibuat bertentangan dengan peraturan dasar perpajakan. Adanya celah dari berbagai peraturan perpajakan yang ada harus dapat dimaksimalkan perusahaan agar tercapai manajemen pajak yang baik.
3) Administrasi perpajakan
Perusahaan dalam melakukan manajemen pajak juga harus memperhatikan sisi administrasi dalam bidang perpajakan, agar dapat melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan terhindar dari sanksi yang akan memberatkan perusahaan akibat dari pelanggaran peraturan perpajakan. 2.1.4. Tax Avoidance
Lim (2011) mendefinisikan tax avoidance sebagai penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan kewajiban pajak. Selain itu definisi lain dari Tax avoidance adalah cara untuk menghindari pembayaran pajak secara legal yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan cara mengurangi jumlah pajak terutangnya tanpa melanggar peraturan perpajakan atau dengan istilah lainnya mencari kelemahan peraturan (Hutagaol, 2007).
(30)
Tax Avoidance merupakan bagian dari tax planing yang memiliki tujuan meminimalkan jumlah pembayaran pajak namun tetap berpedoman terhadap peraturan yang berlaku. Tax avoidance hanya melakukan pemanfaatan terhadap celah-celah yang terdapat dalam peraturan perpajakan atau undang-undang yang terkait dengan perpajakan. Secara hukum melakukan tax avoidance tidak melanggar hukum, namun sering kali perusahaan yang melakukan tindakan ini mendapat pandangan yang negatif dari pihak kantor pajak.Tax avoidance sangat berbeda dengan tax evasion, karena tax evasion merupakan tindakan penghindaran pajak dengan cara melanggar undang-undang atau peraturan perpajakan. Jika suatu perusahaan terindikasi melakukan tax evasion maka perusahaan tersebut dapat dikenakan sanksi perpajakan, yaitu sanksi administrasi maupun sanksi pidana.
Untuk menentukan penghindaran perpajakan, komite urusan fiskal Organization for Economic Cooperation and Development(OECD) menyebutkan ada tiga karaktertax avoidance, yaitu.
1) Adanya unsur artifisial, dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak. 2) Memanfatkan loopholes undang-undang untuk menerapkan
ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.
3) Kerahasiaan juga sebagai bentuk skema ini, dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan tax avoidance dengan syarat
(31)
wajib pajak menjaga kerahasiaan. (Council of Executive Secretaries of Tax Organization, 1991).
2.1.5. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan suatu ciri yang menjadi identitas atau sifat dari suatu perusahaan, yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahan lainnya. Karakteristik perusahaan dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Karakteristik yang ditinjau oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen,Leverage, SizedanCapital Intensity Ratio.
1) Komisaris Independen
Komisaris Independen merupakan bagian dari Dewan Komisaris yang berasal dari pihak luar perusahaan atau pihak independen. Komisaris ini di dalam perusahaan tidak memihak pemegang saham maupun pemilik perusahaan atau investor. Komisaris Independen diangkat oleh pihak perusahaan karena pengalaman dan kemampuan dari individu Komisaris Independen tersebut yang dinilai berkompeten untuk posisi tersebut. UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Komisaris Independen ini sangat penting keberadaanya di perusahaan, karena komisaris ini dapat meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi di dalam perusahaan yang melibatkan pihak agen dan principal dalam perusahaan tersebut. Selain itu keberadaan Komisaris Independen juga dapat menjalankan fungsi sebagai pengawas bagi komisaris internal dalam perusahaan tersebut,
(32)
maupun sebagai pengawas bagi operasional perusahaan tersebut bagaimana perusahaan dijalankan apakah sesuai dengan standar dan peraturan atau tidak. Namun dalam tugasnya Komisaris Independen ini bisa saja mendapatkan hambatan. hambatan yang mungkin dihadapi Komisaris Independen adalah kurangnya pengalaman Komisaris Independen dalam menangani masalah yang spesifik perusahaan tersebut dan kurangnya pengetahuan Komisaris Independen yang baru menjabat terkait seluk beluk di dalam perusahaan tersebut.
