REPRESENTASI SOSIAL VIRGINITAS PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  REPRESENTASI SOSIAL VIRGINITAS PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Ni Wayan Widayanti Arioka NIM: 059114089 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

Ya. biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa atau hantu.

Dan tak ada yang lebih sulit dapat difahami daripada sang manusia…. Jangan

anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar

pengetahuanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur,

perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap

musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan

bakal bisa kemput.”

  

“Cerita, …., selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya.

  • –Pramoedya Ananta Toer–

  

Karya kecil ini saya persembahkan untuk

Papa, mama, dan adik-adik saya

  

ABSTRAK

REPRESENTASI SOSIAL VIRGINITAS

PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

Ni Wayan Widayanti Arioka

059114089

  Penelitian ini mengkaji makna dan sikap yang dimiliki kaum muda

mengenai virginitas, ketika muncul gejala problematika sosial mengenai

virginitas, di mana kaum muda menganggap virginitas tidak lagi penting untuk

dipertahankan, sedangkan generasi tua masih menuntut kaum muda untuk

mempertahankan virginitasnya. Virginitas memiliki kaitan yang erat dengan

hubungan seksual karena hubungan seksual dapat menyebabkan ‘lepasnya’

virginitas seseorang. Hubungan seksual merupakan hal yang sakral sejak dulu,

dan hanya bisa dilakukan ketika pasangan laki-laki dan perempuan yang berniat

untuk mendapatkan keturunan. Pernikahan hanya akan dilakukan apabila

pasangan laki-laki dan perempuan tersebut sudah pasti akan memiliki keturunan,

dimana pihak perempuan sudah mengandung anak dari pihak laki-laki. Pada

perkembangannya, tepatnya ketika agama masuk ke Indonesia, pernikahan

menjadi hal yang sakral sehingga untuk mendapatkan keturunan melalui

hubungan seksual, pasangan laki-laki dan perempuan harus menikah terlebih

dahulu. Agama juga menuntut dipertahankannya virginitas sebelum menikah.

  Penelitian ini menggunakan paradigma representasi sosial karena

paradigma ini menempatkan individu dalam ruang sosialnya. Pendekatan ini

memungkinkan untuk melihat bagaimana makna virginitas berkaitan dengan

konteks sosial dan kebudayaan. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan asosiasi kata dan wawancara semi terstruktur kepada 26 mahasiswa

dari 6 universitas di Yogyakarta.

  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kaum muda memaknai

virginitas sebagai sesuatu yang melekat pada perempuan baik secara fisik maupun

substansial. Virginitas merupakan sesuatu yang suci dan penting dijaga oleh

perempuan. Menjaga virginitas merupakan suatu kewajiban bagi perempuan dan

bukan menjadi kewajiban laki-laki karena virginitas perempuan lebih mudah

dibuktikan dengan melihat ciri fisik yang melekat pada diri yaitu keutuhan selaput

dara dan keluarnya darah pada saat berhubungan seksual. Hal ini berbeda dengan

virginitas pada pria yang sulit ditentukan karena tidak ada tanda atau barometer

fisik yang serupa seperti apa yang dimiliki oleh perempuan.

  

Kata kunci: representasi sosial, seksualitas, virginitas, agama, kesakralan

pernikahan

  

ABSTRACT

THE SOCIAL REPRESENTATION OF VIRGINITY

BY YOUNG PEOPLE IN YOGYAKARTA

Ni Wayan Widayanti Arioka

059114089

  This research examined the meaning of virginity and the attitude of the

young toward it, when young people consider that virginity is no longer important

to be maintained, while on the other hand, the older generation still requires young

people to maintain their virginity. Virginity has a close relation with the sexual

intercourse, for this activity can cause somebody’s being not virgin. Yore, sexual

intercourse was considered sacred thing; could only be done when a man and a

woman intended to obtain an offspring. The marriage will be done when the

woman was pregnant with her couple. But in its development, precisely when the

religion came into Indonesia, marriage becomes a sacred thing, thus the way to get

an offspring through sexual intercourse should be done after a couple had married.

Religion also requires to maintained virginity before marriage.

