PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

(1)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Vicky Amelia NIM: 1111082000114

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H / 2015M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Vicky Amelia

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 2 September 1993 3. Alamat : Jalan Wijaya Kusuma Ujung VI

No.80 Rt.011 Rw.001 Kelurahan : Pondok Betung Kecamatan: Pondok Aren

Kotamadya: Tangerang Selatan Kode pos :15221

4. Telepon : 087784102037

5. Email : vickyamelia@ymail.com

6. Ayah : Taufik

7. Ibu : Lenny Marlina

8. Anak ke-, dari : 1 dari 3 bersaudara

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 07 Jakarta Selatan (1999 – 2005) 2. SMP Negeri 235 Jakarta Selatan (2005 – 2008) 3. SMK Negeri 18 Jakarta – Akuntansi (2008 – 2011) 4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

– S1 Akuntansi

(2011 – 2015)

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) 2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi


(7)

vii ABSTRACT

The Effect of Size, Leverage, Profitability, Fixed Asset Intensity, Inventory Intensity and Independen Commissioners to Effective Tax Rate on Manufacturing Companies in Indonesia Stock Exchange Year 2010-2014

This research aims to obtain empirical evidence about the effects of size, leverage, profitability, fixed asset intensity, inventory intensity and independent commisioners to effective tax rate. The independent variables used are size, leverage, profitability, fixed asset intensity, inventory intensity and independent commissioners. The dependent variable used is effective tax rate.

The research population was manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in period of 2010-2014. Sample was collected by purposive

sampling method. Total 23 manufacturing companies were taken as study‟s

sample. Analysis method of this research used multiple regression.

The result showed that the size and profitability significant effect on the effective tax rate. While leverage, profitability, fixed asset intensity, inventory intensity and independent commissioners does not significantly effect the effective tax rate.

Keywords : Size, Leverage, Profitability, Fixed Assets Intensity, Inventory Intensity, Independent Commissioners, Effective Tax Rate.


(8)

viii ABSTRAK

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen terhadap Effective

Tax Rate Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap, intensitas persediaan dan komisaris independen terhadap effective tax rate. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap, intensitas persediaan, dan komisaris independen. Variabel dependen yang digunakan adalah effective tax rate.

Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Sampel yang dikumpulkan menggunakan metode purposive sampling. Total 23 perusahaan ditentukan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate. sedangkan leverage, intensitas aset tetap, intensitas persediaan dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.

Kata Kunci : Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan, Komisaris Independen, Effective Tax Rate.


(9)

ix KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin.

Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT Sang Pencipta Alam Raya, Yang Maha Agung, Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, rahmatan lil „alamiin yang telah mengubah kegelapan menjadi terang benderang bagi kehidupan ummat manusia di dunia maupun akhirat.

Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen, keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada : 1. Kedua orangtua yang paling dan sangat saya cintai yaitu Ayahanda Taufik

dan Ibunda Lenny Marlina. Terima kasih atas untaian doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungannya baik moril maupun material yang telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk kedua orangtua saya.

2. Kedua adik tercinta, Maghfi Salsabilla dan Qorry Nurjannah, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan saya.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekertaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan


(10)

x pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 7. Ibu Yulianti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya selama menempuh masa studi.

9. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2011. Terima kasih telah menjadi teman terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sukses untuk kita semua.

10. Sahabat Nurul Wardah. Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik, untuk kebersamaan dalam melewati susah senang perjalanan di kampus dan menjadi pendengar sekaligus motivator yang baik dan sabar.

11. Untuk teman jalan-jalan, teman satu bimbingan Rika Pratiwi dan teman-teman kosan najda (Monawaroh, Gita Syardiana, dan Ratri Nurjanati). Terimakasih sudah memberikan warna selama masa kuliah, untuk kepedulian, motivasi serta waktunya selama ini.

12. Rekan-rekan Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dita Rohmah, Nur Vitriani, Liliek Khana Aisyah, Amna Suresti dan Noviyansyah Zulkarnaen) yang telah memberikan saran, dukungan, motivasi dan bimbingannya selama skripsi ini.

13. Rekan-rekan Jakampus UIN, terutama ketum Imaduddin yang telah menjadi keluarga kecil diakhir perkuliahan, semangat dan sukses untuk kita semua. 14. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima

kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki, saya benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Agustus 2015


(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ixi

DAFTAR TABEL ... ixiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ... 16

1. Teori Keagenan ... 16

2. Pajak ... 17

3. Effective Tax Rate (ETR) ... 20

4. Ukuran Perusahaan ... 23

5. Leverage ... 24

6. Profitabilitas ... 26


(12)

xii

8. Intensitas Persediaan ... 29

9. Komisaris Independen ... 33

B. Penelitian Sebelumnya ... 37

C. Kerangka Pemikiran ... 40

D. Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51

B. Metode Penentuan Sampel ... 51

C. Metode Pengumpulan Data ... 52

D. Metode Analisis Data ... 53

1. Statistik Deskriptif ... 53

2. Uji Asumsi Klasik ... 54

3. Regresi Berganda ... 58

4. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 60

5. Uji Hipotesis ... 60

E. Operasional Variabel Penelitian ... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 69

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 69

B. Analisis Dan Pembahasan ... 74

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 74

2. Uji Asumsi Klasik ... 77

3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 86

4. Uji Hipotesis ... 87

5. Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102


(13)

xiii DAFTAR PUSTAKA... 105 LAMPIRAN ... 106


(14)

xiv DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 2.1

Keterangan Halaman

Penelitian Sebelumnya...37

Tabel 3.1 Operasional Variabel...68

Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian...73

Tabel 4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur...73

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif...75

Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Park Sebelum Transformasi...78

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Park Sesudah Transformasi...79

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas Menggunakan VIF...80

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov...84

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Uji Durbin Watson...85

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Runs Test...85

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)...86

Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)...87

Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)...88


(15)

xv DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir...42 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot..79 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram...82 Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot...83


(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian...113

Lampiran 2 Perhitungan Data...114

Lampiran 3 Hasil Output SPSS 22 for windows Sebelum Transformasi...119


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar sekitar 250 juta jiwa dan merupakan suatu objek potensial dalam pajak. Indonesia sendiri mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan terletak pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan banyak perusahaan dalam maupun luar negeri yang berada di Indonesia. Tingginya jumlah pertumbuhan perusahaan di Indonesia seperti perusahaan manufaktur maupun jasa menyebabkan roda perekonomian bergerak dengan cepat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Kondisi seperti itu dapat menguntungkan pemerintah dalam penerimaan negara dari sektor pajak.

