Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyusun hipotesis dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Minggir - USD Repository

  

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN

DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,

KEMAMPUAN MENYUSUN HIPOTESIS DAN PRESTASI BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD KANISIUS MINGGIR SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh:

  Sugiyem NIM : 081134082

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 i

  

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN

DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,

KEMAMPUAN MENYUSUN HIPOTESIS DAN PRESTASI BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD KANISIUS MINGGIR SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh:

  Sugiyem NIM : 081134082

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 ii

iii

iv

v

vi

  

MOTTO

  

Ketekunan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi

mungkin, membuat kemungkinan menjadi kemungkinan besar,

kemungkinan besar menjadi kemungkinan pasti ”.

  (

Robert Half

  )

“ Janganlah khawatir tentang apapun, teruslah berdoa untuk

semuanya, bersyukurlah untuk apapun

  ”.

  (

Moody)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  vii

  

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Allah yang penuh Kasih, yang selalu menuntunku dalam segala hal.

  2. Alm. Bapakku Markus Umar Marsudi, dan Alm. Kakakku Katarina Ngatinah yang kukasihi.

  

3. Ibu serta kakak-kakakku semua yang selalu membimbing, membantu dan

mensupport.

  4. Para pengajar, yang mendidik dengan sabar.

  5. Teman, dan sahabat seperjuangan.

  

ABSTRAK

Perbedaan Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode

Ceramah terhadap Minat, Keaktifan, Kemampuan Menyusun Hipotesis dan

Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran IPA di SD Kanisius Minggir

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyusun hipotesis dan prestasi belajar siswa kelas VI SDK Minggir Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan rangkaian listrik sederhana.

  Desain penelitian ini adalah eksperimen sebenarnya tipe pretest postest

  

control group design. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDK Minggir

  yang terbagi dalam 2 kelompok masing-masing sebanyak 14 siswa, baik sebagai kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa 20 item pernyataan minat dengan skala Likert untuk mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran IPA baik secara umum maupun spesifik KD, 8 item untuk pengamatan keaktifan, 5 soal essai untuk mengukur kemampuan menyusun hipotesis dan 15 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar. Analisis data dilakukan dengan membandingkan mean pre test dan post test, serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan T-test.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ada perbedaan yang signifikan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA spesifik KD antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah, ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,037 (< 0,05). 2) Ada perbedaan yang signifikan keaktifan siswa antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah, yang ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (<0,05). 3) Ada perbedaan yang signifikan kemampuan menyusun hipotesis siswa antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah, ditunjukkan dengan harga sig (2-tailed) sebesar 0,014 (<0,05). 4) Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah, ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,048 (<0,05). Kata kunci : metode penemuan, metode ceramah, minat, keaktifan, kemampuan menyusun hipotesis, prestasi belajar, mata pelajaran IPA. viii

  

ABSTRACT

The Difference in the Effect of Implementing the Discovery Method and

Teacher’s Talk Method on Students Interest, Involvement, Ability to

  

Formulate Hypothesis and Achievement in Science Course in SDK Minggir

  This research was conducted to identify the difference in the effect of implementing the discovery method and teacher’s talk method in students interest, involvement, ability to formulate hypothesis and achievement on the second semester of the sixth grade students 2011/2012 in SDK Minggir in electricity topic.

  The design of the research was a true experiment, pretest and postest control group type. The research subjects were the sixth grade students of SDK Minggir which were divided into 2 groups each consisted of 14 students, as experimental group and control group. The research instruments were 20 item of interest statement using Likert scale to measure the students interest in universal and specific science. 8 items were to observe involvement, 5 essay tests to measure hypothesis formulating skill, and 15 multiple choices to measure learning achievement. Data analysis was done by comparing the mean of pre test and post test, the average of the increasing of experimental group and control group using T test.

  The result of the research revealed that 1) there was a significant difference in the interest of the students in science especially about electricity (spesific in science) between using discovery method with using teacher’s talk method, was showed by the sig (2-tailed) 0,037 (or < 0,05). 2) There was a significant difference on the students involvement between discovery method implementation with teacher’s talk method implement, was showed by the sig (2- tailed) 0,000 (or < 0,05). 3) There was a significant difference in the students ability to formulate hypothesis between discovery method implementation with teacher’s talk method implementation, was showed by the sig (2-tailed) 0,014 (or < 0,05). 4) There was a significant difference the achievement of the students between discovery method implementation with teacher’s talk method too, showed by the sig (2-tailed) 0,048 (or < 0,05).

  Keywords: Discovery Method, Lecturing Method, Interest, Involvement, Ability to Formulate Hypothesis, Learning Achievement, scie ix

KATA PENGANTAR

  Syukur kepada Allah Yang Maha Baik atas limpahan berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pembuatan skripsi yang berjudul Perbedaan Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat, Keaktifan, Kemampuan Menyusun Hipotesis dan Prestasi Belajar pada Mata pelajaran IPA kelas VI di SD Kanisius Minggir, bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana pendidikan dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Rohandi, Ph.D., sebagai Dekan FKIP.

