PERAN GURU DALAM PERSPEKIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018) - Test Repository
PERAN GURU DALAM PERSPEKIF
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44
(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NURUL FADILLAH
NIM : 111-14-330
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
2018
PERAN GURU DALAM PERSPEKIF
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44
(Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung
Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NURUL FADILLAH
NIM : 111-14-330
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
2018 Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Nurul Fadillah
Kepada: Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah saudara : Nama : Nurul Fadillah NIM : 111-14-330 Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam Judul : IMPLEMENTASI PERAN PENDIDIK MENURUT
Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs
Negeri 2 Temanggung Tahun Ajaran 2017/2018)
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Jalan Lingkar Selatan Km 02, Kel.Pulutan, Sidorejo, Salatiga 50716 Webs SKRIPSI PERAN GURU DALAM PERSPEKTIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018)
Disusun oleh:
NURUL FADILLAH NIM : 111-14-330
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nurul Fadillah NIM : 111-14-330 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
MOTTO
َمُهْ نَع ُللها َيِضَر َرَمُع ِنْب ِللهاِدْبَع ْنَع َمَّلَسَو ِهْيَلَع للها ىَّلَص ِّيِبَّنلا نَعا
ِنْي َدِلاوْلا ُطَخَس ىِف للها ُطَخَسَو ِنْي َدِلاَوْلا ىَضِر ىِف ُللها ىَضِر
“Keridhoan Allah itu terletak pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah itu,
terletak pada murka orang tua.” (H.R. Tirmidzi)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia- Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibundaku tersayang, Seno dan Siti Chofifah yang selalu membimbingku, memberi dukungan moril dan material, memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Adik kandungku, Ainum Sefi Kurnia dan seluruh keluargaku yang aku sayangi.
3. Teman-teman, saudara dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyeleseikan skripsi ini.
4. Seluruh keluarga besar MTs Negeri 2 Temanggung
5. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan PAI.
6. Keluargaku di Salatiga, FORMATAS (Forum Mahasiswa Temanggung di Salatiga)
7. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kota Salatiga.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur kehadirat
alhamdulillahi robbil’alamin, penulis
panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyeleseikan tugas skripsi ini dengan judul PERAN GURU Dalam Perspektif Q.S. An-Nahl Ayat 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri
2 Temanggung Tahun 2018), sebagai salah satu syarat kelulusan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Tidak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Semoga sebagai orang Islam, kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti. Amin.
Penulisan Skripsi ini tidak akan terseleseikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyeleseikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
3. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, memberikan motivasi dan meluangkan waktunya untuk penulis, sehingga skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak Rasimin, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing selama proses perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
6. Teman-teman dan adik-adikku semua, Astri, Istirokhah, Atik, Nonik,Fadil, Eka Lisa Septiyana, Desti Dwi Cahyani, Wibi, Della, Izza, Isti, Magdalena dan lainnya yang selalu memberikan motivasi dan membantu saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR...............................................................................i HALAMAN BERLOGO.......................................................................................ii HALAMAN SAMPUL DALAM.........................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN...........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...........................................................vi MOTTO................................................................................................................vii PERSEMBAHAN..............................................................................................viii KATA PENGANTAR......................................................................................... ix DAFTAR ISI........................................................................................................xi DAFTAR TABEL............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................................................xvi ABSTRAKSI....................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Fokus Penelitian.........................................................................................4 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................5 D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5 E. Bangunan Teori.........................................................................................6 F. Penegasan Istilah.......................................................................................7 G. Sistematika Penulisan................................................................................8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pendidik..............................................................................................10