Waluyo (2011) dalam Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Peranan pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga pemerintah menaruh perhatian khusus pada sektor pajak. Pemerintah di Indonesia sendiri melakukan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya untuk mengoptimalkan sektor perpajakan. Berdasarkan hal tersebut besar kecilnya penerimaan pajak dapat menentukan besarnya anggaran APBN.


(18)

2 Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa subjek pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya.

Perusahaan ketika menerima atau memperoleh penghasilan akan merubah status perpajakannya menjadi wajib pajak dan akan dikenai pajak penghasilan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang-undang disebut wajib pajak. Wajib Pajak akan dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Darmadi dan Zulaikha, 2013).


(19)

3 Perusahaan dalam penghitungan pajaknya menggunakan dasar penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Tarif pajak badan yang berlaku di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat (2) huruf a, huruf b, dan pasal (31E). (Darmadi dan Zulaikha, 2013).

Menurut Mangoting (1999), bagi perusahaan pajak dianggap sebagai biaya sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Perusahaan melakukan manajemen pajak dengan tujuan untuk mengurangi atau menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. Mangoting (1999) menyatakan bahwa manajemen pajak merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban pajak yang benar tetapi jumlah pajak dapat dikurangi atau ditekan serendah mungkin untuk mendapatkan laba dan likuiditas yang diharapkan oleh manajemen. Untuk mendorong pengusaha melakukan usaha yang lebih giat lagi, pemerintah memberikan insentif penurunan tarif Pajak badan dalam negeri. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2b) menjelaskan bahwa:

Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan website resmi Dirjen pajak pada tahun 2011, Pemerintah mencatat penerimaan dari sektor perpajakan sebesar Rp 872,6 triliun atau 99,3% dari target sebesar Rp 878,7 triliun. Perbedaan sebesar Rp 6,1 triliun


(20)

4 tersebut menunjukkan bahwa penerimaan dan target penerimaan dari sektor pajak tidak sesuai dengan yang diharapkan, meskipun dibandingkan pada tahun 2010 penerimaan pajak pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 20,6%. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menyiapkan berbagai langkah-langkah untuk mengamankan target penerimaan pajak, salah satunya adalah pengawasan secara lebih intensif pada sektor usaha yang memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan perpajakan.

Pajak dalam perusahaan mendapatkan perhatian yang cukup signifikan, dikarenakan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima perusahaan sehingga sebisa mungkin perusahaan membayar pajak serendah mungkin. Berbeda dengan pemerintah yang menganggap pajak adalah penerimaan negara yang cukup penting sehingga pemerintah akan menarik pajak setinggi-tingginya. Adanya perbedaan pandangan antara pemerintah dengan manajemen perusahaan mengenai pajak menyebabkan banyak perusahaan ketika mendapatkan beban pajak yang dirasakan terlalu berat maka mendorong manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan memanipulasi laba perusahaan (Wulandari, dkk, 2004).

Upaya pemerintah untuk melakukan pengoptimalan dalam sektor pajak ini bukan tanpa kendala. Salah satu kendala pemerintah dalam upaya pengoptimalan sektor pajak ini adalah penghindaran pajak (Tax Avoidance) dan penggelapan pajak (Tax Evasion) atau dengan berbagai kebijakan yang diterapkan perusahaan untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayar


(21)

5 perusahaan, salah satunya adalah perusahaan dapat memilih metode akuntansi yang tepat untuk menurunkan effective tax rate (ETR). Penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu tindakan yang benar-benar legal (Zain dalam Ardyansah, 2014).

Upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti perencanaan pajak (tax planning), penghindaraan pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion). Berbagai kebijakan dapat diambil oleh perusahaan guna menurunkan jumlah beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan termasuk dalam pemilihan metode akuntansi sehingga dapat menurunkan besaran pajak efektif. Pengukuran perencanaan pajak yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan tarif pajak efektif (effective tax rate/ETR). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Karayan dan Swenson (2007), salah satu cara untuk mengukur seberapa baik sebuah perusahaan mengelola pajaknya adalah dengan melihat tarif efektifnya. Tarif pajak efektif adalah perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial sebelum pajak (Richardson dan Lanis, 2007). Keberadaan nilai effective tax rate

(ETR) merupakan salah satu bentuk perhitungan nilai tarif ideal pajak yang dihitung dalam sebuah perusahaan, oleh karena itu keberadaan dari effective tax rate (ETR) kemudian menjadi suatu perhatian yang khusus pada berbagai penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif dari berbagai insentif pajak dan perubahan tarif pajak perusahaan. (Liansheng et al., 2007)


(22)

6 Dengan adanya beban pajak akan mengurangi laba bersih perusahaan. Oleh karena itu perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak atau bahkan melakukan penghindaran pajak illegal yang sering disebut dengan penggelapan pajak. Kasus Asian Agri yang terungkap pertama kali pada awal tahun 2007 merupakan kasus penggelapan pajak terbesar. Kasus tersebut adalah contoh nyata dari upaya sejumlah perusahaan untuk menghindari pajak secara illegal. Sejumlah perusahaan bersedia untuk menyuap petugas pajak (fiskus) agar beban pajak yang dibayar perusahaan berkurang. Upaya-upaya sejumlah perusahaan tersebut akan merugikan perusahaan dikemudian hari, maka perusahaan seharusnya melakukan penghindaran pajak dengan cara-cara yang legal karena dalam ketentuan perpajakan masih terdapat berbagai celah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan optimal dan minimum (secara keseluruhan). Optimal berarti bahwa, perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang semestinya tidak harus dibayar, membayar pajak dengan jumlah yang paling sedikit namun tetap dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.

(https://triyani.wordpress.com/2008/06/06/pengindaran-pajak-vs-penggelapan-pajak/).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk membayar pajak, ukuran perusahaan (size) misalnya merupakan variabel yang paling banyak digunakan untuk meneliti beban pajak perusahaan (Rodriguez


(23)

7 dan Arias, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003) dan Richardson dan Lanis (2007) menjelaskan bahwa perusahaan yang termasuk dalam perusahaan berskala besar membayar pajak lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil. Hasil penelitian Derashid dan Zhang (2003) dan Richardson dan Lanis (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif.

Porcano dalam Noor et al. (2010) menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar mempunyai lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan untuk perencanaan pajak dan lobi politik. Tetapi ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa perusahan yang berskala besar membayar pajak lebih besar daripada perusahaan berskala kecil, ini dikarenakan adanya political cost yang menyebabkan jumlah beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan besar menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya (Zimmerman, dalam Noor et al., 2010).

