Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati T1 132010095 BAB II

(1)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan Karir 2.1.1. Pengertian Karir

Bekerja merupakan konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita lakukan karena kita menginginkannya dengan harapan dapat kita nikmati. Karir adalah seluruh kehidupan kerja kita. Bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan disekolah tujuannya adalah untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada di dalam diri individu, maka diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya. Pada prinsipnya bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan ketentuan: berkesinambungan, memberikan informasi dan pemahaman tentang dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu menentukan tujuan karir dan perencanaan karir.

Setiap jenjang karir yang kita tempuh mungkin terdiri dari satu atau beberapa jabatan, yang semakin meningkat seiring dengan pengalaman kerja kita (Corey & Corey, 2006). Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.


(2)

11 Sedangkan menurut Soetjipto, dkk (2002) karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses mencapai karir yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorangmenemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan tujuan karir, secara kontinyu mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan rancangannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karir adalah keseluruhan pekerjaan yang semakin lama semakin meningkat seiring pengalaman kerja yang dilakukan. Karir juga merupakan suatu proses interaksi dan kerja sama antara organisasi / perusahaan, atasan langsung dan individu itu sendiri.

2.1.2. Pengertian Perencanaan Karir

Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) merumuskan perencanaan karir sebagai proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karir. Proses ini mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja.

Selanjutnya perencanaan karir Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya menurut Kleineckht & Hefferin (dalam Gail, Janice, Linda & Mary, 2004), perencanaan karir adalah proses penilaian diri dan penetapan tujuan karir yang selalu berkesinambungan.


(3)

12 Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan. Perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dunia kerja yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.

Melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir, menyusun tujuan karir dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam perencanaan karir harus sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan yang secara realistis tersedia. Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka panjang (long-range goals). Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan ialah untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan yang berat dalam memilih pilihan atau alternaif yang ada. Hasil dari perencanaan karir adalah suatu keputusan yang dipilih secara sadar, biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat atas dan lain pula di jenjang perguruan tinggi. setelah membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu program pendidikan di sekolah maupun instansi. Selanjutnya siswa tersebut diterima atau ditolak dalam program yang dipilih dari pejabat atau instansi yang berwenang bahwa siswa tersebut layak untuk diterima atau ditolak, semua itu hasil dari perencanaan karir yang dimiliki siswa bukan hanya sekedar awang-awang atau hanya coba-coba.


(4)

13 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah kecakapan dalam proses memahami potensi diri (minat dan bakat) yang mencakup pilihan dan persiapan untuk karir atau pekerjaan yang diinginkan.

2.1.3. Aspek-aspek Perencanaan Karir

Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu perencanaan karir, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemamahan akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.

2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syaratsyarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam membuat perencanaan karir (dalam Winkel & Hastuti, 2006), antara lain:

1) Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimanamana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiriyang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk didalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.


(5)

14 2) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.

3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok idaknya suatu pekerjaan untuk pria dan wanita.

4) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

5) Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunya akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih mempunyai pandangan yang lebih luas dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

6) Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan perempuan yang telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya. Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikanyang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.


(6)

15 7) Orang-orang lain yang tinggal serumah selain orangtua sendiri dan

kakak-adik sekandung dan harapan keluarga mengenai masa depan anak akan memberi pengaruh besar bagi anak dalam menyusun dan merencanakan karirnya. Orangtua, saudara kandung orangtua, dan saudara kandung sendiri menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjan. Orang muda harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.

8) Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu.

9) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan keluhan-keluhan.


(7)

16 10) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilainilai yang terkandung dlaam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatanjabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan.

11) Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orangtua, yaitu dalam kondisi keluaarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah mendukung atau tidak mendukung, semua itu akan mempengaruhi anak dalam merencakan dan membuat keputusan tentang pendikan lanjutan maupun pekerjaan di masa mendatang.

2.2. Motivasi Belajar

2.2.1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut A.M. Sardiman (2001) mengatakan dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi motivasi adalah usaha atau daya yang disadari untuk mendorong keinginan individu dalam melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu. Motivasi merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan


(8)

17 belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

Yahmin (2008) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri individu untuk dapat melakukan kegiatan belajar serta menambah keterampilan dan dan pengalaman hal tersebut menunjukkan bahwa siswa akan termotivasi untuk belajar dengan tujuan untuk memperoleh ketarmpilan dan pengalaman yang bermafaat bagi dirinya.