  2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ. S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan izin penelitian.

  3. Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah membimbing dan memberi saran serta masukan berharga bagi penulis dalam penyelesaian tugas ini.

  4. Elga Andriana, S.Psi., M. Ed., selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar, terbuka dan selalu menyemangati penulis. x

  5. Ch. Kusumastuti, S.Pd SD., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Minggir, Sleman Yogyakarta yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah yang Ibu pimpin.

  6. Suprapti, Am. Pd., selaku guru kelas VI SD Kanisius Minggir yang memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian di kelas VI.

  7. Segenap dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang penuh kesabaran dalam mendidik dan membimbing penulis selama menempuh kuliah, sehingga penulis mendapat ilmu dan nilai-nilai kehidupan yang berharga untuk masa depan penulis.

  8. Segenap teman-teman kelas A, teman seperjuangan dalam penelitian ini, serta teman-teman PPL, atas kerjasama, saran dan bantuannya selama ini.

  9. Keluargaku, Ibu Marsudi, Mas Sandi dan Mbak Nik, Mas Sarji dan Mbak Sinta, Mas Bernadus dan Mbak Ayu, serta mas Edi dan Mbak Warni yang selalu memberikan bantuan moril, materi dan spirituil kepada penulis sehingga skripsi ini selesai pada waktunya.

  10. Segenap siswa kelas VI SD Kanisius Minggir yang bersedia menjadi subyek penelitian.

  11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu demi satu, yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini.

  Semoga Allah Yang Maha Pemurah yang membalas kebaikan kalian. Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik kepada semua pihak yang membaca skripsi ini, xi agar skripsi ini menjadi lebih baik dan berguna bagi siapa saja. Akhir kata, terima kasih atas semuanya. Tuhan memberkati. xii

DAFTAR ISI

  2.1.6 Kemampuan Menyusun Hipotesis

  2.1.2 Metode Ceramah

  10

  2.1.3 Pembelajaran IPA SD

  11

  2.1.4 Minat Siswa

  15

  2.1.5 Keaktifan Siswa

  20

  23

  2.1.1 Metode Penemuan

  2.1.7 Prestasi Belajar

  24

  2.2 Penelitian yang Relevan

  27

  2.3 Kerangka Berpikir

  29

  2.4 Hipotesis Penelitian

  30

  7

  xiii

  JUDUL HALAMAN HALAMAN SAMPUL i

  DAFTAR LAMPIRAN xviii

  HALAMAN PERSETUJUAN ii

  HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI v HALAMAN MOTTO vi

  HALAMAN PERSEMBAHAN vii ABSTRAK viii

  ABSTRACT

  ix KATA PENGANTAR x

  DAFTAR ISI xiii

  DAFTAR TABEL xv

  DAFTAR GAMBAR xvii

  BAB I PENDAHULUAN

  2.1 Kajian Teoritis

  1.1 Latar Belakang

  1

  1.2 Rumusan Masalah

  4

  1.3 Tujuan Penelitian

  5

  1.4 Manfaat Penelitian

  6 BAB II LANDASAN TEORI

  7 BAB III METODE PENELITIAN

  31

  3.1 Jenis Penelitian

  32

  3.2 Populasi dan Sampel

  33

  3.3 Variabel Penelitian

  36

  3.4 Definisi Operasional

  37

  3.5 Instrumen Penelitian

  40

  3.6 Uji Validitas

  41

  3.7 Teknik Analis Data

  46

  3.8 Jadwal Penelitian

  BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  4.1 Minat siswa

  47

  4.2 Keaktifan siswa

  54

  4.3 Kemampuan menyusun hipotesis

  57

  4.4 Prestasi belajar siswa

  62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Kesimpulan

  67

  5.2 Saran

  68 DAFTAR PUSTAKA

  70 xiv xv

  

DAFTAR TABEL

HALAMAN

  51 Tabel 4.7 Rangkuman data keaktifan

  60 Tabel 4.15 Rangkuman data prestasi belajar siswa

  59 Tabel 4.14 Hasil uji perbandingan skor mean pos tes essai

  58 Tabel 4.13 Hasil uji perbandingan skor mean pre tes ke pos tes essai

  58 Tabel 4.12 Hasil uji perbandingan skor mean pre tes essai

  57 Tabel 4.11 Hasil uji normalitas data pre tes dan pos tes kedua kelompok

  55 Tabel 4.10 Rangkuman data kemampuan menyusun hipotesis

  55 Tabel 4.9 Hasil uji perbandingan skor mean keaktifan akhir selama pembelajaran di kedua kelompok

  54 Tabel 4.8 Hasil uji normalitas data keaktifan kedua kelompok

  50 Tabel 4.6 Hasil uji perbandingan skor mean minat IPA akhir

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes

  49 Tabel 4.5 Hasil uji perbandingan skor mean minat IPA awal ke minat akhir pembelajaran

  48 Tabel 4.4 Hasil uji perbandingan skor mean minat IPA awal

  48 Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data minat IPA umum dan KD

