APLIKASI PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Industri Tempe Di Kelurahan Kedung Baruk).
(Studi Kasus Pada Industri Tempe Di Kelurahan Kedung Baruk)
SKRIPSI
Diajukan oleh : STEFANI VINDIANTIKA
0813015003/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
(2)
(Studi Kasus Pada Industri Tempe Di Kelurahan Kedung Baruk) SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh : STEFANI VINDIANTIKA
0813015003/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
(3)
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul
“APLIKASI PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Industri Tempe di Kelurahan Kedung Baruk)”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sangat sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, doa, maupun bimbingan yang telah diberikan.
Atas terwujudnya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(4)
5. Ibu Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
6. Bapak dan Ibu serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Biro AdmikUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan bantuan dalam perolehan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku papa Soetanto dan mama Hermin Susilowati dan kakak Silvia Fransiska serta Adikku Anisa Natasia yang telah memberikan doa dan semangat moril maupun materil.
9. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Februari 2012 Penulis
(5)
(Studi Kasus Pada Industri Tempe di Kelurahan Kedung Baruk)
Oleh :
Stefani Vindiantika
Abstraksi
Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia dewasa ini dirasakan sangat memprihatinkan.Kehadiran para usaha kecil ternyata sangat membantu masyarakat dalam memenuhi keperluannya sehari-hari, mengurangi tingkat pengangguran.Banyak dari mereka yang bertahan bertahun-tahun dalam menjalankan kegiatan usaha ini, sehingga usaha kecil dapat tumbuh dan berkembang di masa krisis ekonomi ini. Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi industri kecil rumahan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan industri kecil rumahan antara lain keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga dan lain-lain. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha industri kecil rumahan terhadap akuntansi.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan survey pendahuluan dan survey lapangan. Analisis data,dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengusaha industri kecil rumahan tersebut sebenarnya telah sadar pentingnya pencatatan keuangan dalam sebuah usaha. Namun yang dilakukan oleh pengusaha industri kecil rumahan tersebut masih sangat sederhana, yaitu pada keluar dan masuknya uang.
(6)
(Industrial Case Study On Tempe In Kelurahan Kedung Baruk)
By
Stefani Vindiantika Abstraction
Economic conditions of society Indonesia today felt very apprehensive.The presence of the small business turned out to be very helpful in meeting the requirements of everyday society, reducing the unemployment rate.Many of those who survived the years in running business activities, so that small businesses can grow and develop in times of economic crisis. Accounting information have an influence that is essential for the achievement of the success of the effort, including a small home-based industry. Accounting information can become a reliable basis for making decisions in the management of home-based small industries development decisions, among others, the development of market prices and others. On the basis of such thinking research aims to find out the financial record-keeping applications in small home-based industries and to know to what extent industrial entrepreneurs of small home-based understanding of accounting.
This research is a qualitative research approach with case studies.This research requires interaction between the researcher and the object of research is to understand the realities of interactive objects. Data collection techniques used by survey introduction and survey of the field. Data analysis, conducted at the time of data collection in progress and upon completion of data collection within a certain period.
From the results of research it was concluded that the small home-based industry entrepreneurs are aware of the importance of record keeping has actually been in a financial effort. However that is done by a small home-based industry entrepreneurs is still very simple, i.e. at the exit and entry of money.
(7)
1.1. Latar Belakang
Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia dewasa ini dirasakan sangat memprihatinkan. Industrialisasi dan urbanisasi di daerah perkotaan seringkali disertai dengan kemiskinan. Sementara itu krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan pendapatan rendah, daya beli masyarakat rendah, harga barang-barang dan kebutuhan pokok mengalami kenaikan, kemampuan berproduksi menurun, pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat, dan bertambahnya penduduk miskin. Kehadiran para usaha kecil ternyata sangat membantu masyarakat dalam memenuhi keperluannya sehari-hari, mengurangi tingkat pengangguran. Banyak dari mereka yang bertahan bertahun-tahun dalam menjalankan kegiatan usaha ini, sehingga usaha kecil dapat tumbuh dan berkembang di masa krisis ekonomi ini (Waspada, 2003: 1).
Banyak yang berpendapat bahwa rendahnya produktivitas industri kecil disebabkan oleh kurang pengetahuan dalam teknologi produksi, kendala dalam ketercukupan sumber daya (manusia dan finansial) lemahnya kemampuan manajemen menurut Tambunan dalam Chrismardani dan Setiyarini (2008 : 1).
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
(8)
hidupnya dalam rangka pencapaian kesejahteraan. Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak manusia berada dimuka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks. Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaaan industri. (www.shvoong.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Adapun beberapa potensi industri kecil yang sebagian besar masih dikelola secara sederhana sebagai elemen kekuatan dan potensi perekonomian nasional, dapat dijabarkan sebagai berikut: pertama, jumlah industri kecil dalam perekonomian nasional terhitung sangat besar, baik sebagai produsen, distributor, maupun konsumen (Purnama, 2010 : 178).
Kedua, kegiatan produksi dan distribusi dalam industri kecil menampung sebagian besar angkatan kerja. Pada masa mendatang, tersedianya jumlah tenaga kerja ini diharapkan mampu menopang industri kecil mewujudkan produk unggulan. Hal ini tentunya tanpa mengabaikan prinsip pembuatan produk yang berdaya saing (competitive advantage) dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memadai (Purnama, 2010 : 178).
Ketiga, produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar internasional. Kecuali menggunakan tenaga kerja yang murah, local content produk industri
(9)
kecil cukup tinggi, sehingga tidak terlalu terpengaruh terhadap naik turunnya nilai dolar. Hal ini membuka peluang pasar barang-barang hasil industri kecil sebagai produk ekspor. Apabila jika ekonomi di negara-negara tujuan ekspor mengalami pertumbuhan yang cukup baik (Purnama, 2010 : 178).
Keempat, jarang terjadi perselisihan pekerja/ friksi perburuhan, sehingga produksi tetap berjalan lancar. Karena tenaga kerja yang mereka gunakan kebanyakan adalah keluarga, kerabat dekat, atau paling jauh tetangga dekat. Rasa saling pengertian antara pekerja dengan usaha juga mendukung perkembangan industri kecil. Kelima, karena sifatnya yang kecil, maka usaha rakyat relatif tahan terhadap berbagai perubahan yang cepat. Kelenturan ini tidak dimiliki oleh usaha besar (Purnama, 2010 : 178). Yang dimaksud industri kecil dalam hal ini adalah IKRT (industri kecil rumah tangga).
IKRT memiliki peranan yang cukup besar dalam industri manufaktur bila dilihat dari sisi unit usaha dan daya serap tenaga kerja, namun lemah dalam menyumbang nilai output. Pada tahun 2002, dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 2,732 juta, ternyata 99,2% merupakan unit usaha IKRT. IKRT, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 59,3% dari total kesempatan kerja. Kendati demikian, sumbangan nilai output IKRT terhadap industri manufaktur hanya sebesar 17,8%. Pola ini cenderung sama dari tahun ke tahunnya (1997-2002). Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa
(10)
pentingnya peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan (Kuncoro, 2007 : 366)
Masalah utama dalam pengembangan industri kecil rumahan yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya tersebut, karena pengelola yang baik memerlukan keterampilan akuntansi yang baik pula oleh pelaku bisnis industri kecil rumahan. Padahal dengan adanya laporan keuangan akan memungkinkan pemilik memperoleh data dan informasi yang tersusun secara sistematis.
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi industri kecil rumahan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan industri kecil rumahan antara lain keputusan-keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga dan lain-lain.
Kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007 : 322). Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Idrus (2000) dalam Pinasti (2007), menyatakan bahwa para pengusaha tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Adanya laporan keuangan, pemilik dapat memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa
(11)
tambahan modal yang dicapai, dan juga dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki. Sehingga setiap keputusan yang diambil oleh pemilik dalam mengembangkan usahanya akan didasarkan pada kondisi konkret keuangan yang dilaporkan secara lengkap bukan hanya didasarkan pada asumsi semata.
