PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell Di Tuban).

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

0613010167/FE/EA

RENI RISTIANA CHOIRIAH

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

0613010167/FE/EA

RENI RISTIANA CHOIRIAH

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

i

hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell Di Tuban).”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

3. Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya


(4)

ii

dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Anik Yuliati, Ec, M.Aks selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan dan nasihat.

7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

8. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

9. Mbak Dian, mbak Yanti, dan adik Devia, Sulis, Hanum, Wulan, Evi, Cahyo, Husni, Pungky, dan Ambarowo yang telah banyak membantu proses dalam mengerjakan skripsi dan selalu memotivasi penulis untuk tetap belajar.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Juli 2010


(5)

iii

DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Fokus Penelitian... 7

1.3. Perumusan Masalah... 8

1.4. Tujuan Penelitian... 8

1.5. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori... 15

2.2.1. Pengertian akuntansi... 15

2.2.2. Sistem Informasi akuntansi... 17

2.2.3. Pengertian Industri Kecil... 20

2.2.4. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)... 22

2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Industri Kecil... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 33

3.2. Alasan Ketertarikan Penulis (Acknowledge)... 36


(6)

iv

3.7. Pengujian Kredibilitas Data... 44

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1. Pendahuluan... 46

4.2. Sejarah Ponsel Di Indonesia... 48

4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia... 51

4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha counter pulsa... 55

4.5. Pencatatan keuangan usaha... 57

4.6. Penentuan tarif pulsa yang ditawarkan counter... 59

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Pemahaman Pengusaha Counter Pulsa Mengenai Pencatatan Keuangan usaha... 61 5.2. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol keuangan Perusahaan... 64 5.3. Pentingnya Menjaga Relasi dengan Pelanggan... 65

5.4. Pengelolaan Kembali Modal Usaha... 67

5.5. Jenis Transaksi Di Counter Pulsa... 68

5.6. Pemeriksaan Terhadap Transaksi... 69

5.7. Promosi yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan... 70


(7)

v


(8)

Oleh :

Reni Ristiana Choiriah

Abstrak

Usaha counter pulsa setiap tahun makin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan kondisi ini terlihat dari perkembangan telekomunikasi. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari teknologi komunikasi, industri, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut. Semakin maraknya penggunaaan

handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu counter

pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa Bedjo Cell terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan.

Berdasarkan observasi bahwa ditemukan adalah pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, hal tersebut dilakukan karena mereka masih berpikir bagaimana usaha mereka bertahan dan untuk berkembang serta menambah pendapatan mereka.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian 2010 akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik. Pemberlakuan ACFTA menjadi ancaman yang sangat serius bagi pelaku usaha dan akan berpengaruh kepada seberapa besar prospek dari setiap peluang usaha yang akan menjadi primadona dimasa yang akan datang. Dengan melihat kodisi ini maka akan banyak bermunculan peluang usaha baru yang akan menandai kebangkitan pasar lokal, dengan syarat kreatif memanfaatkan kesempatan yang ada.

Peranan Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) mempunyai peranan yang cukup penting bagi Indonesia. Pemerintah juga tidak menyampingkan peran IKRT sebagai salah satu penggerak kegiatan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya, pemerintah harus turut berperan serta dalam memberdayakan IKRT di antaranya dengan menciptakan kebijaksanaan yang berpihak pada IKRT. Usaha pemerintah dalam memberdayakan IKRT sebagai salah satu pondasi perekonomian Indonesia sudah sepantasnya tidak hanya dikonsentrasikan di pulau Jawa, tetapi selayaknya juga menumbuhkembangkan IKRT di luar Jawa. Hal ini sangatlah penting dalam rangka mengurangi tingkat ketimpangan ekonomi antar propinsi. Beberapa penelitian tentang ketimpangan ekonomi daerah di Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan disparitas yang 1


(10)

terus menerus sejak awal dekade 1970-an sampai 1997 (Syafrizal dalam Kuncoro dan Supomo, 2003).

Serta harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding linear dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan.

Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia termasuk di daerah-daerah pelosok nusantara. Salah satunya adalah dengan mengembangkan keterampilan menjadi usaha mandiri yang akan mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai karyawan ataupun buruh pada usaha yang dirintisnya.

Pemerintah juga menyelenggarakan kegiatan untuk melatih kewirausahaan masyarakat. PKMP mandiri adalah salah satu contoh sebagai sarana untuk melatih warga Indonesia agar dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan cara diberi modal pinjaman agar dapat mempunyai usaha sendiri sehingga secara tidak langsung mendidik masyarakat untuk menjadi wirausahawan. Menjadi wirausahawan sangatlah diperlukan, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi


(11)

juga untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan menciptakan lapangan pekerjaaan bagi orang lain.

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya berbagai macam teknologi mulai dari teknologi komunikasi, industri, sampai dengan teknologi pangan. Salah satu bentuk nyata kecanggihan teknologi komunikasi adalah tersedianya jasa komunikasi melalui handphone, yang mana semua orang dapat dengan mudah menggunakan dan mengakses fasilitasnya. Handphone telah digunakan hampir oleh seluruh lapisan masayarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun masayarakat kalangan menengah ke bawah. Bahkan tidak hanya orang tua yang dapat menggunakan handphone, tetapi anak yang masih duduk di bangku SD pun banyak yang telah menikmati fasilitas tersebut.

Semakin maraknya penggunaaan handphone, semakin marak pula kebutuhan akan pulsa. Maka dari itu pulsa merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan. Pulsa adalah biaya yang dikeluarkan untuk telepon.

Counter pulsa merupakan salah satu contoh industri kecil rumah tangga yang jenis usahanya adalah menawarkan jasa pengiriman pulsa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Hal ini ditunjang dengan pesatnya telekomunikasi yang terjadi saat ini.

Pada tahun 1999 laju pertumbuhan sektor telekomunikasi masih relatif kecil dibanding pertumbuhan sektor lainnya, pada tahun 2008 sektor


(12)

telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan komunikasi ini mampu memberikan kontribusi hingga 1,8 persen terhadap produk domestik (Sinaga : 2008).

Kebutuhan akan komunikasi juga mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menunjukkan perkembangan yang merata di semua lapisan masyarakat. Kenyataan yang terjadi 75% penduduk Indonesia telah memanfaatkan telepon seluler sebagai sarana berkomunikasi baik untuk menjalin silaturahmi maupun berbisnis. Otomatis kebutuhan transaksi pulsa masyarakat semakin tinggi, bahkan kebutuhan akan transaksi pulsa melebihi kebutuhan bahan bakar kendaraan dan rumah tangga. Dengan melihat kondisi di atas, persaingan bisnis pulsa saat ini semakin ketat. Banyak counter pulsa bermunculan dengan menawarkan harga yang bervariasi, dan cenderung menawarkan harga yang menarik untuk mendapatkan pelanggan. Komunikasi merupakan kebutuhan sekunder yang pemenuhannya akan terwujud jika kebutuhan primer telah terpenuhi dengan baik, dan kebutuhan sekunder ini mempunyai sifat untuk menunjang kebutuhan primer.

Melihat kondisi saat ini dengan adanya perlusaan counter pulsa, maka hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi satu sama lain sangatlah penting.

Counter pulsa dapat memberikan kemudahan bagi manusia untuk saling berkomunikasi dan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia.


(13)

Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak dan strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka proses persaingan diantaranya semakin berkembang, dimana jenis dari counter pulsa tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya adalah untuk jasa pengisian pulsa elektrik, pulsa fisik, jasa penjualan kartu perdana dan jasa keagenan pulsa. Dengan kata lain counter pulsa dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) bagi pelanggannya. (Warren & Reeve, 2005 : 16)

Saat ini banyak sekali counter pulsa yang bangkrut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolaan keuangan yang kurang baik.

