Pengembangan Wilayah Desa
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
PENGEMBANGAN WILAYAH DESA
Yuni Pranoto
I.
Pendahuluan
Diundangkannya UU No.6/2014 dan perangkat peraturan turunan atau yang terkait
memberikan ruang yang besar bagi Desa dalam menentukan pilihan-pilihan
kebijakan dan kegiatan dengan muara akhir peningkatan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Dengan semangat dari Desa membangun Indonesia atau membangun Indonesia
dari pinggiran maka seharusnya Desa menjadi lebih hiruk pikuk dengan kegiatan
pembangunan.
Pilihan kebijakan dan kegiatan pembangunan di Desa bisa terbatas pada lingkup
Desa bersangkutan itu sendiri maupun diarahkan berupa kegiatan kerjasama
dengan Desa lainnya. Perwujudan Desa mandiri dengan segala pertimbangannya
dalam
pengertian
membebaskan
Desa
dari
ketergantungan
pemenuhan
kebutuhannya dari Desa lainnya, bisa dilaksanakan di dalam lingkup Desa itu
sendiri. Pada pilihan lain, baik karena pertimbangan keterkaitan maupun
ketergantungan dengan Desa lain, kerjasama antar Desa menjadi pilihan strategis.
Pilihan manapun yang akan diambil, semua didasarkan pada perlunya mendapatkan
hasil yang optimal dari kegiatan pembangunan dengan pemanfaatan potensi-potensi
Desa.
UU No.6/2014, Permendagri No. 114/2014 maupun Permendesa No. 5/2015
menegaskan pemberian hak kepada masyarakat Desa untuk terlibat aktif sejak
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
pemeliharaan
hasil-hasil
pembangunan di Desa.
Pilihan untuk bekerjasama dengan Desa lain juga harus diputuskan bersama
masyarakat Desa bahkan perlu didorong prakarsanya timbul dari masyarakat Desa
sendiri (prakarsa dari bawah ke atas ketimbang dari atas ke bawah).Di sini peran
fasilitasi dan pendampingan menjadi posisi yang penting dan strategis.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
1
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
II.
Pengembangan Wilayah Melalui Kerjasama Desa
Kepentingan strategis adanya kerjasama antar Desa bukan saja untuk keperluan
tercapainya peningkatan kesejahteraan jangka pendek tetapi juga perlu diarahkan
untuk keperluan jangka menengah dan jangka panjang.
Hal yang mendasarinya adalah agar kerjasama antar Desa tidak gagal di tengah
jalan namun dari waktu ke waktu semakin mendatangkan manfaat antar Desa,
disamping sebagai langkah antisipatif terhadap adanya kebijakan kawasan atau
daerah sehingga tidak perlu terjadi adanya tambal sulam hasil kerjasama.
Pengembangan antar desa sebagai kesatuan wilayah dapat dilakukan dengan
mendasarkan beberapa isu strategis antara lain :
1. Adanya kesamaan kebutuhan untuk pelayanan publik antar Desa, misalnya
jaringan air bersih, jaringan irigasi dalam kewenangan Desa, sarana
prasarana dasar dsb.
2. Pengendalian bersama dalam pengelolaan tata ruang ( DAS, hutan lindung,
situs-situs purbakala)
3. Kebutuhan
bersama
dalam
pengembangan
ekonomi
lokal
untuk
pengurangan angka kemiskinan /peningkatan pendapatan dan kesenjangan
antar Desa (perbedaan tingkat pendapatan, kemampuan produksi dan
pemasaran, dsb).
Selain alasan-alasan berdasarkan isu-isu strategis, kerjasama antar Desa bisa
dilatarbelakangi oleh hal-hal sbb :
1. Agar dicapai perpaduan dalam peningkatan potensi masing-masing Desa
2. Dicapainya alih ketrampilan dan kepandaian demi kemajuan bersama
3. Untuk menjadi lebih berdaya dalam memperjuangkan kepentingan bersama
4. Mencegah atau memperkecil kemungkinan konflik antar Desa
5. Sama-sama memperoleh akses informasi untuk keadilan bersama
III.