Leverage menjelaskan hubungan antara penggunaan dana perusahaan yang diperoleh dari utang. Utang dapat menyebabkan penurunan pajak dikarenakan adanya biaya bunga yang timbul dari utang yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan. Penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. (Prabowo 2006 dalam Darmadi, 2013) menjelaskan bahwa bunga pinjaman baik yang dibayar maupun yang belum dibayar pada saat jatuh tempo adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang


(24)

8 sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahaan dengan jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate (ETR) yang lebih rendah karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan (Noor et al., 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha (2013) menemukan bahwa semakin banyak penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan maka semakin baik tarif pajak efektif yang dihasilkan oleh perusahaan ditandai dengan semakin rendahnya tarif pajak efektifnya, dikarenakan biaya bunga merupakan faktor pengurang dalam pajak. Hasil penelitian oleh Hanum dan Zulaikha (2013) menemukan bahwa

leverage berpengaruh positif terhadap effective tax rate. Penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa leverage

memiliki arah yang positif menunjukkan bahwa peningkatan biaya bunga diikuti dengan peningkatan biaya pajak. Perusahaan menggunakan utang yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga menghasilkan pendapatan di luar usaha perusahaan. Hal ini membuat laba yang diperoleh perusahaan naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang ditanggung perusahaan. Hasil penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa

leverage mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap effective tax rate. Karena adanya perbedaan hasil penelitian dan data yang terus menerus mengalami perubahan, maka diperlukan penelitian untuk mengatasi masalah ini.


(25)

9 Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai pajak yang tinggi. Pada Undang Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 dijelaskan bahwa penghasilan yang diterima oleh subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan, sehingga semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kepada perusahaan (Richardson dan Lanis, 2007). Hasil penelitian oleh Richardson dan Roman (2007) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) menemukan bahwa besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Penyebabnya adalah karena perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan yang memiliki pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang dapat menyebabkan tarif pajak efektif perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya (Noor et al., 2010). Hasil penelitian oleh Noor et al. (2010) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif.

Intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi pajak perusahaan karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap tersebut. Beban depresiasi tersebut akan menjadi pengurang terhadap pajak yang harus dibayar oleh perusahaan (Blocher et al., 2007). Dalam penelitian


(26)

10 di Malaysia yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan membayar pajaknya lebih rendah, karena perusahaan mendapatkan keuntungan dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Hasil penelitian oleh Noor et al. (2010) menemukan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi menanggung beban pajak yang tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan mempunyai aset tetap yang sudah habis manfaat ekonominya tetapi tidak dihentikan pengakuannya dan untuk aset bergerak seperti kendaraan jika dibawa pulang oleh penggunanya maka tidak semua biaya penyusutan atau pemeliharaan dapat dibebankan melainkan hanya sebasar 50%. Adanya perlakuan terhadap biaya penyusutan terhadap aset tetap dapat mempengaruhi perhitungan jumlah pajak yang ditanggung perusahaan. Hasil penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa intensitas aset tetap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.

Besarnya intensitas persedian dapat menimbulkan biaya tambahan yang dapat mengurangi laba perusahaan. PSAK No 14 (Revisi 2008) menjelaskan jumlah pemborosan (bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi), biaya penyimpanan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode


(27)

11 terjadinya biaya. Biaya tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan terhadap persediaan akan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan. Adanya hubungan linear antara laba perusahaan dengan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan menyebabkan penurunan pembayaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013).

Penelitian tentang intensitas persediaan yang telah dilakukan oleh Richardson dan Lanis (2007), Noor et al. (2010), dan Chiao et al. (2012) menemukan bahwa intensitas persediaan berakibat pada bertambahnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Bertambahnya jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan dikarenakan tidak adanya faktor pengurang pajak dalam kepemilikan persediaan. Hasil penelitian oleh Richardson dan Lanis (2007), Noor et al. (2010), dan Chiao et al. (2012) menemukan bahwa intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.

Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai latar belakang kegiatan bisnis perusahaan dapat mempengaruhi kinerja pengawasan komisaris independen terhadap manajemen perusahaan dan mengakibatkan gagalnya perumusan strategi perusahaan yang efektif termasuk dalam strategi yang berhubungan dengan pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabli dan Noor (2012) bahwa komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa banyaknya proporsi komisaris independen yang semakin besar dapat berpengaruh pada beban pembayaran pajak yang lebih tinggi.


(28)

12 Komisaris independen akan melaporkan jumlah pajak sesuai dengan tarif pajak yang berlaku terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Seperti yang dijelaskan Suyanto (2012) semakin banyak jumlah komisaris independen maka pengawasan terhadap agen akan semakin ketat. Hasil penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.

Berkembangnya sistem perpajakan dan semakin ketatnya regulasi pemerintah mengenai sistem perpajakan yang ada di Indonesia, serta berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi effective tax rate pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dikarenakan karena perusahaan manufaktur cukup mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan untuk mendapatkan hasil yang tidak bias dan akurat, karena setiap jenis bidang usaha memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014).

a. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian sebelumnya menggunakan variabel size, leverage, profitability, capital intensity ratio

dan komisaris independen. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel intensitas persediaan.


(29)

13 b. Berdasarkan penelitian sebelumnya, data diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Sedangkan dalam penelitian ini, data diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai beerikut:

1. Apakahukuran perusahaan berpengaruh terhadap effective tax rate? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap effective tax rate?

3. Apakah profitabilitasberpengaruh terhadap effective tax rate? 4. Apakah intensitas aset tetapberpengaruh terhadap effective tax rate? 5. Apakah intensitas persediaanberpengaruh terhadap effective tax rate? 6. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap effective tax rate?


(30)

14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh ukuran perusahaanterhadap effective tax rate; 2. Pengaruh leverage terhadap effective tax rate;

3. Pengaruh profitabilitasterhadap effective tax rate;

4. Pengaruh intensitas aset tetap terhadap effective tax rate;

5. Pengaruh intesitas persediaan terhadap effective tax rate;

6. Pengaruh komisaris independen terhadap effective tax rate;

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis

Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara lain adalah sebagai berikut:

1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk menambah pengetahuan akuntansi.

3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai topik ini.


(31)

15 b. Kontribusi Praktis

Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi praktis antara lain adalah sebagai berikut:

1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan agar dapat lebih memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.

2) Bagi perusahaan agar perusahaan dapat lebih baik lagi dalam upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan.


(32)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori agensi adalah kontrak antara satu atau beberapa principal yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Dalam pendelegasian wewenang pemilik (principal) kepada manajer (agent), manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik.

Teori keagenan juga mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai pihak agen dan pemilik sebagai prinsipal. Manajemen sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi


(33)

17 perusahaan (Irfan dalam Melinda dan Nur, 2013). Dalam pelaksanaan kontrak akan timbul biaya agensi (agency cost), yaitu biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan kontrak ataupun melakukan pengawasan (Masri dan Martani, 2012).

Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat mempengaruhi berbagai hal yang menyangkut kinerja perusahaan, salah satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system yaitu wewenang yang diberikan oleh pemerintah untuk menghitung dan melaporkan pajak sendiri. Penggunaaan self assessment system dapat memberikan kesempatan pihak agen untuk menghitung penghasilan kena pajak serendah mungkin, sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi turun. Hal ini dilakukan pihak agen karena adanya asimetris informasi terhadap pihak prinsipal, dengan melakukan manajemen pajak maka pihak agen akan memperoleh keuntungan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari kerjasama dengan pihak prinsipal (Ardyansah dan Zulaikha, 2014).

2. Pajak

Salah satu cara negara untuk melakukan pembiayaan pembangunan adalah dengan cara menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yang berupa pajak. Serta menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan


(34)

undang-18 undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Berikut ini beberapa pengertian Pajak yang dikutip oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1992:2-6) sebagai berikut

a. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

c. Menurut Prof. Edwin R.A, Seligmen “Pajak itu merupakan suatu kontribusi seseorang yang bersifat paksaan kepada pemerintah/negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bertalian dengan masyarakat umum tanpa adanya manfaat/keuntungan-keuntungan yang ditunjukan secara khusus kepada seseorang sebagai imbalannya”


(35)

19 d. Menurut Mr. Dr. N. J. Fieldmann “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan secara sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

e. Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”

f. Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaya “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak adalah:

1) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah berdasarkan undang-undang perpajakan dan aturan pelaksanaanya dapat dipaksakan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah yang dilakukan oleh para wajib pajak.


(36)

20 3) Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak atau administrator pajak).

4) Pajak digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan jika ada surplus digunakan untuk membiayai public investment dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan

3. Effective Tax Rate (ETR)

Menurut Richardson dan Lanis (2007) Tarif pajak efektif adalah perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial sebelum pajak. Tarif pajak efektif digunakan untuk mengukur dampak perubahan kebijakan perpajakan atas beban pajak perusahaan. Dengan menggunakan tarif pajak efektif kita bisa mengetahui seberapa besar persentase perusahaan sebenarnya membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh oleh perusahaan. Serta dari tarif pajak efektif ini perusahaan bisa melihat berapa riilnya perusahaan membayar pajak apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang ditetapkan berdasarkan laba komersial sebelum pajak perusahaan tersebut. Tarif pajak efektif perusahaan merupakan ukuran penting dari beban pajak bagi para pembuat kebijakan untuk jenis usaha tertentu dan dalam pemberian insentif kepada wajib pajak. (Haryadi, 2012).

Dan tarif pajak efektif ini juga bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut dalam memanajemen sistem


(37)

21 perpajakan yang berlaku. Karena apabila perusahaan memiliki persentase tarif pajak efektif yang lebih tinggi dari tarif yang ditetapkan maka perusahaan kurang maksimal dalam memaksimalkan insentif-insentif perpajakan yang ada maka dapat memperkecil persentase pembayaran pajak dari laba komersial. Serta tarif pajak efektif ini juga sering digunakan oleh para pembuat keputusan dan pihak yang berkepentingan sebagai alat dalam membuat kesimpulan mengenai sistem perpajakan (Jurnal Stickney dan McGee dalam Haryadi, 2012).

Price Waterhouse Coopers (PWC) merumuskan tarif pajak efektif sebagai total pajak penghasilan terutang dibagi dengan penghasilan sebelum pajak. Total pajak penghasilan terutang merupakan beban pajak yang dibayarkan pada tahun berjalan (Handayani dan Arfan, 2014). Dari definisi tersebut effective tax rate (ETR) mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase perusahaan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan. Dan dari tarif pajak efektif ini perusahaan bisa melihat berapa pajak yang sebenarnya dibayar apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang ditetapkan berdasarkan laba komersial sebelum pajak perusahaan tersebut. Tarif pajak efektif perusahaan merupakan ukuran penting dari beban pajak bagi para pembuat kebijakan untuk jenis usaha tertentu dan dalam pemberian insentif kepada wajib pajak. Sedangkan di pihak pemerintah tarif pajak efektif ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan kebijakan dalam membuat peraturan perpajakan tentang


(38)

22 insentif yang akan diberikan kepada wajib pajak tertentu serta dalam penetapan tarif pajak yang berlaku. Sehingga tarif pajak efektif ini sangat penting digunakan untuk mengukur dampak perbedaan kebijakan perpajakan dengan kebijakan akuntansi atas beban pajak perusahaan. (Haryadi, 2012).

Menurut Deviani (2009) dalam penelitiannya membedakan beban pajak perusahaan atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan mencerminkan besarnya beda waktu yang dikalikan dengan suatu tarif pajak marginal. Beban pajak tangguhan ini muncul karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan menurut akuntansi dan pajak. Beban pajak kini mencerminkan adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap sebagai akibat adanya perbedaan aturan perpajakan dengan standar akuntansi.

Beberapa alasan mendasar terkait dengan penetapan effective tax rate (ETR) perusahaan. Alasan pertama adalah adanya pengaruh politik yang terjadi dalam proses perpajakan. Pengaruh perubahan politik terkadang dapat menyebabkan adanya intervensi tergantung dengan bagaimana pihak-pihak yang berkuasa dan yang berkepentingan. Tidak transparasinya proses penetapan tarif pajak yang dilakukan pemerintah menyebabkan adanya kemungkinan intervensi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan. Alasan kedua adalah kandungan informasi laporan pajak perusahaan yang ditimbulkan oleh para investor. Dengan laporan pajak maka para investor dapat melihat sejauh mana


(39)

23 perusahaan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan investor yang cenderung memilih berada pada jalur aman dalam setiap investasinya Kevin dan Thomas (1985) dalam Aunalal (2011).

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan indikator untuk mengukur tahap kedewasaan suatu perusahaan. Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki total aset dalam jumlah besar, untuk perusahaan yang memiliki total aset yang lebih kecil dari perusahaan besar maka dapat dikategorikan dalam perusahaan menengah, dan yang memiliki total aset jauh dibawah perusahaan besar dapat dikategorikan sebagai perusahaan kecil (Darmadi dan Zulaikha, 2013).

Zimmerman (1983) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan sebagai proksi dari political cost dianggap sangat sensitif terhadap perilaku pelaporan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (1983) menjelaskan bahwa perusahaan yang lebih besar akan membayar pajak yang lebih tinggi, sehingga dengan besaran laba yang semakin besar maka akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Perusahaan dengan jumlah aset yang tinggi maka akan meningkatkan jumlah produktivitas juga. Ketika produktivitas meningkat maka jumlah laba yang dihasilkan perusahaan akan semakin meningkat pula dan laba adalah faktor yang mempengaruhi beban pajak yang dihasilkan.


