MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR SKRIPSI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB
MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK
LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Santri Ferbistina Dor
NIM: 071124035
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus & Bunda Maria,
Orangtuaku (Isidorus Rihi Manno & Ibu Dorkas Ndakunau),
adik-adikku,
Kekasihku (Arnoldus Dodi Misa)
Pengurus Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
para OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku.”
(Flp 4:13)
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG
SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI
KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO
FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS,
WAINGAPU, SUMBA TIMUR”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan
kurangnya pemahaman kaum muda mengenai makna pacaran yang sehat dan
bertanggung jawab dalam membangun keluarga Kritiani yang ideal. Kaum muda,
yang kurang memahami makna pacaran, dapat mengalami berbagai masalah
misalnya, seks bebas, hamil di luar nikah, menikah terlalu dini, dll. Hal ini
membawa dampak negatif bagi masa depan pasangan muda dan keluarga yang
bersangkutan dan masyarakat.
Berdasarkan keprihatinan-keprihatinan diatas, penulis melalui penelitian di
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur, ingin memberi wacana dan informasi tentang pacaran
yang sehat dan bertanggung jawab sehingga memperoleh gambaran kaum muda
Katolik yang sedang berpacaran dengan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi beserta upaya kaum muda dalam memahami makna pacaran dan
gambaran mengenai keluarga kristiani yang ideal.
Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Pacaran adalah usaha
untuk memadukan dua pribadi yang berbeda agar terjadi saling kesinambungan,
kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku dan
keseluruhan hidup. Berpacaran tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling
berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling
membantu. Dengan begitu pasangan muda yang sedang berpacaran sungguhsungguh dan serius dalam menjalani relasi pacaran, sehingga berpacaran
mempunyai arah dan tujuan yang jelas untuk membangun keluarga Kristiani yang
ideal. Usulan program katekese dengan tema umum pacaran sebagai persiapan
perkawinan dan tema satunya makna cinta yang sejati. Dari tema satu yang dibuat
dalam satuan pendampingan. Dalam rangka ini kaum muda membutuhkan
pendampingan, melalui katekese sebagai upaya untuk membantu OMK
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan
bertanggung jawab.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is “UNDERSTANDING THE MEANING OF
HEALTHY AND RESPONSIBLE COURTSHIP THROUGH CATECHESIS
AMONG CATHOLIC YOUTH OF SAINT FRANCIS XAVIER, KAMBANIRU,
PARISH OF THE REEDEMER, WAINGAPU, EAST SUMBA”. The title is
chosen based on the writer’s concern of the lack of understanding among youth
about healthy and responsible courtship in setting up ideal Christian family.
Youth, who have minimum knowledge about courtship, may experience some
problems such as free sex, unwanted pregnancy, early marriage and so on. These
problems bring negative effect toward young couple and their family as well as
their community.
Based on the mentioned concern, the writer, through research in Saint
Francis Xavier, Kambaniru, Parish of The Reedemer, Waingapu, East Sumba,
wants to share the discourse and information about the healthy and responsible
courtship. It obtains images of Catholic youth with courtship and their problem,
along with the effort to understand the meaning of courtship and images of ideal
Christian family.
According to the concern above, writer, through research in Saint Francis
Xavier, Kambaniru, Parish of The Reedemer, Waingapu, East Sumba, want to
share discourse and information about the healthy and responsible courtship. It
obtains images of Catholic youth with courtship and their problem, along with the
effort to understand the meaning of courtship and images of ideal Christian
family. Courtship is a stage before engagement. Courtship is an effort to bind two
different persons to obtain continuity, congeniality of heart, mind and desire,
aspiration, behavior and the whole life. Courtship is not merely a relationship,
interaction, sharing of feeling and thought, or supporting and helping. Therefore,
young couple with serious and truly courtship can have the same direction to
reach their goal to have an ideal Christian family. The writer proposes Catechesis
program with courtship as a preparation for marriage as its main theme and the
meaning of true love as the secondary theme. To realize this program, the youth
needs mentoring, through Catechesis as an effort to help OMK of Saint Francis
Xavier, Kambaniru, Parish of The Redeemer, Waingapu, East Sumba to have
healthy and responsible courtship.
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian kepada Tuhan karena keagungan cinta-Nya yang telah
penulis terima, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“MEMAHAMI
MAKNA
PACARAN
YANG
SEHAT
DAN
BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN
ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS
XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU,
SUMBA TIMUR”.
Penulisan skripsi ini sungguh telah menyerap perhatian, dorongan serta
bantuan dari orang-orang yang sungguh memiliki cinta. Oleh karena ini, secara
istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma, yang telah memberi dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama, yang selalu
memberi perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan
dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji kedua sekaligus
sebagai dosen pembimbing akademik, yang juga dengan sabar dan ketulusan
hati telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang dengan
penuh kesabaran mendampingi penulis terutama dalam proses penulisan
dalam skripsi ini.
5. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma, yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada
penulis.
6. Bapak Baru Gaspar selaku ketua Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
memberi dukungan sepenuhnya demi pemahaman OMK (Orang Muda
Katolik) akan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
7. Keluarga tercinta: Bapak Isidorus Rihi Manno, Ibu Dorkas Ndakunau, adikadik tercinta Theresia Vebriyanti Derita Dor, Imelda Tamu Ina Dor, Alfredus
Saputra Dor, Donatianus Dwiputra Dor, & Bruno Aditya Dor, yang selalu
dengan ketulusan hati mendoakan dan memberikan dukungan sepenuhnya
bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
8. Kekasihku (Arnoldus Dodi Misa), yang telah dengan setia mendampingi
penulis, dengan saran, perhatian serta cinta kasih yang selalu menguatkan
selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman OMK (Orang Muda Katolik) Lingkungan St. Fransiskus
Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang
telah membantu penulis dalam penelitian.
10. Teman-teman angkatan 2007, angkatan 2009 dan lintas angkatan yang telah
mendukung dan berdinamika bersama dalam suka dan duka sehingga
menciptakan keluarga besar IPPAK yang penuh dengan persaudaraan.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...............................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
3
C. Pembatasan Masalah...................................................................
4
D. Rumusan Masalah.......................................................................
4
E. Tujuan Penulisan ........................................................................
4
F. Manfaat Penulisan ......................................................................
5
G. Metode Penulisan .......................................................................
6
H. Sistematika Penulisan .................................................................
6
BAB II. MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN
BERTANGGUNG JAWAB BAGI KAUM MUDA
MENUJU KELUARGA KRISTIANI YANG IDEAL…………
8
A. Pengertian Kaum Muda ..............................................................
8
1. Kaum Muda ...........................................................................
8
2. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda ...................................
11
3. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Katolik ......................
13
B. Jenis-jenis Pacaran ......................................................................
xiii
15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Tahap-tahap Pacaran...................................................................
16
1. Tahap Perkenalan ...................................................................
17
2. Tahap Penjajakan ...................................................................
17
3. Tahap Pendekatan ..................................................................
18
4. Tahap Kesepakatan ................................................................
18
D. Tujuan Pacaran ...........................................................................
19
1. Ikatan Keintiman....................................................................
20
2. Ikatan Perhatian .....................................................................
20
3. Ikatan Kepercayaan................................................................
21
4. Ikatan Ketertarikan ................................................................
21
5. Ikatan Persahabatan ...............................................................
21
6. Ikatan Pengambilan Keputusan Bersama ..............................
22
E. Cinta dan Seksualitas Kaum Muda .............................................
22
1. Pengertian Cinta............. ........................................................
22
2. Cinta Agape, Philia, Storge, Eros dan Ephytymia .................
23
3. Cinta yang Dewasa ................................................................
24
a. Menerima Secara Utuh......................................................
25
b. Cinta Memperlakukan yang Lain sebagai Seorang
Pribadi ...............................................................................
25
c. Saling Membagi Rasa .......................................................
26
d. Menaruh Percaya...............................................................
26
e. Senang Bersama-sama ......................................................
26
f. Cinta Memberi Hidup .......................................................
27
g. Wajar dan Kreatif ..............................................................
27
F. Pengertian Seksualitas ................................................................
27
1. Pengertian Seksualitas ...........................................................
27
2. Seksualitas Kaum Muda ........................................................
29
a. Secara Biologis..................................................................
29
1) Pria................................................................................
29
2) Wanita ..........................................................................
30
b. Secara psikologis...............................................................
30
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1) Pria................................................................................
30
2) Wanita ..........................................................................
31
3. Moral Seksualitas ...................................................................
31
G. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani
yang Ideal ...................................................................................
32
1. Pengertian Keluarga pada Umumnya. ...................................
33
2. Pengertian Keluarga menurut Gereja Katolik .......................
34
a. Pengertian Keluarga menurut Kitab Suci..........................
34
1) Pengertian Keluarga menurut Kitab Kejadian 2 : 24 ...
34
2) Pengertian Keluarga menurut Injil Markus ..................
34
b. Pengertian Keluarga menurut Gaudium et Spes................
35
c. Pengertian Keluarga menurut Familiaris Consortio .........
36
3. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani
yang Ideal ...............................................................................
36
BAB III. SITUASI ORANG MUDA KATOLIK (OMK)
LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS,
KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU,
SUMBA TIMUR ..........................................................................