Skema Kerjasama Antar Desa Yang Adil dan Saling Menguntungkan
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
2
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Suatu kerjasama tentu diharapkan mendatangkan manfaat sesuai kebutuhan para
pihak dan dalam proses pencapaiannya tidak menimbulkan masalah-masalah yang
diakibatkan oleh pengingkaran kesepakatan atau bahkan adanya iktikad buruk yang
merugikan salah satu pihak. Untuk itu kerjasama perlu didasari oleh prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Efisien : adanya biaya-biaya yang bisa ditekan setelah dilakukannya
kerjasama
2. Efektif : kerjasama mendatangkan daya guna lebih besar
3. Keterpaduan dan keselarasan : adanya penggabungan daya kerja yang
terarah untuk manfaat yang lebih besar
4. Saling menguntungkan : manfaat yang dinikmati satu pihak tidak menjadi
kerugian bagi pihak lain
5. Sepakat
:
masing-masing setuju
atas isi kerjasama
dan
bertekad
melaksanakan isi perjanjian tanpa paksaan.
6. Iktikad baik : tidak ada niat terbuka maupun tersembunyi yang bisa
mendatangkan kerugian pihak lain.
7. Kepentingan bersama diutamakan : tidak berkeras hati menonjolkan
kepentingan sendiri, apalagi yang merugikan pihak lain.
8. Persamaan kedudukan :
Kerjasama diadakan demi kepentingan bersama dan lebih luas dari sekedar
kepentingan masing-masing.
Adanya rasa saling membutuhkan, saling percaya, saling memahami dan
saling menghargai
Adanya keterikatan yang sama terhadap isi perjanjian yang telah disepakati
Masing-masing pihak taat dan tertib dalam pelaksanaan isi perjanjian
kerjasama
Sebelum mengikatkan diri pada kerjasama yang diperjanjikan, masing-masing pihak
perlu melakukan telaah ke dalam tentang jenis dan lingkup yang akan diperjanjikan,
sumberdaya yang dimiliki dan diharapkan dari pihak lain, aturan serta kesepakatan
yang bisa diterapkan (tidak muluk-muluk), cara-cara dan periode penilaian dan
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
3
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
peninjauan kembali isi perjanjian serta kemungkinan jalan keluar apabila dialami
kebuntuan kerjasama.
Kerjasama antar Desa secara normatif telah diatur di dalam Bab IX PP No. 43/ 2014.
IV.
Strategi Kerjasama Antar Desa
4.1.
Strategi Pembentukan Kerjasama
a) Melakukan kajian kebutuhan
Sebelum dilakukan kerjasama perlu dilakukan kajian-kajian
sedemikian rupa sampai pada keputusan perlu atau tidaknya
dilakukan kerjasama.
Kajian perlu diarahkan pada analisis apakah hal-hal yang akan
dikerjasamakan memiliki keterkaitan, kerjasama menimbulkan
daya ungkit manfaat, masa kerjasama bisa permanen, dll.
b) Memilih Ukuran dan Bentuk Kerjasama
Perlu ditetapkan bentuk kerjasama yang akan dilakukan,
apakah
berupa
kerjasama
pendanaan
saja,
kerjasama
pengelolaan dan bentuk lainnya serta ukuran-ukuran yang
dikerjasamakan (luasan, panjang atau batasan biaya)
c) Menetapkan Kriteria-kriteria Kerjasama
Setelah memilih ukuran dan bentuk kerjasama, berikutnya
adalah
menetapkan
kriteria,
misalnya
kerjasama
dalam
pengelolaan berbentuk usaha bersama
4.2.
Strategi Pengelolaan Kerjasama
a) Kemauan dan Kepemimpinan
Kerjasama harus dijalankan dengan kemauan yang teguh antar
unsur terutama masayarakat Desa serta dikawal dengan
kepemimpinan yang kuat.
b) Pendanaan Kerjasama
Porsi pendanaan untuk keperluan kerjasama harus jelas dan
pemenuhannya harus dikendalikan agar masing-masing taat
pada hak dan kewajibannya.
c) Pendidikan Publik/ Komunikasi
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
4
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Pengelolaan
atau
pelaksanaan
kerjasama
perlu
dikomunikasikan secara teratur untuk memperoleh dukungan
secara terus menerus dari masyarakat.
d) Kepatuhan dan Penegakan Hukum
Perlu diatur adanya sanksi apabila ada pihak yang tidak patuh
pada kesepakatan kerjasama. Penyelesaian melalui jalur hukum
menjadi pilihan terakhir ketika penyelesaian non hukum
mengalami kebuntuan.
e) Pemantauan Pelaksanaan
Kerjasama harus selalu dipantau oleh tim khusus dan terbuka
bagi masyarakat Desa serta dilakukan pengaturan tentang
tatacara penyampaian koreksi, kritik atau pengaduan atas
pelaksanaan kerjasama tersebut.Hasil pemantauan digunakan
sebagai
bahan
utama
evaluasi
berkala
(triwulan/semester/tahunan).