  47 Tabel 4.2 Rangkuman data minat IPA KD kedua kelompok

  46 Tabel 4.1 Rangkuman data minat IPA secara umum kedua kelompok

  40 Tabel 3.4 Jadwal kegiatan penelitian

  39 Tabel 3.3 Kisi-kisi keaktifan

  39 Tabel 3.2 Kisi-kisi minat

  62 xvi

Tabel 4.16 Hasil uji normalitas data tes PG kedua kelompok

  63 Tabel 4.17 Hasil uji perbandingan skor mean pre tes PG kedua kelompok

  63 Tabel 4.18 Hasil uji perbandingan skor mean pre tes ke pos tes PG

  64 Tabel 4.19 Hasil uji perbandingan skor mean pos tes PG

  64 xvii

  

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 3.1 Variabel penelitian

  34

  DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Tabulasi data ............................................................................... 74-85

  Lampiran 1. Tabulasi data minat IPA umum awal (Pre) kedua kelompok ....... 74 Lampiran 2. Tabulasi data minat IPA umum akhir (Pos) kedua kelompok ..... 75 Lampiran 3. Tabulasi data minat IPA KD awal (Pre) kedua kelompok ........... 76 Lampiran 4. Tabulasi data minat IPA KD akhir (Pos) kedua kelompok ......... 77 Lampiran 5. Tabulasi data keaktifan kel. Eksp. pert. 1 ...................................... 78 Lampiran 6. Tabulasi data keaktifan kel. Kontrol pert.1 ................................... 79 Lampiran 7. Tabulasi keaktifan kel. Eksp. pert.2 ............................................. 80 Lampiran 8. Tabulasi data keaktifan kel. Kontrol pert. 2 ................................. 81 Lampiran 9. Tabulasi data pre dan pos tes essai kel. Eksperimen .................... 82 Lampiran 10. Tabulasi data pre dan pos tes essai kel. Kontrol ........................ 83 Lampiran 11. Tabulasi data pre PG kedua kelompok ....................................... 84 Lampiran 12. Tabulasi data pos PG kedua kelompok ..... ................................. 85

  

Lampiran II Perhitungan statistik ............................................................... 86-103

  Lampiran 13. Uji normalitas minat IPA umum .................................................. 86 Lampiran 14. Uji homogenitas minat IPA umum .............................................. 87 Lampiran 15. Uji perbandingan skor pre ke pos minat IPA umum .................. 88 Lampiran 16. Uji perbandingan pos IPA umum ................................................ 89 Lampiran 17. Uji normalitas minat IPA KD ...................................................... 90 Lampiran 18. Uji homogenitas minat IPA KD .................................................. 91 Lampiran 19. Uji perbandingan skor pre ke pos minat IPA KD ........................ 92 Lampiran 20. Uji perbandingan skor minat pos IPA KD.................................. 93 Lampiran 21. Uji normalitas data keaktifan ....................................................... 94 xviii

  Lampiran 22. Uji perbandingan pos keaktifan kedua kelompok ...................... 95 Lampiran 23. Uji normalitas data kemampuan menyusun hipotesis ................. 96 Lampiran 24. Uji homogenitas data skor essai ................................................... 97 Lampiran 25. Uji perbandingan skor pre ke pos tes essai .................................. 98 Lampiran 26. Uji perbandingan pos tes essai kedua kelompok ....................... 99 Lampiran 27. Uji normalitas data prestasi belajar .............................................. 100 Lampiran 28. Uji homogenitas data prestasi belajar .......................................... 101 Lampiran 29. Uji perbandingan skor pre ke pos tes PG ..................................... 102 Lampiran 30. Uji perbandingan pos tes PG kedua kelompok ......................... 103

  

Lampiran III Perangkat pembelajaran ........................................................ 104-141

  Lampiran 31. Silabus kelompok eksperimen ..................................................... 104 Lampiran 32. Silabus kelompok kontrol ........................................................... 107 Lampiran 33. RPP kelompok ekspeirmen pert. 1 dan 2 .................................... 109 Lampiran 34. RPP kelompok kontrol pert. 1 dan 2 ............................................ 116 Lampiran 35. Contoh LKS yang sudah diisi pert.1 dan 2 kel. Eksperimen .... 120 Lampiran 36. Contoh pretes/postes yang sudah diisi siswa ............................... 128 Lampiran 37. Kunci jawaban tes pilihan ganda dan rubrik essai....................... 136 Lampiran 38. Contoh lembar minat yang sudah diisi siswa di kel. Eks Kon...... 138

  

Lampiran IV Foto-foto ................................................................................... 142-144

