STUDI PENERAPAN PENCATATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo).

(1)

(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di

Wilayah Kabupaten Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Akuntansi

Oleh : Ranya Sentika 1013010115/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Ranya Sentika 1013010115/FEB/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN

(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)

Disusun oleh : Ranya Sentika 1013010115/FEB/EA

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 28 Maret 2014

Pembimbing Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si

NIP. 19560318 198803 2001

Sekretaris

Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si Anggota

Rina Moestika, SE, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 19630924 198903 1001


(4)

(Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)

Oleh :

RANYA SENTIKA

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ABSTRAK

Industri kecil dan rumahan saat ini sangat berperan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor ini mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional maupun daerah. Umumnya para pemilik industri kecil rumahan ini beranggapan bahwa pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan perhitungan secara kasar. Faktor accountability sangat di perlukan jika para pemilik industri ini menginginkan usahanya lebih maju dengan pengajuan kredit kepada bank atau lembaga perkreditan lainnya.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas obyek. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap para informan secara tertulis dan observasi terhadap tindakan dalam penerapan sistem akuntansi. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan bukti – bukti penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data, di lakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelahnya dilakukan dalam periode tertentu.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa para pemilik home industry pembuatan spring bed di wilayah kabupaten Sidoarjo masih kurang dalam penerapan pencatatan keuangan dan model pencatatannya masih menggunakan metode sederhana yakni hanya sebatas kemampuan yang telah dimilikinya.

Keywords: Penerapan Pencatatan Akuntansi, Pengelolaan Keuangan, Industri Kecil Rumahan, .


(5)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya yang tak terhingga saya berkesempatan menimbah ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat nikmat-Nya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupan dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana semestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.Dhani Ichasunuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Rahman A.Suwaidi, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

4. Bapak DR. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

5. Bapak Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan telaten dalam memberikan pengarahan serta bimbingan selama penyusunan penelitian ini.


(6)

Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Keluarga, khususnya kedua orang tua dan Mas Respati Sabastian yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

8. Sahabat Silvi, Helen, Evi, Adhinda Bagus, Patria, Rio, I Wayan Indra, Umar, Hanif, dan Yusri saudara seperjuangan dalam menjalani perkuliahan selama empat tahun yang penuh warna bersama kalian dalam suka dan duka.

9. Terima kasih untuk saudara – saudara UKM Paduan Suara UPN Gita Widya Giri , dulur – dulur HMAK, dan temen – temen KKN 03 serta seluruh mahasiswa akuntansi 2010 yang bekerja keras bersama dalam lulus bersama.

10.Terima kasih kepada Rieza Mahendra Putra, Inong, Bramantya, Mas Affandi Saleh dan Mbak Irma yang selalu membantu dan sabar memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

11.Dan terima kasih dalam berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.


(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Fokus Penelitian ... 6

1.3. Perumusan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9


(8)

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi ... 16

2.2.2.1. Pengertian Sistem ... 16

2.2.2.2. Pengertian Informasi ... 17

2.2.2.3. Siklus Pengolahan Data ... 18

2.2.2.4. Karakteristik Informasi ... 19

2.2.2.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi ... 20

2.2.3. Pengertian Industri ... 22

2.2.3.1 Klasifikasi Industri ... 23

2.2.4. Pengertian Industri Kecil ... 25

2.2.4.1. Keunggulan Industri Kecil ... 26

2.2.4.2. Kelemahan Industri Kecil ... 28

2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil ... 30

2.2.6. Akuntabilitas Usaha ... 35

2.2.7. Kewirausahaan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Ketertarikan Penelitian ... 40


(9)

3.5. Sumber Data ... 44

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.7. Teknik Analisis Data ... 46

3.8. Pengujian Kredibilitas Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelititian ... 51

4.1.1 Sejarah Industri Rumahan Pembuatan Spring Bed ... 52

4.1.1.1 UD. Sakumpul ... 52

4.1.1.2 Home Industry World Coil ... 53

4.1.1.3 Home Industry Chrystalline ... 54

4.2. Deskripsi hasil Penelitian ... 55

4.2.1. Pencatatan Keuangan oleh Industri Kecil ... 55

4.2.2. Pentingnya Pencatatan Keuangan bagi Industri Kecil ... 57

4.2.3. Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan ... 60

4.2.4. Yang Melakukan Pencatatan Keuangan ... 62

4.2.5. Waktu Melakukan Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan pada Industri Kecil ... 64


(10)

Tujuan Usaha ... 66

4.3. Pembahasan ... 68

4.3.1 Penerapan Akuntansi pada Usaha Pembuatan Spring Bed ... 68

4.3.2 Aplikasi pada Home Industry Pembuatan Spring Bed ... 70

4.4. Keterbatasan Peneliti ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di bidang perekonomian merupakan salah satu unsur penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam membangun ekonomi akan membawa dampak pembangunan di bidang – bidang lainnya, karena keberhasilan pembangunan ekonomi akan Nampak dalam kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan melakukan wirausaha, karena dengan wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri dan dengan wirausaha akan membuka peluang yang diciptakan tersebut. selain itu wirausaha dapat berguna untuk menciptkan lapangan kerja bagi orang lain yang berada di sekitar usaha tersebut.

Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha kecil di Indonesia mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domistik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan eksport, terutama eksport non migas. (Indonesian Small Business Research Center, 2003).

Banyak cara untuk menjadi seorang wirausahawan, antara lain dengan mendirikan usaha baru, salah satunya adalah mendirikan home


(12)

industry atau industri rumahan. Home industry juga tidak selalu menghasilkan kebutuhan primer. Namun, home industry juga bisa menghasilkan kebutuhan sekunder, contohnya eksterior rumah, interior rumah, dan furniture. Seiring dengan berkembangnya jaman, produk furniture yang dihasilkan juga berubah, khususnya kasur. Saat ini kasur yang dipakai oleh masyarakat telah mengalami perubahan. Yang awalnya dulu menggunakan kasur kapuk, sekarang menggunakan kasur pegas (spring bed).

Saat ini masyarakat menilai menggunakan kasur kapuk sangatlah menganggu kesehatan, khususnya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan harga kapuk semakin mahal sehingga kasur kapuk lambat laun mulai jarang digunakan. Kasur pegas (spring bed) yang awalnya dianggap mahal dan besar, lambat laun mulai digunakan oleh masyarakat. Dan dijadikan tempat tidur yang paling nyaman. Inilah yang membuat para wirausaha mencoba untuk mendirikan usaha pembuatan kasur pegas (spring bed).