V.
Pemetaan Berdasarkan Potensi Antar Desa
Potensi adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki Desa
dan berkemungkinan untuk dikembangkan.
Potensi Desa terdiri atas :
Fisik : tanah (untuk pertanian,perkebunan, tambang dsb), air (untuk air
bersih, pengairan pertanian, pembangkit listrik dsb), iklim, cuaca (kesejukan
udara, potensi angin untuk kincir angin dsb), dunia tumbuhan dan hewan dsb.
Non Fisik : masyarakat (ketrampilan, semangat kerja, daya beli dsb),
kelembagaan dan kelompok masyarakat, aparat desa ( SDM, sistem kerja,
perangkat aturan dsb).
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
5
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Dalam rangka kerjasama Desa, setelah dilakukan langkah awal penyepakatan akan
dilaksanakannya suatu kerjasama maka perlu dilakukan pemetaan potensi.
Untuk melakukan pemetaan maka diperlukan pendataan potensi yang dilakukan
oleh para pelaku kepentingan di desa-desa yang akan melkukan kerjasama dengan
melibatkan secara aktif peran serta masyarakat setempat agar supaya ikut memiliki
bahkan sampai dengan pemeliharaan ketika potensi yang dipetakan tersebut
dikembangkan.
Langkah-langkah pelaksanaan dilakukan antara lain sebagai berikut :
Sosialisasi melalui MAD terbatas, menyepakati niat bersama, lingkup
pemetaan dan pembentukan tim inti antar Desa.
Sosialisasi tingkat Desa melalui Musdes sekaligus pembentukan Tim
Lengkap tingkat Desa, disyahkan melalui Keputusan Kades.
Pelaksanaan pendataan oleh masing-masing Desa
Tim antar Desa melakukan pertemuan untuk menyepakati potensi-potensi
yang akan dikembangkan.
Pelaksanaan survai lengkap dilanjutkan dengan kajian-kajian.
Tim inti antar Desa menyampaikan pelaporan pemetaan potensi antar Desa
pada forum MAD terbatas
Tim tingkat Desa menyampaikan laporan kepada Kades
Kades melakukan tindak lanjut dengan menjadikan peta kawasan sebagai
masukan Revisi RPJMDesa dan/atau RKP Desa.
VI.
Sinkronisasi RPJMDesa antar Desa Dalam Kerjasama Desa
RPJM Desa adalah rencana kegiatan pembangunan Desa untuk jangka waktu 6
tahun, sesuai dengan masa jabatan Kepala Desa. RPJM Desa harus sudah disusun
selambat-lambatnya 3 bulan sejak Kades memulai masa jabatannya.
Rencana pembangunan ini disusun secara partisipatif dan mengikat bagi Kades dan
unsur pemdes lainnya selama masa jabatan berlangsung. Penjabaran rencana
jangka menengah ini kemudian dituangkan ke dalam rencana tahunan yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
6
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
RPJMDesa
rencana
memuat visi dan misi Kades, arah kebijakan pembangunan serta
kegiatan
yang
meliputi
bidang
pemerintahan
desa,
pelaksaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Disebutkan di dalam Permendagri No. 114/2014 Pasal 6 ayat 2 bahwa sebagian
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa adalah penetapan dan penegasan
batas Desa, penyusunan tata ruang Desa dan penyelenggaraan kerjasama antar
Desa (ketiga hal ini sangat erat keterkaitannya dengan kerjasama Desa dalam satu
kawasan).
Dilihat dari kacamata Desa secara sendiri-sendiri, RPJM Desa suatu Desa sangat
dimungkinkan untuk berbeda dengan RPJM Desa dari Desa lainnya antara lain
dipengaruhi oleh antara lain visi dan misi antar Kades yang bisa jadi berbeda.