  This study used the paradigm of social representation because this

paradigm puts the people in their society. This approach allows us to see how the

meaning of virginity related to the social and cultural context. Data collecting was

conducted by utilizing word association tehnique and semi-structured interview to

26 students from 6 universities in Yogyakarta.

  The results of this research indicate that young people make sense of

virginity as something inherent in women, both physically and substantially.

Virginity is something sacred and important to maintain by women. Keeping

virginity is a duty for women and not the duty of men because women’s virginity

is more easily evidenced by looking at physical characteristics of the hymen and

hemorrhage during sexual intercourse. It is different from the men’s virginity,

which is difficult to determine because there is no physical sign that similar of

what is owned by women.

  

Keywords: social representation, sexuality, virginity, religion, sanctity of marriage

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur atas segala rahmat, berkat, karunia serta bimbinganNya yang

dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul “Representasi Sosial Virginitas pada Mahasiswa di Yogyakarta” ini

dengan baik. Kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang selalu mendampingi

dan menuntun langkah penulis sungguh dirasakan oleh penulis, sehingga penulis

bisa selalu mendapatkan jalan keluar setiap kali menemui kesulitan.

  Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan,

bantuan, saran dan kritik berharga dari orang-orang di sekitar penulis, dan kepada

mereka penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya:

  

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan waktu, dukungan dan perhatian selama proses penyelesaian skripsi ini, juga untuk diskusi dan semangatnya yang menginspirasi.

  

2. Ibu M. L. Anantasari, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing saya selama proses menuntut ilmu di Fakultas Psikologi.

  Terimakasih untuk segala perhatiannya selama 4 tahun ini.

  

3. Pak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi dan Ibu Sylvia

C. M. Y. M., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi

4. Pak V. Didik Suryo H., M.Si. dan Pak Y. Heri Widodo, M. Psi. selaku dosen penguji. Terimakasih untuk semua kritik dan masukannya.

  

5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan wawasan ilmunya dan membagikan pengalaman-pengalaman berharganya kepada penulis.

  

6. Mas Gandung, Mbak Nanik, dan Pak Gi’, terima kasih untuk kemudahannya

saat mengurus administrasi perkuliahan. Mas Muji dan Mas Doni, terimakasih untuk bantuannya selama perkuliahan baik dalam mempersiapkan presentasi maupun praktikum. Saya pasti akan merindukan suasana di ruang baca dan laboratorium.

7. KELUARGA ARIOKA.. Mama dan Papa.. yang telah mendukung saya secara lahir bathin dan financial.. Terima kasih karena selalu percaya pada saya..

  Adek, Oming, Caca.. luv ya all, brotha..

  

8. MJ a.k.a. GEROMBOLAN SI BERAT.. Anne, Agatha, Henny, Jessi.. Ini

bukan akhir petualangan kita kawan.. Terimakasih untuk kegembiraan dan semangat di masa kuliah yang selalu kalian tularkan padaku.. Sungguh 4 tahun yang luar biasa.. Petualangan selanjutnya akan lebih menyenangkan dari yang sebelumnya.. let’s go...

  

9. KELUARGA CEMARA.. Shinta, mbak Bella, Tiwi, Lilo, Arya, Alma, Lucky,

Mbak Nana, Gita, Wira, dan Iin. Kita telah melewati masa-masa akhir kuliah yang menggemparkan.. mari kita lanjutkan perjalanan kita menggemparkan dunia..hahahay.. Tak lupa juga Mbak Chigie dan Om Troy yang ikut memberi warna dalam proses pengerjaan skripsi di Cemara.

  

10. SUANDI PUTRA.. untuk suara digital dan sentuhan nyata maupun maya yang

selalu bisa menguatkanku. Perjuangan masih panjang, komandan!

  

11. Seluruh responden penelitian, terimakasih telah membagikan pemahaman,

sikap, dan pengalaman menarik kalian. Saya belajar banyak, teman..

  

12. I Gusti Nyoman Sedana a.k.a Cenk.. untuk menjadi teman diskusi dan curhat

paling awet.. Ayo buruan nyusul.. ditunggu di Bali..

