PENGAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SE

PENGAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH/MADRASAH

Oleh: Abu Bakar M Luddin

Dosen Fakultas tarbiyah IAIN Sumatera Utara Jl. Willem iskandar Psr V Medan Estate

Abstract

Controlling for the guidance and counseling aim to give a self development facility, and a school counselor’s skill to increase a counselor’s competence and to increase to be responsibility in counseling and make a program guidance service. Getting that the purpose a school controller for the guidance and counseling can use some approximation there are to do assessment, to prevention, to motivate, and to give reinforcement for knowing an advantages from the program and implementation from guidance and counseling in the school had achieved and knew a progress and weakness, and had preventative steps to avoided deviation because to prevented is better than repaired. Key words: Pengawasan, guidance and counseling in the school, counselor

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, terutama anak-anak yang belum dewasa, baik sebagai makluk individual maupun sebagai makhluk sosial. Dalam masyarakat yang kompleks keluarga menghadapi masalah, sehingga muncul kebutuhan baru untuk memberikan pendidikan bagi anak secara khusus dalam rangka mempersiapkan mereka memasuki masyarakat dalam arti dapat berdiri sendiri dan dapat hidup layak bersama-sama orang lain. Respons yang timbul dalam memenuhi kebutuhan itu biasanya berupa usaha menyelenggarakan sekolah dengan suatu organisasi yang teratur, di luar lingkungan keluarga masing-masing. Kegiatan pendidikan dilingkungan sekolah diatur bersama-sama sehingga merupakan kegiatan yang sengaja, berencana dan sistematis serta terarah pada suatu tujuan yang disepakati bersama (Atmodiwirio, 2000).

Keluarga dan sekolah/madrasah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pada dasarnya merupakan dua jalan yang terarah pada satu tujuan. Tujuan akhir kegiatan pendidikan itu adalah kedewasaan anak, baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral. Wujud dari kedewasaan yang hendak dicapai secara umum bersifat sama yakni berupa kemampuan berdiri sendiri dalam menjalani dan menjalankan kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berdiri sendiri itu berarti mampu bertanggungjawab atas tingkah laku atau perbuatan sendiri, baik terhadap diri sendiri dan masyarakat maupun terhadap Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup lahir dan batin bagi diri sendiri beserta keluarganya di masyarakat.

Usaha menyelenggarakan sekolah untuk memberikan bekal kepada anak-anak agar dapat memasuki kehidupan bermasyarakat, perkembangannya seirama dengan perkembangan masyarakat masing-masing. Salah satu kecenderungan hidup bermasyarakat adalah munculnya usaha untuk mengatur dan menyusun organisasi kehidupan bersama yang manifestasinya dalam bentuk terbesar disebut Negara dengan suatu sistem pemerintahan. Pemerintahan suatu Negara berusaha menentukan kebijakan terhadap semua aspek kehidupan masyarakatnya, termasuk dalam aspek pendidikan warga negaranya. Dalam pendidikan ditetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidkan mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, maka pendidikan dilaksanakan melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan. Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 menyatakan: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk mewujudkan ketiga kegiatan di atas yaitu pengajaran, bimbingan dan latihan pemerintah khususnya pendidikan nasional menyediakan kurikulum sekolah dan Untuk mewujudkan ketiga kegiatan di atas yaitu pengajaran, bimbingan dan latihan pemerintah khususnya pendidikan nasional menyediakan kurikulum sekolah dan

Bimbingan dan konseling pola 17 plus ini dimaksudkan sebagai pedoman konselor di sekolah. Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, ayat 6 berbunyi pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyasuara, tutor, instruktur, fasilitator. Dengan keluarnya undang- undang sisdiknas ini, ada perbedaan sebutan untuk konselor dan guru pembimbing, perbedaannya adalah konselor sebagai petugas bimbingan dan konseling di sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling, sedangkan guru yang ditugaskan oleh kepala sekolah sebagai guru pembimbing dan guru pembimbing bersangkutan bukan konselor karena tidak berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 27 tahun 2008 menyatakan bahwa tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling terutama dalam jalur pendidikan formal dan non formal (Boyd, 1978)