Berdasarkan fenomena dilapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha counter pulsa belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar. Adanya pencampuran antara pencatatan keuangan usaha pulsa dengan usaha yang lainnya.

Kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007 : 322). Salah satu manajer klinik usaha dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI), (Idrus, 2000 dalam Pinasti, 2007), menyatakan


(14)

bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usahanya. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan.

Menurut Sutojo, (1994:20) industri kecil masih menghadapi berbagai masalah antara lain :

a. Tidak adanya atau kurang akuratnya perencanaan penganggaran tahunan, terutama kas.

b. Tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki catatan harga pokok produksi yang baik.

c. Perhitungan yang dilakukan secara kasar dalam penentuan harga jual, misalnya hanya mencatat pengeluaran untuk bahan baku dan tenaga kerja.

d. Banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti tentang pencatatan keuangan atau akuntansi

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Magginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Hal-hal diatas yang berhubungan dengan seharusnya profesi akuntan tesebut tidak terlaksana, dan bahkan beberapa dari pengusaha


(15)

kecil melakukan usaha tersebut dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu menyulitkan. Jika mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisaran transaksi sesuai dengan ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat bertindak sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur mengumpulkan, dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu organisasi (Sumadji dalam Widyanto, 2009)

Dari uraian diatas jelas bahwa pengusaha kecil masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki berbagai keunggulan kompetitif yang mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, peneliti mengangkat tema tentang industri kecil rumah tangga pada counter pulsa agar para pengusaha kecil dapat menangani permasalahan yang berkaitan dengan pencatatan keuangan yang sesuai dengan ketentuan akuntansi sehingga usaha mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang tentunya hal tersebut dapat meningkatkan perekomian rakyat Indonesia.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut :

1. Pemahaman mengenai pencatatan keuangan counter pulsa Bedjo Cell


(16)

2. Jenis transaksi dicounter pulsa Bedjo Cell

3. Biaya promosi yang dilakukan untuk menarik pelanggan

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan. Maka perumusan masalah yang dapat dibuat, yaitu: Bagaimana penerapan pencatatan keuangan dalam industri kecil rumahan pada counter pulsa?

Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas, peneliti menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung pada Tabel 1.1. Main Research Question

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha counter pulsa Bedjo Cell terhadap akuntansi.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan : 1. Bagi Industri Kecil Rumahan

Penerapan akuntansi yang dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat untuk mendatangkan keuntungan sehingga dapat


(17)

meningkatkan mutu pelayanan yang ditawarkan, dan diharapkan pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih profesional. 2. Bagi Universitas

Memperbanyak kasanah ilmiah pada perpustakaan UPN “VETERAN” JATIM sehingga dapat digunakan referensi bagi mahasiswa lain yang sedang melakukan penelitian dengan topik yang sama.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu akuntansi terutama aspek pencatatan transaksi di industri kecil rumahan serta meningkatkan semangat kewirausahaan di masyarakat.


(18)

11

2.1. Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penulis :

1. Sugeng Widodo (2007)

“Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik Jawa Timur”

a. Permasalahan :

1) Apakah jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, dan jumlah

industri kecil berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil didaerah Gresik?

2) Manakah variabel-variabel diatas yang paling berpengaruh

terhadap industri kecil didaerah gresik? b. Tujuan :

1) Untuk menguji jumlah pengaruh investasi, jumlah tenaga

kerja, dan jumlah indusri kecil didaerah gresik.

2) Untuk menguji faktor-faktor apa yang paling berpengaruh


(19)

c. Kesimpulan :

1) Investasi pada industri kecil mempengaruhi pendapatan di

Gresik, apabila tidak diikuti dengan kebijakan pemda setempat berupa kebijakan riil terhadap pembukaan lapangan kerja dan sektor riil secara bersamaan.

2) Lapangan kerja dari sektor industri kecil tidak mempunyai

pengaruh terhadap peningkatan di kabupaten Gresik secara mandiri.

3) Jumlah industri kecil yang beroperasi tidak mempengaruhi

perubahan di kabupaten Gresik.

4) Dari ketiga variabel yaitu, investasi, tenaga kerja, jumlah

industri kecil secara serempak baru mempunyai pengaruh bila ketiganya diterapkan secara bersamaan.

2. Margani Pinasti (2007)

“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”

a. Permasalahan :

Apakah penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi?


(20)

b. Tujuan :

Untuk menguji pengaruh penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi, melalui metode experimen.

c. Kesimpulan :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi.

3. Herri dan Irda (2005)

“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah Sumatra Barat”

a. Permasalahan :

1) Adakah pengaruh karakteristik enterpreneurial dan perusahaan

terhadap prestasi UKM Sumatra barat?

2) Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik

enterpreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang berprestasi rendah?


(21)

b. Tujuan :

1) Untuk mengetahui secara empiris karakteristik jiwa

kewirausahaan manajer/pemilik dan karakteristik UKM di Sumatera Barat.

2) Untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik

entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi UKM.

3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik antara

UKM yang berprestasi tinggi dengan yang berprestasi rendah.

c. Kesimpulan :

1) Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan,

hal ini bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha dalam membuka usaha. Oleh karena itu untuk mendorong lahirnya pengusaha atau enterpreneur maka tidak hanya diperlukan rangsangan peningkatan jiwa tetapi juga skim pembukaan usaha baru oleh pengambil kebijakan.

2) Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh perluasan daerah

pemasaran dengan prestasi UKM. Namun terlihat adanya kecenderungan bahwa UKM yang memasarkan produknya pada lingkup pasar yang lebih luas seperti keluar provinsi dan ekspor memiliki prestasi yang lebih tinggi dibanding UKM yang hanya memasarkan produknya didaerah sekitar.


(22)

Penelitian terdahulu yang telah diulas memiliki kesamaan dalam bentuk metodologinya, yaitu penelitian-penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada waktu, sample, dan metodologi penelitian, oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa lembaga terkait, menurut Yadiati (2007 : 1) definisi tersebut antara lain :

1. Accounting Principle Board (APB) dalam statement No. 4 disebut :

Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kualitatif, terutama yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan logis diantara tindakan alternatif.

2. American Institute Of certified Public Accountats (AICPA) dalam


(23)

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokam dan pengikhtisaran dengan cara yang berarti atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.

3. Paul Grady dalam ARS No. 7 AISPA, 1965, mendefinisikan :

Akuntansi merupakan suatu Body Of Knowledge serta fungsi

organisasi yang secara sistematik, orisinil dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, mengiterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti dibutuhkan oleh manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diterima.

4. Kieso and Weygandt, menyatakan :

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi yang pertama akuntansi sebagai alat untuk penyediaan informasi. Definisi kedua sebagai seni untuk mencatat, mengelompokkan dan mengikhtisarkan, sampai pada seni menafsirkan hasil dari transaksi keuangan. Yang ketiga

sebagai body of knowledge. Yang keempat sebagai sebuah sistem yang


(24)

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi

a. Pengertian sistem

Menurut Widjajanto (1989 : 1) sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2) suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan dengan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk mencapai tujuan.

b. Pengertian Informasi

Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut Cushing (1989 : 11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan menurur Wilkinson (1993 : 3), data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah


(25)

ditansformasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.

Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya data

harus diproses sehingga dapat menghasilkan output yang berupa

informasi

c. Sifat-Sifat Informasi

Menurut Wilkinson (1993 : 121) sifat-sifat informasi yang penting meliputi hal-hal berikut :

1. Relevansi

Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan sasaran perusahaan.