  

13. Segenap penghuni dan mantan penghuni KOST CANNA eksklusif, untuk

tawa dan canda yang ditawarkan selama tiga tahun terakhir ini.

  

14. SEXENERS.. yang telah memperlihatkan hitamnya Yogyakarta lewat alunan

musik yang indah.. hitam tak selalu gelap, hitam adalah berbagai warna yang berpadu menjadi satu..

  

15. PONDOKERS.. terimakasih untuk beberapa perjalanan alam yang

menyenangkan..

  

16. Facebook.. terimakasih karena telah membantu saya menjalin komunikasi

yang sempat terputus dengan kawan-kawan lama saya.. semoga layananmu bisa lebih berarti di masa-masa selanjutnya.

  

17. Teman-teman BEMF 2005-2006, BPMF 2006-2007, KMHD Swastika

Taruna.. senang bisa bekerjasama dengan kalian semua..

  

18. EXCEL berplat DK 4247 GZ karena telah setia menemani saya. Kita pernah

jatuh bangun bersama, brotha..

  

19. Vanila-Latte dan Blackykomputerhebat-ku tercinta, untuk kerelaannya

dipanjer seharian buat ngetik tugas, nonton tv, nonton film, denger lagu, dan tentunya untuk menyelesaikan skripsi.

  20. Yogyakarta, untuk perpaduan antara hitam dan putihmu yang cantik

  

Serta kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namun turut mendukung dan

memberikan kontribusi baik dalam proses penelitian ini, maupun dalam proses

saya menuntut ilmu di Fakultas Psikologi USD. Senang bisa mengenal kalian dan

beruntung bisa berproses bersama kalian selama 4 tahun. Banyak hal yang saya

dapatkan dari proses belajar kita. Bersama kalian, aku belajar hidup.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. i HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… ii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… v ABSTRAK ………………………………………………………………….. vi

ABSTRACT ………………………………………………………………… vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………... viii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...xiii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xvi

DAFTAR SKEMA …………………………………………………………. xviii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xix

  BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….1 B. Rumusan Permasalahan ………………………………………. 8 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 8 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 8

  

BAB II TINJAUAN TEORITIS ………………………………………… 10

A. Virginitas ……………………………………………………... 10

  1. Definisi …………………………………………………… 10

  2. Pandangan Budaya dan Agama terhadap Virginitas ……... 11

  3. Konstruksi Gender tentang Virginitas Berdasarkan Agama dan Budaya ………………………………………..18 B. Konteks Penelitian : Mahasiswa di Yogyakarta ……………… 23

  1. Kontribusi Kultural dalam Makna Virginitas pada Mahasiswa di Yogyakarta …………………………... 23

  2. Mahasiswa ………………………………………………... 25

  3. Masa Dewasa Awal ………………………………………. 26

  C. Representasi Sosial Tentang Makna Virginitas pada Kaum Muda di Yogyakarta ……………………………... 30

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 36

A. Jenis Penelitian ……………………………………………….. 36 B. Batasan Istilah ………………………………………………... 37 C. Responden Penelitian ………………………………………… 38 D. Metode Pengumpulan Data …………………………………... 39

  1. Metode Asosiasi Kata dengan Menggunakan Kuesioner Terbuka ………………………………………… 39

  2. Metode Wawancara ………………………………………... 43

  E. Analisis Data …………………………………………………..45

  F. Keabsahan Data ………………………………………………. 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………. 49 A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………….. 49

  1. Tahap Penentuan Responden …………………………….. 49

  2. Tahap Pengambilan Data …………………………………. 50

B. Hasil Penelitian ……………………………………………….. 51

  1. Analisis Data Metode Asosiasi Kata Menggunakan Kuesioner Terbuka ……………………………………….. 53

  2. Analisis Data Hasil Wawancara ………………………….. 63

  3. Analisis Data Berdasarkan Demografi Responden ………. 77

C. Pembahasan Penelitian ……………………………………….. 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 98 A. Kesimpulan …………………………………………………… 98 B. Saran ………………………………………………………….. 100 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 101 LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 106

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Survei tentang Virginitas ……………………………………. 2