2. Peran Pendidik
a. Pengertian Peran...........................................................................26
b. Peran Guru....................................................................................26
3. Guru PAI............................................................................................33
B. Kajian Pustaka (Kajian Penelitian Terdahulu).........................................34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan...............................................................39 B. Kehadiran Penelitian.................................................................................39 C. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................40 D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian....................................................40 E. Sumber Data.............................................................................................41 F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................41 G. Teknik Analisis Data................................................................................43 H. Teknik Keabsahan Data...........................................................................44 I. Tahap-tahap Penelitian.............................................................................45 BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. PAPARAN DATA
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian.................................................46
2. Pembahasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
a. Redaksi Ayat dan Terjemahan.....................................................68
b. Makna Mufrodat..........................................................................69
c. Munasabah...................................................................................69
d. Asbab Al-Nuzul...........................................................................71
e. Penjelasan Q.S. An-Nahl Ayat 43-44
1. Tafsir Al-Azhar......................................................................71
2. Tafsir Jalalain.........................................................................74
f. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 43-44..........................................75
3. Penyajian Data Berdasarkan Hasil Penelitian..................................85
B. ANALISIS DATA
1. Analisis Peran Guru Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44.................94
2. Analisis Implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam Mendidik Menurut Q.S. An-Nahl Ayat 43-44........................97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................100 B. Saran.......................................................................................................101 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR NILAI SKK
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Identitas MTs Negeri 2 Temanggung
2. Tabel 4.2 Struktur Organisasi MTs Negeri 2 Temanggung
3. Tabel 4.3 Jenjang Staf dan Guru MTs Negeri 2 Temanggung
4. Tabel 4.4 Daftar Kelulusan MTs Negeri 2 Temanggung
5. Tabel 4.5 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi A
6. Tabel 4.6 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi B
7. Tabel 4.7 Poin Pelanggaran Tata Tertib Klasifikasi C
8. Tabel 4.8 Poin Penghargaan Siswa Klasifikasi A
9. Tabel 4.9 Poin Penghargaan Siswa Klasifikasi B
10. Tabel 4.10 Daftar Nama Guru MTs Negeri 2 Temanggung
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Lembar Observasi
3. Kode Penelitian
4. Transkip Wawancara
5. Hasil Observasi
6. Dokumentasi
7. Surat Penunjukan Pembimbing
8. Surat Permohonan Izin Penelitian
9. Surat Keterangan Bukti Penelitian
10. Lembar Konsultasi Skripsi
11. Daftar Riwayat Hidup
12. Daftar Nilai SKK
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
‘ain ‘ Koma terbalik di atas
ص
şād ş Es (dengan titik di bawah)
ض
ḍaḍ ḍ De (dengan titik di bawah)
ط
Ța’ ṭ Te (dengan titik di bawah)
ظ
ż ẓ Zet (dengan titik di bawah)
ع
غ
ش
gain g ge
ف
Fa’ f ef
ق
qāf q qi
ك
kāf k ka
ل
lam l el
syin sy Es dan ye
Berdasarkam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا
ح
alif Tidak dilambangkan Tidak di lambangkan
ب
Ba’ b be
ت
Ta’ t te
ث
Sa’ ś Es (dengan titik di atas)
ج
jim j Je
Ha’ ḥ Ha(dengan titik di bawah)
س
خ
Kha’ kh Ka dan ha
د
dal d de
ذ
żal ż Zet (dengan titik di atas)
ر
Ra’ r er
ز
zal z zet
sin s Es
karāmah al-auliyā’
Ya’ y ye Konsonan angkap karena syaddah di tulis rangkap
ditulis
ءايلولأا ةمارك
“al” serta bacaan kedua itu terpisah,maka di tuli dengan h.