2. Kuantifiabilitas

Sejauhmana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam bentuk numerik)

3. Akurasi

Keandalan dan kepresisisan informasi

4. Kepadatan


(26)

5. Ketepatan waktu Keyakinan informasi

6. Cakupan

Rentang yang dicakup oleh informasi

d. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang menyelenggarakan akuntansi tersebut.

Secara garis besar (Weygandt, et al., 2007 : 6) pihak-pihak tersebut adalah :

1. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan,

mengorganisasikan dan megelola suatu bisnis. 2. Pengguna eksternal, yaitu :

a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat

keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.

b) Kreditor, seperti pemasok dan bankir menggunakan informasi

akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.

c) Badan Perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service

(IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi Undang-undang perpajakan.


(27)

d) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap harus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini produknya.

e) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat

membayar kenaikan upah dan tunjangan.

f) Perencanaan ekonomi, menggunakan informasi akuntansi

untuk meramalkan aktivitas perekonomian.

2.2.3. Pengertian Industri Kecil

Sadli (1979) dalam Widyanto (2009), menyatakan industri merupakan kumpulan dari perusahaan yang memproduksi barang, sedangkan Winardi berpendapat (1980) Industri sebagai usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan-perusahaan, misalnya transportasi dan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Anonim (1984) dalam Wibowo (2005), yang dimaksud industri adalah sebagai suatu usaha dalam proses produksi yang didalamnya ada proses bentuk dan barang, dalam proses produksi ini faktor alam dan juga misi dari teknologi yang dipergunakan mengarah pada misi pemerataan dan penerapan teknolodi madya atau sederhana serta bersifat padat karya.

Sesuai dengan pasal 1 dan ayat 5 Undang-Undang Tentang Usaha Kecil, kini dirumuskan dan kriteria usaha kecil menjadi agak jelas sesuai


(28)

dengan isi pasal 1 ayat 1 UU.No.0/1995 disebutkan : usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (Marbun, 1996 : 2).

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DESPERINDAG) mengelompokkan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang dimilikinya, yang dapat ditinjau dari besarnya investasi, teknologi yang digunakan, dan besarnya jumlah tenaga kerja. Adapun pengelompokkannya terdiri atas :

1. Industri Besar

Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan besar apabila investasi/ modal untuk mesin-mesin dan peralatan adalah Rp 500 juta keatas, sedangkan tenaga kerja yang digunakan adalah 100 orang atau lebih dan pemiliknya adalah warga negara Indonesia.

2. Industri Menengah

Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: investasi/modal untuk peralatan dan mesin-mesin nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta. Sedangkan tenaga kerja yang digunakan berkisar anatara 20 orang sampai 99 orang dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia


(29)

3. Industri Kecil

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke dalam perusahaan kecil jika nilai investasi/modal untuk membeli peralatan dan mesin-mesin berkisar antara Rp 50 Juta sampai Rp 200 Juta dan pemilik usaha adalah warga negara Indonesia, sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara 5 orang sampai 19 orang

4. Industri / Kerajinan Rumah Tangga

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke dalam Kerajinan Rumah Tangga jika nilai investasi / modal yang digunakan untuk peralatan dan mesin-mesin sama dengan jumlah atau nilai yang digunakan industri kecil atau bahkan tidak menggunakan modal sama sekali dan pemilik usaha biasanya adalah kepala keluarga (Bapak atau Ibu), sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara satu orang sampai lima orang dan pada umumnya adalah anggota keluarga

Pengertian industri kecil menurut biro pusat statistik (anonim 1994 : 90) adalah perusahaan yang menggunakan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang pekerja.

Pengertian industri kecil menurut Mintzberg (1992), yaitu merupakan organisasi yang memiliki entreprenual organization dengan ciri antara lain: struktur organisasi sangat sedehana, mempunyai


(30)

karakteristik khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang berlebihan, pembagian kerja yang kendur, memiliki hierarki manajemen yang kecil, sedikit aktivitas, yang diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan proses perencanaan, jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan, pengusaha sering sulit membedakan antar asset pribadi dan perusahaan, sistem akuntansi kurang baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan pengusaha mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama dengan perorangan, pendapat ini didukung oleh Huib Poot et al. (dalam Sirat ,2002) yaitu :

Small scale industry plays an important role in the process of industrialization from a number of different perspective. It employs the majority of the workers in the industrial labor force and trough its labor intensive nature, also has a great potential of new employment creation. Moreover, small scale industry is regionally highly dispersed, playing important role in the runal sector. Many small scale industries have strong ties wits the agricultural sector and are in highly dependennton domestic resources.

Pernyataan di atas secara implisit menunjukkan karakteristik, struktur industri, intensitas faktor produksi, tenaga kerja, produktivitas, maupun kebijakan dan strategi industri kecil. Perusahaan industri kecil, pada umumnya menjalankan kegiatan usahanya dengan memiliki keterbatasan-keterbatasan, seperti : skala usaha yang kecil, modal sendiri


(31)

dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga kerja yang dipekerjakan dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota keluarga.

2.2.4. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)

Menurut Kotler (1997: 28) pasar berubah luar biasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setiap perusahaan harus selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa yang siap dibeli orang. Oleh karena itu perusahaan dapat meningkatkan pendapatan bila memiliki visi yang berorientasi kebutuhuan masyarakat sehingga merupakan peluang

menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu

barang dan jasa yang mau dibeli orang.

Tantangan yang dihadapi setiap organisai adalah perubahan yang tidak pernah berakhir. Perubahan merupaka fenomena kehidupan yang mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk dan jasa sebagai pemenuhan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Kao (2001: 1)

Nothing living can be static.

Kao (2001: 23) berpendapat perusahaan kecil dalam

mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut sebagai strategi kewirausahaan dan keinginan pasar yang didalamnya


(32)

terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia yaitu optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao (2001: 30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko, inovasi, keahlian dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru, sebagai team dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi baru, pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia merupakan orang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi bagi perusahaannya.

Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam menjalankan usahanya.

2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil

Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil sebenarnya tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi untuk jenis perusahaan lainnya, dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang


(33)

sesuai dengan PSAK yang berlaku, dimana menurut PSAK dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangannya harus memenuhi komponen-komponen sebagai berikut (PSAK 2007: 3), yaitu:

1. Neraca

Dalam Neraca ini perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dan kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dala SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.

Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.

2. Laporan laba-rugi

Adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu usaha periode tertentu. Tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan laba. Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.


(34)

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :

a. pendapatan

b. laba rugi usaha

c. beban pinjaman

d. bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diberlakukan menggunakan metode ekuitas

e. beban pajak

f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g. pos luar biasa

h. hak minoritas

i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan

Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja perusahaan secara wajar.

3. Laporan perubahan ekuitas

Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan pada satu periode tertentu.

Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan , yang menunjukan :


(35)

b. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas

c. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan

perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.

d. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik

e. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode

serta perubahannya; dan

f. rekonsiliasi antara nilai tecatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar akuntansi Keuangan terkait. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakaian dalam pengambilan keputusan.

5. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas


(36)

harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :

a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;

b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas;

c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan

keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti

laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value

added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor

lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting (PSAK 2007 : 1.2), sedangkan untuk industri yang berjenis kecil apabila belum ada pengaturan di dalam PSAK, maka menajemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna


(37)

laporan keuangan, dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan :

a. persyaratan dan pedoman Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait.

b. definisi, kriteria pengakuan dam pengukuran aktiva, kewajiban, penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan

c. pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan

praktek industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf a dan b paragraf ini.