2) Leverage
Leverage merupakan banyaknya jumlah utang yang dimiliki perusahaan dalam melakukan pembiayaan dan dapat digunakan untuk mengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. Leverage juga didefinisikan sebagai rasio hutang yang digunakan oleh perusahaan yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang terhadap total aktiva. Selain itu leverage ini juga dapat didefinisikan sebagai total hutang dibagi dengan total aktiva. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka menunjukkan semakin tinggi ketergantungan perusahaan tersebut untuk membiaya asetnya dari pinjaman atau hutang dari pidak luar. Sedangkan sebaliknya semakin kecil leverage di perusahaan tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai asetnya dengan modalnya sendiri.
Perusahaan dapat menggunakan tingkat leverage untuk mengurangi laba dan akan berpengaruh terhadap berkurangnya beban pajak (Brigham & Houston, 2010). Leverage mengurangi beban pajak dikarenakan jumlah hutang akan menimbulkan beban bunga. Beban bunga tersebut dapat dikurangkan terhadap
(33)
penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak berkurang maka jumlah beban pajak juga akan berkurang.
3) Size
Machfoedz (1994) dalam (Kurniasih dan Sari ,2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm,medium firm,dansmall firm.
Semakin besar ukuran dari sebuah perusahaan, kecenderungan perusahaan membutuhkan dana akan juga lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil, hal ini membuat perusahaan yang besar cenderung menginginkan pendapatan yang besar. Lebih lanjut menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin besar perputaran uang. Semakin besar perusahaan cenderung mempunyai manajemen dan sumber dana yang baik dalam menjalankan perusahaan. Karena memiliki manajemen dan suber dana yang baik maka perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk melakukantax planningyang baik.
4) Capital Intensity Ratio
Capital Intensity Ratio merupakan besarnya total modal yang tertanam dalam investasi berupa aset tetap dan persediaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi jumlah aset tetap dan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan maka, akan menyebabkan semakin tinggi pula depresiasi yang ditanggung
(34)
perusahaan. Seperti yang dijelaskan Hanum (2013) biaya depresiasi merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung pajak. Semakin tingginya depresiasi tersebut maka akan menyebabkan berkurangnya laba kena pajak perusahaan sehingga akan menyebabkan berkurangnya beban pajak perusahaan.
2.2. Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai Pengaruh Komisaris Independen, leverage, size dan capital intensity ratio pada tax avoidance telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut yaitu.
1) Dewi (2014).
Dewi dan Jati pernah melakukan penelitian terkait tax avoidance dengan judul Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan Dewi dan Jati memeroleh hasil penelitian variabel resiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. Variabel lainnya yaitu ukuran perusahaan, multinational company, kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tindakan tax avoidanceyang dilakukan perusahaan.
Terdapat beberapa persamaan antara penelitian yang dilakukan dewi dan jati dengan penelitian ini diantaranya persamaan objek penelitian yang menggunakan perusahaan manufaktur yang derdaftar di BEI sebagai objek penelitian, persamaan
(35)
penggunan teknik analisis data yaitu teknik regresi linier berganda. Selain persamaan juga terdapat perbedaan antara kedua penelitian diantaranya perbedaan variabel penelitian yang dilakukan dwi dan jati menggunakan 8 variabel yaitu 7 variabel independen dan 1 variabel dependen sedangkan penelitian ini menggunakan 5 variabel yaitu 4 variabel independen dan 1 variabel dependen, selain perbedaan tersebut perbedaan lainnya adalah perbedaan periode penelitian. Penelitian Dewi dan Jati menggunakan periode 2009-2014 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2012-2014.
2) Dyah Hayu (2015)
Dyah Hayu pernah melakukan penelitian terkaittax avoidancedengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility (Csr), Profitabilitas, Leverage, Dan Komisaris Independen Terhadap Praktik Penghindaran Pajak. Penelitian yang dilakukan ini memperolah hasil variabel CSR dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan variabel leverage dan Komisaris Independen tidak berpengaruh.