(40)

24 Menurut Richardson dan Lanis (2007) ada dua pandangan yang saling bersaing tentang hubungan antara effective tax rate (ETR) dan ukuran perusahaan: the political cost theory dan the political power theory. The political cost theory mempunyai visibilitas yang tinggi, hal ini menyebabkan perusahaan akan menjadi sorotan pemerintah dan menjadi korban regulasi dari kebijakan pemerintah. Sedangkan the political power theory menjelaskan hubungan antara perusahaan besar dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memanipulasi proses politik melakukan tax planning untuk mencapai penghematan pajak yang optimal.

5. Leverage

Leverage banyaknya jumlah utang yang dimiliki perusahaan dalam melakukan pembiayaan dan dapat digunakan untuk mengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. Perusahaan yang mempunyai tingkat

leverage yang tinggi mempunyai ketergantungan pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat

leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri (Yulfaida dan Zulaikha, 2012).

Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang. Dalam hal ini utang berbanding terbalik dengan laba sehingga jika utang semakin besar maka laba akan semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan


(41)

25 pajak, semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban pajaknya (Tiearya, 2012).

Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa pemilihan utang dan modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya biaya bunga pada utang menjadi pertimbangan penggunaan utang sebagai sumber pendanaan oleh perusahaan (Masri dan Martani, 2012). Modigliani dan Miller dalam Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa biaya bunga merupakan faktor pengurang pajak penghasilan sehingga dapat digunakan untuk menghemat pajak.

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang). Jenis rasio utang (Leverage ratio) dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik


(42)

26 dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil (Kasmir, 2009:160).

Leverage menjelaskan hubungan antara penggunaan dana perusahaan yang diperoleh dari utang. Penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahan dengan jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate

(ETR) yang lebih rendah karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan (Noor et al, 2010).

6. Profitabilitas

Atarwaman (2011) menjelaskan bahwa profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki. Ghozali dan Chariri dalam Atarwaman (2011) menjelaskan laba akuntansi merupakan selisih pengukuran


(43)

27 pendapatan dan biaya. Selisih antara pendapatan yang diterima oleh perusahaan akan dikurangkan dengan biaya untuk melihat kinerja perusahaan apakah mendapatkan laba atau merugi dari kegiatan usaha perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013).

Ketika perusahaan telah mengalami laba, maka dapat dikatakan bahwa manajemen telah bekerja dengan baik dalam memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga pendapatan yang diterima oleh perusahaan lebih besar daripada biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pendapatan (Atarwaman, 2011). Perusahaan yang menerima penghasilan atau mendapatkan laba dari kegiatan usahanya diwajibkan untuk membayar pajak atas penghasilan yang diterima. Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan dikenakan kepada subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun pajak. Semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan berpengaruh pada besarnya pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan (Richardson dan Lanis, 2007).

Menurut Rodriguez dan Arias (2012) profitabilitas merupakan salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar akan membayar pajak setiap tahun. Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang rendah atau bahkan mengalami kerugian akan membayar pajak yang lebih sedikit atau tidak sama sekali. Selain itu dengan menggunakan kompensasi kerugian, perusahaan dapat mengurangi kewajiban membayar pajak untuk tahun


(44)

28 buku sebelumnya atau berikutnya. Semua ini merupakan manfaat beban pajak untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami kerugian. Berdasarkan konsep tersebut, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dapat secara langsung mempengaruhi tarif efektif perusahaan membayar pajak.

7. Intensitas Aset Tetap

Aset tetap merupakan komponen aset yang paling besar nilainya di dalam neraca (Laporan Posisi Keuangan) sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan padat modal seperti perusahaan manufaktur. Martani

et al. (2012) mendefinisikan aset tetap adalah aset berwujud yang:

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi.

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Martani et al. (2012) menjelaskan bahwa aset tetap suatu entitas memiliki masa manfaat lebih dari satu periode dan seiring dengan pemakaian aset tetap tersebut maka kemampuan potensial aset tetap tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan semakin berkurang. Oleh karena itu, biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjang umur dari aset tersebut secara sistematis. Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai secara sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut (Martani et al, 2012). Dalam manajemen pajak, depresiasi dapat dijadikan sebagai pengurang beban


(45)

29 pajak. Perusahaan dengan rasio aset tetap dibanding dengan total aset yang besar, akan membayar pajak lebih rendah dibanding perusahaan yang memiliki rasio lebih kecil (Blocher et al, 2007).

8. Intensitas Persediaan

Usaha manufaktur biasanya mempunyai 5 (lima) jenis persediaan, yaitu sebagai berikut: (Agoes, 2013:54)

a. Bahan baku dan bahan pelengkap

Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai dalam produksi.

Bahan baku masih dapat digolongkan ke dalam bahan baku langsung dan bahan pembantu. Bahan baku langsung adalah bahan-bahan yang dapat diidentifikasi langsung dalam produk, misalnya bahan kayu untuk pembuatan lemari. Bahan baku pelengkap adalah bahan yang tidak dapat diidentifikasi dalam produk, seperti minyak pelumas dan kertas amplas. Bahan tersebut secara fisik tidak terlihat dalam produk. b. Barang dalam pengolahan

Barang dalam pengolahan (work in process) adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian. Untuk menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan sehingga membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya.


(46)

30 c. Barang jadi

Barang jadi (finished goods) adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah selesai dibebankan. Persediaan meliputi barang-barang yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan atau yang dititipkan kepada pihak lain. Barang-barang yang tidak dapat lagi dijual atau digunakan untuk produksi tidak digolongkan ke dalam persediaan. Persediaan semacam ini dimasukkan sebagai bagian aset lain-lain.

d. Barang dalam perjalanan

Barang dalam perjalanan (goods in transit) adalah barang yang dikirimkan atas dasar FOB Shipping Point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperhitungkan pada catatan pembeli. Apabila tidak diperhitungkan maka persediaan dan utang usaha akan terlalu rendah dicatat dalam neraca serta pembelian dan persediaan akhir akan terlalu rendah dicatat dalam laporan laba rugi.

e. Barang konsinyasi

Barang konsinyasi (consigned goods) adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetapi merupakan kepemilikan dari

consignor dan dimasukkan dalam persediaan consignor sebesar harga beli atau biaya produksi. Consigned goods akan diungkapkan dalam


(47)

31 catatan tersendiri. Consignee harus hati-hati agar tidak memasukkan setiap barang konsinyasi sebagai bagian dari persediaan.

