Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019 - Test Repository

  

UPAYA GURU PAI DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN

PERILAKU ANAK TUNAGRAHITA DI SMALB NEGERI SALATIGA

TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

TRI OKTAVIANI

  

NIM : 111-14-030

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

UPAYA GURU PAI DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN

PERILAKU ANAK TUNAGRAHITA DI SMALB NEGERI SALATIGA

TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

TRI OKTAVIANI

  

NIM : 111-14-030

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

Tujuan seorang guru bukanlah menciptakan siswa-siswanya menurut

pandangannya, tapi mengembangkan siswanya yang mampu menciptakan

pandangan mereka sendiri

  • Tri Oktaviani*

  

Anak-anak bagaikan bunga, siramilah selalu dengan kasih sayang, pupuklah

dengan nilai-nilai kebaikan agar mereka kelak mekar menjadi bunga yang indah

  • Arifin*

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ‘alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

  skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1.

  Bapak Suyanto dan Ibu Siti Sobiah, sebagai wujud baktiku padanya, yang senantiasa memberikan nasehat, mencurahkan kasih sayang, dan telah mendidikku dari kecil sampai dewasa ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

  2. Kakakku tersayang Slamet Hariyanto yang selalu memberiku motivasi dan semangat.

  3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku

  4. Sahabat-sahabatku (sa’idatun ‘Iin M, Fahruni D, Desi Nor W, Zahrotul U, Rokhanah) yang telah memberi motivasi dan semangat.

  5. Teman-teman seperjuangan (Himatul Uliyah, Eka Yuniyanti, Mir’atus S) di PPTQ Al-Muntaha yang selalu memberi arahan dan semangat.

  6. Keluarga besar PPTQ Al-Muntaha yang saya sayangi.

  7. Tunangan saya Muhammad Mustofa, terimakasih selalu mendukung dan memberi semangat untuk saya.

  8. Temanku Anggix Lyga Wijayanto, yang selalu memberi motivasi, arahan, dan semangat.

  9. Ustadzah Aida, terimakasih dukungan dan semangatnya.

  10. Teman-teman PAI angkatan 2014.

KATA PENGANTAR

  Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya, pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membimbing Siswa Tunagrahita Sedang (studi kasus pada siswa kelas XI di SMALB Negeri Salatiga Tahun 2018/2019)” ini yang merupakan tugas dan syarat wajib yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan agama Islam (PAI)

  IAIN Salatiga.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat dijagat raya ini. Beliau adalah pembawa dan penyampai risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-imu keislaman, yang dapat menjadi bekal hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.

  Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada smeua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada :

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Siri Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Ibu Dra. Urifatun Anis M.Pd.I., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dan arahan serta keihklasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan pada penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik penulis yang dengan sabarnya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.

  6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staff perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  7. Bapak Muhlisun, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMALB Negeri Salatiga, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penulisan disekolah tersebut.

  8. Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I., selaku guru PAI SMALB Negeri Salatiga yang menjadi narasumber utama dan membantu penulis selama melakukan penulisan.

  9. Bapak/Ibu Guru serta Staff Karyawan SMALB Negeri Salatiga yang telah membantu penulis selama melakukan penulisan.

  10. Orang tua tercinta Bapak Suyanto dan Ibu Siti Sobiah yang telah mencurahkan kasih sayang, semangat dan doa demi keberhasilan penulis.

  11. Kakakku tersayang Slamet Hariyanto yang selalu memberiku motivasi dan semangat.

  12. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan di dunia maupun di

  

ABSTRAK

  Oktaviani, Tri. 2018. Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing : Dra. Urifatun Anis M.Pd.I.

  Kata Kunci : Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja bentuk penyimpangan yang dilakukan anak tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga dan bagaimana upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi penyimpangan perilaku tersebut.

  Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data model interaktif, sedangkan pengecekan keabsahan datanya menggunakan truangulasi sumber dan metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SMALB Negeri Salatiga Bulan Agustus sampai dengan September. Subjek dalam penelitian ini adalah narasumber utama yang dapat memberikan informasi data yang dibutuhkan untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini, adapun subjeknya yaitu Guru pendidikan agama Islam. Sedangkan informannya adalah Kepala Sekolah dan siswa. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan berupa metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penyajian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Tehnik analisis data dalam penelitian ini yaitu 1) data reduction (reduksi data), 2) data display (penyajian data), 3) drawing conclusion/ verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).

  Hasil penelitian ini berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan anak tunagrahita antara lain: 1) tindakan anti sosial 2) tindakan yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat. Sedangkan peran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam hal mengatasi penyimpangan perilaku anak tunagrahita yaitu 1) konseling individual/pribadi. 2) metode pembiasaan yang dilaksanakan pada saat di dalam kelas maupun di luar kelas. 3) home visiting.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL …………………… ............................................... i

  LEMBAR BERLOGO ............................................................................ ii HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................... vi MOTTO................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ................................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................ ix ABSTRAK .............................................................................................. xii DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

  BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian.................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian................................................................ 9 1. Manfaat Teoritis ............................................................ 9 2. Manfaat Praktis ............................................................. 9 E. Penegasan Istilah .................................................................. 9 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam ......................... 10 2. Mengatasi Kenakalan Siswa Tunagrahita ..................... 11 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 11

  

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 13

A. Landasan Teori ..................................................................... 13 1. Upaya Guru ................................................................... 13 a. Pengertian Upaya ................................................... 13 b. Pengertian Guru ..................................................... 13 c. Syarat Guru ............................................................ 18 d. Tugas Guru ............................................................. 21 2. Pendidikan Agama Islam .............................................. 24 a. Pengertian pendidikan Agama Islam ..................... 24 b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ........ 26 3. Tunagrahita .................................................................. 30 a. Pengertian Tunagrahita .......................................... 30 b. Klasifikasi Anak Tunagrahita ................................ 31 c. Karakteristik Tunagrahita ...................................... 33 d. Faktor Penyebab Tunagrahita ................................ 37 4. Penyimpangan Perilaku/Abnormal ............................... 38 a. Pengertian Perilaku Abnormal ............................... 38 b. Sebab-sebab Perilaku Abnormal ............................ 39 c. Bentuk-bentuk Perilaku menyimpang .................... 43 B. Kajian pustaka ...................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 47

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 47 B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 48 C. Sumber Data ......................................................................... 48 D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 50 E. Analisis Data ........................................................................ 52 F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 54

  BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ..................................... 57 A. Gambaran Umum SMALB Negeri Salatiga......................... 57 1. Sejarah singkat SMALB Negeri Salatiga ...................... 57 2. Profil Sekolah ................................................................ 58 3. Visi, Misi, dan Tujuan ................................................... 61 4. Struktur Organisasi SMALB Negeri Salatiga ............... 62 5. Keadaan Guru dan Siswa .............................................. 63 6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMALB Negeri Salatiga64 B. Analisis Data ........................................................................ 66 1. Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita 66 2. Upaya Guru PAI dalam Mengatasi Penyimpangan

  perilaku Siswa Tunagrahita ........................................... 69

  BAB V PENUTUP ................................................................................. 82 A. Kesimpulan........................................................................ ..82 B. Saran .................................................................................. ..83 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... RIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................................

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar Riwayat Hidup 2. SKK 3. Nota Pembimbing Skripsi 4. Surat Permohonan Izin Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi 7. Kode Penelitian 8. Pedoman Wawancara 9. Hasil Wawancara 10. dokumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

  baiknya. Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama satu dengan yang lainnya. Anak adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan Sang Maha Pencipta kepada umat manusia. Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada anak yang dilahirkan normal dan ada pula yang dilahirkan istimewa (berkebutuhan khusus). Banyak masyarakat memandang sebelah mata tentang anak berkebutuhan khusus karena perbedaan fisik, mental, intelegensi dan emosional. Di dalam Al-

  Qur’an sudah dijelaskan bahwa semua manusia sama dimata Allah dan tidak ada yang dibedakan. Seperti firman Allah dalam Surah An-Nuur ayat 61:

  

           

          

         

         

          

    Artinya : Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-

  

saudaramuyang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan,

di rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu

yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah

saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya

atau di rumah kawan-kawanmu, tidak ada halangan bagi kamu makan

bersama-sama mereka atau sendirian.

  Di dalam ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra, tunarungu, tunadaksa atau bahkan tunagrahita. Mereka berhak untuk melakukan aktivitas sehari-hari bersama orang-orang normal tanpa adanya diskriminasi seperti layaknya masyarakat pada umumnya. Perbedaan yang terdapat pada anak berkebutuhan khusus bukanlah hukuman dari Allah SWT, karena semua manusia sama tanpa melihat dari kesempurnaan fisik.

  Dalam Islam anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang seharusnya dihindari, dicaci, dan dihina melainkan diberikan kasih sayang yang setara dengan anak normal pada umumnya, karena mereka hanyalah manusia yang diuji Allah dengan keterbatasan. Allah SWT menghadirkan anak dengan keterbatasan di dalam sebuah keluarga karena ada maksud dan tujuannya. Menghadapi kenyataan memiliki anak sebagai penyandang gangguan Intelegensi atau anak tunagrahita tidaklah mudah bagi orang tua, terutama jika dihadapi oleh orang tua yang kurang pemahamannya terhadap semua permasalahan ketunaan tersebut, baik itu tentang apa dan bagaimana ketunagrahitaan itu, serta penanganan yang harus dilakukan guna mencapai keberhasilan pada tugas perkembangan anak. Jadi sebagai orangtua yang diberi amanah oleh Allah harus berlapang dada dan menerima dengan ikhlas serta menjaga, merawat dan membesarkannya sebagaimana mestinya karena terdapat hikmah yang dapat di ambil untuk keluarga maupun masyarakat.

  Mereka yang menyandang cacat bukan kehendak mereka sendiri namun itu adalah pemberian Allah sang Kholiq. Masyarakat sekitar sering mengcemooh anak tunagrahita dikarenakan banyak yang kurang suka tentang kehadiran anak tunagrahita tersebut. Anak ini cenderung meniru apa yang ada di masyarakat dan apa yang dilihatnya, anak ini sering kali belajar sesuatu dengan kenyataan atau abstrak. Kurangnya pengawasan menyebabkan perilaku anak tersebut cenderung sering ke hal-hal yang negatif dan anak melakukan hal-hal yang menyimpang terhadap kehidupan masyarakat dalam sosialisasinya. Dalam dunia ini pendidikan bagi anak cacat kurang diperhatikan. Jika keadaan seperti ini dibiarkan saja maka dunia pendidikan dan pandangan masyarakat terhadap mereka akan tetap stagnan dan berhenti seperti itu terus. Sebagaimana manusia mereka juga membutuhkan pendidikan, karena pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia. Mendidik anak cacat tidak semudah mendidik anak- anak normal, terutama dalam membentuk karakter karena anak-anak cacat mental mempunyai ciri-ciri yang khusus sesuai dengan kecacatannya.

  Sebagaimana pendidikan yang diterapkan kepada anak disabilitas mereka memerlukan pelayanan secara khusus dengan sarana dan prasarana/alat- alat khusus, guru yang khusus, bahkan kurikulum yang khusus pula.

  Salah satu anak berkebutuhan khusus yaitu anak tunagrahita atau anak dengan gangguan intelektual rendah. Seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata. Hal ini mengakibatkan anak tunagrahita tidak mampu bergaul dengan teman seusianya. Oleh sebab itu, mereka bergaul dengan anak yang usianya di bawah usia mereka. (2) ketidakmampuan dalam perilaku adaptif dan bersosial. Dalam keseharian anak tunagrahita tidak mampu untuk adaptasi dan bersosialisasi dengan baik dikarenakan intelektual mereka yang rendah di bawah rata-rata. (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. (Salim Choiri & Munawir Yusuf, 2009:56).

  Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam kemampuan berfikir, oleh karena itu anak tunagrahita tidak mampu untuk mengingat suatu hal lebih lama dibanding anak normal. Mengalami permasalahan dalam pembelajaran, jadi guru memberikan penjelasan terkait materi dengan menggunakan metode yang khusus dan butuh kesabaran yang lebih dalam mengajar. Adaptasi sosial dalam hal menyesuaikan diri dengan lingkungannya anak tunagrahita dikatakan kurang karena intelektual yang rendah dan mereka lebih banyak diam menyendiri. Ketidakmampuan komunikasi dan merawat diri dengan baik, karena intelektual di bawah rata-rata, contohnya anak tunagrahita dengan kategori berat mereka tidak mampu untuk mandi sendiri, memakai baju sendiri, makan sendiri, semua aktivitas membutuhkan bantuan dari orang lain. Mereka kurang mampu bergaul, tidak mampu berpartisipasi, maka dari itu anak tunagrahita lebih memfokuskan pada program bina diri agar mereka mampu untuk hidup mandiri dan tidak terlalu bergantung pada lingkungan sekitarnya serta dapat beradaptasi dengan lingkungan (Wawancara dengan Pak Eko 11 Agustus 2018).

  Perilaku menyimpang termasuk dalam kategori perilaku abnormal. Kebanyakan psikolog saat ini mengakui bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial (Kendler & Prescott, 2006; Rutter & Rutter, 1993). Perilaku abnormal anak tunagrahita disebabkan oleh faktor biologis. Rendahnya kapasitas mental pada anak tunagrahita sangat mempengaruhi terhadap kemampuannya untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya seperti kurangnya perilaku adaptif atau kesulitan pada dirinya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

  Menurut Reynolds, C.D dalam buku Bandi Delphie, (2007:153) mengemukakan bahwa siswa berkelainan khusus dengan hendaya perkembangan (tunagrahita) nampak sebagai perilaku non-adaptif atau ketidakmampuan menyesuaikan diri, antara lain: berjalan tidak seimbang, adanya kekakuan pada jari tangan, suka mengoceh, tidak dapat diam, sering mengganggu temannya, sulit berkomunikasi dengan cara lisan, mudah marah (emosional). Anak tunagrahita termasuk kategori retardasi mental, yaitu gangguan yang telah tampak sejak masa kanak-kanak dalam bentuk fungsi intelektual dan adaptif yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Penderita retardasi mental mengalami kesulitan dalam berbagai aktivitas sehari-hari sampai ke tingkat yang mencerminkan beratnya defisit kognitif mereka serta jenis dan banyaknya bantuan yang mereka terima. Penderita retardasi mental memperlihatkan kemampuan dan kepribadian yang sangat beragam.

  Fenomena yang sering terjadi pada anak tunagrahita, bahwa mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk membedakan mana perilaku yang benar dan tidak karena fungsi intelektualnya yang rendah. Masalah gangguan kepribadian dan emosi dalam memahami kondisi karakteristik mentalnya nampak jelas bahwa anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, keseimbangan pribadinya kurang konstan atau labil, kadang-kadang stabil dan kadang-kadang kacau. Kondisi yang demikian itu dapat dilihat dalam penampilan tingkah lakunya sehari-hari, misalnya: berdiam diri berjam-jam lamanya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah, dan mudah tersinggung, suka mengganggu orang lain disekitarnya (bahkan tindakan merusak atau destruktif). Hal tersebut menunjukkan adanya perilaku menyimpang pada anak tunagrahita dan membutuhkan pendampingan serta bimbingan khusus dari guru.

  Bimbingan tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat penyimpangan perilaku yang dilakukan anak tunagrahita sehingga mereka mampu untuk bersosialisasi dengan baik di dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Karena tidak adanya guru bimbingan konseling maka yang bertugas untuk mendampingi dan membimbing anak berkebutuhan khusus yaitu guru kelas dan guru pendidikan Agama Islam (Observasi 11 Agustus 2018).

  Anak berkebutuhan khusus (ABK) memang berbeda dengan anak normal pada umumnya, baik dari segi fisik, mental, maupun secara pemikiran. Meskipun demikian anak berkebutuhan khusus harus memiliki kesamaan perlakuan seperti yang telah dirasakan anak-anak normal, tidak terkecuali dalam masalah pendidikan. Karena pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima oleh setiap warga negara. Seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, hal tersebut dijamin oleh UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang mengemukakan “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,dijelaskan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan: (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan atau sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus.

  SMALB Negeri Salatiga merupakan salah satu institusi yang memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu, tunagrahita, tuna wicara, tunanetra dan tunadaksa yang didalamnya terdapat proses belajar mengajar (wawancara guru PAI). Berdasarkan hasil observasi dari peneliti bahwa sebagian besar siswa di SMALB Negeri Salatiga masih banyak yang melakukan penyimpangan perilaku khususnya pada siswa tunagrahita. Untuk itu peneliti menjadi tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi perilaku kurang baik siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga. Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti mengajukan judul penelitian yang berjudul :

  “Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dengan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut : 1.

  Apa saja bentuk penyimpangan perilaku siswa tunagrahita SMALB Negeri Salatiga? 2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa tunagrahita?

  C. Tujuan penelitian

  Didalam suatu penelitian selalu memiliki tujuan, adapun tujuan dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi penyimpangan perilaku Siswa tunagrahita SMALB Negeri Salatiga.

2. Untuk mengetahui peran guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritik a.

  Memberi kejelasan secara teoritis tentang upaya guru Pendidikan agama Islam dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita sedang di SMALB Negeri Salatiga.

  b.

  Sebagai tambahan Khazanah keilmuwan pendidikan Islam terutama tentang bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan siswa.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi tenaga pendidik, dalam hal ini guru diharapkan dapat melakukan pendekatan dan keteladanan terhadap siswa untuk meminimalisir perilaku yang kurang baik bagi siswa.

  b.

  Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai kegiatan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni :

  1. upaya Guru pendidikan Agama Islam a.

  Upaya Dalam kamus etismologi kata upaya memiliki arti yaitu yang didekati atau pendekatan untuk mencapai suatu tujuan ( Ngajenan, 1990 : 177).

  b.

  Guru Guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seseorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru professional yang pantas menjadi figure atau teladan bagi peserta didiknya (Roqib dan Nurfuadi, 2009 : 23).

  c.

  Pendidikan Pendidikan adalah proses sosialisasi, memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam kehidupan

  (Rosyadi, 2004 : 136).

  d.

  Agama Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan bentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu (Ali, 2008 : 40).

  e.

  Agama Islam Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan ibadah dan mu’amalah (syari’ah) yang menentukan positif berfikir, merasa, dan berbuat, dan proses terbentuknya kata hati (Salimi dan Ahmadi, 1991 : 4).

2. Kenakalan Siswa Tunagrahita a.

  Kenakalan Kenakalan adalah suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, terutama bagi anak-anak) atau sikap nakal dan perbuatan nakal (Poerdarminta, 1982 : 670), yang artinya sifat nakal atau tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku.

  b.

  Siswa Siswa adalah peserta didik yang berusaha dalam mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pembelajaran.

  c.

  Tunagrahita Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan fungsi kecerdasan intelektual dan adaptasi sosial yang terjadi pada masa perkembangannya (nunung, 2012 : 27).

F. Sistematika Penulisan Skripsi

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari penelitian skripsi maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut : BAB 1 : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, analisis data dan sistematika penulisan.

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang pengertian upaya guru Pendidikan Agama Islam, pengertian guru Pendidikan Agama Islam,

  pengertian tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa Tunagrahita, teori kenakalan remaja di SMALB Negeri Salatiga.

  BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu

  penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.

  BAB IV : PEMBAHASAN Berisi tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa dan langkah-

  langkah yang ditempuh dalam mengatasi kenakalan siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun 2018.

  BAB V : Berisi kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Upaya Suatu usaha, akal, atau ikhtiar untuk mencapai suatu

  maksud, memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 995).

  b.

  Pengertian Guru Guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didik, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam mengerjakan tugas, taat sebagai hamba Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk mandiri (Nata, 2010 : 159). Seseorang guru adalah pendidik di lembaga formal atau disekolah. Guru sering pula disebut dengan pendidik, pembantu karena guru menerima limpahan sebagai tanggung jawab orang untuk menolong dan membimbing anak (Ahmad dan Nur, 1991 : 241 : 242).

  Peran guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Tohirin, 2006 : 165). Guru mempunyai peran yang luas karena faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Asep Yonny bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan, tetapi juga diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlaq yang baik (Yonny, 2011 : 9).

  Pendidik adalah orang yang secara langsung bertanggung jawab untuk membawa peserta didik ke arah yang dicita- citakan. Seorang pendidik dituntut tanggung jawab yang besar. Untuk itu diperlukan beberapa kompetensi pokok. Pertama kompetensi keilmuan, seorang pendidik mesti memiliki ilmu yang kadarnya layak untuk mengajar pada tingkat dan program tertentu. Kedua kompetensi keterampilan mengkomunikasian keilmuwan. Ketiga kompetensi moral akademik. Saat sekarang dalam undang-undang tentang Guru dan Dosen telah ditetapkan empat kompetensi yaitu Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (daulay dan Nurgaya, 2012 : 20).

  Menurut pengertian secara umum guru adalah seorang yang memberikan pembelajaran alam lingkungan lembaga pendidikan formal maupun non formal. Maka guru dapat didefinisikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Djamarah, 2005 : 31).

  Guru adalah seseorang yang kerjanya mengajar serta mendidik yang merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian dan keterampilan khusus sebagai seorang pengajar. Seorang pendidik yang professional memiliki tugas penting yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik melalui pendidikan formal. Tugas guru adalah melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak didik dalam menuju kedewasaan, salah satu diantara sekian banyak usaha yang dapat dilakukan ianlah dengan mengajar. Usaha lain umpanya memberikan contoh yang baik, pembiasaan, memberikan hadiah, pujian, hukuman, larangan, dan sebagainya (tafsir, 2008 : 7). Guru dalam sejarah hidupnya senantiasa menghargai kejayaan anak didiknya serta sanggup berkorban dan melakukan apa saj untuk manfaat dan kesejahteraan orang lain. Firman Allah SWT di dalam Al Qur’an surat Al Mujadaalah : 11

  

ٱ ٱ ف ٱ ل ٱ

مُك ل ُ َّللَّ ف ي ْاوُح س يِف ْاوُحَّس ف ت ا هُّي أ ي ف ِسِل ج م مُك ل ليِق ا ذِإ ْا وُن ما ء نيِذَّل

  ِح س ٱ ل ٱ ٱ ٱ ف ْاوُزُشن ٱ ُ َّللَّ لِع ْاوُتوُأ نيِذَّل وٱ ر ي ْاوُزُشن

  

م مُكنِم ْاوُن ما ء نيِذَّل ليِق ا ذِإ و

ِع ف ١١ وٱ ت ج ر د

  ريِب خ نوُل م ع ت ا م ِب ُ َّللَّ

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

  

untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

  Seorang guru adalah aktor utama disamping sebagai orang tua dan elemen lainnya kesuksesan pendidikan yang dicanangkan. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan kosong dari materi, esensi, dan subtansi. Secanggih apapun sebuah kurikulum, visi, misi, dan kekuatan finansial, sepanjang gurunya pasif, maka kualitas pendidikan akan merosot tajam.

  Sebaliknya sejak kapanpun sebuah kurikulum, visi, misi, dan kekuatan finansial, jika gurunya inovatif, progresif, dan produktif, maka kualitas lembaga pendidikan akan maju pesat. Lebih lagi jika sistem yang baik ditunjang dengan kualitas guru yang inovatif, maka kualitas lembaga pendidikan akan semakin dahsyat (Asmani, 2009 : 6). Untuk menjadi guru yang inovatif dan professional sangatlah penting bagi kemajuan peserta didiknya. Karena pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kecerdasan anak bangsa di Indonesia.

  Pendidik ialah tenaga professional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat dan minat, kecerdasan akhlaq, moral, pengalaman, wawasan, dan ketrampilan peserta didik. Seorang pendidik adalah orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki keterampilan, pengalaman, kepribadian mulia, memahami, yang tersurat dan tersirat, menjadi cotoh dan model bagi muridnya, senantiasa membaca dan meneliti, memiliki keahlian yang dapat diandalkan, serta menjadi penasehat (Nata, 2010 : 165). Sehingga guru atau pendidik mempunyai peran penting dalam membentuk karakter anak didiknya untuk lebih baik dan berakhlaq mulia yang berguna bagi bangsa dan Negara (Asmani, 2009 : 160).

  Seorang guru memiliki dua sisi yang tidak dapat dilepaskan yaitu kelebihan dan kekurangan, kelebihan yang ada sangat baik untuk ditingkatkan. Menjadi guru yang ideal dan inovatif yang menjunjung tinggi integritas moral, emosional, spiritual, question dan sosial. Dan kelemahan yang harus dikurangi sedikit demi sedikit, sehingga bisa menjadi teladan bagi murid dan lingkungan sosialnya (Asmani, 2009 : 9). Untuk itu pendidik harus rela melayani dan sadar bahwa :

  1) Anak adalah makhluk yang berpribadi, karena itu harus diperlakukan sesuai dengan kepribadiannya.

  2) Anak untuk berkembang sendiri kemampuannya masih terbatas.

  3) Anak adalah makhluk manusia yang selalu ingin berkembang.

  4) Atas dasar keterbatasan tersebut anak membutuhkan pertolongan dan bantuan pelayanan dari pendidik/ orang tua

  (Ahmadi dan Nur, 1991 : 13).

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang profesinya mengajar, melakukan profesi transfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa. Atau juga bisa diartikan guru adalah salah satu unsur yang berperan dalam proses belajar mengajar, tanpa kehadiran guru niscaya tujuan PAI tidak dapat tercapai. Guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan disekolah karena guru merupakan pusat informasi dan pembentuk rupa mental peserta didik.

  c.

  Syarat Guru Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi seorang Guru Pendidikan Agama Islam yang baik dan dapat bertanggung jawab haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Menurut Zakiyah Darajat (2004 : 41), syarat-syarat tersebut antara lain :

  1) Taqwa kepada Allah SWT

  Taqwa adalah mentaati atau melaksanakan segala perintah Allah. Sebab ia adalah teladan bagi umat-Nya.

  Sejauh mana seorang guru mampu memberikan teladan baik bagi muridnya, sejauh itu punlah ia akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

  2) Berilmu

  Syarat utama untuk menjadi seorang guru adalah berilmu. Sehingga ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi sesuatu bukti bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah supaya ia diperbolehkan mengajar kecuali dalam keadaan darurat. Misalnya jumlah murid sangat meningkat sedang jumlah gru jauh daripada mencakup, maka terpaksa menyimpang untuk sementara yakni menerima guru yang belum berijazah tapi dalam keadaan normal dan patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin tinggi pula derajat masyarakat.

  3) Sehat Jasmani

  Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar sebagai guru. Guru yang mengidap penyakit menular upamanya sangat membahayan kesehatan siswa-siswanya.

  4) Berkelakuan Baik

  Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan murid. Guru harus menjadi suri tauladan bagi anak didiknya.

  Menurut (Yunus Namsa 2000 : 89), syarat-syarat bagi Guru Pendidikan Agama Islam yang baik sebagai berikut : 1) Zuhud. 2) Kebersihan guru. 3)

  Ikhlas dalam mengajar 4) Pemaaf. 5) Harus mengetahui tabi’at murid. 6) Harus mengetahui mata pelajaran yang diajarkan.

  Menurut (Oemar hamalik, 2001 : 118) pekerjaan guru adalah professional, maka untuk itu menjadi guru harus pada memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya ialah : 1)

  Harus memiliki bakat sebagai guru, 2)

  Harus memiliki keahlian sebagai guru, 3)

  Memiliki kepribadian yang baik dan terintergrasi, 4)

  Memiliki mental yang kuat, 5)

  Berbadan sehat, 6)

  Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas,

  7) Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila,

8) Guru adalah warga Negara yang baik.

  Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa untuk menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah, ia harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan antara lain taqwa kepada Allah, taat pada agama, menguasai ilmu pengetahuan agama, zuhud, ikhlas, sehat jasmani dan rohami, dan ia juga mampu mempengaruhi anak didik kea rah yang lebih baik.

  d.

  Tugas Guru Secara umum guru memiliki banyak tugas, baik berkaitan oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian.

  Menurut Uzer Usman (2005:6-7) ada tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

  1) Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  2) Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus dapat menjadikan drinya sebagai orang tua kedua. Ia harus menarik simpati sehngga ia menjadi idola para siswanya.

  Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya akan mejadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

  3) Tugas guru dalam masyarakat, seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berartti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.

  Berbeda dengan guru-guru bidang studi lain, guru pendidikan agama Islam disamping melakukkan tugas pengajaran yaitu memberitahu pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pengajaran dan pembinaan bagi pesertsa didik, membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak serta menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik.

  Menurut Muhaimin (2002: 83), tugas guru pendidikan agama Islam adalah berusaha secara sadar untuk membimbing, mengajar dan melatih siswa agar dapat:

  1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

  SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

  2) Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkan secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

  3) Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurang-kurangan dan kelemah-kelemahannya dalam keyakinan, pengalaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

  4) Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayan, paham atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan keyakinan siswa.

  5) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sesuai ajaran Islam.

  6) Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

  7) Mampu memahami, mengilmu pengetahuan Agama

  Islam secara menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu yang tersedia.

  Dapat pula dikatakan bahwa tugas yang harus dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk amar makruf nahi mungkar.