Industri tempe di Kelurahan Kedung Baruk ini para pelaku usahanya adalah gakin (warga miskin) yang sebagian besar pengangguran dan kurang mengetahui ketrampilan akuntansi dengan baik. Dalam survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pelaku usaha hanya mencatat pengeluaran dan pemasukan saja, selain itu dari pihak kelurahanpun mengatakan bahwa banyak dari pelaku usaha industri tempe ini para pelakunya memiliki sumber daya yang kurang dan berakibat pada pencatatan keuangannya. Berikut hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada industri kecil rumahan milik Ibu Sunarti yaitu kue tempe Mowo Roso:
Apakah ibu sudah melakukan pencatatan keuangan ? Sudah mulai awal.
Seperti apa pencatatan yang ibu lakukan ?
Pencatatannya yaitu pembelanjaan, pemasukan, penjualan. Setelah itu diambil untuk 1/3 untuk kas, 2/3 untuk kita ambil dari laba setelah itu untungnya kita bagi sesuai anggotanya.
(12)
Seberapa penting pencatatan keuangan dilakukan pada industri ibu? Penting, penting sekali jadi kita tahu berapa keuntungan kita per
bulan, kalau rugi berapa rugi kita per bulan.
Apakah penggunaan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan/ kinerja industri/ usaha ibu ?
Ya segalanya mbak, untuk mengontrol keuangan, untuk tahu keuntungan kita, anak-anak (karyawan) mendapat gaji berapa dalam sebulan. Kan kita gajiannya bukan bulanan jadi keuntungannya kita bagi sama rata sesudah kita ambil untuk kas. Pencatatan keuangan ibu seperti apa ?
Ada buku buku, untuk global penjualan dengan pembelian jadi dua buku. Ada buku belanja satu bulan seperti tepung, telur (bahan baku) ada sendiri pembukuannya.
Siapa yang bertugas melakukan proses pencatatan keuangan ? Andriani sama Jarwati selaku sekretaris
Dari mana mengetahui cara pencatatan tersebut ?
Dari belanja, bon-bon belanja. Kita itu istilahnya satu kelompok atas nama PKK jadi kita itu pembukuan kita kerjakan sama-sama. Tetapi Andriani dan Jarwati yang mencatat dari pembelanjaan mbak Ina (bagian belanja). Tapi yang untuk penjualan ya kita semua soalnya kita jualnya rame-rame selain kita dari toko, kalau dari toko kita kirim berapa dan yang ambil yang catat.
(13)
Apa saja produk yang ibu jual ?
Kue basah yang kita ambil yang laku aja, seperti : donat dari tempe, sama roti kukus, sama kroket, sama keripik tempe, sama rolade.
Pemasaran kue basah ibu dimana saja ?
Kita titipkan di warung-warung, belum ke pasar karena itu masih langka orang belum mengenal jadi seperti dienyek.
Kalau ada pemakaian pribadi dicatat/ tidak transaksinya ? Wah kita tidak pernah memakai privasi/ pribadi.
Berdasarkan latar belakang yang disajikan di atas, penting untuk mengadakan penelitian untuk membantu memudahkan pelaku industri kecil tempe dalam mencatat setiap kegiatan usaha yang terjadi dan menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Aplikasi Pencatatan Keuangan pada Industri Kecil Rumahan” (Studi Kasus pada Industri Tempe di Kelurahan Kedung Baruk)
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, banyak hal – hal yang mempengaruhi kegiatan industri kecil rumahan yang dapat menimbulkan permasalahan dalam industri kecil rumahan tersebut antara lain :
(14)
Masalah sumber daya manusia (SDM)
Umumnya pemilik atau orang-orang yang bergelut dibidang industri kecil rumahan hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang industri kecil rumahan, sehingga banyak industri kecil rumahan yang tidak berkembang hingga menjadi besar. Padahal sebenarnya hal tersebut bisa diatasi dengan mengikuti seminar-seminar ataupun pelatihan-pelatihan tentang industri kecil rumahan sehingga para pemilik atau orang-orang yang bergelut dibidang industri kecil rumahan tersebut dapat mengembangkan usahanya hingga menjadi besar dan berkembang.
Masalah pemasaran
Pemasaran merupakan hal yang cukup penting dibidang industri kecil rumahan karena pemasaran biasanya menjadi “ penolong “ bagi suatu industri. Dengan adanya pemasaran industri kecil rumahan bisa dikenal oleh masyarakat luas, sehingga dapat menambah keeksistensian industri tersebut. Masalah akuntabilitas
Faktor akuntabilitas menjadi hal yang sangat penting bagi industri kecil rumahan, karena faktor ini dapat dikatakan sebagai tolok ukur bagi industri kecil rumahan, apakah industri kecil rumahan tersebut berkembang dengan baik atau mengalami kerugian dalam perkembangannya. Tetapi faktor ini sering diabaikan oleh pemilik atau orang-orang yang menggeluti bidang ini.
(15)
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah seberapa jauh pelaku industri kecil rumahan melakukan aplikasi pencatatan keuangan.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah dapat disimpulkan, yaitu : Bagaimana aplikasi pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha industri kecil rumahan terhadap akuntansi.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi industri kecil rumahan
Hasil ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau hasil ini diharapkan juga mampu memberikan bahan masukkan untuk lebih mengetahui pentingnya akuntabilitas industri kecil rumahan.
2. Bagi universitas
Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas industri kecil rumahan dan bahan penelitian bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.
(16)
3. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh dari sumber-sumber lain sehingga bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian pada industri kecil telah banyak dilakukan oleh peneliti pendahulu. Peneliti tersebut meneliti tentang industri kecil dari berbagai sudut pandang.
Pendapat penelitian dari Pinasti (2007), Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Sistem Informasi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi.
Peranan Lingkungan Eksternal Internal Terhadap Kinerja Industri Kecil Batik di Kabupaten Bangkalan, yaitu penelilitian yang dilakukan oleh Chrismardani dan Setiyarini (2008). Faktor-faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari pembeli, pemasok, teknologi, pemerintah, serta faktor lingkungan internal yang terdiri dari pemasaran, keuangan, dan produksi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pembeli, pemasok, teknologi, pemasaran dan produksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan pemerintah dan keuangan tidak
(18)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Pemasaran merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap kinerja perusahaan.
Menurut peneliti yang lainnya dari Purnama (2010), Motivasi Dan Kemampuan Usaha Dalam Meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu Di Jawa Timur). Dilihat dari kemapuan indikator dalam menjelaskan variabel, variabel motivasi usaha dengan indikator motif (keinginan pengusaha untuk berusaha), harapan (kesempatan yang diperoleh karena tercapainya tujuan usaha) dan insentif (imbalan yang diperoleh karena menjalankan usaha). Ketiga indikator tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel motivasi usaha dan dari ketiga indikator tersebut yang paling mampu menjelaskan variabel usaha adalah harapan (kesempatan yang diperoleh karena tercapainya tujuan usaha), kemudian motif (keinginan pengusaha untuk berusaha), dan yang paling akhir adalah insentif (imbalan yang diperoleh karena menjalankan usaha).
Dilihat dari hubungan antar variabel motivasi usaha, kemampuan usaha dan keberhasilan usaha. Dari hasil pengujian ini menunjukan bahwa motivasi usaha dengan indikator motif (keinginan pengusaha untuk berusaha), harapan (kesempatan yang diperoleh karena tercapainya tujuan usaha) dan insentif (imbalan yang diperoleh karena menjalankan usaha) berpengaruh positif terhadap kemampuan usaha dan keberhasilan usaha (Purnama, 2010).