Investasi persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur dengan rasio perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset (Richardson dan Lanis, 2007). Rasio ini dapat digunakan untuk analisis apakah investasi perusahaan terhadap persediaan telah sesuai dengan kebutuhan atau malah terjadi pemborosan. Beberapa fungsi dari persediaan menurut Herjanto (2007:238) antara lain:

a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang diperlukan oleh perusahaan.

b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman

sehingga persediaan tidak akan kesulitan jika bahan baku tidak tersedia di pasaran.

e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.

Perusahaan yang memiliki jumlah persediaan yang besar membutuhkan biaya yang besar untuk mengatur persediaan yang ada. Herjanto (2007:237) menjelaskan bahwa jumlah persediaan yang besar akan mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar,


(48)

32 meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya (Martani et al, 2012).

PSAK No. 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset yang; (i) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (ii) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; (iii) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Investasi persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur dengan rasio perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset (Richardson dan Lanis, 2007). Rasio ini dapat digunakan untuk analisis apakah investasi perusahaan terhadap persediaan telah sesuai dengan kebutuhan atau malah terjadi pemborosan.

PSAK No. 14 (revisi 2008) menjelaskan bahwa biaya tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan pada persediaan harus dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai biaya dalam periode terjadinya biaya. Dengan dikeluarkannya biaya tambahan dari persediaan dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya, maka dapat menyebabkan penurunan laba perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013). Ketika perusahaan mengalami penurunan laba, maka perusahaan akan membayar pajak lebih rendah sesuai dengan laba yang diterima oleh perusahaan.


(49)

33 9. Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan (Ujiyantho dan Bambang, 2007).

Komisaris independen memiliki peran yang sangat penting dalam penerapan corporate governance karena keberadaan dewan komisaris belum dapat memberikan jaminan terlaksananya prinsip-prinsip corporate governance, khususnya mengenai perlindungan terhadap investor. Untuk mendorong implementasi corporate governance, dibentuk sebuah organ tambahan dalam struktur perseroan. Organ tambahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerapan corporate governance di dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia (Surya dan Yustiavandana, 2006:133).

Rifai (2009) menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan untuk menjaga fairness serta memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakeholder

lainnya. Komisaris independen sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia terutama bagi perusahaan-perusahaan publik.


(50)

34 Dengan adanya komisaris independen semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang

suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan akuntabilitas yang lebih tinggi (Rifai, 2009).

Surya dan Yustiavandana (2006:135) menjelaskan bahwa komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan tersebut. Dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat terjadinya keseimbangan dalam perusahaan antara manajemen perusahaan dan para stakeholder-nya.

Keberadaan komisaris independen berdasarkan peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jajaran anggota dewan komisaris. Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tercatat.

Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-29/PM/2004 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor IX.I.5 adalah sebagai berikut:


(51)

35 1) Komisaris Independen tidak memiliki saham baik langsung maupun

tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;

2) Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau Perusahaan Publik, Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik;

3) Komisaris Independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;

4) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.

Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-tugas utama meliputi (Surya dan Yustiavandana, 2006:138):

1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan, memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi, dan penjualan aset. Tugas ini terkait dengan tanggung jawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen (accountability).

2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan (trancparency) dan adil (fairness).


(52)

36 3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini memberikan perlindungan terhadap hak-hak para pemegang saham (fairness).

4) Memonitor pelaksanaan governance, dan melakukan perubahan jika diperlukan.

5) Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam perusahaan untuk menyediakan informasi yang tepat waktu dan jelas.

Komisaris independen mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap tingkat perusahaan dalam membayar pajak. Menurut Suyanto (2012) semakin banyak jumlah komisaris independen maka pengawasan terhadap agen akan semakin ketat. Karena adanya pengawasan lebih dari komisaris independen maka diprediksi tingkat pajak efektifnya sesuai dengan semestinya. Komisaris independen selalu mengawasi agar perusahaan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku (Ardyansah, 2014).


(53)

37 B. Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1 yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya No Peneliti dan Judul

(Tahun)

Metode Penelitian

Hasil

Persamaan Perbedaan

1 Ardyansah dan Zulaikha (2014)

1. Variabel dependen:

Effective Tax Rate

2. Variabel Independen:

Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio, dan Komisaris Independen

1. Intensitas Persediaan

Variabel size (ukuran perusahaan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR) dengan arah negatif

Variabel leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Variabel profitability tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate

(ETR).

Variabel capital intensity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR).

Variabel komisaris komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

effective tax rate (ETR) dengan arah positif. Bersambung ke halaman selanjutnya


(54)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti dan Judul (Tahun)

Metode Penelitian

Hasil

Persamaan Perbedaan

2

Chiao et, al. (2012)

Determinants of Effect Tax Rates for Firms Listed on

China‟s Stock Markets: Panel Models With Two-Sided Cencors

1. Variabel dependen:

Effective Tax Rate

2. Variabel Independen: Kepemilikan Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,

Intensitas Persediaan dan Leverage

1. Variabel Independen: Komisaris

Independen

Kepemilikan saham oleh pemerintah dan kepemilikan aset tetap tidak ada memiliki pengaruh dengan tarif pajak efektif.

Ukuran perusahaan, ROA dan intensitas persediaan pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.

Variabel independen hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif.

3

Teddy Haryadi (2012)

“Pengaruh Intensitas Modal, Leverage, dan Ukuran Perusahaan TerhadapTarif Pajak Efektif Pada

Perusahaan

Pertambangan di BEI Tahun 2010-2011

1. Variabel Dependen: Tarif Pajak Efektif 2. Variabel Independen:

Ukuran Perusahaan, hutang perusahaan

1. Variabel Independen: Intensitas Modal, Profitabilitas,

Intensitas Aset Tetap, dan Komisaris

Independen

Intensitas modal dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.

Variabel leverage akan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif


(55)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti dan Judul (Tahun)

Metode Penelitian

Hasil

Persamaan Perbedaan

4

Noor et al. (2008)

Corporate Effective Tax Rates: a Study on Malaysian Public Listed Companies

1. Variabel Dependen: Tarif Pajak Efektif 2. Variabel

Independen: Ukuran Perusahaan, Intensitas Persediaan, Profitabilitas, Hutang Perusahaan,

Intensitas Aset Tetap

1. Variabel Independen: Komisaris Independen

Ukuran perusahaan dan intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.

ROA, hutang perusahaan dan intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif

Untuk jenis usaha perusahaan didapatkan hasil bahwa industri produk, perdagangan dan jasa, consumer product, pertanian, teknologi dan properti memiliki tarif pajak efektif yang rendah dibanding sektor lain.