Manajemen juga harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi sebagai berikut :

a. relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan untuk

mengambil keputusan; dan

b. dapat diandalkan, dengan penngertian :

i. mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi

keuangan perusahaan.

ii. Menggambarkan subtansi ekonomi dari suatu kejadian atau

transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya. iii. Netral, yaitu bebas dari keberpihakan.


(38)

v. Mencakup semua hal yang material.

Untuk pelaporan laba-rugi pada perusahaan kecil, rincian yang pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh: penyusutan, pembelian bahan baku, beban transportasi, gaji, upah, dan beban iklan) dan tidak dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai komputer, dikarenakan mereka dapat melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :

a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber

b. Memasukkan data ke dalam sistem

c. Menjalankan komputer

d. Mengubah program dan data file

e. Menjalankan / mendistribusikan keluaran ; dan / atau

f. Mengubah sistem operasi

Hal-hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan tugas harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko pengendalian.


(39)

Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, sebagai berikut :

a. Konsentrasi dari pemilik dan / atau manajemen senior

b. Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber

pendanaan (source of financing) yang terbatas c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks / rumit

d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks /

rumit


(40)

33

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian bertujuan untuk mngetahui pemahaman dan penerapan pengelolaan keuangan bagi pelaku usaha industri kecil counter pulsa. Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, (Sugiyono,2005).

Adapun ciri-ciri Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah :

1. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

2. Peneliti sendiri merupakan instrumen penelitian yang paling penting


(41)

3. Penelitian Kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstrasikan, dan menarik kesimpulan. 4. Penelitian harus digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu

( shaping ), atau kasus (studi kasus) 5. Analisis bersifat Induktif

6. Di lapangan peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang

ditelitinya.

7. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama

8. Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya dengan

dokumen, wawancara, observasi mendalam, dan lain-lain (data lisan dicek dengan data tulis)

9. Orang atau sesuatu yang dijadiakan subjek penelitian tersebut partisipan (buku dapat dianggap sebagai partisipan) dan konsultan serta teman dapat dijadikan partisipan.

10. Titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya peneliti harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dari orang yang diteliti dan bukan dari etik (dari kaca mata peneliti).


(42)

Dalam penelitian ini yang diamati adalah orang, yaitu pemilik dan pegawai pada industri kecil rumahan berbentuk counter pulsa dengan berbagai latar belakangnya. Terkadang para pemilik juga merangkap sebagai kasir, namun tidak sedikit pula yang mempekerjakan orang lain untuk bagian tersebut. Dalam posisi tersebut, kegiatannya berupa mengerjakan tugas-tugas yang ada atau bahkan harus bisa menangani permasalahan yang terjadi dalam counter pulsa tersebut. Oleh karena itu, untuk posisi kasir, minimal pegawai mengerti bagaimana pencatatan pemasukan yang diperoleh, terlebih jika sumber daya manusia yang berada di dalam posisi ini mengerti tentang akuntansi. Interaksi dan komunikasi antara pemilik dan pegawai dengan tempat atau lingkungan dimana unit usaha tersebut berdiri (Place), kemudian berapa lama unit usaha tersebut telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.

Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru, tetapi permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya dengan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit diungkapkan.


(43)

3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)

Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari. Peneliti baru merasakan perkembangan usaha tersebut pada tahun 2006. Dimana masyarakat banyak yang menggunakan handphone untuk berkomunikasi, dan membutuhkan pulsa sebagai media untuk berkomunikasi. Usaha counter pulsa merupakan usaha yang sangat mudah untuk dijalankan dan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan.

Counter pulsa merupakan peluang usaha yang mengutamakan letak dan strategis untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan menggunakan modal yang dikeluarkan. Semakin banyaknya usaha ini maka proses persaingan diantaranya semakin berkembang, dimana jenis dari counter pulsa tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya adalah untuk jasa pengisian pulsa elektrik, pulsa fisik, jasa penjualan kartu perdana dan jasa keagenan pulsa.

Kebanyakan dari pengusaha kecil hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang / utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan format yang sesuai dengan standar akuntansi. Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.


(44)

Berbicara mengenai menjalankan usaha tentu banyak dimensi yang terlibat dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi pemasaran, sumber daya manusia, keuangan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas dimendi keuangan tersebut, karena disadari atau tidak dimensi keuangan sering tidak mendapat perhatian yang serius dan hanya memperhatikan bagaimana mendapat untung yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan cara mengolah uang hasil laba tersebut.

You won’t succeed at your business unless you raise enough money to get started. Once you have enough money to begin operation, you must use it wisely to stay in business (Stillman, 1983 : 95).

Masalah pengelolaan keuangan dari para usaha terganjal oleh masalah sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi dianggap suatu yang merepotkan dan sulit. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan keuangan.

Hal ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu bagaimana pengusaha memahami pencatatan keuangan akuntansi didalam usaha counter pulsa tersebut? bagaimana biaya yang digunakan untuk melakukan promosi yang digunakan untuk menarik pelanggan?bagaimana jenis transaksi yang dilakukan oleh counter pulsa tersebut?

Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui sampai sejauh mana kepahaman dari para pengusaha counter pulsa akan akuntansi


(45)

sebab pertanyaan yang ada didalam benak peneliti yang ada diatas erat hubungannya dengan seni pencatatan bukti transaksi. Hal ini disebabkan keadaan dilapangan yang dialami oleh peneliti ada ketidakmengertian akan penggolongan akan transaksi dan ketidakjelasan mengenai bentuk pencatatan keuangan yang dilakukan oleh counter pulsa tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui dan memudahkan peneliti untuk memahami bentuk pencatatan keuangan counter pulsa tersebut.

3.3. Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah Bapak Sugiyono selaku pemilik usaha counter pulsa Bedjo cell, Saudara Said adalah pengelola selaku orang menjaga usaha counter pulsa dan sekaligus yang merangkap sebagai kasir yang masih merupakan saudara dari Bapak Sugiyono. Selanjutnya informan dari pendamping adalah Bapak Fajar. SE. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian dikarenakan pekerjaan mereka berhubungan dengan hal mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di unit usaha tersebut sebab hal-hal peneliti sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi usaha tersebut untuk bertindak demi kelangsungan usaha mereka mendatang dan


(46)

suatu aturan yang digunakan untuk mengukur kinerja dan kepuasan pelanggan terhadap layanan yang ditawarkan.

3.4. Lokus Penelitian

Lokus yang digunakan untuk penelitian ini adalah counter pulsa di Jl. Hayam Wuruk 408 Semanding Tuban, dengan nama usahanya adalah Bedjo Cell. counter ini mulai beroperasi pada tahun 2005, latar belakang pendiri dan pemilik usaha ini adalah seorang guru, yang kemudian usaha counter pulsa tersebut dikelola oleh seorang wirausahan sejati, sebelum mengelola usaha tersebut beliau pernah menjalankan usaha berdagang milik orang tuanya. Beliau tertarik untuk mengembangkan usaha counter pulsa karena melihat bahwa banyaknya masyarakat di lingkungan sekitar yang

menggunakan handpone serta adanya peluang bisnis yang menjanjikan

untuk masa depan.

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan usaha


(47)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian

secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survei pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian serta mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin interaksi dengan informan.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan komunikasi pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian


(48)

(informan). Hal ini dilakukan sebagai kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.

2. Survei lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung

yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak

yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut untuk membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.

Selain itu, wawancara tersebut dilakukan untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalaman pengusaha counter pulsa terutama yang berkaitan dengan informasi. Wawancara berlangsung secara diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sehingga dapat ditemukan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan dengan baik (terbuka, santai, dan mengarah dalam menjawab permasalahan penelitian).

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen

yang terkait dengan penelitian.

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.


(49)

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan keuangan dari bisnis counter pulsa.

3.6. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan Spradley.

