Pengaruh Program Kesejahteraan, Komunikasi Organisasi, Dan Pengan Kerja Terhadap Semangat Kerja (Studi Pada PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk Medan)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Program Kesejahteraan Karyawan
2.1.1 Pengertian Program Kesejahteraan
Karyawan yang telah diterima bekerja harus dikembangkan dan dimotivasi
agar tetap bekerja pada perusahaan sampai pensiun. Untuk mempertahankan
karyawan,

maka

diberikanlah

kesejahteraan/kompensasi,

pelengkap/fringe,

benefits/gaji dan program kesejahteraan lain. Kesejahteraan yang diberikan sangat
berarti dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental karyawan
beserta keluarganya. Pemberian kesejahteraan akan menciptakan ketenangan,
semangat kerja, dedikasi, disiplin, dan sikap loyal karyawan terhadap perusahaan

sehingga labour turnover rendah.
Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2009, tentang kesejahteraan
Masyasakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Sejalan dengan intisari dari undang-undang di atas Hasibuan (2001:
182) mengemukakan bahwa kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap
(material dan nonmaterial) yang diberikan berdasarkan kebijaksaan. Tujuannya
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
produktivitas kerjanya meningkat. Balas jasa perusahaan secara langsung
dibeikan dalam bentuk upah/gaji dan insentif, maka program kesejahteraan
termasuk dalam balas jasa perusahaan secara tidak langsung yang terdiri dari
keuntungan (benefit) dan pelayanan/kesejahteraan (service).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Andrew F. Sikula (Hasibuan, 2011: 182) “Indirect compensations
are reimbursments received by employees in form other than direct wages or
salary. (kompensasi tidak langsung adalah balasa jasa yang diterima oleh pekerja
dalam bentuk upah atau gaji langsung). A benefit would be company program
such as pension holiday pay, health, severance pay. A service would be things like

company car, athletic field, christmas party, ect.” (benefit meliputi programprogram perusahaan, seperti jaminan hari tua, waktu libur, tabungan. Sedangkan
service adalah berupa fisiknya/bendanya seperti mobil dinas, fasiltas olahraga,
memperingati hari besar, dan sebagainya).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ada persamaan dan perbedaan
antara balas jasa langsung dan tidak langsung dari perusahaan. Persamaannya
sebagai berikut:
1. Gaji/upah (kompensasi langsung) dan kesejahteraan karyawan (kompensasi
tidak langsung) adalah sama-sama merupakan pendapatan bagi karyawan.
2. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan bertujuan sama yakni untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keterikatan karyawan.
3. Gaji/upah dan kesejahteraan adalah biaya bagi perusahaan
4. Pemberian Gaji/upah dan kesejahteraan dibenarkan oleh peraturan legal,
jadi bisa dimasukkan dalam neraca fiskal perusahaan tersebut.
Perbedaannya adalah sebagai berikut:
1. Gaji/upah adalah hak untuk karyawan menerimanya dan menjadi kewajiban
perusahaan membayarnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Gaji/upah wajib dibayar perusahaan sedangkan kesejahteraan diberikan

hanya atas kebijaksanaan saja, jadi bukan kewajiban perusahaan atau
sewaktu-waktu dapat ditiadakan.
3. Gaji/upah harus dibayar dengan finansial (uang/barang), sedangkan
kesejahteraan diberikan dengan finansial dan nonfinansial (fasilitas).
4. Gaji/upah waktu dan besarnya telah ditentukan, sedangkan kesejahteraan
waktu dan besarnya tidak tertentu
Dari persamaan dan perbedaa ini manajer terdorong untuk lebih kreatif
dalam memberikan balas jasa dengan cara langsung dan tidak langsung untuk
tindakan berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu perusahaan mengalami kesulitan.
2.1.2 Tujuan Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan yang diberikan hendaknya bermanfaat dan
mendong tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat serta tidak
melanggar peraturan legal pemerintah. Tujuan pelaksanaan program kesejahteraan
menurut Hasibuan (2001: 184) antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada
perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas kerja karyawan.
4. Menurunkan tingkat absensi dan turnover karyawan.