Di tulis jizyah (ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata
Di tulis hibah ةي زج
1. Bila di matikan di tulis h ةبه
Ta’ Marbuttah
Di tulis ‘iddah
ةّدع
ي
م
hamzah , apostrof
ء
Ha’ h ha
ﻫ
wawu w we
و
Nun n en
ن
mim m em
- – kata arab yang sudah teresap kedalam bahas indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya,kecuali di kendaki lafal aslinya). Bila di mikuti dengan kata
Vokal Pendek
kasrah ditulis a
ﹷ
fathah ditulis i
ﹻ
dammah ditulis u
ﹹ Vokal Panjang
fat ditulis ḥah+alif ā ditulis jāhiliyyah
ةيلﻫاج
fat ditulis ḥah+ya’ mati ā ditulis yas` ā
ىعسي
ditulis Kasrah+ ya’ mati ī ditulis karīm
يمرك
ḍammah+wawu mati ditulis ū ditulis furūḍ
ضورف Vokal Rangkap
fat ditulis Ai ḥah+ya’ mati ditulis bainakum
مكنيب
fat ditulis Au ḥah+wawu mati ditulis qaulun
لوق
ABSTRAK
Fadillah, Nurul. 2018. Peran Guru dalam Perspekif Q.S. An-Nahl Ayat
43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018) . Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Kata Kunci: Peran Guru, Q.S. An-Nahl ayat 43-44, Guru PAI
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Guru menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 dan mengetahui implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam mendidik
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggabungkan
library research dan field research. Untuk menjawab rumusan masalah
pertama menggunakan kaidah tafsir ijmalli dan untuk menjawab rumusan masalah kedua dengan analisis kualitatif.
Penulis menyimpulkan bahwa peran guru menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 adalah guru sebagai pengajar, pembimbing, dan pemimpin (manager kelas). Hasil penelitian menunjukkan: (1) implementasi guru sebagai pengajar adalah a) menerapkan pembelajaran kontekstual b) membuat rencana pembelajaran c) menerapkan pembelajaran tekstual d) menggunakan strategi mengajar yang berbeda-beda e) mengadakan evaluasi pembelajaran. (2) implementasi guru sebagai pembimbing adalah a) mengingatkan secara konsisten, memberi contoh nyata, dan mendampingi pembiasaan agama yang diterapkan di sekolah b) memberikan nasehat-nasehat c) memberikan motivasi. (3) implementasi guru sebagai pemimpin (pengelola kelas) adalah a) membangun interaksi melalui komunikasi dan pendekatan emosional b) memperhatikan kesiapan sebelum mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam lingkup pendidikan ada beberapa komponen yang sangat
penting, salah satunya adalah pendidik. Pendidik merupakan orang yang melakukan peran mendidik. Pendidik secara formal merupakan mata rantai yang tidak bisa dipisahkan dalam rentetan proses pendikan, yang dimulai dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Pendidik mempunyai peran yang sangat vital dalam mengarahkan perkembangan anak. Sesuai dengan teori tabularasa yang dikemukakan oleh John. Locke. bahwa anak lahir diumpamakan sebagai kertas yang putih bersih, mau jadi apa kertas itu tergantung kepada yang menulisi. Jadi, akan dijadikan apa anak itu tergantung dari pendidiknya (Barnadib, 1976: 65).
Terkait dengan pendidik, maka secara spontan kita akan mengenal orang tua, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya.
Orang yang pertama kali mendidik kita adalah orang tua kita sendiri. Orang tua menjadi pendidik yang paling penting dan paling utama karena orang tua yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya. Orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anaknya. Namun karena keterbatasan dan kurang maksimal dalam memberikan pendidikan, maka orang tau menitipkan anaknya ke sekolah. Kebanyakan orangtua berfikir untuk menyekolahkan anaknya di Lembaga Pendidikan Islam, karena dirasa lebih banyak pelajaran agamanya. Salah satu jenis sekolah berbasis Islam adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Madrasah Tsanawiyah (MTs) menjadi alternatif bagi orang tua dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dan pembinaan akhlak anak. Sebagai contohnya adalah MTs Negeri 2 Temanggung. Madrasah ini, walaupun terletak di desa dan diapit oleh dua sekolah negeri terdekat yaitu SMP Negeri 1 Kedu dan SMP Negeri 3 Kedu, tetapi tetap memiliki daya tarik tersendiri di kalangan masyarakat. Terbukti dengan banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di MTs Negeri 2 Temanggung ini. Selain itu, karena MTs Negeri 2 Temanggung telah banyak mengukir jiwa raga peneliti, dan banyak ilmu yang peneliti dapat disana, maka sebagai rasa kepemilikan peneliti, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di Sekolah ini.