38
A. Gambaran Situasi Orang Muda Katolik di Lingkungan
St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur ..............................................................
39
1. Pembagian Basis ....................................................................
41
2. Jumlah Umat ..........................................................................
41
B. Penelitian Mengenai Pemahaman Makna Pacaran yang
Sehat dan Bertanggung Jawab di Kalangan OMK
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur .........................
42
1. Metodologi Penelitian ............................................................
42
a) Tujuan Penelitian ..............................................................
42
b) Manfaat Penelitian ............................................................
43
c) Metode Penelitian .............................................................
44
d) Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................
44
e) Responden Penelitian ........................................................
44
f) Instrumen Penelitian .........................................................
45
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
g) Variabel Penelitian ............................................................
45
2. Laporan Hasil Penelitian ........................................................
46
a. Identitas Responden ..........................................................
46
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan
Beranggung Jawab ............................................................
47
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi
oleh Kaum Muda ...............................................................
48
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang
Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif
Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal ......................
50
3. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................
53
a. Identitas Responden ..........................................................
53
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan
Bertanggung Jawab ...........................................................
54
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi
oleh Kaum Muda ...............................................................
56
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat
dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif Membangun
Keluarga Kristiani yang Ideal ...........................................
58
4. Rangkuman Penelitian ...........................................................
60
5. Keterbatasan Penelitian..........................................................
63
BAB IV. MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN
BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE ..............
64
A. Pengertian dan Peranan Katekese Bagi Kehidupan
Iman Kaum Muda .......................................................................
65
1. Pengertian Katekese bagi Kehidupan Iman Kaum Muda ......
65
2. Peranan Katekese bagi Pembinaan Iman Kaum Muda ..........
67
B. Tujuan Katekese .........................................................................
68
C. Ciri Khas Katekese .....................................................................
70
D. Katekese Bagi Kaum Muda dalam Masa Pacaran ......................
70
E. Usulan Program Pendampingan bagi Orang Muda Katolik
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius untuk Memahami
Makna Pacaran Melalui Katekese ..............................................
76
1. Latar Belakang Program .........................................................
77
2. Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda ...........
xvi
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Tujuan Program ......................................................................
78
4. Gambaran Program .................................................................
79
5. Uraian Tema dan Tujuan ........................................................
79
6. Penjabaran Program Pendampingan .......................................
81
F. Contoh Satuan Pendampingan bagi Kaum Muda Lingkungan
St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur............................................................
85
BAB V. PENUTUP.....................................................................................
94
A. Kesimpulan .................................................................................
94
B. Saran ...........................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
97
LAMPIRAN ................................................................................................
100
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki........................................
(1)
Lampiran 2: Kuesioner untuk Orang Muda Katolik Lingkungan
St. Fransiskus Xaverius Kambaniru,
Paroki Sang Penebus Waingapu, Sumba Timur ...........
Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian yang Telah Diisi
oleh Responden ..........................................................
(2)
xvii
(8)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen
Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan missioner
Gereja, 7 Desember 1965.
CT
: Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran
Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese, 16 Oktober
1979.
EN
: Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975.
FC
: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada Para Uskup, Imam-imam dan umat beriman seluruh
Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia
Modern, 22 November 1981.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Singkatan Lain
Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
Hal
: Halaman
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KK
: Kepala Keluarga
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
No
: Nomor
OMK
: Orang Muda Katolik
SD
: Sekolah Dasar
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
Sms
: Short Message Service
St
: Santo
TK
: Taman Kanak-kanak
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia mengalami proses yang panjang, mulai dari
bayi, balita, anak-anak, remaja, kaun muda, dewasa sampai lanjut usia. Dalam
proses tersebut masa muda merupakan masa yang penting karena pada masa
itulah manusia mengalami perkembangan yang kompleks. Perkembangan yang
dialami oleh manusia pada masa muda meliputi perkembangan fisik, emosional,
perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan iman.
Masa muda juga dikenal dengan masa pencarian identitas diri. reaksireaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa
muda dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya (Hurlock, 1990:
208). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri
sendiri (Santrock, 2007: 6). Dalam menentukan nasibnya, kaum muda sering
mengalami kebimbangan untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Kaum
muda perlu dibantu untuk menentukan tindakan yang harus mereka lakukan.
Kaum muda juga memiliki daya imajinasi dan fantasi yang tinggi dan
cenderung tidak realistik. Daya imajinasi dan fantasi pada kaum muda
membuatnya menjadi kreatif jika ia dapat menyalurkannya dan bermanfaat bagi
dirinya. Namun jika ia tidak dapat menyalurkan dan tidak mendapatkan
pengarahan, daya imajinasi dan fantasi tersebut dapat menjadi masalah pada kaum
muda karena kecenderungan tidak realistik. Kaum muda perlu dibantu dalam
menyalurkan daya imajinasi dan fantasinya ke dalam situasi hidup konkret.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Pada umumnya kaum muda belum dapat memahami dan menerima diri.
Banyak kaum muda yang tidak dapat mengenal kelebihan dan kekurangan
dirinya, sehingga mereka tidak dapat menerima diri dan tidak dapat
mengembangkan diri. Kaum muda juga kadangkala belum dapat membangun
relasi yang baik dengan sesama, belum dapat menganalisis permasalahan yang
kerap menghampiri dirinya dan juga belum dapat menentukan arah dan tujuan
hidup yang pasti. Tidak hanya itu banyak kaum muda yang belum dapat
mengembangkan keterampilan dan kecakapan yang ada dalam dirinya dan belum
dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Masa muda adalah saat terjadinya proses peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa, suatu masa yang paling menentukan perkembangan
manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan fisik. Tak jarang pada masa
seperti mereka ini mengalami kebimbangan atau kebingungan, karena belum
memiliki kemandirian dalam menentukan sikap. Demikian juga mereka belum
menyadari sepenuhnya mengenai peranannya sehubungan dengan perkembangan
dan kemajuan negara, masyarakat dan Gereja. Mengingat betapa pentingnya
peranan kaum muda bagi Gereja, Bapa Suci Yohanes Paulus II, meminta
perhatian khusus kepada pengemban karya katekese untuk memperhatikan kaum
muda. Pernyataan ini antara lain terungkap dalam amanat apostoliknya pada
Catechesi Tradendae, art. 35, 39, 66. Demi terwujudnya peranan tersebut perlu
ada usaha untuk mengarahkan membimbing mereka kearah yang positif demi
menyongsong masa depan. Kaum muda memiliki banyak kesempatan dan pilihan
untuk mencapai cita-citanya, terlebih di dalam menentukan panggilan hidupnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Tuhan memanggil pria dan wanita untuk mengabdi-Nya, melalui panggilan hidup
membiara ataupun panggilan hidup untuk berkeluarga. Hidup berkeluarga adalah
suatu pilihan hidup, dimana pria dan wanita bersepakat membangun persekutuan
hidup. Persekutuan ini terjalin antara pria dan wanita, atas dasar rasa kasih
sayang, mulai dari masa perkenalan melalui masa-masa berteman, pacaran, dan
pertunangan sampai pada masa perkawinan untuk membangun keluarga
berdasarkan prinsip ajaran kristiani. Dalam usaha terus-menerus yang tepat dan
menyentuh hati kaum muda. Agar usaha tersebut menjadi konkret dan dapat
dipraktikkan, maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul: “MEMAHAMI
MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB
MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK
LINGKUNGAN
SANTO
FRANSISKUS
XAVERIUS,
KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda Katolik di
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur antara lain: rendahnya pengetahuan akan makna pacaran
yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga
Kristiani yang ideal. Permasalahan-permasalahan atau kerawanan-kerawanan
yang muncul dan terjadi pada masa pacaran. Kesadaran OMK pada tahap pacaran
sampai pada tahap perkawinan untuk membangun keluarga kristiani yang ideal.
Bagaimana relasi pacaran memiliki orientasi untuk membangun keluarga kristiani.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya topik, terbatasnya waktu, biaya, jarak yang cukup
jauh dan berbagai keterbatasan yang ada, penulis membatasi permasalahan ini
pada
“MEMAHAMI
MAKNA
PACARAN
YANG
SEHAT
DAN
BERTANGGUNG JAWAB DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK
LINGKUNGAN
SANTO
FRANSISKUS
XAVERIUS,
KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan persoalan
yang akan dibahas antara lain adalah:
1. Sejauh mana pandangan kaum muda tentang makna pacaran yang sehat dan
bertanggung jawab menuju keluarga Kristiani yang ideal?
2. Sejauh mana situasi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur?
3. Sejauh mana OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur?
E. Tujuan Penulisan
1. Untuk membantu orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur memahami
makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga Kristiani
yang ideal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
2. Untuk mengetahui sejauh mana situasi orang muda Katolik Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba
Timur.
3. Untuk memaparkan peranan katekese dalam memahami makna pacaran bagi
OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang
Penebus, Waingapu, Sumba Timur, memahami makna pacaran melalui
katekese.
4. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Sarjana Stata I di IPPAK
USD Yogyakarta.
F. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, maka
penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi OMK untuk memacu
OMK dalam usaha memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung
jawab.
