UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONO

MASYARAKAT EKONOMI POLITIK DAN EKONOMI MASYARAKAT
ASEAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekonomi Politik
Yang dibina oleh Drs. H. Sapir, S.Sos, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 11 :
Muh. Siswanto

(140432605277)

Nurma Saraswati

(140432603102)

Putri Hapsari S

(140432606335)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
Januari 2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pengertian Ekonomi Politik menurut Adam Smith, Ekonomi Politik adalah
cabang ilmu pengetahuan dari para legislator yang memiliki dua tujuan berbeda,
yang

pertama

menciptakan

sumber

pendapatan


bagi

masyarakat

atau

mengupayakan swasembada bagi masyarakat, yang kedua yaitu menyediakan
sejumlah daya bagi negara atau pemerintah agar mereka mampu menjalankan
berbagai tugas dan fungsinya dengan baik.
Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA)

/

ASEAN

Economic


Community(AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi
dimana inimerupakan agenda utama negara ASEAN 2020. Adapun visi dari
ASEANtersebut adalah aliran bebas barang (free flow of goods) dimana tahun
2015perdagangan barang dapat dilakukan secara bebas tanpa mengalami
hambatan,baik tarif maupun non-tarif. Selain itu untuk menciptakan kawasan
AsiaTenggara yang berintegrasikan dalam membangun ekonomi yang merata
dandapat pula mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi. Namun pada tahun
2003Deklarasi ASEAN Concord II, para pemimpin ASEAN sepakat untuk
membentuksebuah komunitas atau masyarakat ASEAN pada tahun 2020 yang
terdiri dari 3pilar, yakni Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat
EkonomiASEAN dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Kemudian pada tahun
2007,mereka

memutuskan

untuk

mempercepat

terciptanya


Masyarakat

EkonomiASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun
2015. Dimanauntuk para pemimpin ASEAN setuju bahwa proses integrasi
ekonomi regional dipercepat dengan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN
pada tahun 2007 agardi bentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Sebenarnya pernyataan di atas juga sudah pernah dijelaskan pada tahun1998
di

Ha

Noi, Vietnam

yang

mengemukakan

bahwa ASEAN


bertujuan

untukmenciptakan kawasan yang sejahtera dan sangat kompetitif dimana terdapat
arus barang, jasa, dan modal yang berintegrasi di ASEAN. Namun adapun tujuan
utama MEA 2015 adalah untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang
setaradengan negara anggota-anggota ASEAN dan untuk membuat ASEAN

1

menjadisebuah kawasan ekonomi yang sangat kompetitif yang akan sepenuhnya
dapatterintegrasi dalam ekonomi global (Tulus T.H.Tambunan: 2013).
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, makalah ini memiliki rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana langkah pemerintah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean?
2. Bagaimana paket kebijakan jokowi terhadap masyarakat?
3. Bagaimana strategi negara lain menghadapi MEA?


C.

Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui langkah pemerintah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean.
2. Mengetahui paket kebijakan jokowi terhadap masyarakat.
3. Mengetahui strategi negara lain menghadapi MEA.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Masyarakat Ekonomi Asean
MEA merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
memiliki pola mengintegrasikan ekonomu ASEAN dengan cara membentuk
sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN.
Para anggota ASEAN termasuk Indonesia telah menyepakati suatu perjanjian