Tabel 2 Pandangan Agama mengenai Virginitas …………………………... 13

Tabel 3 Pedoman Wawancara ……………………………………………… 44

Tabel 4 Data demografi Responden ………………………………………... 53

Tabel 5 Kata yang Populer Mengenai Virginitas pada Responden …………………………………………………... 54 Tabel 6 Kata yang Populer Mengenai Virginitas pada Responden Beserta Maknanya ……………………………… 54

Tabel 7 Kategori Hasil Asosiasi Kata Beserta Maknanya …………………. 57

Tabel 8 Frekuensi Hasil Asosiasi Kata Berdasarkan Kategori …………….. 60

Tabel 9 Frekuensi Hasil Asosiasi Kata Berdasarkan Kategori pada Tiap Prioritas ………………………………………………… 62 Tabel 10 Persentase Respon dan Responden Data Wawancara Berdasarkan Kategori ………………………………………………64

Tabel 11 Sikap terhadap Virginitas pada Diri Sendiri ………………………. 67

Tabel 12 Sikap terhadap Virginitas Pasangan ………………………………..69

Tabel 13 Sikap terhadap Virginitas Orang Lain …………………………….. 70

Tabel 14 Usia Responden Mendapatkan Informasi tentang Virginitas ……... 71

Tabel 15 Sumber Informasi tentang Virginitas ……………………………… 72

Tabel 16 Orang-orang yang Dianggap Berperan Terkait dengan Virginitas ... 74

Tabel 17 Perbedaan Makna Virginitas pada Perempuan dan Laki-laki ……... 78

Tabel 18 Perbedaan Sikap terhadap Virginitas Diri Sendiri pada

  Perempuan dan Laki-laki ………………………………………….. 79

  

Tabel 19 Alasan Virginitas Diri Sendiri Penting untuk Dipertahankan ……...80

Tabel 20 Perbedaan Sikap terhadap Virginitas Pasangan pada Perempuan dan Laki-laki ………………………………………….. 81

Tabel 21 Alasan Tidak Mempermasalahkan Virginitas Pasangan …………... 82

  Tabel 22 Alasan Laki-laki Menganggap Virginitas Pasangan Penting tapi Tidak Harus …………………………………………………… 83 Tabel 23 Perbedaan Sikap antara Laki-laki dan Perempuan terhadap Virginitas pada Orang Lain ………………………………………... 83

Tabel 24 Alasan Menganggap Virginitas Merupakan Hak Setiap Orang …… 84

Tabel 25 Perbedaan antara Responden Laki-laki dan Perempuan tentang

  Sumber Informasi mengenai Virginitas …………………………… 85

Tabel 26 Sumber Informasi tentang Virginitas Berdasarkan Jenis Kelamin ... 86

Tabel 27 Perbedaan Sumber Informasi Berdasarkan Sikap terhadap Virginitas Diri Sendiri ……………………………………………...87

  

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Tinjauan Teoritis …………………………………………………... 35

Skema 2 Hubungan Antar Kata yang Populer

  Berdasarkan Maknanya ……………………………………………. 56

Skema 3 Hubungan Antar Kategori Berdasarkan Makna Kata ……………... 61

Skema 4 Skema Pembahasan ………………………………………………... 97

DAFTAR LAMPIRAN

  

Lampiran 1 Kuesioner Terbuka …………………………………………….. 106

Lampiran 2 Data Demografi Responden …………………………………… 109

Lampiran 3 Persebaran Data Metode Asosiasi Kata Virginitas ……………. 110

Lampiran 4 Frekuensi Kata yang Muncul dari Hasil Asosiasi Kata

  Virginitas ……………………………………………………….115 Lampiran 5 Koding Data Asosiasi Kata Virginitas Berdasarkan Kategori ………………………………………………………...117 Lampiran 6 Frekuensi Respon dan Total Responden Hasil Asosiasi Kata ……………………………………………………………. 118

Lampiran 7 Makna Kata Hasil Asosiasi Kata Virginitas …………………....120

  

