Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musharakah di bait al-mal wa at-tamwil (BMT) An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENYIMPANGAN
PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BAIT AL-MA>L WA ATTAMWI>L (BMT) AN-NUR REWWIN KECAMATAN WARU
KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
Nur Afrida
Nim: C02213059

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan hukum
Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo” yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan
1) Bagaimana praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo? dan 2) Bagaimana tinjauan hukum

Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?.
Data penelitian kualitatif ini dihimpun melalui teknik observasi, wawancara
dan dokumentasi. Setelah data tersebut terkumpul, kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif analisis dengan pola pikir induktif, yaitu
mendeskripsikan gambaran umum mengenai penyimpangan pembiayaan musha>rakah
di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo terlebih dahulu,
kemudian dianalisis dengan konsep musha>rakah dalam fatwa DSN-MUI nomor
08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musha>rakah yang Diperuntukkan untuk
Usaha.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertama, dalam praktik pengajuan
pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo, nasabah mendaftar di bagian administrasi dan mengisi formulir
pendaftaran dengan peruntukkan untuk suatu usaha, kemudian dapat dicairkan
setelah disetujui oleh direktur. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat
penyalahgunaan yang dilakukan oleh nasabah, yaitu pinjaman yang seharusnya
untuk usaha tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumtif. Kedua, penyimpangan
pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo dalam awal akadnya sah, karena memenuhi syarat dan rukun yang terdapat
dalam Fatwa DSN-MUI nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Musha>rakah yang Diperuntukkan untuk Usaha. Akan tetapi, batal ketika salah satu
pihak menyalahgunakan peruntukkan dana pinjaman, di mana dana yang seharusnya
untuk usaha digunakan untuk kebutuhan konsumtif.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis kemukakan saran sebagai berikut:
pertama, bagi pihak BMT An-Nur Rewwin, hendaknya lebih selektif dan berhatihati dalam memberikan pinjaman terhadap nasabah, serta turut andil dalam
melakukan pengawasan dan melihat langsung usaha yang dijalankan bersama.
Kedua, bagi nasabah, hendaknya lebih amanah dalam penggunaan pinjaman dana
untuk usaha, dalam arti tidak menyalahgunakan pinjaman dana tersebut untuk
kepentingannya sendiri atau konsumtif.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................iii
PENGESAHAN .................................................................................................iv

MOTTO ..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................5
C. Batasan Masalah ................................................................................5
D. Rumusan Masalah .............................................................................6
E. Kajian Pustaka ...................................................................................6
F. Tujuan Penelitian ................................................................................9
G. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................9
H. Definisi Operasional ...........................................................................10

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


I. Metode Penelitian ..............................................................................11
J. Sistematika Pembahasan ....................................................................15
BAB II MUSHA>RAKAH DALAM HUKUM ISLAM
A. Pengertian Musha>rakah ......................................................................17
B. Dasar Hukum Musha>rakah .................................................................20
C. Rukun dan Syarat Musha>rakah ..........................................................23
D. Macam-macam Musha>rakah ..............................................................24
E. Skema Pembiayaan Musha>rakah ........................................................27
F. Hikmah Musha>rakah ...........................................................................29
G. Fatwa DSN-MUI tentang Musha>rakah ..............................................30
H. Berakhirnya akad Musha>rakah ...........................................................32
BAB III

PRAKTIK PENYIMPANGAN PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI
BMT AN-NUR REWWIN KECAMATAN WARU KABUPATEN
SIDOARJO

A. Gambaran Umum tentang BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo .............34
1. Sejarah BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo ........................................34
2. Dasar Hukum Pendirian .................................................................42

3. Struktur Organisasi ........................................................................43
4. Produk-produk BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo ...........................44
B. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin ...............................................................................................47
C. Praktik Penyimpangan Pembiayaan Musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin ...............................................................................................48

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYIMPANGAN
PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN
KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO
A. Analisis Praktik Penyimpangan Pembiayaan Musha>rakah di
BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo .........55
B. Analisis Hukum Islam terhadap Penyimpangan Pembiayaan

Musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo ..........................................................................58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................65
B. Saran ..................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................67
LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami peningkatan yang
cukup pesat. Kehadiran lembaga keuangan yang berprinsip syariah menjadi
solusi bagi umat Islam dalam bidang perekonomian. Di antara lembaga
keuangan syariah adalah Bait al-Ma>l wa at-Tamwi>l atau sering disebut dengan
BMT. BMT mempunyai peran penting dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Keberadaan