5

Richardson dan Lanis (2007)

“Determinants of The Variability in

Corporate Effective Tax Rates and Tax Reform : Evidence From Australia”

1. Variabel Dependen:

Effective Tax Rate

2. Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, hutang finansial, intensitas aset tetap, dan intensitas persediaan

1. Variabel Independen: Komisaris Independen, profitabilitas, intensitas penelitian dan

pengembangan

Ukuran perusahaan, hutang finansial, intensitas aset tetap, intensitas penelitian dan pengembangan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif

Untuk variabel intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif


(56)

40 C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengenai pengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Terdapat beberapa variabel yang ingin diteliti oleh peneliti karena diindikasikan mempengaruhi tarif pajak efektif. Diantaranya: Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen yang dalam hal ini menjadi variabel independen dan Tarif Pajak Efektif yang akan menjadi variabel yang dipengaruhi atau dependen.

Penelitian ini mengambil perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014. Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih secara cermat dengan karakteristik populasi yang dicari oleh peneliti sehingga relevan dengan rancangan penelitian yang diharapkan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut:


(57)

41 Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran menyeluruh tentang penelitian ini tergambar dalam 2.1 alur penelitian seperti berikut:

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas,Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan, dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate

(ETR)

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014

Basis Teori

Variabel Independen Ukuran Perusahaan (X1) (Ardyansah dan Zulaikha:2014)

Leverage (X2)

(Ardyansah dan Zulaikha:2014) Profitabilitas (X3) (Ardyansah dan Zulaikha:2014)

Intensitas Aset Tetap (X4) (Ardyansah dan Zulaikha:2014)

Intensitas Persediaan (X5) (Chiao et, al:2012) Komisaris Independen (X6) (Ardyansah dan Zulaikha:2014)

Variabel Dependen

Effective Tax Rate (Y) (Ardyansah dan Zulaikha:2014)


(58)

42 Gambar 2.1 (Lanjutan)

Statistik Deskriptif

Uji Asumsi Klasik: - Uji Heterokedastisitas - Uji Multikolonieritas - Uji Normalitas - Uji Autokorelasi

Regresi Berganda

Uji Hipotesis:

- Uji Simultan dengan F-test - Uji Parsial dengan t-test

Hasil Penelitian dan Pembahasan


(59)

43 D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu hubungan sebab akibat suatu masalah yang akan dibuktikan kebenarannya berdasarkan fakta-fakta yang ada dengan menguji atau mengolah data-data yang telah diperoleh. Hubungan sebab akibat yang ada merupakan variabel-variabel yang diwujudkan dalam pernyataan.

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Effective Tax Rate (ETR)

Size atau ukuran perusahaan dapat diartikan suatu skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya menurut berbagai cara, salah satunya adalah dengan besar kecilnya aset yang dimiliki. Ukuran perusahaan dapat menentukan besar kecilnya aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar aset yang dimiliki semakin meningkat juga jumlah produktifitas. Hal itu akan menghasilkan laba yang semakin meningkat dan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak. Perusahaan besar cenderung memiliki ruang lebih besar untuk perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan ETR perusahaan (Rodriguez dan Arias, 2012).

Penelitian Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan laba yang tinggi yang diperoleh perusahaan memberikan konsekuensi akan semakin tingginya pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kondisi ini menjadikan manajer akan berusaha memperkecil pajak yang dilaporkan namun dengan melaporkan laba yang tetap tinggi, dimana salah satunya


(60)

44 adalah dengan mengalihkan ke dalam pajak ditahan. Kondisi demikian dapat menyebabkan beban pajak total menjadi lebih kecil. Adanya pengaruh negatif yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap ETR dikarenakan perusahaan besar memiliki ruang lebih besar untuk perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan ETR perusahaan. Derashid dan Zhang (2003) menjelaskan bahwa perusahaan yang termasuk dalam perusahaan berskala besar membayar pajak lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil, ini disebabkan karena perusahaan berskala besar mempunyai lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan untuk perencanaan pajak dan lobi politik. Lebih lanjut Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan bahwa, semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah effective tax rate (ETR) yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan dan teori dari penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Effective Tax Rate (ETR)

2. Pengaruh Leverage terhadap Effective Tax Rate (ETR)

Utang adalah sumber pembiayaan eksternal yang merupakan kewajiban keuangan kepada pihak lain. Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang. Dalam hal ini utang berbanding terbalik dengan laba


(61)

45 sehingga jika utang semakin besar maka laba akan semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan pajak, semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban pajaknya (Tiearya, 2012).

Utang dapat digunakan oleh manajer untuk menekan biaya pajak perusahaan dengan memanfaatkan biaya bunga utang. Menurut Darmadi dan Zulaikha (2013), jika biaya bunga pada utang dapat digunakan untuk menekan beban pajak, maka ada kemungkinan manajer memilih menggunakan utang untuk pendanaan guna mendapatkan benefit berupa biaya bunga pada utang. Biaya bunga pada utang yang timbul akan digunakan sebagai pengurang pajak sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), mendapatkan hasil bahwa utang perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif yang menggambarkan bahwa utang perusahaan dapat membantu mengurangi beban pajak perusahaan.

Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa pemilihan utang dan modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya biaya bunga pada utang menjadi pertimbangan penggunaan utang sebagai sumber pendanaan oleh perusahaan (Masri dan Martani, 2012). Modigliani dan Miller dalam Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa biaya bunga merupakan faktor pengurang pajak penghasilan sehingga dapat digunakan untuk menghemat pajak.


(62)

46 Di sisi lain, penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahaan dengan jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate (ETR) yang lebih rendah karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan (Noor et al, 2008). Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis yaitu:

H2 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate

3. Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Effective Tax Rate (ETR) Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah. Penyebabnya adalah karena pajak penghasilan perusahaan akan dikenakan berdasarkan besarnya penghasilan yang diterima oleh perusahaan. Undang Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan dibebankan kepada subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun pajak. Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Noor, Fadzillah dan Matsuki (2008) menemukan hubungan negatif antara profitabilitas dengan tarif pajak


(1)

123

LAMPIRAN 4 : Hasil

Output

SPSS 22

for windows

Sesudah Transformasi

Model Regresi Semi Log (Ghozali, 2013:193)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ln_SIZE 115 3,23 3,47 3,3466 ,05901

Ln_LEV 115 -3,47 ,66 -,7245 ,81016

Ln_ROA 115 -4,85 -1,08 -2,2900 ,73951

Ln_CI 115 -2,98 -,24 -1,2823 ,58772

Ln_II 115 -4,08 -,93 -1,8466 ,63247

Ln_IND 115 -1,39 -,69 -,9954 ,14403

ETR 115 ,15 ,33 ,2461 ,02999

Valid N (listwise) 115

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Ln_IND,

Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI, Ln_LEVb

. Enter

a. Dependent Variable: ETR b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,405a ,164 ,118 ,02817 1,705

a. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI, Ln_LEV b. Dependent Variable: ETR


(2)