Fenomena yang menarik yaitu perkembangan peranan home industry kini sedang menjamur di kota – kota besar dan kota padat populasi, seperti di Kabupaten Sidoarjo. Pertumbuhan industri di Sidoarjo mengalami kenaikan meski terjadi bencana Lumpur Sidoarjo. Selama empat tahun (hingga tahun 2010) tercatat pertumbuhan industri di Sidoarjo naik cukup signifikan. Pada 2007 sebanyak 10.252 unit, 2008 tumbuh menjadi 14.079 unit usaha. Begitu juga pada pada 2009 dan 2010, naik


(13)

masing-masing menjadi 15.838 dan 15.938 unit usaha. Lihat tabel 1.1 (www.dprd-sidoarjokab.go.id) diunduh tanggal 30/3/2014.

Perkembangan perindustrian di Sidoarjo sendiri diarahkan ke wilayah barat seperti Krian, Krembung, Taman, Banglongbendo, Tulangan dan Prambon. Sebab, di wilayah itu masih tersedia lahan industri yang cukup. Misalnya saja di Krian, lahan industrinya mencapai 783,7 hektare, Balongbendo 483 hektare, dan Taman masih tersedia 1083,5 hektare.

Tabel 1.1 Jumlah Industri di Sidoarjo Tahun Jumlah Unit Usaha

2010 15.938

2009 15.838

2008 14.079

2007 10.252

Sumber: www.dprd-sidoarjokab.go.id diunduh tanggal 30/3/2014

Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, manajemen perusahaan sangat memerlukan informasi yang disajikan sesuai kebutuhannya khususnya informasi akuntansi. Seorang pengusaha juga harus mempunyai strategi yang baik untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, serta menutupi kelemahan dan mengatasi hambatan


(14)

Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, dan lain-lain. Dalam hubungan usaha kecil dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga diperlukan. Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP 2009).

Penerapan sistem akuntansi tersebut tidak terkecuali juga dilakukan oleh semua lingkup usaha baik pengusaha kecil, menengah maupun besar, dan juga sistem juga perlu diterapkan dalam semua jenis kegiatan usaha, baik perusahaan manufaktur, dagang maupun jasa, karena dengan diterapkannya sistem akuntansi yang benar maka akan memperkecil terjadinya kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja, dan akan dapat menghasilkan informasi yang akurat.

Dalam kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti 2007). Umumnya pemilik industri kecil beranggapan bahwa pencatatan keuangan tidaklah perlu. Membutuhkan


(15)

kecermatan, waktu dan juga biaya dengan jumlah tertentu membuat pemilik usaha industri rumahan enggan untuk melakukan aktifitas pencatatan keuangan.

Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha pembuatan spring bed belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan perhitungan secara kasar. Adanya faktor pendidikan dan faktor keremehan dari para pelaku usaha atas pentingnya pemahaman akuntansi. Selain itu, adanya ketidak jelasan mengenai bentuk laporan keuangan pelaku industri ini yang membuat peneliti ingin mencari tahu

Melihat kondisi di atas bila dibandingkan dengan keadaan di lapangan sepertinya patut dipertanyakan, sebab di tempat objek penelitian ini berlangsung seorang pemiliknya tidak melakukan pencatatan keuangan dengan baik. Karena belum melakukan penyelenggaraan pencatatan akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku, maka diperlukan suatu pemahaman penerapan pencatatan akuntansi yang dapat dimengerti dan diterapkan sesuai dengan standar yang berlaku.

Pencatatan akuntansi mutlak diperlukan jika usaha tersebut menginginkan lebih maju karena untuk pengajuan kredit kepada bank atau lembaga perkreditan lain yang memerlukan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan (accountability). Di dalam kesatuan usaha khusus (economic entity), perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang


(16)

berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Dengan anggapan seperti ini, maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi (Baridwan, 2004 : 8)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

Studi Penerapan Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan pada Industri Kecil Rumahan ; (Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)

1.2 Fokus Penelitian

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, hal – hal yang perlu diamati kebanyakan dari pelaku industri kecil rumahan hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan jumlah piutang atau utang. Namun, pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan format yang diinginkan oleh pihak yang membutuhkan (contoh : bank). Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.

Dari kebiasaan – kebiasaan mencatat kegiatan usaha secara sederhana tersebut, sebenarnya dapat diarahkan untuk mencatat kegiatan usaha yang sesuai dengan standar akuntansi secara lengkap dan rapi.


(17)

Setelah melakukan observasi secara umum pada industri kecil rumahan (studi kasus pada home industry pembuatan spring bed). Yang menjadi fokus penelitian ini adalah pemahaman penerapan pencatatan dan pengelolaan keuangan pada industri kecil rumahan.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah dikemukakan, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut ini.

Bagaimana penerapan pencatatan dan pengelolaan keuangan pada Industri Kecil Rumahan ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pencatatan dan pengelolaan keuangan pada industri kecil rumahan dan sampai sejauh mana pemahaman pengusaha pembuatan spring bed terhadap pencatatan keuangan.

1.5 Manfaat Penelitian 1) Bagi Universitas

Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas industri rumahan dan bahan penelitian mahasiswa di masa yang akan datang.


(18)

2) Bagi Perusahaan

Hasil ini diharapkan mampu membrikan pengetahuan atau hasil ini diharapkan juga mampu memberikan bahan masukan untuk lebih mengetahui pentingnya akuntabilitas usaha.

3) Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang telah diperoleh dari sumber – sumber lain sehingga bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini :

1. Margani Pinasti (2007)

“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaaan Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”

a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi ?

b. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi.


(20)

2. Aida Nahar dan Anna Widiastuti (2011)

“Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi pada Industri Menengah di Kabupaten Jepara”

a.Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi?

2. Apakah ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi?

b.Kesimpulan

1. Pengetahuan akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.

2. Skala usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.

3. Pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi.

4. Jenis usaha satu dengan lainnya memiliki perbedaan signifikan dalam penggunaan informasi akuntansi.


(21)

5. Ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan memperkuat pengaruh pengetahuan akuntansi terhadap penggunaan informasi akuntansi.

6. Ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperlemah pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

7. Ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan memperkuat pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

8. Ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperkuat perbedaan antarjenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

3. Dharma T Ediraras (2010) “Akuntansi dan Kinerja UKM”

a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah para pelaku UKM sudah menerapkan akuntansi atau belum ?