Meskipun demikian dengan ketentuan bahwa setiap RPJMDesa harus mengacu
pada rencana pembangunan daerah yang dituangkan ke dalam RPJM Kab/Kota,
tentunya ada sela-sela tertentu melakukan penyelarasan antar RPJMDesa.
Sinkronisasi atau penyelarasan RPJMDesa antar Desa akan lebih efektif
jika
dilaksanakan pada awal penyusunan (misalnya pasca pilkades serentak) atau
melalui forum telaah ulang (review) RPJMDesa.
Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) juga bisa digunakan
untuk sinronisasi RPJM Desa dalam kawasan baik untuk keperluan kerjasama
maupun berjaga-jaga (antisipasi) akan adanya kebijakan pembangunan kawasan
atau daerah oleh unsur-unsur di atas kewenangan Desa (supra Desa).
VII.
Penutup
Dalam rangka optimalisasi manfaat dari potensi-potensi yang ada di Desa, selain
dilakukan melalui kegiatan pembangunan di dalam suatu Desa sendiri maka bisa
dilakukan kerjasama Desa dengan pihak lain, terutama kerjasama antar Desa.
Kerjasama Desa hendaknya dilakukan bukan untuk jangka pendek tetapi untuk
jangka menengah atau jangka panjang sehingga rencana kerjasama perlu
dimasukkan ke dalam RPJM Desa.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
7
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Skema kerjasama Desa harus adil dan saling menguntungkan antar pihak yang
melakukan kerjasama.
UU No.6/2014 dan peraturan perundangan yang terkait telah memberi ruang yang
besar akan adanya kerjasama Desa terutama yang diprakarsai oleh unsur
masyarakat Desa.
Pendataan potensi untuk keperluan kerjasama Desa perlu mempertimbangkan
rencana tata ruang Desa serta adanya keterpaduan potensi dengan Desa di
sekitarnya
untuk
menjagai
kemungkinan
adanya
kebijakan
pengembangan
kawasan/ daerah oleh unsur-unsur pemerintahan di atasnya (supra Desa).
Semua langkah kerjasama Desa harus dilakukan bersama masyarakat Desa sejak
ditetapkannya rencana kerjasama, pelaksanaan, pemantauan serta penilaian
berkala atas pelaksanaan dan hasil kerjasama.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
8
PENGEMBANGAN WILAYAH DESA
Yuni Pranoto
I.
Pendahuluan
Diundangkannya UU No.6/2014 dan perangkat peraturan turunan atau yang terkait
memberikan ruang yang besar bagi Desa dalam menentukan pilihan-pilihan
kebijakan dan kegiatan dengan muara akhir peningkatan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Dengan semangat dari Desa membangun Indonesia atau membangun Indonesia
dari pinggiran maka seharusnya Desa menjadi lebih hiruk pikuk dengan kegiatan
pembangunan.
Pilihan kebijakan dan kegiatan pembangunan di Desa bisa terbatas pada lingkup
Desa bersangkutan itu sendiri maupun diarahkan berupa kegiatan kerjasama
dengan Desa lainnya. Perwujudan Desa mandiri dengan segala pertimbangannya
dalam
pengertian
membebaskan
Desa
dari
ketergantungan
pemenuhan
kebutuhannya dari Desa lainnya, bisa dilaksanakan di dalam lingkup Desa itu
sendiri. Pada pilihan lain, baik karena pertimbangan keterkaitan maupun
ketergantungan dengan Desa lain, kerjasama antar Desa menjadi pilihan strategis.
Pilihan manapun yang akan diambil, semua didasarkan pada perlunya mendapatkan
hasil yang optimal dari kegiatan pembangunan dengan pemanfaatan potensi-potensi
Desa.
UU No.6/2014, Permendagri No. 114/2014 maupun Permendesa No. 5/2015
menegaskan pemberian hak kepada masyarakat Desa untuk terlibat aktif sejak
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
pemeliharaan
hasil-hasil
pembangunan di Desa.
Pilihan untuk bekerjasama dengan Desa lain juga harus diputuskan bersama
masyarakat Desa bahkan perlu didorong prakarsanya timbul dari masyarakat Desa
sendiri (prakarsa dari bawah ke atas ketimbang dari atas ke bawah).Di sini peran
fasilitasi dan pendampingan menjadi posisi yang penting dan strategis.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
1
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
II.
