Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Wigati, Andan Pangestu. (2015). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat prestasi Indonesia bidang IPA, hal ini dibuktikan oleh studi PISA pada tahun 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan

mencipta pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control goup design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang berjumlah 53 siswa. Sampel dari penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 27 siswa dan kelas VA sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 26 siswa.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan df = 51 dan t = -2,647. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol, yaitu M = 1,42; SD = 0,98; SE = 0,19 untuk kelompok eksperimen, dan M = 0,78; SD = 0,78; SE = 0,15 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,34 atau 12% yang setara dengan efek menengah. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan df = 51 dan t = -5,056. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol, yaitu M = 1,86; SD = 0,98; SE = 0,17 untuk kelompok kontrol, dan M = 0,77; SD = 0,72; SE = 0,14untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,57 atau 33% yang setara dengan efek besar.


(2)

ABSTRACT

Wigati, Andan Pangestu. (2015) The effect of applying inqury method on the ability to evaluate and create Science at 5th grade students in Kanisius Sorowajan Primary School Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teacher Program, Sanata Dharma University.

Key Words: inqury method, ability to evaluate, ability to create, Science subject. Background of this research is the concern caused by low levels of Indonesia's achievements in Science, this was evidenced by the PISA study in 2009 and 2012. The aim of this study was to determine the effect of applying the method of inquiry on the ability to evaluate and create in science subjects.

This study uses a quasi-experimental type of non - equivalent control goup design. Thepopulation study were students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta totaled 53 students. Samples of the research is the class VB as the control group totaled 27 students and classes VA as the experimental group, totaled 26 students.

This result showed that ( 1 ) the application of the method of inquiry effect the ability to evaluate. This is indicated by price Sig. ( 2 - tailed) < 0.05 , which is 0.00 with df = 51 and t = -2.647 . The mean score of the experimental group is high than the control group with M = 1.42 ; SD = 0.98 ; SE = 0.19for the experimental group, and M = 0.78 ; SD = 0.78 ; SE = 0.15for the control group. Theeffect size was r = 0.34 or 12 % equivalent to the effect of the medium. ( 2 ) Application of the method of inquiry effect the ability to create. This is indicated by price Sig. ( 2 tailed) < 0.05 , which is 0.00 with df = 51 and t = -5.056 . The mean score of the experimental group is greater than the control group, with M = 1.86 ; SD = 0.98 ; SE = 0.17 for the experimental group , and M = 0.77 ; SD = 0.72 ; SE = 0.14for the control group. Theeffect size was r = 0.57 or 33 % which equates to high effect.


(3)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN

MENGEVALUASI

DAN

MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

DisusunOleh: Andan Pangestu Wigati

NIM. 121134218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati setiap jalanku. 2. Kedua orang tuaku yang sangat hebat.

3. Adiku yang sangat aku sayangi.

4. Teman-teman yang selalu mendukungku. 5. Universitas Sanata Dharma yang kubanggakan.


(7)

v

HALAMAN MOTTO

There are two basic motivating forces: fear and love. When we afraid, we pull back from life. When we are in love, we open to all that life has to offer with passion, excitement, and acceptance. We need to learn to love ourselves first, in all our glory

and our imperfections. If we cannot love ourselves, we cannot fully open to our ability to love others or our potential to create. Evolution and all hopes for a better

world rest in the fearlessness and open-hearted vision of people who embrace life.

-John Lennon-

There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle.

-Albert Einstein-

For with God nothing shall be impossible


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2016


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

nama : Andan Pangestu Wigati, nomor mahasiswa : 121134218

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA”, Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Januari 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii

ABSTRAK

Wigati, Andan Pangestu. (2015). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat prestasi Indonesia bidang IPA, hal ini dibuktikan oleh studi PISA pada tahun 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control goup design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang berjumlah 53 siswa. Sampel dari penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 27 siswa dan kelas VA sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 26 siswa.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga

Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan df = 51 dan t = -2,647. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol, yaitu M = 1,42; SD = 0,98; SE = 0,19 untuk kelompok eksperimen, dan M = 0,78; SD = 0,78; SE = 0,15 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,34 atau 12% yang setara dengan efek menengah. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan

df = 51 dan t = -5,056. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol, yaitu M = 1,86; SD = 0,98; SE = 0,17 untuk kelompok kontrol, dan M = 0,77;

SD = 0,72; SE = 0,14untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,57 atau 33% yang setara dengan efek besar.


(11)

ix

ABSTRACT

Wigati, Andan Pangestu. (2015) The effect of applying inqury method on the ability to evaluate and create Science at 5th grade students in Kanisius Sorowajan Primary School Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teacher Program, Sanata Dharma University.

Key Words: inqury method, ability to evaluate, ability to create, Science subject. Background of this research is the concern caused by low levels of Indonesia's achievements in Science, this was evidenced by the PISA study in 2009 and 2012. The aim of this study was to determine the effect of applying the method of inquiry on the ability to evaluate and create in science subjects.

This study uses a quasi-experimental type of non - equivalent control goup design. Thepopulation study were students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta totaled 53 students. Samples of the research is the class VB as the control group totaled 27 students and classes VA as the experimental group, totaled 26 students.

This result showed that ( 1 ) the application of the method of inquiry effect the ability to evaluate. This is indicated by price Sig. ( 2 - tailed) < 0.05 , which is 0.00 with df = 51 and t = -2.647 . The mean score of the experimental group is high than the control group with M = 1.42 ; SD = 0.98 ; SE = 0.19for the experimental group, and M = 0.78 ; SD = 0.78 ; SE = 0.15for the control group. Theeffect size was r = 0.34 or 12 % equivalent to the effect of the medium. ( 2 ) Application of the method of inquiry effect the ability to create. This is indicated by price Sig. ( 2 - tailed) < 0.05 , which is 0.00 with df = 51 and t = -5.056 . The mean score of the experimental group is greater than the control group, with M = 1.86 ; SD = 0.98 ; SE = 0.17 for the experimental group , and M = 0.77 ; SD = 0.72 ; SE = 0.14for the control group. Theeffect size was r = 0.57 or 33 % which equates to high effect.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan lancar. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadarai bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi dari awal hingga penyusunan skripsi selesai.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si. M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing kami dengan penuh perhatian.

5. Suwardi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

6. Vitus Gading Sasongko, S.Pd., selaku guru mitra SD Kanisius Sorowajan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. G. Tri Teguh Rahayu, S.Pd., selaku guru mitra SD Kanisius Sorowajan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia membantu jalannya penelitian.


(13)

xi

9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan hingga skripsi ini selesi.

10. Kedua orang tuaku, Wasono dan Asti Utami yang selalu menyayangi, membimbing, mendukung, mendoakan, dan mencukupkan segala kebutuhanku. 11. Adik perempuanku, Laras Permana Yekti yang selalu memberikanku motivasi dan

menghiburku.

12. Teman-teman seperjuanganku selama kuliah di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang sangat baik.

13. Teman-teman kelompok penelitian kolaboratif Stepani, Agnes, Nindya, Tira, Wikan, Dewi, Bayu, Adi, Dea, Vega, Desti, dan Ami yang telah bersedia memberikan bantuan selama menyusun skripsi.

14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi yang telah dibuat ini mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik yang membangun dari pembaca akan diterima dengan sikap terbuka oleh peneliti. Harapan peneliti yaitu semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya.


