Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food), Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pada Remaja SMA Negeri 1 Padangsidimpuan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Makanan Cepat Saji (fast food)
Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu

cepat dan siap disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Menurut
Khasanah (2012), makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang
penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak
yang tinggi dan rendah serat.Kehadiran makanan cepat saji dalam industri
makanan di Indonesia juga dapat mempengaruhi pola makan remaja.

Bagi

remaja, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai.
Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau sesuai dengan
kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera.
Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).
Makanan cepat saji sudah menjadi tren dikalangan remaja, selain menjadi
tempat makan, restoran cepat saji juga menjadi tempat kumpul favorit dengan

teman. Khomsiyah (2010) menunjukkan bahwa ramaja yang mengunjungi
restoran makanan cepat saji rata-rata masih berpendidikan SMP dan SMU dan
berasal dari keluarga ekonomi menengah keatas. Masalah pada restoran cepat saji
adalah makanannya mengandung lemak dan garam yang tinggi. Minuman yang
tersedia juga menambah masukan kalori berlebih pada remaja. Kalori dan lemak
yang berlebihan akan disimpan dalam tubuh, keadaaan demikian yang terus
menerus akan mengakibatkan penimbunan sehingga membuat orang menjadi
overweight (Mardatillah, 2008). Dengan demikian remaja yang sering

Universitas Sumatera Utara

mengonsumsi makanan cepat saji cenderung mengalami kelebihan berat badan
(Poltekes, Depkes. 2010).
Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya
pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa
meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang
sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food,
karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat.
Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar
dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004).Makanan cepat saji mempunyai


kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan
kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap
makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda.
Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana.Makanan tersebut umumnya
diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan
memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa
bagi produk tersebut (Ade, 2010).
Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food
dijadikan sebagai pola makan setiap hari.Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji
(fast food) mengakibatkan masalah kesehatan karena sebagian besar fast food
kaya akan lemak jenuh, lemak trans, karbohidrat, dan natrium yang merupakan zat
yang berhubungan dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2
(WHO,2003). Namun, konsumsi pangan tersebut tidak akan merugikan jika
disertai dengan menu seimbang, frekuensi yang rendah dengan aktivitas fisik dan

Universitas Sumatera Utara

olahraga yang teratur dan sesuaikan dengan usia (Mahdiyah, Zulaikhah & Asih,

2004).
2.1.1

Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling popular diseluruh

dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hamburger
Hamburger atau sering disebut dengan burger adalah sejenis makanan berupa
roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan daging,
kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat, dan bawang bombay.
Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus
seperti mayounes, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga
dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.
2. Pizza
Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain
sesuai selera. Pizza pertama kali popular di negara Italia.
3. French fries (kentang goreng)
French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang
yang digoreng dalam minyak goreng panas. French fries berasal dari negara

Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau
sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki
kandungan glukosa dan lemak yang cukup tinggi.
4. Fried Chicken (ayam goreng)

Universitas Sumatera Utara

Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang
umum dijual di restoran makanan siap saji (fast food). Fried Chicken umumnya
memiliki protein, kolestrol dan lemak.
5. Spaghetti
Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti
adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak
9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging dan isinya.
Sedangkan menurut Lubis (2009) Yang tergolong dalam makanan siap saji
modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis,
chicken nugget, kentang goreng, donat dan makanan cepat saji yang tradisional
adalah mie goreng, mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, gado-gado dan
pecal. Jenis makanan cepat saji (fast food) yang biasa dikonsumsi oleh
konsumen fried chicken, burger, spaghetti, dan french fries dan fried chicken

adalah menu yang paling diminati konsumen (Rahmadi, 2003)
2.1.2

Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji
Secara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula

dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat,
kalsium dan folat. Dan berikut ini gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa
jenis makanan cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena
pengaruh tren globalisasi :
1. Komposisi gizi Pizza (100 g)
Kalori (483 KKal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (3 g), Gula (3
g), Protein (3 g).