2

Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. MEA adalah istilah yang hadir dalam
indonesia tapi pada dasarnya MEA itu sama saja dengan AEC atau ASEAN
ECONOMIC COMMUNITY.
Awal mula MEA berawal pada KTT yang dilaksanakan di Kuala Lumpur
pada tanggal 1997 dimana para pemimpin ASEAN akhirnya memutuskan untuk
melakukan pengubahan ASEAN dengan menjadi suatu kawasan makmur, stabil
dan sangat bersaing dalam perkembangan ekonomi yang berlaku adil dan dapat
mengurangi kesenjangan dan kemiskinan sosial ekonomi (ASEAN Vision 2020).
kemudian dilanjutkan pada KTT bali yang terjadi pada bulan Oktober pada tahun
2003, para pemimpin ASEAN mengaluarkan pernyataan bahwa Masyarakat
Ekonomi ASEAN atau MEA akan menjadi sebuah tujuan dari perilaku integrasi
ekonomi regional di tahun 2020, ASEA SECURITY COMMUNITY dan beberapa
komunitas sosial Budaya ASEAN

merupakan dua pilar yang tidak bisa

terpisahkan dari komunitas ASEAN. Seluruh pihak diharapkan agar dapat bekerja

sama secara kuat didalam membangun komunitas ASEAN di tahun 2020.
Kemudian, selanjutnya pada pertemuan dengan Menteri Ekonomi ASEAN
yang telah diselenggarakan di bulan Agustus 2006 yang ada di Kuala Lumpur,
Malaysia mulai bersepakat untuk bisa memajukan masyarakat Ekonomi ASEAN
atau MEA dengan memiliki target yang jelas dan terjadwal dalam pelaksanaannya.
Di KTT ASEAN yang ke-12 di bulan Januari 2007, para pemimpin mulai
menegaskan komitmen mereka tentang melakukan percepatan pembentukan
komunitas ASEAN di tahun 2015 yang telah diusulkan oleh ASEAN Vision 2020
dan ASEAN Concord II, dan adanya penandatanganan deklarasi CEBU mengenai
percepatan pembentukan komunitas ekonomi ASEAN di tahun 2015 dan untuk
melakukan pengubahan ASEAN menjadi suatu daerah perdagangan yang bebas
barang, investasi, tenaga kerja terampil, jasa dan aliran modal yang lebih bebas
lagi.
B.

Langkah Pemerintah Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
Memenangkan peluang MEA membutuhkan adaptasi dan ketangkasan
(operational agility). Ketangkasan yang dimaksud adalah bagaimana merespon
perubahan lansekap ekonomi maupun ketidakpastian dengan pergerakan cepat
(Kasali, 2013). Berbeda dengan sebelumnya, birokrasi publik di era baru MEA


3

dihadapkan pada situasi yang bersifat VOCA (Volatility (bergejolak), Uncertainty
(memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi), Complexity (saling berhubungan,
saling tergantung dan rumit) dan Ambiguity (menimbulkan keragu-raguan). Oleh
karena itu capaian kinerja birokrasi tidak lagi harus bersifat rule based namun
harus bergerak maju ke arah yang lebih dinamis.
Situasi dalam VOCA membutuhkan setidaknya pendekatan berpikir ke
depan (thinking ahead) yakni kapabilitas untuk mengidentifikasi perkembangan,
memahami implikasi perubahan sosial ekonomi dan menentukan investasi
kebijakan strategis maupun menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi
masyarakat untuk memanfaatkan peluang dan meminimalisasi ancaman (Neo &
Chen, 2007).
Secara fundamental, arah pengembangan birokrasi pasca-2015 perlu untuk
memahami dinamika relasi antara birokrasi dan pasar misalnya. Paradigma lama
yang menekankan pada minimalisasi peran birokrasi untuk merespon globalisasi
telah usang. Shin (2005) menjelaskan fenomena integrasi ekonomi, seperti MEA,
memiliki 2 dimensi utama yakni mobile factors dan non-mobile factors.
Dimensi pertama terfokus pada pilar investasi. Kemudahan teknologi dan