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :

1. data reduction (reduksi data),

data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituang kan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti direduksikan, dirangkum dan dipillih hal-hal yang pokok. Difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui penyuntingan, pemberian kode, pentabelan). Reduksi data ini dilakuakn terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

2. data display (penyajian data)

penyajian data dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari


(50)

penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh. 3. conclusion drawing /verification.

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus-terus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpilan tentative. Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus-menerus. Baru ditarik kesimpulan yang bersifat grounded . dengan kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus menerus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.


(51)

3.7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara (Sugiyono, 2005):

1. Perpanjangan pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I, data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih belum konsisten, masih berubah-ubah. Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

2. Meningkatkan ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan sehingga peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan


(52)

tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data, dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pemilik dan pegawai. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika narasumber memberikan data yang berbeda, maka datanya belum kredibel.


(53)

46

4.1. Pendahuluan

Penelitian ini disusun dengan menggambil objek penelitian di counter

pulsa Bedjo Cell. Hal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian ini telah dicapai. Dengan membahas permasalahan yang sama mengenai penerapan pencatatan keuangan pada lokus ini, peneliti dapat mengkaji lebih dalam sejauhmana pencatatan keuangan telah diterapkan pada unit usaha counter pulsa.

Counter pulsa yang menjadi lokus penelitian ini adalah counter pulsa Bedjo Cell di jalan Hayam Wuruk no. 408 Semanding Tuban. Usaha yang dimiliki oleh bapak Sugiyono berjumlah dua jenis, diantaranya adalah warung internet Bejo net com dan counter pulsa Bedjo Cell. Bapak Sugiyono memilih nama Bedjo karena Bedjo dalam bahasa jawa artinya adalah beruntung maka pemilik berharap mengambil nama Bedjo tersebut untuk mendapat keberuntungan, dan merupakan nama yang mudah diingat oleh orang, nama yang aneh dan terkadang bikin orang tertawa karena nama yang dipakai merupakan nama yang lucu lain dengan nama-nama yang yang digunakan kebanyakan pengusaha.


(54)

Awal memulai usaha counter pulsa pada tahun 2005. Pendirian ini dilatarbelakangi dengan mengetahui usaha counter didesa setempat masih sedikit minimal satu counter dan melihat bahwa banyak masyarakat yang

menggunakan handphone dan melihat itu pemilik melihat ini adalah peluang

usaha yang bagus. Sebelumnya Bapak Sugiyono memang tidak percaya pulsa akan menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat karena handphone pada waktu itu masih menjadi barang mewah yang tidak banyak dimiliki oleh masyarakat.

Tapi sejalan dengan kemajuan telekomunikasi dan perkembangan zaman mengakibatkan kebutuhan pulsa semakin meningkat. Dengan ketekunan bapak Sugiyono maka usaha counter yang dijalankan sekarang menjadi usaha yang maju. Usaha tersebut bertujuan Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pulsa dan untuk menambah pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berikut pemaparan informan Sugiyono :

“Pada tahun 2005 mengetahui usaha counter didesa setempat masih sedikit minimal satu counter dan melihat bahwa banyak orang yang menggunakan hp dan melihat itu saya melihat ini adalah peluang usaha yang bagus.”

Selain usaha counter bapak Sugiyono juga mempunyai usaha warung internet yang berdiri tahun 2009 yang modalnya berasal dari modal keuntungan usaha counter. Latar belakang karena internet juga banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat bukan hanya digunakan untuk


(55)

mencari data melainkan bisa untuk game online. Usaha warnet ini juga mampu menambah pendapatan dan keuntungan bagi pengusaha tersebut.

4.2. Sejarah Ponsel Di Indonesia

Pada dekade tahun 70-an negara-negara maju di eropa menerapkan teknologi seluler untuk komunikasi. Di Indonesia sendiri baru menerapkan kecanggihan teknologi komunikasi tersebut belasan tahun kemudian. Dimulai pada tahun 1984 teknologi seluler pertama kali hadir di Indonesia dengan berbasis teknologi nordic mobile telephone (NMT).

Di tahun 1985-1992 ponsel mulai beredar di Indonesia, namun tidak bisa di masukkan kedalam saku baju atau celana karena bentuknya yang besar dan panjang, dengan berat rata2 430gram (hampir setengah kilogram).

Harga ponselnya juga tidak murah,berkisar diatas 10 juta per unit. Di tahun ini pula baru dikenal dua teknologi seluler yaitu NMT-470, modifikasi NMT-450.

Di akhir 1993 PT Telkom memulai proyek percontohan seluler digital Global System for Mobile (GSM), dimulai di dua pulau, yakni Pulau Batam dan Pulau Bintan. Di tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) beroperasi sebagai operator GSM pertama di Indonesia, dengan mengawali kegiatan operasinya di Jakarta dan sekitarnya. Karena GSM menggunakan kartu SIM, maka hal itu aman dari penggandaan dan penyadapan serta mutu prima dan jangkauan luas.


(56)

Tahun 1995 proyek Telkom di Batam berlangsung sukses dan di lanjutkan ke provinsi-provinsi di Sumatra, lalu menjadikan Telkomsel pada 26 mei 1995 sebagai operator GSM nasional bersama Satelindo.

Kemudian di Tahun 1996 Telkomsel dengan produk kartu Halo-nya sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar, kemudian masuk Jakarta. Di penghujung tahun 1996 ini pula, PT. Excelcomindo Pratama (Excelcom) berbasis GSM beroperasi di Jakarta sebagai operator GSM ke tiga di Indonesia. Setelah itu di tahun 1998 Excelcom meluncurkan kartu prabayar Pro-XL yang memberi alternatif bagi konsumen untuk memilih dengan layanan roaming. Satelindo menyusul Telkomsel dan Excelcom dengan meluncurkan kartu prabayar mentari, dengan keunggulan tarif dihitung perdetik, sehingga dalam waktu singkat menjaring lebih 100.00 pelanggan.

Layanan pesan singkat, mulai di perkenalkan pada tahun 2000, dan menjadi fenomena di kalangan pengguna ponsel, karena sangat praktis dan murah biayanya. Di tahun ini pula PT. Indosat dan PT. Telkom mendapat lisensi sebagai operator GSM 1800 nasional. Layanan seluler kedua BUMN itu kemudian beroperasi pada tanggal 1 Agustus tahun 2001. Babak baru bertelekomunikasi berlanjut di tahun 2003, yaitu dengan hadirnya Telkom Flexi, yang mengusung teknologi CDMA 2000 1X,kemudian di belakang Flexi ada Esia dari Bakrie Telecom, Fren & Hepi dari Mobile8, Star One dari Indosat, Smart dari Lippo Telecom, dan terakhir Ceria dari Sampoerna Telecom.


(57)

Kemudian ponsel-ponsel yang masuk ke Indonesia juga sejalan dengan perkembangan operator-operator seluler yang telah disebutkan di atas. Kehadiran ponsel di Indonesia dimulai dari generasi kedua, sampai generasi ke empat. Berikut ulasan singkat tentang generasi ponsel tersebut :

a. Generasi Kedua

Ponsel generasi ini juga biasa disebut 2G hadir pada pertengahan 1990-an. Beroperasi pada jaringan GSM dengan menggunakan frekuensi standar 900 Mhz dan frekuensi 1800 Mhz. Pada generasi ini sinyal analog telah di ubah dengan sinyal digital.Penggunaan sinyal digital melengkapi ponsel dengan pesan suara, panggilan tunggu dan SMS.

b. Generasi Ketiga

Ponsel generasi ini juga disebut 3G, fiturnya adalah memungkinkan operator jaringan untuk memberi para pengguna ponsel ini memiliki jangkauan yang lebih luas,termasuk internet dan Video call berteknologi tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia telekomunikasi yaitu

Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE), Wideband-CDMA, dan

CDMA 2000. Kelemahan dari generasi 3G ini adalah biaya yang relatif lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan karena masih barunya teknologi ini.

c. Generasi Keempat

Ponsel generasi ini juga disebut 4G. 4G merupakan sistem ponsel yang menawarkan babak baru dan solusi infrastruktur yang mengintegrasikan


(58)

teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband (WiBro), CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dan lain-lain. Sistem 4G berdasarkan

keragaman jaringan IP, yang memungkinkan pengguna untuk

menggunakan beragam sistem kapan saja dan dimana saja.