  Lampiran 39. Foto kegiatan di kelompok eksperimen ...................................... 142 Lampiran 40. Foto kegiatan di kelompok kontrol ............................................. 144

  

Lampiran V Surat-surat ................................................................................ 146-151

  Lampiran 41. Surat izin melakukan penelitian ................................................. 146 Lampiran 42. Surat telah melakukan penelitian ............................................... 147 Lampiran 43. Surat validasi ahli ....................................................................... 148 xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, harus mengetahui prinsip dalam tugas mengajarnya tersebut. Prinsip mengajar merupakan pokok pikiran yang harus mendasari kegiatan pengajaran (Tanlain, 2009: 23). Beberapa prinsip tersebut antara lain: prinsip pertama adalah pertumbuhan dan perkembangan siswa. Artinya bahwa guru hendaknya menuntun siswa dalam belajar sehingga mampu mengembangkan dirinya sendiri. Prinsip kedua adalah kegiatan siswa, artinya bahwa guru hendaknya mengatur dan mendorong siswa melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa memperoleh pengalaman untuk membentuk pengetahuan.

  Prinsip ketiga adalah minat siswa, artinya guru hendaknya mampu merangsang perhatian dan minat siswa selama belajar. Kemudian prinsip keempat adalah sosialisasi siswa, yang berarti bahwa guru hendaknya mendorong siswa saling membantu, bekerjasama sehingga menjadikan kelas hidup. Terakhir adalah prinsip organisasi bahan ajar, di mana guru hendaknya menyajikan bahan ajar secara logis, konkret dan sistematik. Prinsip-prinsip ini harus diperhatikan dalam rangka mewujudkan tujuan belajar dan hasil belajar yang optimal. Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini cukup merosot. Salah satu penyebabnya karena proses pengajaran yang dilakukan guru banyak mengabaikan prinsip-prinsip tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada guru-guru di SD Kanisius Minggir. Paradigma lama masih kuat tertanam dalam pelaksanaan pengajaran bahwa guru masih menjadi sumber pertama dan utama dalam belajar siswa, dan semua hal yang menentukan adalah guru. Paradigma ini tampak dari metode mengajar yang masih banyak diterapkan yaitu metode ceramah, hampir di semua mata pelajaran. Metode ceramah yang dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir pelajaran, jelas mengabaikan prinsip-prinsip mengajar di atas.

  Dalam metode ceramah, siswa kurang berkembang karena guru selalu menuntun dan mengarahkan, tidak ada kesempatan siswa untuk mencari dan berpikir. Kegiatan siswa juga hanya duduk, mendengar, mencatat dan menghafal, minat siswa dipandang sama oleh guru, jarang ada interaksi antar siswa dan konsep yang diberikan abstrak. Kegiatan yang melelahkan dan menjenuhkan tersebut, menjadikan sikap yang tertanam adalah sikap negatif terhadap pengalaman belajarnya. Tidak ada rasa gembira, puas, bahkan antusias mengikuti pelajaran, yang pada akhirnya gairah atau semangat untuk belajar lebih lanjut menjadi padam. Tidak ada minat atau semangat tinggi dalam belajar berakibat pula pada keterlibatan siswa yang rendah dalam kegiatan belajar di kelas, yang pada akhirnya pula prestasi siswa pun cenderung buruk.

  Pembelajaran IPA penting diajarkan di Sekolah Dasar karena diharapkan siswa nantinya mampu mengenal alam sekitarnya, kemudian mengolah dan melestarikan demi kehidupannya. Selain itu, siswa mampu mengembangkan pengetahuan, konsep-konsep IPA serta ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar. Hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap menjadi ciri mata

  2 pelajaran tersebut. Bila IPA diajarkan sebatas kumpulan fakta atau konsep yang diberikan begitu saja, tanpa tahu bagaimana konsep terbentuk dan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam otak siswa, jelas juga melanggar hakikat IPA itu sendiri. Oleh karena itu, menjadi kewajiban guru untuk menggunakan metode mengajar yang tepat sesuai karakteristik mata pelajaran, yang tentu saja harus memperhatikan prinsip-prinsip mengajar.

  Salah satu metode yang dapat memenuhi kelima prinsip di atas dalam mata

  pelajaran IPA adalah metode penemuan. Metode penemuan merupakan metode yang memberikan kesempatan siswa mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman langsung mengeksplorasi benda-benda konkret di sekitarnya. Menemukan berarti siswa mencari dengan berpikir, menebak-nebak kemudian menindaklanjuti hasil tebakannya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan membantu menyediakan benda-benda konkret yang diperlukan.

  Dalam penerapan metode penemuan, disajikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam bentuk pertanyaan yang diberikan guru.

  Melalui pertanyaan-pertanyaan ini pula, ketrampilan proses IPA siswa terutama kemampuan menyusun hipotesis atau menyusun jawaban sementara dilatih.