integrasi perbankan membuat modal dengan cepat berpindah. Sementara itu, pada
dimensi kedua, kualitas non-mobile factors seperti respon sektor publik terhadap
tantangan perbaikan pelayanan, percepatan infrastruktur dan harmonisasi regulasi
menjadi hal krusial yang menentukan kemana mobile factors tadi berpindah.
Dalam kasus ini, Indonesia merupakan negara dengan proses pengurusan
investasi terburuk di ASEAN. Indonesia juga tercatat sangat restriktif dalam
memfasilitasi mobilitas investor dalam wilayah domestiknya (Soesastro & Atje
dalam Basu Das, 2012). Kondisi ini, disadari atau tidak, kan menurunkan daya
tarik Indonesia dalam sektor investasi.
Bagaimana menyikapi beberapa tantangan tersebut? Selama ini, reformasi
birokrasi cenderung hanya dipahami dalam tataran teknis. Meskipun penting, kitat
patut mempersoalkan bagaimana arah dan cara kerja reformasi birokrasi yang
berjalan selama ini terkait dengan tantangan eksternal yang muncul. Artinya,

4

dalam menghadapi MEA, perlu adanya pembenahan paradigma aparatur birokrasi
agar mampu bersiap menghadapi dan merespons transformasi ekonomi kawasan.
Pembenahan paradigma tersebut dapat dilakukan dengan memperkenalkan
cara pandang competitive and representative government sebagai bagian dari

Reformasi Birokrasi di Indonesia. Cara pandang tersebut menghadirkan kembali
negara pada pemerintahan yang kompetitif, namun tetap memiliki kapasitas untuk
merepresentasi kepentingan publik. Pemerintahan yang kompetitif berarti
pemerintaan yang mampu beradaptasi dengan konstelasi global maupun regional.
Sementara itu, pemerintahan yang representatif berarti pemerintahan yang
konsisten mengutamakan kepentingan masyarakat dan mendorong partisipasi
publik di dalam penyelenggaraan pemerintahan (lihat Hameiri, 2010).
Tantangan bagi birokrasi Indonesia, dalam konteks ini, tidak hanya bekerja
untuk merespon tuntutan regionalisasi ekonomi ASEAN. Pada dasarnya, birokrasi
juga dituntut untuk hadir meminimalisasi ekses pasar. Dengan kata lain, birokrasi
perlu menyeimbangkan antara tuntutan scorecard liberalisasi di tingkat regional
dengan implementasi paket-paket kebijakan untuk mencegah eksternalitas pasar.
Berkaca pada pendekatan yang dianut pemerintah saat ini, perlu adanya
evaluasi menyeluruh terhadap kecenderungan pendekatan mekanis yang berujung
pada birokratisasi reformasi birokrasi perlu. Reformasi birokrasi harus mampu
lepas dari kekangan tumpukan dokumen bukti kinerja. Lebih dari itu, birokrasi
perlu paham betul apa sebenarnya titik peluang, tantangan dan kerawanan MEA
bagi unit kerjanya masing-masing.
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan titik tolak bagi birokrasi untuk
berani keluar dari pakemnya. Inovasi, dengan demikian, menjadi sangat penting.
Sudah saatnya standar pelayanan birokrasi mengakomodasi input dan ekspektasi
sektor privat.
C.

Paket Kebijakan Jokowi
Pada awal pemerintahan Presiden Jokowi, Jokowi langsung mengeluarkan
beberapa paket kebijakan guna menanggapi kesepatakan KTT ASEAN mengenai
percepatan pembentukan komunitas ASEAN di bidang ekonomi. Paket kebijkan
Jokowi ini dilakukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia guna
5