2. Apa saja kegunaan akuntansi dalam pembuatan keputusan?

3. Apakah akuntansi merupakan alat untuk meningkatkan kinerja UKM ?


(22)

4. Bagaimana kinerja usaha mereka ?

b. Kesimpulan

Pada penelitian ini, informasi akuntansi diperoleh dari hasil akuntansi atau dari catatan utang piutang serta laporan penerimaan dan pengeluaran tiap bulannya. Informasi yang diperoleh dari akuntansi kemudian digunakan untuk mengukur kinerja usaha yang diukur melalui profitabilitas, daya saing serta pertumbuhan dan perkembangan usaha. Akuntansi merupakan kunci indikator kinerja setiap usaha karena informasi yang disediakan oleh catatan-catatan akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu akuntansi dapat dijadikan sebagai suatu alat untuk meningkatkan kinerja usaha. Akan tetapi, merupakan suatu kekeliruan yang besar jika menganggap akuntansi hanya sebagai satu satunya faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Namun, akuntansi memang diakui sebagai faktor yang cukup berpengaruh dan mempunyai peran terhadap keberhasilan usaha, oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih dekat.


(23)

4. I Made Narsa, dkk (2012)

“Mengungkap Kesiapan UMKM dalam Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK-ETAP) untuk Meningkatkan Akses Modal Perbankan”

a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi akuntansi keuangan pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ?

2. Bagaimana pemahaman usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap implementasi Standar Akuntasi Keuangan- Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)?

3. Bagaimana model implementasi SAK-ETAP pada usaha mikro dan menengah UMKM) yang sesuai ?

b. Kesimpulan

1. Tidak adanya catatan transaksi yang baik dan tertib

2. Ketiadaan catatan transaksi tersebut karena sebagian besar pelaku UMKM tidak memahami bentuk catatan transaksi keuangan

3. Karena kekurangpahaman tersebut maka memunculkan persepsi bahwa catatan keuangan suatu hal yang rumit dan sulit diterapkan pada usaha mereka


(24)

4. Adanya persepsi bahwa tanpa laporan keuangan pun, usaha tetap berjalan dan memberi penghasilan.

Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

NO NAMA JUDUL VARIABEL

1 Margani Pinasti (2007)

Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen.

X1 : Penyelenggaraan Informasi

Akuntansi oleh Pengusaha Kecil

X2 : Penggunaan Informasi

Akuntansi oleh Pengusaha Kecil

Y : Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi

2 Aida Nahar dan Anna Widiastuti (2011)

Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi pada Industri Menengah di Kabupaten Jepara.

X1 : Pengetahuan Akuntansi

X2 : Skala Usaha

X3 : Pengalaman Usaha

X4 : Jenis Usaha

Y : Penggunaan Informasi Akuntansi

Z : Ketidakpastian Lingkungan

3 Dharma T Ediraras (2010)

Akuntansi dan Kinerja UKM -

4 I Made Narsa, dkk (2012)

Mengungkap Kesiapan UMKM dalam Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK – ETAP) untuk meningkatkan Akses Modal Perbankan.

-

5 Ranya Sentika (2014)

Studi Penerapan Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan pada Industri Kecil Rumahan (Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo)

-


(25)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa lembaga – lembaga terkait, menurut Winwin Yadiati (2007: 1) definisi tersebut antara lain :

1. Accounting Principle Board (APB) dalam Statement no. 4 disebutkan :

Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat financial, tentang entitas – entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan logis diantara tindakan alternatif.

2. American Institute of Certificate Public Accountans (AICPA) dalam Accounting Bulletin No.1 , tahun 1953 , menyatakan :

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran dengan cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran hasil – hasilnya.

3. Paul Grady dalam ARS No.7, AICPA, 1965, mendefinisikan :

Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklarifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi


(26)

dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggung jawaban atas kepercayaan yang diterimanya.

Menurut Suwaldiman (2005 : 12 ) produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktivitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akunatansi diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah informasi tentang organisasi dan informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan perusahaan.

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi

2.2.2.1.Pengertian Sistem

Menurut Widjajanto (2001 : 2), “sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian – bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2), “suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat


(27)

berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dari kedua definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

2.2.2.2 Pengertian Informasi

Menurut Cushing (1986 : 11), “suatu perbedaan biasanya ditarik antara data dan informasi. Data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengolahan data yang diorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan menurut Jogiyanto (1997 : 25), data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian dan kesatuan nyata. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya sehingga menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) dan kesatuan nyata (fact and entity) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Dan menurut Wilkinson (1988 : 6), data merupakan fakta dan angka dan malah simbol – simbol yang belum diolah yang menjadi bahan masukan sistem informasi, sedangkan informasi merupakan pengetahuan berarti dan berguna untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Dengan kata lain, informasi adalah data yang telah diproses sehingga bentuknya berubah dan nilainya semakin tinggi.


(28)

Informasi adalah sekumpulan hasil data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi penerimanya untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan.

2.2.2.3 Siklus Pengolahan Data

Untuk mengolah data menjadi informasi, dilakukan proses pengolahan data. Dalam akuntansi, proses ini disebut siklus akuntansi. Dalam sistem informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan beberapa tahapan tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang diproses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang diproses dengan komputer.

Gambar 2.1 : Siklus Pengolahan data secara manual

Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta, Edisi Kedua, hal. 4

Bukti Transaksi

Buku Pembantu

Buku Besar

Laporan Keuangan Jurnal


(29)

Gambar 2.2 Siklus Pengolahan Data dengan Komputer

Input Pengolahan Output

Sumber : Zaki Bridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Kedua, hal. 5

2.2.2.4.Karakteristik Informasi

Menurut Marshall B Romney dan Paul John Steinbart (2004 : 12), karakteristik informasi yang berguna meliputi hal – hal berikut :

1. Relevan.

Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.

2. Andal Bukti Transaksi

Jurnal

Buku Besar

Buku Pembantu

Laporan Keuangan


(30)

Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi

3. Lengkap

Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek – aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas – aktivitas yang diukurnya.

4. Tepat Waktu

Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.

5. Dapat dipahami

Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.

6. Dapat Diverifikasi

Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing – masing akan menghasilkan informasi yang sama.

2.2.2.5.Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang


(31)

menyelenggarakan akuntansi tersebut. Secara garis besar ( Weygandt dkk, 2007 : 6) pihak – pihak tersebut adalah :

a. Pengguna Internal, yaitu para manajer yang merencanakan, mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis, antara lain : manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat keuangan.

b. Pengguna Eksternal, yaitu :

1. Investor, menggunakan informasi guna membuat keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.

2. Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.

3. Badan perpajakan Amerika Serikat seperti Internal Revenue Service (IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi undang – undang perpajakan.

4. Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap harus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini – lini produknya.

5. Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar kenaikan upah dan tunjangan.


(32)

6. Perencana ekonomi menggunakan informasi akuntansi untuk meramalkan aktivitas perekonomian.

2.2.3. Pengertian Industri

Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi.