BMT merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
khususnya yang ingin berwirausaha tetapi tidak memiliki dana yang cukup.
Tumbuhnya BMT juga merupakan hal yang dinanti oleh masyarakat
muslim yang menginginkan bermuamalah secara syariah untuk menjauhi dari
praktik bermuamalah secara ribawi. BMT merupakan salah satu model
lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul
di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT, yang bergerak di kalangan
masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan
melalui pembiayaan-pembiayaan.1
Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah
diantaranya menggunakan prinsip kerja sama, yakni bentuk pembiayaan

kepada anggota atau nasabah BMT akan menyertakan sejumlah modal, baik
uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha. Atas
dasar transaksi ini BMT akan bersepakat dalam nisbah bagi hasil.2
Produk pembiayaan keuangan yang berbaris syariah menerapkan sistem
bagi hasil bila mendapatkan keuntungan dan saling menanggung resiko bila
terjadi kerugian dalam usahanya. Banyak produk yang ditawarkan dan banyak
pula transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan syariah. Bentuk pembiayaan
yang didasarkan atas pencampuran dua harta untuk suatu usaha bersama
adalah musha>rakah.3
Secara bahasa kata musha>rakah diambil dari kata shirkah yang berarti
percampuran (al-ikhtila>t)} 4. Musha>rakah merupakan akad bagi hasil ketika dua
atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha
membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik
modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak
merupakan keharusan.
1

Makhalul Ilmi, Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta:UII Press, 2002), 49.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) (Yogyakarta: UII Press, 2004),
169.

3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),125.
4
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 1972), 196.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai
kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan
keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut. Proporsi keuntungan
dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan.5 Maksudnya
dari pemilik modal BMT dan nasabah sama-sama ikut serta dalam pengelolaan
suatu usaha bersama namun memang tidak menjadi kewajiban dalam artian
pihak BMT dan nasabah bisa membagi tugas mengelola usaha sesuai
kesepakatan. Kemudian dari kedua belah pihak membagi keuntungan yang
telah disepakati. Landasan pembiayaan musha>rakah yang tercantum dalam AlQur’an surat S}ad> ayat 24, yaitu:


َ َ
َ
‫ٱۡ َ َطآءِ َََ خبِ َب خع ُض ُ خ َ َ ٰ خ‬
َ َ ْ ُ َ ْ َُ
ُ ‫را ِم َ خ‬
‫ِن َكث ِ م‬
٤‫ت‬
ِ ٰ‫ل َبع ٍض إَِ ٱَِي َ َءامن ا َوع ِ ا ٱلص ٰ ِح‬
ِ
Dan sesungguhnya memang banyak diantara orang-orang yang
bersekutu itu berbuat dzalim kepada yang lain, kecuali orang-orang
beriman dan mengerjakan kebajikan… (Q.S. S}a> >d :24)6
Kerjasama dalam Islam diperbolehkan, selama tidak ada dalil yang
melarangnya.7 Hal ini penting mengingat manusia sebagai makhluk sosial.
Kerjasama dalam ekonomi sangat banyak manfaatnya, sebab dengan kerjasama
itulah akan mendatangkan kemaslahatan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Hal
ini dijelaskan dalam firman Allah SWT:

5


Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 51.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bekasi: Cipta Bagus
Segara, 2012), 650.
7
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqh dan Keuangan (Yogyakarta: IIIT Indonesia, 2003),
33.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

َ ‫َ َ َ َ ُ ْ َ َ خ َ َ خ َ ٰ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ خ خ َ خ ُ خ َٰ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ُ خ‬
‫اب‬
‫ق‬
ِ ِ‫ٱۡث ِ وٱلعدو ِن وٱتق ا ٱل إِن ٱل شدِيد ٱلع‬
ِ ‫ب وٱتق ى وَ تعاون ا ل‬
ِ ِ ‫وتعاون ا ل ٱل‬
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. (Q.S>>. Al-Ma>idah:2)8
Salah satu BMT yang berkedudukan di Kabupaten Sidoarjo adalah
BMT An-Nur Rewwin. Sebagian nasabah meminjam dana dalam pembiayaan
akad musha>rakah untuk kebutuhan pribadi bukan sebagai modal usaha. Di
dalam form akad tertulis menggunakan pembiayaan musha>rakah tetapi
pinjaman tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumtif nasabah itu sendiri.
Pada dasarnya dalam pembiayaan musha>rakah itu diperuntukkan untuk
modal usaha yang akan dijalani. Ketika ingin berwirausaha namun hanya
memiliki setengah dana saja, maka setengahnya lagi bisa mengajukan
pembiayaan dengan akad musha>>rakah di Lembaga Keuangan atau BMT untuk
dijadikan sebagai usaha yang akan dijalani.
Karena pembiayaan musha>rakah merupakan kerjasama antara dua
orang atau lebih. Di mana kejujuran di antara masing-masing mitra harus
dijunjung tinggi karena masing-masing mitra harus ikut serta dalam
permodalan untuk suatu usaha.
Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan hukum Islam terhadap

8

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, 156-157.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, penulis mengidentifikasi
beberapa masalah yang muncul dari aplikasi pembiayaan musha>rakah di BMT
An-Nur Rewwin K
\ ecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yakni sebagai berikut:
1. Gambaran umum BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo.
2. Faktor terjadinya transaksi antara pihak BMT An-Nur Rewwin dan nasabah
di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
3. Bentuk pelaksanaan akad pembiayaan musha>rakah antara pihak BMT AnNur Rewwin dan nasabah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo.
4. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah ketika melakukan pengajuan
akad pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo.
5. Praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin
K
\ ecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
6. Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di
BMT An-Nur Rewwin K
\ ecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Dari beberapa identifikasi masalah, untuk menghasilkan penelitian
yang lebih terfokus pada judul, penulis membatasi penelitian yakni sebagai
berikut:
1. Praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di
BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah dari identifikasi masalah, penulis ingin
merumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian terhadap aplikasi
pembiayaan musha>rakah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan

musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo?

D. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan deskripsi tersebut,
posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan.9
Dari beberapa penelitian terdahulu yang pernah penulis telusuri, penulis
menemukan beberapa kajian seputar musha>rakah, diantaranya adalah:
1. Skripsi yang ditulis oleh M. Taufiqurrosyidin Abdillah tahun 2014 yakni
berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap implementasi akad musha>rakah

mutana>qisa>h sebagai solusi akad pembiayaan KPR pada Bank Muamalat
Indonesia”. Skripsi ini menjelaskan tentang akad musha>rakah mutana>qisa>h
sebagai solusi akad pembiayaan KPR jika dilihat dari segi hukum Islam
sudah sesuai, karena rukun dan syarat akad musha>rakah mutana>qisah
sebagai solusi akad pembiayaan KPR sudah tepat dan terpenuhi.10
2. Skripsi yang ditulis oleh Riska Dwi Novita tahun 2014 yakni berjudul
“Analisis hukum Islam terhadap penerapan prinsip bagi hasil pada
pembiayaan musha>rakah (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbaris Masjid (KUM3)
Rahmad Surabaya)”. Skripsi ini menjelaskan tentang pembiayaan

musha>rakah adalah modal usaha untuk mengembangkan usaha yang telah
ada menjadi lebih besar di mana masing-masing pihak musha>rakah yang
9

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya, UIN
Sunan Ampel Press, 2016), 8.
10
M. Taufiqurrosyidin Abdillah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Akad
Musha>rakah Mutana>qisah sebagai solusi Akad Pembiayaan KPR pada Bank Muamalat
Indonesia”(Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014), 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dipratikkan bersifat menurun bukan permanen karena bagian modal akan
dialihkan secara bertahap kepada pengelola sehingga bagian modal akan
menurun dan pada akhirnya masa akad pengelola akan menjadi pemilik
usaha tersebut.11
3. Skripsi yang ditulis oleh Ati Inayatul Maghfiroh tahun 2012 yakni berjudul
“Implementasi nisbah musha>rakah pada produk retail di Bank BRI Syariah
Waru Gateway dalam Prespektif Fatwa DSN MUI No.15/DSN-MUI/2000”.
Skripsi ini menjelaskan tentang sistem pelaksanaan perhitungan dan
pembagian nisbah yang digunakan pada Bank BRI Syariah Waru Gateway
adalah metode revenue sharing, adapun formula perhitungannya yaitu

plafond x margin/revenue.12
Dari ketiga kajian pustaka di atas, bahwa jelas terdapat perbedaan
dengan penelitian yang akan penulis teliti yakni dengan judul ”Tinjauan
hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT AnNur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”. Perbedaannya terletak
pada kasus dan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis ingin
memfokuskan praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
Riska Dwi Novita, “Analisis Hukum Islam terhadap Penerapan Prinsip Bagi Hasil pada
Pembiayaan Musha>rakah (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Komunitas
Usaha Mikro Muamalat berbaris Masjid (KUM3) Rahmad Surabaya”(Skripsi--IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2014), 6.
12
Ati Inayatul Maghfiroh, “Implementasi Nisbah Musha>rakah pada Produk Retail di Bank BRI
Syariah Waru Gateway dalam Prespektif Fatwa DSN MUI No.15/DSN-MUI/2000”(Skripsi--IAIN
Sunan Ampel, Surabaya,2012), 8.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT AnNur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
2. Memahami tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan

musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo.

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian
Dari penelitian yang berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap
penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo”, diharapkan dapat memberikan manfaat serta dapat
dipergunakan untuk:
1. Dari aspek teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
wawasan

serta

ilmu

pengetahuan

terkait

praktik

penyimpangan

pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo dan dapat dijadikan sumber pengetahuan.
2. Dari aspek praktis
Memperluas

dan

memperdalam

pemahaman

penulis

pada

khususnya dan kalangan akademisi pada umumnya terhadap pemahaman

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

tentang praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah serta sebagai
bahan pertimbangan bagi masyarakat dan instansi yang terlibat pada
praktik penyimpangan

pembiayaan musha>rakah untuk kemudian bisa

diterapkan sesuai dengan akad yang diperbolehkan dalam fiqh muamalah.

G. Definisi Operasional
Untuk memahami penelitian yang berjudul “Tinjauan hukum Islam
terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”, maka penulis perlu memberikan
pemahaman terkait istilah-istilah yang ada di dalam judul penelitian yakni
sebagai berikut :
1. Hukum Islam
Peraturan maupun ketentuan yang bersumber dari Al-Qur’an,
Hadis, dan pendapat ulama tentang musha>rakah.13
2. Pembiayaan musha>rakah
Dalam aplikasi ini BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo menerapkan produk pembiayaan musha>rakah untuk
dikelola oleh nasabah dalam suatu usaha yang halal dan telah disepakati
bersama.