menghadi arus global pada akhir 2015 nanti. Berikut beberapa paket kebijkan
yang diluncurkan jokowi sampai akhir Februari 2016 :
1. Memberikan perlindungan terhadap pelaku usaha kecil dan menengah (UKM)
berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM.
Bagi UMKM yang mempunyai kekayaan bersih di bawah Rp100 miliar,
mendapat perlindungan dalam keputusan atau policy yang diambil pemerintah.
Mereka tidak terkena
2. memotong mata rantai oligarki dan kartel yang selama ini hanya dinikmati
kelompok tertentu. Contohnya, mata rantai yang terjadi dalam bisnis layar
bioskop.
Saat ini jumlah layar bioskop yang dimiliki Indonesia hanya 1.117 layar atau
hanya bisa diakses oleh 13% penduduk di Tanah Air yang kini mencapai 250
juta penduduk.87% layar ada di Jawa. Yang lebih ironis lagi, 35% gedung
bioskop ada di Jakarta. Maka, para pelaku yang selama ini mendapatkan
kemudahan menguasai semuanya ini, hanya 3-4 perusahaan. Tentunya, ini
tidak baik untuk dunia perfilma
3. Membuat harga produk obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat menjadi lebih
murah.
Selama ini bahan dasar obat-obatan itu tidak bisa masuk, kalau masuk pun ada
barrier to entry di perbatasannya. Maka dengan pengaturan ini diharapkan
bahan dasar obat jadi lebih murah, maka obat-obatan bisa dijangkau
masyarakat dan penduduk menjadi lebih murah
4. Kredit usaha rakyat (KUR) berorientasi ekspor, dengan bunga sama seperti
KUR biasa yakni sekitar 9%. KUR tersebut menyediakan fasilitas pembiayaan
ekspor yang terpadu bagi UMKM.
KUR akan diberikan kepada UMKM yang mengekspor sendiri ataupun bekerja
sama dengan perusahaan besar yang berorientasi ekspor. UMKM bisa ekspor
sendiri atau menjual ke perusahan lebih besar. Kita tidak akan meminta
pembuktian ekspornya, sepanjang perusahaan besar itu orientasi ekspor
5. Untuk memperlancar arus barang di pelabuhan, pemerintah membentuk
Indonesia Single Risk Management yang dapat memberikan kepastian usaha,
efisiensi waktu, biaya perizinan dan menurunkan dwelling time.
D.

Strategi Negara lain dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
1. Strategi Malaysia
Dalam menghadapi MEA 2015, Pemerintah Malaysia telah melakukan
berbagai upaya peningkatan kemampuan strategispara Pejabat dan pegawai
6

melalui pelatihan yang dirancang khusus dan program penugasan agar Pejabat dan
para pegawai mampu menangani pekerjaan yang harus mereka hadapi pada tahun
2015 yaitu saat dilaksanakannya MEA. Hal ini dapat dilihat dari aplikasi National
Blue Ocean Strategy Malaysia, dimana kerjasama antar lembaga pemerintah terus
ditingkatkan untuk mengoptimalkan sumber dayanya yang terbatas. Kegiatan ini
tidak hanya terbatas kepada Kementerian Luar Negeri, tetapi juga Kementerian
Perdagangan Antarabangsa dan Industri (Ministry of International Trade and
Industry/MITI), Kementerian Perhubungan (Ministry of Transport), Kementerian
Perusahaan Perladangan dan Komoditi (Ministry of Plantation Industries and
Commodities) serta Kementerian, Lembaga/Instansi pemerintah terkait lainnya.
Pemerintah mendorong lebih banyak perusahaan Malaysia menjadi regional
champion seperti Maybank dan CIMB (perbankan), Sime Darby (perkebunan dan
property), AirAsia (penerbangan), dan Axiata (telekomunikasi) dan mendorong
lebih banyak brand Malaysia go international seperti Vincci, Bonia, Old Town
White Coffee, Secret Recipe, Mary Brown, dan Bangi Kopitiam.
Untuk