Pengembangan Wilayah Melalui Kerjasama Desa
Kepentingan strategis adanya kerjasama antar Desa bukan saja untuk keperluan
tercapainya peningkatan kesejahteraan jangka pendek tetapi juga perlu diarahkan
untuk keperluan jangka menengah dan jangka panjang.
Hal yang mendasarinya adalah agar kerjasama antar Desa tidak gagal di tengah
jalan namun dari waktu ke waktu semakin mendatangkan manfaat antar Desa,
disamping sebagai langkah antisipatif terhadap adanya kebijakan kawasan atau
daerah sehingga tidak perlu terjadi adanya tambal sulam hasil kerjasama.
Pengembangan antar desa sebagai kesatuan wilayah dapat dilakukan dengan
mendasarkan beberapa isu strategis antara lain :
1. Adanya kesamaan kebutuhan untuk pelayanan publik antar Desa, misalnya
jaringan air bersih, jaringan irigasi dalam kewenangan Desa, sarana
prasarana dasar dsb.
2. Pengendalian bersama dalam pengelolaan tata ruang ( DAS, hutan lindung,
situs-situs purbakala)
3. Kebutuhan
bersama
dalam
pengembangan
ekonomi
lokal
untuk
pengurangan angka kemiskinan /peningkatan pendapatan dan kesenjangan
antar Desa (perbedaan tingkat pendapatan, kemampuan produksi dan
pemasaran, dsb).
Selain alasan-alasan berdasarkan isu-isu strategis, kerjasama antar Desa bisa
dilatarbelakangi oleh hal-hal sbb :
1. Agar dicapai perpaduan dalam peningkatan potensi masing-masing Desa
2. Dicapainya alih ketrampilan dan kepandaian demi kemajuan bersama
3. Untuk menjadi lebih berdaya dalam memperjuangkan kepentingan bersama
4. Mencegah atau memperkecil kemungkinan konflik antar Desa
5. Sama-sama memperoleh akses informasi untuk keadilan bersama
III.
Skema Kerjasama Antar Desa Yang Adil dan Saling Menguntungkan
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
2
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Suatu kerjasama tentu diharapkan mendatangkan manfaat sesuai kebutuhan para
pihak dan dalam proses pencapaiannya tidak menimbulkan masalah-masalah yang
diakibatkan oleh pengingkaran kesepakatan atau bahkan adanya iktikad buruk yang
merugikan salah satu pihak. Untuk itu kerjasama perlu didasari oleh prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Efisien : adanya biaya-biaya yang bisa ditekan setelah dilakukannya
kerjasama
2. Efektif : kerjasama mendatangkan daya guna lebih besar
3. Keterpaduan dan keselarasan : adanya penggabungan daya kerja yang
terarah untuk manfaat yang lebih besar
4. Saling menguntungkan : manfaat yang dinikmati satu pihak tidak menjadi
kerugian bagi pihak lain
5. Sepakat
:
masing-masing setuju
atas isi kerjasama
dan
bertekad
melaksanakan isi perjanjian tanpa paksaan.
6. Iktikad baik : tidak ada niat terbuka maupun tersembunyi yang bisa
mendatangkan kerugian pihak lain.
7. Kepentingan bersama diutamakan : tidak berkeras hati menonjolkan
kepentingan sendiri, apalagi yang merugikan pihak lain.
8. Persamaan kedudukan :
Kerjasama diadakan demi kepentingan bersama dan lebih luas dari sekedar
kepentingan masing-masing.
Adanya rasa saling membutuhkan, saling percaya, saling memahami dan
saling menghargai
Adanya keterikatan yang sama terhadap isi perjanjian yang telah disepakati
Masing-masing pihak taat dan tertib dalam pelaksanaan isi perjanjian
kerjasama
Sebelum mengikatkan diri pada kerjasama yang diperjanjikan, masing-masing pihak
perlu melakukan telaah ke dalam tentang jenis dan lingkup yang akan diperjanjikan,
sumberdaya yang dimiliki dan diharapkan dari pihak lain, aturan serta kesepakatan
yang bisa diterapkan (tidak muluk-muluk), cara-cara dan periode penilaian dan
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
3
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
peninjauan kembali isi perjanjian serta kemungkinan jalan keluar apabila dialami
kebuntuan kerjasama.
Kerjasama antar Desa secara normatif telah diatur di dalam Bab IX PP No. 43/ 2014.
IV.
