KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2017 - Test Repository

  

KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH

DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh

LU’LUK SUROYA

NIM 11113301

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

2017

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

  : Lu’luk Suroya NIM : 11113301 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Selain itu, saya tidak keberatan jika naskah skripsi ini dipublikasikan.

  Salatiga, 15 Maret 2017 Yang menyatakan,

  Lu’luk Suroya

  NIM 11113301

  

MOTTO

“KEBERHASILAN TIDAK AKAN DATANG TANPA USAHA”

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua (M.Yasin Ridho dan Tasmiyatun) yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, memberikan bimbingan dan doa yang tidak pernah henti untuk anak-anaknya. Kakak (M. Faqihuddin Lutfi) yang selalu memotivasiku. Kerabat (Pakde Dalali, Mbokde Harmini, Mas Rowi, Mas Sodiq dan Mas Rofik) yang selalu menyokongku untuk terus bersabar dan berusaha.

  Teman seperjuangan (Mbak Fatikhatus Sakdiyah) yang setia berbagi motivasi maupun pengalaman.

  Keluarga besar Pondok Pesantren Samsun Muchana Bringin yang banyak memberiku tempaan diri.

  Keluarga besar MTs NU Aswaja Tengaran dan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi yang banyak memberiku pengalaman.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang diterima dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Dengan berakhirnya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga, 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

  4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  5. Bapak Dr. Sa’adi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang senantiasa membimbing dan memotivasi untuk menjadi yang terbaik.

  6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu proses penyusunan Skripsi.

  7. Ayah, ibu, keluarga dan teman-teman yang telah berkontribusi selama masa

  8. Keluarga besar MTs ASWAJA Tengaran yang bersedia membantu dan berbagi informasi sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

  9. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikhandi IAIN Salatiga yang telah menjadi media menempa diri.

  10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

  Harapan peulis, semoga amal baik yangtelah dibeikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 15 Maret 2017 Penulis

  

ABSTRAK

  Soraya, Lu’luk. 2017. Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung

  Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.pd.

  

Kata Kunci: Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung Pendidikan

  Kepramukaan Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja

  Tengaran tahun 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?, (2) Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? Dan (3) Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

  Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrakurikuler pramuka sudah ada sejak awal berdirinya MTS NU Aswaja Tengaran sebagai salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia. Selain itu, adanya peraturan baru berupa Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan menjadi salah satu alasan adanya kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran. Dengan adanya peraturan tersebut, pihak sekolah dapat menjalankan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dengan lebih baik.

  Setelah dilakukan analisis data penelitian, terdapat kesimpulan bahwa Kepala madrasah mendukung adanya pendidikan kepramukaan dengan cara mewajibkan ekstrakurikuler pramuka bagi semua peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran setiap hari sabtu jam 14.00 WIB, kecuali kelas IX semester genap. Kepala madrasah mendukung pendidikan kepramukaan karena adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014, kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh positif dan terdapat keselarasan diantara pendidikan kepramukaan dan pendidikan agama Islam, yaitu memiliki peran dalam pendidikan karakter peserta didik. Hasil dari kebijakan tersebut yaitu ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter yang berakhlak mulia peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di MTs NU Aswaja Tengaran dan banyak prestasi yang diperoleh dari pramuka.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................. 12 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 13 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 14 F. Metode Penelitian ........................................................................... 16 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 20 BAB II KAJIAN TEORI A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah .......................... 22 B. Gerakan Pramuka ........................................................................... 26 C. Kajian Pustaka yang Relevan ......................................................... 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan ...................................................................... 59 B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 60 C. Teknik Analisis Data ...................................................................... 65 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian .............................................................................. 67 1. Gambaran umum Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran .......... 67 Gambaran umum MTs NU Aswaja Tengaran .......................... 68 3. Perolehan Data ........................................................................ 71 B. Analisis Data .................................................................................. 80

  1. Fakta di lapangan .................................................................... 80 2.

  Interpretasi data ....................................................................... 81

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 85 B. Saran ................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

1.

Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kepedidikan MTs NU Aswaja Tengaran ......... 69 2.Tabel 4.2 Daftar Peserta Didik MTs NU Aswaja Tengaran .................... 70

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup ..................................................

  89 Lampiran II Pedoman Wawancara ...................................................

  90 Lampiran III Salinan Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 ...............

  92 Lampiran IV Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kwartir Nasional Geraka Pramuka ............................................