menarik

minat

bisnis

Malaysia,

Malaysia

External Trade

Development Corporation (MATRADE), Malaysian Investment Development
Authority (MIDA) dan Small & Medium Industries Development Corporation
(SMIDEC) masing-masing membentuk unit layanan khusus FTA untuk
memberikan informasi yang diperlukan seperti kuota impor, peraturan aministrtasi
dan ijin impor.
Malaysia adalah negara dengan pasar domestik yang kecil, keterbukaan dan
kompetisi adalah yang terbaik. Karenanya, MITI mendorong Penguatan UKM
yang juga merupakan salah satu agenda yang diusung Malaysia selama masa
Keketuaan ASEAN.MITI membentuk tim khusus untuk mensosialisasikan MEA
ke seluruh penjuru Malaysia melalui seminar, pengarahan dan lokakarya bersama
beberapa perguruan tinggi di Malaysia.
Malaysia selalu mencari cara intensif untuk meningkatkan ketahanan
ekonomi nasional seperti program Transformasi Ekonomi (ETP) yang merupakan
roadmap untuk Malaysia menjadi bangsa dengan penghasilan tinggi yang bersifat
inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah terus meningkatkan konektivitas domestik,
tidak hanya dimensi fisik tetapi juga people-to-people dan aspek konektivitas
kelembagaan.

7

Malaysia memiliki ASEAN Business Advisory Council (Malaysian Chapter)
dan baru-baru ini meluncurkan ASEAN Business Club, yang melengkapi upaya
Pemerintah agar perusahaan Malaysia mulai mengalihkan pandangan mereka pada
ASEAN.Produk andalan Malaysia dalam menghadapi MEA adalah perbankan,
infrastruktur, telekomunikasi dan sawit.
2. Strategi Vietnam dan Filiphina
Pemerintah Vietnam telah merumuskan 7 misi utama dalam menghadapi
MEA antara lain a)) Harmonisasi peraturan dan sistem hukum nasional, b))
peningkatan daya saing perdagangan, c)) kebijakan ketenagakerjaan yang sesuai,
d) peningkatan efektifitas koordinasi lintas kementerian, e) peningkatan people
awareness, f) akselerasi pembangunan infrastruktur dan g) peningkatan daya saing
perusahaan.Selain itu Pemerintah Vietnam juga melakukan upaya untuk
meningkatkan mutu tenaga kerja, Integrasi program kebijakan nasional dengan
cetak biru komunitas ASEAN 2015, mengubah strategi pemasyarakatan ASEAN
menjadi integrated, targeted audience, systemic, massive.
Dalam melakukan koordinasi lintas sektor, Pemerintah Vietnam membagi
koordinator di tingkat nasional yaitu Kementerian Luar Negeri dengan Focal point
Kemlu (Polkam), Kemenperindag (Ekonomi), Kementerian Tenaga Kerja, cacat
perang dan Sosbud (Sosbud), Kekominfo (Diseminasi informasi). Vietnam dapat
dijadikan sebagai pintu masuk bagi produk dan investor Indonesia ke pasar
domestik Vietnam yang berjumlah 93 juta jiwa, dan pintu masuk ke negara
ASEAN di sekitarnya seperti Laos dan Kamboja dengan memanfaatkan preferensi
tarif di ASEAN, dan ke mitra dagang utama Vietnam seperti AS, UE dan RRT,
sebagai production base perusahaan Indonesia serta sebagai pasar bagi tenagatenaga kerja terampil Indonesia.
Beberapa strategi telah dilakukan oleh Pemerintah

Philipina dalam

menghadapi MEA antara lain : a) membentuk AEC Game Plan dengan 4 strategi
C yaitu : 1. competitiveness ( peningkatan daya saing) dengan meningkatkan
efektifitas lembaga pemerintah, mempercepat pembangunan infrastruktur dan
pemerataan kesempatan kerja, 2. compliance, 3. collaboration dan comunication.
Selain itu, dalam menghadapi MEA

Pemerintah Philipina juga melakukan

pembentukan Setnas ASEAN Filipina,

pembentukan Philippine Council for

8

Regional Cooperation (PCRC)ASEAN Matters Technical Board (AMTB), (terdiri
dari

3

Komite

:

Polkam,

Ekonomi,

Sosbud),

Pembentukan

National

Competitiveness Council
Dalam rangka menjalankan Strategi 1 competitiveness,

Department of

Trade and Industry (DTI) Philipina telah menyusun 32 roadmap sektoral,
penyelenggaraan Briefing on Philippines’ AEC Game Plan, penyelenggaraan
ratusan seminar Doing Business in Free Trade Area (DBFTA) dan pembentukan
Shared Service Facilities dan SME Roving Academy bagi UMKM.Produk Ekspor
utama Philipina ke Indonesia adalah : Insulasi kabel, alat medis, bedah operasi
dan kedokteran gigi, sayuran ekstrak, mesin-mesin percetakan, crude coconut Oil,
alat optik, lensa, kaca, kapasitor listrik dan sejenisnya, makanan olahan (cereal),
buah-buah segar (seperti pisang cavendish), produk elektronik. Produk impor
utama Philipina dari Indonesia adalah : batubara, briket & bahan bakar padat,
kendaraan bermotor roda 4, Kendaraan bermotor roda 2, Spare Part & Asesoris
Ranmor, Ekstrak kopi dan teh, pupuk kimia/mineral/nitrogen,ban,alas kaki,
produk kertas, produk kimia.
3. Strategi Singapura
Pemerintah Thailand dalam menghadapi MEAtelah membentuk mekanisme
nasional sebagai berikut : a) Komite nasional ASEAN dipimpin oleh Menteri Luar
Negeri, yang anggotanya

terdiri dari seluruh kementerian dan lembaga

pemerintah serta sektor swasta seperti KADIN.Komite ini berfungsi sebagai
mekanisme untuk merumuskan dan mengkoordinir kebijakan, saling tukar
pandang dan informasi diantara seluruh anggota Komite Nasional ASEAN. b)
Komite Komunitas Ekonomi ASEAN, diketuai oleh Permanent Secretary,
Kementerian Perdagangan, c) Komite Komunitas Sosial-Budaya ASEAN,
diketuai oleh Minister of Social Development and Human Security.
Pemerintah Thailand juga melakukan berbagai strategi dalam meningkatkan
ekspor barang dan jasa serta investasi yaitu melalui R &D, inovasi, kreatifitas,
mengembangkan produk-produk yang ramah lingkungan, mendukung UKM
menjadi pengusaha internasional, peningkatan standar produk, mengembangkan
citra produk dan jasa, memanfaatkan teknologi baru dan digital untuk mencapai

9

konsumen modern, mendorong pengembangan cluster-cluster industri, dan
pengembangan SDM untuk promosi dagang.
Informasi mengenai ASEAN diajarkan pada sekolah-sekolah di Thailand.
Hampir setiap sekolah dan perguruan tinggi Thailand memiliki ASEAN Corner,
informasi umum tentang ASEAN, dan informasi tentang budaya ASEAN dan
bendera negara-negara ASEAN.Berbagai kegiatan untuk mempromosikan
ASEAN juga dilakukan di setiap sekolah dan perguruan tinggi.Buku-buku tentang
ASEAN juga diterbitkan dalam Bahasa Thailand.
Tiga Program pemerintah Thailand untuk membantu SME menghadapi
MEA/AEC:a) AEC Connect, memastikan semua anggota telah memahami
peluang dan tantangan yang dihadapi dalam AEC, b) AEC Readymenghimpun
SME dalam kluster tertentu dan membangun jejaring bersama, mencari solusi atas
tantangan yang dihadapi, menyusun rencana pengembangan bersama, dan c) AEC
Law

membantu SME untuk memahami berbagai peraturan yang berlaku di

negara-negara ASEAN yang dapat mempengaruhi sektor SME.
Pemerintah Thailand juga telah menyiapkan beberapa produk yang menjadi
andalan Thailand dalam menghadapi MEA yaitu industri makanan, otomotif dan
Industri elektronika. Thailand membangun infrastruktur dan sarana transportasi
dengan ambisi menjadi hub perdagangan di negara-negara ASEAN daratan dan
ASEAN dengan Tiongkok serta Membangun enam Special Economic Zone di
wilayah perbatasan dengan negara-negara tetangga.
Sementara itu, pemerintah Singapura menyadari bahwa kemakmuran
Singapura tergantung pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk
negara tetangganya di ASEAN, karena keterbatasan sumber alam, energi, dan
lahan di Singapura, angkatan kerja yang semakin sedikit, kesulitan pengusaha
untuk mendapat tenaga kerja. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah
Singapura sangat mendorong sektor swasta Singapura untuk berekspansi terutama
ke Indonesia melalui: a) Pengiriman berbagai misi bisnis ke Indonesia: IE, SBF,
SMF, SCCCI, SMCCI, dll.

b) Penyelenggaraan berbagai forum bisnis dan

seminar tentang “Doing Business in Indonesia” di berbagai sektor dan daerah c)
Pemberian government grant bagi pengusaha Singapura yang akan berekspansi ke
Indonesia.

10

Peluang Kerja Sama Ekonomi Indonesia – Singapura dalam MEA adalah
dibidang investasi, perdagangan, pariwisata, dan perbankan. Selain itu, untuk
meningkatkan hub RI – Singapura a) Indonesia harus dapat memanfaatkan posisi
strategis Singapura sebagai trading hub, financial center, dan global gateway di
Asia untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia; b) Indonesia harus bisa
lebih maju dari Singapura yang memiliki keterbatasan wilayah, jumlah penduduk,
dan zero natural .

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk
memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh
keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan
risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena
itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang
akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat.
Selain itu, kolaborasi yang tepat antara otoritas negara dan para pelaku usaha
diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan social (hukum dan kebijakan) perlu
dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga
kerja dan perusahaan di Indonesia.

11

DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Basri. 2002. Perekonomian Indonesia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama
Ikbar,Yanuar. 2006. Ekonomi Politik Internasional – Konsep dan Teori (Jilid 1).
Bandung : PT Refika Aditama
Marzuki. 2010. Potret Ekonomi Politik Indonesia. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana
Media

12

Studi Kasus
Potongan kayu jati sisa furniture biasanya hanya dibuang. Namun di tangan
Umar Bafadhal, warga Semanggi, Solo, Jawa Tengah, limbah ini disulap menjadi
karya seni bernilai jual. Umar memanfaatkan potongan kayu yang memiliki ceruk,
sebagai media untuk lukisan 3 dimensinya. Cara membuatnya memang nampak
terbilang sederhana, walau memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (18/2/2016), setelah kayu
dibersihkan, Umar menuangkan cairan resin yang dicampur katalis. Cairan ini
akan mengering lalu membentuk lapisan kaca yang melekat. Dan di atasnya,
Umar mulai melukis menggunakan catacrylic. Biasanya, objek yang dilukis
adalah hewan air seperti ikan koi. Untuk membuatnya, Umar mulai melukis secara
bertahap, dimulai dengan sirip bagian bawah. Setelah selesai, kembali dilapisi
dengan resin.
Usai diberi resin, lukisan dijemur sejenak. Kemudian dilanjutkan lagi.
Tahapan lukisan tergantung objek yang digambar, bisa 4 hingga 5 tahap. Dan
hasilnya sungguh indah, karena ikan yang dilukis tampak sangat nyata. Umar baru
memulai melukis 3 dimensi sejak 3 bulan lalu. Kini, dalam sehari dia mampu
menghasilkan hingga 10 lukisan dengan harga mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp
1,5 juta. Lukisan 3 dimensi ini juga bisa dibeli secara online. Dengan cara ini
Umar sudah memasarkan produknya hingga ke beberapa kota di Indonesia. Dan

13

dengan karyanya ini, Umar merasa optimistis memasuki Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA).

14