124

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,017 6 ,003 3,539 ,003b

Residual ,086 108 ,001

Total ,103 114

a. Dependent Variable: ETR

b. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI, Ln_LEV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,590 ,174 3,399 ,001

Ln_SIZE -,110 ,050 -,216 -2,178 ,032 ,790 1,266

Ln_LEV ,001 ,004 ,034 ,304 ,762 ,617 1,620

Ln_ROA -,010 ,004 -,250 -2,349 ,021 ,685 1,461

Ln_CI ,010 ,005 ,190 1,828 ,070 ,715 1,399

Ln_II ,000 ,004 -,003 -,035 ,972 ,882 1,134

Ln_IND -,013 ,019 -,062 -,678 ,499 ,924 1,082

a. Dependent Variable: ETR

Coefficient Correlationsa

Model Ln_IND Ln_SIZE Ln_ROA Ln_II Ln_CI Ln_LEV

1 Correlations Ln_IND 1,000 ,041 ,022 ,158 ,078 ,158

Ln_SIZE ,041 1,000 -,242 ,137 -,305 -,168

Ln_ROA ,022 -,242 1,000 -,008 ,098 ,504

Ln_II ,158 ,137 -,008 1,000 ,233 -,073

Ln_CI ,078 -,305 ,098 ,233 1,000 -,230

Ln_LEV ,158 -,168 ,504 -,073 -,230 1,000

Covariances Ln_IND ,000 3,953E-5 1,796E-6 1,339E-5 7,901E-6 1,247E-5 Ln_SIZE 3,953E-5 ,003 -5,249E-5 3,070E-5 -8,154E-5 -3,493E-5 Ln_ROA 1,796E-6 -5,249E-5 1,859E-5 -1,562E-7 2,248E-6 9,001E-6 Ln_II 1,339E-5 3,070E-5 -1,562E-7 1,973E-5 5,490E-6 -1,336E-6 Ln_CI 7,901E-6 -8,154E-5 2,248E-6 5,490E-6 2,819E-5 -5,059E-6 Ln_LEV 1,247E-5 -3,493E-5 9,001E-6 -1,336E-6 -5,059E-6 1,718E-5


(3)

125

CollinearityDiagnosticsa

Mo del

Dimen

sion Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Ln_SIZE Ln_LEV Ln_ROA Ln_CI Ln_II Ln_IND

1 1 6,127 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

2 ,579 3,252 ,00 ,00 ,47 ,01 ,01 ,00 ,00

3 ,161 6,176 ,00 ,00 ,10 ,00 ,49 ,18 ,00

4 ,076 8,968 ,00 ,00 ,24 ,25 ,27 ,53 ,01

5 ,047 11,470 ,00 ,00 ,08 ,59 ,07 ,14 ,13

6 ,010 24,400 ,01 ,01 ,06 ,07 ,05 ,14 ,86

7 ,000 227,180 ,99 ,99 ,04 ,08 ,11 ,01 ,00

a. Dependent Variable: ETR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value ,2273 ,2805 ,2461 ,01216 115

Std. Predicted Value -1,543 2,834 ,000 1,000 115

Standard Error of Predicted

Value ,004 ,012 ,007 ,002 115

Adjusted Predicted Value ,2264 ,2900 ,2462 ,01257 115

Residual -,11889 ,06746 ,00000 ,02742 115

Std. Residual -4,221 2,395 ,000 ,973 115

Stud. Residual -4,626 2,425 -,003 1,015 115

Deleted Residual -,14282 ,06913 -,00015 ,02988 115

Stud. Deleted Residual -5,143 2,482 -,007 1,045 115

Mahal. Distance ,886 19,670 5,948 4,317 115

Cook's Distance ,000 ,615 ,013 ,059 115

Centered Leverage Value ,008 ,173 ,052 ,038 115


(4)

126

Correlations

Ln_SIZE Ln_LEV Ln_ROA Ln_CI Ln_II Ln_IND ETR Ln_SIZE Pearson Correlation 1 ,182 ,093 ,376** -,213* -,081 -,155

Sig. (2-tailed) ,052 ,324 ,000 ,022 ,390 ,098

N 115 115 115 115 115 115 115

Ln_LEV Pearson Correlation ,182 1 -,521** ,369** -,006 -,220* ,209*

Sig. (2-tailed) ,052 ,000 ,000 ,951 ,018 ,025

N 115 115 115 115 115 115 115

Ln_ROA Pearson Correlation ,093 -,521** 1 -,206* -,010 ,091 -,332**

Sig. (2-tailed) ,324 ,000 ,027 ,914 ,333 ,000

N 115 115 115 115 115 115 115

Ln_CI Pearson Correlation ,376** ,369** -,206* 1 -,263** -,129 ,182

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,027 ,004 ,170 ,051

N 115 115 115 115 115 115 115

Ln_II Pearson Correlation -,213* -,006 -,010 -,263** 1 -,128 ,003

Sig. (2-tailed) ,022 ,951 ,914 ,004 ,174 ,976

N 115 115 115 115 115 115 115

Ln_IND Pearson Correlation -,081 -,220* ,091 -,129 -,128 1 -,099

Sig. (2-tailed) ,390 ,018 ,333 ,170 ,174 ,293

N 115 115 115 115 115 115 115

ETR Pearson Correlation -,155 ,209* -,332** ,182 ,003 -,099 1 Sig. (2-tailed) ,098 ,025 ,000 ,051 ,976 ,293

N 115 115 115 115 115 115 115

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3,294 16,650 -,198 ,844

Ln_SIZE -,589 4,827 -,013 -,122 ,903

Ln_LEV ,756 ,398 ,223 1,901 ,060

Ln_ROA -,274 ,414 -,074 -,663 ,509

Ln_CI -,142 ,510 -,030 -,280 ,780

Ln_II ,405 ,426 ,093 ,950 ,344

Ln_IND 3,278 1,828 ,172 1,793 ,076


(5)

127

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 115

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,02741511 Most Extreme Differences Absolute ,077

Positive ,065

Negative -,077

Test Statistic ,077

Asymp. Sig. (2-tailed) ,089c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -,00145

Cases < Test Value 57 Cases >= Test Value 58

Total Cases 115

Number of Runs 50

Z -1,592

Asymp. Sig. (2-tailed) ,111 a. Median


(6)

128

Charts


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

69 455 98

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

Pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013)

4 44 154

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 19

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE DI PERUSAHAAN INDUSTRI DAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006 – 2011.

0 0 19

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE DI PERUSAHAAN INDUSTRI DAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006 – 2011.

0 1 26

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - PENGARUH UKURAN PERUSAHAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDO

0 1 16

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

0 0 14

HALAMAN JUDUL - PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, KONEKSI POLITIK DAN PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 17