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.1. Rumusan Masalah ... 5

1.2. Tujuan Penelitian ... 5

1.3. Manfaat penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 8

2.1.1.1Teori Perkembangan Anak ... 8

2.1.1.2 Metode Inkuiri ... 12

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 12

2. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri ... 13

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 14

4. Ciri-ciri Metode Inkuiri ... 14

5. Metode Inkuiri Terbimbing ... 15


(15)

xiii

7. Keunggulan Metode Inkuiri ... 17

2.1.1.3 Proses Kognitif ... 18

1. Kemampuan Mengevaluasi ... 19

2. Kemampuan Mencipta ... 20

2.1.1.4 Hakikat IPA ... 20

2.1.1.5 Materi IPA “Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya” ... 22

1. Bahan Tali - temali: Serat, Benang, Tali dan Tambang ... 22

(a) Sifat Bahan Benang terhadap Penyerapan Air ... 25

(b) Kekuatan Bahan Benang danTali Berdasarkan Struktur Penyusunnya 25 2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 25

2.1.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 25

2.1.2.2 Penelitian tentangProses KognitifMengevaluasi dan Mencipta ... 27

2.1.2.3 Literature Map ... 29

2.2 Kerangka Berpikir ... 29

2.3 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 33

3.2.1 Lokasi Penelitian... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.4 Variabel Penelitian ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6 Instrumen Penelitian ... 37

3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 38

3.7.1ValiditasInstrumen ... 38

3.7.2Reliabilitas Instrumen ... 41

3.8 Teknik Analisis Data ... 41

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 42

3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 42


(16)

xiv

3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ... 44

3.8.5 Analisis Lebih Lanjut... 46

3..8.5.1 Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 46

3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 47

3.8.5.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 48

3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 49

3.9 Dampak Perlakuan pada Siswa ... 50

3.10 Pembahasan Lebih Lanjut ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 53

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 53

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 54

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol... 55

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 56

4.1.2 Uji Hipotesis Penelitian I ... 58

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 59

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 60

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 61

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ... 63

4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 64

1. Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 64

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 66

3. Uji Korelasi antara Rerata PretestdanPosttest ... 68

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 69

4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian II... 71

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 72

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 73

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 75

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ... 77

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 78

1. Penghitungan Presentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 78


(17)

xv

3. Uji Korelasi antara Rerata PretestdanPosttest ... 82

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 83

4.2 Pembahasan ... 85

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 86

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 88

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 89

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 93

BAB V PENUTUP ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 96

5.3 Saran ... 96

DAFTAR REFERENSI ... 97

LAMPIRAN ... 101

CURRICULUM VITAE ... 170


(18)

xvi

IDAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 22

Gambar 2.2 Macam-macam Serat ... 23

Gambar 2.3 Macam-macam Benang ... 24

Gambar 2.4 Macam-macam Tali... 25

Gambar 2.5Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu... 29

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 32

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 36

Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 45

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ... 45

Gambar 3.5. Rumus Koefisien Determinasi ... 46

Gambar 3.6 Rumus Presentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 47

Gambar 3.7 Rumus Presentase Kenaikan Skor ... 50

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 63

Gambar 4.2 Grafik Perbedaan Rerata Pretetest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 66

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 71

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 77

Gambar 4.5 Grafik Perbedaan Pretest ke Pretest ke Posttest I KemampuanMencipta ... 79

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta ... 85


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 34

Tabel 3.2 Pengumpulan Data ... 37

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen... 38

Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Mengevaluasi dan Mencipta ... 40

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 41

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 41

Tabel 3.7 Kriteria Menghitung Besar Pengaruh Perlakuan ... 46

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan . 51 Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru Sesudah Perlakuan ... 52

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas KemampuanMengevaluasi ... 59

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Mengevaluasi ... 60

Tabel 4.3 Hasil Uji Asumsi Terhadap Homogenitas Varians Kemampuan Mengevaluasi ... 62

Tabel 4.4 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi .... 62

Tabel 4.5 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan (Effect Size) Kemampuan Mengevaluasi .... 64

Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 64

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 67

Tabel 4.8 Hasil Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 67


(20)

xviii

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi

... 68 Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 70 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mencipta ... 73 Tabel 4.12 Hasil Uji Asumsi Terhadap Homogenitas Varians Kemampuan

Mencipta ... 74 Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Mencipta ... 74 Tabel 4.14 Hasil Uji Asumsi Terhadap Homogenitas Varians Kemampuan

Mencipta ... 76 Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 76 Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan (Effect Size) Kemampuan Mencipta ... 78 Tabel 4.17 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke

Posttest I Kemampuan Mencipta ... 78 Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Kemampuan Mencipta ... 80 Tabel 4.19 Hasil Uji Persentase Peningkan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan

Mencipta ... 81 Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 82 Tabel 4.21 Hasil Uji Retensi Pengaruh Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta 83


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 102

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ... 103

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 104

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen ... 109

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 116

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 121

Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 127

Lampiran 3.2 Rubik Penilaian Instrumen Mengevaluasi dan Mencipta ... 132

Lampiran 3.3 Kunci Jawaban ... 136

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement... 139

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Instrumen ... 140

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta ... 140

Lampiran 4.1 Resume Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 143

Lampiran 4.2 Resume Nilai Pretest, Posttest I, Posttest II Kemampuan Mencipta ...146

Lampiran 4.3 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 148

Lampiran 4.4 Tabulasi Nilai Pretest,Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta ... 150


(22)

xx

Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 153 Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 154 Lampiran 4.8 Hasil SPSS Uji Besar Pengaruh Perlakuan (Effect Size) ... 156 Lampiran 4.9 Hasil Penghitungan Presentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest

... 157 Lampiran 4.10 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 158 Lampiran 4.11 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest ... 160 Lampiran 4.12 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 161 Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara ... 163 Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 167 Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian ... 169


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang dari penelitian ini berisi tentang alasan melakukan penelitian. Rumusan masalah berisi beberapa pertanyaan yang menyangkut masalah yang akan diteliti. Manfaat penelitian berisi manfaat dari penelitian yang dilakukan bagi sekolah, guru, peneliti, dan siswa.Definisi operasional berisikan tentang beberapa pengertian kata kunci dalam penelitian ini.

1.1Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan diri seseorang dalam kehidupannya. Maka dari itu kemajuan pada bidang pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan seseorang.

Dalam dunia pendidikan siswa mempelajari banyak hal dari banyak mata pelajaran. Siswa juga dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang dimilikinya melalui berbagai kegiatan dalam setiap mata pelajaran.Kegiatan belajar akan lebih bermakna jika siswa dapat belajar secara langsung melalui lingkungan alamdisekitarnya. Salah satu mata pelajaran yang lebih banyak menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran adalah mata pelajaran IPA. Susanto (2013: 167) menjelaskan bahwa sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Begitu juga dengan Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2) yang mengungkapkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang


(24)

2

alam semesta dengan segala isinya. Namun hingga saat ini kualitas pendidikan IPA di Indonesia masih kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Program for International Student Assesment (PISA) pada bidang matematika, membaca, dan sains menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh peringkat 57 dari 65 negara (OECD, 2010: 8), sedangkan pada tahun 2012 menempati peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2013: 232). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi Indonesia terutama dalam bidang sains mengalami penurunan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki pendidikan dengan mengadakan sertifikasi dan menaikkan gaji dua kali lipat, namun hal tersebut juga tidak dapat memperbaiki kemajuan pendidikan di Indonesia (Chang, dkk, 2014: 117).Kemajuan suatu pendidikan salah satunya dapat dipengaruhi oleh bagaimana guru melakukan pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga berpengaruh bagi kemajuan belajar siswa.Jadi, usaha untuk memperbaiki pendidikan dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu jalan yang dilakukan oleh guru guna memberikan kepahaman atau pengertian kepada siswa, atau segala macam pelajaran yang diberikan (Majid, 2009: 136).