Bimbingan dan konseling pola 17 plus sebagai pedoman di sekolah diharapkan konselor sekolah dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi serta menindaklanjuti secara cermat dan tepat sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan

siswa serta tujuan bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor sebagai pejabat fungsional dituntut dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya secara profesional. Lebih lanjut Permendiknas no 27 tahun 2008 menyatakan bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Untuk itu demi lancarnya pelaksanaan dan tingginya tingkat keberhasilan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, perlu terus menerus mendapatkan pembinaan serta dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang mendasari pelayanan dalam bidang bimbingan dan konseling. Oleh karena itu kegiatan pengawasan yang berintikan pembinaan mempunyai peranan penting. Pengawasan dituntut mendorong dan mengangkat konselor untuk setiap kali meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta keprofesionalannya. Untuk itu perlu adanya pegawasan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. (Prayitno, 1997)

Sebagai pedoman kerja pengawas sekolah melalui Keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara nomor: 118/119 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya dan surat keputusan bersama menteri pendidikan dan kebudayaan dan kepala badan administrasi kepegawaian Negara nomor:0322/0/1996 dan nomor: 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya serta keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor: 020/U/1998, tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah/madrasah dan angka kreditnya.

Khusus untuk pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling tugas pokoknya antara lain: melaksanakan identifikasi hasil pengawasan sebelumnya, mengolah dan menganalisis hasil pengawasan, merumuskan rancangan program, menyempurnakan dan menetapkan program, menyusun program semesteran/tahunan,

menyusun kisi-kisi instrumen penilaian, menyusun instrumen penilaian, melaksanakan uji coba instrumen penilaian, menyempurnakan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian data bimbingan siswa, mengolah data bimbingan siswa, melaksanakan analisis faktor yang mempengaruhi bimbingan siswa, melaksanakan analisis hasil bimbingan siswa dan kemampuan guru pembimbing, memberikan arahan kepada guru pembimbing tentang pelaksanaan proses bimbingan siswa, memberikan contoh pelaksanaan tugas guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan siswa, memberikan saran untuk meningkatkan kemampuan profesional guru pembimbing, membina pelaksanaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, melaksanakan evaluasi pengawasan, membina pelaksanaan pengelolaan sekolah, memantau dan membimbing pelaksanaan siswa baru, memantau dan membimbing pelaksanaan UAS/UN, memberikan saran penyelesaian kasus, khusus di sekolah, memberikan bahan dalam akreditasi sekolah, melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh sekolah, melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang bimbingan dan konseling, menciptakan karya seni yang berkaitan dengan bidang bimbingan dan konseling, menemukan teknologi tepat guna dalam bidang bimbingan dan konseling.

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Dalam pasal 1 ayat 1 UU N0 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Dalam hal ini, kata “bimbingan” diwujudkan dalam bentuk pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu aspek dari pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar berkembang secara optimal. PP NO :29/1990 tentang pendidikan menengah, Bab X: Bimbingan pasal 27 ayat 1, Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

Bantuan yang diberikan melalui bimbingan dan konseling diarahkan kepada penguasaan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan, seperti kompetensi fisik, intelektual, sosial, pribadi dan spiritual. Kompetensi ini harus terwujud dalam setiap diri individu, Prayitno dkk (1997), mengemukakan bahwa upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik untuk mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri, mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis, mengarahkan diri sendiri secara efektif dan produktif dalam merencanakan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang berisi pelayanan bimbingan dan konseling serta cara pelaksanaannya dengan rincian materi secara luas dan lengkap yang mengacu kepadsa BK pola 17 plus, yaitu satu wawasan bimbingan yang meliputi (pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, asas dan landasan bimbingan dan konseling), dengan empat bidang yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier, dengan sembilan jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling individu, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi) serta enam jenis kegitan pendukung yaitu (instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan tampilan pustaka).

TUGAS KONSELOR DI SEKOLAH

Konselor sekolah mempunyai tugas, tamggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya. Untuk selanjutnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan siswa dapat mencapai sukses di bidang akademik, sukses dalam persiapan karier dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan.

Menurut Ericson dalam Mortensen dan Schmuller (1964) menjelaskan bahwa kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi: individual inventory, the counseling, the information servis, the placement services and the follow up Menurut Ericson dalam Mortensen dan Schmuller (1964) menjelaskan bahwa kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi: individual inventory, the counseling, the information servis, the placement services and the follow up

Penjelasan Belkin tersebut mengandung maksud bahwa konselor sekolah harus bertanggungjawab atas keberhasilan semua siswa, baik siswa yang mengemukakan perasaan tidak puas, berpotensi untuk keluar dari sekolah, permasalahan emosional, kesulitan belajar, siswa yang memiliki berbagai bakat, kemampuan rata-rata, menarik dan patuh dan siswa yang tanpa permasalahan dalam belajar serta memperhatikan personil sekolah lainnya. Manakala Prayitno (1990) memaparkan konselor sekolah adalah generalis, dalam arti tugas konselor mengait pada keseluruhan wilayah kegiatan sekolah dan oleh karena itu konselor perlu menguasai sejumlah pengetahuan dan prosedur yang menyangkut program sekolah secara menyeluruh.