5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
9. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
manusia Indonesia.
10. Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan.
11. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.
Asas pemberian program kesejahteraan adalah keadilan dan kelayakan
serta tidak melanggar peraturan legal pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Jenis-jenis Program Kesejahteraan
Menurut Hasibuan (2001: 184) program kesejahteraan yang diberikan
adalah finansial dan nonfinansial yang bersifat ekonomis, serta pemberian fasilitas
dan pelayanan. Pemberian kesejahteraan perlu diprogram dengan sebaik-baiknya,
supaya bermanfaat dalam mendukung tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Program kesejahteraan harus berasaskan keadilan dan kelayakan,
berpedoman kepada peraturan legal pemerintah dan didasarkan atas kemampuan

perusahaan. Hal ini penting supaya program kesejahteraan yang diberikan tidak
ditiadakan karena akan mengakibatkan karyawan malas, disiplinnya merosot,
kerusakan meningkat, bahkan turnover meningkat. program kesejahteraan harus
diinformasikan secara terbuka dan jelas, waktu pemberiannya tepat dan sesuai
dengan kebutuhan karyawan. Sejahtera adalah suatu keadaan terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan secara relatif dan ada rasa aman dalam menikmatinya.
Kesejahteraan terbagi kedalam beberapa jenis, antara lain:
2.1.3.1 Program

Pelayanan

Kesejahteraan

Karyawan

yang

Bersifat

Ekonomis

Program pelayanan kesejahteraan karyawan yang bersifat ekonomis
(economic) bertujuan untuk memberikan suatu keamanan tambahan ekonomis
kepada karyawan atas pembayaran pokok dan pembayaran perangsang serta
hadiah-hadiah yang berhubungan lainnya. Program pelayanan kesejahteraan
karyawan yang bersifat ekonomis (economic) ini terdiri dari dana pensiun, uang
makan, uang transpor, uang lebaran/natal, bonus, uang duka kematian, pakaian
dinas, uang pengobatan, dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

1. Dana pensiun/pesangon
Program ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada
parakaryawan yang telah lama mengabdi kepada perusahaan.
2. Uang Makan
Program ini dimaksudkan agar karyawan tidak terikat oleh menu perusahaan
(yang disediakan melalui program kafetaria), yang kadang-kadang
membosankan. Program ini akan terlaksana dengan efektif apabila letak
perusahaan berdekatan dengan restoran atau warung makan.
3. Uang transport
Uang transport biasanya bisa berupa uang sebagai pengganti biaya transport,

penyewaan mobil dan supirnya atau program pemilikan mobil (Car
Ownership Program, COP). Di Indonesia COP lebih banyak diterapkan
karena bisa mengikat karyawan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, sesuai
dengan panjangnya program ini.
4. Uang Lebaran/Natal
Bagi umat beragama yang akan merayakan lebaran/natal, tunjangan seperti
ini sangat dibutuhkan oleh karyawan.
5. Bonus
Program ini dimaksudkan agar karyawan dapat termotivasi dengan memberi
bantuan sebagai suatu dorongan atau perangsang yang diberikan secara
sengaja agar timbul dalam dirinya semangat yang lebih besar untuk
berprestasi bagi organisasi.

Universitas Sumatera Utara

6. Uang duka kematian
Uang duka kematian ini penting diadakan untuk membantu karyawan tidak
siap dalam menghadapi kematian keluarganya.
7. Pakaian dinas
Program ini dimaksudkan agar karyawan dapat merasakan suatu

penghargaan dari perusahaan yang dapat dijadikan sebagai suatu dorongan
atau perangsang untuk meningkatkan semangat kerjanya.
8. Uang pengobatan
Pendekatan lain yang digunakan oleh beberapa perusahaan untuk
menangani memuncaknya biaya kesehatan adalah penyediaan langsung
beberapa pelayanan, jadi tidak hanya menyediakan biaya untuk digunakan
oleh pihak lain.
2.1.3.2 Program

Pelayanan

Kesejahteraan

Karyawan

yang

Bersifat

Memberi Kesenangan (recreation)

Program pelayanan kesejahteraan karyawan yang bersifat memberi
kesenangan (recreation) bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan senang
pada karyawan dimana kesenangan yang dimaksudkan adalah kesenangan yang
berkaitan kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini berguna untuk meningkatkan hubungan
masyarakat, publikasi dan kebanggaan pada diri karyawan itu sendiri. Program
pelayanan

kesejahteraan

karyawan

yang

bersifat

memberi

kesenangan

(recreation) ini terdiri dari olahraga, darmawisata dan lain sebagainya.Untuk

kegiatan-kegiatan olahraga, perusahaan biasanya membentuk tim yang mewakili
perusahaan dalam kompetisi dengan lembaga-lembaga lain. Kegiatan ini berguna

