Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Dwijayanti, Stepani Ni Made. (2016) Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA di Indonesia berdasarkan studi yang dilakukan oleh PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 53 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VA sebanyak 26 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebanyak 27 siswa sebagai kelompok kontrol. Analisis data menggunakan IBM SPSS Statistic 20 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan df = 51 dan t = -7,250. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol yaitu M = 2,58; SD = 0,65; SE = 0,12 untuk kelompok eksperimen, M = 0,95; SD = 0,94; SE = 0,18 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,71 atau 50% yang setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan z = -5,53; U = 44,000. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol yaitu n = 26; Mdn = 1,67 untuk kelompok eksperimen, n = 27; Mdn = 0,33 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = -0,75 atau 56% yang setara dengan efek besar.


(2)

ABSTRACT

Dwijayanti, Stepani Ni Made. (2016) The effect of applying inquiry method on the ability to apply and analyse Science at 5th grade class in Kanisius Sorowajan Primary School Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teaching Program, Sanata Dharma University.

Key Words: inquiry method, apply ability, analyse ability, Science.

The background of this study was directed to the concern about low the rank owned Indonesia of science according to PISA research in 2009 and 2012. This reseach aimed to understanding the effect of applying inquiry method on the ability to apply and analyse in Science.

This reseach used quasi experimental method type non-equivalent control group design. The population of this research was all of 53 students of the 5th grade class in Kanisius Sorowajan Primary School Yogyakarta. The sample of this reseach was 26 students from 5th grade A class and 27 students from 5th grade B class as control group. IBM SPSS Statistic 20 for Windows was used to analyse the data.

This research showed that (1) the application of inquiry method influence the apply ability. It was showed with Sig, (2-tailed) < 0,05, which was 0,00 with df = 51 and t = -7,250. The average score of experiment group was bigger than control group which was M = 2,58; SD = 0,65; SE = 0,12 for experiment group, M = 0,95; SD = 0,94; SE = 0,18 for control group. The effect size was r = 0,71 or 50% which equaled to big effect. (2) the application of inquiry method influence the analyse ability. It was showed with Sig, (2-tailed) < 0,05, which was 0,00 with z = -5,53; U = 44,000. The average score of experiment group was bigger than control group which was n = 26; Mdn = 1,67 for experiment group, n = 27; Mdn = 0,33 for control group. The effect size was r = -0,75 or 56% which equaled to big effect.


(3)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Stepani Ni Made Dwijayanti NIM. 121134041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Stepani Ni Made Dwijayanti NIM. 121134041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang agung mulia, saatnya kan tiba nanti, kau lihat pelangi kasihNya.

-Maria Shandi- Pelangi Kasih-

Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

-Matius 6: 34-

Apakah saya gagal atau sukses bukanlah perbuatan orang lain. Sayalah yang menjadi pendorong diri sendiri.

-Elaine Maxwell-

Karya ilmiah, peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberkati dan

menyertai setiap langkahku, memberikanku kesehatan, mendengarkan, dan mengabulkan doaku.

2. Kedua orang tua yang sungguh luar biasa.

3. Kakakku yang selalu mendukung dan menghiburku.

4. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan. 5. Universitas Sanata Dharma almamaterku yang kubanggakan.


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar refrensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Januari 2016 Penulis,


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

Nama : Stepani Ni Made Dwijayanti Nomor Mahasiswa : 121134041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN

YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sederhana.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Januari 2016 Yang menyatakan,


(10)

ABSTRAK

Dwijayanti, Stepani Ni Made. (2016) Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA di Indonesia berdasarkan studi yang dilakukan oleh PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 53 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VA sebanyak 26 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebanyak 27 siswa sebagai kelompok kontrol. Analisis data menggunakan IBM SPSS Statistic 20 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan df = 51 dan t = -7,250. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol yaitu M = 2,58; SD = 0,65; SE = 0,12 untuk kelompok eksperimen, M = 0,95; SD = 0,94; SE = 0,18 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,71 atau 50% yang setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig, (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,00 dengan z = -5,53; U = 44,000. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol yaitu n = 26; Mdn = 1,67 untuk kelompok eksperimen, n = 27; Mdn = 0,33 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = -0,75 atau 56% yang setara dengan efek besar.


(11)

ABSTRACT

Dwijayanti, Stepani Ni Made. (2016) The effect of applying inquiry method on the ability to apply and analyse Science at 5th grade class in Kanisius Sorowajan Primary School Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teaching Program, Sanata Dharma University.

Key Words: inquiry method, apply ability, analyse ability, Science.

The background of this study was directed to the concern about low the rank owned Indonesia of science according to PISA research in 2009 and 2012. This reseach aimed to understanding the effect of applying inquiry method on the ability to apply and analyse in Science.

This reseach used quasi experimental method type non-equivalent control group design. The population of this research was all of 53 students of the 5th grade class in Kanisius Sorowajan Primary School Yogyakarta. The sample of this reseach was 26 students from 5th grade A class and 27 students from 5th grade B class as control group. IBM SPSS Statistic 20 for Windows was used to analyse the data.

This research showed that (1) the application of inquiry method influence the apply ability. It was showed with Sig, (2-tailed) < 0,05, which was 0,00 with df = 51 and t = -7,250. The average score of experiment group was bigger than control group which was M = 2,58; SD = 0,65; SE = 0,12 for experiment group, M = 0,95; SD = 0,94; SE = 0,18 for control group. The effect size was r = 0,71 or 50% which equaled to big effect. (2) the application of inquiry method influence the analyse ability. It was showed with Sig, (2-tailed) < 0,05, which was 0,00 with z = -5,53; U = 44,000. The average score of experiment group was bigger than control group which was n = 26; Mdn = 1,67 for experiment group, n = 27; Mdn = 0,33 for control group. The effect size was r = -0,75 or 56% which equaled to big effect.


(12)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi dengan penuh sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Suwardi, S.Pd. Kepala SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

6. Vitus Gading Sasongko, S.Pd. Guru mitra SD peneliti yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Guru-guru SD Kanisius Sorowajan yang telah membantu terlaksananya penelitian, Bu Tri, Bu Maria, Pak Yanuar, Bu Hartini, Bu Nuki, Bu Mardiani, Bu Agnes, Bu Kristi, Bu Sandra, dan Bu Wulan.

8. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.


(13)

9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.

10.Keluargaku tercinta, Filipus I Wayan Lipus, Victoria Ni Wayan Astuti, Rufina Ni Luh Wiwik Handayani yang sungguh luar biasa dalam memberikan dukungan berupa doa, nasihat, dan materiil.

11.Andreas Putu Dio Rizki Kornea yang selalu memberikan semangat, dan doa.

12.Teman-temanku penelitian kolaboratif payung Inkuiri IPA Agnes, Andan, Desti, Vega, Ami, Wikan, Tira, Dewi, Nindya, Adi, Dea, dan Bayu yang telah memberikan semangat dan bantuan selama menyelesaikan skripsi.

13.Teman-temanku di kelas VII A, sahabat seperjuangan selama kuliah yang sungguh luar biasa.

14.Sahabat-sahabat di Bali, Adelina, Iis, Edo, Berli, Kristo, Melan, Rai, Siska, Adhi, Aris, Sambu, dan Anton.

15.Teman-teman kos Odilia tercinta, Veni, Momo, Yovie, Yuyun, Raras, Mitha, Mega, Vita, Fani, Mbak Lina, Indri yang telah memberikan keceriaan, semangat dan bantuan.

16.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala masukan berupa saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti juga berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dunia pendidikan.

Peneliti


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Bagi Guru... 4

1.4.2 Bagi Siswa ... 4

1.4.3 Bagi Sekolah ... 4

1.4.4 Bagi Peneliti... 5

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 6

2.1.1.1Teori Perkembangan Anak Menurut Piaget dan Perkembangan Psikologi dari Vygotsky ... 6

2.1.1.2Proses Kognitif ... 10

1. Proses Kognitif Benjamin S. Bloom ... 10

2. Kemampuan Mengaplikasi ... 11

3. Kemampuan Menganalisis ... 12

2.1.1.3Metode Inkuiri ... 13

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 13

2. Macam-macam Metode Inkuiri ... 13

3. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 14

4. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri ... 15

5. Keunggulan Metode Inkuiri ... 16

2.1.1.4Hakikat IPA ... 17

2.1.1.5Materi IPA: “Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya” ... 17

1. Bahan Tali-temali: Serat, Benang, dan Tali ... 18

2. Sifat Bahan Benang terhadap Penyerapan Air ... 21

3. Kekuatan Bahan Benang dan Tali Berdasarkan Struktur Penyusunnya ... 21


(15)

2.1.2 Penelitian yang Relevan ... 21

2.1.2.1Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 21

2.1.2.2Penelitian tentang Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis ... 23

2.1.2.3Literature Map ... 25

2.2 Kerangka Berpikir ... 26

2.3 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Setting Penelitian ... 29

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.1.2 Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.4 Variabel Penelitian ... 31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.6 Instrumen Penelitian ... 33

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 34

3.7.1 Uji Validitas ... 34

3.7.1.1Validitas Isi ... 35

3.7.1.2Validitas Konstruk ... 35

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 36

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 37

3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 38

3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 39

3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 40

3.9 Analisis Lebih Lanjut ... 42

3.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 42

3.9.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I... 42

3.9.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ... 43

3.9.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 44

3.10 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 45

3.11 Pembahasan Lebih Lanjut ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Implementasi Penelitian... 48

4.1.1.1Deskripsi Populasi Penelitian ... 48

4.1.1.2Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 49

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 50

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 51

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I Kemampuan Mengaplikasi ... 54

4.1.2.1Uji Normalitas Distribusi Data ... 55

4.1.2.2Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 56

4.1.2.3Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57

4.1.2.4Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 59

4.1.3 Analisis Lebih Lanjut ... 60

4.1.3.1Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .. 60


(16)

4.1.3.3Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I... 63

4.1.3.4Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 64

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II Kemampuan Menganalisis ... 65

4.1.4.1Uji Normalitas Distribusi Data ... 66

4.1.4.2Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 67

4.1.4.3Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 68

4.1.4.4Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 70

4.1.5 Analisis Lebih Lanjut ... 70

4.1.5.1Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .. 70

4.1.5.2Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 72

4.1.5.3Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I... 73

4.1.5.4Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 75

4.2 Pembahasan ... 76

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 77

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 78

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 80

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut... 82

BAB V PENUTUP ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 85

5.3 Saran ... 85

DAFTAR REFRENSI ... 87

LAMPIRAN ... 91

CURRICULUM VITAE ... 155


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 18

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan ... 25

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 32

Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 41

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek Untuk Data Tidak Normal ... 41

Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .. 42

Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi... 45

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 59

Gambar 4.2 Grafik Perbedaan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 61

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengaplikasi ... 65

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 69

Gambar 4.5 Grafik Perbedaan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 71

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menganalisis ... 76


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 30

Tabel 3.2 Pengumpulan Data Pretest dan Posttest ... 33

Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ... 34

Tabel 3.4 Uji Validitas Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis ... 36

Tabel 3.5 Uji Reliabilitas Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis ... 37

Tabel 3.6. Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 41

Tabel 3.7 Pedoman Koefisien Korelasi ... 44

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen ... 46

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru Sesudah Perlakuan ... 47

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mengaplikasi ... 56

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 57

Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 58

Tabel 4.4 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 59

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menganalisis ... 66

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Menganalisis ... 67

Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis ... 68

Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Menganalisis ... 70

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 70

Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 72

Tabel 4.15 Hasil Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 73

Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 74

Tabel 4.17 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis ... 75


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 92

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ... 93

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 94

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen ... 99

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 108

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 113

Lampiran 3.1 Soal Esai ... 119

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 122

Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 124

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement... 125

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 126

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 129

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengaplikasi ... 129

4.1.1 Resume Rerata Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 129

4.1.2 Rincian Kelompok Kontrol ... 130

4.1.3 Rincian Kelompok Eksperimen ... 131

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menganalisis ... 132

4.2.1 Resume Rerata Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 132

4.2.2 Rincian Kelompok Kontrol ... 133

4.2.3 Rincian Kelompok Eksperimen ... 134

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 135

4.3.1 Uji Normalitas Data Mengaplikasi ... 135

4.3.2 Uji Normalitas Data Menganalisis ... 135

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Rerata Pretest ... 136

4.4.1 Uji Perbedaan Rerata Pretest Kenampuan Mengaplikasi ... 136

4.4.2 Uji Perbedaan Rerata Pretest Kenampuan Menganalisis ... 136

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 137

4.5.1 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 137

4.5.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis ... 137

Lampiran 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 138

4.6.1 Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 138

4.6.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Menganalisis ... 138

Lampiran 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 139

4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 139


(20)

