Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB II

(1)

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi

Djamarah (2008: 148) merujuk pendapat Oemar Hamalik (1992: 173) menyatakan motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2006) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) merujuk pendapat para ahli yaitu; Koeswara, Siagian, Schein, Biggs, dan Telfer yang menyatakan bahwa dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, mengarahkan sikap dan perilaku invdividu belajar.

Menurut Purwanto (2006: 71) motivasi adalah “pendorongan” ; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.


(2)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan baik didalam maupun di luar pribadi seseorang untuk mewujudkan keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang dalam mencapai hasil atau tujuan tertentu.

2.1.2 Pengertian Belajar

Djamarah (2008: 12) merujuk pendapat James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana perilaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Menurut Mulyati (2007: 4) belajar merupakan suatu usaha sadar dari individu, untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri, melalui latihan- latihan, pengulangan- pengulangan, dan perubahan terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Menurut Slameto dalam Djamarah (2008: 13) merumuskan pengertian belajar menurutnya adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses usaha sadar dari individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan untuk mencapai tujuan peningkatan diri melalui latihan-latihan,


(3)

pengulangan-pengulangan sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.

Merujuk dari berbagai pendapat mengenai definisi motivasi dan belajar maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik untuk merubah perilaku yang didorong adanya keinginan untuk berhasil, adanya kebutuhan dalam belajar, cita- cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, serta adanya lingkungan belajar yang kondusif, yang dilakukan melalui proses belajar.

2.1.3 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar

Djamarah (2008: 149) menyebutkan dua sudut pandang macam- macam motivasi, yaitu:

(a) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. (b) Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik keduanya memiliki peranan yang penting dalam aktivitas belajar siswa.Tidak ada seorang siswapun yang belajar tanpa motivasi. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang intrinsik maupun ektrinsik akan menyebabkan


(4)

siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dampak lanjutnya adalah pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan.

2.1.4 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Aktifitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang juga penting.

Menurut Djamarah (2008: 152-155) ada beberapa prinsip motivasi belajar: (a) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. (b) Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar. (c) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. (d) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar. (e) Motivasi dapat memupuk optimisme.

Menurut Hamalik (2004: 181-183) ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan: (a) Pujian lebih efektif daripada hukuman. (b) Semua siswa memiliki kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasaan. (c) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. (d) Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinforcement). (e) Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain. (f) Pemahaman yang


(5)

jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. (g) Tugas- tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas- tugas itu dipaksakan oleh guru. (h) Pujian-pujian yang datangnya dari luar (eksternal rewards) kadang- kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. (i) Teknik dan prosedur mangajar yang bermacam- macam ituefektif untuk memelihara minat siswa. (j) Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. (k) Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa uang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai. (l) Tekanan dari kelompok siswa pada umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa. (m) Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. (n) Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar. (o) Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. (p) Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. (q) Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.

2.1.5 Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu dalam belajar.Motivasi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan merupakan


(6)

kata kunci dalam setiap kegiatan belajar. Adapun fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2008: 85) adalah sebagai berikut: (a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. (b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. (c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Djamarah (2008: 152-157) ada tiga fungsi motivasi belajar yaitu: (a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan artinya bahwa: dengan adanya motivasi seorang individu akan tergerak dan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan terutama dalam aktivitas belajar. (b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan artinya bahwa: sebagai suatu kekuatan yang terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yaitu dengan melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. (c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan artinya bahwa suatu perbuatan yang dilakukan individu sebagai implikasi dari sebuah tujuan. Dengan adanya tujuan belajar maka individu akan memiliki arah dan termotivasi untuk mencapai tujuan/ aktivitas tersebut.

Berdasarkan beberapa teori fungsi motivasi, maka dapat disimpulkan tiga fungsi motivasi yang utama yaitu motivasi berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan.Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah


(7)

fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan, penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

2.1.6 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan, dengan adanya motivasi siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, dan mampu menggerakkan, mengarahkan dirinya dalam aktivitas belajar.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Sardiman (2008: 92-95) yaitu: (a) Memberi angka: angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai dari kegiatan belajarnya. (b) Hadiah: Dengan pemberian hadiah sebagai penghargaan atau kenang-kenangan kepada siswa dapat digunakan sebagai motivasi siswa dalam belajar. (c) Saingan/ kompetisi: melalui persaingan baik individual maupun kelompok dapat digunakan sebagai motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam belajar. (d) Ego-involment: salah satu menumbuhkan motivasi yang cukup penting adalah dengan menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar mampu merasakan betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.