Gibson dan Mitchell (1987) mengemukakan tugas konselor sekolah yaitu: accesment of the individual and other characteristics, counseling the individual, group counseling and guidance activities, career guidance, including the providing of accupational-educational information, placement, follow up and accountability- evaluation and consultation with teacher and other school personnels, parents, pupils, in group and apporiate community agencies. Maksudnya bahwa tugas konselor sekolah adalah mengenali siswa dengan berbagai karakteristiknya, melakukan konseling Gibson dan Mitchell (1987) mengemukakan tugas konselor sekolah yaitu: accesment of the individual and other characteristics, counseling the individual, group counseling and guidance activities, career guidance, including the providing of accupational-educational information, placement, follow up and accountability- evaluation and consultation with teacher and other school personnels, parents, pupils, in group and apporiate community agencies. Maksudnya bahwa tugas konselor sekolah adalah mengenali siswa dengan berbagai karakteristiknya, melakukan konseling

Sebagai pelaksana utama tenaga inti dan ahli konselor bertugas: 1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, 2) merencanakan program bimbingan dan konseling, terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan semester dan tahunan, 3) melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling, 4) melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 6) menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,

7) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil peneliaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 8) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan

dilaksanakannya, 9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling serta kepada kepala sekolah (Prayitno, 1997).

kegiatan pendukung

bimbingan

yang

Untuk terlaksananya bimbingan dan konseling yang optimal di sekolah, pemerintah melalui surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor: 0433/P/1993, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya serta keputusan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor: 025/O/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan fungsional guru dan angka kreditnya, menetapkan tugas pokok konselor sekolah adalah: a) menyusun program bimbingan dan konseling, b) melaksanakan bimbingan dan konseling, c) mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling, d) menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling, e) membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, f) membimbing guru dalam proses Untuk terlaksananya bimbingan dan konseling yang optimal di sekolah, pemerintah melalui surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor: 0433/P/1993, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya serta keputusan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor: 025/O/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan fungsional guru dan angka kreditnya, menetapkan tugas pokok konselor sekolah adalah: a) menyusun program bimbingan dan konseling, b) melaksanakan bimbingan dan konseling, c) mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling, d) menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling, e) membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, f) membimbing guru dalam proses

Menurut Surya (1995) profil yang harus dimiliki oleh konselor sekolah adalah memiliki semangat juang yang tinggi, mampu mewujudkan dirinya yang didasari keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek, mampu belajar dan bekerja sama antar profesi lain, memiliki etos kerja kuat, memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karier, berjiwa profesionalisme tinggi, memiliki kesejahteraan lahir dan batin, memiliki wawasan masa depan, mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.

PENGAWASAN BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengawasan merupakan salah satu kegiatan manajemen setelah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengarahan. Pelaksanaan setiap fungsi manajemen memerlukan pengawasan, sehingga pengawasan merupakan proses kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan dapat dicapai atau dilaksanakan. Melalui pengawasan seorang pengawas dapat melakukan penyempurnaan tugas-tugas, perbaikan jenis kegiatan baik yang telah dilaksanakan seperti yang telah tercantum dalam perencanaan, hal ini sesuai dengan pendapat Newman dalam Manullang (1983) mengemukakan bahwa, control is assurance that the performance conform to plan, pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan rencana.

Menurut julistriarsa dan Suprihanto (1998) pengawasan adalah suatu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan kesalahan itu, begitu pula menjaga agar pelaksanan tidak berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan. Demikian pula Henry Fayol dalam Manullang (1983) control consist in verivying wether everything accure in conformity with the plan adopted, the instruction issued in principles established. It has for object to point outweaknesses and errors in order to rectivy them and prevent recurrence.

Maksud dari pengertian di atas yaitu pengawasan terdiri dari pengujian apakah segala sesuatu berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dengan instruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip yang telah digariskan. Pengawasan bertujuan untuk menunjukan kelemahan-kelemahan dan kesalahan dengan maksud untuk memperbaikinya dan mencegahnya kembali.