Didalam dunia pendidikan banyak terdapatberbagai metode pembelajaranyang sebenarnya dapat digunakan agar pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik. Metode pembelajaran tersebut misalnyametode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode praktik, hingga metode pentahapan (Majid, 2009: 137-160). Diharapkan guru dapat menggunakan metode pembelajaran dalam mengajar, agar pembelajaran di kelas lebih menarik sehingga membuat siswa lebih memahami materi.Namun tidak semua metode pembelajaran dapat diterapkan di semua tingkatan kelas, jadi pemilihan metode juga harus dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak.

Piaget (1896)berpendapat bahwa anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Dalam tahap ini mereka sudah mampu mengembangkan kemampuan mempertahankan, mengelompokkan, melakukan pengurutan, dan


(25)

3

memecahkan konsep angka. Namun pada beberapa kemampuan tersebut anak masih mengacu pada objek konkret/nyata(Hergenhahn & Olson, 2008: 320). Maka dari itu sebisa mungkin tercipta pembelajaran konstruktif bagi peserta didik. Pembelajaran konstruktif merupakan pembelajaran atau pendidikan yang menumbuhkan kesadaran diri manusia dalam membangun serta menganalisis setiap persoalan yang ada di sekitarnya (Yamin, 2015: 58). Pembelajaran yang konstruktif merupakan pembelajaran yang tidak hanya sekedar menuntut siswa memiliki kemampuan mengingat atau mengenali pengetahuan faktual saja (Bransford et all, dalam Anderson & Krathwohl, (2010: 98). Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl (2010: 98), bahwa untuk menumbuhkan dan mengakses pembelajaran yang bermakna, siswa harus mengembangkan proses-proses kognitif yang melampaui mengingat. Hal ini berarti bahwa pembelajaran harus berkaitan dengan proses kognitif lain selain mengingat. Dalam dimensi proses kognitif terdapat enam macam proses kognitif yaitu, mengingat, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 100-102). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kemampuan yang berada pada tingkat kemampuan paling tinggi, yaitu mengevaluasi dan mencipta oleh sebab kedua kemampuan tersebut juga amat penting untuk dikembangkan oleh siswa di sekolah dasar. Dengan kemampuan mengevaluasi siswa akan dapat memilih cara yang paling efektif yang digunakan dalam mengatasi suatu permasalahan, sedangkan dengan kemampuan mencipta maka siswa akan dapat membuat suatu hal yang berguna dari bagian-bagian yang telah disatukannya.

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi(Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Sedangkan

mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional (Anderson & Krathwohl, 2010: 128). Jadi kedua kemampuan tersebut sangatlah penting bagi siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa harus mampu menyelesaikan masalah dengan mengevaluasinya, misalnya apakah suatu masalah tersebut mampu dipecahkan dengan cara-cara tertentu, apakah


(26)

4

suatu produk dapat bekerja secara efektif. Selain itu siswa juga harus mampu menyusun suatu produk dengan cara menyatukan bagian-bagian yang diperlukan kedalam suatu struktur yang baru dimana produk tersebut nantinya akan memiliki suatu kegunaan.

Selain teori Piaget (1896)untukpemilihan metode pembelajaran juga didasarkan pada teori Vygotskytentang konsep Zona Perkembangan Proksimal(ZPD)yang didefinisikan sebagai “jarak antara level perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau dengan kerjasama dengan teman-teman sebaya yang lebih

mampu”(Vygotsky, dalam Schunk 2012: 341). Jadi dalam pemilihan metode pada

penelitian ini juga didasarkanpada metode pembelajaran yang lebih menekankan aspek kerja sama dengan teman sebaya dan interaksi dengan guru untuk diterapkan pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta.

Berdasar penjelasan diatas peneliti memilih menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA.Susanto (2013: 172) menyatakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran sains. Beberapa kajian teori mengatakan bahwa metode inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman. Metode ini membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari hasil menemukan sendiri berbasis kontekstual (Trianto: 2009: 114). Kontekstual berasal dari kata konteks yang berarti pola hubungan-hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010: 34). Jadi metode inkuiri mampu membantu siswa untuk belajar melalui lingkungannya langsung.Selain itu, metode inkuiri juga menerapkan social experience, yaitu aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain (Sanjaya, 2006: 197). Roestiyah (2001: 76) juga mengungkapkan bahwa inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi. Metode inkuiri merupakan metode yang mendapat penghargaan karena meningkatkan keterampilan ilmiah dan berpikir kritis. Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti menggunakan metode inkuiri karena selain dapat sesuai dengan pembelajaran IPA dan dapat mengembangkan


(27)

5

kemampuan tingkat tinggi siswa, metode ini juga mampu mengembangkan kemampuan sosial siswa.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi dan mencipta dalam pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius SorowajanYogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Peneliti memilih SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta, dikarenakan SD ini telah mempunyai akreditasi A dan juga mempunyai kelas paralel serta siswa yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk penelitian eksperimen. Siswa-siswi di SD Kanisius Sorowajan juga mempunyai prestasi yang baik dalam bidang akademik dan non-akademik. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VA dan VB. Standar kompetensi yang digunakan

adalah “ (4.) Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan

perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses.”, sedangkan kompetensi dasar yang

digunakan adalah “(4.1)Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan

penyusunnya, misalnya kayu, kain, karet, dan kaca.” 1.1. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi pada pelajaran IPAkelas V SD Kanisius

SorowajanYogyakartasemester gasaltahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menciptapada pelajaran IPAkelas V SD Kanisius SorowajanYogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2. Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi pada pelajaran IPAkelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.


(28)

6

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mencipta pada pelajaran IPAkelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.3. Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru akan penerapan metode inkuiri pada pelajaran IPA yang berpengaruh terhadapkemampuan mengevaluasi dan

mencipta. 1.4.2 Bagi Guru

Guru memiliki pengalaman dalam penerapan metode inkuiri,dan guru juga dapat menjadikan metode ini sebagai referensipenggunaan metode yang bervariasi dalam melangsungkan proses pembelajaran.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menjadikan metode inkuirisebagai tambahan referensi pemilihan metode yang cocok untuk diterapkan di kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016, terutama pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman berharga dalam menerapkan metode inkuiri dalam pelajaran IPA untuk mengembangkan kemampuan

mengevaluasi dan mencipta siswa yang nantinya dapat menjadi bekal untuk menjadi seorang guru.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan sendiri permasalahan yang bermakna dan mencoba mencari jawabannya melalui tujuh langkah yaitu, orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil diskusi, dan melakukan refleksi.


(29)

7

1.5.2 Metodeinkuiri terbimbingadalah suatu metode pembelajaran yang diterapkan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan membimbing untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban siswa atas permasalahan yang didapatkan, sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

1.5.3 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan seseorang untuk mengambil suatu tindakan dalam rangka menyelesaikan suatu permasalahan dengan berpedoman pada kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan cara yang paling baik yang akan digunakanya dalam menyelesaikan permasalahan yang meliputi kemampuan memeriksa dan mengkritik.

1.5.4 Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian yang telah dipilih dan dirancang berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan sebagai produk yang mempunyai kegunaan yang meliputi kemampuan merumuskan, membuat hipotesis, merencanakan, dan mendesain. 1.5.5 Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam semesta beserta dengan segala isinya yang telah disusun berdasarkan metode ilmiah dan sikap ilmiah.