13

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), 360.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif karena metode ini dapat menghubungkan peneliti dan responden
secara langsung. Dengan menggunakan jenis penelitian lapangan yang bisa
memfokuskan pada kasus yang terjadi. Teknik untuk mendapatkan data
diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Untuk menghasilkan gambaran yang maksimal terkait “Tinjauan
hukum Islam terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT AnNur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”, dibutuhkan serangkaian
langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri atas :
1.

Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini di antaranya adalah
sebagai berikut :
a.

Data tentang praktik pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

b.

Data tentang kesesuaian pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin

Kecamatan

Waru

Kabupaten

Sidoarjo

dengan

fiqh

muamalah.
2.

Sumber data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sekunder.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

a. Sumber primer
Sumber primer adalah sumber yang langsung berkaitan dengan objek
penelitian.14 Adapun sumber primer dalam penelitian ini yaitu melalui
wawancara dengan direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak
Gunung Ridjani, wakil direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak
Yudi Budiman, S.E BMT An-Nur Rewwin, dan pihak nasabah di BMT
An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder yaitu sumber yang mendukung atau melengkapi dari
sumber primer yang dapat berupa dokumen, buku, dan karya ilmiah
yang mendukung sumber primer. Di antara sumber buku yang penulis
jadikan rujukan diantaranya yakni:
1) Al-Sayyid Sabiq , Fiqh Al-Sunnah.
2) Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok, Perkembangan Akad

Musha>rakah.
3) Saiful Jazil, Fiqih Mu’amalah.
4) M. Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
5) Naf’an, Pembiayaan Musha>rakah dan Mudha>rabah.
6) Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah.
3.

14

Teknik pengumpulan data

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 31.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa teknik antara
lain:
a. Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan
pencatatan.15 Penulis mengamati bagaimana praktik pembiayaan

musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo pada tanggal 09 Januari 2017.
b. Wawancara
Wawancara

merupakan

percakapan

dengan

maksud

tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.16 Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
langsung dengan pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
yaitu direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak Gunung Ridjadi,
wakil direktur BMT An-Nur Rewwin yaitu Bapak Yudi Budiman, S.E
BMT An-Nur Rewwin, dan pihak nasabah di BMT An-Nur Rewwin
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

15

Masruhan, Metologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 212.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
186.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.17 Dalam hal ini dokumen yang terkumpul adalah
data nasabah terhadap praktik pembiayaan musha>rakah di BMT AnNur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
4.

Teknik pengolahan data
Pengolahan data merupakan suatu proses dalam memperoleh data
ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
rumus-rumus

tertentu.18

Setelah

data

terkumpul,

maka

langkah

selanjutnya adalah mengolah data melalui metode analizing, yaitu tahapan
analisis dan perumusan terkait tinjauan hukum Islam terhadap praktik
pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo.
5.

Teknis analisis data
Dalam

menganalisis

menggunakan analisis

data

yang

secara deskriptif

telah

terkumpul,

analisis,

penulis

yaitu bertujuan

mendeskripsikan masalah yang ada sekarang dan berlaku berdasarkan
data-data terhadap penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT AnNur Rewwin Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yang didapat dengan

17

Husaini Usman dan Pornom Setyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), 73.
18
Masruhan, Metologi Penelitian Hukum, 253.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

mencatat,

menganalisis

dan

menginterpretasikannya.

Kemudian

dikembangkan dengan pola pikir induktif, yaitu cara penyajian dimulai
dari fakta-fakta yang bersifat khusus dari hasil riset dan terakhir diambil
kesimpulan yang bersifat umum.

I. Sistematika Pembahasan
Dalam

penelitian

tentang

tinjauan

hukum

Islam

terhadap

penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo, supaya penelitian ini dapat mengarah pada tujuan
yang diharapkan, maka akan disusun sistematika penulisannya yang terdiri dari
lima bab, yang masing-masing membicarakan masalah yang berbeda-beda
namun saling memiliki keterkaitan. Secara rinci pembahasan masing-masing
bab adalah sebagai berikut :
Bab Pertama adalah pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan Masalah, perumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan dan hasil penelitian, metode penelitian,
serta sistematika pembahasan.
Bab Kedua adalah landasan teori. Pada bab ini menjelaskan teori-teori
yang berkaitan dengan akad yang digunakan dalam aplikasi dana, dalam hal ini
meliputi pengertian musha>rakah, dasar hukum musha>rakah, syarat dan rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