Lampiran 8 Persebaran Data Makna Virginitas Berdasarkan Wawancara ….125

Lampiran 9 Persebaran Data Sikap terhadap Virginitas Diri Sendiri ………. 128

Lampiran 10 Alasan Sikap terhadap Diri Sendiri …………………………….129

Lampiran 11 Persebaran Data Sikap terhadap Virginitas Pasangan ………….131

Lampiran 12 Alasan Sikap terhadap Virginitas Pasangan ……………………132

Lampiran 13 Persebaran dan Sikap terhadap Virginitas Orang Lain ………....134

Lampiran 14 Alasan Sikap terhadap Virginitas Orang Lain ………………….135

Lampiran 15 Persebaran Data Usia Responden Mendapatkan Informasi

  Mengenai Virginitas ……………………………………………137

Lampiran 16 Persebaran Data Sumber Informasi Mengenai Virginitas ……...138

Lampiran 17 Frekuensi Kemunculan Respon dan Total Responden yang Menjawab Sumber Informasi tentang Virginitas ……………….139 Lampiran 18 Persebaran Data Orang-orang yang Dianggap Berperan Terkait dengan Virginitas ……………………………………….141

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kultur masyarakat secara umum memandang seks sebagai suatu hal yang

  sakral, yaitu sebagai wujud cinta kasih dan untuk meneruskan keturunan. Hubungan seks ’dilegalkan’ bila pasangan laki-laki dan perempuan telah mengikatkan diri dalam sebuah lembaga perkawinan dan disahkan secara hukum sebagai suami istri (Al- Fayyadl, 2006; Haryatmoko, 2006). Ini juga berarti bahwa virginitas hanya boleh ’dilepas’ ketika sudah menikah.

  Tuntutan untuk menjaga virginitas terlihat dari simbol-simbol yang ada dalam upacara pernikahan adat di Jawa, yaitu pada prosesi menginjak telur yang ditempatkan di sebuah cobek. Prosesi ini dikenal dengan nama midag endhog. Adapun yang menginjak telur adalah mempelai laki-laki (Purwadi, 2005). Telur melambangkan keperawanan mempelai perempuan yang masih utuh saat menikah.

  

Midak endhog bermakna bahwa mempelai wanita merelakan pamor dan

  keperawanannya direngkuh oleh mempelai laki-laki (Listyorini, tanpa tahun). Simbol dalam upacara pernikahan Jawa ini menyiratkan bahwa virginitas merupakan hal yang penting untuk dijaga hingga menikah pada tradisi Jawa. Pandangan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh agama-agama yang ada di Indonesia. Kelima agama resmi di Indonesia melarang seks pranikah, yang berarti bahwa kelima agama ini menganggap virginitas sebagai sesuatu yang penting untuk dipertahankan sebelum menikah.

  Dewasa ini, muncul gejala problematika sosial mengenai virginitas, dimana generasi tua menganggap virginitas merupakan hal yang penting dan menuntut kaum muda untuk tetap mempertahankan virginitasnya sebelum menikah, sedangkan generasi muda sudah menganggap virginitas tidak lagi penting untuk dipertahankan.

  Tuntutan menjaga virginitas tersebut terlihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan generasi tua sebagai pencegahan terhadap pergaulan bebas kaum muda, seperti penolakkan terhadap ATM kondom di Indonesia (Salman, 2009), pembatasan jam malam terutama untuk perempuan, bahkan larangan berpacaran bagi kaum muda (Sarwono, 2008). Ketika anak perempuan bertanya mengapa ia dilarang keluar setelah jam malam yang telah ditentukan, orang tua beralasan "ora elok" jika perempuan berkeliaran di jalan tengah malam (“Ruas Malam Jogja”, 2009).