1.5.6 Tali-temali adalah barang berbentuk panjang yang dibuat dari berbagai macam bahan dan berfungsi untuk menarik, mengikat, menggantung, dsb. 1.5.7 Bahan penyusun tali-temali adalah sebuah barang yang digunakan untuk

membuat tali-temali.

1.5.8 Sifat bahan temali adalah keadaan yang tampak dari bahan tali-temaliterkait dengan fungsi dari bahan tali-temali tersebut.

1.5.9 Siswa SD adalah siswa kelas V di SD Kanisius SorowajanYogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016 merupakan subjek dari penelitian ini.


(30)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini terdiri dari tiga subab yang akan diuraikan, yaitu kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka terdiri dari teori-teori yang mendukung, penelitian yang relevan, dan literature map.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

Teori yang mendukung merupakan teori yang melandasi penelitian ini. Teori ini terdiri dari teori perkembangan anak, proses kognitif mengevaluasi dan

mencipta,metode inkuiri,hakikat IPA, materi pembelajaran IPA kelas V. 2.1.1.1Teori Perkembangan Anak

Perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun pemahaman mereka melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka dengan lingkungannya (Triyanto, 2009: 29). Jadi seorang anak akan belajar lebih baik jika mereka dihadapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata mereka, karena mereka lebih mudah untuk belajar melalui pengalaman yang didapatkan dalam kehidupannya sehari-hari. Jika anak dapat dengan baik belajar melalui sebuah pengalaman yang mereka punya maka dia akan lebih mudah untuk mengingat hasil yang akan mereka capai,dimana pembelajaran tersebut akan memberikan makna tersendiri bagi seorang anak. Pembelajaranharus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Pada penelitian ini peneliti memilih teori perkembangan anak Piaget (1896) karena teori tersebut sesuai dengan kenyataan. Setelah Piaget memperoleh gelar doktor dia mulai tertarik pada psikologi sehingga dia melakukan pengamatan terhadap tiga anaknya sendiri dengan menerapkan prinsip dan metode biologi pada studi perkembangan manusia (Slavin, 2009: 42). Sebelum menuju pada tahap perkembangan anak terdapat beberapa konsep utama atau konsep penting dalam teori Piaget (Hergenhahn & Olson, 2010: 313-318) yaitu intelegensi, skemata, asimilasi


(31)

9

seseorang dalam mengoptimalkan setiap proses dalam kehidupannya (Hergenhahn & Olson, 2010: 313). Semisal kemampuan seorang anak dalam menyelesaikan tes di sekolah. Skemata, didefinisikan sebagai kemampuan untuk berindak dengan cara tertentu (Hergenhahn & Olson, 2010: 314). Misal anak sebelumnya belum pernah membawa botol, lalu anak tersebut membawa botol dengan cara memegang kepala botol tersebut terlebih dahulu. Asimilasi yakni proses merespon lingkungan fisik sesuai dengan struktur kognitif seseorang (Hergenhahn & Olson, 2010: 314). Misalnya anak sebelumnya sudah mengerti cara membawa botol yang pernah dilakukannya, maka dia akan mengulangi kembali cara yang dilakukannya. Sedangkan akomodasi merupakan proses memodifikasi struktur kognitif (Hergenhahn & Olson, 2010: 315). Dalam konsep ini anak akan berusaha untuk benar-benar memilih cara yang paling baik dalam bertindak.

Ekuilibrasi secara sederhana didefinisikan sebagai dorongan terus-menerus kearah keseimbangan atau ekuilibrium (Hergenhahn & Olson, 2010: 316).

Ekuilibrium adalah bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahap pemikiran ke berikutnya (Santrock, 2014: 44). Pada proses ekuilibrasi tahap pemikiran anak akan berpindah ke tahap yang lebih tinggi karena adanya konflik atau disekuilibrium saat belajar dan dia akan berusaha untuk mencari jawaban atas permasalahannya.

Interiorisasi merupakan penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatnya penggunaan struktur kognitif (Hergenhahn & Olson, 2010: 317). Pada konsep ini anak sudah mulai mempunyai struktur kognitif yang lebih luas dari sebelumnya karena anak lebih mempunyai banyak pengalaman, jadi anak tidak lagi tergantung pada situasi yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh seorang bayi yang semula hanya dapat merespon situasi disekitar dengan mengindra, seiring berjalannya waktu bayi tersebut akan tumbuh dan akan menggunakan pikiran untuk merespon sesuatu yang terjadi dilingkungannya.

Kelima konsep tersebut saling berhubungan karena konsep-konsep tersebut menunjukkan perkembangan intelektual seseorang. Dari proses-proses yang saling berhubungan tersebut Piaget (dalam Hergenhahn & Olson, 2010: 318-320) menyimpulkan bahwa ada beberapa tahap perkembangan intelektual menurut umur


(32)

10

seseorang, yaitu: (1) Tahap sensori motor (0-2 tahun), (2) Tahap berpikir pra-operasional (sekitar 2-7 tahun), (3) Tahap pra-operasional konkret (sekitar 7-11 atau12 tahun), (4) Tahap operasional formal (sekitar 11 atau 12 tahun sampai 14 atau 15 tahun). Jadi, siswa usia sekolah dasar tergolong pada tahap operasional konkret.

Pada tahap operasional konkret (7 – 11 atau 12 tahun) anak sudah mampu mengembangkan kemampuan mempertahankan (konservasi), mengelompokkan, melakukan pengurutan (pengurutan dari yang terkecil hingga paling besar dan sebaliknya), dan juga memecahkan konsep angka. Namun pada beberapa kemampuan tersebut anak masih mengacu pada objek konkret/nyata. Anak akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan jika permasalahan tersebut berbentuk konkret/nyata Hergenhahn & Olson (2010: 320). Pada tahap terakhir operasional konkret siswa sudah mulai memiliki pemikiran yang logis, namun pemikiran tersebut belumlah sempurna. Anak masih mengalami kesulitan untuk memahami gagasan-gagasan yang abstrak (Ormrod, 2008: 47). Pemikiran-pemikiran abstrak akan lebih matang pada tahap berikutnya, yaitu tahap operasional formal.

Dalam teori perspektif sosiokultural Lev Vygotsky (1896) menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan dan pembelajaran (Tudge & Scrimsher, dalam Schunk 2012: 337). Teori Vygotsky ini menitikberatkan interaksi dari faktor-faktor interpersonal (sosial), kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari perkembangan manusia (Tudge& Scrimsher, dalam Schunk, 2012: 339). Interaksi dari faktor-faktor tersebut merupakan bagaimana anak berhubungan dengan lingkungan disekitarnya, sebagai contoh interaksi anak di lingkungan sekolah maupun disekitar rumah, dan masyarakat. Dengan interaksi tersebut maka akan mendorong proses perkembangan psikologi anak sehingga kemampuan berpikir/kognitif mereka juga akan bertumbuh karena mereka telah belajar dari lingkungan sekitar mereka. Gauvain & Parke (dalam Santrock, 2014: 57) juga mengemukakan bahwa dalam perkembangan teori kognitif Vygotsky, anak dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka hidup.