Strategi Kerjasama Antar Desa
4.1.
Strategi Pembentukan Kerjasama
a) Melakukan kajian kebutuhan
Sebelum dilakukan kerjasama perlu dilakukan kajian-kajian
sedemikian rupa sampai pada keputusan perlu atau tidaknya
dilakukan kerjasama.
Kajian perlu diarahkan pada analisis apakah hal-hal yang akan
dikerjasamakan memiliki keterkaitan, kerjasama menimbulkan
daya ungkit manfaat, masa kerjasama bisa permanen, dll.
b) Memilih Ukuran dan Bentuk Kerjasama
Perlu ditetapkan bentuk kerjasama yang akan dilakukan,
apakah
berupa
kerjasama
pendanaan
saja,
kerjasama
pengelolaan dan bentuk lainnya serta ukuran-ukuran yang
dikerjasamakan (luasan, panjang atau batasan biaya)
c) Menetapkan Kriteria-kriteria Kerjasama
Setelah memilih ukuran dan bentuk kerjasama, berikutnya
adalah
menetapkan
kriteria,
misalnya
kerjasama
dalam
pengelolaan berbentuk usaha bersama
4.2.
Strategi Pengelolaan Kerjasama
a) Kemauan dan Kepemimpinan
Kerjasama harus dijalankan dengan kemauan yang teguh antar
unsur terutama masayarakat Desa serta dikawal dengan
kepemimpinan yang kuat.
b) Pendanaan Kerjasama
Porsi pendanaan untuk keperluan kerjasama harus jelas dan
pemenuhannya harus dikendalikan agar masing-masing taat
pada hak dan kewajibannya.
c) Pendidikan Publik/ Komunikasi
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
4
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Pengelolaan
atau
pelaksanaan
kerjasama
perlu
dikomunikasikan secara teratur untuk memperoleh dukungan
secara terus menerus dari masyarakat.
d) Kepatuhan dan Penegakan Hukum
Perlu diatur adanya sanksi apabila ada pihak yang tidak patuh
pada kesepakatan kerjasama. Penyelesaian melalui jalur hukum
menjadi pilihan terakhir ketika penyelesaian non hukum
mengalami kebuntuan.
e) Pemantauan Pelaksanaan
Kerjasama harus selalu dipantau oleh tim khusus dan terbuka
bagi masyarakat Desa serta dilakukan pengaturan tentang
tatacara penyampaian koreksi, kritik atau pengaduan atas
pelaksanaan kerjasama tersebut.Hasil pemantauan digunakan
sebagai
bahan
utama
evaluasi
berkala
(triwulan/semester/tahunan).
V.
Pemetaan Berdasarkan Potensi Antar Desa
Potensi adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki Desa
dan berkemungkinan untuk dikembangkan.
Potensi Desa terdiri atas :
Fisik : tanah (untuk pertanian,perkebunan, tambang dsb), air (untuk air
bersih, pengairan pertanian, pembangkit listrik dsb), iklim, cuaca (kesejukan
udara, potensi angin untuk kincir angin dsb), dunia tumbuhan dan hewan dsb.
Non Fisik : masyarakat (ketrampilan, semangat kerja, daya beli dsb),
kelembagaan dan kelompok masyarakat, aparat desa ( SDM, sistem kerja,
perangkat aturan dsb).
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
5
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Dalam rangka kerjasama Desa, setelah dilakukan langkah awal penyepakatan akan
dilaksanakannya suatu kerjasama maka perlu dilakukan pemetaan potensi.
Untuk melakukan pemetaan maka diperlukan pendataan potensi yang dilakukan
oleh para pelaku kepentingan di desa-desa yang akan melkukan kerjasama dengan
melibatkan secara aktif peran serta masyarakat setempat agar supaya ikut memiliki
bahkan sampai dengan pemeliharaan ketika potensi yang dipetakan tersebut
dikembangkan.
Langkah-langkah pelaksanaan dilakukan antara lain sebagai berikut :
Sosialisasi melalui MAD terbatas, menyepakati niat bersama, lingkup
pemetaan dan pembentukan tim inti antar Desa.
Sosialisasi tingkat Desa melalui Musdes sekaligus pembentukan Tim
Lengkap tingkat Desa, disyahkan melalui Keputusan Kades.