Universitas Sumatera Utara

untuk meningkatkan hubungan masyarakat, publikasi dan kebanggaan karyawan
bila regunya sering mengalami kemenangan.
2.1.3.3 Program Pelayanan Kesejahteraan yang Bersifat Memudahkan atau
Meringankan
Program pelayanan kesejahteraan karyawan yang bersifat memudahkan
atau meringankan (facilitative) merupakan program pelayanan kesejahteraan yang
biasanya sangat diperlukan oleh karyawan-karyawan dan mereka akan berusaha
memenuhinya sendiri apabila perusahaan tidak menyediakan. Program pelayanan
kesejahteraan

karyawan

yang

bersifat


memudahkan

atau

meringankan

(facilitative) ini terdiri dari musola, kafetaria/kantin, pelayanan medis, kesenian,
pendidikan/seminar, cuti, koperasi/toko, perumahan, transportasi karyawan, dan
lain sebagainya.
1. Mushala/tempat ibadah
Bagi perusahaan yang memiliki karyawan muslim penyediaan fasilitas
ibadah perlu diadakan, agar mereka tidak terlalu lama meninggalkan
pekerjaan hanya untuk mencari tempat ibadah.
2. Kafetaria/kantin
Bentuk program ini dimaksudkan untuk melayani karyawan dalam hal
makan dan minum, lebih-lebih kalau perusahaan jauh dari restoran atau
warung makan. Di samping itu, pengadaan kafetaria juga untuk
memperbaiki gizi karyawan, agar karyawan dapat melakukan pekerjaan
dengan baik (khususnya pekerjaan-pekerjaan berat).

Universitas Sumatera Utara

3. Pelayanan medis
Dokter yang dibantu oleh seorang perawat sangat diperlukan di perusahaan
untuk mengantisipasi karyawan yang kesehatannya terganggu, sehingga
dapat melanjutkan pekerjaan apabila penyakit yang dideritanya tidak terlalu
berat.
4. Pendidikan/seminar
Untuk menghadapi usangnya keahlian karyawan, atau untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan, sebagian besar perusahaan menengah dan besar
menyediakan beberapa bentuk bantuan biaya pendidikan. Tunjangan
pendidikan yang disediakan oleh perusahaan merupakan fringe benefits
yang

menguntungkan

pengetahuan

dan

kedua

belah

keterampilan

pihak.

tambahan

Karyawan
yang

memperoleh

bermanfaat

bagi

pengembangan pribadi, organisasi mendapatkan sumberdaya manusia yang
lebih terampil dan terlatih untuk melaksanakan peerjaan.
5. Cuti
Program ini merupakan usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan
rohani karyawan, diharapkan dengan adanya libur cuti dapat melepaskan
karyawan dari stress kerja dan semangat kembali saat masuk kerja.
6. Koperasi/toko
Ada beberapa perusahaan yang membuka koperasi untuk melayani
kebutuhan karyawan. Koperasi yang dibuka bisa memiliki beberapa divisi,
misalnya divisi penjualan (toko swalayan), divisi apotek, divisi pengurusan
SIM dan STNK mobil dan sepeda motor, serta divisi pengadaan tiket
pesawat terbang atau kereta api.Program koperasi akan terlaksana dengan

Universitas Sumatera Utara

efektif bila para anggota koperasi memiliki kredibilitas dan integritas moral
yang tinggi.
7. Perumahan
Tersedianya tempat tinggal bagi karyawan, misalnya rumah dinas, mess,
atau asrama perusahaan akan sangat membantu para karyawan dan
berdampak cukup besar terhadap pelaksanaan kerja. Dalam kenyataan,para
karyawan yang memiliki rumah sendiri akan lebih stabil dalam
melaksanakan pekerjaannya.
8. Transportasi karyawan
Tersedianya transportasi bagi karyawan akan sangat membantu para
karyawan dan berdampak cukup besar terhadap pelaksanaan kerja.
Jenis pelayanan kesejahteraan karyawan yang akan diberikan harus
selektif dan efektif untuk mendorong tujuan perusahaan, karyawan beserta
keluarganya. Sehingga penentuan atas jenis dari pelayanan kesejahteraan
karyawan tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati, bukan emosional.
2.2 Komunikasi Organisasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Manusia di dalam
kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Aktivitas
komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu
sejak bangun tidur hingga manusia beranjak tidur pada malam hari.Istilah

Universitas Sumatera Utara

komunikasi (Bahasa Inggris: Communication) mempunyai banyak arti. Menurut
etimologi, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu Communis, yang
berarti sama (Common). Dari kata Communis berubah menjadi kata kerja
kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan informasi kepada
pihak lain guna mendapatkan pengertian yang sama. Untuk mendapatkan
pengertian yang sama maka dalam mengkomunikasikan suatu informasi harus
ditetapkan terlebih dahulu suatu dasar titik temu yang sama.
Keith Davis (Mangkunegara, 2007: 145) mengungkapkan bahwa
“Communication is the transfer of information and understanding from one
person to another person”. (Komunikasi adalah pemindahan informasi dan
pemahaman

dari

seseorang

kepada

orang

lain).