Menurut Undang-Undang No.5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri.

Dikemukakan Dumairy tahun 1996, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan prusahaan-perusahaan kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi.

Menurut G. Kartasapoetra (1997), yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi menjadi barang yang nilainya lebih tinggi.


(33)

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ), industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.

Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari peralatan sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi, pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, industri sudah dikenal sejak zaman purbakala. Walaupun pada awal perkembangannya masih sangat sederhana dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang terbatas.

2.2.3.1.Klasifikasi Industri

Selanjutnya BPS membagi industri menjadi empat golongan, yaitu:

1. Industri besar, apabila mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, apabila mempunyai tenaga kerja 20 – 99 orang. 3. Industri kecil, apabila mempunyai tenaga kerja 5 – 19 orang. 4. Industri rumah tangga, apabila memiliki tenaga kerja 1 – 4 orang.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) mengelompokkan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang dimilikinya, yang dapat ditinjau dari besarnya investasi, teknologi yang


(34)

digunakan, dan besarnya jumlah tenaga kerja. Adapun pengelompokannya terdiri atas : (Widyanto, 2009)

1. Industri Besar

Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan besar apabila investasi atau modal untuk mesin – mesin dan peralatan adalah Rp 500 juta ke atas, sedangkan tenaga kerja yang digunakan adalah 100 orang atau lebih dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia.

2. Industri Menengah

Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: investasi atau modal untuk peralatan dan mesin – mesin nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta. Sedangkan, tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 20 – 99 orang dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia.

3. Industri Kecil

Industri kecil adalah perusahaan yang dapat diklasifikasikan ke dalam perusahaan kecil jika nilai investasi atau modal untuk membeli peralatan dan mesin – mesin berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 200 juta dan pemilik usaha adalah warga Negara Indonesia, sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara 5 – 19 orang.


(35)

4. Industri Rumah Tangga

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke dalam industri rumah tangga jika nilai investasi atau modal yang digunakan untuk peralatan dan mesin – mesin sama dengan jumlah atau nilai yang digunakan industri kecil atau bahkan tidak menggunakan modal sama sekali dan pemilik usaha biasanya adalah kepala keluarga (Bapak atau Ibu), sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara satu orang sampai lima orang dan pada umumnya adalah anggota keluarga.

2.2.4. Pengertian Industri Kecil

Pengertian industri kecil menurut Mintzberg (1992), yaitu merupakan organisasi yang memiliki entreprenual organization dengan ciri antara lain : struktur organisasi sangat sederhana, mempunyai karakteristik khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang berlebihan, pembagian kerja yang kendur, memiliki hierarki manajemen yang kecil, sedikit aktivitas, yang diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan proses perencanaan, jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan, pengusaha sering sulit membedakan antara asset pribadi dan perusahaan, sistem akuntansi kurang baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan pengusaha mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama dengan perorangan, pendapat ini didukung oleh Huib Poot et al. (dalam Sirat, 2002) yaitu :


(36)

Small scale industry plays an important role in the process of industrialization from a number of different persepective. It employes the majority of the workers in the industrial labor force and through its labor intensive nature, also has a great potential of new employment creation. Moreover, small scale industry is regionally highly dispersed, playing important ties wits the agricultural sector and are highly dependennton domestic resources

Pernyataan di atas, secara implisit menunujukkan karakteristik, struktur industry, intensitas factor produksi, tenaga kerja, produktivitas, maupun kebijakan dan strategi industry kecil. Perusahaan industri kecil, pada umumnya menjalankan kegiatan usahanya dengan memiliki keterbatasan – keterbatasan, seperti : skala usaha yang kecil, modal sendiri dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga kerja yang dipekerjakan dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota keluarga.

2.2.4.1.Keunggulan Industri Kecil

Subanar ( 2001 : di/6) menyatakan beberapa keunggulan usaha kecil antara lain :

1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi manajerial seperti marketing, finance dan administrasi)

2. Perusahaan keluarga, dimana pengelolanya mungkin tidak memiliki keahlian manajerial yang handal.


(37)

3. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan yang baru, inovasi, sumber daya baru serta barang dan jasa – jasa baru.

4. Risiko usaha menjadi beban pemilik.

5. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan premature (premature high-growth)

6. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki Rencana Jangka Panjang (corporate-plan).

7. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau jasa – jasanya.

8. Prosedur hukumnya sama.

9. Pajak relative ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi/pengusaha, bukan perusahaannya.

10.Kontak – kontak dengan pihak luar bersifat pribadi. 11.Mudah dalam proses pendiriannya.

12.Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki.

13.Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu.

14.Pemilik menerima seluruh laba.

15.Umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk service.

16.Memiliki sedikit pesaing karena usaha perintisannya jarang ada orang mencobanya.


(38)

2.2.4.2 Kelemahan Industri Kecil

Subanar ( 2001 : 8 ) menyatakan beberapa kelemahan usaha kecil antara lain :

1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis perputaran uang tunai / kas, serta berbagai penelitian lain yang diperlukan suatu aktivitas bisnis.

2. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasindan pendelegasian wewenang, serta alat – alat kegiatan manajerial lainnya (perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yang profit-oriented

3. Kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada instuisi dan ambisi pengelola, lemah dalam promosi.

4. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten dengan ketentuan-order/pesanan, yang mengakibatkan klaim atau produk yang ditolak.


(39)

6. Terlalu banyak biaya - biaya yang di luar pengendalian serta utang yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan – ketentuan pembukuan standar.

7. Pembagian kerja tidak proposional, sering terjadi pengelola memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam kerja standar.

8. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas.

9. Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang yang salah (kurang laku)

10.Lain – lain yang menyangkut mist-manajemen dan ketidak pedulian pengelola terhadap prinsip – prinsip manajerial.

11.Risiko dan utang – utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.

12.Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.

13.Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik.

14.Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum pernah merumuskannya.


(40)

2.2.5 Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil

Perlakuan akuntansi perusahaan industri kecil dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK ETAP yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut :

a. Neraca

Dalam neraca ini perusahaan menyajikan aktiva terpisah dari aktiva tidak lancer dan kewajiban jangka pendek terpisah dan kewajiban jangka panjang kecuali untuk industry tertentu yang diatur dalam SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.

b. Laporan Laba rugi

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang dipergunakan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos sebagai berikut :


(41)

1. Pendapatan

2. Laporan rugi usaha

3. Beban pinjaman

4. Bagaimana dari laba atau rugi

5. Beban pajak

6. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan.