2. Para pembaca belajar serta menambah pengetahuan sehubungan makna
pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
3. Bahan refleksi dan permenungan bagi penulis sendiri sebagai calon katekis
maupun pendidik dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti
perkuliahan di IPPAK dan menghayati tugas perutusan sebagai seorang pelaku
Sabda.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
G. Metode Penulisan
Metode penulisan skripsi ini adalah metode analisi deskriptif yang
memaparkan dan menganalisa permasalahan yang ada sehingga ditemukan
pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode deskriptif dilakukan dengan tujuan
utama yaitu menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek
yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003: 157). Untuk mendapatkan data-data
mengenai permasalahan penulis mengadakan penelitian di Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur,
yang berhubungan dengan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab di
kalangan orang muda Katolik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yakni
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian penulis
deskripsikan ke dalam suatu bentuk laporan disertai analisisnya. Penulis
melakukan analisis dengan memanfaatkan hasil studi pustaka, khususnya dari
sumber-sumber yang relevan dengan penulisan skripsi. Hasil studi pustaka juga
dipakai penulis untuk pendasaran keseluruhan pemikiran skripsi ini.
H. Sistematika Penulisan
Tulisan ini mengambil judul “MEMAHAMI MAKNA PACARAN
YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE
DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO
FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS,
WAINGAPU, SUMBA TIMUR.” Tulisan ini dikembangkan dalam 5 bab.
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang penulisan, identifikasi masalahan, pembatasan masalah,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta
sistematika penulisan.
Bab II bicara tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab
menuju keluarga kristiani yang ideal. Bab ini mendiskripsikan tentang arti dan
makna pacaran, tujuan pacaran, cinta dan seksualitas kaum muda dan pacaran
dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal.
Bab III bicara tentang situasi orang muda Katolik Lingkungan St.
Fransiskus, Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba
Timur. Isi dari bab ini adalah situasi orang muda Katolik Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
Isi dari bab ini juga tentang perencanaan dan penelitian di Lingkungan St.
Fransiskus, Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba
Timur. Hal-hal yang akan dibahas anatara lain seputar situasi yang terjadi dan hal
itu berkaitan dengan orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur tersebut, hasil
penelitian dan analisi.
Bab IV bicara tentang memahami makna pacaran melalui katekese. Pada
bagian ini akan menguraikan pengertian dan peranan katekese bagi kehidupan
iman kaum muda, isi dan tujuan katekese, ciri khas katekese dan katekese bagi
kaum muda dalam masa pacaran. Selanjutnya akan dibahas usulan program
pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur dan contoh satuan
pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
Bab V merupakan Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
BAB II
MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB
BAGI KAUM MUDA MENUJU KELUARGA KRISTIANI YANG IDEAL
Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Pacaran adalah usaha
untuk memadukan dua pribadi yang berbeda, agar terjadi saling kesinambungan,
kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja dan
keseluruhan hidup. Dengan modal saling sesuai dan cocok itu, pasangan pacar
dapat saling memahami, menerima, mendukung dan membantu dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, serta mengatasi kesulitan-kesulitan dan
masalah-masalah yang mereka jumpai. Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap
dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk menjadi tunangan (Pusat Bahasa,
2003:806). Berpacaran tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling
berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling
membantu. Kita berhubungan dengan pacar dengan harapan dan maksud untuk
membangun keluarga dan menjadi suami istri. Pria dan wanita mengalami jatuh
cinta secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja. Jika merasa cocok dan mantap,
hubungan ditingkatkan menjadi pacar, lalu bertunangan dan pada akhirnya
berkeluarga dengan saling mengikatkan diri melalui sumpah atau janji
perkawinan.
A. Pengertian Kaum Muda
1. Kaum Muda
Yang disebut kaum muda adalah mereka yang berusia antara 13 sampai
30 tahun dan belum menikah. Secara pribadi yang sedang berkembang mereka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
memiliki ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan, kualitas, bakat, dan minat.
Mereka mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai, dan pengalaman tertentu,
masalah, kebutuhan, hak dan kewajiban serta peranan sendiri. Semua itu
merupakan potensi untuk dikembangkan sehingga kaum muda dapat berperan
dalam kehidupan Gereja, masyarakat dan Negara (Komisi Kepemudaan KWI,
1993: 8-9).
Istilah kaum muda dapat menimbulkan bermacam-macam pengertian,
tergantung dari sudut peninjaunya. Dalam pandangan sosiologi, kaum muda
merupakan kelompok orang yang mempunyai kedudukan dan peran tertentu
sebagai kelompok yang sedang belajar menemukan tempatnya di dalam
masyarakat. Sebagai pribadi konkret yang unik dengan kedudukan tertentu ini,
kaum muda membutuhkan pengakuan dari masyarakat bahwa dirinya sanggup
mengakui, memilih, serta mengintegrasikan bakat, sikap, dan kemahirannya
sendiri. Mereka sudah bukan lagi anak-anak yang senantiasa membutuhkan
perlindungan orang tua, namun mereka juga belum dapat untuk mandiri.
Dari sudut pandang psikologi, kaum muda merupakan kelompok orang
yang berada dalam masa transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Dalam masyarakat Indonesia, istilah kaum muda dan remaja sulit
untuk dibedakan, tetapi para ahli psikolog pada umumnya menggolongkan masa
muda dalam 2 (dua) periode, yaitu: periode pubertas dan periode adolescentia.
Masa pubertas mencakup usia 12-16 tahun, sedangkan masa adolescentia
mencakup usia 17-22 tahun. Pada tahap pubertas masa perkembangan seseorang
ditandai oleh perubahan dalam hubungan dengan masyarakat atau lingkungan
hidup yang lebih luas. Dalam masyarakat mereka berusaha menemukan tempat
dan menyesuaikan diri secara lebih tepat (Purwa Hadiwardoyo, 1990: ).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Pada dasarnya pandangan psikologis dan sosiologi mengenai kaum muda
mempunyai kaitan erat dan saling melengkapi. Psikologi menekankan
perkembangan psikis sedang sosiologi menekankan kedudukan dan peran sosial
kaum muda dalam masyarakat. Tetapi keduanya menunjukkan tempat kaum muda
dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan
demikian kaum muda dapat dimengerti sebagai kelompok orang yang berbeda
dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, baik secara
psikologi maupun sosiologi.
Orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur juga termasuk kategori sebagai
orang muda. Sebagai orang muda mereka juga mengalami masa perubahan yang
sangat fundamental dalam bidang moralitas. Ketika memasuki usia muda mereka
tidak lagi begitu saja menerima kode moral dari orang tua, guru, bahkan temanteman sebaya. Kaum muda mengalami perubahan pandangan moral individu yang
semakin lama menjadi lebih abstrak dan kurang konkrit, keyakinan moral lebih
berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul
sebagai kekuatan moral yang dominan. Penilaian moral menjadi semakin kognitif.
Hal ini mendorong kaum muda lebih berani menganalisis kode sosial dan kode
pribadi dibandingkan masa kanak-kanak (Hurlock, 2005: 225).
Oleh karena itu dalam pembinaan kaum muda sifat-sifat dan ciri khas
mereka
harus
dihargai
dan
diperhitungkan.
Hendaknya
mereka
diberi
kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan
pelaku bina diri dan saling bina. Sebagai anggota Gereja yang berusia muda di
paroki-paroki, mereka adalah warga Orang Muda Katolik (OMK), yang serentak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
juga dapat menjadi anggota pelbagai wadah/ organisasi/ gerakan kategorial sesuai
minat, bakat dan keinginan hatinya (Komisi Kepemudaan KWI, 1993: 8-9).
Dalam topik ini penulis akan membahas mengenai pengertian kaum
muda yang dideskripsikan dalam beberapa bagian yaitu siapa saja yang disebut
kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik yang dipaparkan oleh
beberapa tokoh.
2. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda
Untuk mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda kita perlu melihat
kembali pengertian dari kaum muda itu sendiri. Deskripsi mengenai kaum muda
sangat beragam. Pendapat dari tokoh-tokoh dan dari Kamus Bahasa Indonesia
lebih jelas mendeskripsikan arti dari kaum muda tersebut. Melalui deskripsi
tersebut kita dapat mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda. Deskripsi
tersebut antara lain:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Powadarminta, 1982: 397.594)
mengatakan bahwa kaum muda terdiri dari dua kata yaitu “Kaum” dan “Muda”.
Kaum berarti golongan orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, sedangkan muda
berarti belum sampai setengah umur. Maka kaum muda adalah orang yang
sekerja, sepaham, namun belum sampai setengah umur.
Deskripsi mengenai kaum muda diuraikan oleh Tangdilintin (1984: 5)
dalam buku Pembinaan Generasi Muda: Visi dan Latihan, yang mengutip tulisan
dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi”, sebagai berikut:
Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan
keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia
ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau
dari segi sosiologis, sering kali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu. Status sosial yang
dimaksudkan adalah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada
seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial
ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah dan status
sosial berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang
menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap
sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut
tetapi masih dianggap muda-mudi.