  Masalah dipecahkan bersama dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis kemudian hipotesis itu dibuktikan melalui kegiatan percobaan. Dengan demikian siswa tidak hanya aktif secara fisik melalui benda-benda konkret, tetapi juga kognitif serta sosialnya. Pengalaman siswa yang mampu mengembangkan minat dalam belajar,

  3

  4 akan mampu pula meningkatkan derajat keaktifannya serta pada akhirnya mempengaruhi hasil/prestasi belajarnya.

  Dari pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau membuktikan apakah penerapan metode penemuan lebih baik atau lebih tinggi daripada penerapan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyusun hipotesis dan prestasi belajar khususnya siswa kelas VI di Sekolah Dasar Kanisius Minggir.

1.2 Rumusan Masalah

  Dilandasi latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1)

  Adakah perbedaan yang signifikan minat siswa, antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012?

  2) Adakah perbedaan yang signifikan keaktifan siswa, antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012?

  3) Adakah perbedaan yang signifikan kemampuan menyusun hipotesis siswa, antara yang menerapkan metode penemuan dengan siswa yang menerapkan

  5 metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012 ?

  4) Adakah perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa, antara yang menerapkan metode penemuan dengan yang menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012.

  2. Mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap keaktifan pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012.

  3. Mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap kemampuan menyusun hipotesis pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012.

  4. Mengetahui perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI di SDK Minggir pada semester genap 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

  1. Bagi Peneliti Manfaat yang dapat diambil peneliti dari penelitian ini adalah bertambahnya pengalaman dalam menerapkan metode penemuan, serta dapat mengetahui kelemahan metode ceramah khususnya dalam mata pelajaran IPA.

  2. Bagi Guru Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran yang tepat seperti metode penemuan yang bahkan dapat diterapkan untuk materi pokok lain, kelas lain dan mata pelajaran lainnya.

  3. Bagi Siswa Siswa mendapat pengalaman yang bermakna dalam pembelajarannya karena siswa sendiri yang berusaha menemukan sendiri fakta maupun konsep, serta semakin menumbuhkan minat dan keaktifan yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajarnya.

  6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Metode Penemuan (Discovery) a. Pengertian metode penemuan

  Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama, dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2002: 37). Salah satu penerapan model ini adalah metode penemuan.

  Menurut Uno dan Muhamad (2011: 98) metode penemuan merupakan strategi pembelajaran di mana siswa didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan atau konsep baru. Selain itu, metode penemuan merupakan suatu metode yang dapat mendorong siswa aktif dalam belajar.

  Sedangkan Tanlain (2009: 36), menjelaskan bahwa metode discovery tidak lain merupakan kegiatan guru untuk menyediakan sumber bahan pelajaran dan masalah yang harus diselesaikan siswa, dengan cara menemukan sendiri prinsip atau hubungan antar bahan pelajaran dan masalah yang sebelumnya siswa tidak ketahui. Tugas guru, hanya memberikan bantuan kepada siswa.

  Metode discovery adalah metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung (Mulyasa, 2007: 110). Hal yang sama dikemukakan oleh Budi dalam Suwandi dkk (2005: 42), bahwa pembelajaran menggunakan metode penemuan bila dalam pembelajaran siswa mengalami proses mental sedemikian rupa sehingga mereka menemukan atau membangun sendiri konsep, prinsip atau hukum.

  Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penemuan adalah suatu upaya guru untuk membantu siswa belajar dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa secara aktif menemukan sendiri konsep, prinsip atau hukum dan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

b. Langkah-langkah metode penemuan

  Eggen dan Kauchak (2012: 137) menjelaskan tahapan pelaksanaan metode penemuan ini sebagai berikut :

  1. Tahap pengenalan (introduction phase).

  Pada tahap 1, dimaksudkan guru mampu menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka konseptual sehingga siswa fokus pada topik yang akan diajarkan. Hal ini dapat guru lakukan dengan banyak cara atau berupa pernyataan/kalimat sederhana untuk mengarahkan alur pikir siswa.

  2. Tahap membuka dan menutup (the open-ended phase).

  Tahap 2 ini, dimaksudkan agar guru mampu mengajak siswa terlibat dalam pembelajaran. Guru menyajikan contoh-contoh kepada siswa, kemudian meminta siswa mengamati dan membandingkan contoh-contoh tersebut. Kemudian guru bertanya, “ apa yang telah kamu amati...?, adakah perbedaan antara yang itu dengan yang ini?...dan sebagainya.

  8

  3. Tahap konvergen (the convergent phase).

  Tidak jauh berbeda dengan tahap 2, tahap 3 dimaksudkan untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa. Guru meminta siswa membuat pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik untuk membimbing siswa memahami konsep atau generalisasi. Selain itu, siswa diminta membuat jawabannya, yang nantinya akan dibuktikan siswa sendiri.