  Di sisi lain, kaum muda menganggap virginitas tidak lagi penting untuk dipertahankan. Ini diperkuat oleh beberapa hasil survei mengenai virginitas yang dilakukan pada kaum muda. Hasil survei mengenai virginitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  Tabel 1 Hasil Survei tentang Virginitas

  Tahun Sumber Hasil Survei Wilayah Survei Keterangan

2002 harian 97,05% mahasiswi yang Yogyakarta Survei dilakukan oleh

Kompas, menjadi responden Lembaga Studi Cinta

  (“Sulit mengaku telah dan Kemanusiaan Dikontrol”, kehilangan virginitasnya serta Pusat Bisnis dan 2002) selama melaksanakan Humaniora (LSCK

  2002 Kompas.com, (“Bila Seks”, 2002) 40% mahasiswa pria dari 180 mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya telah melakukan hubungan seks pranikah Surabaya Dikemukakan dalam

  Kongres Nasional I Asosiasi Seksologi Indonesia (Konas I ASI) di Denpasar Juli 2002 2005-

  2006 Jawa Pos (“Remaja Cicipi Seks”, 2008) 47,54% remaja mengaku sudah mengalami hubungan seks sebelum nikah Jabodetabek,

  Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar

  Disampaikan oleh Direktur Remaja dan Perlindungan Hak- Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat

  2008 Jawa Pos (“Remaja Cicipi Seks”, 2008)

  63% remaja mengaku sudah mengalami hubungan seks sebelum nikah

  33 provinsi di Indonesia

  Hasil survei di atas memperlihatkan fakta bahwa dewasa ini sebagian dari mereka yang berusia 19-24 tahun terkesan memandang virginitas sebagai sesuatu tidak penting dan tidak sakral lagi, serta mulai meninggalkan norma yang selama ini berlaku di masyarakat.

  Kaum muda yang sudah tidak lagi menganggap virginitas penting untuk dipertahankan sebelum menikah sedangkan generasi tua yang masih menuntut kaum muda untuk mempertahankan virginitasnya sebelum menikah akhirnya memunculkan maraknya seks pranikah yang terselubung, namun bisa terlihat dari banyaknya kasus kehamilan pada remaja, tingkat aborsi yang tinggi di kalangan kaum muda, dan beredar video-video porno yang diperankan oleh kaum muda. Di tahun 2008, angka kejadian aborsi di Indonesia berkisar antara 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, dan 30% di antaranya dilakukan remaja berusia 15-24 tahun. Hal tersebut berarti sekitar 600 sampai 780 ribu remaja Indonesia melakukan aborsi setiap tahunnya (“780 Ribu Remaja Lakukan Aborsi”, 2009). Tingginya angka aborsi yang dilakukan kaum muda ini juga mencerminkan tingginya angka kehamilan di luar nikah pada kaum muda. Setiawan (2007) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa lebih dari 500 video porno sudah dibuat dan diedarkan di Indonesia, dan sebanyak 90% pembuat video porno itu berasal dari kalangan kaum muda, mulai dari SMP sampai mahasiswa.

  Permasalahan tersebut diatas salah satu kemungkinannya disebabkan oleh pemahaman dan pendekatan yang kurang tepat dari orang tua terhadap permasalahan kaum muda, khususnya terkait dengan seksualitas. Orang tua hanya memberikan larangan-larangan pada anaknya dan kurang memberikan pembelajaran yang konkrit mengenai persoalan yang terkait dengan seksualitas. Bagi masyarakat, seksualitas hampir selalu dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan (Komandoko, 2009).

  Akibatnya anak cenderung mencari tahu sendiri informasi yang terkait dengan seksualitas, termasuk virginitas, misalnya melalui media maupun pergaulannya (lihat, Sarwono, 2008). Banyaknya sumber informasi mengenai seksualitas memungkinkan pemaknaan mengenai hal-hal yang terkait dengan seksualitas yang berbeda-beda.

  Oleh karena itu, penting dalam hal ini untuk mengungkap bagaimana persoalan seksualitas terutama makna virginitas dalam perspektif kaum muda.

  Penelitian ini mengungkap masalah virginitas dan tidak mengenai perilaku seksual pranikah kaum muda. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan. Alasan yang pertama, karena seksualitas merupakan hal yang sensitif dalam budaya timur (Indonesia) sehingga apabila langsung menggunakan istilah perilaku seksual pranikah karena kemungkinan jawaban yang terungkap adalah norma-norma yang ada di masyarakat.

  Alasan kedua, istilah virginitas sudah cukup lazim digunakan di Indonesia dan memiliki pengertian yang tidak hanya menunjuk keperawanan, tapi juga keperjakaan.