musha>rakah, macam-macam musha>rakah, hikmah musha>rakah, fatwa DSNMUI tentang musha>rakah, berhentinya akad musha>rakah.
Bab Ketiga adalah penyajian data. Bab ini menjelaskan tentang objek
pembahasan mengenai praktik penyimpangan pembiayaan musha>rakah yang
pertama tentang gambaran umum BMT An-Nur Rewwin meliputi sejarah
berdirinya, dasar hukum pendirian, struktur organisasi, Job Deskripsi, produkproduk di BMT An-Nur Rewwin, prosedur pengajuan pembiayaan musha>rakah
di BMT An-Nur Rewwin, aplikasi pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur
Rewwin.
Bab Keempat adalah analisis data. Bab ini menjelaskan analisis
penyimpangan pembiayaan musha>rakah dan analisis hukum Islam terhadap
penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo.
Bab Kelima adalah penutup. Bab ini merupakan akhir dari laporan
penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari penulis yang akan
disampaikan untuk pembaca mengenai tinjauan hukum Islam terhadap
penyimpangan pembiayaan musha>rakah di BMT An-Nur Rewwin Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

MUSHA>RAKAH DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Musha>rakah

Mushara>kah atau dikenal dengan sebutan shirkah secara bahasa adalah alikhtila>t{ yaitu percampuran. Secara terminologi, sekalipun para ahli fiqh
memberikan definisi yang beragam, tetapi secara substansi yaitu kerjasama usaha
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.1
Fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan musha>rakah ditetapkan dengan
nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa pembiayaan

musha>rakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi secara proporsional
atau sesuai dengan nisbah yang disepakati dan resiko ditanggung bersama secara
proporsional.2
Menurut Bank Indonesia, musha>rakah adalah akad kerjasama usaha
patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis

Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 189.
Maulana Hasanudin & Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musha>rakah (Jakarta: Kencana, 2012),
83.
1

2

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

usaha halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati.3
Ulama fiqih mendefinisikan shirkah dengan redaksi yang berbeda-beda,
yang diantaranya:
1.

Menurut Malikiyah

‫س ِِ اَفِىَما ََلِ ا‬
ِ ُ ‫فََلِ افِيَاَْن‬
ِ ‫ِا ْ َُِفيَالتصر‬
Izin untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap
harta mereka.4

Musha>rakah adalah izin untuk bertindak secara hukum bagi kedua
belah pihak yang bekerjasama terhadap harta mereka. Yakni salah satu pihak
dari dua pihak yang melakukan perserikatan mengizinkan kepada pihak yang
lain untuk melakukan perbuatan hukum atau tidak melakukan perbuatan
hukum terhadap harta yang dimiliki dua orang atau lebih, serta hak untuk
melakukan perbuatan hukum itu tetap melekat terhadap masing-masingnya.
Definisi yang dikemukakan ulama Malikiyah ini, lebih menitik
beratkan pada perserikatan kepemilikan harta kekayaan yang dimiliki dua
orang atau lebih, di mana masing-masing pihak memiliki hak yang sama
dalam hal melakukan perbuatan hukum terhadap harta tersebut atas seizin
pihak yang lain.5

Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah, 190.
Wahbah Zukhaili, Mausu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qodaya al-Mu’asirah (Damshik: Dar al-Fikr,
2010), 588.
5
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010), 127.
3

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

2. Menurut Syafi’iyah

‫ع‬
ِ ‫حقَِفيَش ْي ِءِلِاْثِْي ِنََفَا ْكَثرعَيَو ْْ ِهَالشي ْو‬
َ ‫ثُب ْوتَْا‬
Tetapnya hak pada sesuatu yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dengan
cara kolektif.6
Definisi ini mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan transaksi

shirkah adalah transaksi antara 2 pihak atau lebih untuk bekerjasama pada
suatu usaha tertentu dimana masing-masing memberikan kontribusi modal
dan bersekutu dalam keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
Dengan adanya transaksi shirkah yang disepakati kedua belah pihak
atau para pihak, maka semua pihak yang mengikatkan diri berhak bertindak
hukum terhadap harta serikat tersebut dan juga berhak mendapatkan
keuntungan sesuai dengan prosentase yang disepakati bersama.7
3. Menurut Hanafiyah

‫سَامَا َِوالّ ِرْب ِح‬
ِ ‫ع ْق ٌَبْينَْامُتشارِ َكْي ِنَِفيَرْأ‬
Akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harta (modal) dan
keuntungan.8

Musha>rakah adalah perikatan antara dua pihak yang berserikat dalam
pokok harta (modal) dan keuntungan.9 Definisi ini juga memberikan
terminologi shirkah sebagai salah satu bentuk akad (perikatan) kerjasama
Wahbah Zukhaili, Mausu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qodaya al-Mu’asirah, 588.
Abdul Basith Junaidy, Asas Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
2014), 144.
8
Wahbah Zukhaili, Mausu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qodaya al-Mu’asirah, 587.
9
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah (Beirut: Dar Al-Fikr,1983), 353.
6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

antara dua orang atau lebih, dalam menghimpun harta untuk suatu usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.
4. Menurut Hanabilah

‫ف‬
ِ ‫ح َقا َِِاَلتصر‬
ْ ‫َاْلِا ِْْت اعَِفيَاِ ْسِت‬
Persekutuan dalam mendapatkan hak dan tindakan hukum.10