Seperti yang dipaparkan oleh Tangdilintin (1984: 5) bahwa kaum muda itu
digolongkan dari 2 segi yaitu: segi umur dan segi sosiologis. Pada segi umur
dikatakan bahwa yang disebut kaum muda adalah semua orang yang berumur
dibawah umur 24 tahun dan bisa dikatakan masih berstatus bersekolah atau
kuliah. Pada segi sosiologis kaum muda dilihat tidak hanya dari umur dan status
pendidikannya tetapi lebih melihat dari status sosialnya. Status sosial yang
dimaksud adalah di mana seseorang dapat menempatkan dirinya dalam
lingkungan yang ia tempati dan melaksanakan hak serta kewajibannya dalam
masyarakat dan keluarga. Hal tersebut tidak terbatas oleh umur, bila seseorang
sudah berkeluarga dan bekerja, mereka tidak bisa digolongkan sebagai mudamudi. Mereka sudah memiliki tanggung jawab dalam status sosial yang berbeda
dan bisa dikatakan sudah dewasa meskipun usianya masih dalam jangkauan usia
muda-mudi. Tetapi sebaliknya bila orang yang sudah dewasa dalam segi umurnya,
namun belum dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam masyarakat,
mereka masih dikatakan muda-mudi.
Shelton mengatakan bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara
15-24 tahun dan sedang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental,
emosional, sosial, moral, serta religius (Shelton, 1987: 64). Mangunharjana
berpendapat bahwa istilah kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kaum,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah mereka yang
berusia antara 15 tahun sampai 24 tahun atau usia muda-mudi yang masih
berstatus sebagai siswa SMA dan berstatus sebagai mahasiswa (Mangunharjana,
1986: 11-12).
Memberi batasan kepada kaum muda memang sulit karena perlu
memperhatikan berbagai segi di antaranya segi psikologis, sosiologis dan
biologis. Kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada dalam
taraf tertentu yaitu dalam perkembangan hidup seorang manusia (Tangdilintin,
1984: 6).
3. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Katolik
Pada bagian pertama telah dijabarkan deskripsi mengenai siapa saja yang
disebut kaum muda pendapat para pakar-pakar dalam bidangnya. Pada bagian ini
akan dibahas mengenai siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Seperti
halnya pada bagian sebelumnya, pada bagian ini juga akan dijabarkan lebih jelas
siapa saja yang disebut kaum muda Katolik (OMK). Deskripsi tersebut diambil
dari pendapat dan pandangan dari beberapa pakar, yang antara lain sebagai
berikut:
Kaum Muda Katolik (OMK) yaitu warga Gereja Katolik usia tingkat SMA
dan Perguruan Tinggi yang belum menikah (Suhardiyanto, 1998: 387).
Seperti yang dipaparkan pada kutipan di atas bahwa kaum muda itu terdiri
dari berbagai umur dan tingkat pendidikan yang berbeda dan belum menikah.
Mereka menjadi warga Gereja karena telah disahkan secara resmi melalui
sakramen-sakramen yang telah diterimanya. Gereja menyebut orang muda Katolik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
dengan OMK (Orang Muda Katolik). OMK adalah organisasi di mana para kaum
muda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Gereja yang
mendapatkan pembinaan dari Pastor, tokoh-tokoh orang muda maupun Dewan
Paroki. Umat lebih familiar memanggil orang muda Katolik dengan sebutan
OMK. Kaum muda Katolik (OMK) adalah mereka para kaum muda yang aktif
dalam kegiatan Gereja.
Kaum muda Katolik atau yang sering disebut OMK harus sejak dini
disadarkan bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang bermartabat karena
diciptakan Allah sesuai dengan citra-Nya (Kej 1:27). Mereka memiliki panggilan
dasar untuk menjaga hidup dan berperilaku sebagai citra Allah, dan semakin
mendekati citra Allah itu. Untuk mendekati citra Allah itu kaum muda hendaknya
mampu mengenali diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Kesadaran diri
itulah yang akan melandasi kaum muda untuk membangun harga diri dan percaya
kepada dirinya. Dengan dasar harga diri dan percaya diri yang dimiliki itulah
maka kepribadian yang menyangkut kejujuran, sikap adil, bertanggung jawab,
disiplin dan solider akan berkembang seperti pada kutipan berikut:
OMK itu adalah kaum muda Katolik yang mengenal diri dan percaya diri
sebagai citra Allah, berwatak jujur, adil, bertanggung jawab, terbuka,
disiplin, solider, beriman kokoh-kritis dengan spiritualitas martyria, mau
dan mampu berperan aktif dalam hidup menggereja, serta mengemban
misi sosial membangun keadaban publik (Tangdilintin 2008: 62).
Pada kutipan di atas kaum muda sungguh diharapkan dapat bertanggung
jawab akan perannya sebagai orang muda Katolik. Mereka mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan Gereja, melalui keterlibatannya dalam hidup
menggereja. Kaum muda juga harus beriman secara kokoh dan menyadari bahwa
dirinya adalah citra Allah yang memiliki sikap-sikap baik dan sesuai dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
kehendak Allah. Sikap-sikap baik misalnya terbuka terhadap lingkungan sekitar
dengan melihat akan tanggung jawab dan perannya terhadap Gereja maupun
masyarakat.
B. Jenis-jenis Pacaran
Berkat makin kuatnya hubungan dasar, pasangan pacar bersedia untuk
saling menukar nilai hidup yang dipegang masing-masing. Dengan kesediaan
pasangan pacar untuk saling berubah, tenggang rasa, dan bertukar nilai, ikatan
hubungan antar pacar dapat semakin diperkuat. Maka dapat disadari bahwa dalam
berpacaran, digolongkan dalam dua tipe yaitu self-fulfilment (untuk kepentingan,
kepenuhan,
kesenangan,
kebutuhan,
pribadi/egoisme)
dan
self-serving
(memikirkan yang baik dan benar untuk pasangan). Orang muda Katolik yang
sedang berpacaran perlu berefleksi tipe mana yang digunakan (Agus Hardjana,
2002: 79).
1. Pacaran ala tebu: habis manis sepah dibuang. Pacar yang tidak lagi
menyenangkan, membosankan, tidak sesuai dengan harapan akan mudah
diputus dan pasangan pacar mulai mencari seseorang yang dirasanya cocok.
2. Pacaran ala badak: pacaran yang selalu monoton, tak bervariasi, tanpa kesan,
terlihat resmi. Apel secara rutin, tetapi tidak ada isinya, yang penting pacaran.
Pacaran seperti ini yang membuat pasangan pacar tidak betah serta mencari
pasangan lain yang diharapkan.
3. Pacaran ala mimi dan mintuna: pacaran sangat mengasyikkan dan mengesan
dekat, akrab, selalu berdua, keberadaan fisik menjadi tekanan, sebagai bukti
saling cinta. Hal ini menutup orang lain untuk menjalin persahabatan. Jenis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
pacaran seperti ini yang menjadi permasalahan dalam berpacaran karena
pasangan pacar akan meminta pacarnya untuk membuktikan cintanya kepada
pasangan dengan melakukan hubungan seks.
4. Pacaran ala ayam: berperan sebagai play boy. Kalau sudah bosan akan mudah
putus dan mencari lagi. Karena pandangan yang dipakai banyak teman atau
kenalan akan makin berpengalaman. Tipe pacaran seperti ini tidak bisa
dijadikan pedoman atau panutan dalam berpacaran
5. Pacaran ala malaikat: pacaran sangat suci. Hati-hati bertindak menyelidiki
mengapa orang berpacaran, perginya selalu ke Gereja, anti bioskop, anti hurahura, bahkan terkadang anti kemesraan. Setia pada partner, kalem, tanpa
konflik. Jenis pacaran ini, pada zaman modern seperti ini sudah jarang
dilaksanakan oleh pasangan pacar. Hal ini menjadi sangat aneh bagi kaum
muda dalam menjalin relasi pacaran.
6. Pacaran ala merpati: pacaran yang dewasa, mengandalkan pengertian dan
kesetiaan. Cinta yang tulus, mau berkorban, saling bertanggung jawab dan
tidak lepas dari kemesraan hingga dijadikan lambang perkawinan. Jenis
pacaran ini menjadi dambaan setiap pasangan pacar dalam membangun
keluarga Kristiani yang diharapkan.
C. Tahap-Tahap Pacaran
Dalam proses pergaulan faktor jasmani ataupun rohani dapat
menyebabkan pria dan wanita saling tertarik. Dengan saling tertarik itu belum
berarti bahwa kedua jenis manusia itu langsung menjadi calon pacar, bahkan
pacar. Untuk sampai ke dalam tahap pacaran ada tahap-tahap yang harus dilewati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Menurut Agus Hardjana, (2002: 23-31), ada empat tahap dalam berpacaran: tahap
perkenalan, tahap penjajakan, tahap pendekatan, tahap kesepakatan.
1. Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan adalah tahap dimana calon pacar berusaha saling
mengenal satu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling mengenal
sebelumnya, proses saling mengenal itu berjalan lebih cepat. Para calon pacar
yang merupakan mantan teman sekolah, mantan teman kuliah, teman dalam
kegiatan atau organisasi, teman sekerja atau teman dalam kegiatan lingkungan
keagamaan, pada umumnya sudah saling mengenal nama, alamat, pekerjaan, dan
mungkin juga bakat atau hobi khusus.
Saling berkenalan berarti saling mengetahui data-data, mula-mula lahir
dan kemudian batin, maka perkenalan mengandaikan suatu proses panjang, sedikit
demi sedikit dan berjalan secara alami.