4.7.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke

Posttest I terhadap Kemampuan Menganalisis ... 139

4.7.3 Gain Score Kemampuan Mengaplikasi ... 140

4.7.4 Gain Score Kemampuan Menganalisis ... 140

Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 141

4.8.1 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 141

4.8.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Menganalisis ... 143

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I ... 145

4.9.1 Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 145

4.9.2 Uji Korelasi Rerata Pretest ke Posttest I terhadap Kemampuan Menganalisis ... 145

Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 146

4.10.1 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 146

4.10.2 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan terhadap Kemampuan Menganalisis ... 147

Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara ... 148

4.11.1 Transkrip Wawancara Siswa ... 148

4.11.2 Transkrip Wawancara Guru... 151

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 152

Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian ... 154


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini peneliti membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu keadaan ketika komunikasi terjadi antara guru dan siswa, di mana guru menanamkan nilai luhur yang hidup dalam masyarakat kepada siswa (Satori, 2007: 115). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha terencana untuk mencapai pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Setiap anak berhak menempuh pendidikan untuk dapat mengembangkan potensinya karena pendidikan dasar merupakan hak asasi bagi semua anak Indonesia, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dikelas adalah ciri dari pendidikan dasar yang ideal (Daryanto & Rahardjo, 2012: 249).

PISA (Programme of International Student Assessment) menunjukkan Indonesia mengalami penurunan peringkat dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PISA, Indonesia mengalami penurunan kualitas pendidikan, dan tentu saja ini menjadi sebuah keprihatinan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2009 Indonesia memperoleh peringkat 57 dari 65 negara (OECD, 2010: 8). Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2013: 232). Usaha pemerintah dalam memperbaiki pendidikan melalui sertifikasi dan gaji dua kali lipat bagi guru pada kenyataannya tidak berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran di kelas (Chang, dkk, 2014: 117). Jumlah guru yang meningkat justru tidak tersebar merata di wilayah Indonesia sehingga masih banyak sekolah yang kekurangan guru dan ini membuat sistem pendidikan kurang berhasil (Chang dkk, 2014: 177).

Usaha memperbaiki kualitas pembelajaran dapat dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan usia anak (Suyono dan Hariyanto, 2011: 212). Pembelajaran sebaiknya dapat memfasilitasi siswa dalam


(22)

membangun pengetahuannya sendiri, sehingga guru perlu menggunakan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Djamarah & Zain, 2010: 323). Berdasarkan ungkapan dari kedua ahli, pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Satu prinsip yang paling penting tentang pendidikan dalam teori konstruktivisme adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, dan harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya (Trianto, 2009: 28). Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuannya, siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Trianto 2009: 28).

Sanjaya (2006: 193) memaparkan bahwa, belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Kemampuan berpikir siswa tidak hanya sampai pada mengingat dan memahami saja, tetapi dapat dikembangkan juga pada level yang lebih tinggi yaitu mengaplikasi dan menganalisis. Berdasarkan taksonomi Bloom, proses kognitif dibagi menjadi enam tahap yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson & Krathwhol, 2010: 99). Kemampuan mengaplikasi diharapkan dapat mencapai aspek mengeksekusi dan menggunakan, sedangkan kemampuan menganalisis diharapkan dapat mencapai aspek membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap proses pembelajaran IPA di suatu sekolah, masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Metode ceramah tidak merangsang kemampuan berpikir siswa, karena siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide untuk memecahkan masalah. Hal ini tentu saja membuat siswa menjadi tidak aktif dan pembelajaran tidak berpusat pada siswa. Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode inkuiri. Sanjaya (2006: 194) mengemukakan metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang


(23)

dipertanyakan. Piaget (dalam Mulyasa, 2007: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri menyiapkan siswa dalam belajar dengan percobaan atau eksperimen sendiri. Melalui kegiatan eksperimen siswa tidak hanya sampai kemampuan mengingat dan memahami namun sampai pada kemampuan mengaplikasi dan menganalisis karena siswa dapat memecahkan sebuah permasalahan yang terdapat pada materi pembelajaran.

Metode pembelajaran inkuiri dianggap sebagai metode paling tepat dalam pembelajaran IPA (Susanto, 2013: 172). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). Berdasarkan pendapat dari para ahli metode inkuiri sesuai digunakan dalam pelajaran IPA. Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan siswa, baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik (Sochibin, Dwijananti, & Marwoto, 2009; Putra, Garminah, & Japa, 2014; Anggareni, Ristiati, & Widiyanti, 2013).

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Kelas yang diuji coba dalam penelitian ini adalah kelas VA sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Peneliti memilih SD Kanisius Sorowajan sebagai tempat melaksanakan penelitian karena peneliti ingin mengetahui kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa pada kelas yang menggunakan metode tradisional dan pada kelas yang menggunakan metode inkuiri.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali


(24)

berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi guru

Sebagai guru harus bisa mengelola kelas dengan baik dalam proses pembelajaran, maka guru harus cermat dalam memilih metode pembelajaran salah satunya dengan menerapkan metode inkuiri. Guru dapat mengetahui perkembangan kognitif siswa dengan menerapkan metode pembelajaran.

1.4.2 Bagi Siswa

Siswa mampu mengungkapkan ide-ide, dan mampu memecahkan masalah, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat memperbaiki kualitas pendidikan dengan menggunakan metode inkuiri yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran.


(25)

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metode yang baik digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai bekal untuk menjadi guru profesional.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk mendorong siswa merumuskan permasalahan yang bermakna yang menggunakan tujuh langkah pembelajaran yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan refleksi.