Antara ketiga penelitian terdahulu yang telah diulas diatas, semuanya memiliki kesamaan dalam bentuk metodologinya, yaitu penelitian-penelitian
(19)
tersebut memakai metode penelitian kuantitatif. Peneliti merasa ada suatu hal yang menarik di balik permasalahan yang telah dikemukan oleh peneliti terdahulu, apabila menggunakan sudut pandang yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Sudut pandang yang dipakai oleh peneliti untuk meneliti objek saat ini adalah metode penelitian kualitatif.
Penelitian yang dilakukan sekarang ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu, yang terletak pada waktu dan metode penelitian. Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari penelitian terdahulu, tetapi merupakan penjabaran penelitian sebelumnya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa lembaga yang terkait, menurut Yadiati (2007 : 1) pengertian tersebut antara lain:
1. Accounting Principle Board (APB) dalam statement No. 4 disebut :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan logis diantara tindakan-tindakan alternatif.
(20)
2. American Institute Of Certified Public Accountants (AICPA) dalam accountants terminology bulletin No. 1 tahun 1953, menyatakan :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran dengan cara yang berarti atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.
3. Paul grady dalam ARS no. 7 AICPA, 1965, mendefinisikan :
Akuntansi merupakan suatu Body Of Knowledge serta fungsi organisasi yang secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti dibutuhkan oleh manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diterimanya.
4. Kieso and Weygandt, menyatakan :
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi pada pihak yang berkepentingan.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian yang pertama sebagai alat untuk penyediaan akuntansi. Pengertian kedua sebagai seni untuk mencatat, mengelompokkan dan mengikhtisarkan, sampai pada seni menafsirkan hasil dari transaksi keuangan. Pengertian ketiga sebagai body of
(21)
knowledge. Dan pengertian yang keempat sebagai sebuah sistem yang mengolah input berupa kejadian-kejadian ekonomi dari kesatuan usaha.
2.2.2. Perlakuan Akuntansi Untuk Industri Kecil
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil sebenarnya tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi untuk jenis perusahaan lainnya, dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK ETAP yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangannya harus memenuhi komponen-komponen sebagai berikut (SAK ETAP 2009 : 19-35) paragraf 4.5-8.2, yaitu:
1. Neraca
Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya.
2. Laporan Laba-rugi
Laporan laba rugi menyajikan penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
(22)
a. Pendapatan; b. Beban keuangan;
c. Bagian dari laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
d. Beban pajak; e. Laba atau rugi neto.
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan : a. Laba atau rugi untuk periode;
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas ;
c. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan;
d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari :
i. Laba atau rugi ;
(23)
iii. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak mengakibatkan kehilangan pengendalian.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan harus :
a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan;
b. Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan
c. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
(24)
Jika SAK ETAP tidak secara spesifik mengatur suatu tansaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, maka manajemen juga harus menggunakan pertimbangannya (judgement) untuk mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang (SAK ETAP 2009 : 36-37) paragraf 9.4 :
a. Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi; dan
b. Andal yaitu dalam laporan keuangan yang :
i. Menyajikan dengan jujur posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas dari suatu entitas;
ii. Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya, serta tidak hanya mencerminkan bentuk hukumnya; iii. Netral, yaitu bebas dari bias;
iv. Mencerminkan kehati-hatian; dan
v. Bersifat lengkap dalam semua hal yang material.
Dalam membuat pertimbangan seperti yang telah dijelaskan di paragraf 9.4, manajemen harus mengacu dan memepertimbangkan penerapan sumber-sumber berikut (SAK ETAP 2009 : 37) paragraf 9.5 :
a. Persyaratan dan panduan SAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang serupa dan terkait; dan
b. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban, pendapatan dan beban dan prinsip-prinsip pervasif
(25)
Untuk pelaporan laba rugi pada perusahaan kecil, rincian yang pertama disajikan dengan metode beban. Beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh : penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan) dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas. (SAK ETAP 2009 : 24 ) paragraf 5.6
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2008 : 1.2) paragraf 09, Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai komputer, dikarenakan mereka dapat melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :
a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber b. Memasukkan data ke dalam sistem
c. Menjalankan komputer d. Mengubah program file
e. Menjalankan/ mendistribusikan keluaran f. Mengubah sistem operasi
Hal-hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan tugas harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko pengendalian.
Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2008 : 2.7) paragraf 02, sebagai berikut : a. Konsentrasi dari pemilik dan/ atau manajemen senior
(26)
c. Pencatatan yang tidak terlalu rumit ; dan/ atau d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak rumit
2.2.3. Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Krismiaji (2005 : 4), sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.
Widjajanto (2001 : 4) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai fomulir, catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksanaannya, dan laporan yang terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.
Bodnard dan Hopwood (2006 :3) sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka akan disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi dibangun untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan pihak manajemen, yang diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan data.
(27)
2.2.3.1.Pengertian Sistem
Menurut Romney dan Steinbart (2004 : 2), sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Handayani dalam Rampai (1994 : 27), sebuah sistem adalah suatu rangkaian yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait dan mempengaruhi (biasa disebut subsistem), yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Hall (2001 : 5), sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).
Sedangkan menurut Widjayanto (2001 : 1), sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan dengan yang lainnya, dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan.
2.2.3.2. Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut Krismiaji (2005 : 15), data adalah fakta yang dimasukkan ke dalam, disimpan, dan
(28)
diproses oleh sebuah sistem informasi akuntansi. Sedangkan, informasi adalah data yang telah diorganisasi, dan telah memiliki kegunaan dan manfaat.
Data adalah informasi yang disimpan dan dapat digunakan sewaktu-waktu di gunakan oleh penggunanya. Sedangkan informasi adalah sesuatu data yang dikumpulkan untuk mengambil suatu keputusan. (www.perbedaan.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. (www.wikipedia.org) diunduh tanggal 01/12/11.
Menurut Wilkinson (1993 : 3), data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah, secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemprosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.
Peran informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah sehingga dapat bermanfaat bagi penerimanya, biasanya data belum dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya, data harus diproses sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi.
(29)
2.2.3.3. Karakteristik Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2004 : 12), karakteristik informasi yang berguna meliputi hal-hal berikut:
1. Relevan
Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambilan keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.
2. Andal
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi.
3. Lengkap
Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.
4. Tepat Waktu
Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambilan keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.
5. Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.
(30)
6. Dapat diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama.
2.2.4. Pengertian Industri
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Daryanto, 1997 : 282), industri adalah perusahaan atau pabrik yang menghasilkan barang-barang.
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. (www.shvoong.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari pengertian tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. (www.geografi-bumi.blogspot.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
(31)
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. (www.organisasi.org) diunduh tanggal 01/12/11.
Industri adalah bidang mata pencaharian yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja (industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. (www.wikipedia.org) diunduh tanggal 01/12/11.
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 41/M-IND/PER/6/2008, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri kecil berdasarkan nilai investasinya adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (www.indonesiakreatif.net) diunduh tanggal 09/12/11.
Industri menengah berdasarkan nilai investasinya adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi lebih besar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (www.indonesiakreatif.net) diunduh tanggal 09/12/11.
(32)
Industri besar berdasarkan nilai investasinya adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi di atas Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan. (www.indonesiakreatif.net) diunduh tanggal 09/12/11.
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi : (www.geografi-bumi.blogspot.com) diunduh tanggal 01/12/2011.
1. Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 4 orang.
2. Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang.
3. Indutri sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.
4. Industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
2.2.5. Industri Kecil
Industri kecil merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah). (www.geografi-bumi.blogspot.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Menurut Peraturan Direktur Jendral Industri Kecil dan Menengah Nomor : 86/IKM/PER/12/2009, industri kecil adalah perusahaan yang melakukan
(33)
kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2.2.6. Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan berasal dari kata wirausaha. Kata wirausaha merupakan gabungan dua kata yang menjadi satu yaitu kata wira dan usaha. Wira artinya pahlawan, laki-laki, sifat jantan, perwira. Usaha artinya kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud. Usaha juga berarti pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu. (www.lenamawarniyunanda.blogspot.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi. (www.putracenter.net) diunduh tanggal 01/12/11.