Sedangkan

menurut

Mangkunegara (2007: 145) “komunikasi dapat diartikan sebagai proses
pemindahan suatu informasi, ide, pengertian, dari seseorang kepada orang lain
dengan harapan orang lain tersebut dapat menginterpretasikannya sesuaii dengan
tujuan yang dimaksud.
Menurut Wursanto (2005: 153) komunikasi adalah “suatu proses
penyampaian informasi dati satu pihak ke pihak lain untuk mendapatkan saling
pengertian“. Dari defenisi ini terkandung dua pengertian, yaitu proses dan
informasi. Proses merupakan suatu rangkaian dari langkah-langkah atau tahaptahap yang harus dilalu dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Proses komunikasi
merupakan rangkaian dari langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui
dalam pengiriman informasi.
Kehidupan manusia juga tidak terlepas dari yang namanya organisasi.
Organisasi merupakan suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling

Universitas Sumatera Utara

beriteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi
memiliki tugas dan fungsi, serta tujuan tertentu dan batasan yang jelas. Organisasi
terdiri dari sekelompok manusia yang diharapkan dapat bekerja sama sedemikian
rupa hingga dapat mencapai sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya oleh
organisasi tersebut. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau
tidak adanya komunikasi maka suatu organisasi dapat berantakan.
Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam
organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian
informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini merupakan beberapa
persepsi mengenai komunikasi organisasi oleh beberapa ahli (Pace dan Faules,
2005: 26), yakni sebagai berikut:
1. Persepsi Redding dan Saborn
Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau
komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi,
keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan
komunikasi evaluasi program.

Universitas Sumatera Utara

2. Persepsi Katz dan Kahn
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi organisasi merupakan arus informasi,
pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.
3. Persepsi Zelko dan Dance
Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu
sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam
organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan
yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya,
seperti komunikasi dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan
hubungan dengan masyarakat umum.Kemudian bersama Lesikar, mereka
menambahkan dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi
komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa
pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara
sesama anggota organisasi.
4. Persepsi Thayer
Thayer memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi, antara
lain:
a. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas
atau beroperasinya organisasi;
b. Berkenaan dengan peraturan organisasi seperti perintah , aturan, dan
perunjuk;

Universitas Sumatera Utara

c. Berkenaan

dengan

pemeliharaan

dan

pengembangan

organisasi

(hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan, dan latihan)
5. Persepsi Greenbaunm
Bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan
informal dalam organisasi.Greenbaunm membedakan komunikasi internal
dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sebagai
koordinasi pribadi dan tujuan organisasi serta masalah menggiatkan
aktivitas.
Berdasarkan berbagai persepsi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun
eksternal.
2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah, dan media.
3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya, dan keterampilannya.
Dari macam-macam persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi adalah proses yang terjadi dalam organisasi, dan terbagi
dalam empat aspek yaitu: komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi
horizontal, dan komunikasi lintas saluran. Komunikasi organisasi terjadi dalam
suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri
baik internal maupun eksternal.Komunikasi organisasi juga meliputi pesan dan
arusnya, tujuan, arah, dan media, serta meliputi orang dengan sikapnya,
perasaannya, hubungannya dan keterampilannya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Goldhaber (Liani, 2013) komunikasi organisasi adalah proses
saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah proses yang yang terjadi dalam organisasi, dan terbagi dalam
empat aspek yaitu: komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi
horizontal, dan komunikasi lintas saluran
2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi dalam Organisasi
Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur yang berperan yaitu
komunikator, pesan, saluran atau media komunikasi, komunikan, serta efek atau
umpan balik.
1. Komunikator (Communicator), yaitu orang yang memberi berita yang dalam
hal ini adalal orang yang berbicara, pengirim berita atau orang yang
memberitakan.
2. Pesan atau berita (Messege) yaitu pesan atau pesan-pesan, informasi atau
pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada
komunikan (audiens) melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang.
3. Saluran atau media komunikasi yaitu sarana tempat berlalunya simbolsimbol atau lambang-lambang yang mengandung makna berupa pesan atau
simbol dan lambang-lambang yang mengandung makna berupa pesan atau
pengertian.
4. Komunikan (Communicatee), yaitu orang yang dituju pihak penjawab atau
para pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita.