  4. Tahap penutup dan penerapan (closure and application).

  Guru membimbing siswa untuk mendefinisikan konsep atau pernyataan dari generalisasi, dan siswa menerapkan pemahamannya tersebut dalam konteks yang baru.

c. Kelebihan dan kekurangan metode penemuan

  Bruner dalam Suwandi dkk (2005: 42), menjelaskan bahwa kekuatan metode discovery adalah (1) mengembangkan potensi intelektual, (2) mengembangkan motivasi, (3) mempelajari proses discovery, dan (4) memperbesar daya ingat. Selain itu Suryosubroto (2002: 200) menambahkan kelebihan metode ini adalah (1) mengembangkan ketrampilan dan proses kognitif siswa, (2) siswa belajar sesuai kemampuan masing-masing, (3) mendorong siswa terlibat, (4) menambah rasa percaya diri siswa, serta (5) membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir.

  Adapun yang menjadi kelemahan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama, tidak cocok untuk kelas besar karena siswa akan cukup ramai bila

  9 guru sedang membantu siswa lain, serta akan adanya monopoli dari siswa yang pandai.

2.1.2 Metode Ceramah a. Pengertian metode ceramah

  Menurut Tanlain (2009: 48), metode ceramah ialah suatu cara mengajar dengan menyajikan poin-poin bahan pelajaran berupa informasi, konsep, prinsip, dan tugas oleh guru secara lisan atau langsung kepada siswa disertai penjelasan.

  b. Langkah-langkah metode ceramah

  Tanlain (2009: 57) mengemukakan bahwa tahapan pelaksanaan metode ini ada 2, yaitu variasi I untuk kelas rendah dan variasi II untuk kelas tinggi. Tahapan dalam metode ceramah variasi II (kelas IV ke atas) adalah diawali dengan guru mengemukakan pokok bahasan yang akan diajarkan, kemudian memberikan kesempatan siswa membaca teks/buku paket, guru membahas dari apa yang dibaca siswa sambil bertanya jawab, setelah dibahas guru dan siswa merangkum, kemudian siswa mencatatnya.

  c. Kelebihan dan kelemahan metode ceramah

  Munthe (2009: 61), mengemukakan kelebihan metode ceramah sebagai berikut: Dapat digunakan di kelas besar.

  1. Materi yang banyak dapat disampaikan secara singkat.

  2. Lebih ekonomis, terlebih dari segi biaya.

  3.

  10 Baik bila materi baru belum tersedia dalam bentuk hard copy.

  4. Sedangkan kelemahan metode ini adalah: Membuat siswa menjaga daya tahan berkonsentrasi menggunakan indra

  1) telinga yang terbatas.

  Membuat siswa terganggu dengan hal-hal visual. 2) Membuat siswa sulit menentukan gagasan.

  3) Siswa cenderung diperlakukan sama rata oleh guru. 4) Guru cenderung bersifat otoriter dan kelas menjadi monoton. 5)

2.1.3 Pembelajaran IPA SD a. Pengertian dan Hakikat IPA

  Menurut Samatowa (2010: 3) istilah IPA atau “Ilmu pengetahuan Alam” merupakan terjemahan bahasa Inggris “Natural Science”, natural berarti berhubungan dengan alam dan science berarti ilmu pengetahuan. Secara harafiah IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

  Sedangkan Trianto (2010: 137) menjelaskan bahwa IPA adalah kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

  Webster dalam Iskandar (2001: 2) mengemukakan “natural science is

  knowledge concerned with the physical world and its phenomena

  ”, yang berarti

  11

b) IPA sebagai produk. Artinya fakta-fakta, konsep, prinsip dan teori IPA.

  12 IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang dunia (alam) dan gejala-gejala yang terjadi. Pengertian IPA tidak lepas dari hakikat IPA itu sendiri. IPA pada hakikatnya mencakup 4 segi, (Iskandar, 2001: 1) yaitu: a)

  IPA sebagai proses. Artinya proses memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta kemudian menghubungkannya.

  c)

  IPA sebagai sikap. Artinya sikap rasa ingin tahu benda-benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru dapat dipecahkan dengan prosedur yang benar (sikap ilmiah).

  d)

  IPA sebagai aplikasi. Adanya penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

  Lebih sederhana Trianto (2010: 138), menjelaskan ada 3 hakikat IPA yaitu: 1)

  IPA sebagai proses, yaitu keterampilan-keterampilan yang dilakukan para ilmuwan untuk memperoleh produk IPA.

  2)

  IPA sebagai sikap, yaitu suatu sikap yang berkeyakinan atau berpendapat yang harus dipertahankan seorang ilmuan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan yang baru.