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
(34)
baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (www.revolsirait.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Kewirausahaan dilihat dari sumber daya yang ada di dalamnya adalah seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru. (www.teddywirawan.wordpress.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Kewirausahaan dalam arti proses yang dinamis adalah kewirausahaan merupakan sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko sosial, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal. (www.teddywirawan.wordpress.com) diunduh tanggal 01/12/11.
Menurut Suryana (2006 : 2), kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencapai peluang menuju sukses.
Menurut Kristanto (2009 : 1), kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup (usaha).
Menurut Kao (1993) dalam Sunarya dkk (2011 : 35), kewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis,
(35)
manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk mobilisasi manusia, uang, dan bahan-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan baik.
Menurut Sumarsono (2010 : 3), kewiraswastaan atau entrepreneurship adalah suatu intangible culture, suatu kemampuan struktural non fisikal yang mampu menggerakkan sosok fisikal.
2.2.7. Teori-teori yang berhubungan dengan aplikasi pencatatan keuangan pada
industri kecil rumahan
1. Teori motivasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herzberg yaitu teori motivasi pemeliharaan, terdapat dua kelompok faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi. Faktor-faktor penyebab kepuasan kerja (job satisfaction) mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat kerja, dan faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (job dissatisfaction) mempunyai pengaruh negatif. Faktor-faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat kerja atau efisiensi, dan meskipun faktor-faktor ini tidak dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja atau menurunkan produktifitas (Handoko, 2003 : 259).
(36)
2. Teori pengharapan
Teori pengharapan menyatakan bahwa perilaku kerja karyawan dapat diperjelaskan dengan kenyataan : para karyawan menentukan terlebih dahulu apa perilaku mereka yang dapat dijalankan dan nilai yang diperkirakan sebagai hasil-hasil alternatif dari perilakunya. Individu diperkirakan akan menjadi pelaksana dengan prestasi tinggi bila mereka melihat suatu kemungkinan (probabilitas) tinggi bahwa usaha mereka akan mengarah ke prestasi tinggi, suatu probabilitas tinggi bahwa prestasi tinggi akan mengarah ke hasil-hasil yang menguntungkan, dan bahwa hasil-hasil tersebut akan menjadi pada keadaan keseimbangan, penarik efektif bagi mereka sehingga kepuasan dapat tercapai dengan maksimal menurut Vroom (Handoko, 2003 : 263).
3. Teori keadilan
Teori keadilan mengemukakan bahwa orang akan selalu cenderung membandingkan antara : 1) masukan-masukan yang mereka berikan pada pekerjaanya dalam bentuk pendidikan, pengalaman, latihan dan usaha, 2) hasil-hasil (penghargaan-penghargaan) yang mereka terima, seperti mereka juga membandingkan balas jasa yang diterima karyawan lain dengan yang diterima dirinya untuk pekerjaan yang sama (Handoko, 2003 : 267).
4. Teori pertimbangan sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya
(37)
hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang menyangkut orang lain dan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa usaha untuk menyebabkan suatu perubahan utama di dalam sikap kemungkinan akan gagal, sebab perubahan tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi si subjek (Ikhsan dan Ishak, 2008 : 47).
5. Teori kepemilikan
Dalam teori ini, entitas sebagai agen, perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham. Sudut pandang kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terlefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori kepemilikan adalah untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik. (www.dindaituchdindhoet.wordpress.com) diunduh 13/12/2011.
(38)
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aplikasi pencatatan keuangan bagi pelaku usaha industri kecil rumahan yaitu industri tempe. Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Sugiyono,2005 : 180). Adapun karateristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Yuhertiana, 2009 : 4-7) :
1. Menekankan pada pola berpikir induktif. Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara subjektif berbagai tema dari sebuah realita sosial, menghubungkan berbagai tema yang muncul sehingga akan terjadi sebuah pernyataan teori. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melakukan generalisasi, setiap hipotesis hendaknya dapat diuji kebenarannya secara deduktif sesuai atau tidak dengan kenyataan dilapangan.
(39)
2. Melihat pada setting dan manusia sebagai suatu kesatuan, secara holistik (utuh). Penelitian kualitatif memandang sebuah realita sosial secara holistik, menyeluruh dan utuh, dengan menggunakan pola pikir holistik pula. Berpikir holistik berarti dengan menggunakan berbagai aspek dengan menyadari aktivitas berfikir sebagai aktivitas gabungan antara dimensi-dimensi spiritual (moral, etika, tujuan hidup), psikososial (motivasi, empati), rasional dan fisikal (eksekusi, implementasi, menerima feedbacks). Kecerdasan pada dimensi-dimensi tersebut dilabeli dengan istilah SQ (spiritual), EQ (emosional), IQ (rasional), dan PQ (fisikal). (http:/www.itpin.com/blog/). Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada pola pikir reduktif, melakukan penyederhanaan pada sebuah sistem sosial yang sebenarnya amatlah kompleks.
3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandangan mereka sendiri-verstehen. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan empati pada orang yangditeliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat beberapa hal dalam kehidupan. Pemahaman mengandung makna pemahaman dari dalam (verstehen) yang mempunyai arti bahwa peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memahami permasalahan dari dalam konteks masalah yang diteliti, oleh karena itu peneliti kualitatif tidak mengambil jarak dengan yang diteliti.
4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian. Bukan pemahaman yang dicari melainkan pemahaman mendalam tentang
(40)
kehidupan sosial. Proses awal, getting in, mendekati informan, mencoba memahami latar belakangnya dan mengapa informan berpendapat dan berperilaku demikian. Terlebih lagi pada proses getting along, ber-relasi untuk dapat menjaga kepercayaan sehingga memahami benar-benar objek yang diteliti adalah lebih penting daripada hasil penelitian itu sendiri.
5. Bersifat humanities. Peneliti mencoba memahami secara pribadi orang yang diteliti dan ikut mengalami apa yang di alami orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang peneliti mencoba memahami berbagai tekanan yang diterima oleh auditor baik dari rekan sekerja, atasan klien (auditee). Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti dapat dipahami betapa informan tersebut sering dihadapakan pada situasi tidak menyenangkan yang mengharuskannya bersikap, sehingga karena prinsip tegasnya justru malah karirnya terhambat.
Penelitian ini yang diamati adalah orang, pemilik dan tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan pada industri kecil rumahan yaitu industri tempe dengan berbagai latar belakangnya. Terkadang pemilik juga merangkap sebagai tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan namun tidak sedikit pula yang mempekerjakan orang lain untuk bagian ini, didalam posisi tersebut mempunyai suatu kegiatan yang berupa tugas-tugas yang harus dikerjakan atau bahkan harus bisa menangani permasalahan yang terjadi di dalam industri kecil rumahan tersebut. Bagian keuangan adalah posisi paling rawan, dikarenakan justru disinilah lalu lintas uang yang padat terjadi. Walaupun terlihat mudah, namun
(41)
apabila tidak diteliti maka akan timbul kerugian. Oleh karena itu untuk posisi ini minimal harus mengerti bagaiman pencatatan pemasukan diperoleh, terlebih jika sumber daya manusia yang berada dalam posisi ini sedikit mengerti tentang akuntansi. Interaksi dan komunikasi antara pemilik dan tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan dengan tempat atau lingkungan dimana unit usaha tersebut berdiri (place), kemudian berapa lama unit tersebut telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.
Dengan menggunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru, tetapi memang permasalahan lebih tepat datanya dengan metode kualitatif. Dengan metode kualitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kualitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empiris dan terukur.