4G juga memberikan penggunanya kecepatan tinggi, volume tinggi, kualitas baik, jangkauan global, dan fleksibilitas utnuk menjelajahi berbagai teknologi berbeda. Terakhir, 4G memberikan pelayanan pengiriman data cepat untuk mengakomodasi berbagai aplikasi multimedia seperti, video conferencing, game on-line, dan lainnya.

4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia

Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir industri telekomunikasi bergerak cepat. Ibarat "jet coaster", pertumbuhan industri telekomunikasi melesat, dan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.

Betapa tidak jika pada tahun 1999 laju pertumbuhan sektor telekomunikasi masih relatif kecil dibanding pertumbuhan sektor lainnya misalnya sektor perdagangan dan manufaktur, pada tahun 2008 sektor telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan komunikasi (Information, Communication and Technology/ICT) ini mampu memberi kontribusi hingga 1,8 persen terhadap produk domestic bruto (PDB).


(59)

Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kontribusi sektor telekomunikasi terhadap PDB terus mengalami peningkatan dan telah mencapai 1,8 persen, lebih tinggi dibanding perkiraan lembaga survei asing sekitar 1,3 persen.

Harus diakui dampak multiplier industri telekomunikasi di Indonesia sangat luar biasa, karena menjadi infrastruktur penggerak seluruh sektor mulai industri telekomunikasi itu sendiri, juga mendorong sektor perdagangan, manufaktur, sektor usaha kecil sebagai penggerak ekonomi rakyat.

Seiring perkembangan teknologi, layanan telekomunikasi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Jika sekitar 10 tahun lalu rata-rata seorang penduduk mengeluarkan biaya komunikasi masih relatif kecil, belakangan dengan kasat mata seorang pengguna telepon bisa menghabiskan pulsa hingga ratusa ribu rupiah.

Mengutip hasil riset Sharing Vision, potensi pasar telekomunikasi kian meningkat tercermin dari hasil survei bahwa belanja komunikasi masyarakat saat ini berkisar 10-15 persen dari penghasilan per bulan. Jika merujuk data Badan Pusat Statistik pendapatan per kapita pada 2007 sebesar 1.946 dolar AS, dengan kurs Rp9.500 per dolar AS maka pendapatan rata-rata penduduk mencapai Rp18,5 juta per tahun.

Dengan itu dapat dihitung bahwa belanja komunikasi masyarakat meliputi telepon tetap (kabel), telepon seluler, maupun internet bisa mencapai sekitar Rp 2,7 juta per penduduk/tahun.


(60)

Demikian halnya total belanja komunikasi seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta orang, diperkirakan bisa mencapai sekitar Rp 500 triliun setiap tahun.

Belum lagi biaya pembangunan infrastruktur operator telekomunikasi yang setiap tahun dianggarkan operator telekomunikasi untuk investasi yang mencapai total sekitar Rp 60-80 triliun setiap tahun.

Setiap pertumbuhan investasi satu persen di sektor ICT akan memberi dampak berantai terhadap kegiatan ekonomi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu perlu kemampuan untuk meningkatkan daya saing, terutama dalam menghadapi tantangan global dengan berpijak pada asas kemandirian dan kepastian hukum.

Merujuk pada besarnya potensi ekonomi yang dapat digerakkan dan demi menangkap peluang usaha di sektor telekomunikasi maka pelaku industri di bidang ICT meningkatkan penggunaan kandungan lokal (local content) perangkat hingga minimal 35 persen dari saat ini yang mencapai sekitar 20-25 persen. Diharapkan peningkatan lokal industri ICT dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Persaingan sengit tahun 2008 boleh dikatakan sebagai masa yang sangat berat bagi industri telekomunikasi karena persaingan antar operator yang kian sengit.


(61)

Pada tahun 2008 itu pula banyak catatan penting yang menghiasi wajah industri telekomunikasi tanah air. Registrasi data pelanggan telepon mulai diberlakukan. Penurunan tarif interkoneksi yang ditetapkan regulator mengimplikasikan penurunan tarif layanan komunikasi

Pada tahun 2008, industri telekomunikasi juga dikejutkan keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bahwa enam operator enam operator telepon seluler PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL), PT Telkomsel, PT Telkom Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mobile-8 Telecom, dan PT Smart Telecom terbukti melakukan pelanggaran persaingan usaha tidak sehat dengan melakukan kartel layanan pesan singkat (SMS) periode tahun 2004 sampai 1 April 2008.

Memasuki tahun 2009, sebagian besar kalangan masih memperkirakan bahwa industri telekomunikasi menjadi sektor yang masih aktraktif meski dibayang-bayangi dampak krisis keuangan global.

Salah satu proyek pemerintah dalam mengembangkan ICT ditanah air adalah pembangunan Palapa Ring dan Unversal Service Obligation (USO) yang diharapkan selesai pada tahun 2009 dan 2010.

Proyek Palapa Ring merupakan proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau 33 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Direncanakan proyek ini akan menggunakan kabel laut sepanjang 35.280 kilometer, sedangkan kabel di daratan sejauh 21.807 km.


(62)

Proyek ini bertujuan menyediakan infrastruktur telekomunikasi berkapasitas besar dan terpadu diseluruh Indonesia.

Kedua proyek ini tujuannya dipastikan sangat mulia, karena menjamin membuka keterisolasian suatu daerah, hingga memberikan layanan komunikasi yang sangat handal ke depan. (ANT/Roike Sinaga).

4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha counter pulsa

Setiap usaha pasti memiliki permasalahan yang harus dihadapi dalam kesehariannya, begitu juga dalam unit usaha counter pulsa. Memang di dalam

keseharian penyediaan jasa pulsa untuk keperluaan komunikasi

permasalahannya dapat dikatakan sedikit dan hampir tidak ada. Permasalahan yang biasa terjadi jika dalam pengisisan pulsa elektrik gagal berikut adalah pemaparan oleh pemilik counter pulsa sebagai berikut :

“Kendalanya biasanya terjadi pada pulsa elektrik, banyak yang komplain apabila terjadi troubel dalam pengisian pulsa. terkadang banyak orang yang melakukan kecurangan terhadap pulsa yang diisi, mereka bilang belum diisi padahal udah masuk ”

(Informan Sugiyono) Sekilas pemaparan tersebut adalah beralasan karena terjadi gangguan dalam pengisian pulsa terjadi dari pusat layanan jasa telekomunikasi tersebut. Namun terkadang pihak pelanggan tidak puas dengan layanan yang diberikan oleh counter . hal tersebut juga dipaparkan oleh pengelola, yaitu :

“...komplain gara-gara pulsa pengen cepet masuk, kebanyakan yang komplain itu orang tua yang g paham istilah trouble, padahal kan trouble iku


(63)

kan dari pusatnya misale indosat ato telkomsel. Aku Cuma ngisi yang transfer pulsa ya dr pusat...”

(Informan Said) Dari pemaparan informan Said peneliti menyimpulkan bahwa cepat lamanya pulsa masuk ke pelanggan itu tergantung pada jaringan dari pusat jasa telekomunikasi, pengusaha counter pulsa merupakan pihak kedua yang melakukan pengisian pulsa dan yang mengirim pulsa adalah pihak jasa telekomunikasi (operatornya) tersebut.

“...kendala kadang customer gak mau tau, pulsa harus masuk customer diberi nota pada setiap membeli pulsa karena kalo gak masuk bisa dicek keoperatornya kendala ini memang sudah biasa. kadang stock kosong juga bisa menjadi kendala. Kendala dari pegawai bagaimana melayani, kendala nomer yang disampaikan kepada pelanggan gak match itu sering terjadi juga. Pelayanan juga pengaruh seperti ada customer membeli pulsa yang pengisiannya gak dilakukan didepan customer karena kipet hp yang rusak. Sebenarnya kita yang salah...”

( Informan Fajar) Kendala-kendala dalam pengisian pulsa memang menjadi permasalahan pengusaha counter pulsa yang memang terkadang terjadi adanya gangguan pada operatornya. Kendala lainnya juga bisa terjadi dari pelayanannya seperti kehabisan stock pulsa atau terjadi kerusakan handphone

dimana handphone merupakan media untuk melakukan pengiriman pulsa

pada saat ada pembeli yang ingin membeli pulsa.

Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan bahwa kendala-kendala tersebut memang sering terjadi khususnya untuk pengisian pulsa elektrik,


(64)

sering terjadi gangguan sehingga menghambat pengisian pulsa. Peneliti juga merasakan hal tersebut karena peneliti juga sebagai konsumen.

Adanya prinsip kepercayaan dan kekeluargaan antara pemilik dan pengelola maka tidak ada permasalahan atau kendala terkait dengan penerapan pencatatan keuangan pada unit usaha counter pulsa tersebut. Berikut pemaparan oleh pemilik counter pulsa :

“....Tidak ada permasalahan yang menurut saya karena pencatatannya kan saya sendiri yang membuat dan itu sesuai dengan pengetahuan saya. Dan idak ada kesulitan karena dikelola dan dijaga sendiri(keluarga).”

(Informan Sugiyono) Permasalahan mengenai pencatatan keuangan pada unit usaha counter pulsa ini tidak ada kendala karena untuk melakukan pencatatan keuangan pengusaha melakukannya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya saja. Begitu juga mengenai sumber daya manusia mereka tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha counter pulsa tersebut karena usaha counter pulsa dijaga dan dikelola sendiri (keluarga).

4.5. Pencatatan keuangan usaha

semua badan usaha pasti memiliki pencatatan keuangan yang berasal dari transaksi transaksi yang terjadi sehari-harinya, begitu juga dengan usaha counter pulsa. Counter pulsa yang dibahas pencatatan ini yang termasuk UKM berjenis industri kecil rumahan.


(65)

Sama seperti semua UKM mereka masih memiliki pencatatan yang sederhana, ini terlihat dari pemaparan dari informan Sugiyono sebagai pemilik counter pulsa :

ada pencatatan keuangan dalam usaha tapi ya masih sederhana

atau kasar, serta ada pemisahan pencatatan, seperti ada pencatatan dalam harga voucher fisik, elektrik dan perdana. Fungsi dari pencatatan tersebut guna mengetahui dan mengecek berapa yang keluar, masuk dan pencatatan dilakukan setiap hari ”

(Informan Sugiyono) Memang apa yang dilakukan oleh informan Sugiyono ini beralasan, sebab menurut pengamatan peneliti informan Sugiyono sebagai pemilik counter pulsa ini menjalankan bisnis counter pulsa berdasarkan peluang, pengalaman dan pengetahuannya dalam melakukan pencatatan keuangan. Pencatatan keuangan yang dilakukan Bapak Sugiyono berfungsi untuk mengontrol pengeluaran dan pemasukan setiap hari.

Hal tersebut juga didukung oleh pemaparan informan Said sebagai pengelola berikut :

“pencatatannya masih sederhana menurut pemahaman ku sendiri kadang juga gak tak catet soale males. soale aku ngertine akuntansi iku nyatet keluar masuknya barang.”

(Informan Said) Pencatatan keuangan dilakukan secara sederhana sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki mereka dan adanya faktor malas yang menyebabkan terkadang tidak dilakukan pencatatan.


(66)

“untuk pencatatan keuangan ini sangat sederhana, pemasukan dan pengeluaran ini dijadikan satu, sudah merupakan kemauan bagi mereka untuk mencatat, biasanya counter gak nyatat, meskipun posisinya kurang bagus, karena dengan pencatatan mereka sudah mengerti kekayaan mereka. Pencatatan itu global, tergantung pemiliknya itu kan usaha sendiri kalo mau digabung ya gak masalah biar gak bingung...”

(Informan Fajar) Adanya kemauan bagi pengusaha kecil untuk mencatat merupakan hal yang bagus untuk meningkatkan kelancaran usahanya karena dengan melakukan pencatatan keuangan mereka dapat mengetahui kekayaan yang mereka dapatkan selama menjalankan usahanya tersebut meskipun pencatatan tersebut masih sederhana.

4.6. Penentuan tarif pulsa yang ditawarkan counter

Dalam menentukan harga jual pulsa maupun kartu perdana sebaiknya kompetitif, dengan kata lain masih dalam rentang harga wajar serta relatif berimbang dari pesaing terdekat. Karena berbisnis pulsa merupakan bisnis dengan persaingan yang sangat ketat. Dalam berbisnis pulsa lebih baik mengutamakan perputaran modal daripada margin keuntungan yang artinya, lebih mengutamakan frekuensi transaksi tinggi dengan keuntungan yang tipis daripada mempunyai keuntungan yang besar namun jarang pembeli. Pengusaha counter menentukan tarif layanannya yaitu dengan mengikuti harga pasar counter pulsa lainnya yang relatif sama. Berikut pemaparanya oleh pemilik counter pulsa :


(67)

“....Tarif yang dikeluarkan ya sesuai dengan harga pasar sekarang...”

(Informan Sugiyono) Tarif yang ditawarkan pengusaha counter pulsa kepada konsumennya tersebut yaitu mengikuti harga pasar yang ditawarkan counter-counter yang lainnya. Karena untuk meningkatkan daya saing pembeli pulsa. Pemaparan tersebut didukung oleh pengelola counter pulsa sebagai berikut :

“....Untuk tarif aku ikut harga pasar. Liat pasaranya rapa ya ikut aja paling luweh-luweh yo Rp 1000...”

(Informan Said)

Dalam menentukan tarif yang ditawarkan pelanggan keduanya mengikuti harga pasar yang ditawarkan karena untuk menyeimbangkan penjualan pulsa kepada pelanggan.

“...Umumnya itu tergantung pengusaha dan tempat, kalo dulu aku Patokan waktu awal-awal belum rame tu rata-rata orang itu berpatokan margin 1500. Cuman setelah banyak yang buka ada yang 1000 ada juga yang 500 ya tergantung. kalo disini tak buat margin 500 kadang juga 200. Rata2 orang memakai margin paling rendah sekitar 200 sampe 500. lo diliat se sprti itu. lo diliat dulu se standar 1500....”

(Informan Fajar) Pemberlakuan tarif yang ditawarkan tersebut tergantung pada pengusaha tersebut dalam menentukan tarif yang ditawarkan. Tetapi pada umumya tarif tersebut sama atau tidak jauh beda selisihnya dengan tarif yang ditawarkan pengusaha counter pulsa lainnya. Karena sebaiknya dalam menetukan tarif yang ditawarkan pengusaha lebih baik yang sesuai dengan harga wajar.