Aspek kultural-historis dari teori Vygotsky menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Cara siswa


(33)

11

berinteraksi dengan dunia mereka-dengan orang-orang, objek, dan intuisi-intuisi didalamnyamengubah cara berpikir mereka. Makna-makna konsep berubah ketika dihubungkan dengan dunia (Gredler, dalam Schunk, 2012: 339). Hal ini berarti bahwa lingkungan disekitar anak sangatlah penting karena lingkungan tersebut menjadi sebuah wahana bagi anak untuk menggali dari mana asal pengetahuan mereka. Jadi dengan kata lain lingkungan disekitar anak juga menjadi faktor pendukung pembelajaran.

Salah satu konsep pokok dalam teori Vygotsky adalah Zona Perkembangan Proksimal(ZPD) yang didefinisikan sebagai “jarak antara level perkembangan aktual

yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau dengan kerjasama dengan teman-teman sebaya yang lebih mampu” (Vygotsky, dalam Schunk 2012: 341). Sedangkan konsep ZPD yang dikemukakan oleh Santrock (2014: 57) adalah istilah Vygotsky untuk berbagi tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri, tetapi dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. Dari dua pendapat para ahli tersebut yang dimaksudkan konsep ZPD yaitu dimana seorang anak yang mengalami kesulitan belajar akan menyelesaikan suatu permasalahan dengan dibantu oleh orang lain yang mempunyai pengalaman dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut. Orang lain disini adalah guru, saudara, tetangga maupun teman-temannya yang memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan anak, jadi anak dapat berinteraksi sambil belajar dengan orang lain untuk menyelesaikan permasalahannya. Interaksi dengan orang lain tersebut akan mendorong perkembangan berpikir atau kognitif seorang anak, selain itu anak akan lebih mudah untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang dialaminya.

Untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam ZPD mereka, anak dibantu oleh guru, teman, maupun pihak lain yang mempunyai kemampuan lebih. Bantuan tersebut disebut scaffolding (perancahan) yang berarti perangkat yang berfungsi sebagai penyangga (tempat berpijak) bagi para pekerja hingga bangunan itu sendiri telah cukup kuat untuk menyangga mereka (Ormrod, 2008: 63). Misalnya, seorang anak


(34)

12

menemui kesulitan dalam melakukan percobaan, maka guru akan memberikan petunjuk-petunjuk pada siswa untuk melakukan langkah percobaan dengan menuliskan langkah-langkah percobaan di papan tulis. Ormrod (2008: 63) juga menyatakan jika setelah anak berhasil melakukan sebuah pekerjaan, maka scaffolding

sedikit demi sedikit dilepaskan.

Teori perkembangan anak Piaget dan Vygotsky tersebut digunakan oleh peneliti untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai bagi siswa sekolah dasar. Teori tersebut digunakan oleh peneliti untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai oleh karena kedua teori tersebut berpedoman pada tingkah laku seorang anak secara nyata dalam melakukan pembelajaran terhadap lingkungannya.

2.1.1.2 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pernyataan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, me-review apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengomunikasikan hasilnya (Susanto, 2013: 173). Scmidt (dalam Putra, 2013: 85) mengemukakan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari jawaban maupun memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Dimyati & Mudjiyono (2006: 173) mengatakan bahwa metode inkuiri adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa mengolah suatu permasalahan untuk mencari jawabannya, sehingga pada proses pengolahan tersebut siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Sedangkan Gulo (dalam Trianto, 2009: 166) menyatakan bahwa metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.


(35)

13

Jadi dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri secara umum merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dalam melakukan eksperimen. Pada proses pembelajaran ini siswa dituntut untuk mencari jawaban mereka sendiri atas permasalahan yang mereka hadapi, sehingga timbul sikap kemandirian dan percaya diri pada siswa. Guru sebatas berperan sebagai fasilitator dan motivator. Dalam pembelajaran inkuiri ini guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengetahuan awal mereka, dan juga untuk memancing rasa ingin tahu mereka terhadap suatu permasalahan yang akan dituangkan dalam suatu hipotesis. Dengan tanya jawab diharapkan membuat siswa tertarik untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut dari suatu permasalahan yang dihadapkan melalui kegiatan eksperimen. Setelah itu siswa akan mengkomunikasikan kepada teman dan gurunya untuk mengetahui kebenaran atas jawaban yang ditemukannya.

2. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri

Prinsip-prinsip dari metode inkuirioleh Sanjaya (2006: 197-199), yaitu: (1) berorientasi pada pengembangan intelektual. Pembelajaran dengan metode inkuiri dilakukan untuk memperoleh proses dan hasil belajar yang maksimal melalui percobaan. (2) Prinsip interaksi, interaksi dilakukan baik antara guru dengan siswa, siswa dengan temanya sendiri, maupun siswa dengan lingkungan. (3) Prinsip bertanya, pembelajaran dengan metode inkuiri dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru kepada siswa. Dalam hal ini kemampuan guru untuk bertanya sangatlah penting agar siswa tertarik untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. (4) Prinsip belajar untuk berpikir, belajar tidak hanya sekedar mengingat materi saja, namun siswa harus benar-benar memahami materi yang dipelajarinya. (5) Prinsip keterbukaan, dalam pembelajaran guru harus memberikan kebebasan kepada siswa dalam mencoba segala sesuatu saat mereka melakukan percobaan. Beberapa prinsip tersebut dapat digunakan oleh guru dalam menerapkan metode inkuiri pada pembelajaran.


(36)

14

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Sund & Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) mengemukakan bahwa terdapat tiga macam metode inkuiri, yaitu: (1) Inkuiri terbimbing (guide Inquiry), dalam metode ini siswa memperoleh pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing dari guru. (2) Inkuiri bebas (free inquiry) pada inkuiri bebas siswa dibiarkan untuk melakukan eksperimen sendiri, jadi guru tidak membimbing secara penuh dalam proses pembelajaran. (3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), pemodifikasian dalam inkuiri bebas ini dengan memberikan permasalahan atau problem pada peserta didik yang kemudian para peserta didik akan diminta memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Hanafiah & Suhana (2009: 77) menetapkan bahwa terdapat 3 jenis metode inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Hanafiah & Suhana (2009: 77) juga menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing dalam pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan petunjuk guru. Kegiatan dimulai dengan guru mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat membangun pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Setelah itu siswa dibimbing melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang telah dikemukakan siswa sendiri. Jika dalam inkuiri bebas, siswa melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan. Siswa membuat rumusan masalah sendiri, melakukan percobaan, dan membuat kesimpulan dari percobaan sendiri tanpa campur tangan guru. Sedangkan pada inkuiri bebas yang dimodifikasi masalah yang diberikan oleh guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami oleh siswa dengan tujuan melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya.