  96 Lampiran V Surat Tugas pembimbing skripsi ................................... 100 Lampiran VI Surat Izin Penelitian .................................................... 101 Lampiran VII Surat Keterangan Penelitian .......................................... 103 Lampiran VIII Lembar Konsultasi Skripsi ........................................... 104 Lampiran IX Daftar Nilai SKK ........................................................ 106 Lampiran X Power Point Skripsi .................................................... 109

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hidupnya, seseorang tidak dapat lepas dari pendidikan. Pendidikan sendiri mempunyai beragam makna. Di satu sisi, pendidikan

  dipandang sebagai investasi atau tabungan masa depan seseorang. Di sisi lain pendidikan dipandang sebagai proses untuk menjadikan seseorang sebagai warga yang baik. Bahkan, ada juga yang menganggap pendidikan sebagai adanya penguasaan pelajaran tertentu, seperti Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hal itu dikarenakan cara memberikan makna terhadap pendidikan itu sendiri antara individu satu dengan individu lainnya berbeda-beda. Salah satu pengertian pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (2005: 3) tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 bahwa:

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Jumali dkk (2008: 16-20) menjelaskan bahwa pemahaman mengenai pendidikan sangat penting. Sebab, selama ini di samping istilah pendidikan seringkali dibuat rancu dengan pembelajaran di sekolah, pendidikan sendiri sebagai suatu aktivitas ternyata memiliki indikator khusus yang harus dicapai, sehingga tidak sembarang kegiatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan formal yang melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, bahkan administrasi yang memproses siswa menjadi lebih bertambah baik, baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun kepribadiannya.

  Proses pendidikan dapat dilakukan di mana saja, seperti di dalam lingkup keluarga, lingkup sekolah maupun di dalam lingkup masyarakat luas.

  Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat, tidak dapat dihindari. Karena, jika pemerintah dan masyarakat tidak saling bekerja sama dan mendukung, penyelenggaraan pendidikan akan sulit untuk dilakukan. Selain itu, Kaswardi (1993: 75) menjelaskan bahwa hubungan antara sekolah dengan lingkungan masyarakat di mana siswa tersebut hidup sehari-hari tidak boleh diabaikan.

  Proses pendidikan nilai merupakan proses interaksi yang terus menerus antara subyek pendidikan, baik peserta didik (siswa) dengan pendidik, maupun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Beberapa program khusus memang membantu dan perlu, dan akan lebih baik lagi jika siswa dibantu mengadakan refleksi atas pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri (Kaswardi, 1993: 75).

  Tujuan pendidikan ada beberapa macam. Seperti pendapat Kartini Kartono dalam Abd. Rohman Abdullah (2002: 41) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bermacam-macam sesuai dengan yang dikehendaki, antara lain dalam rangka menjadikan manusia utama dan bijaksana menjadi hidup sejahtera dan bahagia.

  Sebagian besar alokasi waktu Pendidikan di sekolah yang dimiliki seseorang dapat difungsikan sebagai sarana efektif dalam membentuk pribadi yang berkarakter. Jumali dkk (2008: 33-34) menjelaskan bahwa pendidikan sekolah dengan aturan ketat dan administrasi yang lengkap akan mengarahkan situasi yang sangat memungkinkan terbentuknya pribadi melalui ajaran-ajaran serta perlakuan psikologis ketika anak hidup di lingkungan lembaga pendidikan.

  Pendidikan karakter sekolah yang teratur dan berkelanjutan akan membuka peluang lebar dalam membentuk watak anak didik. Pemaknaan pendidikan sebagai fungsi pembentukan pribadi lebih banyak dianut oleh kalangan humanis, yaitu kalangan yang memandang pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.

  Namun, kenyataan yang ada sekarang berbeda. Beberapa tahun terakhir, siswa di usia remaja tidak sedikit yang terjerumus ke arah pergaulan negatif.

  Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal-hal negatif seperti narkoba, pergaulan bebas dan pornografi pun menjadi akrab di kalangan siswa. Misalnya, berita yang terdapat dalam koran Suara Merdeka yang mengungkapkan bahwa tindak kriminalitas oleh kawanan begal kembali merebak dan mencemaskan masyarakat kota Semarang. Yang memprihatinkan, diantara pelaku berusia belasan tahun. Usia remaja yang seharusnya dimanfaatkan mengasah potensi untuk masa depan justru

  M. Sastrapatedja berpendapat dalam Kaswardi (1993: 4-5) bahwa suatu nilai menjadi pegangan seseorang, suatu norma dan prinsip hidup seseorang.

  Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari tekanan apapun baik tekanan yang jelas maupun tekanan yang terselubung dari orang-orang yang dicintainya. Situasi tempat atau lingkungan, hukum dan peraturan dalam masyarakat,bisa memaksakan suatu nilai pada seseorang, yang sebenarnya tidak disukainya. Setiap orang mengalami betapa sulitnya membentuk nilai, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Seringkali situasi di mana kita bekerja, belajar maupun bergaul dalam masyarakat menuntut seseorang untuk berbuat sesuatu yang bukan menjadi keyakinannya sendiri, misal adanya kewajiban menghargai perbedaan pendapat dalam kehidupan sehari-hari.

  Perubahan keadaan baik sosial, ekonomi, budaya, perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi, membawa serta perubahan-perubahan pada cara berfikir, cara menilai bahkan cara menghargai hidup, misalnya cara mengagumi dan bersyukur atas ciptaan Allah Swt. Suatu nilai seharusnya dipilih secara bebas melalui pertimbangan bermanfaat atau tidaknya nilai tersebut. Namun, di kalangan usia remaja saat ini tidak banyak yang berkeinginan untuk membuat pertimbangan tersebut. Salah satunya dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang banyak mengandung nilai positif sering dipandang dari sisi tidak baik atau negatif. Misalnya, banyak yang bahkan menyita waktu luang untuk bermain dengan teman-temannya.

  Pembentukan karakter siswa memang tidak mudah dilakukan. Pihak MTs NU Aswaja Tengaran mengupayakan hal tersebut dengan memperbaiki sistem pengajaran, guru dan juga siswa. Upaya tersebut dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai pramuka melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pendidikan kepramukaan dinilai mengandung banyak nilai positif yang dapat digunakan dalam pembentukan karakter. Dalam Gerakan Pramuka (2014: 17-18) disebutkan bahwa nilai kepramukaan mencakup: 1.

  Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  2. Kecintaan pada alam dan sesama manusia.

  3. Kecintaan pada tanah air dan bangsa.

  4. Kedisiplinan, keberanian dan kesetiaan.

  5. Tolong menolong 6.

  Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

  7. Jernih dalam berfikir, berkata dan berbuat.

  8. Hemat, cermat dan bersahaja.

  9. Rajin, terampil dan gembira.

  10. Patuh dan suka bermusyawarah.

  Pendidikan kepramukaan diselesaikan melalui syarat kecakapan umum, syarat kecakapan khusus dan syarat gerakan pramuka. Selain itu, ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib pada sekolah dasar dan sekolah menegah. tantangan untuk mengelola berbagai macam tugas sementara waktunya terbatas. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang kepala madrasah dihadapkan dengan para guru, staf dan siswa dengan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dituntut untuk dapat bertindak bijaksana tanpa ada pihak yang merasa dianaktirikan.

  Stronge, Richard dan Catano (2013: 139) menyebutkan bahwa kepala sekolah/madrasah yang efektif akan memberikan kesempatan pengembangan profesional bagi para guru dan dirinya sendiri termasuk siswa dengan mempelajari bagaimana penggunaan data untuk memodifikasi pengajaran, dan untuk mengambil keputusan-keputusan sekolah lainnya, termasuk pemberlakuan ekstrakurikuler. Wahjosumidjo (1999: 341) menyebutkan bahwa tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler disamping untuk mempertajam program kurikuler, sekaligus untuk meningkatkan nilai-nilai kepribadian, moralitas, budi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara para siswa.

  Sekolah/madrasah merupakan lembaga pendidikan formal tempat proses belajar mengajar berlangsung. Banyak hal yang terjadi di dalam sekolah, diantaranya yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi guru dengan guru, bahkan tata administrasi baik kurikulum, keuangan maupun lainnya. Hal tersebut mempunyai pengaruh dalam pembentukan karakter siswa.

  Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi anak yang dilaksanakan di luar pendidikan keluarga dengan menggunakan prinsip dasar pendidikan kepramukaan dan metode pendidikan kepramukaan, dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur (Gerakan Pramuka, 2014: 19).