Di lingkungan madrasah, yang menjadi sorotan paling utama adalah Guru PAI. Guru PAI tidak hanya berkewajiban menyampaikan ajaran yang bersumber dari al-
Qur’an dan Hadis, tetapi juga berperan penting dalam membimbing anak agar mempunyai sifat dan perilaku yang Islami. Tanggung jawabnya tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT. Sehingga harus benar-benar memahami peran yang harus dilakukannya.
Banyak sekali literatur yang menjelaskan mengenai pendidik. Namun dalam hal ini, peneliti akan mengkaji peran pendidik bersumber dari Alquran, yaitu Q.S. An-Nahl. Q.S. An-Nahl merupakan surah ke-16 dalam al-
Qur’an. Surah ini terdiri dari 128 ayat dan termasuk surah Makkiyah. Isi kandungan dalam surah ini meliputi keimanan, hukum, dan kisah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah, karena di dalamnya terdapat firman Allah yaitu pada ayat 68 yang artinya:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada le bah”. Lebah adalah makhluk Allah yang
banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan al- Qur’an al-
Karīm. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan bisa menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedangkan al- Qur’an mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi- nabi zaman dahulu ditambah ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Surah ini dinamakan pula An-
Ni’am yang artinya nikmat-nikmat, karena
didalamnya Allah menyebutkan berbagai macam kenikmatan yang diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya (Izzan dan Saehuddin, 2007: 205).
Ayat al- Qur’an yang akan dikaji oleh peneliti adalah Q.S. An-Nahl ayat
43-44. Dari penjabaran alasan diatas, peneliti ingin mengupas Q.S. An- Nahl ayat 43-44 yang ada kaitannya dengan pendidikan. Lebih khususnya adalah yang terkait dengan pendidik (guru). Didalam Q.S. An-Nahl ayat 43-44 diterangkan mengenai konsep ahlu al-
żikr, dan konsep-konsep lain yang menyinggung tentang pendidikan. Namun, pada intinya peneliti ingin lebih menganalisis Q.S. An-Nahl ayat 43-44 terkait dengan peran pendidik (guru). Pada kenyataan yang peneliti lihat, ada sebagian guru yang dalam melaksanakan tugas, lebih fokus pada tugas mengajar saja. Mereka kurang memantau perkembangan anak didik. Padahal tanggung jawab seorang guru tidak hanya tanggung jawab pengetahuan, tetapi yang lebih penting adalah tanggung jawab moral, etika, akhlak dan kepribadian anak didik. Terkait dengan keempat hal tersebut, tidak akan terbentuk dengan baik jika seorang guru hanya mentransfer nilai-nilainya saja tanpa ada usaha mendidik, membina, dan membimbing anak.
Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, seorang guru harus mampu memahami fungsi/peran guru serta kesesuaian berupa tindakan yang harus dilakukannya. Sehingga dalam hal ini, peneliti ingin mengkaji tentang peran pendidik (guru) diambil dari analisis tafsir ayat Al- Qur’an. Sebagai implementasi dari peran pendidik, maka peneliti juga melakukan studi kasus pada Guru PAI di suatu instansi. Penelitian ini dilaporkan dengan mengangkat judul
“PERAN GURU DALAM PERSPEKTIF Q.S. AN-NAHL AYAT 43-44 (Studi Kasus Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung Tahun 2018 )”.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru dalam perspektif Q.S.An-Nahl ayat 43-44?
2. Bagaimana implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam mendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peran guru berdasarkan Q.S. An-Nahl ayat 43-44.