1.5.2 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang mengarahkan dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

1.5.3 Kemampuan mengaplikasi adalah kemampuan yang melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan.

1.5.4 Kemampuan menganalisis adalah kemampuan yang melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan atara bagian-bagian tersebut. Kategori proses menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

1.5.5 Ilmu Pegetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

1.5.6 Serat adalah bagian dasar benang dan tali. Serat merupakan untaian-untaian bahan yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan tangan.

1.5.7 Benang adalah gabungan dari serat-serat. 1.5.8 Tali adalah gabungan dari beberapa benang.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini, peneliti akan membahas tentang kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka terdiri dari tiga bagian yaitu teori-teori yang melandasi penelitian, penelitian yang relevan, dan literature map. Teori-teori yang melandasi penelitian terdiri dari teori perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dan perkembangan psikologi dari Vygotsky, metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi dan menganalisis, hakikat IPA, materi IPA: “Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya”. Penelitian relevan berisi tentang penelitian dengan menggunakan metode inkuiri dan kemampuan menganalisis serta mengaplikasi. Hipotesis berisi mengenai dugaan sementara dari rumusan masalah yang telah disusun.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak menurut Jean Piaget dan Perkembangan Psikologi dari Vygotsky

Salah satu tokoh yang mengembangkan teori perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1896-1980). Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya (Desmita, 2007: 46). Piaget (dalam Suyono & Hariyanto, 2011: 82 ) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf.

Perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka (Triyanto, 2010: 29). Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas (Desmita, 2007: 46). Seorang anak akan belajar lebih baik jika mereka dihadapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata mereka, karena mereka lebih mudah untuk belajar melalui


(27)

pengalaman yang didapatkan dalam kehidupannya sehari-hari. Jika anak dapat dengan baik belajar melalui sebuah pengalaman yang mereka punya maka dia akan lebih mudah untuk mengingat hasil yang akan mereka capai, sehingga pembelajaran tersebut akan memberikan makna tersendiri bagi seorang anak.

Piaget memaparkan setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur (Suyono & Hariyanto, 2011: 82 ). Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks (Desmita, 2007: 46). Tahap demi tahap akan dilalui setiap individu untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada dirinya. Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap diantaranya yaitu tahap sensorimotor (dari lahir sampai 2 tahun), tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), tahap operasi formal (11 tahun ke atas) (Suparno, 2001: 24).

1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)

Pada dua tahun pertama kehidupannya, bayi dapat memahami lingkungannya dengan melihat, meraba, memegang, mengecap, mencium dan mendengarkan dan menggerakkan anggota tubuh. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya. Anak mulai memahami bahwa perilaku tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Kemampuan yang dimiliki anak-anak pada tahap ini yaitu: (a) melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya; (b) suka memperhatikan sesuatu lebih lama.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini kecenderungan anak untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya tentang realitas sangatlah menonjol. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan, anak pun dapat mengingat banyak hal tentang lingkungaannya. Intelektual anak dibatasi oleh egoisentrisnya, yaitu bahwa ia dapat menyadari jika orang lain dapat berpandangan berbeda dengannya tentang suatu objek atau fonomena yang sama, sehingga sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik anak pada tahap praoperasional antara lain: (a) tidak mampu memusatkan perhatian kepada


(28)

objek-objek yang berbeda; (b) dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antarderetan.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap operasional konkret, anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengaklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Dalam usahanya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindera tetapi dengan menggunakan pengalaman-pengalaman mereka.

4. Tahap operasional formal (11 tahun keatas)

Tahap ini menandakan anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Anak mampu menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis. Sehingga pada tahap ini anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, secara proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar.

Dari penggolongan perkembangan kognitif menurut Piaget, anak kelas V yang berada pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun, pada usia ini anak sudah mulai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Tahap operasional konkret merupakan tahap anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit, mereka juga mengerti tentang alam sekelilingnya, mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindera tetapi dengan menggunakan pengalaman-pengalaman mereka.

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka (Trianto, 2009: 29). Berdasarkan teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan yaitu bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuannya,


(29)

sedangkan guru dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri (Trianto, 2009: 28).

Terdapat beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan Piaget diantaranya intelegensi, skema, asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (Suparno, 2001: 19-23). Intelegensi adalah cara yang memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Skema adalah struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Asimilasi adalah proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema yang lama. Sedangkan equilibrasi adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Tudge dan Svrimsher (dalam Schunk, 2012: 337) menjelaskan teori Vygotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan dan pembelajaran. Vygotsky memaparkan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya, atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Susanto, 2013: 97). Zone of proximal development (ZPD) adalah perbedaan antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh anak-anak dan apa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan orang lain (Schunk, 2012: 341). Interaksi dengan orang-orang dewasa dan teman-teman sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif.

Ada dua aplikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains, pertama, dikehendakinya suasana kelas, berbentuk pembelajaran kooperatif antarsiswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, dalam pembelajaran menekankan scaffolding (bantuan sementara) sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri (Susanto, 2013: 97). Berdasarkan paparan dari para ahli, dapat disimpulkan


(30)

bahwa teori Piaget mengemukakan teori perkembangan kognitif dan Vygotsky mengemukakan teori tentang psikologi perkembangan.

Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget dan teori psikologi perkembangan dari Vygotsky sebagai pedoman untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia anak Sekolah Dasar. Kedua teori tersebut sangat berkaitan dan mendukung karena setiap anak berkembang baik secara kognitif maupun psikologinya, sehingga mampu berinteraksi dan dapat membangun pengetahuannya.

2.1.1.2Proses Kognitif

1. Proses Kognitif Benjamin S. Bloom

Berdasarkan taksonomi Bloom, proses kognitif dibagi menjadi enam tahap yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson & Krathwhol, 2010: 99).

a. Mengingat

Proses mengingat adalah proses dimana seseorang mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan meyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Proses mengingat dibagi 2 kategori yaitu mengenali dan mengingat kembali.

b. Memahami

Proses memahami yaitu ketika seseorang dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer. Proses memahami dibagi dalam tujuh kategori yaitu menafsirkan, mencontohkan, menklasifikasikan merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasi

Proses mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latian atau menyelesaikan masalah. Kategori


(31)

mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan menggunakan.

d. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan atara bagian-bagian tersebut. Kategori proses menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

e. Mengevaluasi

Proses mengevalusi membuat keputusan atau memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditentukan atau berlaku. Kategori mengevalusi mencakup memeriksa dan mengkritik.

f. Mencipta

Proses mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan dalam mencipta adalah meminta siswa membuat sebuah produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola yang tidak pernah ada sebelumnya. Kategori mencipta meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

2. Kemampuan Mengaplikasi

Penelitian ini difokuskan hanya pada kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Proses mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan menggunakan (Anderson & Krathwhol, 2010: 116).