  Dalam pendidikan kepramukaan tersebut, siswa diarahkan untuk menjadi pribadi yang aktif, disiplin dan mandiri. Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh baik dari segi fisik, intelektual, keterampilan, atau sosial, terutama sebagai anggota masyarakat.

  Kaswardi (1993: 74) menjelaskan bahwa sekolah/madrasah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan rohani seseorang, meneruskan warisan budaya dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai pendidikan. Di samping tugas lainnya yaitu mempersiapkan seseorang untuk penghidupan atau mata pencaharian di masa depan.

  Banyak hal untuk bisa meningkatkan karakter seseorang, baik itu melalui pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. Ada beberapa sifat pendidikan, yaitu Pendidikan yang bersifat permainan, pendidikan yang bersifat pengajaran materi, maupun pendidikan yang bersifat keduanya yaitu permainan dan juga pengajaran materi. Seperti halnya pendidikan kepramukaan yang bersifat permainan dan pengajaran sebaagainya.

  Pendidikan kepramukaan sangat berkaitan dengan proses peningkatan karakter seorang siswa. Hal itu dikarenakan dalam gerakan pramuka terdapat sepuluh tiang penyangga yang dijadikan pondasi atau landasan dalam menjalankan kegiatan pramuka tersebut. Kesepuluh tiang tersebut dikenal dengan istilah Dharma Pramuka yang merupakan ketentuan moral pramuka (Gerakan Pramuka, 2014: 33). Proses pendidikan kepramukaan merupakan jalur bagi individu atau seseorang dalam mengembangkan dirinya. Hal tersebut selaras dengan tujuan gerakan pramuka, yaitu untuk menjadikan seseorang menjadi pribadi yang berkarakter.

  Cakupan pendidikan kepramukaan sangat luas. Seperti penjelasan pada kalimat sebelumnya, bahwa pendidikan kepramukaan selain berisi permainan seperti bernyanyi bersama dan tepuk-tepuk, juga berisi pengajaran materi seperti melatih diri sendiri untuk mengerti dan memahami bagaimana cara memposisikan diri dalam lingkungan atau keadaan apapun dan di manapun. Oleh karena itu, pendidikan kepramukaan tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi sesama.

  MTs NU Aswaja Tengaran yang berlatarbelakang Islam tidak hanya memiiki satu atau dua macam ekstrakurikuler siswa saja, akan tetapi ada lima ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran menjadi satu-satunya ekstrakurikuler yang peminatnya paling banyak dibandingan dengan ekstrakurikuler yang lainnya. Karena, kegiatan yang ada di MTs NU Aswaja Tengaran.

  Berdasarkan Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang di dalamnya memuat anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa Gerakan Kapanduan Nasional yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kaum muda sebagai potensi bangsa dalam menjaga kelansungan bangsa dan negara mempunyai kewajiban melanjutkan perjuangan bersama-sama orang dewasa berdasarkan kemitraan yang bertanggung jawab (Nugraha, tt: 108

  • – 109). Dari keputusan tersebut dapat diketahui bahwa kaum muda, termasuk para siswa usia remaja sebagai pondasi dan potensi mempunyai kewajiban untuk memajukan bangsa dan negaranya. Dalam memajukan bangsa dan negaranya, seorang siswa dapat melakukanya melalui pembenahan karakter diri sendiri. Pembenahan karakter tersebut selain dapat dilakukan melalui pendidikan pada jam sekolah, juga dapat dilakukan di luar jam sekolah, salah satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Seorang siswa yang berkarakter diharapkan mampu mewujudkan generasi sekolah, masyarakat bangsa dan negara.

  Dalam kegiatan ekstrakurikuler pasti terdapat perbedaan dalam menyikapi suatu pendapat yang terlontar. Kekeliruan pemahaman yang sering terjadi akibat dari karakter seperti toleransi atau saling menghargai pada diri manusia merupakan adab mulia dalam Islam, selama tidak ada sangkut pautnya dengan agama. seperti Firman Allah Swt dalam Q.S Yunus ayat 11:

  

             

                

  

“40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan

di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya.

Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41.

jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan

bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan

dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan."

  Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang sikap dalam berbeda pendapat dengan orang lain. Saat kita meyakini kebenaran suatu pendapat yang bersifat prinsip, kita diperbolehkan untuk berbeda pendapat dan tetap menghargai pendapat orang lain. Dalam sebuah perkumpulan, sebagai individu, seseorang dianjurkan untuk saling toleransi atau menghargai maupun menerima pendapat orang lain. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya, yaitu membuat suasana perkumpulan mejadi kurang nyaman atau bahkan tidak nyaman.