2. Untuk mengetahui implementasi Guru PAI MTs Negeri 2 Temanggung dalam mendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuwan tentang tafsir ayat pendidikan mengenai peran pendidik (guru).
b. Memberikan kontribusi ilmiah bagi kalangan akademis yang akan mengadakan penelian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang tugas/peran pendidik menurut al-
Qur’an berdasarkan kajian tafsir.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang implementasi peran pendidik menurut al- Qur’an, yang dapat diaplikasikan oleh guru.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan bahan rujukan bagi calon pendidik atau yang sudah menjadi pendidik agar menyadari peran yang harus dilakukan oleh seorang pendidik.
E. Bangunan Teori
Dalam mengupas materi penelitian, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat. Zakiyah Daradjat mengistilahkan bahwa didalam fungsi/peranan seorang pendidik terkandung tugas-tugas seorang guru. Antara fungsi dan tugas sama-sama mengandung sebuah kewajiban atau tanggung jawab. Sehingga teori mengenai fungsi atau tugas pendidik itulah yang dimaksud dengan peran pendidik. Menurut Zakiyah Daradjat (2014: 232) fungsi atau tugas guru meliputi:
1. Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Tugas bimbingan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan.
Pemberi bimbingan bagi guru meliputi bimbingan belajar dan bimbingan pemberian sikap. Dengan demikian pemberi bimbingan, membimbing agar setiap murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap.
3. Tugas administrasi Guru bertugas pula sebagai tugas administrasi, bukan berarti sebagai pegawai kantor. Melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola (manajer) interaksi belajar mengajar.
F. Penegasan Istilah
1. Peran Pendidik Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya (Soekanto, 2002: 243).
Sedangkan pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, maupun melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk Allah, sebagai khalifah di bumi, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri (Uhbayati, 1997: 7). Di rumah yang berperan sebagai pendidik adalah orang tua, di sekolah adalah guru, dan di lingkungan masyarakat adalah organisasi masyarakat (ormas) dan para tokoh masyarakat (Izzan dan Saehuddin, 2012: 133).
Adapun jenis pendidik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah guru. Tugas atau fungsi guru menurut Zakiah Darajat dkk (2011: 267) adalah : tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar, tugas bimbingan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan tugas administrasi.
2. Guru PAI Menurut Ahmad D. Marimba (1998: 98) pendidik islam atau guru agama adalah orang yang bertanggung jawab mengarahkan dan membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum agama islam. Sedangkan Guru PAI adalah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak, Al-
Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63).
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan Dalam Bab ini penulis mengemukakan tentang Latar belakang,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka Dalam penelitian ini dikemukakan kajian teori yang meliputi:
pengertian pendidik, sifat pendidik, syarat pendidik, kompetensi pendidik, kode etik pendidik, peran pendidik, serta pengertian Guru PAI.. Selain itu, juga akan dikemukakan kajian pustaka terkait dengan kajian penelitian terdahulu.
Bab III : Metode Penelitian Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian dan
pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV: Paparan dan Analisis Data Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah paparan data dan
analisis data. Peneliti akan memaparkan data tentang gambaran umum tempat penelitian (MTs Negeri 2 Temanggung), pembahasan Q.S. An- Nahl ayat 43-44 dan penyajian berdasarkan hasil penelitian. Adapun dalam analisis data, peneliti akan memaparkan tentang analisis peran pendidik menurut Q.S. An-Nahl ayat 43-44 serta analisis hasil penelitian.
Bab VI : Penutup Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi : kesimpulan, saran, dan kata penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pendidik
a. Pengertian Pendidik
Munculnya kata pendidik tidak terlepas dari kata “pendidikan”. Umumnya, kata pendidikan dibedakan dari kata pengajaran, sehingga muncul kata “pendidik” dan “pengajar”.
Muh. Said sebagaimana dikutip dalam bukunya Musbikin (2010: 56) pandangan semacam itu dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir orang barat, khususnya orang Belanda, yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata opveoding (pendidikan).
Hakikat pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik efektif, kognitif, maupun psikomotorik. Menurut Ahmad Tafsir (2004: 74) definisi pendidik dalam pandangan islam adalah orang yang mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif.