(68)

61

(

Studi Kasus Pada Pengusaha Counter Pulsa Bedjo Cell di Tuban

)

5.1. Pemahaman Pengusaha Counter Pulsa Mengenai Pencatatan Keuangan usaha

Pada sub bab ini merupakan jawaban dari mini research kedua mengenai pemahaman dan penerapan pencatatan keuangan pada unit usaha counter pulsa. Dalam penelitian ini pencatatan keuangan sangatlah penting karena untuk mengetahui keluar masuknya barang maupun uang dan mengetahui pendapatan yang diperoleh.

“………penting, untuk mengetahui sejauhmana keluar masuknya

barang dan uang yang diterima pada hari itu dan untuk mngetahui rugi laba dan pendapatan per hari...”

(Informan Sugiyono) Demikian juga yang diungkapkan oleh pengelola counter pulsa tentang pentingnya pencatatan keuangan selama menjalankan usaha karena untuk mengetahui keluar masuknya barang dan pendapatan yang diperoleh setiap harinya. Tetapi karena ada unsur kepercayaan antara pemilik dan pengelola selaku penjaga yang pencatatan keuangan tersebut kadang juga tidak dicatat. Berikut pemaparan yang dikemukakan oleh pengelola tersebut :


(1)

73 6.1. Kesimpulan

Dengan berakhirnya penelitian ini, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan dan suatu gambaran yang sangat jelas mengenai penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan yang terjadi di counter pulsa, karena menurut survey sebelum penelitian ini berlangsung peneliti menemukan beberapa kekurangan yang terjadi pada unit usaha counter pulsa terkait penerapan pencatatan keuangan.

Pada dasarnya, pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pengusaha unit usaha counter pulsa ini yaitu dengan melakukan pencatatan sederhana yang sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman pengusaha itu sendiri, yang bertujuan untuk mengontrol pendapatan dan pengeluaran dalam menjalankan unit usaha tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha belum sepenuhnya memahami pencatatan atas laporan keuangan yang sesuai akuntansi. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya keterangan informan yang mengakui bahwa pemahaman tentang akuntansi hanya sebatas mengetahui keluar dan masuknya barang dan uang karena disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya pencatatan keuangan yang dimiliki pengusaha counter pulsa tersebut. Pencatatan keuangan yang sesuai dengan akuntansi penting untuk diterapkan karena akuntansi adalah bahasa bisnis, bahasa yang akan


(2)

74

menuntun pengusaha untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan atas laporan keuangan usaha yang baik dan teratur dibutuhkan apabila pemilik usaha akan melakukan peminjaman modal pada kreditur (Bank) dimana tentunya harus disertakan kelengkapan transparansi pencatatan keuangan (sebagai bukti bahwa usaha tersebut telah berjalan). (Martini : 2007)

Adapun jenis transaksi pada unit usaha counter pulsa tersebut yaitu, pulsa elektrik, pulsa fisik, kartu perdana, dan accesories. Dari pencatatan setiap transaksi tersebut dilakukan pemisahan dari masing-masing penjualan misalnya penjualan pulsa elektrik terpisah dengan penjualan pulsa fisik yang kemudian direkap menjadi satu pembukuan pada akhir melakukan penjualan per harinya. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah mengontrol pemasukan dan pengeluaran setiap harinya.

Dalam menarik pelanggan tidak ada pembebanan biaya untuk promosi yang digunakan karena promosi yang dilakukan oleh pengusaha counter pulsa tersebut dengan memberikan pelayanan yang baik untuk mengikat hati para pelanggannya. Karena ditengah persaingan yang makin ketat ini harus ada upaya aktif dan inisiatif untuk menggaet pembeli atau calon pembeli. Promosi sederhana untuk menggaet pembeli atau calon pembeli yaitu dengan membina hubungan baik dengan para pelanggan, salah satunya dengan memberikan pelayanan yang baik, menghargai pelanggan, sikap loyalitas yang ditunjukan kepada pelanggan, dan


(3)

medengarkan komplain dari pelanggan meskipun pengusaha kurang setuju dengan hal tersebut.

6.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :

1. Bagi pengusaha counter pulsa Bedjo Cell

Bagi pengusaha counter pulsa diharapkan dapat menerapkan pencatatan keuangan lebih sistematis, lengkap, serta jelas ada batasan penggunaan antara milik pribadi dengan milik unit usaha. Ada pemisahan pencatatan keuangan antara usaha counter pulsa dengan usaha yang lain. Pengusaha juga harus memperhatikan kenyaman dari para pelanggan atau konsumen bukan hanya sekedar melayani pembeli yang membeli saja. Pengusaha diharapkan dapat mengambil hati pembeli atau konsumen untuk dijadikan sebagai pelanggan yang setia karena pembeli adalah raja yang dapat menjadikan kelancaran dan kesuksesan dalam usaha counter pulsa.

2. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan dengann adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode peneltian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan pada usaha counter pulsa tapi pada usaha lainnya. Hal ini bertujuan untuk


(4)

76

mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana penerapan pencatatan keuangan pada unit usaha counter pulsa tersebut.


(5)

, 2010, “Menelusuri Sejarah Ponsel Di Indonesia” 3 April.

Cushing, Berry E, 1989, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, penerbit Erlangga, Jakarta.

Herri dan Irda , 2005, “Sifat Kewirausahaan dan Prestasi usaha Kecil dan Menengah Sumatra Barat”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntasi, Vol 5 No 2, Agustus 2005, hal 198-215.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia, 2008, Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Kao, Jhon, 2001, Entrepreneurship, Creativity and Organization, New Jersey: Practice Hall.

Kuncoro dan Supomo, 2003, “Analisis Formasi Keterkaitan, Pola Kluster dan Orientasi Pasar: Studi Kasus Sentra Industri Keramik Di Kasongan, Kabupaten Bantul, D.I.Yogyakarta”, Jurnal Empirik, Vol 16 No 1, Juni. Marbun, B N, 1986, Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil, Penerbit PT

Pestaka Binaman pressindo.

Martini, Dwi, 2007, Masukan Atas Rancangan Undang-Undang Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Publikasi Lembaga UKM Center FE-UI, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, jakarta.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntasi Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 10, September, hal 321-331.


(6)

Sinaga, Roike, 2008, “Industri Telekomunikasi Tetap Jadi Andalan”,

Stillman, Richarrd J, 1983, Small Business Mangement, Penerbit Little Brown and Company, Boston.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit C.V. ALFABETA, Bandung.

Sutojo, H, Sjahruddin, Ginting, K, Makaliwe, W, Wasowo, M. S., 1994. Profil Sektor Usaha kecil di Indonesia, Publikasi Lembaga Mabagenta FE-UI, Jakarta.

Warren Carl S. & Reeve James, 2005, Accounting, 19th Edition, Cengage Learning Asia Pte Ltd, Singapore.

____________________________, 2008, Accounting, 21st Edition, Cengage Learning Asia Pte Ltd, Singapore.

Weygandt, Kieso, Kimmel, 2007, Accounting Principles, Edisi 7, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wibowo, H.O., 2005. “Pengaruh Persepsi Manajer Atas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Keberhasilan Industri Kecil (Perusahaan Batu Bata Merah dan Genteng di Kabupaten Tuban).” Skripsi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Widodo, Sugeng, 2007, “Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan Kabupaten gresik Jawa Timur”, JABM, Vol 14 No 3, Desember.

Widjajanto, Nugroho, 1989, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Widyanto,W.R., 2009. “Implementasi Pencatatan Akuntansi di Industri Kecil Rumahan (Studi Kasus Pada Pengusaha Warung Internet di Daerah Wadungasri).” Skripsi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Wilkinson, Joseph W, 1993, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Yadiati, Winwin, 2007, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Penerbit kencana Prenada media group, Jakarta.