Universitas Sumatera Utara

5. Efek atau umpan balik adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh
komunikan, pengeruh atau kesan yang timbul setelah komunikasi menerima
pesan. Efek dapat berlanjut dengan memberikan respon, tanggapan, atau
jawaban yang disebut umpan balik.
Kelima unsur komunikasi ini harus ada dalam proses komunikasi, barulah
komunikasi itu dapat dikatakan komunikasi yang efektif dan baik.
2.2.3 Proses Komunikasi dalam Organisasi
Menurut Wursanto (2005: 154) proses komunikasi terbagi kedalam enam
tahap, antara lain:
1. Tahap penciptaan gagasan (tahap ideasi).
Hal yang dilakukan oleh pihak pengirim informasi (komunikator =
communictor)
2. Tahap penyusunan gagasan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda sandi
(tahap encoding).
Simbol atau tanda-tanda sandi dapat berupa gambar-gambar yang
mengandung arti, kata-kata (lisan maupun tertulis, gerakan atau dengan
mempergunakan bahasa badan (body language).
3. Tahap pengiriman (transmitting).
Gagasan yang telah disusun dalam bentuk simbol-simbol atau tanda-tanda
sandi disampaikan melalui saluran atau media komunikasi yang telah
disediakanoleh organisasi yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan
media komunikasi adalah saluran yang digunakan dalam menyampaikan
gagasan-gagasan atau pesan-pesan. Media yang digunakan ada bermacammacam, dapat dalam bentuk lisan dan tulisan. Media komunikasi lisan dapat

Universitas Sumatera Utara

dibedakan menjadi media komunikasi lisan secara langsung dan media
komunikasi lisan secara tidak langsung.
4. Tahap penerimaan.
Informasi yang dikirim oleh pihak komunikator melalui media komunikasi
diterima oleh pihak penerima informasi. Penerima informasi ini sering
disebut dengan istilah komunikan. Untuk menerima informasi dapat
dilakukan berbagai cara tergantung dari media komunikasi yang
dipergunakan. Apabila informasi itu disampaikan secara lisan, maka
penerima

informasi

disampaikan

secara

dapat

mendengarkan.

tertulis,

maka

Apabila

penerima

informasi

informasi

itu

dapar

membacakannya.
5. Tahap menginterpretasikan gagasan yang diterima.
Tahap ini sering disebut juga tahap decoding. Dalam tahap ini gagasangagasan atau pesan-pesan yang diterima diinterpretasikan atau diartikan.
6. Tahap pemberian tanggapan.
Ini merupakan tahap terakhir. Setelah pihak menerima berita (komunikan)
melakukan interpretasi terhadap informasi yang diterima, penerima berita
akan membarikan tanggapan. Tanggapan yang diberikan oleh penerima
berita sering disebut respon, umpan balik atau feedback respon atau
tanggapan yang diberikan oleh pihak komunikan dibedakan menjadi 6
macam, yaitu (1) respon langsung (2) respon tidak langsung (3) respon yang
kurang dimengerti (4) respon yang dapat dimengerti (5) respon yang bersifat
netral dan (6) respon yang bersifat negatif.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi memiliki fungsi yang sangat
penting diantaranya fungsi social dan fungsi pengambilan keputusan.Fungsi sosial
adalah untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain,
membangun dan memelihara hubungan.Fungsi pengambilan keputusan adalah
untuk memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat
tertentu, contohnya apakah kita memutuskan untuk pergi bekerja atau tidak.
Komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari uni-unit komunikasi dalam
hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lainnya, dan berfungsi
dalam

suatu

lingkungan (Pace

dan

Faules,

2005:

31).