Nur Uhbayati (1997: 7) mengatakan bahwa pendidik itu adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, maupun melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk Allah sebagai khalifah dibumi, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Pendidik menurut Arifin (2000: 143) adalah manusia hamba Allah yang bercita-cita islami yang telah matang secara rohani dan jasmani, dan memahami perkembangan dan pertumbuhan manusia didik bagi kehidupan masa depan. Ia tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan manusia didik, melainkan juga mentransformasikan tata nilai islam ke dalam pribadi mereka sehingga mapan dan menyatu, serta sebagai pelajar mampu mewarnai perilaku mereka sebagai pribadi yang bernafaskan islam. Dirumah yang berperan sebagai pendidik adalah orang tua, di sekolah adalah guru, dan di lingkungan masyarakat adalah organisasi masyarakat (ormas) dan para tokoh masyarakat (Izzan dan Saehudin, 2012: 133).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab XI
pasal 39 poin 3 dijelaskan: “Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru….” (Departemen Agama RI, 2006 : 61).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Bab I pasal 1 pengertian guru adalah sebagai berikut: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Departemen Agama RI, 2006: 2).
Secara legal formal, yang dimaksud dengan guru adalah seseorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di lembaga pendidikan sekolah (Suparlan, 2006 : 11).
Sedangkan guru dalam konteks Islam disebut dengan
”murabbi”, “mu’alim” dan “mu’addib” (Ramayulis, 2002: 56).
Uraian istilah tersebut menurut Marno (2010: 15) yaitu: 1) Murabbi lebih menekankan pengembangan dan
Murabbi
pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniyah maupun ruhaniyah 2)
Mu’alim
Mu’allim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science)
3)
Mu’addib Mu’addib lebih menekankan pendidik sebagai pembina
moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan. Peran sebagai
Mu’addib menjadi tanggung jawab yang
besar, karena apa yang harus dilakukan guru tidak hanya sebatas memahamkan mengenai pendidikan akhlak, namun juga mendidik peserta didik agar mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Kuswanto, 2014: 198).
Jadi yang bisa dikatakan pendidik tidak hanya guru. Namun pendidik yang lebih bertanggungjawab terhadap perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik anak di lingkup sekolah adalah guru. Dalam Islam sebutan guru sering disebut dengan istilah
murabbi, mu’alim, muadib, uztad/uztadzah, dsb.
b. Syarat Pendidik
Dalam pendidikan islam, syarat secara umum untuk menjadi guru yang baik dan dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan kepadanya adalah sebagai berikut : 1) Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru
Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah yang merupakan teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu member teladan baik kepada murid-muridnya, sejauh itu pulalah diperkirakan ia akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak baik dan mulia.
2) Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar, kecuali dalam keadaan terpaksa dan sementara.
3) Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru Kita menganal ucapan
“mens sana in corpora sano”, yang artinya: dalam tubuh yang sehat terkandung
jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. 4) Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru
Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik kepada anak, dan hal ini hanya bisa terwujud jika guru berakhlak baik pula. Yang dimaksud dengan akhlak baik dlam pendidikan islam ialah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama kita, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wassalam. Diantara akhlak guru tersebut
ialah:
a) Mencintai jabatannya sebagai guru Tidak semua orang menjadi guru karena “panggilan jiwa”. Diantara mereka ada yang menjadi guru karena keadaan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan sebagainya. Dalam keadaan bagaimanapun seorang guru harus berusaha mencintai pekerjaannya. Dan pada umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besar apabila dihayati benar-benar keindahan dan kemuliaan tugas itu. Yang paling baik ialah apabila seseorang menjadi guru karena didorong oleh panggilan jiwanya.
b) Bersikap adil
c) Berlaku sabar dan tenang
d) Guru harus berwibawa
e) Guru harus gembira
f) Guru harus bersifat manusiawi
g) Bekerja sama dengan guru-guru lain h) Bekerja sama dengan masyarakat (Sudiyono, 2006: 126-128).