  Istilah virginitas sudah cukup populer di masyarakat Indonesia, yang terlihat dari data sistem pencarian Google yakni ada sekitar 22.800 halaman dalam bahasa Indonesia yang menggunakan istilah virginitas untuk membicarakan keperawanan maupun keperjakaan. Istilah virginitas juga dipergunakan dalam artikel koran dan majalah yang membahas mengenai seksualitas, misalnya pada harian Kompas (“Makin Greng”, 2008), Majalah Femina (Sarwono, 2009), dan Majalah Cosmopolitan (Citra, 2009). Istilah virginitas juga populer di kalangan kaum muda. Seluruh responden dalam penelitian ini, ketika ditanya tentang istilah virginitas di awal proses pengambilan data, menyatakan bahwa istilah virginitas cukup familiar untuk mereka dan sering mereka dengar dalam kehidupan sehari-hari.

  Istilah virginitas merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu virginity. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2005), virginity diartikan sebagai keadaan dimana seseorang masih ‘virgin’. Virgin adalah seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Virginity tidak hanya diartikan sebagai keadaan perempuan saja, tapi juga laki-laki. Hal ini terlihat dari contoh yang diberikan dalam kamus tersebut sebagai berikut: “He lost his virginity when he was 18”. Contoh tersebut memperlihatkan bahwa virginity tidak hanya merupakan keadaan yang membicarakan virginitas yaitu keperawanan bagi perempuan dan keperjakaan bagi laki-laki.

  Alasan ketiga, penelitian ini dilakukan untuk memberi kontribusi solusi pada permasalahan seksualitas pada kaum muda seperti yang telah dipaparkan di atas dengan melihat bagaimana pemahaman kaum muda tentang seksualitas, ditinjau dari pemaknaan dan sikap mereka terhadap virginitas, serta darimana mereka mendapatkan pemahaman tersebut. Setelah mengetahui pemaknaan dan sikap kaum muda terhadap virginitas, maka diharapkan penelitian ini bisa mengidentifikasi mengapa ada kecenderungan banyaknya kaum muda yang melepaskan virginitas sebelum menikah belakangan ini.

  Yogyakarta dipilih sebagai tempat dilakukannya penelitian karena Yogyakarta masih memiliki ikatan tradisi Jawa yang kuat sehingga diasumsikan nilai dan budaya Jawa akan menentukan kehidupan kaum muda yang tinggal di kota Yogyakarta, termasuk dalam memandang makna virginitas. Di sisi lain, belakangan ini bisnis pondokan atau kost-kostan di Yogyakarta semakin menjamur. Sayangnya, hingga Agustus 2009 ternyata 90% dari pondokan yang ada di Yogyakarta tidak memiliki ijin. (“90% Pondokan di Yogya”, 2009). Hal ini terbukti dari hasil operasi yang dilakukan oleh Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta di empat kecamatan yaitu Mantrijeron, Umbulharjo, Tegalrejo, dan Gondokusuman (“90% Pondokan di Yogya”, 2009). Padahal, untuk mengatur bisnis pondokan telah diterbitkan Perda kota Yogyakarta no. 4 tahun 2003 yang isinya antara lain, penyelenggara pondokan terpisah dari kamar pondokan, dan memberi bimbingan dan pengarahan kepada pemondok untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat setempat.

  Selain itu, terdapat pula larangan untuk menyelenggarakan pondokan yang dihuni pemondok yang berbeda jenis kelamin. Kemudian, di Yogyakarta juga mulai marak berkembang tempat hiburan, seperti klub malam, café dan warung kopi yang buka di malam hari hingga menjelang pagi. Tempat hiburan tersebut menawarkan hingar bingar kehidupan Yogyakarta di malam hari (“Unggulkan Kenyamanan”, 2006). Fasilitas ini memungkinkan kaum muda, baik laki-laki maupun perempuan, untuk berbincang-bincang dan melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari, bahkan hingga pagi.