Proses mengeksekusi melibatkan siswa secara rutin menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familier. Proses ini lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan. Dalam mengeksekusi, siswa diberi tugas yang familier dan dapat dikerjakan dengan prosedur yang telah diketahui (Anderson & Krathwhol, 2010: 116). Jadi, siswa bukan hanya menemukan jawabannya saja, namun langkah-langkah pengerjaannya (Anderson & Krathwhol, 2010: 116). Nama lain dari mengeksekusi adalah melaksanakan.


(32)

Proses kognitif yang kedua pada kategori mengaplikasi adalah mengimplementasi. Mengimplementasi berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier (Anderson & Krathwhol, 2010: 118). Dalam mengimplementasi siswa harus memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur yang tersedia. Mengimplementasikan lebih diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan metode. Dalam mengimplementasikan prosedurnya mula-mula dipilih sesuai dengan situasi baru (Anderson & Krathwhol, 2010: 119). Nama lain dari mengimplementasikan adalah menggunakan.

3. Kemampuan Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan atara bagian-bagian tersebut. Kategori proses menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson & Krathwhol, 2010: 120).

Proses kognitif yang pertama dalam kemampuan menganalisis adalah membedakan. Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Proses kognitif ini terjadi ketika siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian memerhatikam informasi yang relevan atau penting. Membedakan melibatkan proses kognitif secara struktural dan menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan struktur keseluruhannya. Kemampuan membedakan dapat dinilai dengan soal-soal jawaban singkat atau pilihan (Anderson & Krathwhol, 2010: 121).

Proses kognitif yang kedua dalam kemampuan menganalisis adalah mengorganisasikan. Mengorganisasikan melibatkan proses megidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktural yang koheren. Dalam proses ini siswa membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren atar potongan informasi (Anderson & Krathwhol, 2010: 122).

Proses kognitif yang ketiga dalam kemampuan menganalisis adalah mengatribusikan. Proses kognitif mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.


(33)

Dalam mengatribusikan siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru (Anderson & Krathwhol, 2010: 124). Jadi, siswa dapat menentukan tujuan atau sudut pandang dari penulis atau pengarang.

2.1.1.3 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Piaget (dalam Mulyasa, 2007 : 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri menyiapkan siswa dalam belajar dengan percobaan atau eksperimen sendiri. Sanjaya (2006: 194) mengemukakan metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa maupun antarsiswa.

Schmidt (dalam Putra, 2012: 85) menyatakan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari jawaban maupun memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Dari berbagai pengertian inkuiri menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat siswa menjadi aktif bekerja di dalam kelompok untuk menemukan dan memecahkan suatu masalah melalui kegiatan eksperimen yang bertujuan untuk mencari jawaban dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

2. Macam-macam Metode Inkuiri

Herdian (dalam Putra, 2012: 96) mengemukakan tiga macam metode inkuiri adalah (1) inkuiri terbimbing (guided inquiry approach), (2) inkuiri bebas (free inquiry approach), dan (3) inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry approach).

a. Inkuiri terbimbing (guided inquiry approach)

Inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan metode ini, siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga siswa mampu memahami


(34)

konsep-konsep pelajaran. Rumusan masalah pada metode inkuiri terbimbing

menggunakan kata tanya “Apakah..” yang dengan jawaban “ya” atau “tidak”.

b. Inkuiri bebas (free inquiry approach)

Siswa diberikan kebebasan dalam menentukan permasalahan yang akan diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara sendiri. Sebab, dalam metode inkuiri bebas, siswa seolah-olah bekerja sebagai seorang ilmuan.

c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry approach)

Guru memberikan permasalahan, dan siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Namun apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan akan diberikan secara tidak langsung.

Dari ketiga macam metode inkuiri di atas, peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing (guided inquiry approach). Inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran memberikan bimbingan ataupun petunjuk kepada siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang membimbing dengan tujuan agar siswa mampu menemukan sendiri jawaban ataupun mampu memecahkan suatu masalah (Mulyasa, 2007: 109). Inkuiri terbimbing merupakan langkah pembelajaran di mana siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep pelajaran (Putra, 2012: 96). Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas suatu permasalahan.

3. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Trianto (2009: 114) mengemukakan terdapat empat langkah kegiatan inkuiri yaitu merumuskan masalah, melakukan observasi, menganalisis, dan mengkomunikasikan. Sanjaya (2006: 199) berpendapat bahwa ada enam langkah kegiatan dalam metode inkuiri, enam langkah tersebut yaitu orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Berdasarkan pendapat dari para ahli, peneliti menggunakan tujuh langkah pembelajaran dalam metode inkuiri yaitu


(35)

orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan refleksi.

a. Orientasi adalah langkah untuk mempersiapkan suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan proses pembelajaran.

b. Merumuskan masalah merupakan langkah untuk mengajak siswa masuk pada persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang diberikan kepada siswa haruslah persoalan yang menantang mereka untuk mau memecahkan masalah itu.

c. Merumuskan hipotesis adalah mengajukan jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya melalui sebuah eksperimen atau observasi.

d. Melakukan eksperimen adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan kegiatan uji coba atau melakukan eksperimen.

e. Menarik kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

f. Mempresentasikan hasil adalah mengkomunikasikan hasil atau jawaban yang ditemukan.

g. Melakukan refleksi. Refleksi dapat dilakukan dengan cara menempelkan gambar pada akhir pembelajaran.

4. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri

Penggunaan metode inkuiri, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru (Majid, 2014: 174) diantaranya (1) berorientasi pada pengembangan intelektual, (2) prinsip interaksi, (3) prinsip bertanya, (4) prinsip belajar untuk berpikir, (5) prinsip keterbukaan. Berikut ini merupakan penjelasan dari prinsip- prinsip metode inkuiri.