7. Pos luar biasa

8. Hak minoritas

9. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Pos, judul dan sub jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh pernyataan akuntansi keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja perusahaan secara wajar.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Perusahaan harus menyajikan laporan ekuitas sebagai komponen utama laporan, yang menunjukkan :

1. Laba rugi bersih periode yang bersangkutan

2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan dan kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.


(42)

3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijkan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahn mendasar sebagaiman diatur dalam pernyataan standar akuntansi keuangan terkait.

4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.

5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya dan

6. Rekonsiliasi antaara nilai tercatat dari masing – masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan terkait.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :

1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.


(43)

2. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka secara wajar.

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor – faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industry yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting (PSAK, 2007 :1). Apabila belum ada pengaturan untuk industri kecil di dalam PSAK, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan, dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan :

a) Persyaratan dan pedoman pernyataan standar akuntansi keuangan yang mengatur hal – hal yang mirip dengan masalah terkait;

b) Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban, penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ; dan

c) Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktek industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf a dan b.


(44)

Untuk pelaporan laba rugi pada perusahaan kecil, rincian yang pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh penyusunan, pembelian bahan baku, beban transportasi, gaji, upah dan beban iklan) dan tidak dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai computer, dikarenakan mereka dapat melakukan melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :

a) Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber

b) Memasukkan data ke dalam sistem

c) Menjalankan komputer

d) Mengubah program dan data file

e) Menjalankan / mendistribusikan keluaran ; dan / atau

f) Mengubah sistem operasi

Hal – hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan tugas harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menentukan resiko pengadilan. Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil menurut ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008 sebagai berikut :


(45)

a. Konsentrasi dari pemilik dan atau manajemen senior

b. Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber pendanaan (source of financing) yang terbatas.

c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks atau rumit

d. Pengadilan tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks atau rumit.

2.2.6 Akuntabilitas Usaha

Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa Inggris biasa disebutb dengan accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggung jawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut accountable. Lalu apa bedanya dengan responbility yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian accountability dan responbility seringkali dirtikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi, responbility merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.

Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H. Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat bahwa Akuntabilitas merupakan sisi – sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan eksternal seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya. Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut


(46)

kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan penting bagi dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan (accountability) mutlak diperlukan. Usaha yang awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan menjadi besar di saat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah pengajuan kredit kepada bank. Namun, sering kali proposal perusahaan tentang pengajuan kredit bank ditolak oleh bank karena tidak memenuhi persyaratan dari pihak bank (www.depkominfo.go.id)

2.2.7 Kewirausahaan

Seorang wirausaha mampu menciptakan suatu peluang, mengantisipasinya serta mengupayakan kesuksesan bagi diri, perusahaannya, maupun orang lain. Hubungan antara wirausaha dengan kewirausahaan adalah sangat erat. Menurut Subanar (2001 : 10) kewirausahaan merupakan segala sesuatu hal yang menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.

Setiap harus selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa yang siap dibeli orang. Oleh karena itu perusahaan dapat meningkatkan pendapatan bila memiliki visi yang berorientasi kebutuhan masyarakat


(47)

sehingga merupakan peluang mengahasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu barang dan jasa yang mau dibeli orang. Menurut Kotler (1997 : 28) pasar berubah luar biasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Tantangan yang dihadapi setiap organisasi adalah perubahan yang tidak pernah berakhir. Perubahan merupakan fenomena kehidupan yang mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk jasa sebagai pemenuhan manusia. Seperti yang dikatakan Kao (2001 : 1) Nothing living can be static.

Kao (2001 : 23) berpendapat perusahaan kecil dalam mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut sebagai strategi kewirausahaan dan keinginan pasar yang di dalamnya terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatan haruslah memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia yang optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao (2001 : 30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko, inovasi, keahlian, dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru, berbagai team dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi baru,


(48)

pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia merupakan orang bertanggung jawab terhadap perusahaan dan inovasi bagi perusahaannya.

Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah – ubah karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri dan dapat fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam menjalankan usahanya.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah studi untuk mengeksplorasi suatu (atau beberapa) struktur sistem atau kasus secara detail . Penelitian ini bertujuan mengetahui aplikasi pencatatan keuangan bagi pelaku usaha industri kecil rumahan yaitu industri pembuatan spring bed. Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.

Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting). Sedangkan Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000:3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.


(50)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sendiri sebagai alat untuk mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kekuatan pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi diperoleh, namun lebih ke pengenalan secara mendalam atas fenomena yang diteliti.

3.2 Ketertarikan penelitian

Alasan peneliti untuk meneliti permasalahan ini yaitu melihat pada saat ini semakin berkembangnya unit usaha kecil menengah di daerah penulis, khususnya Kota Sidoarjo yang merupakan kota yang memiliki UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) terbanyak di Jatim. Sehingga penulis ingin mengetahui perkembangan industri rumah tangga yang sedang menjamur saat ini dan pengelolaan keuangan pada industri ini.

Selain itu, alasan penulis untuk meneliti industri rumah tangga khususnya industri pembuatan spring bed karena umumnya dilakukan di rumah sendiri dengan menggunakan sedikit tenaga kerja. Namun, dapat menghasilkan omzet yang cukup banyak daripada usaha yang lain. Beberapa industri ini sudah melakukan pengiriman keluar kota Sidoarjo seperti Mojokerto, Banjarmasin, Surabaya dan beberapa kota lainnya. Dan ada yang sudah cukup dikenal di luar pulau Jawa.

Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang terlibat di dalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia, keuangan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas dimensi finansial karena disadari atau tidak, dimensi ini sering tidak


(51)

mendapat perhatian yang serius. Dimensi finansial hanya memperhatikan bagaimana mendapat untung (laba) yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan cara mengelola keuangan tersebut.

Masalah pengelolaan keuangan dari pelaku usaha terganjal pada sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi dianggap sebagai suatu yang merepotkan dan membingungkan. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan keuangan karena sebagai pengusaha, para pelaku usaha juga dituntut untuk tampil “modern” untuk menjawab tantangan dunia usaha yang dinamis.

Pengalaman untuk merasakan rasa (sense), keinginan (passion) wirausaha juga peneliti alami sampai saat ini karena peneliti sendiri menjalankan usaha yang bergerak dalam bidang jasa (usaha laundry dan dry cleaning) yang dimiliki oleh orang tua peneliti. Tetapi ada salah satu kekurangan yang dimiliki oleh peneliti sebagai pengelola usaha yaitu tidak melakukan pencatatan yang baik, sehingga usaha yang dijalankan hanya jalan di tempat (stagnant).