Musha>rakah adalah perhimpunan hak-hak atau pengelolahan harta
kekayaan. Menurut definisi ini, shirkah lebih berkonotasi merupakan badan
usaha yang dikelola oleh banyak orang, setiap orang memiliki hak-hak
tertentu sesuai peran dan fungsinya dalam mengolah dan mengelola harta
yang dimiliki badan usaha itu.11

B. Dasar Hukum Musha>rakah

Musha>rakah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. sebab
keberadaanya diperkuat oleh Al-Qur’an, hadis, dan Ijma ulama. Dalam Al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan pentingnya shirkah di antaranya terdapat
dalam Al-Qur’an Al-Ma>idah ayat 1, yaitu:

ُ َۡ َ ۡ ُ َۡ َ َ ۡ ُ َ ‫َ َُٓ َ ذ َ َ َ ُ ْٓ َۡ ُ ْ ۡ ُ ُ ُ ذ ۡ َ ُ َ َ ُ ۡ َۡ َٰ ذ‬
ٰ ‫يأيݟا ٱَِيݚ ءامنݠا ثوفݠا بِٱلعݐݠلِ ۚ ثحِݖܠ لكݗ ب ِݟيݙܟ ٱۡنع ِݗ إَِ ما يܢ‬
َِِ ُ ۡ
‫َ عݖيكݗ غ‬
ُ َۡ َ‫ذ ۡ ََ ُ ۡ ُ ُ ٌ ذ ذ‬
ُ ‫ك ُݗ َما يُر‬
‫يد‬
َ ‫ٱ صي ِد وثنܢݗ حرم ه إِن ٱل‬
ِ

10
11

Wahbah Zukhaili, Mausu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qodaya al-Mu’asirah, 587.
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, 354.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedag berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
kehendaki. (Q.S. Ma>idah:1)12
Dalam surat An-Nisa> ayat 12, yaitu:

ۡ ُ ُ ََۡ َ َ َ ُ ۡ ۡ ُ ََ
َ ۡ َ ‫ذ ۡ َ ُ ذُ ذ َ َد َ َ َ َُ ذ َ َد َ َ ُ ُ ُ ُ ُ ذ‬
ۚ‫ولكݗ ن ِصف ما ت َرك ثزوٰجكݗ إِن لݗ يكݚ ݟݚ ول ۚ فإِن َن ݟݚ ول فݖكݗ ٱ ربع ِݙا ت َركݚ‬
ۡ َ
َ
َ َ ٓ َ
ُ َ َ َ َ ‫ذۡ َ ُ ذ ُ ۡ ََد‬
ۡ
‫ن ب ِ َݟا ث ۡو ليۡ ل ۚݚ َو ُݟ ذݚ ٱ ُربُ ُع ذِݙا ت َرك ُܢ ۡݗ إِن لݗ يكݚ لكݗ و‬
‫ل ۚ فإِن َن لك ۡݗ‬
‫ݠص‬
ِ ُ‫ص ذيܟل ي‬
ِ ‫ِم ۢݚ َبع ِد َو‬
ََ ‫ََد‬
‫َ َ َ ُ د ُ َ ُ َ َٰ َ ً َ ۡ َ َ د‬
َ َ ٓ َ ُ ُ ‫ۢ َۡ َ ذ‬
ُ
ُۡ َ
‫ݠصݠن ب ِ َݟا ث ۡو ليۡ لݚۗ ِن َن رجل يݠرث كلݖܟ ثوِ ٱ رثة‬
‫صيܟل ت‬
‫و‬
ِ ‫ل فݖ ُݟ ذݚ ٱث ُݙ ُݚ ذِݙا ت َركܢ ۚݗ مِݚ بع ِد و‬
َ
َ
َ
ُ
ََٓ ُ ۡ ُ َ َ َ
ُُ
ُ َ ‫َ َُ ٓ ٌ ۡ ۡ د‬
ۡ ْٓ ُ َ َ ُ ُ ُ َ ُ ۡ
ََ‫ك‬
‫ܣ ِم ۢݚ‬
‫ث مِݚ ذ ٰ ِك فݟݗ‬
‫س فإِن َنݠا ث‬
ِ ٰ ‫ِك َو‬
ۚ ِ ‫َُ ُء ِِ ٱثݖ‬
ۚ ‫ح لد مِنݟݙا ٱ سد‬
ِ ‫ولۥ ثخ ثو ثخܠ فݖ‬
َ ُ‫َۡ َ ذ ُ َ ٰ َ ٓ َۡ َۡ َ َۡ ُ َ ٓ َ ذم َ ذ َ ذ‬
َ
‫د‬
ٌ
٢ ‫صيܟ مِݚ ٱل ِه وٱل عݖ ِيݗ حݖ ِيݗ‬
ِ ‫صيܟل يݠَ بِݟا ثو لي ٍݚ غۡ ضارل ۚ و‬
ِ ‫بع ِد و‬
Dan bagiannmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat ari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang
mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.
Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan
dari harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat
atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal, baik
laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu)
atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu
itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang
sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui. Maha Penyantun.
(Q.S. Nisa> :12)13
Dalam surat As-S}ad> ayat 24, yaitu:
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bekasi: Cipta Bagus Segara,
2012), 107.
13
Ibid, 80.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