(8)

(e) Memberi ulangan: dengan mengadakan ulangan para siswa akan giat dalam belajar. (f) Mengetahui hasil: dengan mengetahui hasil pekerjaan, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Apalagi jika hasil itu mengalami kemajuan maka siswa akan berusaha mempertahankannya bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. (g) Pujian: memuji keberhasilan siswa merupakan salah satu bentuk motivasi yang dapat mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar. (h) Hukuman: hukuman diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah sehingga dengan hukuman yang diberikan maka siswa tidak mengulangi kesalahanya. (i) Hasrat untuk belajar: adanya hasrat atau keinginan siswa untuk belajar merupakan potensi yang tersedia didalam diri siswa sehingga diharapkan akan lebih efektif disbanding dengan siswa yang tidak berhasrat untuk belajar. (j) Minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktifitas. (k) Tujuan yang diakui: dengan memahami tujuan yang ingin dicapai akan menimbulkan gairah pada diri siswa untuk terus belajar.

2.1.7 Upaya meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Decce dan Grawford (1997) dalam Djamarah (2008: 169) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi


(9)

belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik kearah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.

Menurut Hafi, (http://haveza.multiply.com/reviews/item/3) beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar seorang anak antara lain: (a) Optimalisasi penerapan prinsip belajar, beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru dalam upaya pembelajaran kepada siswa diantaranya; guru telah mempelajari bahan pelajaran, guru telah memahami bagian-bagian yang mudah baik sedang maupun sukar, guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan guru telah memahami sifat bahan pelajaran. Beberapa prinsip belajar diantaranya belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya, belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program tertentu sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, belajar bisa menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya. (b) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran, upaya optimalisasi tersebut antara lain memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajarnya, memelihara minat, kemauan, dan semangat belajar siswa; meminta kesempatan pada orang tua siswa agar


(10)

memberi kesempatan pada siswa mengaktualisasi diri, memanfaatkan

unsur-unsur lingkungan, menggunakan waktu secara tertib,

merangsang siswa dengan memberi penguat rasa percaya diri. (c) Optimalisasi pemanfaatan, pengalaman dan kemampuan siswa, beberapa upaya optimalisasi tersebut antara lain menugasi siswa membaca bahan belajar sebelumnya, guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa, guru memecahkan dan mencari cara memecahkan hal-hal yang sukar, guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran, guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi permasalahan, beri kesempatan siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekannya. (d) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar, beberapa cara mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar antara lain menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, mengikut sertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar, mengajak serta orang tua siswa memperlengkap fasillitas belajar.

2.1.8 Teknik-teknik Motivasi dalam Pembelajaran

Menurut Uno (2009: 34-37) beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut: (a) Pernyataan penghargaan secara verbal. (b) Menggunakan hasil ulangan sebagai pemacu keberhasilan. (c) Menimbulkan rasa ingin tahu. (d) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. (e) Menjadikan


(11)

tahap dini dalam belajaar mudah bagi siswa. (f) Mengunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar. (g) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami. (h) Menuntut siswa untuk menggunakan hal- hal yang telah dipelajari sebelumnya. (i) Menggunakan stimulasi dan permainan. (j) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum. (k) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. (l) Memahami iklim social dalam sekolah. (m) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. (n) Memperpadukan motif- motif yang kuat. (o) Memperjelas tujuan yang hendak dicapai. (p) Merumuskan tujuan- tujuan sementara. (q) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. (r) Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa. (s) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. (t) Memberikan contoh yang positif.


(12)

2.2 Kecerdasan Emosional

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan

kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi

keberhasilan.Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan

emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (dalam Amalia, 2004).

Reuven Bar-On (dalam Meta, 2012) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dengan kecerdasan emosi, individu mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of


(13)

emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Menurut Goleman (2001) , khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan, kompetensi dan kecakapan emosi individu yang terdiri atas kemampuan untuk memahami, merasakan dan mengelola emosi diri dan kemampuan untuk mengerti perasaan orang lain serta memahami lingkungannya.