  Makna virginitas adalah segala sesuatu yang dipahami mengenai virginitas yang didapatkan melalui interaksi sosial. Makna yang ditafsirkan individu dapat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan konteks situasi (Blumer, dalam Mulyana, 2002). Hal ini juga berlaku untuk makna virginitas. Perspektif representasi sosial akan membantu untuk mengungkap makna virginitas sebagai suatu konsep yang selalu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Representasi sosial merupakan perspektif yang terdiri dari sistem nilai, ide, dan praktek-praktek yang membangun sebuah pemaknaan sosial (Moscovici, 2001). Dalam konteks ini, sistem nilai, ide, dan praktek-praktek di masyarakat yang terkait dengan virginitas akan membangun sebuah pemaknaan sosial mengenai virginitas pada kaum muda. Jadi, secara khusus penelitian ini hendak mengkaji representasi sosial tentang makna

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana kaum muda memaknai virginitas?

  2. Sikap apa yang dipegang oleh kaum muda tentang virginitas?

  3. Darimana mereka mendapat pengetahuan tentang virginitas?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi faktual mengenai gambaran makna virginitas yang dipahami oleh kaum muda dan dari mana mereka mendapatkan pemahaman mengenai virginitas, serta sikap apa yang dimiliki kaum muda mengenai virginitas.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat teoritis:

  a. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan Masa Dewasa Awal dengan memberikan kajian atas makna dan sikap terhadap virginitas yang dimiliki oleh kaum muda.

  b. Bagi peneliti yang tertarik pada bidang psikologi perkembangan dan sosial, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk perbandingan penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang gaya hidup kaum muda.

  2. Manfaat praktis: Bagi orangtua dan masyarakat luas.

  Penelitian ini dapat memberikan gambaran kontekstual mengenai pemahaman kaum muda tentang virginitas, sehingga orang tua dan masyarakat luas dapat memahami pedoman apa yang sebenarnya kaum muda pegang saat ini, terkait dengan seksualitas.

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada landasan teori, peneliti menguraikan tentang virginitas, yang merupakan

  pokok bahasan dalam penelitian ini, mulai dari pengertiannya hingga bagaimana pandangan agama dan budaya Indonesia, terutama budaya Jawa, terhadap virginitas yang akhirnya membentuk konstruksi gender terkait dengan virginitas. Kemudian, teori perkembangan masa dewasa awal juga dipaparkan sebagai konteks yang diteliti dalam penelitian ini. Peneliti juga menjelaskan tentang paradigma representasi sosial sebagai perspektif yang membantu mengungkap makna dan sikap virginitas pada mahasiswa.

  A. VIRGINITAS

  A. 1. Definisi

  Di Indonesia, ada dua istilah untuk membicarakan virginitas yaitu keperawanan bagi perempuan dan keperjakaan bagi laki-laki. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), perawan diartikan sebagai anak perempuan yang belum pernah berhubungan seksual dengan laki-laki, sedangkan keperawanan adalah perihal perawan, kegadisan, atau kesucian seorang gadis. Berdasarkan definisi ini maka dapat disimpulkan bahwa keperawanan adalah kesucian yang dikarenakan belum pernah mengalami hubungan seksual bagi perempuan. Virginitas pada laki-laki lebih umum disebut sebagai keperjakaan, namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) istilah perjaka hanya dijelaskan sebagai lelaki yang belum berumah tangga. Masyarakat beranggapan bahwa seorang lelaki sudah tidak perjaka lagi bila pernah melakukan hubungan seks dalam arti penetrasi penis ke dalam vagina, sekalipun laki- laki tersebut belum menikah (Oetomo, 2001).

  Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2005), mengartikan virginity sebagai

  keadaan dimana seseorang masih ‘virgin’. Virgin adalah seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Virginity tidak hanya diartikan sebagai keadaan perempuan saja, tapi juga laki-laki. Kemudian, Wijaya (2004) dalam bukunya yang berjudul Seksplorasi 53 Masalah Seksual mengatakan bahwa: “Sesungguhnya

  

virginity itu lebih merupakan masalah purity yaitu sejauh mana seseorang menjaga

  kemurnian dirinya dan memandang aktivitas seksual sebagai aktivitas yang sakral yang hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan”.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa virginitas adalah kesucian yang dimiliki, baik laki-laki maupun perempuan, ketika mereka belum pernah melakukan aktivitas seksual, yaitu berhubungan seksual.