Pelaksanaan pendataan oleh masing-masing Desa
Tim antar Desa melakukan pertemuan untuk menyepakati potensi-potensi
yang akan dikembangkan.
Pelaksanaan survai lengkap dilanjutkan dengan kajian-kajian.
Tim inti antar Desa menyampaikan pelaporan pemetaan potensi antar Desa
pada forum MAD terbatas
Tim tingkat Desa menyampaikan laporan kepada Kades
Kades melakukan tindak lanjut dengan menjadikan peta kawasan sebagai
masukan Revisi RPJMDesa dan/atau RKP Desa.
VI.
Sinkronisasi RPJMDesa antar Desa Dalam Kerjasama Desa
RPJM Desa adalah rencana kegiatan pembangunan Desa untuk jangka waktu 6
tahun, sesuai dengan masa jabatan Kepala Desa. RPJM Desa harus sudah disusun
selambat-lambatnya 3 bulan sejak Kades memulai masa jabatannya.
Rencana pembangunan ini disusun secara partisipatif dan mengikat bagi Kades dan
unsur pemdes lainnya selama masa jabatan berlangsung. Penjabaran rencana
jangka menengah ini kemudian dituangkan ke dalam rencana tahunan yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
6
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
RPJMDesa
rencana
memuat visi dan misi Kades, arah kebijakan pembangunan serta
kegiatan
yang
meliputi
bidang
pemerintahan
desa,
pelaksaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Disebutkan di dalam Permendagri No. 114/2014 Pasal 6 ayat 2 bahwa sebagian
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa adalah penetapan dan penegasan
batas Desa, penyusunan tata ruang Desa dan penyelenggaraan kerjasama antar
Desa (ketiga hal ini sangat erat keterkaitannya dengan kerjasama Desa dalam satu
kawasan).
Dilihat dari kacamata Desa secara sendiri-sendiri, RPJM Desa suatu Desa sangat
dimungkinkan untuk berbeda dengan RPJM Desa dari Desa lainnya antara lain
dipengaruhi oleh antara lain visi dan misi antar Kades yang bisa jadi berbeda.
Meskipun demikian dengan ketentuan bahwa setiap RPJMDesa harus mengacu
pada rencana pembangunan daerah yang dituangkan ke dalam RPJM Kab/Kota,
tentunya ada sela-sela tertentu melakukan penyelarasan antar RPJMDesa.
Sinkronisasi atau penyelarasan RPJMDesa antar Desa akan lebih efektif
jika
dilaksanakan pada awal penyusunan (misalnya pasca pilkades serentak) atau
melalui forum telaah ulang (review) RPJMDesa.
Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) juga bisa digunakan
untuk sinronisasi RPJM Desa dalam kawasan baik untuk keperluan kerjasama
maupun berjaga-jaga (antisipasi) akan adanya kebijakan pembangunan kawasan
atau daerah oleh unsur-unsur di atas kewenangan Desa (supra Desa).
VII.
Penutup
Dalam rangka optimalisasi manfaat dari potensi-potensi yang ada di Desa, selain
dilakukan melalui kegiatan pembangunan di dalam suatu Desa sendiri maka bisa
dilakukan kerjasama Desa dengan pihak lain, terutama kerjasama antar Desa.
Kerjasama Desa hendaknya dilakukan bukan untuk jangka pendek tetapi untuk
jangka menengah atau jangka panjang sehingga rencana kerjasama perlu
dimasukkan ke dalam RPJM Desa.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
7
Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa
Skema kerjasama Desa harus adil dan saling menguntungkan antar pihak yang
melakukan kerjasama.
UU No.6/2014 dan peraturan perundangan yang terkait telah memberi ruang yang
besar akan adanya kerjasama Desa terutama yang diprakarsai oleh unsur
masyarakat Desa.
Pendataan potensi untuk keperluan kerjasama Desa perlu mempertimbangkan
rencana tata ruang Desa serta adanya keterpaduan potensi dengan Desa di
sekitarnya
untuk
menjagai
kemungkinan
adanya
kebijakan
pengembangan
kawasan/ daerah oleh unsur-unsur pemerintahan di atasnya (supra Desa).
Semua langkah kerjasama Desa harus dilakukan bersama masyarakat Desa sejak
ditetapkannya rencana kerjasama, pelaksanaan, pemantauan serta penilaian
berkala atas pelaksanaan dan hasil kerjasama.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi (KNPPT)
8