Universitas Sumatera Utara

2. Komposisi gizi Hamburger (100 g)
Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g),
Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).
3. Komposisi gizi Fried Chicken (100 g)

Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g).
4. Mie bakso sepiring 400 kalori
5. Chicken nugget 6 potong: 250 kalori
6. Komposisi chicken nugget:
protein 15,5%, lemak 9,7%, karbohidrat 66,7%

7. Mie Instant (1 bungkus) 330 Kalori
8. Kentang goreng mengandung 220 kalori (Muliany,2005).
2.1.3

Dampak Negatif Makanan Cepat Saji
Konsumsi makanan cepat saji yang terlalu sering dapat menyebabkan

berbagai masalah kesehatan. Dampak negatif makanan cepat saji diantaranya
adalah (Proverawati,2010) :
1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung
Kandungan kolesterol

yang tinggi pada makanan cepat saji dapat


mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat
akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya
serangan jantung koroner.
2. Membuat Ketagihan
Makanan cepat saji mengandung zat aditif yang dapat membuat ketagihan dan
merangsang untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.

Universitas Sumatera Utara

3. Meningkatkan Berat Badan
Jika suka mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga, maka
dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang
tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak
digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang
kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.
4. Meningkatkan Risiko Kanker
Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan cepat saji dapat
meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar.
5. Memicu Diabetes
Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cepat saji akan

memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes.
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga
menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa
menumpuk di aliran darah.
6. Memicu Tekanan Darah Tinggi
Garam dapat membuat masakan menjadi lebih nikmat, hampir semua makanan
cepat saji mengandung garam yang tinggi. Garam mengandung natrium, ketika
kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal,
volume darah meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan
air.Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabkan tekanan darah tinggi.
2.1.4

Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Cepat Saji

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan cepat
saji dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan

untuk menghindari makanan cepat saji beresiko. Walaupun hidangan yang
akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya
jenis makanan siap saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga
memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam
sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken
dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini
dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini
hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji adalah
hendaknya

mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan

makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah
misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai
sayuran dan buah-buahan.
3. Dianjurkan meminum air putih 8-10 gelas per hari untuk mengimbangi
minuman bersoda tinggi. Disamping itu, untuk mengurangi risiko makanan
cepat saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar
mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil.

Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan yang terakhir
jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.

Universitas Sumatera Utara

4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia,
antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus
merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi buahbuahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana yang
diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus benar-banar
dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis minuman
jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung komponen buah.
5. Beberapa saran yang perlu diingat dan penting bagi pecinta makanan siap saji
adalah hendaknya memulai sarapan pagi dengan menu sehat seperti jus buah,
susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa mengonsumsi
sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat sangat bermanfaat
dan dapat membantu memperlambat rasa lapar, sehingga akan menekan
keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak atau paling tidak hasrat
untuk menikmati akan tertunda. (Lubis 2009).
2.2 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan pergerakan tubuh yang

dihasilkan oleh kontraksi otot yang meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas
fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang terstruktur,
terencana,yang dilakukan secara berulang-ulang, yang akan dilakukan untuk
mendapatkan kebugaran tubuh.Menurut (Almatsier, 2003) mengatakan bahwa
aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot
tubuh dan sistem penunjangnya.Aktivitas fisik yang tidak ada atau kurangnya