Sedangkan Chernis dan Goleman (2001) menyatakan Individu yang memiliki motivasi, akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan aktifitasnya. Chernis dan Goleman (2001) juga menekankan bahwa individu yang memiliki motivasi belajar adalah individu yang mengerti dan memiliki tujuan dalam pembelajaran tersebut. Individu yang terus memiliki keinginan meraih sesuatu dan memanfaatkan setiap peluang menjadi suatu tujuan, dikatakan sebagai individu yang memiliki motivasi belajar.

Pandangan Sukadji (2000) motivasi belajar merupakan tenaga yang mendorong selama proses belajar untuk mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengelolanya, dan mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil serta menerapkan hasil ini dalam kehidupan.

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar (Dimyati & Mudjiono, 2002).


(9)

18 Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang dapat membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat dibutuhkan oleh anak untuk melakukan kegiatan belajar, karena tanpa adanya motivasi belajar, seseorang tidak akan mungkin mengembangkan kemampuannya secara optimal. Dengan adanya motivasi untuk belajar, seseorang bukan hanya ingin belajar tetapi juga mendapat kenikmatan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu daya penggerak dari dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.

2.2.2. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2001) aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi belajar diantaranya yaitu:

1) Tanggung jawab terhadap tugas.

2) Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak menyerah.

3) Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan dan menghabiskan waktu untuk kegiatan belajar.

4) Memperhatikan umpan balik. 5) Waktu penyelesaian tugas


(10)

19 2.2.3. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Djamarah (2011), terdapat 2 (dua) jenis motivasi belajar yaitu: 1. Motivasi Ekstrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang terletak di luar perbuatan belajar (adanya rangsangan dari luar individu). Motivasi ini tetap diperlukan, sebab pengajaran di perguruan tinggi tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya.

2. Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam individu sendiri). Adanya motivasi ini menunjukkan bahwa peserta didik menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang diikutinya bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan kebutuhannya. Motivasi ini disebut juga motivasi murni, motivasi sebenarnya timbul dari dalam diri anak sendiri.

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Syah (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:

1) Guru

Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru juga harus bisa menyesuaikan efektivitas suatu metode mengajar dengan mata pelajaran tertentu. Pada pelajaran tertentu guru harus menggunakan


(11)

20 metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan karena hal ini sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari belajar itu sendiri.

2) Orang tua dan keluarga

Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga berperan dalam mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak untuk belajar. Oleh karena itu orang tua dan keluarga harus bisa membimbing, membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi dalam belajar. Saat merasa dapat memahamim konsep-konsep dalam pelajaran, anak akan termotivasi untuk belajar.

3) Masyarakat dan lingkungan

Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar adalah pengaruh dari teman sepermainan. Seorang anak yang rajin melakukan kegiatan belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong anak lain untuk melakukan kegiatan yang sama.


(12)

21

2.3. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir

Pada masa remaja akan terbentuk pola tingkah laku dan dan aktivitas yang berhubungan kelanjutan hidupnya, hal ini bisa terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Dalam hal ini adalah memilih jurusan atau pendidikan lanjutan.

Dalam mencapai karir yang tepat bukan hanya perencanaan karir yang dibutuhkan, tetapi motivasi belajar juga sangat dibutuhkan. Menurut Sardiman (2001) siswa yang memiliki motivasi belajar akan menunjukkan minat yang besar terhadap bidang yang disukainya. Apabila seseorang memiliki perencanaan karir, maka motivasi belajarnya cenderung lebih tinggi. Siswa yang memilih jurusan pendidikan dengan tepat sesuai kemampuan dan minatnya dapat diartikan memiliki perencanaan karir yang baik, hal ini dapat mempengaruhi motivasi belajarnya menjadi lebih tinggi, sehingga siswa mempunyai dorongan yang membuat dirinya melakukan kegiatan belajar dengan merasa senang dalam mempelajari bidang yang ditekuni untuk karirnya dimasa depan.

Bagi remaja, keputusan untuk memilih jurusan yang tepat maka dibutuhkan perencanaan karir, yang meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja (Parsons, dalalm Winkel & Hastuti 2006 ).


(13)

22

2.4. Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian Sukma (2009) mengenai “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Pada Siswa di SMA N 1 Sukawati” menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,471 dengan p (Sig): 0, 007 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan perencanaan karir pada siswa di SMA N 1 Sukawati.