Lebih lanjut pengertian pengawasan menurut Konz, dkk (1986) the managerial function of controlling is the measurement and correction of performance in order to make sure that enterprise obyektives and the plans devised to attain them are accomplished. Artinya fungsi pengawasan manajemen merupakan pengukuran dan koreksi untuk memperoleh kepastian yang obyektif dari perencanaan perusahaan guna memperoleh keberhasilan. Pengawasan manajemen merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan dengan cara yang efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan organisasi.

Perkataan pengawasan mempunyai beberapa konotasi yang bermakna minsalnya, mencek atau memeriksa, mengatur, membandingkan dengan suatu standar, mengarahkan atau memerintah, mengekang atau mengendalikan.

Pengertian pengawasan dalam kegiatan bimbingan dan konseling dijelaskan pada Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya. Pengawas sekolah bimbingan dan konseling adalah pengawas yang mempunyai tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta di sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, sekolah menengah kejuruan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan di madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah di lingkungan Departemen Agama, sekolah kedinasan di lingkungan departemen tertentu dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (2001) agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah berkembang dan Pengertian pengawasan dalam kegiatan bimbingan dan konseling dijelaskan pada Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya. Pengawas sekolah bimbingan dan konseling adalah pengawas yang mempunyai tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta di sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, sekolah menengah kejuruan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan di madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah di lingkungan Departemen Agama, sekolah kedinasan di lingkungan departemen tertentu dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (2001) agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah berkembang dan

1. Tujuan pengawasan Pengawasan dalam pendidikan mengandung kegiatan supervisi yang bertujuan untuk mencapai hasil kegiatan yang optimal sesuai dengan perencanaan semula. Untuk mencapai hasil kegiatan yang optimal sesuai dengan ketentuan pengawasan bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Di antara tujuan pengawasan itu adalah agar petugas dalam bidang bimbingan dan konseling dapat menjalankan dengan baik tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan ketentuan yang ada. Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan pengawasan dalam pendidikan untuk memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Pengawasan untuk meningkatkan kualitas layanan konselor di sekolah/madrasah yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pengembangan diri siswa, bahkan dengan pengawasan yang efektif di harapkan dapat mengembangkan potensi kualitas konselor.

Pengawasan dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah, bertujuan meningkatkan kualitas konselor dan dapat meningkatkan pelayanan yang optimal terhadap siswa asuh di sekolah. Atmodiwirio (2000) menyatakan beberapa tujuan pengawasan pendidikan sebagai berikut: membina dan menyelia pembinaan sekolah baik yang bersifat educatif maupun administrative, membina dan menyelia kerja sama sekolah/madrasah dan instansi yang terkait, membina pelaksanaan proses layanan, menyelia tingkat keberhasilan sekolah/madrasah menurut paket pengawasan kabupaten/kota dan propinsi, membina dan menyelia kepala sekolah/madrasah, mendorong dan memberi motivasi kepada kepala sekolah/madrasah tentang pengawasan kegiatan sekolah, membina dan menyelia sanggar sekolah.

Kegiatan pengawasan pendidikan termasuk bimbingan dan konseling tertuju kepada kegiatan kepala sekolah/madrasah dan konselor sekolah. Kepala sekolah/madrasah sebagai penenggungjawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah/madrasah yang bersangkutan, tugas kepala sekolah/madrasah adalah:

Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah, sehingga kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang aktif dan efesien. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan

dan konseling. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada yang menjadi atasannya.

upaya tindak

Sebagai pelaksanan utama, tenaga inti dan ahli konselor sekolah di sekolah/madrasah bertugas: Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, Merencanakan program bimbingan dan konseling, Melaksanakan segenap layanan bimbingan dan konseling, Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya, Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian, Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya, Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling kepada koordinator bimbingan dan konseling.

Pengawasan bimbingan dan konseling ditujukan kepada kegiatan konselor sekolah/madrasah dengan melalui berbagai layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dan pribadinya secara optimal. Pengawasan dibidang bimbingan dan konseling untuk membina dan menyelia pelaksanaan layanan yang dilksanakan oleh konselor dan musyawarah konselor bimbingan dan konseling. Menurut Boyd (1978) pengawasan sekolah bidang bimbingan dan konseling yang langsung ditujukan kepada konselor, ada tiga tujuan utamanya yang hendak dicapai untuk dimiliki oleh konselor yaitu: fasilitation of the counselors personal and professional development, promotion is counselor competencies, and promotion of accountable counseling and guidance services and programs. Maksudnya bahwa pengawasan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberi fasilitas untuk mengembangkan diri dan keahlian para Pengawasan bimbingan dan konseling ditujukan kepada kegiatan konselor sekolah/madrasah dengan melalui berbagai layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dan pribadinya secara optimal. Pengawasan dibidang bimbingan dan konseling untuk membina dan menyelia pelaksanaan layanan yang dilksanakan oleh konselor dan musyawarah konselor bimbingan dan konseling. Menurut Boyd (1978) pengawasan sekolah bidang bimbingan dan konseling yang langsung ditujukan kepada konselor, ada tiga tujuan utamanya yang hendak dicapai untuk dimiliki oleh konselor yaitu: fasilitation of the counselors personal and professional development, promotion is counselor competencies, and promotion of accountable counseling and guidance services and programs. Maksudnya bahwa pengawasan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberi fasilitas untuk mengembangkan diri dan keahlian para

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud pengawas sekolah/madrasah bidang bimbingan dan konseling hendaknya dapat menggunakan beberapa pendekatan, antara lain dengan melakukan penilaian, pencegahan, memotivasi dan penguatan. Penilaian bertujuan untuk melihat seberapa jauh program serta pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang telah dicapai, dengan adanya penilaian dapat diketahui kemajuan dan kelemahan yang didapati, bagi pengawas berguna untuk memperbaiki fungsi pengawasan. Tindakan pencegahan merupakan tindakan pengawas bidang bimbingan dan konseling sebelum terjadinya penyimpangan, mencegah lebih baik daripada memperbaiki.

Pemberian motivasi merupakan bagian dari upaya peningkatan kerja konselor. Sebaiknya cara yang dilakukan pengawas bimbingan dan konseling di sekolah untuk meransang konselor dengan memberikan penghargaan atau hadiah dari prestasi yang telah dicapainya dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Koontz dan Donnell (1986) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu reaksi yang dimulai dari adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan, upaya untuk mencapai tujuan, menimbulkan ketegangan, tindakan yang mengarah kepada kemajuan, adanya pemuasan keinginan. Pemberian penguatan pada dasarnya merupakan rangsangan dari pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling yang bertujuan agar konselor dapat merubah perilakunya dan selanjutnya dapat meningkatkan prestasi kerjanya, serta bertanggungjawab atas tugas dan kewajibannya.

2. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan mengandung maksud untuk memberikan pengarahan kepada pengawas sekolah agar yang dilakukan menjadi lebih jelas. Handoko (1995) menjelaskan bahwa fungsi pengawasan mencakup empat unsur yaitu, unsur penetapan standar pelaksanaan, unsur penentuan ukuran pelaksanaan, unsur pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, unsur pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. Fungsi pokok pengawasan dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan 2. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan mengandung maksud untuk memberikan pengarahan kepada pengawas sekolah agar yang dilakukan menjadi lebih jelas. Handoko (1995) menjelaskan bahwa fungsi pengawasan mencakup empat unsur yaitu, unsur penetapan standar pelaksanaan, unsur penentuan ukuran pelaksanaan, unsur pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, unsur pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. Fungsi pokok pengawasan dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan

Demikian pula Fattah (2000) mengemukakan beberapa kondisi yang harus diperhatikan agar pengawasan itu dapat berfungsi secara efektif diantaranya: pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan, pengawasan hendaknya harus disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi, banyaknya pengawasan harus dibatasi, sistem pengawasan harus dikemudi, pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah. Apabila pengawasan di atas dikaitkan langsung dengan kegiatan supervisi pendidikan, Swearingen dalam Sahertian (2000) mengemukakan delapan fungsi supervisi, yaitu: mengkoordinasi semua usaha sekolah, meperlengkapi personel sekolah, memperluas pengalaman konselor, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis kegiatan layanan, memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan konselor sekolah.