(14)

2.2.2 Faktor-Faktor dalam Kecerdasan Emosional

Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2002) merangkum kecerdasan emosional ke dalam lima area atau ranah yang menyeluruh, yaitu :

1) Ranah Intra Pribadi

Ranah intra pribadi terkait dengan kemampuan individu untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah ini meliputi:

(1) Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk mengenal dan

memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu dirasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut.

(2) Sikap asertif yaitu kemampuan mengungkap perasaan,

mengungkapkan pemikiran, dan kemampuan untuk

mempertahankan hak-hak pribadi.

(3) Kemandirian yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. (4) Penghargaan diri yaitu kemampuan untuk menghormati dan

menerima diri sendiri sebagai pribadi yang baik.

(5) Aktualisasi diri yaitu kemampuan untuk menanggung


(15)

2) Ranah Antar Pribadi

Ranah antar pribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yaitu kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain. Ranah ini meliputi:

(1) Empati yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain.

(2) Tanggung jawab sosial yaitu kemampuan untuk

menunjukkan bahwa anggota kelompok masyarakat dapat bekerja sama, berperan, dan konstruktif.

(3) Hubungan antarpribadi yaitu kemampuan membina dan

memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang.

3) Ranah Penyesuaian Diri

Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan sikap individu yang lentur dan realistik dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Ranah ini meliputi:

(1) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahannya.

(2) Uji realitas yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami dan apa yang secara objektif terjadi.


(16)

(3) Sikap fleksibel yaitu kemampuan menyesuaikan emosi, pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.

4) Ranah Pengendalian Stres

Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan individu untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls/ dorongan nafsu serta kemampuan untuk menahan atau menunda

keinginan untuk bertindak tanpa menimbang dengan

matang/seksama. Ranah ini meliputi:

(1) Ketahanan menanggung stres yaitu kemampuan untuk

menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan positif mengatasi stres.

(2) pengendalian impuls/dorongan nafsu yaitu kemampuan

menolak atau menunda impuls, dorongan, atau godaan untuk bertindak.

5) Ranah Suasana Hati Umum

Ranah suasana hati umum berkaitang dengan pandangan individu tentang kehidupan, bergembira dalam bersendiri maupun bersama orang lain serta keseluruhan rasa puas-lega yang dirasakan individu. Ranah ini meliputi:

(1) Kebahagiaan yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta bersenang-senang.


(17)

(2) Optimisme yaitu kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan me-melihara sikap postif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.

Dari uraian di atas menurut Bar-on kecerdasan emosional terbagi dalam lima ranah yang menyuluruh, akan tetapi dalam hal ini penulis mengambil hanya empat ranah saja. Karena menurut Parker “suasana hati bukan termasuk kompetensi akan tetapi menunjukkan keadaan saja atau akibat dari sesuatu bukan menunjukkan kemampuan tetapi menunjukkan keadaan saja dimana ranah suasana hati umum dapat berubah-ubah atau pasang surut”.

2.3 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Cahyo (2006) menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dari 97 siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI I Yogyakarta memperoleh skor rata-rata 156,25 dengan skor minimum 133 dan maximum 186 sedangkan untuk motivasi belajar memperoleh skor rata-rata 95,34 dengan skor minimum 79 dan skor maximum 111 dan kesimpulan berikutnya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan motivasi belajar pada siswa kelas X

Penelitian yang dilakukan oleh Randy Susanto (2007) yang dilakukan pada mahasiswa psikologi UIN Malang yang berjumlah 60 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki kecerdasan emosi dan motivasi


(18)

belajar menengah (sedang). Dan korelasi dua variabel r xy = 0,847 yang berarti terdapat hubungan yang positif antara kecedasan emosi dan motivasi belajar.

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan motivasi belajar pada siswa kelas 8 SMP N 3 Getasan”.


(1)

emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Menurut Goleman (2001) , khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan, kompetensi dan kecakapan emosi individu yang terdiri atas kemampuan untuk memahami, merasakan dan mengelola emosi diri dan kemampuan untuk mengerti perasaan orang lain serta memahami lingkungannya.