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB
MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK
LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Santri Ferbistina Dor
NIM: 071124035
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus & Bunda Maria,
Orangtuaku (Isidorus Rihi Manno & Ibu Dorkas Ndakunau),
adik-adikku,
Kekasihku (Arnoldus Dodi Misa)
Pengurus Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
para OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku.”
(Flp 4:13)
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG
SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI
KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO
FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS,
WAINGAPU, SUMBA TIMUR”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan
kurangnya pemahaman kaum muda mengenai makna pacaran yang sehat dan
bertanggung jawab dalam membangun keluarga Kritiani yang ideal. Kaum muda,
yang kurang memahami makna pacaran, dapat mengalami berbagai masalah
misalnya, seks bebas, hamil di luar nikah, menikah terlalu dini, dll. Hal ini
membawa dampak negatif bagi masa depan pasangan muda dan keluarga yang
bersangkutan dan masyarakat.
Berdasarkan keprihatinan-keprihatinan diatas, penulis melalui penelitian di
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur, ingin memberi wacana dan informasi tentang pacaran
yang sehat dan bertanggung jawab sehingga memperoleh gambaran kaum muda
Katolik yang sedang berpacaran dengan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi beserta upaya kaum muda dalam memahami makna pacaran dan
gambaran mengenai keluarga kristiani yang ideal.
Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Pacaran adalah usaha
untuk memadukan dua pribadi yang berbeda agar terjadi saling kesinambungan,
kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku dan
keseluruhan hidup. Berpacaran tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling
berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling
membantu. Dengan begitu pasangan muda yang sedang berpacaran sungguhsungguh dan serius dalam menjalani relasi pacaran, sehingga berpacaran
mempunyai arah dan tujuan yang jelas untuk membangun keluarga Kristiani yang
ideal. Usulan program katekese dengan tema umum pacaran sebagai persiapan
perkawinan dan tema satunya makna cinta yang sejati. Dari tema satu yang dibuat
dalam satuan pendampingan. Dalam rangka ini kaum muda membutuhkan
pendampingan, melalui katekese sebagai upaya untuk membantu OMK
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan
bertanggung jawab.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is “UNDERSTANDING THE MEANING OF
HEALTHY AND RESPONSIBLE COURTSHIP THROUGH CATECHESIS
AMONG CATHOLIC YOUTH OF SAINT FRANCIS XAVIER, KAMBANIRU,
PARISH OF THE REEDEMER, WAINGAPU, EAST SUMBA”. The title is
chosen based on the writer’s concern of the lack of understanding among youth
about healthy and responsible courtship in setting up ideal Christian family.
Youth, who have minimum knowledge about courtship, may experience some
problems such as free sex, unwanted pregnancy, early marriage and so on. These
problems bring negative effect toward young couple and their family as well as
their community.
Based on the mentioned concern, the writer, through research in Saint
Francis Xavier, Kambaniru, Parish of The Reedemer, Waingapu, East Sumba,
wants to share the discourse and information about the healthy and responsible
courtship. It obtains images of Catholic youth with courtship and their problem,
along with the effort to understand the meaning of courtship and images of ideal
Christian family.
According to the concern above, writer, through research in Saint Francis
Xavier, Kambaniru, Parish of The Reedemer, Waingapu, East Sumba, want to
share discourse and information about the healthy and responsible courtship. It
obtains images of Catholic youth with courtship and their problem, along with the
effort to understand the meaning of courtship and images of ideal Christian
family. Courtship is a stage before engagement. Courtship is an effort to bind two
different persons to obtain continuity, congeniality of heart, mind and desire,
aspiration, behavior and the whole life. Courtship is not merely a relationship,
interaction, sharing of feeling and thought, or supporting and helping. Therefore,
young couple with serious and truly courtship can have the same direction to
reach their goal to have an ideal Christian family. The writer proposes Catechesis
program with courtship as a preparation for marriage as its main theme and the
meaning of true love as the secondary theme. To realize this program, the youth
needs mentoring, through Catechesis as an effort to help OMK of Saint Francis
Xavier, Kambaniru, Parish of The Redeemer, Waingapu, East Sumba to have
healthy and responsible courtship.
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian kepada Tuhan karena keagungan cinta-Nya yang telah
penulis terima, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“MEMAHAMI
MAKNA
PACARAN
YANG
SEHAT
DAN
BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN
ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS
XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU,
SUMBA TIMUR”.
Penulisan skripsi ini sungguh telah menyerap perhatian, dorongan serta
bantuan dari orang-orang yang sungguh memiliki cinta. Oleh karena ini, secara
istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma, yang telah memberi dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama, yang selalu
memberi perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan
dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji kedua sekaligus
sebagai dosen pembimbing akademik, yang juga dengan sabar dan ketulusan
hati telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang dengan
penuh kesabaran mendampingi penulis terutama dalam proses penulisan
dalam skripsi ini.
5. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma, yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada
penulis.
6. Bapak Baru Gaspar selaku ketua Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
memberi dukungan sepenuhnya demi pemahaman OMK (Orang Muda
Katolik) akan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
7. Keluarga tercinta: Bapak Isidorus Rihi Manno, Ibu Dorkas Ndakunau, adikadik tercinta Theresia Vebriyanti Derita Dor, Imelda Tamu Ina Dor, Alfredus
Saputra Dor, Donatianus Dwiputra Dor, & Bruno Aditya Dor, yang selalu
dengan ketulusan hati mendoakan dan memberikan dukungan sepenuhnya
bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
8. Kekasihku (Arnoldus Dodi Misa), yang telah dengan setia mendampingi
penulis, dengan saran, perhatian serta cinta kasih yang selalu menguatkan
selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman OMK (Orang Muda Katolik) Lingkungan St. Fransiskus
Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang
telah membantu penulis dalam penelitian.
10. Teman-teman angkatan 2007, angkatan 2009 dan lintas angkatan yang telah
mendukung dan berdinamika bersama dalam suka dan duka sehingga
menciptakan keluarga besar IPPAK yang penuh dengan persaudaraan.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...............................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
3
C. Pembatasan Masalah...................................................................
4
D. Rumusan Masalah.......................................................................
4
E. Tujuan Penulisan ........................................................................
4
F. Manfaat Penulisan ......................................................................
5
G. Metode Penulisan .......................................................................
6
H. Sistematika Penulisan .................................................................
6
BAB II. MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN
BERTANGGUNG JAWAB BAGI KAUM MUDA
MENUJU KELUARGA KRISTIANI YANG IDEAL…………
8
A. Pengertian Kaum Muda ..............................................................
8
1. Kaum Muda ...........................................................................
8
2. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda ...................................
11
3. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Katolik ......................
13
B. Jenis-jenis Pacaran ......................................................................
xiii
15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Tahap-tahap Pacaran...................................................................
16
1. Tahap Perkenalan ...................................................................
17
2. Tahap Penjajakan ...................................................................
17
3. Tahap Pendekatan ..................................................................
18
4. Tahap Kesepakatan ................................................................
18
D. Tujuan Pacaran ...........................................................................
19
1. Ikatan Keintiman....................................................................
20
2. Ikatan Perhatian .....................................................................
20
3. Ikatan Kepercayaan................................................................
21
4. Ikatan Ketertarikan ................................................................
21
5. Ikatan Persahabatan ...............................................................
21
6. Ikatan Pengambilan Keputusan Bersama ..............................
22
E. Cinta dan Seksualitas Kaum Muda .............................................
22
1. Pengertian Cinta............. ........................................................
22
2. Cinta Agape, Philia, Storge, Eros dan Ephytymia .................
23
3. Cinta yang Dewasa ................................................................
24
a. Menerima Secara Utuh......................................................
25
b. Cinta Memperlakukan yang Lain sebagai Seorang
Pribadi ...............................................................................
25
c. Saling Membagi Rasa .......................................................
26
d. Menaruh Percaya...............................................................
26
e. Senang Bersama-sama ......................................................
26
f. Cinta Memberi Hidup .......................................................
27
g. Wajar dan Kreatif ..............................................................
27
F. Pengertian Seksualitas ................................................................
27
1. Pengertian Seksualitas ...........................................................
27
2. Seksualitas Kaum Muda ........................................................
29
a. Secara Biologis..................................................................
29
1) Pria................................................................................
29
2) Wanita ..........................................................................
30
b. Secara psikologis...............................................................
30
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1) Pria................................................................................
30
2) Wanita ..........................................................................
31
3. Moral Seksualitas ...................................................................
31
G. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani
yang Ideal ...................................................................................
32
1. Pengertian Keluarga pada Umumnya. ...................................
33
2. Pengertian Keluarga menurut Gereja Katolik .......................
34
a. Pengertian Keluarga menurut Kitab Suci..........................
34
1) Pengertian Keluarga menurut Kitab Kejadian 2 : 24 ...
34
2) Pengertian Keluarga menurut Injil Markus ..................
34
b. Pengertian Keluarga menurut Gaudium et Spes................
35
c. Pengertian Keluarga menurut Familiaris Consortio .........
36
3. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani
yang Ideal ...............................................................................
36
BAB III. SITUASI ORANG MUDA KATOLIK (OMK)
LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS,
KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU,
SUMBA TIMUR ..........................................................................
38
A. Gambaran Situasi Orang Muda Katolik di Lingkungan
St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur ..............................................................
39
1. Pembagian Basis ....................................................................
41
2. Jumlah Umat ..........................................................................
41
B. Penelitian Mengenai Pemahaman Makna Pacaran yang
Sehat dan Bertanggung Jawab di Kalangan OMK
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur .........................
42
1. Metodologi Penelitian ............................................................
42
a) Tujuan Penelitian ..............................................................
42
b) Manfaat Penelitian ............................................................
43
c) Metode Penelitian .............................................................
44
d) Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................
44
e) Responden Penelitian ........................................................
44
f) Instrumen Penelitian .........................................................
45
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
g) Variabel Penelitian ............................................................
45
2. Laporan Hasil Penelitian ........................................................
46
a. Identitas Responden ..........................................................
46
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan
Beranggung Jawab ............................................................
47
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi
oleh Kaum Muda ...............................................................
48
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang
Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif
Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal ......................
50
3. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................
53
a. Identitas Responden ..........................................................
53
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan
Bertanggung Jawab ...........................................................
54
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi
oleh Kaum Muda ...............................................................
56
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat
dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif Membangun
Keluarga Kristiani yang Ideal ...........................................
58
4. Rangkuman Penelitian ...........................................................
60
5. Keterbatasan Penelitian..........................................................
63
BAB IV. MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN
BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE ..............
64
A. Pengertian dan Peranan Katekese Bagi Kehidupan
Iman Kaum Muda .......................................................................
65
1. Pengertian Katekese bagi Kehidupan Iman Kaum Muda ......
65
2. Peranan Katekese bagi Pembinaan Iman Kaum Muda ..........
67
B. Tujuan Katekese .........................................................................
68
C. Ciri Khas Katekese .....................................................................
70
D. Katekese Bagi Kaum Muda dalam Masa Pacaran ......................
70
E. Usulan Program Pendampingan bagi Orang Muda Katolik
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius untuk Memahami
Makna Pacaran Melalui Katekese ..............................................
76
1. Latar Belakang Program .........................................................
77
2. Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda ...........
xvi
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Tujuan Program ......................................................................
78
4. Gambaran Program .................................................................
79
5. Uraian Tema dan Tujuan ........................................................
79
6. Penjabaran Program Pendampingan .......................................
81
F. Contoh Satuan Pendampingan bagi Kaum Muda Lingkungan
St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur............................................................
85
BAB V. PENUTUP.....................................................................................
94
A. Kesimpulan .................................................................................
94
B. Saran ...........................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
97
LAMPIRAN ................................................................................................
100
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki........................................
(1)
Lampiran 2: Kuesioner untuk Orang Muda Katolik Lingkungan
St. Fransiskus Xaverius Kambaniru,
Paroki Sang Penebus Waingapu, Sumba Timur ...........
Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian yang Telah Diisi
oleh Responden ..........................................................
(2)
xvii
(8)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen
Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan missioner
Gereja, 7 Desember 1965.
CT
: Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran
Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese, 16 Oktober
1979.
EN
: Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975.
FC
: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada Para Uskup, Imam-imam dan umat beriman seluruh
Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia
Modern, 22 November 1981.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Singkatan Lain
Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
Hal
: Halaman
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KK
: Kepala Keluarga
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
No
: Nomor
OMK
: Orang Muda Katolik
SD
: Sekolah Dasar
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
Sms
: Short Message Service
St
: Santo
TK
: Taman Kanak-kanak
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia mengalami proses yang panjang, mulai dari
bayi, balita, anak-anak, remaja, kaun muda, dewasa sampai lanjut usia. Dalam
proses tersebut masa muda merupakan masa yang penting karena pada masa
itulah manusia mengalami perkembangan yang kompleks. Perkembangan yang
dialami oleh manusia pada masa muda meliputi perkembangan fisik, emosional,
perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan iman.
Masa muda juga dikenal dengan masa pencarian identitas diri. reaksireaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa
muda dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya (Hurlock, 1990:
208). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri
sendiri (Santrock, 2007: 6). Dalam menentukan nasibnya, kaum muda sering
mengalami kebimbangan untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Kaum
muda perlu dibantu untuk menentukan tindakan yang harus mereka lakukan.
Kaum muda juga memiliki daya imajinasi dan fantasi yang tinggi dan
cenderung tidak realistik. Daya imajinasi dan fantasi pada kaum muda
membuatnya menjadi kreatif jika ia dapat menyalurkannya dan bermanfaat bagi
dirinya. Namun jika ia tidak dapat menyalurkan dan tidak mendapatkan
pengarahan, daya imajinasi dan fantasi tersebut dapat menjadi masalah pada kaum
muda karena kecenderungan tidak realistik. Kaum muda perlu dibantu dalam
menyalurkan daya imajinasi dan fantasinya ke dalam situasi hidup konkret.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Pada umumnya kaum muda belum dapat memahami dan menerima diri.
Banyak kaum muda yang tidak dapat mengenal kelebihan dan kekurangan
dirinya, sehingga mereka tidak dapat menerima diri dan tidak dapat
mengembangkan diri. Kaum muda juga kadangkala belum dapat membangun
relasi yang baik dengan sesama, belum dapat menganalisis permasalahan yang
kerap menghampiri dirinya dan juga belum dapat menentukan arah dan tujuan
hidup yang pasti. Tidak hanya itu banyak kaum muda yang belum dapat
mengembangkan keterampilan dan kecakapan yang ada dalam dirinya dan belum
dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Masa muda adalah saat terjadinya proses peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa, suatu masa yang paling menentukan perkembangan
manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan fisik. Tak jarang pada masa
seperti mereka ini mengalami kebimbangan atau kebingungan, karena belum
memiliki kemandirian dalam menentukan sikap. Demikian juga mereka belum
menyadari sepenuhnya mengenai peranannya sehubungan dengan perkembangan
dan kemajuan negara, masyarakat dan Gereja. Mengingat betapa pentingnya
peranan kaum muda bagi Gereja, Bapa Suci Yohanes Paulus II, meminta
perhatian khusus kepada pengemban karya katekese untuk memperhatikan kaum
muda. Pernyataan ini antara lain terungkap dalam amanat apostoliknya pada
Catechesi Tradendae, art. 35, 39, 66. Demi terwujudnya peranan tersebut perlu
ada usaha untuk mengarahkan membimbing mereka kearah yang positif demi
menyongsong masa depan. Kaum muda memiliki banyak kesempatan dan pilihan
untuk mencapai cita-citanya, terlebih di dalam menentukan panggilan hidupnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Tuhan memanggil pria dan wanita untuk mengabdi-Nya, melalui panggilan hidup
membiara ataupun panggilan hidup untuk berkeluarga. Hidup berkeluarga adalah
suatu pilihan hidup, dimana pria dan wanita bersepakat membangun persekutuan
hidup. Persekutuan ini terjalin antara pria dan wanita, atas dasar rasa kasih
sayang, mulai dari masa perkenalan melalui masa-masa berteman, pacaran, dan
pertunangan sampai pada masa perkawinan untuk membangun keluarga
berdasarkan prinsip ajaran kristiani. Dalam usaha terus-menerus yang tepat dan
menyentuh hati kaum muda. Agar usaha tersebut menjadi konkret dan dapat
dipraktikkan, maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul: “MEMAHAMI
MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB
MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK
LINGKUNGAN
SANTO
FRANSISKUS
XAVERIUS,
KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda Katolik di
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus,
Waingapu, Sumba Timur antara lain: rendahnya pengetahuan akan makna pacaran
yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga
Kristiani yang ideal. Permasalahan-permasalahan atau kerawanan-kerawanan
yang muncul dan terjadi pada masa pacaran. Kesadaran OMK pada tahap pacaran
sampai pada tahap perkawinan untuk membangun keluarga kristiani yang ideal.
Bagaimana relasi pacaran memiliki orientasi untuk membangun keluarga kristiani.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya topik, terbatasnya waktu, biaya, jarak yang cukup
jauh dan berbagai keterbatasan yang ada, penulis membatasi permasalahan ini
pada
“MEMAHAMI
MAKNA
PACARAN
YANG
SEHAT
DAN
BERTANGGUNG JAWAB DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK
LINGKUNGAN
SANTO
FRANSISKUS
XAVERIUS,
KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan persoalan
yang akan dibahas antara lain adalah:
1. Sejauh mana pandangan kaum muda tentang makna pacaran yang sehat dan
bertanggung jawab menuju keluarga Kristiani yang ideal?
2. Sejauh mana situasi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur?
3. Sejauh mana OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur?
E. Tujuan Penulisan
1. Untuk membantu orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur memahami
makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga Kristiani
yang ideal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
2. Untuk mengetahui sejauh mana situasi orang muda Katolik Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba
Timur.
3. Untuk memaparkan peranan katekese dalam memahami makna pacaran bagi
OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang
Penebus, Waingapu, Sumba Timur, memahami makna pacaran melalui
katekese.
4. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Sarjana Stata I di IPPAK
USD Yogyakarta.
F. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, maka
penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi OMK untuk memacu
OMK dalam usaha memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung
jawab.