3) IPA sebagai produk, adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa pengertian IPA adalah kumpulan pengetahuan yang sistematis dan tersusun teratur, tentang alam dan segala isinya (sebagai produk) yang diperoleh melalui metode ilmiah (sebagai proses) dengan sikap ilmiah.

b. Pentingnya pembelajaran IPA di SD

  Ada beberapa alasan mengapa IPA diajarkan di Sekolah Dasar, (Samatowa, 2010: 5), yaitu: IPA berguna bagi suatu bangsa, sebab IPA merupakan dasar teknologi.

  1. IPA yang diajarkan dengan tepat, dapat memberikan kesempatan berpikir 2. kritis dan obyektif misalnya dengan metode „menemukan sendiriā€Ÿ.

  IPA diajarkan melalui percobaan, sehingga IPA bukan suatu hafalan.

  3. IPA memiliki nilai-nilai pendidikan yang berpotensi membentuk 4. kepribadian anak secara keseluruhan. Melihat begitu pentingnya IPA di Sekolah Dasar, maka dalam proses pembelajaran IPA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Trianto,

  2010: 135): Memulai pembelajaran dari mudah (konkret) ke yang kompleks

  1) (abstrak).

  Menyesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak (usia SD 2) pada tahap operasional konkret).

  Suasana pembelajaran harus menyenangkan. 3)

  Guru sebagai fasilitator yang bertugas untuk menyiapkan situasi yang 4) menggiring anak melakukan percobaan, dan menemukan fakta.

  Memperhatikan pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa. 5)

  13

c. Kompetensi dasar IPA Kelas VI Materi pada penelitian ini mengambil Standar Kompetensi 7.

  Mempraktekan pola penggunaan dan perpindahan energi, pada Kompetensi Dasar 7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.

  Menurut Angliss (2004: 5) listrik adalah suatu bentuk energi yang membuat sesuatu terjadi. Ada 2 jenis bentuk listrik yaitu statis yang berarti listrik yang diam atau tidak mengalir dan listrik dinamis yaitu listrik yang bergerak atau mengalir. Listrik mengalir pada suatu rangkaian tertutup. Rangkaian tersebut terdiri atas lampu, baterai dan kabel. Bila komponen-komponen tersebut tidak dihubungkan dengan tepat maka listrik tidak akan mengalir. Hanya ada beberapa cara merangkai listrik yang benar. Hal ini ditandai oleh lampu yang menyala. Tetapi, pada prinsipnya lampu akan menyala jika salah satu kutub baterai dihubungkan dengan tepat pada bagian lampu (misal ulir), dan kutub baterai yang lain juga dihubungkan dengan bagian lampu yang lain (pangkal lampu).

  Tidak semua benda dapat dialiri listrik. Benda-benda yang dapat mengalirkan listrik disebut konduktor, contohnya tembaga, alumunium, timah.

  Sedangkan benda-benda yang tidak dapat mengalirkan/menghantarkan listrik disebut isolator, contohnya kayu, plastik, karet dan lain-lain. Meski listrik dapat mengalir melalui semua jenis kawat logam, tetapi listrik akan lebih mudah mengalir melalui kawat tebal daripada yang tipis. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran listrik disebut hambatan listrik. Faktor hambatan terdiri atas jenis kawat yang digunakan, panjang pendeknya, dan tebal tipisnya kawat.

  14

2.1.4 Minat Siswa a. Pengertian minat

  Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah perasaan lebih suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Minat belajar adalah kecenderungan kegairahan dan keinginan yang besar dalam diri individu untuk merasa tertarik terhadap obyek, hal atau aktivitas dalam belajar yang menyebabkan individu suka dan senang berada di dalamnya (Fahiroh dan Roseptiana dalam Adinugroho, 2005: 190).

  Sedangkan menurut Surya (2004: 67), minat adalah rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Minat adalah seberapa besar seseorang suka atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Pada dasarnya motivasi seseorang cenderung meningkat, bila seseorang tersebut memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Sesuatu yang diminati biasanya lebih menarik perhatian. Secara sederhana, menurut Syah (2003: 150) minat atau interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

  Setelah menelusuri uraian di atas, minat belajar dapat diartikan sebagai perasaan senang atau tidak senang, kegairahan yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap suatu hal, obyek atau aktivitas belajar.

  15

b. Klasifikasi minat belajar

  Beberapa ahli menggolongkan minat berdasarkan kategori tertentu. Super & Krits (dalam Suhartini, 2001: 25) menggolongkan minat berdasarkan bentuk pengekspresian dari minat, yaitu:

  Expressed Interest , merupakan minat yang diekspresikan secara verbal,

  1) ditunjukkan dengan rasa senang, suka terhadap suatu obyek yang disenanginya.

  Manifest Interest , merupakan minat yang disimpulkan dari keterlibatan

  2) seseorang pada suatu kegiatan.

  Tested Interest , merupakan minat yang disimpulkan dari tes

  3) pengetahuan/ketrampilan suatu kegiatan.

  Inventory Interest, merupakan minat yang diungkapkan melalui

  4) inventory/daftar kegiatan.