(2)

2.2.2 Faktor-Faktor dalam Kecerdasan Emosional

Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2002) merangkum kecerdasan emosional ke dalam lima area atau ranah yang menyeluruh, yaitu :

1) Ranah Intra Pribadi

Ranah intra pribadi terkait dengan kemampuan individu untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah ini meliputi: (1) Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk mengenal dan

memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu dirasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut.

(2) Sikap asertif yaitu kemampuan mengungkap perasaan, mengungkapkan pemikiran, dan kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi.

(3) Kemandirian yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. (4) Penghargaan diri yaitu kemampuan untuk menghormati dan

menerima diri sendiri sebagai pribadi yang baik.

(5) Aktualisasi diri yaitu kemampuan untuk menanggung jawabkan kemampuan yang potensial.


(3)

2) Ranah Antar Pribadi

Ranah antar pribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yaitu kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain. Ranah ini meliputi:

(1) Empati yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain.

(2) Tanggung jawab sosial yaitu kemampuan untuk menunjukkan bahwa anggota kelompok masyarakat dapat bekerja sama, berperan, dan konstruktif.

(3) Hubungan antarpribadi yaitu kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang.

3) Ranah Penyesuaian Diri

Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan sikap individu yang lentur dan realistik dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Ranah ini meliputi:

(1) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahannya.

(2) Uji realitas yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami dan apa yang secara objektif terjadi.


(4)

(3) Sikap fleksibel yaitu kemampuan menyesuaikan emosi, pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi. 4) Ranah Pengendalian Stres

Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan individu untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls/ dorongan nafsu serta kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak tanpa menimbang dengan matang/seksama. Ranah ini meliputi:

(1) Ketahanan menanggung stres yaitu kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan positif mengatasi stres.

(2) pengendalian impuls/dorongan nafsu yaitu kemampuan menolak atau menunda impuls, dorongan, atau godaan untuk bertindak.

5) Ranah Suasana Hati Umum

Ranah suasana hati umum berkaitang dengan pandangan individu tentang kehidupan, bergembira dalam bersendiri maupun bersama orang lain serta keseluruhan rasa puas-lega yang dirasakan individu. Ranah ini meliputi:

(1) Kebahagiaan yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta bersenang-senang.


(5)

(2) Optimisme yaitu kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan me-melihara sikap postif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.

Dari uraian di atas menurut Bar-on kecerdasan emosional terbagi dalam lima ranah yang menyuluruh, akan tetapi dalam hal ini penulis mengambil hanya empat ranah saja. Karena menurut Parker “suasana hati bukan termasuk kompetensi akan tetapi menunjukkan keadaan saja atau akibat dari sesuatu bukan menunjukkan kemampuan tetapi menunjukkan keadaan saja dimana ranah suasana hati umum dapat berubah-ubah atau pasang surut”.

2.3 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Cahyo (2006) menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dari 97 siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI I Yogyakarta memperoleh skor rata-rata 156,25 dengan skor minimum 133 dan maximum 186 sedangkan untuk motivasi belajar memperoleh skor rata-rata 95,34 dengan skor minimum 79 dan skor maximum 111 dan kesimpulan berikutnya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan motivasi belajar pada siswa kelas X

Penelitian yang dilakukan oleh Randy Susanto (2007) yang dilakukan pada mahasiswa psikologi UIN Malang yang berjumlah 60 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki kecerdasan emosi dan motivasi


(6)

belajar menengah (sedang). Dan korelasi dua variabel r xy = 0,847 yang berarti terdapat hubungan yang positif antara kecedasan emosi dan motivasi belajar.

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan motivasi belajar pada siswa kelas 8 SMP N 3 Getasan”.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Salatiga T1 132014705 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Agresivitas Siswa Kelas VIII SMP N I Sumowono T1 132009044 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Agresivitas Siswa Kelas VIII SMP N I Sumowono T1 132009044 BAB II

3 3 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Agresivitas Siswa Kelas VIII SMP N I Sumowono T1 132009044 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Agresivitas Siswa Kelas VIII SMP N I Sumowono T1 132009044 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Perencanaan Karir Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Kedungjati T1 132010095 BAB II

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB V

0 0 1