ْ ُ

ْ

‫ذ‬

‫ذ‬

َ

َ ٓ َ ۡ

َ

َ ۡ ُ ُ َۡ ۡ
‫ذ‬
‫ذ‬
َ
َ ‫ِيݚ َء‬
َ ُ َ ‫م‬
َ َ‫ل َب ۡعܼ إَ ٱ‬
‫ام ُنݠا َوع ِݙݖݠا‬
٤ ‫ٱلصٰݖ َِحٰ ِܠ‬
ِ ٍ ٰ ‫ِن كثِۡا مِݚ ٱۡݖطاءِ ََܞ ِِ بعضݟݗ‬
Dan sesungguhnya memang banyak diantara orang-orang yang bersekutu
itu berbuat dzalim kepada yang lain, kecuali orang-orang beriman dan
mengerjakan kebajikan… (Q.S. S}a> d> :24)14
Adapun dalam hadis, Rasulullah bersabda:

َ‫َاناَثَالِثَُالشَ ِرْي َكْي ِنَماَلَ ْمَي ْنََاح َ اَصاَحِبهََفِا َاخاَ َََأح َ اَصاَحِبهَخر َُْْ ِم ْنَبْيِ ِِ ا‬
) ‫وْاءََالشَْي َطاَ َُ(رواَأبو و‬
Aku adalah orang ketiga dari dua hamba-Ku yang bekerja sama selama
keduanya tidak berkhianat. Jika salah satunya berkhianat, maka aku akan
keluar dari keduanya dan penggantinya adalah syetan. (HR. Abu Daud)15
Berdasarkan dasar hukum Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW bahwa

shirkah merupakan transaksi yang sangat penting sehingga Allah SWT sendiri
yang menjamin untuk membantu keberhasilan transaksi tersebut. Tangan
kekuasaan Allah akan selalu melindungi dan menjaga persekutuan dagang yang
dibuat oleh para pihak yang melakukan transaksi shirkah. Semua itu merupakan
motivasi yang kuat bagi kaum muslimin untuk semakin meningkatkan transaksi

shirkah.16

14

Ibid, 650.

Abu> Da>wu>d, “Sunan Abu> Da>wu>d”, Hadith no. 2936, Kitab: Al-Buyu>’, Bab: ash-Shirkah dalam
Mausu>’ah al-Hadi>th ash-Shari>f (Beirut: Maktab Ad-Dirasat Wal-Buhuts Fi Darrul Fikr, 1991), 238.
16
Abdul Basith Junaidy, Asas Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam, 145.
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

C. Rukun dan Syarat Musha>rakah
Rukun dari akad musha>rakah adalah sebagai berikut17:
1. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
2. Objek akad, yaitu yang mencakup modal atau pekerjaan
3. Shighah, yaitu ijab dan qabul
Syarat pokok musha>rakah adalah sebagai berikut18 :
1. Perserikatan merupakan transaksi yang mengandung substansi kebolehan
untuk bertindak sebagai penjamin atau wakil, artinya salah satu pihak dapat
bertindak melakukan perbuatan hukum terhadap objek perserikatan atas izin
pihak lain, yang dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang berserikat.
2. Masing-masing anggota shirkah bertanggung jawab atas resiko yang
diakibatkan oleh akad yang dilakukannya dengan pihak ketiga dan atau
menerima pekerjaan dari pihak ketiga untuk kepentingan shirkah.
3. Seluruh anggota shirkah bertanggung jawab atas resiko yang diakibatkan
oleh akad dengan pihak ketiga yang dilakukan oleh salah satu anggotanya
atas dasar persetujuan anggota shirkah yang lainnya.
4. Presentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak dijelaskan
secara tertentu ketika akad berlangsung.
5. Keuntungan diambil dari hasil laba objek perserikatan, bukan dari harta lain.
6. Kerugian dibagi secara proporsional diantara mereka.
17
18

Naf’an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), 98.
Saiful Jazil, Fiqih Muamalah (Surabaya: UIN SA Press, 2014), 142.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

D. Macam-macam Musha>rakah

Ikhtia>ri
Musha>rakah Amla>k

Jabari

Pembagian

Musha>rakah

Ina>n
Mufa>waddah
Musha>rakah Al-Uqu>d

Abda>n
Wuju>h

Para ulama fiqh membagi shirkah menjadi dua macam19 :
1. Shirkah Amla>k

Shirkah amla>k adalah bila lebih dari satu orang memiliki suatu jenis
barang tanpa akad baik bersifat ikhtia>ri atau jabari.20 Artinya barang tersebut
dimiliki oleh dua orang atau lebih tanpa didahului oleh akad. Hak
kepemilikan tanpa akad itu dapat disebabkan oleh dua sebab :
a. Ikhtia>ri atau disebut shirkah amla>k ikhtia>ri yaitu perserikatan yang
muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat, seperti dua orang
sepakat membeli suatu barang atau keduanya menerima hibah, wasiat,