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.


(36)

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses pengambangan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksima.

e. Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

5. Keunggulan Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki empat keunggulan bagi siswa (Sanjaya, 2006: 206). Keunggulan yang pertama adalah metode inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran menggunakan metode inkuiri lebih bermakna. Kedua, metode inkuiri memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar siswa. Ketiga, metode inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Keempat, metode inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.


(37)

2.1.1.4 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahun Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu nature science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (Samatowa, 2011: 3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). Fungsi dan tujuan IPA menurut Depdiknas tahun 2003 (dalam Trianto 2010: 138) adalah sebagai berikut 1) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2) mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, 3) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, 4) menguasai konsep sains untuk bekal hidup masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Laksmi (dalam Trianto, 2010: 142) menyatakan bahwa pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut 1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, 2) menanamkan sikap hidup ilmiah, 3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, 4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya, 5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

2.1.1.5 Materi IPA: “Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya”

Standar Kompetensi yang diambil oleh peneliti adalah “4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses”. Kompetensi dasar yang diambil oleh peneliti yaitu

“4.1. Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan tali-temali dengan bahan penyusunnya, misalnya tali bahan serat, benang, tali rafia, nilon dan tambang”. Adapun materi dalam pembelajaran ini yaitu sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya. Pada penelitian ini materi yang diajarkan lebih dikhususkan pada sifat bahan benang terhadap penyerapan air dan kekuatan bahan benang dan tali berdasarkan struktur penyusunnya. Materi dibatasi pada sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya, berikut bagan materi:


(38)

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran

1. Bahan Tali - temali: Serat, Benang, dan Tali

Terdapat banyak jenis tali yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti tali sepatu, tali tambang, benang layangan, dan benang jahit. Benda-benda tersebut biasa kita gunakan untuk mengikat, menggantung, menarik, maupun menyambung benda lain. Berdasarkan bahan penyusunnya, terdapat tiga tingkatan bahan tali-temali yaitu serat, benang, tali. Serat berasal dari tumbuhan atau buatan pabrik. Serat dipintal menjadi benang, benang digabung dan dipilin menjadi tali (Yousnelly, dkk, 2010: 56).

a. Serat

Serat merupakan bagian dasar benang dan tali. Serat merupakan untaian-untaian bahan yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan tangan. Terdapat dua macam serat yaitu serat alam dan serat sintesis. Serat alam merupakan serat yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Contoh serat alam adalah serat kapas, serat ijuk, serat wol, dan serat sutra. Serat kapas diperoleh dari bunga tanaman kapas. Serat ijuk diperoleh dari pangkal pelepah pohon enau. Serat wol diperoleh dari bulu-bulu domba. Serat sutra diperoleh dari kepompong ulat sutra. Sedangkan serat sintesis berasal dari pengolahan minyak bumi, logam, dan lain-lain. Contoh serat sintesis adalah serat nilon, serat baja, dan berbagai jenis serat plastik lainnya (Yousnelly, dkk, 2010: 57).

Sifat Bahan Tali-temali Berdasarkan Bahan Penyusunnya

Bahan Tali-temali: Pengertian Serat, Benang,

dan Tali

Sifat Bahan Benang terhadap

Penyerapan Air

Kekuatan Bahan Benang dan Tali

Berdasarkan Struktur Penyusunnya


(39)

(a) (b)

(c)

Gambar 1: (a) serat wol, (b) serat kapas, (c) serat baja (sumber: https://www.google.co.id/search)

b. Benang

Benang adalah gabungan dari serat serat-serat. Serat-serat disatukan dengan cara tertentu sehingga dihasilkan benang. Benang jauh lebih kuat dibandingkan dengan serat karena tersusun dari banyak serat. Benang jahit tersusun dari serat kapas, benang sutra tersusun dari serat sutra, benang wol tersusun dari serat bulu domba, sedangkan benang nilon tersusun dari serat nilon. Contoh-contoh benang diantaranya, benang jahit, benang sutra, dan benang nilon (Yousnelly, dkk, 2010: 57).

(a) (b)

Gambar 2: (a) benang jahit, (b)benang wol (sumber: https://www.google.co.id/search)


(40)

c. Tali

Tali adalah gabungan dari beberapa benang. Bentuk susunan tali menunjukkan cara penggabungan benang-benangnya. Bentuk pilinan pada tali tambang, bentuk anyaman pada tali sepatu, dan bentuk lurus pada tali rafia menunjukkan cara penggabungannya (Yousnelly, dkk, 2010: 57).

(a)

Tambang berbentuk tali yang sangat besar. Tambang banyak sekali digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menambat kapal agar tidak lepas ke laut. Adapun tambang plastik digunakan untuk tali jemuran, mendirikan tenda, menaikkan bendera, dan lain sebagainya. Tambang baja untuk menambat kapal laut dan benda-benda berat lainnya harus kuat dan besar (Hermana, 2009: 88).

(b) (c)

Gambar 3: (a) tali rafia, (b) tambang baja, (c) tambang plastik (sumber: https://www.google.co.id/search)


(41)

2. Sifat Bahan Benang terhadap Penyerapan Air

Benang nilon atau bahan plastik bersifat tidak menyerap air. Bahan yang menyerap air umumnya berasal dari bahan kapas, bulu domba, dan rami. Benang dari bahan plastik digunakan sebagai benang layang-layang, senar gitar, tali pancing, dan lain sebagainya (Hermana, 2009: 88).

3. Kekuatan Bahan Benang dan Tali Berdasarkan Struktur Penyusunnya Benang dan tali memiliki kemampuan dan kekuatannya sendiri-sendiri. Kekuatan ini bergantung pada faktor jenis bahan dan ukurannya. Kekuatan benang atau tali juga ditentukan oleh tegangan maksimum yang sanggup ditahannya (Hermana, 2009: 89). Selengkapnya silabus dapat dilihat pada Lampiran 2.1 dan 2.2 sedangkan RPP dapat dilihat pada Lampiran 2.3 dan 2.4.