  Surya (2007: 122) membedakan minat berdasar sebab atau alasan timbulnya minat, yaitu: 1) Minat Volunter, minat yang berasal dari dalam diri siswa tanpa ada pengaruh dari luar.

  2) Minat Involunter, minat yang berasal dari dalam diri siswa, karena ada pengaruh dari luar (diciptakan oleh guru).

  3) Minat Nonvolunter, minat yang berasal dari dalam diri siswa karena dipaksakan.

  Sedangkan, Krapp (dalam Suhartini, 2001: 23) minat dibedakan menjadi :

  16

  1) Minat personal, yaitu minat yang bersifat permanen, relatif stabil, ditandai dengan rasa senang/tidak senang, suka/tidak suka pada mata pelajaran tertentu, dan biasanya tumbuh tanpa pengaruh dari luar.

  2) Minat situasional, yaitu minat yang tergantung dari pengaruh luar seperti dorongan keluarga, sumber belajar, metode pembelajaran yang digunakan dan lain-lain (bersifat tidak permanen). Minat ini dapat bertahan lama, bila rangsangan atau pengaruh tetap ada.

  3) Minat psikologikal, yaitu minat yang timbul dari interaksi antara minat personal dan situasional. Seorang siswa dikatakan mempunyai minat ini, jika siswa tersebut mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap suatu mata pelajaran, ada kesempatan untuk mendalaminya melalui aktivitas di kelas dan ada penilaian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut.

c. Indikator minat Untuk menganalisa minat belajar digunakan beberapa indikator minat.

  Fahiroh (dalam Adinugroho, 2005: 190), menjelaskan indikator minat sebagai berikut:

  1. Merasa tertarik dan memperhatikan hal atau aktivitas belajar. Siswa memberikan perhatian dan ketertarikan yang sungguh-sungguh.

  2. Bersifat aktif. Siswa mau bertanya hal yang tidak dimengerti, diskusi, mengerjakan tugas guru dan lain-lain.

  17

  3. Senang terhadap hal atau aktivitas belajar. Siswa merasa senang meski pelajaran sulit, dan tanpa paksaan mengikuti hal atau aktivitas belajar tersebut. Slameto (2010: 180) mengungkapkan bahwa minat siswa diekspresikan dengan:

  Suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu 1) hal daripada hal lainnya.

  Pernyataan adalah sesuatu yang dinyatakan atau diungkapkan seseorang baik secara lisan maupun tertulis. Pernyataan bisa berupa pernyataan positif seperti suka, senang, cinta, tertarik sedangkan pernyataan negatif misalnya kurang/tidak suka, tidak senang, tidak tertarik dan sebagainya. Biasanya seseorang yang berminat diungkapkan lebih pada pernyataan positif dan diikuti tindakan dari pernyataannya tersebut.

  Minat dimanifestasikan dalam bentuk partisipasi. 2)

  Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan atau peran serta secara fisik, mental dan intelektual. Siswa yang terlibat dalam proses belajar, maka akan tampak kegiatannya dalam menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola, dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Cenderung memberikan perhatian yang lebih besar. 3)

  Perhatian dapat berarti peningkatan aktivitas mental terhadap suatu rangsangan tertentu. Seorang siswa yang memiliki perhatian terpusat, berarti siswa tersebut memiliki kemampuan memberi perhatian secara khusus kepada hal atau rangsangan tertentu. Siswa tersebut juga tidak akan

  18 terpengaruh kondisi dan situasi yang tidak mendukungnya. Bahkan siswa akan lebih aktif mencari apa yang menjadi pusat perhatiannya tersebut meski di luar kelas/sekolah. Perhatian dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor rangsangan dan individu/seseorang. Dari faktor rangsangan berupa intensitas, daya tarik, keteraturan maupun tanda atau isyarat. Sedangkan dari faktor individu antara lain harapan, dan pengalaman.

b. Cara menumbuhkan minat

  Minat bermanfaat sebagai pendorong yang kuat, dalam tercapainya prestasi siswa. Kegiatan belajar yang diminati, akan diperhatikan secara terus menerus oleh siswa, yang juga disertai rasa senang dan pada akhirnya ada rasa puas. Meski minat bukan suatu hal yang hakiki, tetapi dengan adanya minat setidaknya siswa terbantu memahami pelajaran dengan mudah dan akan tersimpan lama.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 3 175

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan terhadap minat, keaktifan, kemampuan merumuskan masalah dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 133

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan klasifikasi dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Minggir.

0 0 158

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan membuat dan membaca grafik, serta prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SD Bopkri Gondolayu.

2 17 265

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan mencatat data percobaan dalam bentuk tabel, dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Minggir.

0 0 142

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan dan prestasi belajar IPA di SDN 1 Adisucipto.

0 0 152

Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 144

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan dan prestasi belajar IPA di SDN 1 Adisucipto - USD Repository

0 0 148