Berbagai pendapat di atas dapat disarikan, bahwa fungsi pengawasan merupakan usaha pengawas sekolah/madrasah untuk menentukan standar pelaksanaan kegiatan. Mencegah terjadinya penyimpangan, usaha perbaikan apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan, usaha meningkatkan kemampuan staf, dan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses pendidikan. Apabila fungsi-fungsi tersebut dikaitkan dengan kegiatan bimbingan dan konseling telah ter-integrasi sekaligus didalamnya, karena layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang integral dalam proses pendidikan. Hal ini dipertegas dengan keputusan bersama menteri pendidikan dan kebudayaan dan kepala badan administrasi kepegawaian Negara nomor : 0322/O/1996, dan nomor :38 tahun 1996, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, ada beberapa ketentuan umum yang berkaitan langsung dengan fungsi pengawasan bimbingan dan konseling antara lain: Penilaian, dalam hal ini pengawas sekolah dapat menentukan derajat kualitas Berbagai pendapat di atas dapat disarikan, bahwa fungsi pengawasan merupakan usaha pengawas sekolah/madrasah untuk menentukan standar pelaksanaan kegiatan. Mencegah terjadinya penyimpangan, usaha perbaikan apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan, usaha meningkatkan kemampuan staf, dan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses pendidikan. Apabila fungsi-fungsi tersebut dikaitkan dengan kegiatan bimbingan dan konseling telah ter-integrasi sekaligus didalamnya, karena layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang integral dalam proses pendidikan. Hal ini dipertegas dengan keputusan bersama menteri pendidikan dan kebudayaan dan kepala badan administrasi kepegawaian Negara nomor : 0322/O/1996, dan nomor :38 tahun 1996, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, ada beberapa ketentuan umum yang berkaitan langsung dengan fungsi pengawasan bimbingan dan konseling antara lain: Penilaian, dalam hal ini pengawas sekolah dapat menentukan derajat kualitas

3. Kegiatan pengawasan Bimbingan dan konseling di sekolah Pengawasa sekolah merupakan salah satu fungsi manajemen. Kantor dinas pendidikan nasional dalam melaksanakan tugasnya dapat dikategorikan sebagai pengawas staf, dan merupakan pengawasan teknik fungsional. Untuk tercapainya tujuan pendidikan yang optimal Atmodiwiro (2000) mengemukakan beberapa tugas pengawasan sebagai berikut : Menyusun rencana kegiatan tahunan pengawasan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Mengendalikan termasuk membimbing pelaksanaan kurikulum yang meliputi isi, metode penyajian, penggunan alat bantu pengajaran, dan evaluasi agar berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengendalikan termasuk membimbing tenaga kependidikan sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku, dan dalam melaksanakan tugasnya dengan ketentuan yang ada. Mengendalikan termasuk membimbing pengadaan, penggunaan dan pemiliharaan saran sekolah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menjaga agar kualitas sarana sekolah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mengedalikan termasuk membimbing tata usaha seekolah meliputi urusan kepegawaian, ketatalaksanaan dan urusan keuangan, termasuk RAPBS agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengendalikan termasuk membimbing hubungan kerja sama 3. Kegiatan pengawasan Bimbingan dan konseling di sekolah Pengawasa sekolah merupakan salah satu fungsi manajemen. Kantor dinas pendidikan nasional dalam melaksanakan tugasnya dapat dikategorikan sebagai pengawas staf, dan merupakan pengawasan teknik fungsional. Untuk tercapainya tujuan pendidikan yang optimal Atmodiwiro (2000) mengemukakan beberapa tugas pengawasan sebagai berikut : Menyusun rencana kegiatan tahunan pengawasan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Mengendalikan termasuk membimbing pelaksanaan kurikulum yang meliputi isi, metode penyajian, penggunan alat bantu pengajaran, dan evaluasi agar berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengendalikan termasuk membimbing tenaga kependidikan sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku, dan dalam melaksanakan tugasnya dengan ketentuan yang ada. Mengendalikan termasuk membimbing pengadaan, penggunaan dan pemiliharaan saran sekolah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menjaga agar kualitas sarana sekolah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mengedalikan termasuk membimbing tata usaha seekolah meliputi urusan kepegawaian, ketatalaksanaan dan urusan keuangan, termasuk RAPBS agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengendalikan termasuk membimbing hubungan kerja sama

Berdasarkan tugas-tugas tersebut pengawasan pendidikan ditujukan untuk memberdayakan semua komponen baik personel sekolah, kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sarana dan prasarana sekolah keuangan bahkan personel diluar sekolah atau lembaga lain yang terkait langsung dalam upaya peningkatan mutu pendiddikan. Peningkatan mutu pendidikan terkandung pula didalamnya peningkatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, karena layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia Nomor : 020/U/1998, tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, jenis pengawas sekolah, berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatannya terdapat empat jenis pengawas sekolah yaitu (1) pengawas sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah dasar luar biasa, (2) pengawas sekolah rumpun mata pelajaran, (3) pengawasaan sekolah pendidikan luar biasa, (4) pengawas sekolah bimbingan dan konseling. Khusus pengawas sekolah bimbingan dan konseling mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan bimbingan dan konseling pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengintegrasian pengertian, tujuan, fungsi serta unsur-unsur pokok tersebut secara umum. Menurut prayitno (2001) bahwa kegiatan pengawasan sekolah melalui diagram sebagai berikut:

Kegiatan pengawasan

Ruang Lingkup Kegiatan Pengawasan

Menyusun Program Kepengawasan Sekolah

Melaksanakan Penilaian Melaksanakan penilaian Hasil Bimbingan dan

data Sumber daya Kemampuan Konselor

Melaksanakan Analisis Hasil Bimbingan dan Sumber Daya

Melaksanakan Pembinaan kepada konselor dan Tenaga

Lainnya

Menyusun Laporan dan Evaluasi Pengawasan

Berdasarkan diagaram kepengawasan bimbingan dan konseling di atas, program kepengawasan tahap awal diarahkan pada pengumpulan data tentang hasil bimbingan dan kemampuan guru pembimbing, serta data sumber daya pendidikan, dan bimbingan Berdasarkan diagaram kepengawasan bimbingan dan konseling di atas, program kepengawasan tahap awal diarahkan pada pengumpulan data tentang hasil bimbingan dan kemampuan guru pembimbing, serta data sumber daya pendidikan, dan bimbingan

Langkah-Langkah Kegiatan Pengawasan

Langkah 1 : Menyusun Program

Pengawasan Sekolah Langkah 2 :

Menyimpulkan data dan Mengolah/Menilai

Langkah 3 :

Menganalisis Hasil Penilaian

Langkah 4 :

Melaksanakan Pembinaan

Langkah 5 : Menyusun Laporan dan

Evaluasi Hasil Pengawasan

Diagram di atas menjelaskan langkah-langkah kegiatan pengawasan, yaitu: langkah pertama kegiatan pengawasan dimulai dengan penyusunan program pengawasan, baik program tahunan maupun program semesteran, langkah kedua adalah menilai hasil bimbingan dan menilai kemampuan konselor sekolah, kegiatan dalam langkah ini telah menyentuh materi pokok pengawasan yaitu hasil kegiatan fungsional- profesional-keahlian yang dilakukan oleh konselor, kemampuan konselor itu sendiri dan sumber daya pendidikan. Langkah ketiga merupakan pendalaman, yaitu analisis atas hasil penilaian yang telah dilakukan pada langkah kedua, langkah keempat adalah pembinaan terhadap konselor sekolah berdasarkan hasil penilaian dan analisis hasil penilaian yang dilakukan pada langkah sebelumnya. Langkah kelima merupakan antiklimaks dari seluruh kegiatan pengawasan sekolah untuk satu periode dengan melihat keseluruhan hasil pengawasan yang telah dilakukan. Selain lima langkah di atas pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling juga dikehendaki mencurahkan perhatian kepada pengembangan sekolah yang lebih luas, yaitu melaksanakan pembinaan lainnya di sekolah selain proses pembelajaran atau bimbingan dan konseling. Demikian pula pengawas bimbingan dan konseling melaksanakan tugas di daerah terpencil diperhitungkan tersendiri dalam pemberian angka kreditnya.

KESIMPULAN

Pengawasan adalah suatu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan kesalahan itu, begitu pula menjaga agar pelaksanan tidak berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan. pengawas sekolah/madrasah dapat menentukan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang telah ditetapkan terhadap penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dengan

pembinaan secara rutin kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah/madarasah diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan, dengan pengarahan konselor dan pesonel lain di sekolah/madarasah dapat melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan serta pembinaan secara rutin kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah/madarasah diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan, dengan pengarahan konselor dan pesonel lain di sekolah/madarasah dapat melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan serta

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen pendidikan Indonesia. Jakarta. Ardadizya Jaya. Belkin, G.S. 1976. Practical counseling in the school. Lowa WMC. Brown Company Publishers. Boyd, John. 1978. Counselor supervision approaches preparation practice. Boston University: Endersed By The Association or Counselor Education and Supervision.

Fattah, nanang. 2000. Landasan manajemen pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Gibson, RL & Mtchell, MH. 1987. Introduction to guidance. New York Macmillon

Publishing. Julitriarsa, D. george & Suprihanto. 1983. Bagaimana memimpin dan mengawasi pegawai anda. Jakarta: Aksara Baru. Koonz Harold, Donnell O’Cyriil, Weichrich Heinz. 1986. The system and process of controlling. London: Mc. Graw-Hill. Manullang, M. 1983. Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mortensen, DG & Schmuller, AM. 1964. Guidance in today’s school. New York: John

Wiley & Son Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008.

Tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.

Prayitno. 1987. Profesionalisasi konseling dan pendidikan konselor. Jakarta: Depdikbud. Prayitno, dkk. 1997. Seri pemandu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah (buku III). Jakarta: PT. rineka Cipta. Prayitno. 1990. Konselor masa depan dalam tantangan dan harapan. Pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang bimbingan dan konseling. Fip IKIP. Padang.

Prayitno. 2001. Panduan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sahertian, A. Piet. 2000. Konsep dasar dan teknis supervise pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Surya, M. 1995. Identifikasi kebutuhan tantangan dan implikasinya bagi pengembangan profil konselor. Surabaya. Kongres ke VIII dan konvensi nasional X IPBI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

PENDIDIKAN AKHLAK DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM

Oleh: Saiful Akhyar Lubis

Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Program Pascasarjana IAIN-SU Medan, Visiting Professor at Academy of Islamic Study University of Malaya Kuala Lumpur, Malaysia.

Abstract

Decreasing character today can to strengthen that very important to introduce a character education in every education activity. Character is a grades or a norm that aim to improve good relation and harmony between God and human, and also between one people and another people. The aim of character education is to make everyone has good character, good act,to having good custom to base on Islamic teaching. Keywords: Pendidikan, Pendidikan Akhlak, Pendidikan Islam

PENDAHULUAN

Kemorosotan akhlak yang dirasakan dewasa ini semakin mempertegas pentingnya memberdayakan pendidikan akhlak dalam setiap kegiatan pendidikan secara konsisten dan kontinu. Ia merupakan instrumen kunci bagi upaya memproduk, membina dan mengembangkan masyarakat yang beradab, berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.

Akhlak menempati posisi penting dalam ajaran Islam atas dasar misi kerasulan Muhammad saw “untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Hal ini menjadikan Islam sebagai sistem syari’ah yang menata hubungan manusia dengan Allah swt, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta. Justru itu, akhlak bukan hanya aturan normatif yang mengatur perilaku manusia semata, tetapi mengatur tata hubungan manusia secara vertikal, horizontal, dan diagonal (habl min al-Allah, habl min al-nas, habl min al-‘alam). Ia juga merupakan intisari dari segala kebaikan dn keutamaan yang memberi nilai tinggi seorang muslim di sisi Allah swt dan makhluk Akhlak menempati posisi penting dalam ajaran Islam atas dasar misi kerasulan Muhammad saw “untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Hal ini menjadikan Islam sebagai sistem syari’ah yang menata hubungan manusia dengan Allah swt, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta. Justru itu, akhlak bukan hanya aturan normatif yang mengatur perilaku manusia semata, tetapi mengatur tata hubungan manusia secara vertikal, horizontal, dan diagonal (habl min al-Allah, habl min al-nas, habl min al-‘alam). Ia juga merupakan intisari dari segala kebaikan dn keutamaan yang memberi nilai tinggi seorang muslim di sisi Allah swt dan makhluk

Dengan demikian, proses pendidikan akhlak dalam Pendidikan Islam akan melalui upaya penguatan iman dan pensucian jiwa manusia dengan cara menanamkan dan men disiplinkan nilai, norma, kaedah tentang “baik-buruk, terpuji- tercela” ke dalam keperibadian seorang Muslim agar mampu menampilkan perilaku mahmudah dan menghindar dari perilaku mazmumah yang bermuara pada tampilnya sosok insan adabi dan insan kamil.

DEFINISI AKHLAK

Mendefinisikan akhlak dapat dilakukan dengan dua pendekatan: linguistik (kebahasaan) dan terminologik (peristilahan). Dari sisi kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu dari asal kata khuluqun, berarti: tabiat atau budi pekerti (Munawwir, 2007:364). Kata akhlaq adalah bentuk plural dari kata khuluq, berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku. Kata ini seakar dengan kata Khaliq (bermakna Pencipta), makhluq (bermakna yang diciptakan), khalq (bermakna penciptaan). Dengan demikian, akhlak pada dasarnya merupakan nilai atau norma yang memungkinkan eksisnya hubungan baik dan harmoni antara khalik dan makhluk dan antara manusia dengan sesama makhluk. Selain itu, akhlak juga bermakna al-sajiah (perangai), al-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik). Sedangkan dalam Kamus Dewan akhlak dinyatakan sebagai budi pekerti, kelakuan, watak, pengetahuan berkaitan dengan kelakuan, tingkah laku manusia dan sebagainya, sama ada baik atau jahat.