Terdapat beberapa persamaan antara penelitian yang dilakukan Dyah Hayu dengan penelitian ini diantarana, persamaan objek penelitian yang menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdafar di BEI, persamaan variabel bebas yaitu Komisaris Independen dan leverage, persamaan variabel terikat yaitu penghindaran pajak (tax avoidance),selain itu terdapat persamaan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier berganda. Selain persamaan terdapat juga perbedaan antara kedua penelitian ini yaitu perbedaan variabel bebas pada penelitian Dyah Hayu menggunakan variabel CSR dan
(36)
Profitabilitas seangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel tersebut tapi menggunakan variabel size dan capital intensity ratio. Terdapat perbedaan periode penelitian, penelitian Dyah Hayu menggunakan periode tahun 2011-2013 sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun 2012-2014.
3) Fadilla Rachmithasari (2015)
Fadilla Rachmithasari melakukan penelitian mengenai tax avoidance dengan judul Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ). Penelitian ini memeroleh hasil penelitian leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance, sedangkan variabel lainnya yaitu return on assets, Komisaris Independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan kompensasi rugi fiskal mendapatkan hasil yang menunjukkan tidak berpengaruh terhadaptax avoidance.
Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Fadilla Rachmithasari dengan penelitian ini diantaranya, persamaan objek penelitian yang menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdafar di BEI, persamaan 2 variabel bebas yaitu Leverage dan Size serta persamaan variabel terikat yaitu taxavoidance, selain itu terdapat persamaan teknik analisi data yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier berganda. Selain persamaan terdapat juga perbedaan antara kedua penelitian yaitu perbedaan variabel bebas yang digunakan yaitu pada penelitian Fadilla Rachmithasari menggunakan return on assets, corporate governance, dan kompensasi rugi fiskal, sedangkan penelitian ini menggunakan Komisaris Independen, dan capital intensity ratio. Selain itu
(37)
terdapat perbedaan periode penelitian. Penelitian Fadila Rachmithasari menggunakan periode tahun 2011-2013 sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun 2012-2014.
4) Calvin Swingly (2014)
Calvin Swingly juga pernah melakukan penelitian terkait tax avoidance dengan judul pengaruh karakter eksekutif, komite audit, ukuran perusahaan, leverage dan sales growth pada tax avoidance. Penelitian yang dilakukan Calvin Swingly memeroleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa karakter eksekutif dan ukuran perusahaan berpengaruh positif pada tax avoidance, sedangkan leverageberpengaruh negatif padatax avoidance. Variabel komite audit dansales growthtidak berpengaruh padatax avoidance.
Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan Calvin Swingly dengan penelitian ini diantaranya, persamaan objek penelitian yang menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdafar di BEI, persamaan variabel bebas yaitu ukuran perusahaan dan leverage, persamaan variabel terikat yaitu tax avoidance, persamaan metode penentuan sample yaitu metode purpusive sampling,selain itu terdapat persamaan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier berganda. Selain persamaan, juga terdapat perbedaan antara kedua penelitian yaitu, perbedaan beberapa variabel penelitian pada penelitian yang dilakukan Calvin menggunakan variabel bebas pengaruh karakter eksekutif, komite audit, dan sales growth sedangkan penelitian ini ini mengunakan variabel bebas Komisaris Independen dan capital intensity ratio, selain itu terdapat perbedaan periode pengamatan penelitian yang dilakukan
(38)
Calvin Swingly menggunakan periode penelitian tahun 2011-2013 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2012-2014.
5) Danis Ardyansah (2014)
Danis Ardyansah pernah melakukan penelitian yang sejenis dngan penelitian ini dengan judul pengaruh size, leverage, profitability, capital intensity ratio dan Komisaris Independen terhadapeffective tax rate(etr). Penelitian nyang dilakukan Danis Ardyansah memeroleh hasil penelitian yang menunjukkan variabel size (ukuran perusahaan) pengaruh negatif terhadap effective tax rate (ETR), dan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap effective tax rate (ETR), sedangkan variabel leverage, profitabylity dan capital intensity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadapeffective tax rate(ETR).
Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Danis Ardyansah dengan penelitian ini diantaranya, persamaan objek penelitian yang menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdafar di BEI, persamaan beberapa variabel bebas yaitusize, leverage, capital intensity ratio dan Komisaris Independen, persamaan metode penentuan sample yaitu metode purpusive sampling,selain itu terdapat persamaan teknik analisis data yang digunakan yaitu tekniki analisis regresi linier berganda. Selain persamaan juga terdapat perbedaan antara kedua penelitian. Perbedaan variabel bebas penelitian Danis Ardyansah mengunakan profitability sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel profitability, perbedaan variabel terikat pada penelitian Danis Ardyansah menggunkan variabel terikat ETR sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel terikat tax avoidance, selain itu terdapat perbedaan periode penelitian
(39)
yaitu penelitian Danis Ardyansah menggunakan periode penelitian tahun 2010-2012 sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun 2010-2012-2014.
2.3. Rumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Komisaris Independen padaTax Avoidance
Good Corporate Governance adalah sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Komisaris Independen merupakan bagian yang sangat penting dalam menjalankan good corporate governance karena Komisaris Independen ini dapet mengawasi agar good corporate governance ini dapat dilaksanakan dngan baik. UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Komisaris Independen ini sangat penting keberadaannya di perusahaan, karena komisaris ini dapat meminimalkan konflik kepentingan yang disebabkan oleh asimetris informasi yang terjadi di dalam perusahaan yang melibatkan pihak agen dan principal dalam perusahaan tersebut. Selain itu keberadaan Komisaris Independen ini juga dapat menjalankan fungsi sebagai pengawas bagi komisaris internal dalam perusahaan tersebut, maupun sebagai pengawas bagi operasional perusahaan tersebut bagaimana perusahaan dijalankan apakah agar sesuai dengan
(40)
Manurut Fadilla Rachmithasari (2015) jika komisaris independen bertambah maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan yang cukup baik terhadap manajemen perusahaan. Hasil yang negatif menunjukkan bahwa keberadaan peningkatan komisaris independen dapat mencegah terjadinya penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan Fadilla Rachmithasari (2015) memperoleh hasil Komisaris Independen bepengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis pertama penelitian ini adalah.
H1: Komisaris Independen berpengaruh negatif padaTax Avoidance. 2.3.2. PengaruhLeveragepadaTax Avoidance
Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka menunjukkan semakin tinggi ketergantungan perusahaan tersebut untuk membiayai asetnya dari pinjaman atau hutang dari pihak luar. Sedangkan sebaliknya semakin kecil leverage di perusahaan tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai asetnya dengan modalnya sendiri.
Leverage menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Leverage dihitung dari total utang dibagi dengan total aset. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak bergantung pada utang dalam membiayai aset perusahaan. Utang bagi perusahaan memiliki beban tetap yang berupa beban bunga. Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka beban bunga yang harus dibayarkan juga semakin tinggi. Perusahaan yang memiliki utang tinggi akan mendapatkan insentif pajak
(41)
berupa potongan atas bunga pinjaman sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan (Suyanto dan Suparmono, 2012). Karena memiliki leverage yang tinggi dan terdapat beban bunga yang harus di bayar maka perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak agar beban yang dimiliki perusahaan dapat berkurang. Penelitian terkait leverage pernah dilakukan oleh Fadilla Rachmithasari (2015) yang menemukan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah.
H2:Leverageberpengaruh Positif padaTax Avoidance. 2.3.3. PengaruhSizepadaTax Avoidance
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Sudarmadji dan Sularto (2007) semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin besar perputaran uang.
Perusahaan yang memiliki sumber daya (asset) yang besar memiliki banyak sumber informasi yang lebih canggih. Kelebihan-kelebihan tersebut memugkinkan perusahaan besar mampu untuk mengatur perpajakannya dengan melakukantax planning. Perusahaan yang memiliki aset yang besar juga memiliki system pengendalian internal yang kuat. Semakin besar perusahaan cenderung mempunyai manajemen dan sumber dana yang baik dalam menjalankan
(42)
perusahaan. Perusahaan yang memiliki manajemen yang baik maka sumber daya yang dimiliki akan dapat melakukantax planningyang baik sehingga beban pajak yang harus di bayarkan bisa berkurang. Beberapa penelitian terdahulu sudah ada meneliti mengenai pengaruh size pada tax avoidance yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman (2014) ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang dilakukan Calvin Swingly (2014) menemukan bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif padatax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah.
H3:Sizeberpengaruh positif padaTax Avoidance.
2.3.4 Pengaruhcapital intensity ratio padatax avoidance
Capital intensity ratiosering dikaitkan dengan seberapa besar aktiva tetap dan persediaan yang dimiliki perusahaan. Rodiguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari aktiva tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aktiva tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang rendah.
Liu dan Cao (2007) menyebutkan bahwa metode penyusutan aset didorong oleh hukum pajak, sehingga biaya depresiasi dapat dikurangkan pada laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin besar proporsi aktiva tetap dan biaya depresiasi modal, perusahaan akan mempunyai effective tax rate yang rendah. Lebih lanjut, Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa perusahaan yang
(43)
mempunyai aset tetap yang tinggi cenderung melakukan perencanaan pajak, sehingga mempunyai effective tax rate yang rendah. Penelitian terkait capital intensity ratio pernah dilakukan oleh Subakti (2012) yang menemukan bahwa capital intensity ratio berpengaruh positif pada penghindaran pajak, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan lanis (2007) yang menemukan capital intensity ratio berpengaruh positif pada tax avoidance. Berdasarkan uraian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat penelitian adalah sebagai berikut.
(1)
Calvin Swingly menggunakan periode penelitian tahun 2011-2013 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2012-2014.
5) Danis Ardyansah (2014)
Danis Ardyansah pernah melakukan penelitian yang sejenis dngan penelitian ini dengan judul pengaruh size, leverage, profitability, capital intensity ratio dan Komisaris Independen terhadapeffective tax rate(etr). Penelitian nyang dilakukan Danis Ardyansah memeroleh hasil penelitian yang menunjukkan variabel size (ukuran perusahaan) pengaruh negatif terhadap effective tax rate (ETR), dan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap effective tax rate (ETR), sedangkan variabel leverage, profitabylity dan capital intensity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadapeffective tax rate(ETR).
Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Danis Ardyansah dengan penelitian ini diantaranya, persamaan objek penelitian yang menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdafar di BEI, persamaan beberapa variabel bebas yaitusize, leverage, capital intensity ratio dan Komisaris Independen, persamaan metode penentuan sample yaitu metode purpusive sampling,selain itu terdapat persamaan teknik analisis data yang digunakan yaitu tekniki analisis regresi linier berganda. Selain persamaan juga terdapat perbedaan antara kedua penelitian. Perbedaan variabel bebas penelitian Danis Ardyansah mengunakan profitability sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel profitability, perbedaan variabel terikat pada penelitian Danis Ardyansah menggunkan variabel terikat ETR sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel terikat tax avoidance, selain itu terdapat perbedaan periode penelitian
(2)
yaitu penelitian Danis Ardyansah menggunakan periode penelitian tahun 2010-2012 sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun 2010-2012-2014.
2.3. Rumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Komisaris Independen padaTax Avoidance
Good Corporate Governance adalah sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Komisaris Independen merupakan bagian yang sangat penting dalam menjalankan good corporate governance karena Komisaris Independen ini dapet mengawasi agar good corporate governance ini dapat dilaksanakan dngan baik. UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Komisaris Independen ini sangat penting keberadaannya di perusahaan, karena komisaris ini dapat meminimalkan konflik kepentingan yang disebabkan oleh asimetris informasi yang terjadi di dalam perusahaan yang melibatkan pihak agen dan principal dalam perusahaan tersebut. Selain itu keberadaan Komisaris Independen ini juga dapat menjalankan fungsi sebagai pengawas bagi komisaris internal dalam perusahaan tersebut, maupun sebagai pengawas bagi operasional perusahaan tersebut bagaimana perusahaan dijalankan apakah agar sesuai dengan
(3)
Manurut Fadilla Rachmithasari (2015) jika komisaris independen bertambah maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan yang cukup baik terhadap manajemen perusahaan. Hasil yang negatif menunjukkan bahwa keberadaan peningkatan komisaris independen dapat mencegah terjadinya penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan Fadilla Rachmithasari (2015) memperoleh hasil Komisaris Independen bepengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis pertama penelitian ini adalah.