4. Ciri-ciri Metode Inkuiri

Ciri-ciri dari metode inkuirimenurut Majid (2014: 8), yaitu: (1) Metode Inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal. Dalam pembelajaran di kelas yang menggunakan metode inkuiri ini siswa diberikan wewenang penuh untuk mencoba segala kemungkinan yang berhubungan dengan percobaan dan percobaan tersebut dilakukan oleh siswa sendiri, guru hanya membantu jika siswa mengalami


(37)

15

kesulitan saat melakukan percobaan. (2) Metode inkuiri ini juga menekankan kepada proses mencari dan menemukan sendiri solusi atau jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh siswa melalui percobaan yang mereka lakukan. (3) Metode inkuiri ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis pada seorang anak. Dengan demikian dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal untuk memajukan dirinya sendiri. 5. Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran dimana siswa menemukan pemecahan masalah mereka sendiri dengan bimbingan guru yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa (Mulyasa, 2006: 109). Hanafiah & Suhana (2009: 77) berpendapat bahwa metode inkuiri terbimbing yaitu kegiatan inkuiri dimana pelaksanaan atas dasar arahan dari guru berupa seperangkat pertanyaan inti dan pertanyaan melacak yang mengarahkan siswa pada kesimpulan yang diharapkan. Sedangkan Eggen & Kauchak (2012: 177) menjelaskan bahwa metode inkuiri terbimbing merupakan pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Dari ketiga pernyataan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada siswa agar siswa memahami materi pelajaran sehingga dapat membuat suatu kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan

Alasan peneliti memilih metode ini dikarenakan dalam metode inkuiri terbimbing siswa dituntut untuk aktif mencari dan menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka hadapi dengan pertanyaan yang bertujuan untuk membimbing. Selain itu, pada usia siswa sekolah dasar jika hanya sekedar diberikan tugas dari guru mereka akan mengalami kesulitan pemahaman dalam penyelesaian tugasnya. Siswa masih membutuhkan guru, jika mereka tidak dibimbing dalam mengerjakan tugas maka besar kemungkinan kelas menjadi tidak fokus pada pembelajaran. Maka dari itu, diharapkan dengan metode inkuiri terbimbing maka siswa tetap dapat mengembangkan keaktifan dan kemandiriannya dalam melakukan percoban yang


(38)

16

masih berada dalam kendali guru. Selain itu dengan inkuiri terbimbing maka diharapkan siswa akan mengembangkan kemampuan berpikir melalui pengalaman baru dari percobaan yang telah mereka lakukan.

6. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Sanjaya (2006: 200-203) menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah dalam metode inkuiri yang meliputi:

(1) Orientasi, adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru memastikan agar siswa siap untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan orientasi ini dapat dilakukan dengan cara menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan tercapai oleh siswa. Kemudian dijelaskan juga mengenai langkah-langkah dari merumuskan masalah hingga membuat kesimpulan dan tujuan dari setiap langkah. Penjelasan pentingnya topik dan kegiatan belajar juga dilakukan pada orientasi(Sanjaya, 2006: 200).

(2) Merumuskan masalah, merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Dalam kegiatan ini siswa akan ditantang untuk memecahkan teka-teki yang diberikan. Dalam perumusan masalah ini hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki, konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui siswa sebelumnya (Sanjaya, 2006: 200).

(3) Merumuskan hipotesis, merupakan langkah yang dilakukan untuk menentukan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji pada langkah sebelumnya. Jawaban sementara ini dibuat dengan menebak atau mengira-ngira jawaban dari rumusan masalah. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya (Sanjaya: 2006: 201).

(4) Mengumpulkan data, adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada langkah ini siswa dapat mencari informasi tidak hanya dari satu sumber, namun juga beberapa sumber yang sekiranya dapat memberika jawaban yang benar untuk menguji hipotesis mereka (Sanjaya, 2006: 202).


(39)

17

(5) Menguji hipotesis, adalah suatu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam tahap ini anak harus benar-benar meyakinkan diri mereka atas hasil jawaban yang didapat. Langkah menguji hipotesis ini juga mengajarkan kepada anak bahwa menguji jawaban suatu masalah tidak hanya didasarkan pada argumentasi saja, namun didasarkan atas sumber-sumber yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan (Sanjaya, 2006: 202).

(6) Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Pada langkah terakhir ini siswa diajarkan untuk menemukan inti sebuah jawaban permasalahan yang didapatkan dari berbagai data yang diperoleh. Selain itu, guru juga menunjukkan pada siswa akan data yang paling tepat digunakan sebagai pemecahan masalah (Sanjaya, 2006: 203).

Langkah-langkah metode inkuiri juga dikemukakan oleh Komalasari (2010: 74), yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi lapangan, hal ini dilakukan dengan membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan infirmasi pendukung. Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lain, dan (4) mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, tabel, atau audien lainnya. Dalam hal ini karya siswa dipresentasikan pada teman lain dengan tujuan untuk mendapatkan masukan. Setelah itu siswa bersama-sama melakukan refleksi.

Berdasarkan pendapat kedua ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode inkuiri diantaranya: (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan, (7) melakukan refleksi.

7. Keunggulan Metode Inkuiri

Metode inkuiri juga memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan menurut Hanafiah & Suhana (2009: 79), diantaranya: (1) membantu siswa dalam


(40)

18

mengembangkan kesiapan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif, (2) siswa memperoleh pengetahuan secara individual sehingga pengetahuan tersebut tidak mudah hilang dari pikiran siswa, (3) dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat, (4) memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat siswa, (5) memperkuat dan menambah rasa percaya diri siswa karena pembelajaran berpusat pada siswa dengan peranan guru yang sangat terbatas.

2.1.1.3 Proses Kognitif

Dalam tabel taksonomi pendidikan Bloom terdapat enam macam kategori dimensi proses kognitifyang terdapat dalam tujuan pendidikan, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson, 2010: 99-105). a. Mengingat

Mengingat merupakan kemampuan untuk mengenali dan mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Kemampuan mengingat merupakan kemampuan yang paling dasar. Kemampuan mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali.

b. Memahami

Memahami merupakan kemampuan untuk mengkonstruksi makna penting dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Pada kemampuan ini siswa membangun apa yang dipelajarinya, sehingga dia menemukan makna yang lebih baik dari sebelumnya diterima.Kemampuan memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasikan

Mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kemampuan mengaplikasi meliputi mengeksekusi dan mengimplementasikan.

d. Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan


(41)

19

struktur keseluruhannya. Kemampuan menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusi.

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar.Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kemampuan mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik.

f. Mencipta

Mencipta melibatkan proses penyusunan elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kemampuan ini didasarkan pada tujuan untuk meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Kemampuan mencipta meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. 1. Kemampuan Mengevaluasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 869) mendefinisikan kata kemampuan yaitu kesanggupan; kecakapan; kekuatan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 384) juga mendefinisikan kata mengevaluasi yaitu memberikan penilaian. Pada proses kognitif Bloom, mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang paling sering digunakan pada kemampuan ini adalah kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kualitas didasarkan pada sudah cukup baik atau belumkah suatu produk yang akan digunakan. Efektifitas didasarkan pada sesuai atau tidaknya produk yang digunakan dengan tujuan pekerjaan. Efisiensi didasarkan pada bagaimana produk tersebut tidak memakan banyak waktu saat digunakan. Sedangkan konsistensi didasarkan pada ketetapan produk yang digunakan. Contohnya seseorang sedang memilih tempat makanan yang layak dan sesuai untuk menaruh makanan panas yang dibuatnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan


(42)

20

yang berdasarkan suatu kriteria atau standar yang berlaku. Anderson & Krathwohl, (2010: 125) menetpakan bahwa proses mengevaluasi ini terdiri dari dua aspek, yaitu

memeriksa dan mengkritik

2. Kemampuan Mencipta

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 869) mendefinisikan kata kemampuan yaitu kesanggupan; kecakapan; kekuatan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 69) juga mendefinisikan kata mencipta sebagai memusatkan pikiran (angan-angan) untuk menghasilkan sesuatu. Mencipta yaitu suatu proses yang melibatkan penyusunan elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Dalam mencipta seorang siswa diminta untuk membuat suatu produk baru yang dihasilkan dari penggabungan beberapa bagian atau elemen-elemen yang pernah ada sebelumnya (Anderson & Krathwohl, 2010: 128). Contohnya, seorang siswa membuat sebuah dompet yang terbuat dari beberapa barang bekas seperti plastik dan kancing baju. Dalam proses mencipta ini elemen-elemen yang akan disatukan telah dikaji dari berbagai sumber.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan mencipta adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan memusatkan pikiran untuk menggabungkan beberapa bagian atau elemen menjadi sebuah satu kesatuan yang mempunyai fungsi. Anderson & Krathwohl (2010: 130) menetapkan bahwa proses kognitifmencipta terdiri dari tiga aspek yaitu, merumuskan, merencanakan, dan

memproduksi. Pada penelitian ini peneliti mengembangkan tiga aspek dalam proses kognitif mencipta menjadi empat aspek yaitu, merumuskan, membuat hipotesis,

merencanakan, dan mendesain. 2.1.1.4 Hakikat IPA

Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167). Sedangkan Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2) mengemukakan bahwa secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun Wahyana (dalam Trianto, 2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah


(43)

21

suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yangdidalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Jadi, dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya yang tersusun secara sistematis dari adanya pengamatan yang berdasarkan metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Carin dan Sund (dalam Samatowa, 2011: 20) menyebutkan bahwa sains atau IPA tersusun atas tiga macam unsur, yaitu proses, produk, dan sikap. Proses atau metode dalam IPA meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman lainnya. Kemudian produk IPA meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat, dan sebagainya. Sedangkan, sikap IPA seperti mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima, dan sebagainya. Adapun sembilan aspek dari sikap ilmiah yang dikembangakan oleh Sulistyorini (dalam Susanto, 2013: 169) yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Sikap-sikap tersebut dikembangkan oleh siswa melalui kegiatan yang mereka lakukan saat belajar.

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam Badan Standar Nasional Pendidikan atau BSNP (dalam Susanto, 2013: 171) adalah: (1)memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam,


(44)

22

(6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.1.5 Materi IPA “Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya” Dalam penelitian ini standar kompetensi yang digunakan adalah “(4) Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses.”, sedangkan kompetensi dasar yang digunakan

adalah “(4.1) Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan

penyusunnya, misalnya kayu, kain, karet, dan kaca.” Pada penelitian ini materi yang diajarkan adalah mengenai sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya. Bagan materi pembelajaran dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran 1. Bahan Tali - temali: Serat, Benang, Tali dan Tambang

Terdapat banyak jenis tali yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti tali sepatu, tali tambang, benang layangan, dan benang jahit. Benda-benda tersebut biasa kita gunakan untuk mengikat, menggantung, menarik, maupun menyambung benda lain.Berdasarkan bahan penyusunnya, terdapat tiga tingkatan bahan tali-temali yaitu serat, benang, tali.Serat berasal dari tumbuhan atau buatan pabrik. Serat dipintal menjadi benang, benang digabung dan dipilin menjadi tali (Yousnelly, dkk, 2010: 56).

Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya

Bahan Tali-temali

Sifat Bahan Benang Terhadap Penyerapan

Air

Kekuatan Bahan Benang dan Tali Berdasarkan Struktur


(45)

23

a. Serat

Serat merupakan bagian dasar benang dan tali. Serat merupakan untaian-untaian bahan yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan tangan. Terdapat dua macam serat yaitu serat alam dan serat sintesis. Serat alam merupakan serat yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Contoh serat alam adalah serat kapas, serat ijuk, serat wol, dan serat sutra. Serat kapas diperoleh dari bunga tanaman kapas. Serat ijuk diperoleh dari pangkal pelepah pohon enau. Serat wol diperoleh dari bulu-bulu domba. Serat sutra diperoleh dari kepompong ulat sutra. Sedangkan serat sintesis berasal dari pengolahan minyak bumi, logam, dan lain-lain. Contoh serat sintesis adalah serat nilon, serat baja, dan berbagai jenis serat plastik lainnya (Yousnelly, dkk, 2010: 57).

(a) Serat wol (b) serat kapas www.radioaustralia.net www.caramenjahit.com

(c)serat baja

www.findotek.indonetwork.co.id Gambar 2.2 Macam-macam Serat b. Benang

Benang adalah gabungan dari serat serat-serat. Serat-serat disatukan dengan cara tertentu sehingga dihasilkan benang. Benang jauh lebih kuat dibandingkan dengan serat karena tersusun dari banyak serat. Benang jahit


(46)

24

tersusun dari serat kapas, benang sutra tersusun dari serat sutra, benang wol tersusun dari serat bulu domba, sedangkan benang nilon tersusun dari serat nilon.Contoh-contoh benang diantaranya, benang jahit, benang sutra, dan benang nilon (Yousnelly, dkk, 2010: 57).

(a) benang jahit (b) benang wol

www.butikkaffah.wordpress.com www.yoanzidan42.blogspot.com

Gambar 2.3 Macam-macam Benang c. Tali

Tali adalah gabungan dari beberapa benang. Bentuk susunan tali menunjukkan cara penggabungan benang-benangnya. Bentuk pilinan pada tali tambang, bentuk anyaman pada tali sepatu, dan bentuk lurus pada tali rafia menunjukkan cara penggabungannya (Yousnelly, dkk, 2010: 57).

(a) Tali rafia

www.mindsetsuksess.blogspot.com

Tambang berbentuk tali yang sangat besar. Tambang banyak sekali digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menambat kapal agar tidak lepas ke laut. Adapun tambang plastik digunakan untuk tali jemuran, mendirikan tenda,


(47)

25

menaikkan bendera, dan lain sebagainya. Tambang baja untuk menambat kapal laut dan benda-benda berat lainnya harus kuat dan besar (Hermana, 2009: 88).

(b)tambang baja (c) tambang plastik www.udsamudrajaya.com www.supadmobama.blogspot.com

Gambar 2.4 Macam-macam Tali (a) Sifat Bahan Benang terhadap Penyerapan Air

Benang nilon atau bahan plastik bersifat tidak menyerap air. Bahan yang menyerap air umumnya berasal dari bahan kapas, bulu domba, dan rami. Benang dari bahan plastik digunakan sebagai benang layang-layang, senar gitar, tali pancing, dan lain sebagainya (Hermana, 2009: 88)

(b)Kekuatan Bahan Benang danTali Berdasarkan Struktur Penyusunnya Benang dan tali memiliki kemampuan dan kekuatannya sendiri-sendiri. Kekuatan ini bergantung pada faktor jenis bahan dan ukurannya. Kekuatan benang atau tali juga ditentukan oleh tegangan maksimum yang sanggup ditahannya (Hermana, 2009: 89). Selengkapnya silabus dapat dilihat pada lampiran 2.1 dan 2.2 sedangkan RPP dapat dilihat pada lampiran 2.3 dan 2.4.

2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(48)

26

Abdi (2014) bertujuan meneliti pengaruh metode pembelajaran inkuiri terhadap prestasi akademik di kursus sains. Penelitian yang digunakan adalah quasy eksperimental. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V di SD Kermanshah, Iran. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah kelas V di SD Kermanshah, Iran pada tahun 2014 yang terdiri dari 20 siswa pada kelas kontrol, dan 20 siswa pada eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil penelitian menunjukkan skor tes prestasi akademik antara kelompok kontrol lebih rendah dari kelompok eksperimen. Hasil uji statistik ANCOVA juga F (value) = 5,121 dengan skor 0,030 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode tradisional dan metode inkuiri.

Kurniawan(2014) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penerapan metode inkuiri terbimbing dalam pembuatan media pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman konsep dan kreativitas siswa. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kubu Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran setelah diterapkan metode inkuiri terbimbing. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil prestasi siswa pada siklus I sebesar 78,04%, lalu pada siklus II meningkat sebesar 97,56%. Sedangkan dari hasil penilaian kreativitas siswa diperoleh hasil pada siklus I sebesar 97,56%, dan pada siklus II sebesar 97,56%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan kreativitas siswa di SMP N 3 Kubu Raya dalam membuat media pembelajaran IPA Biologi.

Deta (2013) melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui pengaruh metode inkuiri terbimbing dan proyek, kreativitas serta keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang digunakan adalahpenelitian eksperimen dengan dua perlakuan yang melibatkan dua kelompok eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Papar Kediri. Pengambilan sampel dilakukan secara clusterrandom sampling. Sampel yang


(49)

27

didapatkan adalah dua kelas yang terdiri dari kelas A untuk kelompok pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode proyek dan kelas B kelompok inkuiri terbimbing. Uji hipotesis dikalukan dengan menggunakanANOVA. Hasil uji hipotesis menunjukkan: (1) Berdasarkan hasil rata-rata prestasi belajar kognitif siswa, diperoleh rata-rata prestasi belajar kognitif siswa dengan metode inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa dengan metode proyek; (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa dengan kreativitas tinggi dan rendah; (3) Terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif, psikomotor, dan afektif antara siswa dengan keterampilan proses sains tinggi dan rendah; (4) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif; (5) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor dan afektif; 6) Terdapat interaksi antara kreativitas dengan keterampilan proses Sains terhadap prestasi belajar afektif; dan (7) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, kreativitas, dan keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing berpengaruh lebih baik dari pada metode proyek dalam prestasi belajar siswa.

2.1.2.2 Penelitian tentangProses KognitifMengevaluasi dan Mencipta

Sari(2011) melakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di salah satu SMP di kota Bandung dengan Pembelajaran Teknologi Dasar (PTD). Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di kota Bandung tahun pelajaran 2010/2011.Penentuan sampel dilakukan secara random sampling. Sampel penelitian ini adalah kelas VIII D dengan jumlah siswa 26 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PTD dapat meningkatkan prestasi siswa pada karakteristik kemampuan berpikir yang tertinggi yaitu originality. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan skor gain sebesar 0,43 yang berkategori sedang.

Wibowo &Suhandi (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan


(1)

165

4.13.3 Wawancara Siswa C Sesudah Perlakuan : SC1-SC42

Hari/ Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2015

Wawancara Keterangan P : Apakah kamu senang dengan pelajaran IPA?

S3 : Senang.

P : Bagaimana cara guru kelasmu mengajarkan materi IPA selama ini?

S3 : Menggunakan metode ceramah.

P : Apakah guru kelasmu pernah menggunakan media saat belajar IPA? Sebutkan!

S3 : Jarang.

P : Apakah kegiatan IPA selama ini berlangsung menarik dan menyenangkan? Apa alasanmu?

S3 : Ya, karena mudah dimengerti.

P : Materi apa yang paling kamu sukai di pelajaran IPA? Apa alasanmu?

S3 : Organ tubuh manusia, benda dan sifatnya.

P : Apakah dengan menggunakan metode inkuiri/percobaan dapat membantu kamu dalam belajar IPA? Apa alasanmu?

S3 : Ya, karena mudah dimengerti

P : Apakah kamu merasa bosan ketika melakukan percobaan? Apa alasanmu?

S3 : Tidak bosan, karena melakukan percobaan menyenangkan. Tidak bosan P : Apakah kamu merasa mendapatkan pengetahuan baru dalam

mengenal kekuatan benang berdasarkan jenis bahannya dengan menggunakan metode inkuiri/percobaan?

S3 : Ya. Pengetahuan baru P : Bagaimana pendapatmu ketika pembelajaran menggunakan

metode inkuiri/percobaan?

S3 : Senang, karena mudah dilakukan. Menyenangkan P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 1a dengan mudah?

S3 : Tidak, agak karena bingung.

P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 1b dengan mudah?

S3 : Tidak, karena agak bingung.

P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 2a dengan mudah?

S3 : Tidak, karena agak bingung.

P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 2b dengan mudah?

S3 : Tidak, karena agak bingung.

P : Bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan posttest I?

S3 : Soal yang dikerjakan susah. Soal yang susah P : Bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan posttest 2?


(2)

166

4.13.4 Transkrip Wawanca Guru Sesudah Perlakuan

Keterangan G1 = jawaban guru baris ke 1

Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Oktober 2015

Wawancara I Keterangan P : Apakah metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA

sebelum penerapan metode inkuiri?

G1 : Diskusi, pengamatan, mencongak, dan ceramah.

P : Apakah Bapak pernah menerapkan / mengamati pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri?

G2 : Pernah. Pengalaman sebelumnya (G2)

P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri?

G3 : Sangat diminati siswa, memudahkan siswa memahami materi, siswa menjadi aktif berdiskusi, tetapi membutuh alokasi waktu yang banyak.

Berminat, aktif (G3)

P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri di kelas eksperimen?

G4 : Pembelajaran menarik bagi siswa, anak memahami materi dengan cepat, butuh penguasaan kelas yang baik agar langkah dan tujuan pembelajaran sesuai rencana.

Menarik (G4)

P : Bagaimana pendapat Bapak dengan pembelajaran di kelas kontrol yang hanya menggunakan metode ceramah? G4 : Anak kurang bersemangat, siswa cenderung bosan dan

pemahaman anak terhadap materi dangkal atau mudah lupa.

Kurang bersemangat, bosan (G5)


(3)

167

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran


(4)

168

5.1.2 Kelompok Eksperimen


(5)

169

Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian


(6)

170

CURRICULUM VITAE

Andan Pangestu Wigati merupakan anak pertama dari dari

pasangan Wasono dan Asti Utami. Lahir di Gunungkidul

pada tanggal 26 Desember 1992. Pendidikan pertama

dimulai di Taman Kanak-kanak Kristen Podomoro

Wonosari pada tahun 1997-1999. Pendidikan dilanjutkan

di Sekolah Dasar Bopkri Wonosari pada tahun 1999-2005.

Penulis melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Wonosari pada tahun 2005-2008. Kemudian

penulis meneruskan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wonosari pada tahun 2008

dan lulus pada tahun 2011. Lalu penulis meneruskan pendidikan di Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011

hingga tahun 2012, setelah itu berpindah jurusan di Pendidikan Guru Sekolah Dasar

pada tahun 2012. Berikut ini adalah kegiatan yang pernah diikuti penulis selama

menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

No Nama Kegiatan Tahun

Kegiatan Peran 1 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2012 Peserta 2 English Club Program 2014 Peserta 3 Inisiasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (INFISA) 2012 Peserta 4 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) 2013 Peserta 5 Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa 2014 Keamanan 6 Diseminasi Hasil Magang IB-PYP 2014 Peserta 7 Seminar “Learning from the past for a better future: We and 1965 tragedy” the 2013 Peserta 8 Studium generale “Family Problems and Children’s Motivation to

Learn 2014 Peserta

9 Kuliah umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Pendidikan Luar Biasa” 2014 Peserta 10 Kuliah umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Cambridge” Curriculum 2014 Peserta

11 Kuliah umum “Mental Health in Childern: Theory and Research” 2014 Peserta

12 Bedah Buku Spiritualitas Guru Kristiani “ROH SANG GURU” 2013 Peserta


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 3 175

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan-Yogyakarta.

0 0 192

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 0 156

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 154