3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)
Alasan ketertarikan peneliti untuk meneliti tentang industri kecil rumahan karena industri kecil rumahan menyerap banyak tenaga kerja, kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak industri kecil rumahan juga intensif dalam menggunakan sumber daya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak dipedesaan, pertumbuhan industri kecil
(42)
akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi dipedesaan (Kuncoro, 2007 : 363).
Kedelai telah menjadi bagian makanan sehari-hari bangsa Indonesia selama lebih dari 200 tahun. Saat ini sebagian besar kedelai yang dikonsumsi masyarakat telah melalui proses pengolahan. Proses pengolahan telah merubah bahan baku kedelai menjadi berbagai produk pangan olahan. Pengolahan kedelai dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi akan menghasilkan kecap, oncom, tauco, dan tempe. Sedangkan bentuk olahan tanpa melalui fermentasi adalah susu kedelai, tahu, tauge dan tepung kedelai (Nurhayati, 2011 : 1). Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan masyarakat yang semakin kreatif maka olahan tempe berupa tepung tempe dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yaitu donat, rollade, kue kering nastar dsb.
Kebanyakan dari pengusaha kecil hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang/ utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan format yang sesuai dengan standar akuntansi. Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.
Berbicara mengenai menjalankan usaha tentu banyak dimensi yang terlibat dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi pemasaran, sumber daya
(43)
manusia, keuangan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas dimensi keuangan tersebut, karena disadari atau tidak dimensi keuangan sering tidak mendapat perhatian yang serius dan hanya memperhatikan bagaimana mendapat untung yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan cara mengolah uang hasil laba tersebut.
Masalah pengelolaan keuangan dari para pengusaha terganjal oleh masalah sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi dianggap suatu yang merepotkan dan sulit. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan keuangan.
Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam penulis, yaitu bagaimana aplikasi pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan? Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui sampai sejauh mana aplikasi pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan.
3.3. Informan
Informan yang penulis gunakan untuk mendapatkan informasi adalah pemilik dan tenaga kerja/ karyawan yang mengkhususkan dirinya menjadi tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan, dimana orang tersebut memiliki tugas khusus untuk mencatat transaksi yang terjadi didalam industri tersebut. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian dikarenakan pekerjaan mereka berhubungan dengan hal mengklasifikasikan,
(44)
mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di industri tersebut sebab hal-hal peneliti sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi industri tersebut untuk bertindak demi kelangsungan usaha mereka dan suatu aturan yang digunakan untuk mengukur kinerja.
3.4. Lokasi Penelitian
Tempat dimana penelitian nantinya akan berlangsung bejumlah lima tempat. Perinciannya sebagai berikut, lokasi pertama yaitu kue tempe “Mowo Roso” berada di jalan Kedung Baruk Gg.16 No.6 industri milik ibu Sunarti, lokasi kedua yaitu tempe ibu Haji Mas yang beralamat di jalan Kedung Asem Gg.10 No.9, “Tempe Enak” milik ibu Sriminarni yang berlamat di jalan Kedung Asem Gg.8 No.8 merupakan lokasi ketiga. Lokasi ke empat beralamat di jalan Kedung Baruk No.66 yang bernama ” Tegar Mandiri” milik kelompok ibu Listiyani. Industri tempe “kelompok 19” milik ibu Nurmasita yang berada di jalan Kedung Asem Gg.12 No.2 yaitu dan lokasi yang kelima
3.5. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data
(45)
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan usaha.
2. Sumber data yang kedua (sekunder)
Sumber data yang kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian
secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun persoalan yang berhubungan dengan setting dan subjek penelitian dan relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan informan.
(46)
b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)
Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subjek penelitian (informan). Hal ini karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara formal maupun informal dengan pihak-pihak yang terkait dengan industri tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaiman membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.
Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstuktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian) b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokemen
(47)
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data literatur yang relevan dengan permasalahan ini digunakan sebagai landasan teori.
3.6. Teknik Analisis
Analisis data dalam penelitian, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiono, 2005 : 91-99).
1. Data reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan member kode pada aspek-aspek tertentu.
(48)
2. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk data, grafik, phie card, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Verification (menarik kesimpulan)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.7. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara (Sugiono, 2005 : 122 – 125) :
1. Perpanjangan pegamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
(49)
maupun yang baru. Dengan perpanjangan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaliknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. 2. Meningkatkan ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti utuk meningkatkan ketekunan adalah dengan menbaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semkin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/ dipercaya atau tidak.
(50)
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data, dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pemilik dan tenaga kerja/ karyawan. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika narasumber memberikan data yang berbeda, maka datanya belum kredibel.
(51)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Industri kecil merupakan industri yang memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian di Indonesia terutama dalam aspek-aspek seperti kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi dan lain-lain. Namun industri kecil yang di dominasi oleh usaha-usaha berskala sangat kecil (usaha mikro) dihadapan dengan masalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Ciri yang melekat pada para pelaku usaha mikro tersebut adalah tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya tingkat pendidikan pada pelaku industri kecil menjadikan wawasan bisnis mereka menjadi sempit, semangat kewirausahaan yang rendah dan tidak mempunyai atau mengenal manajemen usaha (Purnama, 2010 : 177).
Ciri umum dari usaha-usaha mikro adalah bahwa usaha ekonomi yang dijalankan masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling dasar, sehingga sebenarnya masih dalam tingkat ekonomi subsistem. Ciri dari ekonomi subsistem adalah kegiatan usaha yang dijalankan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup guna memenuhi kebutuhan paling minimum dan karenanya mereka lebih mengutamakan
(52)
kualitasnya rendah, tidak mengenal pembukuan keuangan dan sebagainya (Purnama, 2010 : 177).
Penelitian ini akan membahas permasalahan yaitu mengenai aplikasi pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan yang merupakan permasalahan yang dihadapi usaha-usaha mikro. Penelitian ini disusun dengan mengambil objek penelitian di lima lokasi. Hal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih lengkap dan mendalam sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha industri kecil rumahan terhadap akuntansi ini telah tercapai.
4.2. Sejarah Informan Industri Kecil Rumahan
4.2.1. Industri Kue Tempe Kelompok Ibu Sunarti (Mowo Roso)
Industri yang dikoordinasi oleh Ibu Sunarti adalah produksi kue olahan tempe. Ibu Sunarti memberi nama “Mowo Roso” untuk industrinya. Awal berdiri kue tempe yaitu tahun 2010 bulan Januari, dimana Ibu Sunarti selaku ketua kader Posyandu mempunyai program makan bersama untuk anak-anak yang diadakan satu bulan sekali berupa kue ataupun nasi dan sayur dengan lauk-lauknya yang terdiri dari tempe, tahu dan ikan.
Selama program ini berjalan banyak sekali anak-anak yang tidak menyukai lauk-pauk nabati yaitu tempe dan tahu. Dan disinilah awal ide
(53)
kue olahan dari tempe Ibu Sunarti itu muncul. Ibu Sunarti mempunyai ide untuk mengolah tempe menjadi kue kering maupun kue basah dan ternyata anak-anak yang mengikuti program posyandu sangat menyukainya. Tidak sampai disitu saja Ibu Sunarti mengikuti berbagai lomba dengan pengembangan-pengembangan ide yang sejalan dengan waktu. Dari lomba inilah Ibu Sunarti mendapat juara pertama “Pahlawan Ekonomi”.
Dengan modal dan alat-alat dari dana pribadi Ibu Sunarti terus mengembangkan dan mencoba memasarkan ke masyarakat umum. Namun sampai saat ini terdapat permasalahan yang dihadapi oleh ibu Sunarti yaitu masalah pemasaran.