Universitas Sumatera Utara

aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan
secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO,
2010). Seluruh tubuh akan terasa sehat apabila seseorang memiliki aktivitas fisik
yang aktif (Sizer dan Whitney,2006).
Aktivitas remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama 8 jam
meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat. Aktivitas berada dirumah
kurang lebih 5-6 jam meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua
dan bermain di lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan
asupan pangan mengandung gizi yang cukup sehingga kondisi tubuh remaja akan
tetap baik (Fatmah, 2011). Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan pangan
mengandung gizi yang cukup sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap baik
(Fatmah, 2011).
Menurut Sizer dan Whitney (2006), seseorang akan memperoleh
keuntungan apabila memilki aktivitas fisik yang aktif, diantaranya tidur menjadi
lebih pulas, status nutrisi berserta komposisi tubuh dan tulang menjadi lebih baik,
ketahanan terhadap flu dan berbagai macam infeksi, resiko terkena kanker
menurun, fungsi paru semakin baik, resiko terkena kanker maupun penyakit
kardiovaskular dan diabetes tipe 2 menjadi menurun. Aktivitas fisik juga
menurunkan resiko penyakit empedu, menurunkan insidens dan keparahan dari
kecemasan dan depresi, meningkatkan kepercayaan diri sehingga menjadikan
panjang umur dan memiliki kualitas hidup yang baik dimasa yang akan datang.
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang,
diantaranya yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung
2. Penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja
otot jantung
3. Mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung
4. Peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik
5. Peningkatan metabolisme tubuh (berkaitan dengan gizi tubuh)
6. Meningkatkan kemampuan otot dan sendi, dan
7. Mencegah obesitas.
Beberapa penelitian epidemiologi menyebutkan bahwa obesitas pada
remaja terjadi karena interaksi antara makan yang banyak dan sedikit aktivitas.
Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya proses pembakaran energi sehingga
semakin remaja beraktivitas semakin banyak energi yang terpakai. Hasil
penelitian ini senada dengan studi yang dilakukan Sherwood (2000), yang
menunjukkan bahwa olahraga berkonstribusi pada pencegahan kenaikan berat
badan.
Aktivitas fisik terbagi tiga macam yaitu; aktivitas fisik ringan (berjalan
kaki, menyapu lantai, mencuci baju, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, dan
nonton TV), aktivitas sedang (berjalan cepat, berlari kecil, dan bermain tenis
meja), aktivitas berat (bermain sepak bola, berenang, dan senam) dilakukan
sedikitnya 60 menit setiap hari untuk mencegah berat badan berlebih (Nurmalina,
2011).
Aktivitas yang dilakukan oleh tubuh membutuhkan energi yang
dikeluarkan, begitupun sebaliknya apabila aktivitas fisik berkurang maka lebih

Universitas Sumatera Utara

banyak energi yang tersimpan didalam tubuh (WHO, 2011). Banyaknya aktivitas
fisik berbeda pada tiap individu tergantung pada gaya hidup perorangan dan
faktor lainnya. Hasil penelitian Sartika (2011) anak yang tidak rutin berolah raga
justru cenderung memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan anak
yang rutin berolah raga. Makanan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi
timbulnya obesitas baik secara bersama maupun masing-masing.
Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan sebagai berikut :
a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan (endurance).
Contohnya seperti berjalan kaki, menyapu lantai, duduk, belajar di sekolah,
menonton TV.
b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot
yang berirama. Contohnya seperti berlari kecil, bersepeda, bermain musik,
jalan cepat, berenang.
c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan
kekuatan (strength), menghasilkan keringat. Contohnya berlari cepat, bermain
sepak bola, bela diri.
Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam
dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL
merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
dalam 24 jam.
PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
PAL =

(���
24 ��

)

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR :Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis
kegiatan per satuan waktu tertentu)
w : Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)
Tabel 2.1 Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activity
Level (PAL).
Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai Physical
Nilai PAL
Activity Level (PAL).
1,40-1,69
Ringan
1,70-1,99
Sedang
2,00-2,40
Berat
Sumber : FAO, 2001

FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa katagori tingkat aktivitas fisik
mengarah kepada jenis pekerjaan. Orang-orang yang termasuk dalam katagori
tingkat aktivitas fisik ringan merupakan orang-orang yang tidak banyak
melakukan kegiatan aktivitas fisik, tidak banyak berjalan kaki dalam jarak yang
jauh, mengunakan kendaraan sebagai alat transportasi, dan lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk kegiatan dalam posisi berdiri diam atau duduk,
misalnya staf atau karyawan kantor. Orang-orang yang termasuk dalam tingkat
aktivitas sedang merupakan orang-orang yang memiliki pekerjaan yang tidak
terlalu banyak mengeluarkan tenaga, namun energi yang dikeluarkan sedikit lebih
tinggi dibandingkan tingkat aktivitas ringan. Pada umumnya orang-orang tersebut
melakukan sesuatu pekerjaan berat namun dalam satu jangka waktu tertentu,
seperti tukang batu atau pekerja kontruksi. Selain itu, aktivitas mengambil air atau
mengumpulkan kayu bakar juga dapat meningkatkan pengeluaran energi. Orangoang yang termasuk dalam tingkat aktivitas berat adalah orang-orang yang dalam

Universitas Sumatera Utara

kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak energi seperti
menari, berenang, bekerja sebagai buruh tani yang melakukan pekerjaan
mencangkul, dan berjalan kaki dalam jarak yang jauh dengan beban yang berat.
Tabel 2.2
Kegiatan

Perhitungan tingkat aktivitas fisik untuk populasi
Alokasi PAR Waktu Nilai PAL
waktu
x PAR
Aktivitas ringan (Sedentary or lihgt activity lifestyle
Tidur
8
1
8
Perawatan diri ( mandi dan
1
2.3
2.3
berpakaian)
Makan
1
1.5
1.5
Memasak
1
2.1
2.1
Kegiatan yang dilakukan dengan
8
1.5
12
duduk (kerja dikantor)
Pekerjaan rumah tangga
1
2.8
2.8
Mengendarai kendaraan
1
2.0
2
Berjalan
1
3.2
3.2
Kegiatan ringan ( menonton tv,
2
1.4
2.8
chatting)
24
36.7
36.7/24 =
Jumlah
1.53
Aktivitas sedang (Activitas or moderately active lifestyle)
Tidur
8
1
8
Perawatan diri (mandi dan
1
2.3
2.3
berpakaian)
Makan
1
1.5
1.5
Kegiatan yang dilakukan dengan
8
2.2
17.6
berdiri
Transportasi bekerja dengan bus
1
1.2
1.2
Berjalan
1
3.2
3.2
Olahraga ringan
1
4.2
4.2
Kegiatan ringan (menonton tv,
3
1.4
4.2
chatting)
24
42.2
42.2/24 =
Jumlah
1,76
Aktivitas berat (Vigorous or vigorously active lifestyle)
Tidur
8
1
8
Perawatan diri (mandi dan
1
2.3
2.3
berpakaian)
Makan
1
1.4
1.4
Masak
1
2.1
2.1
Kegiatan pertanian tanpa
6
4.1
24.6
menggunakan alat

Universitas Sumatera Utara

Mengambil air
Pekerjaan rumah tangga
Berjalan
Kegiatan ringan
Jumlah

1
1
1
4
24

4.4
2.3
3.2
1.4

4.4
2.3
3.2
5.6
53.9

53.9/24 =
2.25

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan obesitas siswa
SMP. Siswa yang memiliki aktivitas fisik rendah memiliki peluang untuk menjadi
obesitas dibandingkan dengan kelompok siswa dengan aktivitas fisik tinggi
(Indriawati & Soraya, 2009). Kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik
dapat meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas.
2.3

Status Gizi
Menurut Almatsier (2002) status gizi (nutritional status) adalah keadaan

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Banyak faktor
yang berperan dalam memengaruhi status gizi seseorang, faktor yang bersifat
langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung yang memengaruhi status gizi
seseorang antara lain : pola konsumsi makanan sehari-hari, aktivitas fisik, dan
keadaan kesehatan.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara
antropometri. Indikator status gizi yang digunakan pada kelompok umur ini

didasarkan pada pengukuran antropometri berat badan (BB), tinggi badan (TB)
dan umur yang disajikan dalam bentuk Indeks massa tubuh menurut umur
(IMT/U). Indeks massa tubuh menurut Umur (IMT/U) adalah nilai yang diambil
dari perhitungan antara berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan umur seseorang.
Menurut Hasdianah (2014) Salah satu penilaian status gizi remaja dengan

Universitas Sumatera Utara

antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT/U) atau Body Massa Index
(BMI/U).
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) atau Body Massa Index for
Age (BMI/U) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi remaja,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat
badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh
karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Untuk mengukur Indeks Massa
Tubuh menurut Umur (IMT/U) dilakukan dengan menggunakan software WHO
AnthroPlus dengan melihat nilai ambang batas Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) kemudian disesuaikan dengan kategorinya.
Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Remaja berdasarkan
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Kategori Status Gizi
Z-Score
2SD
Obesitas
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010

Keadaan seseorang sangat kurus dengan kekurangan berat badan tingkat
berat bila nilai ambang batasnya kurang dari 3. Keadaan seseorang dikatakan
kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan bila nilai ambang batasnya
diantara -3 sampai dengan -2. Keadaan seseorang dikategorikan normal bila nilai
ambang batasnya -2 sampai dengan 1. Keadaan seseorang dikatakan gemuk bila

Universitas Sumatera Utara

nilai ambang batasnya diantara 1 sampai dengan 2. Sedangkan seseorang
dikatakan obesitas apabila nilai ambang batasnya lebih dari 2.
2.4

Remaja
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dan masa anak
ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional

dan

sosial

dan

berlangsung

pada

dekade

kedua

masa

kehidupan.Kategori periode usia remaja dari berbagai refresensi berbeda-beda,
namun WHO menetapkan remaja berusia antara 10-19 Tahun. Pembagian
kelompok remaja tersebut adalah remaja awal usia 10-14 Tahun, remaja
menengah 15-17 Tahun, dan remaja akhir 18-21 Tahun. Perubahan sosial yang
penting pada masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
pola perilaku sosial yang lebih matang, penggelompokan sosial baru, dan nilainilai baru dalam pemilihan pemimpin, dan dalam dukungan sosial. Masa remaja
menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya
ketrampilan-ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap
datangnya masa dewasa.
Selama masa remaja, seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik yang
pesat. Dibandingkan periode lainnya setelah kelahiran, masa remaja mengalami
pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20%
total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa tulang tubuh telah dicapai
pada periode ini. Oleh sebab itu, kebutuhan zat gizi meningkat melebihi
kebutuhan pada masa anak-anak. proses biologis pada masa pubertas ditandai oleh
cepatnya pertumbuhan tinggi, berat badan, perubahan komposisi jaringan, dan

Universitas Sumatera Utara

terdapat perubahan karakter seksual primer dan sekunder. Secara biologis,
psikologis, dan kognitif perubahan yang terjadi pada saat remajadapat
memengaruhi status gizi dan kesehatan. Pertumbuhan fisik yang cepat
memerlukan energi dan zat gizi yang tinggi. Sedangkan perilaku hidup, seperti
kemandirian, makan di luar rumah, penampilan dan ukuran tubuh, penerimaan
kelompok, dan gaya hidup akan memengaruhi pemilihan dan pola makan.
Pada masa remaja ini tumbuh kembang berlangsung pesat baik fisik
maupun psikologis. Untuk mengimbangi tumbuh kembang yang pesat ini anak
harus mendapat perhatian termasuk gizi yang baik. Setelah pertumbuhan yang
lambat pada masa anak, maka pada masa remaja ini ditandai dengan pertumbuhan
yang sangat pesat seperti halnya pada masa bayi. Masa remaja merupakan waktu
tumbuh cepat kedua setelah bayi. Saat terjadinya perubahan laju pertumbuhan ini
sangat

bervariasi

(Almatsier,

2011).Saat

mencapai

puncak

kecepatan

pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dan dalam jumlah yang
banyak.Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi
kurang.Asupan makanan pada masa remaja sebaiknya mengandung jumlah zat-zat
gizi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Gizi yang baik selama remaja tidak
hanya berpengaruh pada optimalisasi pertumbuhan saat remaja, tetapi juga
pencegahan penyakit kronis setelah dewasa.
2.5

Kerangka Konsep
Untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi makanan cepat

saji,aktivitas fisik dan status gizi pada remaja disajikan dalam kerangka konsep
dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Variabel Independen
Kebiasaan Konsumsi Makanan
Cepat saji
- Sumbangan Konsumsi
Makanan Cepat Saji
- Frekuensi Konsumsi
Makanan Cepat Saji

Variabel Dependen

Status Gizi

Aktivitas Fisik

Gambar 2.1 Kerangka konsep gambarankonsumsi makanan cepat saji,
aktivitas fisik dan status gizi remaja
Berdasarkan skema diatas, variabel independen pada penelitian ini adalah
kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan aktivitas fisik. Variabel dependen
pada penelitian ini adalah status gizi.

Universitas Sumatera Utara