H1: Komisaris Independen berpengaruh negatif padaTax Avoidance.
2.3.2. PengaruhLeveragepadaTax Avoidance
Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka menunjukkan semakin tinggi ketergantungan perusahaan tersebut untuk membiayai asetnya dari pinjaman atau hutang dari pihak luar. Sedangkan sebaliknya semakin kecil leverage di perusahaan tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai asetnya dengan modalnya sendiri.
Leverage menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Leverage dihitung dari total utang dibagi dengan total aset. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak bergantung pada utang dalam membiayai aset perusahaan. Utang bagi perusahaan memiliki beban tetap yang berupa beban bunga. Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka beban bunga yang harus dibayarkan juga semakin tinggi. Perusahaan yang memiliki utang tinggi akan mendapatkan insentif pajak
(4)
berupa potongan atas bunga pinjaman sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan (Suyanto dan Suparmono, 2012). Karena memiliki leverage yang tinggi dan terdapat beban bunga yang harus di bayar maka perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak agar beban yang dimiliki perusahaan dapat berkurang. Penelitian terkait leverage pernah dilakukan oleh Fadilla Rachmithasari (2015) yang menemukan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah.
H2:Leverageberpengaruh Positif padaTax Avoidance.
2.3.3. PengaruhSizepadaTax Avoidance
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Sudarmadji dan Sularto (2007) semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin besar perputaran uang.
Perusahaan yang memiliki sumber daya (asset) yang besar memiliki banyak sumber informasi yang lebih canggih. Kelebihan-kelebihan tersebut memugkinkan perusahaan besar mampu untuk mengatur perpajakannya dengan melakukantax planning. Perusahaan yang memiliki aset yang besar juga memiliki system pengendalian internal yang kuat. Semakin besar perusahaan cenderung mempunyai manajemen dan sumber dana yang baik dalam menjalankan
(5)
perusahaan. Perusahaan yang memiliki manajemen yang baik maka sumber daya yang dimiliki akan dapat melakukantax planningyang baik sehingga beban pajak yang harus di bayarkan bisa berkurang. Beberapa penelitian terdahulu sudah ada meneliti mengenai pengaruh size pada tax avoidance yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman (2014) ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang dilakukan Calvin Swingly (2014) menemukan bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif padatax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah.
H3:Sizeberpengaruh positif padaTax Avoidance.
2.3.4 Pengaruhcapital intensity ratio padatax avoidance
Capital intensity ratiosering dikaitkan dengan seberapa besar aktiva tetap dan persediaan yang dimiliki perusahaan. Rodiguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari aktiva tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aktiva tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang rendah.
Liu dan Cao (2007) menyebutkan bahwa metode penyusutan aset didorong oleh hukum pajak, sehingga biaya depresiasi dapat dikurangkan pada laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin besar proporsi aktiva tetap dan biaya depresiasi modal, perusahaan akan mempunyai effective tax rate yang rendah. Lebih lanjut, Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa perusahaan yang
(6)
mempunyai aset tetap yang tinggi cenderung melakukan perencanaan pajak, sehingga mempunyai effective tax rate yang rendah. Penelitian terkait capital intensity ratio pernah dilakukan oleh Subakti (2012) yang menemukan bahwa capital intensity ratio berpengaruh positif pada penghindaran pajak, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan lanis (2007) yang menemukan capital intensity ratio berpengaruh positif pada tax avoidance. Berdasarkan uraian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat penelitian adalah sebagai berikut.