Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food), Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pada Remaja SMA Negeri 1 Padangsidimpuan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini membawa banyak

perubahan dalam kehidupan masyarakat,antara lain adalah perubahan gaya hidup
terutama pada pola makan. Dalam hal ini, remaja merupakan kelompok
masyarakat yang paling cepat dalam merespon dan mengadaptasi perubahan gaya
hidup. Masa remaja adalah dimana mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan
orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend yang
sedang berkembang di masyarakat khususnya dalam hal makanan modern.Remaja
lebih cenderung memiliki pola makan yang tidak teratur, lebih banyak
mengonsumsi makanan di luar rumah seperti fast food (Stang, 2008).
Perubahan pola makan pada remaja yang terjadi dewasa ini, tidak lepas
dari pengaruh peningkatan sosial ekonomi dan banyaknya restoran. Restoranrestoran ini menjual berbagai makanan produk olahan dan dikenal sebagai
makanan cepat saji(fast food).Makanan cepat saji (fast food)adalah makanan yang
tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau
pizza.Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu
penyajiannya yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan

dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai
makanan bergengsi dan makanan gaul.Fast food memiliki kadar vitamin, mineral
dan serat yang rendah tetapi memiliki lemak, pemanis tambahan dan natrium yang
tinggi (Stang, 2008). Kebiasaan mengkonsumsi fast food secara berlebihan dapat
menimbulkan masalah kegemukan (Khomsan, dalam Hastuti, 2008). The

Universitas Sumatera Utara

American population study Cardia membuktikan bahwa konsumsi fast food
positif berhubungan dengan peningkatan berat badan dan memiliki resiko
terhadap resistensi insulin (Stender, Dyerberg dan Astrup, 2007).
Saat ini masyarakat cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik
diakibatkan kemajuan teknologi. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan
pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot yang meningkatkan
pengeluaran energi. Olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang
terstruktur, terencana, yang dilakukan secara berulang-ulang, yang akan dilakukan
untuk mendapatkan kebugaran tubuh. Seluruh tubuh akan terasa sehat apabila
seseorang memiliki aktivitas fisik yang aktif (Sizer dan Whitney,2006). Saat ini
masyarakat cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik diakibatkan
kemajuan teknologi. Kemudahan-kemudahan di berbagai bidang serta sempitnya

ruang dan waktu juga menyebabkan remaja sangat kurang beraktivitas fisik
Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast
food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol, ditambah kehidupan
yang disertai stress dan kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota-kota besar
mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas)
dan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi dan diabetes mellitus
(Khasanah,2012). Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang
akhirnya mempengaruhi status gizi. Obesitas disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adanya masalah antara ketidakseimbangan nutrisi dan aktivitas fisik
yang tidak cukup. Menurut Sizer dan Whitney (2006), sebagian orang dapat

Universitas Sumatera Utara

menjadi obesitas bukan karena terlalu banyak makan, tetapi karena mereka
melakukan pergerakan tubuh yang terlalu sedikit. Terdapat hubungan antara
tingkat aktivitas fisik dengan obesitas siswa SMP. Siswa yang memiliki aktivitas
fisik rendah memiliki peluang untuk menjadi obesitas dibandingkan dengan
kelompok siswa dengan aktivitas fisik tinggi (Indriawati & Soraya, 2009).
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya

hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentari (gaya hidup malas), berakibat
pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola
makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran
makanan siap saji (fast food), yang berdampak meningkatkan risiko obesitas
(Zametkin et al, 2004; Hidayati dkk, 2009).
Penelitian yang dilakukan

Tambunan (2015) mengenai hubungan

kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food)dengan obesitas pada siswa
kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dimana yang obesitas ada 49
orang(29,2%) dan yang normoweight ada 48 orang (33,3%) dan (37,8%) sampel
sering mengonsumsi makanan cepat saji. Penelitian yang dilakukan Dewi (2014)
mengenai frekuensi konsumsi fast food dan status gizi pada siswi sekolah dasar di
Surakarta menunjukkan sebanyak 42 siswi (79,25%) sering mengonsumsi
makanan cepat saji dan sebanyak 28 siswi (52,83%) berstatus gizi gemuk.
Menurut penelitian yang dilakukan Veranita (2014), menjelaskan bahwa
adanya hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi.
Tidak hanya frekuensi konsumsi fastfood yang mempengaruhi overweight, tetapi
dari jenis makanan fastfood yang dikonsumsi dan jumlah atau porsi makan yang


Universitas Sumatera Utara

dihabiskan

setiapkali

makan

juga

mempengaruhioverweight

(Asmika,

2013).Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Indonesia
kejadian gizi lebih juga semakin meningkat. Keadaan ini juga akan memicu
timbulnya masalah-masalah gizi lebih dan berbagai penyakit non infeksi yang
sangat berbahaya seperti hipertensi, diabetes melitus, kanker dan stroke.
Pada tahun 2013 prevalensi kegemukan pada remaja usia 16 – 18 tahun

secara nasional adalah 5,7%. Secara nasional, prevalensi kegemukan pada remaja
16 – 18 tahun di provinsi Sumatera Utara adalah 6,8% berada diatas angka
prevalensi nasional dan terdapat 12 kabupaten/kota yang memiliki prevalensi
lebih besar dari angka prevalensi provinsi. Urutan prevalensi tertinggi yaitu
Pematang Siantar (13,3%), Tebing Tinggi (12,1%), Padangsidimpuan (11,7%),
Nias Selatan (9,4%), Toba Samosir (9,2%), Medan (9,0%), Mandailing Natal
(8,9%), Karo (8,9%), Labuhan Batu (8,1%), Binjai (7,8%), Deli Serdang (7,8%),
Dairi (7,0%). Dari data tersebut, kota Padangsidimpuan termasuk 3 besar yang
tertinggi prevalensi kegemukan pada remaja usia 16 – 18 tahun(riskesdas, 2013).
Hal tersebut menjadi alasan peneliti memilih Kota Padangsidimpuan sebagai
lokasi penelitian.
Padangsidimpuan merupakan salah satu kota berkembang di Provinsi
Sumatera Utara. Era perkembangan zaman bermunculan restoran yang menjual
makanan cepat saji modern seperti pizza, fried chicken, hamburger, french fries,
spaghetti dan makanan cepat saji tradisional seperti bakso, gado-gado, pecel.
Anak remaja sekarang lebih menyukai makanan cepat saji karena cepat dan
praktis

serta


tersedia

dilingkungan

sekolah.

Sekolah

SMA

Negeri

1

Universitas Sumatera Utara

Padangsidimpuan merupakan salah satu sekolah yang berada di pusat kota, dekat
dengan pusat perbelanjaan dan banyak dijumpai penjual makanan cepat saji.
Sekolah ini memiliki 2 kantin yang yang menyediakan makanan seperti gorengan,
roti, bakso, mie instan, nasi goreng, makanan ringan, dan minuman bersoda.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan
mewawancarai dan melakukan perhitungan status gizi pada 10 orang remaja,
menggunakan software WHOAnthroplus dari 10 orang remaja terdapat 1 orang
berada pada kategori obesitas, 5 orang pada kategori gemuk dan 4 orang lainnya
pada kategori normal. Kemudian melalui wawancara peneliti tentang aktitivitas
fisiklebih banyak melakukan kegiatan duduk diam setelah selesai proses belajar
mengajar di kelas, istirahat sebentar kemudian langsung melakukan kegiatan
belajar tambahan di sekolah bagi kelas 3 serta kelas unggulan, setelah kegiatan
tambahan para remaja biasanya berkumpul di restoran cepat saji dan sebagian
remaja mengikuti kegiatan ekstrakulikuleryaitu aktivitas berat seperti: futsal, voli
dan basket. Dari 10 remaja hanya 2 orang yang mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti tertarik
untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food,)
aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran kebiasaan konsumsi makanan cepat saji

(fast food), aktivitas fisik danstatus gizi pada remaja di SMA Negeri 1
Padangsidimpuan?

Universitas Sumatera Utara

1.3

Tujuan Penelitian
Mengetahui gambarankebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food),

aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan.
1.4
1.

Manfaat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi SMAN 1 Padangsidimpuan untuk pembelajaran
dan pemahaman tentang makanan cepat saji.

2.


Sebagai bahan masukan bagi siswa siswi untuk mempertimbangkan pola
makan yang sesuai dengan kebutuhan energi harian.

3.

Sebagai masukan untuk bagi siswa siswi lebih mengatur aktivitas fisik
dengan kebiasaan makan.

Universitas Sumatera Utara