  Berkaitan dengan penjelasan di atas, eksistensi gerakan pramuka dalam meluruskan dan membentuk karakter siswa di nilai penting oleh pihak madrasah. Sebagai seorang siswa, pastinya juga harus mentaaati peraturan- peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak madrasah. Peraturan-peraturan tersebut dibuat bertujuan untuk menumbuh kembangan seseorang ke arah yang lebih baik lagi. Peraturan dibuat untuk menahan perbuatan-perbuatan yang kurang menyenangkan atau perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi dirinya sendiri ataupun sebuah lembaga di mana ia berada. Dengan adanya peraturan, terkadang membuat seseorang merasa jenuh atau merasa frustasi dengan keadaan yang dialami. Namun, hal tersebut tidak akan dirasakan lagi ketika seseorang tersebut sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada.

  Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang terencana dan diambil oleh pemimpin madrasah tempat proses belajar mengajar berlangsung melalui musyawarah bersama dengan guru maupun wali siswa. Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan atau target di dalam dunia pendidikan.

  Salah satu peraturan yang digunakan pihak madrasah dalam menerapkan ekstrakurikuler Pramuka yaitu Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) nomor 63 tahun 2014 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 merupakan suatu keputusan yang didalamnya membahas tentang pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan, dalam menentukan suatu kebijakan perlu mempertimbangkan segala aspek, seperti guru, siswa maupun kurikulum yang sedang berjalan. menuntun manusia ke arah yang lebih baik. Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui pengembangan diri seseorang. Pendidikan kepramukaan sebagai salah satu pendidikan formal yang dilaksanakan di luar waktu sekolah biasa disebut ekstrakurikuler memiliki peran yang cukup penting. Kegiatan kepramukaan sebagai proses pendidikan harus merupakan kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat dinilai dari segi pendidikan dan kejiwaan (Gerakan Pramuka, 1983: 21).

  Berdasarkan dari uraian tersebut, terdapat upaya dari pihak madrasah dalam memperbaiki karakter siswa melalui pendidikan kepramukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengajukan penelittian tentang “KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN TAHUN 2017

  ” B.

   Fokus Penelitian

  Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian sehingga mendapatkan hasil yang sesuai. Sejalan dengan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini yaitu: 1.

  Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? 2. Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan

  Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? 3. Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung

C. Tujuan Penelitian

  Sejalan dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.

  2. Untuk mengetahui alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.

  3. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.

D. Kegunaan Penelitian

  Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat, diantaranya yaitu:

  1. Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk menghadapi tantangan zaman. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat membentuk individu yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.

  2. Praktis a.

  Bagi pihak sekolah Penelitian ini akan membantu pihak sekolah dalam mengetahui dan menemukan sebuah pola kebijakan kepala sekolah dalam menyikapi keputusan atau peraturan dari pihak pusat pemerintahan. Hal tersebut menjadi acuan dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan tersebut dikemas dalam konsep pendidikan kepramukaan yang berada di dalam suatu lembaga pendidikan.

  b.

  Bagi peneliti Penelitian ini akan membantu peneliti dalam menambah wawasan keilmuan dan mengetahui pola kebijakan kepala sekolah dalam menyikapi Permendikbud Nomor 3 Tahun 2014 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 tentang pendidikan kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.

E. Penegasan Istilah 1. Kebijakan Kepala Madrasah

  Kebijakan merupakan suatu tindakan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kepala madrasah merupakan guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar dan interaksi antar sesama guru maupun dengan siswa. diambil oleh Kepala Sekolah tempat proses belajar mengajar berlangsung. Kebijakan tersebut diputuskan melalui kesepakatan bersama antara kepala sekolah dengan tenaga pendidik yang ada disekolah tersebut.

  Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik di dalam dunia pendidikan.

2. Pendidikan Kepramukaan

  Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Sedangkan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah keterampilan siswa guna mendukung pendidikan karakter siswa. Dalam Setyawan (2009: 119) ditegaskan oleh Bapak Pandu Indonesia, Sri Sultan Hamengku Bowono IX dalam World Scout Conference yang ke-23 di Tokyo tahun 1970 bahwa ikut sertanya pramuka-pramuka dalam kegiatan pembangunan bangsa adalah syarat mutlak demi kelanjutan hidup kepramukaan sebagai organisasi dunia. Kita dapat tetap taat pada dasar prinsip-prinsip moral Kepramukaan, tetapi kita harus memperbaharui acara-acara kegiatan kepramukaan yang

  Jadi, pendidikan kepramukaan Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sebuah penelitian tidak dapat terlepas dari adanya pendekatan.

  Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam Soejono dan Abdurrahman (2005: 29) Nasution mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan responden, dokumen dan lain-lain. Selain itu, pendekatan ini juga tidak didominasi angka sebagaimana yang ada di dalam penelitian kuantitatif.

  Sedangkan jenis penelitian di sini peneliti menggunakan jenis penelitian grounded theory. Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, penggalian data dilakukan melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi.

2. Kehadiran Peneliti

  Kehadiran peneliti di sini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data secara langsung. Instrumen selain manusia dapat pula sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

  3. Lokasi Penelitian

  Penelitian akan dilaksanakan di MTs NU Aswaja Tengaran yang terletak di Jl. Masjid Besar no. 32 Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupeten Semarang.

  4. Sumber Data

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil Wawancara dengan pihak lembaga pendidikan yang meliputi kepala madrasah, kurikulum, kesiswaan, guru pramuka dan siswa di MTs NU Aswaja Tengaran serta studi dokumen.

  5. Prosedur Pengumpulan Data

  Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka digunakan prosedur pengumpulan data, yaitu:

a. Wawancara

  Prosedur ini digunakan peneliti untuk menggali informasi yang berkaitan dengan judul penelitian secara langsung dengan sistem melalui tanya jawab. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancara (Fathoni, 2011: 105). ada dua macam pedoman wawancara:

  1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancara sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian kasus.

  2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur. Mula-mula peneliti mengajuka serangkaian pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu pertanyaan diperdalam untuk menggali keterangan lebih lanjut.

b. Observasi

  Prosedur ini digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan secara langsung di MTs NU Aswa Tengaran berkaitan dengan judul penelitian. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai pencatatan- pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011: 104).

  Menurut Suparmoko (1998: 68) observasi yaitu cara yang dilakukan peneliti hanya dengan mencatat apa yang dilihat atau disaksikan. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 272) mencatat data pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Oleh karena itu, prosedur ini mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

  Prosedur observasi sangat bermanfaat bagi peneliti. Dalam Lexy J. Moleong (1988: 175) Guba dan Lincoln mengemukakan manfaat observasi atau pengamatan yaitu observasi sebagai mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan.

c. Studi Dokumentasi

  Prosedur ini digunakan peneliti untuk menelusuri atau mengkaji data-data literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.

  Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

6. Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, ketika di lapangan dan setelah memasuki lapangan.

  Namun, dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Peneliti melakukan analisis data awal yang diperoleh untuk menentukan fokus penelitian yang bersifat sementara. Analisis data dilakukan kembali setelah kesimpulan.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data penting untuk dilakukan oleh peneliti.

  Pengecekan tersebut dilakukan ketika mendapatkan data awal dan setiap mendapatkan data tambahan.

  8. Tahap-Tahap Penelitian

  Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari proses mencari data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dan disusun secara sistematis.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mengetahui sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini, maka peneliti menyusunnya seperti sistematika berikut:

  BAB I

  merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II merupakan bab kajian teori yang terdiri atas tugas dan kompetensi kepala sekolah dan Gerakan Pramuka. BAB III merupakan bab metode penelitian yang terdiri jenis dan pendekatan

  penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam menggali data tentang MTs NU Aswaja Tengaran, konsep pembelajaran kepramukaan dan kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU

  

BAB IV merupakan bab hasil dan analisis data penelitian mengenai

  kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.

  BAB V merupakan bab penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN TEORI Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau

  penjelasan tentang teori yang dipakai untuk menguatkan penelitian itu sendiri dan menghormati peneli-peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan tentang kajian teori yang digunakan dalam penelitian, baik itu yang berupa hasil dari pemikiran para ahli, kajian penelitian-penelitian yang sebelumnya, maupun kesimpulan kajian oleh peneliti sendiri.

A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah 1.

  Pengertian Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”.

  Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran (Wahjosumidjo, 1999: 83).

  Dengan demikian kepala sekolah/madrasah dapat didefinisikan sebagai seorang guru yang mendapatkan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah, tempat di mana proses belajar mengajar diselenggarakan atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan siswa yang menerima pelajaran.