Penelitian yang dilakukan oleh Tyas dkk (2012) tentang “Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali” diperoleh koefisien korelasi dari motivasi belajar dengan kematangan karir sebesar 0, 279 dengan p (sig): 0, 001 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan kematangan karir pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012) tentang “Hubungan antara Perencanaan Karir dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bancak” diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,194 dengan p (sig): 0,118 (p> 0, 05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perencanaan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bancak.


(14)

23 2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan


(1)

18 Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang dapat membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat dibutuhkan oleh anak untuk melakukan kegiatan belajar, karena tanpa adanya motivasi belajar, seseorang tidak akan mungkin mengembangkan kemampuannya secara optimal. Dengan adanya motivasi untuk belajar, seseorang bukan hanya ingin belajar tetapi juga mendapat kenikmatan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu daya penggerak dari dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.

2.2.2. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2001) aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi belajar diantaranya yaitu:

1) Tanggung jawab terhadap tugas.

2) Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak menyerah.

3) Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan dan menghabiskan waktu untuk kegiatan belajar.

4) Memperhatikan umpan balik. 5) Waktu penyelesaian tugas


(2)

19 2.2.3. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Djamarah (2011), terdapat 2 (dua) jenis motivasi belajar yaitu: 1. Motivasi Ekstrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang terletak di luar perbuatan belajar (adanya rangsangan dari luar individu). Motivasi ini tetap diperlukan, sebab pengajaran di perguruan tinggi tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya.

2. Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam individu sendiri). Adanya motivasi ini menunjukkan bahwa peserta didik menyadari bahwa kegiatan pendidikan yang sedang diikutinya bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan kebutuhannya. Motivasi ini disebut juga motivasi murni, motivasi sebenarnya timbul dari dalam diri anak sendiri.

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Syah (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:

1) Guru

Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru juga harus bisa menyesuaikan efektivitas suatu metode mengajar dengan mata pelajaran tertentu. Pada pelajaran tertentu guru harus menggunakan


(3)

20 metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan karena hal ini sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari belajar itu sendiri.

2) Orang tua dan keluarga

Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga berperan dalam mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak untuk belajar. Oleh karena itu orang tua dan keluarga harus bisa membimbing, membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi dalam belajar. Saat merasa dapat memahamim konsep-konsep dalam pelajaran, anak akan termotivasi untuk belajar.

3) Masyarakat dan lingkungan

Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar adalah pengaruh dari teman sepermainan. Seorang anak yang rajin melakukan kegiatan belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong anak lain untuk melakukan kegiatan yang sama.


(4)

21

2.3. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir

Pada masa remaja akan terbentuk pola tingkah laku dan dan aktivitas yang berhubungan kelanjutan hidupnya, hal ini bisa terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Dalam hal ini adalah memilih jurusan atau pendidikan lanjutan.

Dalam mencapai karir yang tepat bukan hanya perencanaan karir yang dibutuhkan, tetapi motivasi belajar juga sangat dibutuhkan. Menurut Sardiman (2001) siswa yang memiliki motivasi belajar akan menunjukkan minat yang besar terhadap bidang yang disukainya. Apabila seseorang memiliki perencanaan karir, maka motivasi belajarnya cenderung lebih tinggi. Siswa yang memilih jurusan pendidikan dengan tepat sesuai kemampuan dan minatnya dapat diartikan memiliki perencanaan karir yang baik, hal ini dapat mempengaruhi motivasi belajarnya menjadi lebih tinggi, sehingga siswa mempunyai dorongan yang membuat dirinya melakukan kegiatan belajar dengan merasa senang dalam mempelajari bidang yang ditekuni untuk karirnya dimasa depan.

Bagi remaja, keputusan untuk memilih jurusan yang tepat maka dibutuhkan perencanaan karir, yang meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja (Parsons, dalalm Winkel & Hastuti 2006 ).


(5)

22

2.4. Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian Sukma (2009) mengenai “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Pada Siswa di SMA N 1 Sukawati” menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,471 dengan p (Sig): 0, 007 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan perencanaan karir pada siswa di SMA N 1 Sukawati.

Penelitian yang dilakukan oleh Tyas dkk (2012) tentang “Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali” diperoleh koefisien korelasi dari motivasi belajar dengan kematangan karir sebesar 0, 279 dengan p (sig): 0, 001 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan kematangan karir pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012) tentang “Hubungan antara Perencanaan Karir dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bancak” diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,194 dengan p (sig): 0,118 (p> 0, 05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perencanaan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bancak.


(6)

23 2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati T1 132010095 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati T1 132010095 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati T1 132010095 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB II

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB II

0 0 11