Oleh sebab itu, peneliti tergerak untuk ingin mencari tahu permasalahan yang dihadapi peneliti, apakah sama permasalahan yang dihadapi dengan para pelaku usaha lainnya khususnya dalam bidang pencatatan keuangan, yang tentu saja masih dalam lingkup industri kecil,


(52)

Peneliti melihat dan merasakan dari pengalaman peneliti sebagai pelaku bisnis, kebanyakan keinginan yang menggebu–gebu dari pelaku bisnis adalah dalam segi pemasaran, bagaimana caranya agar produknya dikenal luas masyarakat yang natinya diharapkan order yang masuk pun juga banyak sehingga pendapatan yang diterima juga banyak. Namun, untuk mengelola dan menjaga uang yang masuk menjadi suatu masalah tersendiri bagi pelaku bisnis. Oleh karena itu, pengusaha dituntut untuk paham dan mengerti tentang akuntansi.

Dengan penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui sampai sejauh mana kepemahaman dari pengusaha industri pembuatan spring bed akan akuntansi. Hal ini disebabkan keadaan di lapangan yang dialami oleh peneliti ada ketidak mengertian akan penggolongan akan transaksi dan ketidak jelasan mengenai bentuk pencatatan keuangan yang dilakukan oleh industri tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui dan memudahkan peneliti untuk memahami bentuk pencatatan keuangan industri tersebut.

3.3 Lokasi Penelitian

Sidoarjo merupakan daerah di Indonesia dengan industrinya yang sangat banyak, entah industri besar maupun industri kecil. Inilah yang menjadikan peneliti melakukan penelitian di daerah Sidoarjo.

Lokasi penelitian berjumlah tiga tempat. Lokasi pertama peneliti melakukan penelitian di industri pembuatan spring bed “Spring Zone”


(53)

yang terletak di Perumahan Pondok Jati blok G – 01 Sidoarjo. Lokasi kedua industri spring bed “World Coil” di Desa Babatan RT 04 RW 02, Kelurahan Jati, Sidoarjo. Sedangkan, lokasi ketiga home industry spring bed “Chrystalline” terdapat di Desa Suko RT 14 RW 16 Sidoarjo.

3.4 Penentuan Informan

Jumlah informan ditentukan dengan mengguanakan teknis snowball sampling. Menurut Sumarsono (2004: 52) snowball sampling adalah teknik penarikan sample yang ada awalnya responden dipilih secara random dengan menggnakan metode non-probabilitas yang selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai responden-responden lainya sehingga diperoleh tambahan responden.

Informan pertama adalah pemilik home industry spring bed “Spring Zone” yaitu bapak Hasanu. Informan kedua adalah pemilik home industry spring bed “World Coil” yaitu ibu Hj. Santi. Dan informan ketiga adalah pemilik home industry spring bed “Chrystalline” yaitu bapak Alif. Total jumlah informan yang digunakan sementara dalam penelitian ini sejumlah tiga orang dan kemungkinan akan berkembang seiring dengan informasi yang berkembang pula.


(54)

3.5 Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah: (Sugiyono, 2005):

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti wawancara, observasi dan bukti pembukuan transaksi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlakukan, baik kelengkapan administartif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan informan.


(55)

b. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)

Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses

untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan

komprehensivitas data penelitian.

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data – data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrument dituntut bagaimana membuat informasi atau data.

Untuk mengemukakan pengetahuan dan

pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian)


(56)

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen – dokumen yang terkait dengan penelitian.

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data – data dari literature yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis pembuatan dan produksi spring bed.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah sampai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiono, 2005 : 91 – 99)

1. Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data


(57)

berarti memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi data ini dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

2. Data Display (penyajian data)

Dari hasil reduksi yang dilakukan, peneliti menampilkan data – data yang berkaitan dan berhubungan ataupun menjawab permasalahan yang diteliti. Penyajian data (display data) sendiri dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian – bagian tertentu dari penelitian dengan disertai refleksi dan analisis dari peneliti berkaitan dengan data yang diperoleh. Penyajian dalam penelitian ini dengan teks bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing / Verification

Sejak awal memasuki lapangan dan selama pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan. Dalam aktivitas ini, peneliti mencoba menemukan pola atau keterkaitan antara data – data yang diperoleh. Sehingga dari pola tersebut memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang didapatkan


(58)

harus didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten. Agar kesimpulan menjadi kesimpulan kredibel, hal tersebut dibuat senantiasa dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

3.8 Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara sebagai berikut (Sugiono, 2005 : 122 – 125):

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamata, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Diharapkan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk kepercayaan, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah di cek kembali ke lapangan data yang sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka


(59)

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti dan sistematis. Dalam peningkatan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau narasumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Industri kecil merupakan industri yang memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian di Indonesia terutama dalam aspek – aspek seperti kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi dan lain – lain. Industri kecil khususnya industri rumahan memiliki ciri umum yaitu bahwa usaha ekonomi yang dijalankan masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling dasar, sehingga sebenarnya masih dalam tingkat ekonomi subsistem. Ciri ekonomi subsistem adalah kegiatan usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup guna memenuhi kebutuhan paling minimum dan karenanya mereka lebih mengutamakan selamat dengan menghindari segala resiko sekecil apapun. Dalam kondisi tersebut, secara fisik usaha – usaha sangat sederhana, hasil produksi berkualitas rendah, tidak mengenal pembukuan keuangan dan sebagainya.

Penelitian ini akan membahas permasalahan yaitu mengenai penerapan pencatatan dan pengelolaan keuangan pada industri rumahan yang merupakan permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil menengah dan industri rumahan. Penelitian ini disusun dengan mengambil obyek penelitian di tiga home industry pembuatan spring bed di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan


(61)

informasi dan data yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam, dan bermakna sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian ini telah dicapai. Dengan pencatatan keuangan pada lokasi ini, peneliti dapat mengkaji lebih dalam sejauh mana pencatatan keuangan telah diterapkan pada home industry pembuatan spring bed.

4.1.1 Sejarah Industri Rumahan Pembuatan Spring Bed

4.1.1.1 UD. Sakumpul

UD. Sakumpul adalah industri kecil rumahan yang bergerak dalam bidang pembuatan produksi spring bed. Industri ini didirikan pada akhir tahun 2011 dan berlokasi di daerah Jati Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Industri ini didirikan oleh pengusaha muda bapak H. Hasanu. Sebelumnya usaha ini didirikan bersama rekan bapak H. Hasanu, namun saat ini usaha pembuatan spring bed dijalankan sendiri oleh bapak H. Hasanu. Dalam hal ini sebagai pengelola usahanya adalah pemilik usaha ini sendiri. Sebelum membuka usaha industri rumahan ini, bapak Hasanu sebelumnya adalah tenaga kerja untuk home industry pembuatan spring bed di daerah desa Babatan Suko. Berbekal ijasah SMA dan pengalamannya menjadi tenaga kerja home industry spring bed, beliau keluar dari pekerjaannya lalu membuka usaha yang sama seperti yang ditekuninya di tempat beliau bekerja. Motivasi bapak Hasanu membuka


(62)

usaha ini karena banyaknya pengusaha industri rumahan ini di wilayah Sidoarjo yang telah sukses.