19
20

Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2012), 212.
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, 932.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

atau waqaf dari orang lain maka benda-benda ini menjadi harta bersama
bagi mereka berdua.
b. Jabari atau disebut shirkah amla>k jabari yaitu perserikatan yang muncul
secara paksa bukan keinginan orang yang berserikat artinya hak milik bagi
mereka berdua atau lebih tanpa dikehendaki oleh mereka. Seperti harta
warisan yang mereka terima dari bapaknya yang telah wafat. Harta
warisan ini menjadi hak milik bersama bagi mereka yang memiliki hak
warisan.
2. Shirkat Al-Uqu>d

Shirkah uqu>d adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk
bekerja sama (berserikat) dalam modal dan keuntungan. Artinya kerjasama ini
didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian
keuntungannya. Pembagian shirkah uqu>d dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Shirkah ina>n, yaitu penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih
yang tidak selalu sama jumlahnya. Boleh satu pihak memiliki modal lebih
besar dari pihak lain. Demikian halnya, dengan beban tanggung jawab
dan kerja, boleh satu pihak bertanggung jawab penuh, sedangkan pihak
lain tidak. Keuntungan dibagi dua sesuai presentase yang telah
disepakati. Jika, mengalami kerugian maka resiko ditanggung bersama
dilihat dari presentase modal.21

21

Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, 932.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

b. Shirkat al-Mufa>wadhah, yaitu perserikatan di mana modal semua pihak
dan bentuk kerjasama yang mereka lakukan baik kualitas dan
kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata. Mempunyai
kesamaan wewenang dalam bertindak yang ada kaitannya dengan hukum.
Dengan demikian, anak yang belum dewasa/balig tidak sah dalam
anggota perikatan. Dalam shirkah mufa>wadhah masing-masing pihak
harus sama-sama bekerja. Hal terpenting dalam shirkah ini yaitu modal,
kerja, maupun keuntungan merupakan hak dan kewajiban yang sama
mempunyai kesamaan wewenang.22
c. Shirkat al-Abda>n, yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya
dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan artinya, perserikatan dua
orang atau lebih untuk menerima suatu pekerjaan.
d. Shi>rkat al-Wuju>h, yaitu perserikatan tanpa modal, artinya dua orang atau
lebih membeli suatu barang tanpa modal. Yang terjadi adalah hanya
berpegang kepada nama baik dan kepercayaan para pedagang terhadap
mereka. Shirkah ini adalah shirkah tanggung jawab yang tanpa kerja dan
modal. Artinya dua orang atau lebih yang tidak punya modal sama sekali
dapat melakukan pembelian dengan kredit dan menjualnya dengan harga
tunai, shirkah semacam ini mirip dengan makelar. Mereka berserikat

22

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), 225.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

membeli barang dengan cara kredit kemudian dijual dengan tunai dan
keuntungannya dibagi bersama.23

E. Skema Pembiayaan Musha>rakah24

NASABAH

BANK SYARIAH

PROYEK USAHA

KEUNTUNGAN

BAGI HASIL

Ketentuan skema pembiayaan musha>rakah, yaitu sebagai berikut:
1. Calon nasabah mempunyai kontrak kerja (misalnya pengadaan alat tulis
kantor dari suatu intitusi).
2. Calon nasabah datang ke bank Syariah dengan maksud mengajukan
pembiayaan modal kerja untuk proyek pengadaan barang dilengkapi dengan
persyaratan

23
24

yang

ditentukan.

Bank

melakukan

analisis

kelayakan

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 93.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 51.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

pembiayaan. Jika dinilai layak untuk dibiayai maka bank Syariah
memberikan persetujuan prinsip pembiayaan kepada calon nasabah.
3. Setelah negoisasi dan kesepakatan, kedua belah pihak melakukan perjanjian
pembiayaan dengan prinsip musha>rakah.
4. Bank Syariah membiayai sebagaian kebutuhan proyek pengadaan alat tulis
kantor. Sebagaian lagi dibiayai nasabah sendiri.
5. Nasabah sebagai pengelola proyek dan pemilik dana.
6. Pengembalian modal dan distribusi keuntungan dapat dilakukan secara
angsuran atau tempo.
7. Distribusi tingkat keuntungan untuk bank Syariah sebesar nisbah yang telah
ditentukan pada akad.
8. Distribusi tingkat keuntungan untuk nasabah sebesar nisbah yang telah
ditentukan pada akad.
9. Pengembalian modal bank Syariah dibayar pada saat jatuh tempo
pembiayaan. Pengembalian pokok dapat dilakukan secara bertahap sesuai

cashflow nasabah.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musha>rakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

modal dipercaya untuk menjalankan proyek musha>rakah tidak boleh melakukan
tindakan25, seperti:
1. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
2. Menjalankan proyek musha>rakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal
lainnya.
3. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau digantikan oleh
pihak lain.
4. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik diri
dari perserikatan, meninggal dunia, dan menjadi tidak cakap hukum.
5. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama, keuntungan di