2.1.2 Penelitian yang Relevan

2.1.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri

Sochibin, Dwijananti, & Marwoto (2009), meneliti pembelajaran IPA pokok bahasan air dan sifatnya, dengan menggunakan metode inkuiri terpimpin dengan tujuan untuk meningkatan pemahaman konsep siswa terhadap pokok bahasan air dan sifatnya, dan mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa SD. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan sampel dan populasi yaitu, siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Kec. Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 siswa. Hasil penelitian dilakukan dengan 2 siklus, yaitu tes siklus I dan tes siklus II. Tes siklus I menunjukkan nilai rata-rata 7.93 dengan ketuntasan klasikal 81,82%. Tes siklus II menunjukkan nilai rata-rata 8,35 dengan ketuntasan klasikal mencapai 88,64%. Pada tahap terakhir dilakukan perbandingan antara siklus I dan siklus II. Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang pada pokok bahasan air dan sifatnya.

Putra, Garminah, & Japa (2014), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang diajarkan dengan menggunakan model


(42)

pembelajaran konvensional, (2) hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media grafis, (3) perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dengan motode konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu, rancangan eksperimen yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan noneequivalent posttest-only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang berjumlah 144 siswa. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Titab yang berjumlah 19 orang dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Telaga yang berjumlah 14 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 21,45, sedangkan hasil belajar siswa kelompok kontrol tergolong tinggi rata-rata 15,79. Terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang melajar menggunakan model konvensional (thitung > ttabel, thitung = 5,411 dan ttabel =

2,201). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa.

Anggareni, Ristiati, & Widiyanti (2013) tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran inkuiri dibadingkan kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran langsung. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan rancangan the pre-test post-pre-test nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kintamani tahun ajaran 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan MANOVA satu jalur. Berdasarkan analisis, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan kemampuan


(43)

berpikir kritis dan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran langsung (F= 68,151; p < 0,05); (2) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran langsung (Fhitung= 85,601 > Ftabel= 3,94; p < 0,05);

(3) terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran langsung (Fhitung= 88,474 > Ftabel= 3,94; p < 0,05).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

2.1.2.2 Penelitian tentang kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis

Susilawati (2012) meneliti pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan mengaplikasi dan mencipta pada pelajaran IPA di Kanisius Wirobrajan Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Materi mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan mengaplikasi dan mencipta pada pelajaran IPA. Metode yang digunakan adalah quasi experimental design tipe non-equivalent control group design. Populasinya adalah seluruh siswa kelas V SDK Wirobrajan. Sampelnya adalah kelas VB sebnyak 35 siswa sebagai kelompok control dan kelas VA sebanyak 32 siswa sebagai kelompok eksperimen. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh metode mind map terhadap kemampuan mengaplikasi siswa yang ditunjukan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0.036 (atau < 0,05). 2) dan mencipta siswa yang ditunjukan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0.000 (atau < 0,05).

Lestari (2014) meneliti perbedaan penggunaan media pembelajaran time line terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Sorowajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan media time line terhadap kemampuan mengaplikasi


(44)

pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Sorowajan, (2) mengetahui perbedaan penggunaan media time line terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Sorowajan. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimental tipe non-equivalent control design. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan. Sampel penelitian ini adalah kelas VB sebagai kelompok kontrol dan kelas VA sebagai kelompok eksperimen yang masing-masing kelas berjumlah 30 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan media time line terhadap kemampuan mengaplikasi ditunjukkan dengan sig. (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,012 dan (2) terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan media time line terhadap kemampuan menganalisis dengan sig. (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000 untuk kemampuan menganalisis. Sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan media time line terhadap kemampuan mengaplikasi dan perbedaan yang signifikan dalam penggunaan media time line terhadap kemampuan menganalisis.

Pramono, D. (2014) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan interpretasi dan analisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Sampel terdiri dari kelas VA sebanyak 31 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebanyak 31 siswa sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi, dibuktikan dengan Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05) dengan nilai M = 1,01, SE = 0,12, SD =0,66 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,31, SE = 0,11, SD = 0,62 untuk kelompok kontrol. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t = 4,28 dan df = 60. Metode mind map berengaruh besar terhadap kemampuan interpretasi berdasarkan harga r = 0,84 dengan persentase sebesar 70%. 2) Metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan analisis. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,002 (atau p < 0,05) dengan nilai M = 0,78, SE = 0,11, SD = 0,58 untuk


(45)

kelompok eksperimen dan nilai M = 0,28, SE = 0,11, SD = 0,62 untuk kelompok kontrol. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t = 3,25 dan df = 60. Metode mind map berpengaruh besar terhadap kemampuan analisis berdasarkan harga r = 0,80 dengan persentase sebesar 64%. Dapat disimpulkan bahwa metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sebelumnya, terdapat penelitian yang menggunakan map, time line dan banyak menggunakan metode inkuiri. Meskipun demikian belum ada yang meneliti tentang penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Maka dari itu peneliti berinisiatif untuk membuat penelitian ini karena belum ada yang membahas tentang pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan.

2.1.2.3 Literature Map

Literature map dari penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan Metode Inkuiri

Sochibin, Dwijananti & Marwoto (2009) Metode inkuiri terpimpin- peningkatan

pemahaman konsep

Putra, dkk (2014) Metode pembelajaran inkuiri terbimbing- media grafis-hasil belajar

Matematika

Anggraeni, dkk (2013) Metode inkuiri- kemampuan berpikir

kritis dan pemahaman konsep IPA

Kemampuan Kognitif

Susilawati (2012) Mind Map- kemampuan mengaplikasi dan

mencipta

Lestari (2014) Timeline kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis

Pramono, D. (2014) Mind Map- kemampuan interpretasi dan analisis

Yang perlu diteliti: Metode inkuiri- kemampuan mengaplikasi & menganalisis


(46)

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori Piaget, penggolongan perkembangan kognitif anak kelas V yang berada pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun, pada usia ini anak sudah mulai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Teori Vygotsky merupakan teori perkembangan sosial sehingga sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri. Siswa kelas V membutuhkan bantuan (scaffolding) dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga penerapan metode pembelajaran yang tepat adalah metode inkuiri terbimbing (guided inkuiri).

Metode inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran yang yang membantu siswa untuk menemukan sendiri pemecahan masalah dengan menggunakan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Perkembangan kognitif siswa dapat ditentukan dari proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis merupakan kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan mengingat dan memahami. Mengaplikasi merupakan menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu, sedangkan menganalisis merupakan memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian-bagian tersebut.

Penerapan metode inkuiri merupakan metode yang mengajak siswa untuk untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan sendiri melalui kegiatan eksperimen melalui beberapa langkah diantaranya orientasi, merumuskan masalah, hipotesis, eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan dan refleksi .Metode inkuiri dianggap sebagai metode paling tepat dalam pembelajaran IPA karena siswa harus menemukan jawaban sendiri dari kegiatan eksperimen. Jika metode inkuiri diterapkan pada mata pelajaran IPA, maka metode ini akan berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan


(47)

penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

2.3.2 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA, materi sifat bahan tali-temali berdasarkan bahan penyusunnya pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.


(1)

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2015

Keterangan : SC = Siswa C

SC1-SC14

Wawancara 3 Keterangan P : Apakah kamu senang dengan pelajaran IPA?

SC1 : Senang. Senang (SC1) P : Bagaimana cara guru kelasmu mengajarkan materi IPA

selama ini?

SC2 : Menggunakan metode ceramah.

P : Apakah guru kelasmu pernah menggunakan media saat belajar IPA? Sebutkan!

SC3 : Jarang.

P : Apakah kegiatan IPA selama ini berlangsung menarik dan menyenangkan? Apa alasanmu?

SC4 : Ya, karena mudah dimengerti.

P : Materi apa yang paling kamu sukai di pelajaran IPA? Apa alasanmu?

SC5 : Organ tubuh manusia, benda dan sifatnya.

P : Apakah dengan menggunakan metode inkuiri/percobaan dapat membantu kamu dalam belajar IPA? Apa

alasanmu?

SC6 : Ya, karena mudah dimengerti

P : Apakah kamu merasa bosan ketika melakukan percobaan? Apa alasanmu?

SC7 : Tidak bosan, karena melakukan percobaan

menyenangkan.

Menyenangkan (SC7)

P : Apakah kamu merasa mendapatkan pengetahuan baru dalam mengenal kekuatan benang berdasarkan jenis bahannya dengan menggunakan metode

inkuiri/percobaan?

SC8 : Ya. Pengetahuan baru (SC8) P : Bagaimana pendapatmu ketika pembelajaran

menggunakan metode inkuiri/percobaan?

SC9 : Senang, karena mudah dilakukan. Menyenangkan (SC9) P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 3a dengan

mudah?

SC10 : Tidak, karena agak bingung. Membingungkan (SC10) P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 3b dengan

mudah?

SC11 : Tidak, karena agak bingung. Membingungkan (SC11) P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 4 dengan

mudah?

SC12 : Tidak, karena agak bingung. Membingungkan (SC12) P : Bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan posttest

I?

SC13 : Sulit, karena soal yang dikerjakan susah. Sulit (SC13) P : Bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan posttest

II?


(2)

4.11.2 Transkrip Wawancara Guru

Keterangan G1 = jawaban guru baris ke 1

G1-G4

Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Oktober 2015

Wawancara I Keterangan P : Apakah metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA

sebelum penerapan metode inkuiri?

G1 : Diskusi, pengamatan, mencongak, dan ceramah. P : Apakah Bapak pernah menerapkan / mengamati

pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri?

G2 : Pernah. Pengalaman sebelumnya (G2)

P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri?

G3 : Sangat diminati siswa, memudahkan siswa memahami materi, siswa menjadi aktif berdiskusi, tetapi membutuh alokasi waktu yang banyak.

Berminat, aktif (G3)

P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri di kelas eksperimen?

G4 : Pembelajaran menarik bagi siswa, anak memahami materi dengan cepat, butuh penguasaan kelas yang baik agar langkah dan tujuan pembelajaran sesuai rencana.

Menarik (G4)

P : Bagaimana pendapat Bapak dengan pembelajaran di kelas kontrol yang hanya menggunakan metode ceramah? G4 : Anak kurang bersemangat, siswa cenderung bosan dan

pemahaman anak terhadap materi dangkal atau mudah lupa.

Kurang bersemangat, bosan (G5)


(3)

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran

5.1.1 Kelompok Kontrol


(4)

5.1.2 Kelompok Eksperimen


(5)

(6)

CURRICULUM VITAE

Stepani Ni Made Dwijayanti merupakan anak kedua dari

pasangan Filipus I Wayan Lipus dan Victoria Ni Wayan

Astuti. Lahir di Padang Tawang pada tanggal 10 Januari

1994. Pendidikan awal dimulai dari TK Katolik Thomas

Aquino Tuka, Badung, Bali tahun 1999-2000. Pendidikan

dilanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Katolik Thomas

Aquino Tuka, Badung, Bali pada tahun 2000-2006. Penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

Katolik Thomas Aquino Padang Tawang, Badung, Bali pada tahun 2006 dan lulus

pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

Katolik Thomas Aquino Tangeb, Mengwi, Badung, Bali pada tahun 2009 dan

lulus pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma pada tahun 2012.

Berikut ini daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa

Universitas Sanata Dharma.

No Nama Kegiatan Tahun Peran 1 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I 2013 Peserta 2 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa II 2013 Peserta 3 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2015 Peserta 4 English Club 2012 Peserta 5 Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) 2013 Peserta 6 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2012 Peserta 7 Inisiasi Sanata Dharma (Insadha) 2012 Peserta 8 Week-end Moral 2013 Peserta 9 Parade Gamelan Anak 2012 se- DIY 2012 Dampok 10 Kuliah Umum dengan tema: “Diseminasi Hasil Magang Dosen:

Curriculum Cambridge” 2014 Peserta

11 Seminar Generale: “Family Problems and Children’s

Motivation to Learn”. 2014 Peserta

12 UNA Seminar and Workshop On Anti Bias Curriculum and Teaching

2012 Peserta

13 Seminar Bedah Buku Spiritual Guru Kristiani “ROH SANG


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 2 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 2 198

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 2 151

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 170

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

0 1 143

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

0 0 149

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta - USD Repository

0 0 141

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 168