  Menurut Maya H (2012: 258-259) ada beberapa kemampuan yang a.

  Memikul tanggung jawab yang besar. b.

  Menerapkan keterampilan-keterampilan yangbersifat konseptual dan manusiawi.

  c.

  Memotivasi para guru dan stafnya untuk bekerjasama secara sukarela dalam mencapai tujuan madrasah.

  d.

  Memahami dampak dari perubahan sosial, ekonomi, politik dan pendidikan di lingkungan sekolah.

2. Tugas kepala sekolah Seorang pemimpin seperti kepala sekolah tentu memiliki tugas.

  Pidarta (2011: 1-4) menjelaskan tugas kepala sekolah sebagai berikut: a.

  Sebagai manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan sekolahnya.

  b.

  Sebagai administrator, yaitu kepala sekolah bertugas mengawasi jalannya sistem pengajaran, kesiswaan, keuangan, hubungan dengan masyarakat serta sarana dan prasarana sekolahnya.

  c.

  Sebagai motor hubungan sekolah dengan masyarakat, karena kepala sekolah yang paling berkepentingan dan paling tahu masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah, sehingga bertugas memaksimal kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.

  d.

  Sebagai pemimin, yaitu kepala sekolah bertugas memimpin sekolahnya.

  e.

  Sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah bertugas membina para guru

  3. Kompetensi kepala sekolah Maya H (2012: 259-260) menuliskan di dalam bukunya bahwa

  Diknas merinci Undang Undang Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu sebagai berikut: a.

  Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.

  b.

  Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

  c.

  Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pimpinan sekolah/madrasah.

  d.

  Pantang menyerah dan selalu mmencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

  e.

  Memilikinaluri kewirausahaan dalam megelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

  4. Fungsi kepala sekolah Kepala sekolah berfungsi sebagai penanggung jawab tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Wahjosumidjo (1999:

  433-445) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kepala sekolah berhasil memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan sekolah dikarenakan faktor kekuatan atau potensi yang berupa: a.

  Kewibawaan (power) Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah. Kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi orang lain, bahkan menggerakkan dan memberdayakan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah.

  b.

  Sifat-sifat dan keterampilan Sifat-sifat atau kualitas pribadi kepala sekolah dapat tercermin dari aspek-aspek fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik meliputi tinggi badan, penampilan dan tingkat energi. Sedangkan psikis atau kepribadiannya meliputi harga diri, pengaruh dan kemantapan emosi.

  Selanjutnya keterampilan meliputi kecerdasan, kelancaran berbicara, keaslian dan wawasan kemasyarakatan.

  c.

  Perilaku (behaviour) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para pakar, melalui analisis aktual kepemimpinan, memberikan kesimpulan bahwa tingkah laku atau perilaku yang dilakukan oleh para pemimpin dalam memberdayakan sumber daya suatu organisasi lebih dekat hubungannya dengan proses kepemimpinan. Tentunya perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan adalah kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menyeimbangkan antara d.

  Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan tingkat kelenturan kepemimpinan seorang kepala sekolah yang di dalamnya berkumpul atau bekerjasama antar SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga SDM yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, tenaga administratif dan para siswa, tujuan organisasi, sarana dan fasilitas, prosedur dan tata kerja, waktu, tempat dan sebagainya dapat diberdayagunakan dalam mencapai tujuan sekolah.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KETELADANAN ORANG TUA DALAM IBADAH TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH (STUDI KASUS PADA SISWA MUSLIM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008) - Test Repository

0 1 99

UPAYA-UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU DI MTS ASSALAFI SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

0 2 118

HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

0 1 125

DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository

0 0 133

ANALISIS MARGIN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MANFAAT DI BMT TARUNA SEJAHTERA TENGARAN KAB. SEMARANG - Test Repository

0 5 117

ANALISIS MARGIN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MANFAAT DI BMT TARUNA SEJAHTERA TENGARAN KAB. SEMARANG - Test Repository

0 0 117

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 - Test Repository

0 0 129

PENGARUH TINGKATKEDISIPLINAN BELAJAR DI MADRASAH DINIYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA DI MI NURUL ULUM GADING DS. DUREN KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 1 100

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 1 110

IMPLEMENTASI TAKSONOMI BLOOM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI ASYAFI’IYYAH DESA JATIREJO, SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2017 - Test Repository

0 1 111