2. Para pembaca belajar serta menambah pengetahuan sehubungan makna
pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
3. Bahan refleksi dan permenungan bagi penulis sendiri sebagai calon katekis
maupun pendidik dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti
perkuliahan di IPPAK dan menghayati tugas perutusan sebagai seorang pelaku
Sabda.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
G. Metode Penulisan
Metode penulisan skripsi ini adalah metode analisi deskriptif yang
memaparkan dan menganalisa permasalahan yang ada sehingga ditemukan
pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode deskriptif dilakukan dengan tujuan
utama yaitu menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek
yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003: 157). Untuk mendapatkan data-data
mengenai permasalahan penulis mengadakan penelitian di Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur,
yang berhubungan dengan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab di
kalangan orang muda Katolik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yakni
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian penulis
deskripsikan ke dalam suatu bentuk laporan disertai analisisnya. Penulis
melakukan analisis dengan memanfaatkan hasil studi pustaka, khususnya dari
sumber-sumber yang relevan dengan penulisan skripsi. Hasil studi pustaka juga
dipakai penulis untuk pendasaran keseluruhan pemikiran skripsi ini.
H. Sistematika Penulisan
Tulisan ini mengambil judul “MEMAHAMI MAKNA PACARAN
YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE
DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO
FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS,
WAINGAPU, SUMBA TIMUR.” Tulisan ini dikembangkan dalam 5 bab.
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang penulisan, identifikasi masalahan, pembatasan masalah,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta
sistematika penulisan.
Bab II bicara tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab
menuju keluarga kristiani yang ideal. Bab ini mendiskripsikan tentang arti dan
makna pacaran, tujuan pacaran, cinta dan seksualitas kaum muda dan pacaran
dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal.
Bab III bicara tentang situasi orang muda Katolik Lingkungan St.
Fransiskus, Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba
Timur. Isi dari bab ini adalah situasi orang muda Katolik Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
Isi dari bab ini juga tentang perencanaan dan penelitian di Lingkungan St.
Fransiskus, Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba
Timur. Hal-hal yang akan dibahas anatara lain seputar situasi yang terjadi dan hal
itu berkaitan dengan orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur tersebut, hasil
penelitian dan analisi.
Bab IV bicara tentang memahami makna pacaran melalui katekese. Pada
bagian ini akan menguraikan pengertian dan peranan katekese bagi kehidupan
iman kaum muda, isi dan tujuan katekese, ciri khas katekese dan katekese bagi
kaum muda dalam masa pacaran. Selanjutnya akan dibahas usulan program
pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur dan contoh satuan
pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
Bab V merupakan Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
BAB II
MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB
BAGI KAUM MUDA MENUJU KELUARGA KRISTIANI YANG IDEAL
Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Pacaran adalah usaha
untuk memadukan dua pribadi yang berbeda, agar terjadi saling kesinambungan,
kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja dan
keseluruhan hidup. Dengan modal saling sesuai dan cocok itu, pasangan pacar
dapat saling memahami, menerima, mendukung dan membantu dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, serta mengatasi kesulitan-kesulitan dan
masalah-masalah yang mereka jumpai. Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap
dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk menjadi tunangan (Pusat Bahasa,
2003:806). Berpacaran tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling
berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling
membantu. Kita berhubungan dengan pacar dengan harapan dan maksud untuk
membangun keluarga dan menjadi suami istri. Pria dan wanita mengalami jatuh
cinta secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja. Jika merasa cocok dan mantap,
hubungan ditingkatkan menjadi pacar, lalu bertunangan dan pada akhirnya
berkeluarga dengan saling mengikatkan diri melalui sumpah atau janji
perkawinan.
A. Pengertian Kaum Muda
1. Kaum Muda
Yang disebut kaum muda adalah mereka yang berusia antara 13 sampai
30 tahun dan belum menikah. Secara pribadi yang sedang berkembang mereka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
memiliki ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan, kualitas, bakat, dan minat.
Mereka mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai, dan pengalaman tertentu,
masalah, kebutuhan, hak dan kewajiban serta peranan sendiri. Semua itu
merupakan potensi untuk dikembangkan sehingga kaum muda dapat berperan
dalam kehidupan Gereja, masyarakat dan Negara (Komisi Kepemudaan KWI,
1993: 8-9).
Istilah kaum muda dapat menimbulkan bermacam-macam pengertian,
tergantung dari sudut peninjaunya. Dalam pandangan sosiologi, kaum muda
merupakan kelompok orang yang mempunyai kedudukan dan peran tertentu
sebagai kelompok yang sedang belajar menemukan tempatnya di dalam
masyarakat. Sebagai pribadi konkret yang unik dengan kedudukan tertentu ini,
kaum muda membutuhkan pengakuan dari masyarakat bahwa dirinya sanggup
mengakui, memilih, serta mengintegrasikan bakat, sikap, dan kemahirannya
sendiri. Mereka sudah bukan lagi anak-anak yang senantiasa membutuhkan
perlindungan orang tua, namun mereka juga belum dapat untuk mandiri.
Dari sudut pandang psikologi, kaum muda merupakan kelompok orang
yang berada dalam masa transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Dalam masyarakat Indonesia, istilah kaum muda dan remaja sulit
untuk dibedakan, tetapi para ahli psikolog pada umumnya menggolongkan masa
muda dalam 2 (dua) periode, yaitu: periode pubertas dan periode adolescentia.
Masa pubertas mencakup usia 12-16 tahun, sedangkan masa adolescentia
mencakup usia 17-22 tahun. Pada tahap pubertas masa perkembangan seseorang
ditandai oleh perubahan dalam hubungan dengan masyarakat atau lingkungan
hidup yang lebih luas. Dalam masyarakat mereka berusaha menemukan tempat
dan menyesuaikan diri secara lebih tepat (Purwa Hadiwardoyo, 1990: ).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Pada dasarnya pandangan psikologis dan sosiologi mengenai kaum muda
mempunyai kaitan erat dan saling melengkapi. Psikologi menekankan
perkembangan psikis sedang sosiologi menekankan kedudukan dan peran sosial
kaum muda dalam masyarakat. Tetapi keduanya menunjukkan tempat kaum muda
dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan
demikian kaum muda dapat dimengerti sebagai kelompok orang yang berbeda
dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, baik secara
psikologi maupun sosiologi.
Orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru,
Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur juga termasuk kategori sebagai
orang muda. Sebagai orang muda mereka juga mengalami masa perubahan yang
sangat fundamental dalam bidang moralitas. Ketika memasuki usia muda mereka
tidak lagi begitu saja menerima kode moral dari orang tua, guru, bahkan temanteman sebaya. Kaum muda mengalami perubahan pandangan moral individu yang
semakin lama menjadi lebih abstrak dan kurang konkrit, keyakinan moral lebih
berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul
sebagai kekuatan moral yang dominan. Penilaian moral menjadi semakin kognitif.
Hal ini mendorong kaum muda lebih berani menganalisis kode sosial dan kode
pribadi dibandingkan masa kanak-kanak (Hurlock, 2005: 225).
Oleh karena itu dalam pembinaan kaum muda sifat-sifat dan ciri khas
mereka
harus
dihargai
dan
diperhitungkan.
Hendaknya
mereka
diberi
kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan
pelaku bina diri dan saling bina. Sebagai anggota Gereja yang berusia muda di
paroki-paroki, mereka adalah warga Orang Muda Katolik (OMK), yang serentak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
juga dapat menjadi anggota pelbagai wadah/ organisasi/ gerakan kategorial sesuai
minat, bakat dan keinginan hatinya (Komisi Kepemudaan KWI, 1993: 8-9).
Dalam topik ini penulis akan membahas mengenai pengertian kaum
muda yang dideskripsikan dalam beberapa bagian yaitu siapa saja yang disebut
kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik yang dipaparkan oleh
beberapa tokoh.
2. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda
Untuk mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda kita perlu melihat
kembali pengertian dari kaum muda itu sendiri. Deskripsi mengenai kaum muda
sangat beragam. Pendapat dari tokoh-tokoh dan dari Kamus Bahasa Indonesia
lebih jelas mendeskripsikan arti dari kaum muda tersebut. Melalui deskripsi
tersebut kita dapat mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda. Deskripsi
tersebut antara lain:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Powadarminta, 1982: 397.594)
mengatakan bahwa kaum muda terdiri dari dua kata yaitu “Kaum” dan “Muda”.
Kaum berarti golongan orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, sedangkan muda
berarti belum sampai setengah umur. Maka kaum muda adalah orang yang
sekerja, sepaham, namun belum sampai setengah umur.
Deskripsi mengenai kaum muda diuraikan oleh Tangdilintin (1984: 5)
dalam buku Pembinaan Generasi Muda: Visi dan Latihan, yang mengutip tulisan
dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi”, sebagai berikut:
Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan
keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia
ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau
dari segi sosiologis, sering kali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu. Status sosial yang
dimaksudkan adalah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada
seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial
ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah dan status
sosial berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang
menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap
sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut
tetapi masih dianggap muda-mudi.
Seperti yang dipaparkan oleh Tangdilintin (1984: 5) bahwa kaum muda itu
digolongkan dari 2 segi yaitu: segi umur dan segi sosiologis. Pada segi umur
dikatakan bahwa yang disebut kaum muda adalah semua orang yang berumur
dibawah umur 24 tahun dan bisa dikatakan masih berstatus bersekolah atau
kuliah. Pada segi sosiologis kaum muda dilihat tidak hanya dari umur dan status
pendidikannya tetapi lebih melihat dari status sosialnya. Status sosial yang
dimaksud adalah di mana seseorang dapat menempatkan dirinya dalam
lingkungan yang ia tempati dan melaksanakan hak serta kewajibannya dalam
masyarakat dan keluarga. Hal tersebut tidak terbatas oleh umur, bila seseorang
sudah berkeluarga dan bekerja, mereka tidak bisa digolongkan sebagai mudamudi. Mereka sudah memiliki tanggung jawab dalam status sosial yang berbeda
dan bisa dikatakan sudah dewasa meskipun usianya masih dalam jangkauan usia
muda-mudi. Tetapi sebaliknya bila orang yang sudah dewasa dalam segi umurnya,
namun belum dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam masyarakat,
mereka masih dikatakan muda-mudi.
Shelton mengatakan bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara
15-24 tahun dan sedang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental,
emosional, sosial, moral, serta religius (Shelton, 1987: 64). Mangunharjana
berpendapat bahwa istilah kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kaum,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah mereka yang
berusia antara 15 tahun sampai 24 tahun atau usia muda-mudi yang masih
berstatus sebagai siswa SMA dan berstatus sebagai mahasiswa (Mangunharjana,
1986: 11-12).
Memberi batasan kepada kaum muda memang sulit karena perlu
memperhatikan berbagai segi di antaranya segi psikologis, sosiologis dan
biologis. Kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada dalam
taraf tertentu yaitu dalam perkembangan hidup seorang manusia (Tangdilintin,
1984: 6).
3. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Katolik
Pada bagian pertama telah dijabarkan deskripsi mengenai siapa saja yang
disebut kaum muda pendapat para pakar-pakar dalam bidangnya. Pada bagian ini
akan dibahas mengenai siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Seperti
halnya pada bagian sebelumnya, pada bagian ini juga akan dijabarkan lebih jelas
siapa saja yang disebut kaum muda Katolik (OMK). Deskripsi tersebut diambil
dari pendapat dan pandangan dari beberapa pakar, yang antara lain sebagai
berikut:
Kaum Muda Katolik (OMK) yaitu warga Gereja Katolik usia tingkat SMA
dan Perguruan Tinggi yang belum menikah (Suhardiyanto, 1998: 387).
Seperti yang dipaparkan pada kutipan di atas bahwa kaum muda itu terdiri
dari berbagai umur dan tingkat pendidikan yang berbeda dan belum menikah.
Mereka menjadi warga Gereja karena telah disahkan secara resmi melalui
sakramen-sakramen yang telah diterimanya. Gereja menyebut orang muda Katolik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
dengan OMK (Orang Muda Katolik). OMK adalah organisasi di mana para kaum
muda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Gereja yang
mendapatkan pembinaan dari Pastor, tokoh-tokoh orang muda maupun Dewan
Paroki. Umat lebih familiar memanggil orang muda Katolik dengan sebutan
OMK. Kaum muda Katolik (OMK) adalah mereka para kaum muda yang aktif
dalam kegiatan Gereja.
Kaum muda Katolik atau yang sering disebut OMK harus sejak dini
disadarkan bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang bermartabat karena
diciptakan Allah sesuai dengan citra-Nya (Kej 1:27). Mereka memiliki panggilan
dasar untuk menjaga hidup dan berperilaku sebagai citra Allah, dan semakin
mendekati citra Allah itu. Untuk mendekati citra Allah itu kaum muda hendaknya
mampu mengenali diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Kesadaran diri
itulah yang akan melandasi kaum muda untuk membangun harga diri dan percaya
kepada dirinya. Dengan dasar harga diri dan percaya diri yang dimiliki itulah
maka kepribadian yang menyangkut kejujuran, sikap adil, bertanggung jawab,
disiplin dan solider akan berkembang seperti pada kutipan berikut:
OMK itu adalah kaum muda Katolik yang mengenal diri dan percaya diri
sebagai citra Allah, berwatak jujur, adil, bertanggung jawab, terbuka,
disiplin, solider, beriman kokoh-kritis dengan spiritualitas martyria, mau
dan mampu berperan aktif dalam hidup menggereja, serta mengemban
misi sosial membangun keadaban publik (Tangdilintin 2008: 62).
Pada kutipan di atas kaum muda sungguh diharapkan dapat bertanggung
jawab akan perannya sebagai orang muda Katolik. Mereka mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan Gereja, melalui keterlibatannya dalam hidup
menggereja. Kaum muda juga harus beriman secara kokoh dan menyadari bahwa
dirinya adalah citra Allah yang memiliki sikap-sikap baik dan sesuai dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
kehendak Allah. Sikap-sikap baik misalnya terbuka terhadap lingkungan sekitar
dengan melihat akan tanggung jawab dan perannya terhadap Gereja maupun
masyarakat.
B. Jenis-jenis Pacaran
Berkat makin kuatnya hubungan dasar, pasangan pacar bersedia untuk
saling menukar nilai hidup yang dipegang masing-masing. Dengan kesediaan
pasangan pacar untuk saling berubah, tenggang rasa, dan bertukar nilai, ikatan
hubungan antar pacar dapat semakin diperkuat. Maka dapat disadari bahwa dalam
berpacaran, digolongkan dalam dua tipe yaitu self-fulfilment (untuk kepentingan,
kepenuhan,
kesenangan,
kebutuhan,
pribadi/egoisme)
dan
self-serving
(memikirkan yang baik dan benar untuk pasangan). Orang muda Katolik yang
sedang berpacaran perlu berefleksi tipe mana yang digunakan (Agus Hardjana,
2002: 79).
1. Pacaran ala tebu: habis manis sepah dibuang. Pacar yang tidak lagi
menyenangkan, membosankan, tidak sesuai dengan harapan akan mudah
diputus dan pasangan pacar mulai mencari seseorang yang dirasanya cocok.
2. Pacaran ala badak: pacaran yang selalu monoton, tak bervariasi, tanpa kesan,
terlihat resmi. Apel secara rutin, tetapi tidak ada isinya, yang penting pacaran.
Pacaran seperti ini yang membuat pasangan pacar tidak betah serta mencari
pasangan lain yang diharapkan.
3. Pacaran ala mimi dan mintuna: pacaran sangat mengasyikkan dan mengesan
dekat, akrab, selalu berdua, keberadaan fisik menjadi tekanan, sebagai bukti
saling cinta. Hal ini menutup orang lain untuk menjalin persahabatan. Jenis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
pacaran seperti ini yang menjadi permasalahan dalam berpacaran karena
pasangan pacar akan meminta pacarnya untuk membuktikan cintanya kepada
pasangan dengan melakukan hubungan seks.
4. Pacaran ala ayam: berperan sebagai play boy. Kalau sudah bosan akan mudah
putus dan mencari lagi. Karena pandangan yang dipakai banyak teman atau
kenalan akan makin berpengalaman. Tipe pacaran seperti ini tidak bisa
dijadikan pedoman atau panutan dalam berpacaran
5. Pacaran ala malaikat: pacaran sangat suci. Hati-hati bertindak menyelidiki
mengapa orang berpacaran, perginya selalu ke Gereja, anti bioskop, anti hurahura, bahkan terkadang anti kemesraan. Setia pada partner, kalem, tanpa
konflik. Jenis pacaran ini, pada zaman modern seperti ini sudah jarang
dilaksanakan oleh pasangan pacar. Hal ini menjadi sangat aneh bagi kaum
muda dalam menjalin relasi pacaran.
6. Pacaran ala merpati: pacaran yang dewasa, mengandalkan pengertian dan
kesetiaan. Cinta yang tulus, mau berkorban, saling bertanggung jawab dan
tidak lepas dari kemesraan hingga dijadikan lambang perkawinan. Jenis
pacaran ini menjadi dambaan setiap pasangan pacar dalam membangun
keluarga Kristiani yang diharapkan.
C. Tahap-Tahap Pacaran
Dalam proses pergaulan faktor jasmani ataupun rohani dapat
menyebabkan pria dan wanita saling tertarik. Dengan saling tertarik itu belum
berarti bahwa kedua jenis manusia itu langsung menjadi calon pacar, bahkan
pacar. Untuk sampai ke dalam tahap pacaran ada tahap-tahap yang harus dilewati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Menurut Agus Hardjana, (2002: 23-31), ada empat tahap dalam berpacaran: tahap
perkenalan, tahap penjajakan, tahap pendekatan, tahap kesepakatan.
1. Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan adalah tahap dimana calon pacar berusaha saling
mengenal satu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling mengenal
sebelumnya, proses saling mengenal itu berjalan lebih cepat. Para calon pacar
yang merupakan mantan teman sekolah, mantan teman kuliah, teman dalam
kegiatan atau organisasi, teman sekerja atau teman dalam kegiatan lingkungan
keagamaan, pada umumnya sudah saling mengenal nama, alamat, pekerjaan, dan
mungkin juga bakat atau hobi khusus.
Saling berkenalan berarti saling mengetahui data-data, mula-mula lahir
dan kemudian batin, maka perkenalan mengandaikan suatu proses panjang, sedikit
demi sedikit dan berjalan secara alami.