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001: 118) guru professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi: 1) Memiliki bakat sebagai guru 2) Memiliki keahlian sebagai guru 3) Memilki keahlian yang baik dan terintegrasi 4) Memilki mental yang sehat 5) Memilki pengalaman dan pengetahuan yang luas 6) Guru adalah manusia berjiwa pancasila 7) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.
c. Sifat Pendidik
Atiyyah Al-Abrasyi (1970: 139-140) mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai berikut: 1) Zuhud
Seorang guru haruslah seorang yang zuhud. Ia mengajar haruslah semata-mata mencari keridlaan Allah, bukan karena mencari upah, gaji atau balas jasa, namun bukan berarti guru tidak boleh menerima upah atau gaji.
2) Bersih lahir dan batin Seorang guru haruslah orang yang senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin. Tubuhnya senantiasa bersih dan batinnya dijauhkan dari sifat-sifat madzmumah seperti riya, dengki, permusuhan, perselisihan. Guru juga harus terhindar dari dosa besar.
3) Ikhlas dalam pekerjaan Keikhasan dan kejujuran seorang guru adaah jalan terbaik ke arah suksesnya tugas guru dan suksesnya anak didik. Saah satu tanda keikhlasan guru adaah tidak mau mengaku tidak tahu apabila memang dia tidak tahu terhadap suatu ilmu. Dia akan senantiasa belajar meski itu dari muridnya sendiri. 4) Pemaaf
Seorang guru yang baik harus bersifat pemaaf sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada rasul yang merupakan guru bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran/3: 159.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
” (Departemen Agama RI, 2006: 71).
5) Harus merupakan seorang bapak dari anak didiknya Seorang guru harus mencintai anak didiknya seperti mencintai anak kandungnya sendiri. Dengan cinta kasihnya seorang guru akan senantiasa ada di hati anak didiknya, sehingga mereka akan senang bila belajar bersamanya.
6) Harus mengetahui tabiat anak didiknya Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat kebiasaan anak didiknya agar dia tepat daam menggunakan startegi dan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran. 7) Harus menguasai mata pelajaran.
Penguasaan terhadap mata pelajaran merupakan sebuah keniscayaan terlebih dengan ditetapkann kompetensi professional bagi seorang guru.
d. Kode Etik Profesi
Semua profesi harus mempunyai kode etik profesi termasuk di dalamnya guru. Kode etik sebagaimana dikemukakan Soetcipto (2009: 30), adalah norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidup bermasyarakat. Westby Gibson sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan bahwa kode etik (guru) sebagai suatu statemen formal yang merupakan norma (aturan tatat susila) dalam mengatur tingkah laku guru (Djamarah, 2005: 45). Kode Etik Guru Indonesia dirumuskan oleh Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai berikut:
KODE ETIK GURU INDONESIA Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu guru Indonesia terpanggil untuk menuaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5) Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. 6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI, sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. 9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan (Suparlan, 2006: 62-63).
e. Kompetensi Pendidik
Seorang pendidik yang bertanggung jawab, tentunya harus memiliki kompetensi-kompetensi tertentu, yang memungkinkan kewajibannya terlaksana secara baik. Kompetensi secara sederhana berarti kemampuan atau kecakapan (Mahmud, 2011: 132). Mengutip dari pendapat Barlow, Muhibbin Syah (1995: 230) memberikan pengertian kompetensi guru sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.
Ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru, yang sekaligus merupakan profil GPAI yang diharapkan agar dalam menjalankan tugas kependidikannya dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesional dari guru (Majid, 2002: 99).
1) Kompetensi personal religius Aspek personal menyangkut pribadi dari guru itu sendiri. Kompetensi personal religius merupakan kemampuan dasar menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai yang hendak ditransferkan kepada anak didiknya. Misalnya nilai kejujuran, keadilan, kebersihan, dan sebagainya. Nilai tersebut harus dimiliki oleh seorang pendidik untuk memudahkan mentransinternalisasi (pemindahan dan penghayatan nilai- nilai) terhadap anak didik. Aspek personal ini diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan.