PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS MATERI TAJWID DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I DI MTs MUHAMMADIYAH 05 KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20182019

  PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL- QUR’AN DAN HADITS MATERI TAJWID

DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I

DI MTs MUHAMMADIYAH 05 KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat guna Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  Oleh:

  

Devi Dahlianawati

111-14-022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

          

  “Dan masing-masing orang memperolehderajat-derajat (seimbang) denganapa yang dikerjakannya.DanTuhanmutidaklengahdariapa yang merekakerjakan.” (Al An’am : 132)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, Skripsi ini penulis susun dan dipersembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku tercinta, bapak Sujimanto dan ibu Ngatmiyati yang senantiasa membimbing, menasehati, mendo ‟akan dan mencurahkan segala kasih sayangnya.

  2. Kedua adikku tercinta, dekArgadan dek Syifa atas do‟a dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

  3. Dosen Pembimbing Skripsiku, Ibu Dra. Urifatun Anis, M. Pd.I. yang telah meluangkan waktu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai.

  4. Sahabat-sahabatku Nurul, Lina, Ika, Nurul Hidayah,dan seluruh teman-teman seangkatan PAI 2014 yang selalu menyemangati dan mendo‟akan saya.

  5. Bapak Kyai Ahmad Afif Dimyati dan Ibu Nyai Maftuhah yang menjadi orangtua kedua saya selama di PONPES API Al-Masykur yang selalu mendukung serta mendo‟akan saya. Serta Teman-teman PONPES API Al- Masykur yang selalu menyemangati saya.

  6. Seseorang yang selalu ada dalam do‟a saya, yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

  Teman-teman kamar Khadijah Ma‟had IAIN Salatiga, Nastiti, Fitri, Fatimah, Tika, Uky yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi dan doanya.

  8. Teman-teman PPL SMP Negeri 9 Salatiga dan KKN Desa Klewor.

  9. Bapak Slamet Widodo S.Pd.I. sebagai Guru Al-Qur‟an Hadits di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali dan siswa kelas VIII yang telah membantu melancarkan penelitian skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan Syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

  “Peningkatan Hasil BelajarAl-Qur’an dan Hadits Materi

Tajwid dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di

MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

2018/2019 ”.

  Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkankepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan dalam bentuk yang sebaik- baiknya pada kehidupan kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman Islamiah yang terang benderang. Besarharapan agar menjadisalahsatugolonganumatbeliau yang memperolehsyafa‟at di harikiamatnanti. Aamiin.

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, motivasi serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag.,selaku dosen Pembimbing Akademik.

  5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku dosen Pembimbing Skripsi.

  6. Ibu Siti Ismiyatun, S.Ag., selaku kepala sekolah MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali.

  

ABSTRAK

  Dahlianawati, Devi.2018. Peningkatan Hasil Belajar Al- Qur‟an dan Hadits Materi

  Tajwid dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Urifatun Anis, M. Pd. I.

  Kata Kunci : HasilBelajar, Al- Qur’an Hadits, Tajwid, Tutor Sebaya

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Al- Qur‟an dan Hadits materi tajwid melalui metode tutor sebaya pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05

  Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 15 laki-lakidan 12 perempuan.

  Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapanya itu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan cara membandingkan pencapaian hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan kriteria ketuntasan klasikal (KKM) atau menggunakan deskriptif-kualitatif.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar Al- Qur‟an Hadits materi tajwid pada siswa kelas VIII tahun pelajaran

  2018/2019 dengan metode Tutor Sebaya. Rata-rata kelas pada tahap pra siklus yaitu 53,8, pada siklus I naik menjadi 60,4 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83,7. Dan ketuntasan klasikal pada tahap pra siklus sebesar 14,8%, pada siklus I menjadi 37,03% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 92,6%. Hasil pelaksanaan pada siklus II ini telah mencapai keberhasilan melebihi batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75 dan ketuntasan klasikalnya yaitu 85%. Berdasarkan hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Al-

  Qur‟an Hadits materi Tajwid pada siswa kelas VIII semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019.

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Siswa Kelas VIIIMTs Muhammmadiyah 05 Kemusu .......... 16

  Tabel3.1 Data Guru MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ................................... 65

Tabel 3.2 JumlahSiswa MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ............................. 66Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana ....................................................................... 67Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ............ 68Tabel 3.5 Nilai Harian (PraSiklus) Kelas VIII ................................................. 70Tabel 3.6 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (PraSiklus) .............................. 71Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa pada Siklus I ............................................ 76Tabel 3.8 Lembar Observasi Guru pada Siklus I ........................................... 77Tabel 3.9 Lembar Observasi Siswa pada Siklus II ......................................... 83Tabel 3.10 Lembar Observasi Guru pada Siklus II ........................................ 85

  Tabel4.1 Nilai Ulangan Harian (PraSiklus) ..................................................... 87

Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ................................................... 90Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siklus II ............................................................ 93Tabel 4.4 Data Perbandingan Nilai Evaluasi antar Siklus ............................... 96

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain PTK Model Kemmis & Mc. Tagg ar …………….……. 19Gambar 4.1 Histogram Persentase Ulangan

  Harian ………………………. 89

Gambar 4.2 Histogram Persentase Hasil Belajar Siklus I ………………… 91Gambar 4.3 Histogram Persentase Hasil Belajar Siklus II ……………….. 94Gambar 4.4 Histogram Persentase Kenaikan Hasil Belajar ……………… 97

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Silabus 2. Perhitungan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I danSiklus II 4. Lembar Observasi Aktivitas SiswaSiklus I 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I 6. Lembar Observasi Aktivitas SiswaSiklus II 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II 8. Hasil Nilai Evaluasi Siklus I 9. Hasil Nilai Evaluasa siklus II 10.

  Dokumentasi 11. Lembar Konsultasi Skripsi 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian 13. Surat Keterangan Penelitian 14. Nilai SKK Mahasiswa 15. Daftar Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menurunkan Al- Qur‟an untuk diimani, dipelajari, dibaca,

  direnungkan dan dijadikan sebagai hukum. Al- Qur‟an juga dapat dijadikan obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati, serta hikmah lain yang dikehendaki oleh Allah dalam menurunkannya. Al-

  Qur‟an adalah kitab suci yang sempurna, serta berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia, pedoman hidup bagi setiap muslim dan petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Kemampuan membaca merupakan kemampuan khas manusia.

  Kemampuan membaca menjadi penting dimiliki karena setiap aktifitas belajar di sekolah pasti tidak lepas dari kegiatan membaca.

  Pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003 : 6).

  Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya soal bagaimana membentuk anak-anak muda menjadi generasi bangsa yang berkompeten. Akan tetapi, pendidikan mencakup ranah praktis bagaimana proses tersebut diterapkan.

  Pendidikan dan pengajaran dalam Islam bukanlah sesuatu yang terpisah dari tujuan pendidikan agama dan petunjuk agama dalam kehidupan, tetapi pendidikan merupakan sarana dan media Allah memuliakan Adam atas semua makhluk lainnya, dan merupakan alat bagi Nabi Muhammad untuk menyebarkan agama, mendidik generasi, mengatur kehidupan dengan seluruh aspeknya sesuai dengan petunjuk al- Qur‟an. (Hafidz dan Kastolani, 2009: 17)

  Tujuan pendidikan Islam yaitu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja tetapi juga bersifat praktis. Salah satunya yaitu pembelajaran PAI dalam aspek Al-

  Qur‟an. Dalam pembelajaran Al- Qur‟an terdapat beberapa aspek yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu membaca, memahami, dan mengaplikasikan. Selain itu, hal paling utama yang harus dipelajari oleh peserta didik yaitu memahami kandungan Al- Qur‟an. Sebelum peserta didik dapat memahami kandungan Al-Qur‟an, diharapkan mereka dapat membaca Al-

  Qur‟an dengan baik dan benar. Qur‟an dinamakan dengan sebutan al Qur’an al Karim, tanda untuk membaca dan belajar, sebagai penghormatan terhadap ilmu, ulama sekaligus pendidikan dan pengajaran. Dan tidak mengejutkan pula, jika umat Islam dinamakan dengan

  umat iqro’, umat yang berilmu

  pengetahuan dan petunjuk, sebagai cara untuk beribadah, mendapatkan hidayah, membuat peradaban dan memakmurkan bumi sebagai pelaksanaan perintah Allah. (Hafidz dan Kastolani, 2009: 21)

  Al- Qur‟an dan Hadits sebagai salah satu mata pelajaran Agama

  Islam pada madrasah, yang memiliki karakter membaca, menerjemahkan dan menerapkan isi kandungannya, perlu disampaikan dengan pendekatan dan metode yang sedemikian rupa agar siswa memperoleh pemahaman secara utuh dan terpadu antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

  Melatih dan mengajarkan cara membaca Al- Qur‟an dengan fasih dan benar sejak dini merupakan hal yang sangat penting karena membaca

  Al- Qur‟an merupakan langkah awal dalam memahami Al-Qur‟an beserta isi kandungannya dan dapat menimbulkan perasaan memiliki pada Al-

  Qur‟an sebagai pedoman hidup umat Islam sehingga dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang terkandung didalam kehidupan sehari-hari. Al- Qur‟an yang berfungsi sebagai petunjuk kebenaran bagi umat manusia yang bersifat abadi supaya tidak ditinggalkan, sehingga diharapkan dapat menciptakan generasi yang memiliki ilmu pengetahuan, iman dan taqwa serta tidak buta teknologi. Rasulullah SAW bersabda:

  ) (

  ىراخبل ا هاور

  ُوَمَّلَعَوَنآْرُقلْاَمَّلَعَتْنَمْمُكُرْيَخ Artinya :

  “Sebaik-baik kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori) (Syaikh Abu Bakar Jabir.

  Penerjemah: Musthofa „Aini, dkk, 2017: 36). Akan tetapi, seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran Al-

  Qur‟an di sekolah-sekolah kurang efektif. Salah satu sebab dari ketidak efektifan ini adalah kurangnya interaksi antara guru dan siswa ataupun karena satu siswa dengan siswa yang lain kurang bergaul, menciptakan suasana yang kurang kondusif dalam proses belajar Al- Qur‟an, ketegangan, sikap sungkan dan sikap egoistis. Akibatnya aktifitas belajar mengajar hanya akan menjadi sebuah aktifitas yang monoton, tidak menarik, dan membosankan.

  Guru-guru di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu dalam melakukan proses belajar mengajar menggunakan metode yang kurang bervariasi.

  Khususnya pada mata pelajaran Al- Qur‟an dan Hadits guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa cepat merasa bosan.

  Masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Al- Qur‟an dan Hadits khususnya materi tajwid adalah belum semua anak mempunyai bekal tajwid yang sama pada jenjang pendidikan sebelumnya, karena latar belakang siswa berbeda, ada yang dari SD dan juga ada yang dari MI.

  Selain itu sebagian besar siswa kurang berani bertanya, kurang berani menjawab pertanyaan, belum membaca materi yang akan dipelajari Siswa juga beranggapan bahwa mata pelajaran tajwid merupakan pelajaran yang cukup sulit karena terlalu banyak hafalan, sehingga perlu usaha yang lebih untuk memahaminya. Pada sisi lain dalam pembelajaran tajwid, guru kurang memiliki kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.

  Karena latar belakang yang berbeda inilah, sehingga hasil belajar siswa pun banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

  (KKM) yang sudah ditentukan yaitu 75. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti hanya terdapat 4 siswa yang tuntas (memenuhi KKM) dari jumlah seluruh siswa yaitu 27 siswa. Maka dari itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar materi tajwid ini menggunakan metode tutor sebaya, dengan harapan akan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga semua siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan.

  Untuk melepaskan diri dari kondisi tersebut, pertama-tama harus dilakukan perubahan metode yang dalam proses pembelajaran. Salah satu metode alternatif yang dapat diterapkan untuk mengajak siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah metode “tutor sebaya”. Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa siswa cenderung lebih terbuka tentang dirinya kepada teman-temannya. Hal yang sama juga terjadi dalam proses pembelajaran, siswa lebih bisa dan berani mengemukakan Pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (Teacher Centered).

  Dalam pembelajaran modern, justru siswa yang menjadi pusat pembelajaran (Student Centered), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Selain itu, teman memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar. terlebih lagi teman sekelas atau teman sebaya.

  Teman sebaya dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi teman sebaya dapat membantu teman yang lain dalam memahami proses belajar mengajar, dan disisi lain dapat menjadi gangguan bagi teman yang lain untuk belajar.

  Dalam metode tutor sebaya siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam membaca Al- Qur‟an dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang mampu dalam membaca Al-

  Qur‟an. Selanjutnya siswa bisa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk terlibat secara aktif dalam diskusi. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, pendamping sekaligus teman belajar. Guru harus hadir setiap kali kelompok membutuhkannya sebagai teman diskusi, sumber rujukan atau memberikan peneguhan atas hal-hal yang dicapai kelompok. Dalam pembelajaran ini guru juga di tuntut untuk aktif, karena jika guru bersikap pasif maka proses belajar Al-

  Qur‟an dengan metode ini tidak berjalan dengan baik.

  Mengacu pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik untuk memberikan tindakan yang membuat siswa dapat memahami tajwid menjadikan argumentasi pentingnya melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur’an dan Hadits Materi Tajwid dengan

  

Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs

Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

2018/2019 ”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah “Apakah penerapan metode tutor sebaya mata pelajaran Al-

  Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2018/2019

  ?” C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode tutor sebaya mata pelajaran Al- Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2018/2019.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi sebaya khususnya di lingkungan sekolah.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi siswa: 1)

  Mengembangkan kemampuan proses belajar siswa dalam pembelajaran membaca Al- Qur‟an.

  2) Meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar untuk mempelajari materi pokok tajwid.

  3) Memberikan pengalaman belajar melalui metode tutor sebaya. 4)

  Memberikan motivasi dan suasana baru pada siswa dalam belajar.

  5) Meningkatkan interaksi siswa melalui metode tutor sebaya.

  b.

  Bagi guru PAI: Dapat dijadikan alternatif dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar materi pokok tajwid.

  c.

  Bagi peneliti: Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas tentang metode pengajaran yang efektif bagi siswa dalam hal belajar dan mengajar.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1.

  Hipotesis Tindakan Hipotesis berasal dari dua kata “hypo” yang artinya di bawah dan

  “thesa” yang artinya kemenangan (Suharsimi Arikunto, 2002: 64). Jadi hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dengan kenyataan teori yang relevan. Jadi suatu hipotesis akan diterima jika disertai dengan adanya fakta-fakta yang membenarkan. Setelah menelaah berbagai sumber, penulis mengajuk an hipotesis sebagai berikut: “Penerapan metode tutor sebaya mata pelajaran Al-

  Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.

2. Indikator Keberhasilan

  Penerapan metode tutor sebaya ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah: a.

  Secara individu siswa dikatakan tuntas belajar apabilamemperoleh n ilai ≥ 75.

  b.

  Secara keseluruhan siswa dikatakan tuntas apabila 85% dari seluruh jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

   Definisi Operasional 1.

  Hasil Belajar Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.

  Proses tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada suatu hal yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

  Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang bersifat psikologis yaitu aktifitas yang merupakan proses mental, misalnya aktifitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, menganalisis dan sebagainya.

  Sedangkan aktifitas yang bersifat fisiologis yaitu aktifitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya. (Rusman, 2016: 12-13)

  Sedangkan menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 2) “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Tetapi perubahan itu bisa di dapatkan seseorang karena adanya usaha (proses).

  Hasil belajar atau yang sering disebut dengan prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita.

  Sedangkan hasil belajar menurut Bloom et al. digolongkan menjadi 3 bagian yaitu: 1) Kognitif, yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada kategori ini hasil belajar terdiri dari enam tingkatan yang sifatnya hierarkis, meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas. 2) Afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini meliputi: kepekaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotor, yaitu kemampuan gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai dari gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara reflex hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas. Melalui proses belajar diharapkan yang bisa terbentuk adalah gerak- gerak yang kompleks menurut suatu kaidah tertentu hingga gerak kreativitas. (Deni Kurniawan, 2014: 10-12) 2. Al-Qur‟an Hadits

  Al- Qur‟an Hadits adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan

  Agama Islam (PAI) yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al- Qur‟an dan Hadits yang benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam Al-

  Qur‟an, pengenalan arti dan makna secara Mata pelajaran Al-

  Qur‟an Hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan pada peserta didik untuk memahami dan mencintai Al-

  Qur‟an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari (Depag, 2006: 3).

  Tujuan pembelajaran Al- Qur‟an Hadits agar peserta didik gemar untuk membaca Al-

  Qur‟an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya dan megamalkan ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman di seluruh aspek kehidupan.

3. Ilmu Tajwid

  Pengertian tajwid secara bahasa adalah ucapan, lafal, bacaan (W.J.S. Poerwadarminta, 2006: 1183). Ilmu tajwid adalah ilmu yang dengannya kita dapat mengetahui bagaimana cara mengucapkan huruf- huruf Al-

  Qur‟an, baik tebal tipisnya (tafkhim dan tarqiq), panjang pendeknya (mad dan qoshornya), sifat-sifatnya, serta cara membaca huruf-huruf tertentu apabila bertemu dengan huruf hijaiyyah lainnya dengan baik (Abdurrohim, 2003: 2).

  Tajwid adalah memperbaiki atau memperindah pengucapan setiap huruf dan makhraj (tempat keluar) serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya. Ilmu tajwid adalah salah satu komponen materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama Islam yang menjelaskan cara membaca bacaan dalam Al Qur‟an sehingga pelafalan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar serta sesuai dengan kaidahnya.

  Menurut Kurnaidi (2014: 40) Manfaat mempelajari ilmu tajwid adalah menjaga lidah dari kesalahan ketika membaca Al Qur‟an.

  Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Muzzammil: 4 berikut ini:

  …

Artinya: “… dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”

(Q.S. Al Muzzammil: 4)

  

Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al

Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (Q.S.

  Al Qiyamah: 16) 4.

  Metode Tutor Sebaya Pembelajaran metode tutor sebaya (peer teaching) adalah metode belajar yang melibatkan siswa secara aktif, salah satu siswa akan mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru.

  Tutor sebaya adalah sistem belajar kelompok, setiap kelompok dipimpin oleh ketua kelompok, ketua kelompok bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Tutor sebaya adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara seorang guru menunjuk beberapa siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam membaca Al-

  Qur‟an untuk menjadi tutor bagi temannya yang belum mampu dalam membaca Al- Qur‟an.

  Siswa yang ditunjuk oleh guru menjadi tutor salah satu diantara kriterianya adalah memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menunjang situasi tutoring.

  Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan metode tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi yang diajarkan dengan baik. Belajar dengan teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan dan bagi siswa yang menjadi tutor akan lebih menguasai pelajaran tersebut.

  Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan di atas, ternyata metode Tutor Sebaya memberikan kemudahan khusus bagi murid dalam mengikuti proses belajar mengajar. Begitu pula dalam pelaksanaan belajar mengajar materi Al-

  Qur‟an dan Hadits. Oleh karenanya melalui penggunaan metode Tutor Sebaya, kesulitan-kesulitan yang dialami dapat dibantu.

G. Metode Penelitian 1.

  Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian penelitian tindakan kelas dari Kemmis S dan Mc. Taggart. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Tetapi semua itu harus diawali dengan refleksi awal atau pra penelitian.

  Reaksi Awal Planning

  Reflecting Acting

  Observing Replanning

  Reflecting Acting Observing

  Gambar 1.1: Desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggart 2.

  Subjek Penelitian

  05 Kemusu Kabupaten Boyolali yang berjumlah 27 siswa, yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Secara rinci dapat di lihat dalam tabel 1.1. Penelitian ini bertempat di MTs Muhammadiyah

  05 Kemusu Kabupaten Boyolali tahun 2018/2019 yang dilakukan pada semester 1 tanggal 16 Agustus 2018 dan 30 Agustus 2018.

Tabel 1.1 Daftar Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali

  12 Muh. Dio Saputro Laki-laki

  22 Suripto Laki-laki

  21 Siti Rohani Perempuan

  20 Siti Alimah K. F Perempuan

  19 Sartika Perempuan

  18 Ruhmini Perempuan

  17 Riyo Saputra Laki-laki

  16 Nur Rohman Laki-laki

  15 Nimas Desi Perempuan

  14 Muh. Nur Sholeh Laki-laki

  13 Muh. Luqman Hakim Laki-laki

  11 Maulina Safitri Perempuan

  No Nama Jenis Kelamin

  10 Hikmah Fitria Perempuan

  9 Hendra Bekti Laki-laki

  8 Feri Mahendra Laki-laki

  7 Evan Hanafi Laki-laki

  6 Endang Astuti Perempuan

  5 Diah Mira Fitriyani Perempuan

  4 Dafid Kurniawan Laki-laki

  3 Choirul Anwar Laki-laki

  2 Budi Utomo Laki-laki

  1 Amelia Devi M Perempuan

  23 Thesya Wahyu M Perempuan

  24 Wisnu Laki-laki

  25 Wuyung Sukowati Perempuan

  26 Yoga Aryanto Laki-laki

  27 Yudianto Laki-laki 3. Langkah-langkah Penelitian a.

  Perencanaan Tindakan (Planning) Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang diteliti, termasuk hasil pra penelitian. Kemudian merencanakan tindakan yang akan dilakukan, termasuk menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan dan lain-lain. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu diadakan refleksi awal untuk mengetahui karakteristik siswa dan menentukan ketua kelompok serta anggotanya.

  b.

  Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti hingga akhir. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa.

  Tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan sebagaimana tertuang pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan urutan materi yang sudah ditentukan. Untuk menjamin berlangsungnya dan mutu kegiatan pembelajaran, bila perlu peneliti dapat memodifikasi tindakan yang terencana dengan tidak mengorbankan tujuan pembelajaran. (Iskandar Agung, 2012: 228) c.

  Pengamatan (Observing) Prof. Supardi dalam Suyadi (2015: 63) menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap ini adalah pengumpulan data.

  Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data.

  Observasi adalah pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh kolaborator atau observer secara bersamaan pada saat pembelajaran. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (tindakan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas.

  d.

  Refleksi Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data bersama kolaborator tentang hasil suatu tindakan yang dilakukan demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh aspek yang ditentukan.

  Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal pada siklus berikutnya.

  Juga sebagai landasan apakah PTK ini sudah memenuhi target atau perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. (Iskandar Agung, 2012: 230)

  Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator.

4. Teknik Pengumpulan Data

  Setiap orang memiliki kecenderungan untuk melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin di dengar, dan melakukan apa yang menjadi keinginannya. Anggapan dasar ini sering mengganggu a.

  Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Suharsimi Arikunto, 2002: 32)

  Tes yang sudah distandarisasi adalah tes yang telah mengalami proses validitas dan reliabilitas untuk suatu tujuan tertentu dan untuk sekelompok siswa tertentu (Djamarah, 2002: 218).

  Tes ini digunakan untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah ada perubahan aktivitas saat proses pembelajaran selama satu siklus. Tes dilakukan setiap akhir siklus.

  b.

  Observasi Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

  (Sugiyono, 2008: 146).

  Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang laku dan interaksi kelompok. Tipe-tipe pengamatan, yaitu pengamatan berstruktur (dengan pedoman) dan pengamatan tidak berstruktur (tidak menggunakan pedoman). (Hamzah B. Uno,dkk, 2012: 90)

  Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. c.

  Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam penelitian ini berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

  Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dokumen tentang gambaran umum sekolah, keadaan guru dan siswa. (Sugiyono, 2008: 329).

  Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai dokumen sekolah (profil, visi misi dan program-program sekolah), daftar nama dan nilai awal peserta didik sebelum pelaksanaan metode tutor sebaya.

5. Instrumen Penelitian

  Instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah: Silabus PAI kelas VIII b.

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII c. Lembar Kerja Siswa (LKS) d.

  Lembar Tes e. Lembar Observasi 6. Analisis Data

  Analisis data merupakan proses mengurai (memecahkan) sesuatu ke dalam bagian-bagiannya. Analisis data adalah menganalisa seluruh data yang sudah terkumpul untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa.

  Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui hasil tes, observasi dan wawancara.

  Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dengan cara sebagai berikut:

  1. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

  Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa ≥ dari batas KKM, yaitu 75, maka siswa tersebut telah mencapai KKM. Apabila nilai siswa kurang dari 75, maka siswa tersebut tidak mencapai batas KKM.

  2. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan berpedoman pada dua pertimbangan, yaitu: kemampuan peserta didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa, yaitu apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 75. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, peneliti menggunakan statistik deskriptif dengan mencari prosentase dari hasil belajar siswa, sebagaimana rumus:

  F PX 100% N

  Keterangan: P: Persentase

  F : Jumlah siswa yang tuntas belajar N

  : Jumlah semua siswa.(Djamarah, 2000: 226)

  Penilaian rata-rata menurut Aqib (2009: 204), dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

  x

  X=

  N

  Keterangan:

  x

  = Jumlah nilai keseluruhan siswa

  N

  = Jumlah siswa

  X

  = Nilai rata-rata

H. Sistematika Penulisan

  Untuk lebih memudahkan penulisan laporan penelitian ini, maka dibuat sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: Bagian awal skripsi, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

  Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini memuat aspek-aspek yang lazimnya ada dalam laporan penelitian, yakni: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

  Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini memuat aspek tentang kajian teori dan kajian pustaka. Bab III Pelaksanaan Penelitian. Dalam bab ini memuat: Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian dan Karakteristik Siswa, Gambaran Pelaksanaan Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini berisi: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab V Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan, saran dan kata penutup. Pada bagian akhir skripsi ini akan dimuat tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku

  manusia. Proses tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada suatu hal yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

  Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 141)

  Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang bersifat psikologis yaitu aktifitas yang merupakan proses mental, misalnya aktifitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang bersifat fisiologis yaitu aktifitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya. (Rusman, 2016: 12-13) Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber- sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati atau dialami oleh orang yang sedang belajar. Belajar yang dihayati oleh siswa ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

  Sedangkan menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 2) “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Tetapi perubahan itu bisa di dapatkan seseorang karena adanya usaha (proses). bisa mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam sangat menekankan tentang masalah belajar. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar ayat: 9 berikut:

  

           

 

  Artinya: “Katakanlah hai Muhammad: "Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

  Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku akibat belajar.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan.

2) Prinsip-prinsip Belajar

  Menurut Agus Suprijono (2011: 4-5) Prinsip-prinsip belajar terdiri dari perubahan perilaku, belajar merupakan proses dan belajar merupakan bentuk pengalaman. Masing-masing prinsip belajar tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perubahan Perilaku

  Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri- ciri sebagai berikut: (1)

  Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

  (2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

  (3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. (4) Positif atau berakumulasi. (5)

  Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

  (6) Permanen atau tetap. (7) Bertujuan dan terarah. (8) Mencakup keseluruhan potensi manusia.

  b) Belajar merupakan Proses

  Belajar merupakan proses yang terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari beberapa komponen belajar.

  c) Belajar merupakan Bentuk Pengalaman

  Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman didik dengan lingkungan.

3) Tujuan Belajar

  Menurut Sardiman (1994: 28-29) dalam bukunya menyatakan bahwa tujuan belajar adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta pembentukan sikap. Beberapa tujuan belajar adalah sebagai berikut:

  a) Mendapatkan Pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE TUTOR SEBAYA

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AL-QUR’AN HADITS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS IV SEMESTER I MI WALISONGO SIDOWANGI KAJORAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

0 1 125

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI SHALAT FARDHU DAN SUJUD SAHWI DENGAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I MTs MA’ARIF 2 KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018

0 1 131

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI PUASA RAMADHAN MELALUI METODE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I MTs SUDIRMAN TRUKO TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

0 2 121

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQH MATERI SALAT BERJAMAAH DENGAN METODE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS VII SEMESTER I MTs ARROSYIDIN SECANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 0 116

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI SUJUD SYUKUR DAN SUJUD TILAWAH MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER I MTs NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

0 5 130

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH MATERI HIBAH DENGAN METODE READING GUIDE PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 MTs MA`ARIF 2 BLORA TAHUN PELAJARAN 20162017

0 5 109

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IBADAH MATERI PUASA MELALUI METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

2 10 146

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PAI MATERI MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH MELALUI METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMP NEGERI 01 SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

0 1 156

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIKIH MATERI SEDEKAH DENGAN METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VIII MTs YASINTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018

0 0 111