Dengan dibantu beberapa rekannya, beliau memulai merintis usahanya sedikit demi sedikit. Semakin lama usahanya semakin berkembang sehingga pada tahun 2011, bapak Hasanu mulai berdiri sendiri tanpa beberapa rekannya yang sebelumnya membantunya membuka usaha ini. Saat ini UD. Sakumpul telah memasarkan produknya yaitu “Spring Zone” di daerah luar pulau Jawa dan telah mempunyai sedikitnya sepuluh tenaga kerja yang membantu.

4.1.1.2 Home Industry World Coil

Home industry yang bergerak dalam pembuatan spring bed ini didirikan oleh ibu Hj. Santi pada tahun 2010 yang berlokasi di Desa Babatan RT 04 RW 02 Kelurahan Jati Kabupaten Sidoarjo. Ibu Santi merintis usahanya berawal dari usaha ayahnya yang mengembangkan bisnis industri pegas. Bisnis ayahnya sangat berkembang pesat dan membuat ibu Santi sempat melanjutkan usaha keluarganya tersebut. Namun di satu sisi, ibu Santi ingin membuat usaha baru selain industri pegas. Lalu pada tahun 2006, ibu Santi mulai merintis usaha pembuatan spring bed di rumahnya. Ibu Santi termotivasi untuk membuka usaha spring bed dikarenakan industri pegas yang didirikan oleh ayahnya sudah mulai berkembang sehingga ibu Santi ingin membuat dua usaha berbeda tetapi tetap berkesinambungan. Motivasi lain yang menjadikan alasan ibu


(63)

Santi membuka usaha ini juga dikarenakan usaha UKM di saerah Sidoarjo sudah semakin menjamur dan didukung oleh pemerintah setempat.

Dengan dibantu suaminya dan sedikitnya sepuluh karyawan, Ibu Santi menjalankan usahanya hingga sekarang. Suaminya, bapak Nusa, bertugas memasarkan produknya melalui on the phone dan door to door dari toko ke toko. Sedangkan ibu Santi sebagai pengelola usaha bertugas mencatat pesanan baik dalam dan luar kota serta mencatat keuangan usaha ini. Hingga sekarang usaha yang dikelola oleh ibu Santi dan suaminya telah cukup berkembang. Industri rumahan yang dikelola oleh ibu Santi sudah meluas hingga luar Jawa Timur dan Bali.

4.1.1.3 Home Industry “Chrystalline

Home Industry “Chrystalline” juga merupakan industri rumahan yang bergerak di bidang pembuatan spring bed. Usaha pembuatan spring bed ini didirikan pada tahun 2012 yang berlokasi di Desa Suko RT 14 RW 16 Kabupaten Sidoarjo. Didirikan oleh bapak Alif , pemilik sekaligus sebagai pengelola usaha ini dengan dibantu istrinya yaitu ibu Sari. Ibu Sari sendiri bertugas sebagai pencatat pesanan barang dari toko ke toko. Sebelum terjun dalam usaha ini, pada awalnya bapak Alif usaha dagang kasur berbahan kapuk, karena dirasa usaha tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan dan biaya pendidikan anak-anaknya maka beralih menjalankan usaha pembuatan spring bed. Alasan lain dikarenakan juga masyarakat sekarang lebih memilih tempat tidur dari bahan pegas dan


(64)

busa. Itulah alasan bapak Alif termotivasi membuka usaha pembuatan spring bed.

Dengan dibantu istrinya dan beberapa karyawan, bapak Alif dapat menjalankan usahanya hingga sekarang. Pembuatan spring bed ini dikerjakan di rumahnya sendiri. Usahanya juga bisa dikatakan berkembang pesat karena setahun dapat menghasilkan omzet dari puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Produknya juga sudah dikenal hampir di seluruh Jawa.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Pencatatan keuangan oleh Industri Kecil

Informan akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000) dalam Pinasti (2007). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, mengajukan permohonan kredit, dan lain-lain.

Pemahaman keuangan yang baik dan teratur dari para pengusaha industri kecil akan mendororng terciptanya pencatatan dan pengelolaan keuangan yang baik pula, sehingga pengelolaan keuangan dapat terkontrol dengan baik.


(65)

Sub bab ini merupakan pertanyaan dan jawaban dari mini research question pertama dalam menjalankan usahanya.

Informan pertama peneliti adalah bapak Hasanu , pemilik home industry spring bed “Spring Zone” sekaligus pengelola usaha UD. Sakumpul. Pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti yaitu Apakah anda melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan?

Berikut pemaparan yang diungkapkan oleh Bapak Hasanu :

“kalau itu sih udah pasti dicatat mbak. Tapi ya nggak semuanya, yang paling dicatat ya cuma penjualan barang masuk dan keluarnya aja.”

(Informan Bapak Hasanu)

Berdasarkan pemaparan tersebut, bapak Hasanu telah melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan berdasarkan penjualan produk.

Informan selanjutnya adalah ibu Santi, pemilik home industry spring bed “World Coil”. Masih dengan pertanyaan yang sama. Apakah anda melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan ?

Berikut ini pemaparan dari ibu Santi :

“iya , tapi nggak semuanya sih mbak. Nyatetnya sih kalo ada transaksi dengan bukti bon atau nota dari toko supplier lain.”


(66)

Berdasarkan pemaparan tersebut bahwa ibu Santi melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan berdasarkan bukti – bukti transaksi.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara pada informan terakhir yaitu informan ketiga , bapak Alif selaku pemilik usaha home industry spring bed “Chrystalline”. Dengan pertanyaan sama yaitu Apakah Anda melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan ?

Berikut ini pemaparan dari bapak Alif :

“belum sepenuhnya mbak. Tergantung ada transaksi atau tidak” (Informan Bapak Alif)

Berdasarkan pemaparan tersebut, bapak Alif belum melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan dengan alasan ada tidaknya transaksi terjadi.

Setelah dilakukan wawancara dengan ketiga informan di atas, bahwa mereka telah melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan pada usaha mereka, namun pencatatan mereka berdasarkan terjadinya transaksi dan bukti - bukti transaksi.

4.2.2 Pentingnya Pencatatan Keuangan bagi Industri Kecil

Pencatatan keuangan mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelangsungan sebuah industri. Peranan pencatatan keuangan tidak hanya industri yang besar saja namun untuk industri kecil juga sangat


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai studi tentang Studi Penerapan Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan pada Industri Kecil Rumahan (Studi Kasus pada Home Industry Pembuatan Spring Bed di Wilayah Kabupaten Sidoarjo) dapat disimpulkan bahwa pengusaha industri kecil tersebut sebenarnya telah melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam sebuah usaha. Namun, para pengusaha tersebut melakukan pencatatan dan pengelolaannya masih sederhana, yaitu keluar dan masuknya uang.

Pandangan pemahaman keuangan oleh pengusaha industri kecil sangatlah kurang, namun para pengusaha tersebut masih berusaha untuk melakukan pencatatan keuangan walaupun dengan pengetahuan dan keterampilan yang sangat minim. Tujuan laporan keuangan dibuat oleh pemilik industri kecil diharapkan dapat mengontrol keuangan baik pengeluaran maupun pendapatan dalam menjalankan usaha tersebut.

Pencatatan keuangan yang sesuai standar yang telah ditetapkan yaitu SAK ETAP belumlah sepenuhnya dipahami. Hal ini diperkuat dengan keterangan informan bahwa pemahaman tentang akuntansi hanya sebatas mengetahui keluar masuknya barang, uang dan keuntungan


(2)

78

perusahaan. Padahal pencatatan dan pengelolaan keuangan yang baik sangatlah penting untuk diterapkan karena dengan pencatatan dan pengelolaan keuangan ini dapat dihasilkan sebuah informasi yang akan menuntun pengusaha dalam pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan yang baik dan teratur juga dibutuhkan apabila pemilik usaha akan melakukan peminjaman modal pada kreditur khususnya bank.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan di masa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Bagi pengusaha industri kecil

Bagi pengusaha yang bergerak di bidang pembuatan produksi spring bed diharapkan dapat menerapkan pencatatan keuangan yang lebih sistematis, lengkap, serta jelas perhitungan akhirnya, minimal sesuai dengan standar akuntansi pada umumnya. Mengenai jumlah buku pencatatan yang dilakukan setiap usaha pembuatan spring bed agar dikelompokkan masing – masing antara piutang dengan kas. Serta disarankan agar melakukan pencatatan jika ada pembatalan pemesanan dalam oder. Pengusaha juga harus memperhatikan pentingnya pemahaman pencatatan dan pengelolaan keuangan yang bertujuan


(3)

79

untuk mencapai tujuan usaha. Pemahaman pencatatan keuangan yang baik dan teratur akan mendorong terciptanya pencatatan keuangan yang baik pula, sehingga pengelolaan keuangan dapat terkontrol dengan baik.

2. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti – peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian karena penelitiannya yang menggali obyek lebih dalam, untuk penelitian selanjutnya juga diharapkan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan pada usaha rumahan pembuatan spring bed tetapi juga pada usaha lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana pencatatan keuangan pada unit usaha tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anonim, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Anonim, 2013, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Penelitian Skripsi,

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Chusing, Bary E, 1996, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi

Perusahaan, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas

tanpa Akuntabilitas Publik, Penerbit Dewan Standar Akuntansi

Keuangan, Jakarta.

Kao, Jhon, 1991, Enterpeneurship, Creativity and Organization, New Jersey : Practice Hall.

Kieso, Weygandt dan Warfield, 2002, Akuntansi Intermediate, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Martani, Dwi, 2007, Masukan Atas Rancangan Undang Undang Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, www.ukm-center.org, diakses pada

bulan Desember 2010.

Moleong, Lexy J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosda Karya.

Romney, Steinbart, 2004, Accounting Information System, Edisi Sembilan, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(5)

Subanar, Harimurti, 2011, Manajemen Usaha Kecil, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit CV. ALFABETA, Bandung.

Suwaldiman, 2005, Tujuan Pelaporan Keuangan : Konsep, Perbandingan dan

Rekayasa Sosial, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Ekonisia

Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, Yogyakarta.

Weygandt, Jerry J Kieso, Donald E, Kimmel, Paul D, 2007, Accounting

Principles, Edisi Ketujuh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilkinson, Joseph W, 1988, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Winwin, Yadiati, 2007, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Penerbit Kencana Prenada Group, Jakarta.

Yuhertiana, Indrawati, 2009, Panduan Penelitian Kualitatif bagi Pemula, Eureka Smart Publishing.

Skripsi :

Budi K, Moch. Rahman, 2013, Studi Penerapan Pencatatan Keuangan bagi

Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus pada Usaha Laundry Kiloan di Surabaya Timur), Skripsi Mahasiswa Akuntansi Fakultas

Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Hasyim, Arda Fatah, 2011, Implementasi Pencatatan Akuntansi pada Usaha

Waralaba Lokal (Studi Kasus pada Usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor), Skripsi Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Kurniawati, Fredia Tri, 2011, Makna Penerapan Pencatatan Keuangan bagi

Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus pada UD. Indah Furniture di Tuban), Skripsi Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.


(6)

Murniyati, 2011, Studi Pencatatan Keuangan pada Usaha Kecil Percetakan

Samudra Cipta Sakti di Surabaya, Skripsi Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Widyanto, Wasis Rizki, 2009, Implementasi Pencatatan Akuntansi di Industri

Rumahan (Studi Kasus pada Pengusaha Warung Internet di Daerah Wadung Asri), Skripsi Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Jurnal :

Aida dan Anna, 2011, “Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi pada

Industri Menengah di Kabupaten Jepara”, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan 2011

Ediraras, Dharma T, 2010, “Akuntansi dan Kinerja UKM”, Jurnal Ekonomi Bisnis, vol 15 No. 2, Agustus 2010, hal 152-158.

Narsa, Agus, Sigit, 2012, “Mengungkapkan Kesiapan UMKM dalam

Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK-ETAP) untuk Meningkatkan Akses Modal Perbankan”, Majalah Ekonomi, Tahun 22 no. 3, Agustus 2012, hal 204-214.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh penyelenggaraan dan Penggunaan

informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas

Informasi Akuntansi : Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia (JRAI), Vol 10, No.3, September, hal 321-331.

Website

http://id.wikipedia.org diunduh tanggal 10/12/2013 http://www.google.co.id diunduh tanggal 10/12/2013 http://www.depkominfo.go.id diunduh tanggal 15/1/2014 http://www.dprd-sidoarjokab.go.id diunduh tanggal 30/3/2014