4.2.1. Industri Tempe Milik Ibu Haji Mas
Ibu Haji Mas merupakan pemilik dan pelaksana industri kecil rumahan produksi tempe. Produksi awal industri tempe Ibu Haji mas yaitu sebanyak satu kilogram sampai dua kilogram per hari pada awal 2008. Saat ini sudah meningkat sebanyak lima puluh kilogram per hari. Dengan modal awal dari dana pribadi dan alat sumbangan dari Kecamatan serta keinginan Ibu Haji Mas yang ingin membuka usaha sendiri maka dimulailah industri tempe ini.
Dengan terus mengembangkan berbagai macam bentuk tempe dengan harga mulai Rp 500,00 sampai Rp 8000,00 Ibu Haji mas ini terus
(54)
untuk saat ini mulai dikembangkan tempe dengan berbagai rasa misalnya tempe rasa keju, ayam bawang dan daun jeruk purut. Ibu Haji Mas berharap produknya lebih dikenal oleh masyarakat.
4.2.2. Industri Tempe Milik Ibu Sriminarni (Tempe Enak)
Awal usaha milik Ibu Sriminarni yaitu pada tahun 2009 dengan alat dan modal sumbangan dari UPN. Pengetahuan produksi tempe Ibu Sriminarni diperoleh dari pelatihan yang diadakan di Sidoarjo. Dengan alat dan modal serta pelatihan yang telah diperoleh maka Ibu Sriminarni memulai usaha ini . Sampai saat ini produksi tempe terus meningkat walaupun tidak terlalu banyak yaitu sebanyak enam sampai tujuh kilogram per hari. Pemasaran tempe ibu Sriminarni ini dengan dititipkan di warung-warung sayur daerah setempat. Produk tempe Ibu Sriminarni ini diberi nama “Tempe Enak”.
4.2.3. Industri Tempe Kelompok Ibu Listiyani (Tegar Mandiri)
Awal usaha kelompok “Tegar Mandiri” yang dikoordinasi oleh Ibu Listiyani (Jidan) berdiri pada tahun 2009 yang terdiri dari empat orang. Untuk pembagian kerja industri tempe “Tegar Mandiri” diatur setiap harinya, misal sebagian masuk pagi dan sebagian masuk siang. Tugas ibu-ibu yang terdiri dari dua orang ini untuk pagi hari yaitu merebus kedelai dan yang siap melakukan pengemasan kedelai juga terdiri dari dua orang
(55)
Dengan mengikuti pelatihan di Kecamatan inilah pengetahuan membuat tempe didapat. Selain pelatihan dari Kecamatan, Ibu Listyani dan kelompoknya juga memperoleh modal awal sebesar Rp 150.000,00 dan alat produksi berupa pemecah (mesin giling), irik, dan dandang. Produksi awal industri kelompok Ibu Listyani ini sebesar tiga kilogram per hari dan sampai saat ini sudah meningkat sebanyak dua puluh kilogram per hari. Untuk pemasaran dari industri tempe kelompok Ibu Listyani ini yaitu dengan keliling dan ada yang mengambil di tempat untuk dijual di warung-warung sayur.
4.2.4. Industri Tempe Milik Ibu Nurmasita (Kelompok 19)
Industri tempe Ibu Nurmasita yang diberi nama kelompok 19 ini berdiri tahun 2008. Bahan dan alat-alat yang dipakai Ibu Nurmasita ini didapat dari Kecamatan sedangkan modal awal usahanya berasal dari UPN. Pengetahuan tentang pembuatan tempe Ibu Nurmasita diperoleh dari pelatihan yang diadakan di Sidoarjo. Sampai sekarang produksi Ibu Nurmasita mencapai lima belas kilogram per hari. Dan saat ini Ibu Nurmasita mencoba inovasi baru dengan membuat produk tempe berbagai rasa, yaitu tempe rasa ayam bawang, keju dan jeruk purut. Untuk pemasarannya sendiri dengan dititipkan di pasar dan penjual keliling.
(56)
4.3.1. Pencatatan Keuangan Oleh Industri Kecil Rumahan
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000) dalam Pinasti (2007). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, mengajukan permohonan kredit, dan lain-lain.
Sub bab ini merupakan jawaban dari mini research question pertama mengenai apakah dalam menjalankan usahanya, Ibu Sunarti melakukan pencatatan keuangan. Dalam wawancara dengan ibu Sunarti diketahui bahwa pencatatan keuangan sudah dilakukan, tetapi apabila ingat saja.
Berikut pemaparan yang diungkapkan oleh Ibu Sunarti pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 10:59 :
“ kadang diterapkan, kadang tidak mbak. Nek lupa ndak ” (kalau lupa tidak)
(informan Ibu Sunarti)
Informan selanjutnya yaitu ibu Haji Mas masih dengan pertanyaan yang sama, berikut pemaparan dari ibu Haji Mas pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 12:59 :
(57)
(informan Ibu Haji Mas)
Berdasarkan pemaparan tersebut, ibu Haji Mas mengatakan bahwa tidak melakukan pencatatan keuangan dengan alasan bahwa setiap hasil penjualan dipakai sendiri dan tidak melibatkan orang lain sehingga tidak memerlukan pencatatan keuangan, walaupun produksinya terus meningkat sebanyak lima puluh kilogram.
Informan selanjutnya yaitu ibu Sriminarni. Masih dengan pertanyaan yang sama, berikut pemaparan ibu Sriminarni pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 12:25 :
“ tidak, dulu pernah sekarang tidak pernah ”
(informan Ibu Sriminarni)
Berdasarkan pemaparan di atas menyatakan bahwa ibu Sriminarni pernah melakukan pencatatan keuangan pada awal produksi, dan untuk saat ini tidak pernah melakukan pencatatan keuangan. Alasan Ibu Sriminarni tidak melakukan pencatatan keuangan karena produksinya tidak banyak. Koordinator industri tempe “Tegar Mandiri” yaitu Ibu Listyani merupakan informan selanjutnya. Dengan pertanyaan yang sama yaitu apakah anda melakukan pencatatan keuangan, berikut pemaparan ibu Listyani pada tanggal 26 Januari 2012, pukul 13.05 :
(58)
pengeluaran tempe trus kita ada pemasukan dari tempe, kita waktu membeli alat-alat ini ya kita catet kok. Jadi tiap kita belanja mesti kita catet, misalnya tanggal brapa beli apa, kedelai harganya brapa soale kedelai hargae naik turun. Trus kita misalnya LPG, LPG habis berapa, tanggal berapa belinya, kita catet plastiknya tanggal berapa, kita catet semuanya mbak soalnya terbatas ini memorinya jadi kita pakai ini dari awal sebelum diperintahkan oleh ketua komunitas, saya sudah mencatat semuanya biar ga lupa. Kita namanya kelompok dan biar ga eker-ekeran gitu lho…….semua yang terjadi mesti kita catet ”
(informan Ibu Listyani)
Berdasarkan pemaparan Ibu Listyani di atas dijelaskan bahwa Ibu Listyani telah melakukan pencatatan keuangan yaitu setiap pengeluaran dan pemasukan yang terjadi setiap harinya walaupun hanya sederhana, dan pencatatan ini dilakukan oleh Ibu Listyani sebagai pengingat setiap pengeluaran dan pemasukan yang terjadi selain itu untuk mencegah perselisihan antara satu dengan lainnya karena industri tempe Tegar Mandiri ini didirikan secara kelompok.
Untuk informan selanjutnya dengan pertanyaan yang masih sama peneliti melakukan wawancara dengan pemilik tempe Kelompok 19 yaitu Ibu Nurmasita. Berikut pemaparan Ibu Nurmasita pada tanggal 26 Januari 2012, pukul 10:59 :
(59)
(informan Ibu Nurmasita)
Menurut keterangan Ibu Nurmasita, beliau tidak pernah melakukan pencatatan keuangan dalam industrinya dengan alasan karena sibuk dan tidak adanya waktu.. Berdasarkan pemaparan dari kelima pemilik industri kecil rumahan, hanya satu pemilik yaitu Ibu Listyani yang melakukan pencatatan keuangan dari awal berdiri sampai saat ini yaitu pencatatan hasil produksi tempe yang sudah jadi, pengeluaran tempe yang diambil oleh para pelanggan, pengeluaran untuk membeli bahan-bahan tambahan dan absensi anggota.
Sedangkan untuk dua orang pemilik industri kecil rumahan tempe yaitu Ibu Sunarti dan Ibu Sriminarni hanya awal usaha melakukan pencatatan keuangan sedangnya untuk sekarang tidak pernah melakukan pencatatan keuangan. Untuk dua orang pemilik industri kecil rumahan lainnya yaitu Ibu Haji Mas dan Ibu Nurmasita tidak pernah melakukan pencatatan keuangan sama sekali.
4.3.2. Pentingnya Pencatatan Keuangan Bagi Industri Kecil Rumahan
Pencatatan keuangan mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelangsungan sebuah industri. Peranan pencatatan keuangan tidak hanya untuk industri yang besar saja namun untuk industri yang kecil
(60)
industri besar pencatatan yang sesuai Standart Akuntansi Keuangan mutlak dilakukan.
Sedangkan untuk industri yang berskala kecil pencatatan keuangan yang baik dan benar tentu akan sangat berperan di dalam perkembangan dan kelangsungan usahanya. Disini peneliti ingin mengetahui seberapa penting pencatatan keuangan dilakukan bagi industri kecil rumahan.
Peneliti melakukan wawancara dengan informan yang pertama yaitu Ibu Sunarti sebagai koordinator industri kue tempe. Peneliti bertanya apakah pentingnya pencatatan keuangan dilakukan. Berikut pemaparan Ibu Sunarti pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 10:41:
“ penting, penting sekali jadi kita tahu berapa keuntungan kita per bulan, kalau rugi berapa rugi kita per bulan ”
(informan Ibu Sunarti)
Berdasarkan pemaparan di atas, Ibu Sunarti mengatakan bahwa pencatatan keuangan sangat penting, dan menurut beliau untuk mengetahui kerugian setiap bulannya.
Peneliti kemudian mewawancarai informan selanjutnya yaitu Ibu Haji Mas. Masih dengan pertanyaan yang sama yaitu apakah pentingnya pencatatan keuangan dilakukan. Berikut pemaparan Ibu Haji Mas pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 12:59 :
(61)
“ seharusnya sich ya penting, tapi gimana mbak anaknya yang kecil kalau ambil uang ga karuan ”
(informan Ibu Haji Mas)
Berdasarkan pemaparan di atas Ibu Haji Mas beranggapan pencatatan keuangan penting untuk dilakukan walaupun penting namun Ibu Haji Mas belum melakukan pencatatan keuangan didalam industrinya. Wawancara berikutnya ditujukan kepada pemilik industri kecil rumahan milik Ibu Sriminarni. Peneliti menanyakan mengenai pentingnya pencatatan keuangan dilakukan. Berikut pemaparan Ibu Sriminarni pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 12:25 :
“ ya, penting ”
(informan Ibu Sriminarni)
Dari pemaparan di atas, Ibu Sriminarni mengatakan bahwa pencatatan keuangan penting bagi industri kecil rumahan dan sama dengan kutipan wawancara dari informan sebelumnya walaupun Ibu Sriminarni mengetahui pentingnya pencatatan keuangan namun hanya awal melakukan pencatatan keuangan dan saat ini sudah tidak melakukan pencatatan keuangan.
Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan yang sama pada informan ke empat yaitu Ibu Listyani (Jidan) selaku koordinator industri
(62)
tempe “Tegar Mandiri” pada tanggal 26 Januari 2012, pukul 13.05. Berikut pemaparannya :
“ bagi saya sich penting, terutama kita bisa melihat sesuatu kejadian itu dari situ, kedua apa lagi kita kelompok kita kan ga tahu hati seseorang mbak jadi biar kita kelihatan fair atau gimana ya ini, ini catetannya bu ya ini tiap kejadian saya tulis disitu tujuannya biar ga saling grundel jadi kita idep-idep satu keluarga biar kerukunan terjalin ”
(informan Ibu Listyani)
Berdasarkan pemaparan di atas, menurut Ibu Listyani pencatatan keuangan sangat penting untuk mengetahui setiap kejadian dalam usaha/ industrinya selain itu untuk kejelasan setiap pemasukan dan pengeluaran supaya tidak terjadi perselisihan.
Untuk memperoleh informasi lebih banyak lagi, peneliti kemudian mewawancarai informan terakhir yaitu Ibu Nurmasita pada tanggal 26 Januari 2012, pukul 10:59. Peneliti mengajukan pertanyaan yang sama, berikut pemaparannya :
“ penting sebenarnya ”
(informan Ibu Nurmasita)
Pemaparan oleh Ibu Nurmasita di atas menjelaskan bahwa pencatatan keuangan penting untuk dilakukan. Namun sampai saat ini Ibu
(63)
hasil wawancara dari kelima informan diatas disimpulkan bahwa, bagi pemilik industri kecil rumahan pencatatan keuangan sangat penting dilakukan untuk mengelola manajemen usahanya, namun demikian dari aktivitas usahanya sudah mampu memberikan informasi keuangan yang berguna bagi pengelolaan manajemen keuangannya.
Alasan mengapa sebagian besar dari informan tidak melakukan pencatatan keuangan ialah tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan pencatatan keuangan, hal ini dikarenakan adanya perangkapan fungsi yaitu sebagai pemilik dan pelaksana usaha.
4.3.3. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan
Perusahaan
Setiap perusahaan (usaha) baik besar ataupun kecil sebaiknya menggunakan pencatatan keuangan yang dapat mengatur keuangan perusahaan secara berkala, sehingga perusahaan tersebut dapat menciptakan fungsi kontrol yang baik didalam perusahaan guna menunjang kegiatan perusahaan. Karena pencatatan keuangan memiliki peranan besar dalam setiap pengambilan keputusan.
Wawancara pertama oleh peneliti ditujukan kepada koordinator industri kue tempe yaitu Ibu Sunarti. Peneliti menanyakan apakah
(64)
Berikut pemaparan Ibu Sunarti pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 10:41:
“ ya, segalanya mbak, untuk mengontrol keuangan, untuk tahu keuntungan kita, anak-anak (karyawan) mendapat gaji berapa dalam sebulan. Kan kita gajiannya bukan bulanan jadi keuntungannya kita bagi sama rata sesudah kita ambil untuk kas ”
(informan Ibu Sunarti)
Dari pemaparan di atas menurut Ibu Sunarti, dengan pencatatan keuangan yang diterapkannya, beliau dapat mengetahui keuntungan yang didapat dan berapa gaji yang diperoleh para karyawan.
Wawancara berikutnya ditujukan kepada informan kedua yaitu Ibu Haji Mas pemilik industri tempe. Masih dengan pertanyaan yang sama apakah penggunaan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan perusahaan. Berikut pemaparan Ibu Haji Mas pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 12:59 :
“ ya sebenarnya iya mbak, kalau ga ada pembukuan ga terkontrol mbak ”
(informan Ibu Haji mas)
Dari pemaparan di atas menurut ibu Haji Mas bahwa dengan melakukan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan bahkan
(65)
terkontrol. Meskipun Ibu Haji Mas mengetahui fungsi pencatatan keuangan bahkan dampak yang terjadi apabila tidak melakukan pencatatan keuangan tetapi sampai saat ini Ibu Haji Mas belum melakukan penerapan pencatatan keuangan.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara pada informan ketiga yaitu pemilik industri tempe milik Ibu Sriminarni. Masih dengan pertanyaan yang sama yang diajukan oleh peneliti. Berikut pemaparan Ibu Sriminarni pada tanggal 25 Januari 2012, pukul 12:25 :
“ iya, dapat mengontrol ”
(informan Ibu Sriminarni)
Pemaparan Ibu Sriminarni di atas menjelaskan bahwa dengan melakukan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan usaha/ industrinya. Namun hanya awal saja Ibu Sriminarni melakukan pencatatan keuangan dan tidak dilakukan secara berkala sampai saat ini.
Wawancara selanjutnya ditujukan kepada koordinator industri tempe Tegar Mandiri yaitu Ibu Listyani. Dengan pertanyaan yang sama apakah penggunaan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan perusahaan. Berikut pemaparan Ibu Listyani pada tanggal 26 Januari 2012, pukul 13.05 :
(66)
Pemaparan Ibu Listyani mengatakan bahwa penggunaan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan usaha/ industri karena merupakan pedoman dalam menunjang kegiatan dimasa depan dan pengambilan keputusan.
Masih dengan pertanyaan yang sama yaitu apakah penggunaan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan perusahaan peneliti ingin mengetahui informasi lebih dalam dengan mewawancarai informan terakhir yaitu pemilik industri tempe Kelompok 19 milik Ibu Nurmasita. Berikut pemaparan Ibu Nurmasita pada tanggal 26 Januari 2012, pukul 10:59 :
“ mula-mula yang uang tempe kan ada hasilnya tapi ya ndak dipisahkan, ya dimasukkan gitu “
(informan Ibu Nurmasita)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Ibu Nurmasita beranggapan bahwa pengunaan pencatatan keuangan misalnya dengan mencatat setiap hasil dari penjualan tempe dapat mengontrol keuangan usaha/ industrinya.
Berdasarkan kutipan-kutipan pemaparan wawancara di atas, disimpulkan bahwa semua pemilik industri kecil rumahan tempe merasa dengan penggunaan pencatatan keuangan dapat mengontrol keuangan usaha/ industrinya. Walaupun sebagian besar tidak melakukan pencatatan keuangan dan dampak yang di akibatkan dari tidaknya menerapkan
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan tentang Aplikasi Pencatatan Keuangan Pada Industri Kecil Rumahan (Studi Kasus Pada Industri Tempe Di Kelurahan Kedung Baruk) disimpulkan bahwa pengusaha industri kecil rumahan tersebut sebenarnya telah sadar pentingnya pencatatan keuangan dalam sebuah usaha. Namun yang dilakukan oleh pengusaha industri kecil rumahan tersebut masih sangat sederhana, yaitu pada keluar dan masuknya uang.
Pandangan pemahaman keuangan oleh pengusaha industri kecil rumahan sangatlah kurang, namun pengusaha masih berusaha untuk melakukan pencatatan keuangan walaupun dengan pengetahuan dan keterampilan yang sangat minim. Tujuan laporan keuangan dibuat oleh pemilik industri kecil rumahan diharapkan dapat mengontrol keuangan baik pengeluaran maupun pendapatan dalam menjalankan usaha tesebut.
Pencatatan keuangan yang sesuai standart yang telah ditetapkan yaitu SAK ETAP belumlah sepenuhnya dipahami. Hal ini diperkuat dengan keterangan informan bahwa pemahaman tentang akuntansi hanya sebatas mengetahui keluar masuknya barang dan uang. Padahal pencatatan keuangan yang baik sangatlah penting untuk diterapkan karena dengan
(2)
73
pencatatan keuangan ini dapat dihasilkan sebuah informasi yang akan menuntun pengusaha dalam pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan yang baik dan teratur juga dibutuhkan apabila pemilik usaha akan melakukan peminjaman modal pada kreditur.
5.2 Saran
Bedasarkan uraian diatas dapat dikemukan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :
1. Bagi pengusaha industri kecil rumahan
Bagi pengusaha diharapkan dapat menerapkan pencatatan keuangan yang lebih baik, teratur, lengkap dan sesuai dengan standart, tidak hanya pencatatan pemasukan (pendapatan) dan pengeluaran saja tetapi setiap transaksi perlu adanya pencatatan secara jelas. Pengusaha juga harus memperhatikan pentingnya pemahaman pencatatan keuangan yang bertujuan untuk mencapai tujuan usaha. Pemahaman pencatatn keuangan yang baik dan teratur akan mendorong terciptanya pencatatan keuangan yang baik pula, sehingga pengelolaan keuanganpun dapat terkontrol dengan baik.
2. Bagi perguruan tinggi
Fenomena nyata yang terjadi di lapangan, dapat dijadikan sebagai lahan perguruan tinggi untuk dapat melaksanakan pelatihan-pelatihan
(3)
74
kepada para pengusaha industri kecil rumahan dengan media KKN sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam dengan sudut pandang yang berbeda. Selain itu peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada indutri kecil lainnya dan dapat menambah ilmu pengetahuan selain dari bangku perkuliahan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, “Peraturan Menteri Perindustrian RI Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan Dan Tanda Daftar Industri”
Anonim, 2009, “Peraturan Direktur Jendral Industri Kecil Dan Menengah Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Restrukturisasi Mesin/ Peralatan Industri Kecil Menengah (IKM) Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Dan Industri Kecil Menengah (IKM) Kulit Produk Kulit (KPK)
Anonim, 2010, “Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Program Studi Akuntansi”, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” jawa timur, Surabaya
Bodnar, George H dan William S Hopwood, 2006, “Sistem Informasi Akuntansi”, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Hall, A James, 2001, “Sistem Informasi Akuntansi”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, “Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Ikhsan, Arfan, Muhammad Ishak, 2008, “Akuntansi Keperilakuan”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Institut Akuntan Publik Indonesia, 2008, “Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Handoko, Hani T, 2003, “Manajemen”, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta Krismiaji, 2005, “Sistem Informasi Akuntansi”, Edisi Kedua, Penerbit UPP
AMP UKPN”, Yogyakarta
Kristanto, Heru, 2009, “Kewirausahaan (Entrepreneurship)”, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
Kuncoro, Mudrajat, 2007, “Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara Industri Baru 2030?”, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Nurhayati, Nunung, 2011, “Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Tahu di Kabupaten Kuningan-Jawa Barat”
(5)
Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh Penyelenggaraan Dan Penggunan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi : Suatu Riset Eksperimen”
Purnama, Chamdan, 2010, “Motivasi Dan Kemampuan Usaha Dalam Meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu Di Jawa Timur)”
Rampai Bunga, 1994, “Sistem Informasi Akuntansi”, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Romney, Marshall B dan Paul John Steinbart, 2004, “Sistem Informasi Akuntansi”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Setiyarini, Chrismardani, 2008, “Peranan Lingkungan Eksternal Internal Terhadap Kinerja Industri Kecil Batik di Kabupaten Bangkalan”
Sugiyono, 2005, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Penerbit C.V.ALFABETA, Bandung
Sumarsono, Sonny, 2010, “Kewirausahaan”, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
Sunarya, PO Abas, Dkk, 2011, “Kewirausahaan”, Penerbit ANDI, Yogyakarta Suryana, 2006, “Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat Dan Proses Menuju
Sukses”, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Waspada, Ikaputera, 2003, “Sukses Wirausaha Sukses Profit”
Widjajanto, Nugroho, 2001, “Sistem Informasi Akuntansi”, Penerbit Erlangga, Jakarta
Wilkinson, Joseph W, 1993, “Sistem Informasi Dan Akuntansi”, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
Yadiati, Winwin, 2007, “Teori Akuntansi Suatu Pengantar”, Edisi Pertama, Penerbit Kencana Prenada Group, Jakarta
Yuhertiana, Indrawati, 2009, “Panduan Penelitian Kualitatif Bagi Pemula”, Penerbit Eureka Smart Publishing, Surabaya
(6)
WEBSITE :
www.b.domaindlx.com
www.geografi-bumi.blogspot.com www.id.shvoong.com
www.id.wikipedia.org www.indonesia kreatif.net
www.lenamawarniyunanda.blogspot.com
www.organisasi.org
www.perbedaan.com www.revolsirait.com
www.teddywirawan.wordpress.com