Gambar

2.1

menggambarkan konsep suatu sistem organisasi, dimana garis putus-putus
menggambarkan bahwa hubungan-hubungan bukan bersifat alami melainkan
ditentukan, juga digambarkan bahwa struktur suatu organisasi bersifat luwes dan
dapat berubah sesuai dengan kekuatan-kekuatan lingkungan.
Gambar 2.1: Sistem Komunikasi Organisasi

Sumber: Pace & Faules (2005: 32)

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi dalam organisasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk
menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan, tugas, dan tanggung jawabnya.
Melalui proses interaksi, para anggota organisasi memeriksa eksistensi
kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian, dan keterusterangan
(Pace dan Faules, 2005: 154).
Sendjaja (Liani, 2013) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi
(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu.
2. Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Pada semua organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang
yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi persuasif
Dalam mengatur organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,

Universitas Sumatera Utara

maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk memersuasi bawahannya
daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua
saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (newsletter dan bulletin) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran
komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga maupun kegiatan darma wisata.
Pelaksanaan aktifitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi
yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
2.2.5 Arus Informasi dalam Organisasi
Dalam komunikasi organisasi kita berbicara tentang informasi yang
berpindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang
lain yang otoritasnya lebih rendah (komunikasi ke bawah). Informasi yang
bergerak dari suatu jabatan yang otoritasnya lebih rendah kepada orang yang
otoritasnya lebih tinggi (komunikasi ke atas). Serta informasi yang bergerak di
antara orang-orang yang memiliki otoritas atau jabatan yang setingkat atau
informasi yang bergerak diantara orang-orang yang tidak menjadi atasan atau
bawahan satu dengan yang lainnya atau menempati bagian fungsional yang
berbeda disebut komunikasi lintas saluran (Pace dan Faules, 2005: 183).

Universitas Sumatera Utara

2.2.5.1 Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Keith Davis (Pace dan Faules, 2005: 184), mengemukakan bahwa
komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir
dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih
rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen
kepada para karyawan; namun dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada
kelompok manajemen. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan,
tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
Katz dan Khan (Liani, 2006), mengemukakan bahwa aliran komunikasi ke
bawah mempunyai lima tujuan pokok:
1. Untuk memberikan pengarahan-pengarahan atau instruksi-instruksi kerja
tertentu (spesifik)
2. Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
(rational of a job)
3. Untuk memberikan informasi tentang prosedur-prosedur dan praktekpraktek organisasi
4. Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan
(karyawan)
5. Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan-tujuan yang ingin
dicapai.
Komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan tidak selalu
dapat berjalan lancar. Berbagai alasan dan faktor dapat menghambat jalannya
komunikasi ini, seperti kurangnya sifat keterbukaan diantara pimpinan dan
bawahan. Umumnya para pemimpin tidak terlalu memperhatikan arus komunikasi
ke bawah, informasi hanya diberikan jika pimpinan merasa informasi tersebut
penting bagi penyelesaian tugas.
Para pimpinan juga seringkali lebih percaya pada pesan tulisan.
Dibandingkan pesan yang disampaikan secara lisan atau tatapmuka pimpinan

Universitas Sumatera Utara

lebih percaya pada pesan tulisan, hal inilahyang menyebabkan pimpinan lebih
banyak menyampaikansan secara tertulis seperti buletin, manual yang cukup
mahal, sementara komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan. Pesan
yang berlebihan juga menyebabkan karyawan tidak membaca pesan-pesan yang
ada. Timing atau ketepatan waktu juga mempengaruhi bagaimana komunikasi ke
bawah, seharusnya pesan dikirimkan pada saat yang saling menguntungkan bagi
kedua belah pihak yaitu pada pimpinan dan karyawan (Liani, 2013).
Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe,
yaitu:
1. Instruksi tugas
Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan
mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya. Pesan itu bervariasi, bisa berupa perintah langsung,
deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu
melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya.
2. Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan
aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam
organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi
rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai
bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya
mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat
rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orang

Universitas Sumatera Utara

yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan
pesan rational yang banyak.
3. Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan
raisonal. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan
kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan-pesan
ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi
guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
4. Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan,
kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan intruksi dan
rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan
informasi.
5. Balikan
Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu
dalam melakukan pekerjaannya.Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini
adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya
atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya,
berarti pekerjaannya sudah memuaskan.Tetapi apabila hasil pekerjaan
karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan
terhadap karyawan tersebut.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur
hierarki dalam organisasi.Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu

Universitas Sumatera Utara

bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut. Yang perlu diperhatikan
juga ketika pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah, pimpinan hendaklah
mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang
potensial kepada tingkah laku karyawan.
Hasil studi Tompkin (Pace dan Faules, 2005: 184) mengenai komunikasi
ke bawah menyimpulkan bahwa:
1. Kebanyakan karyawan tidak menerima banyak informasi dari organisasinya.
2. Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang
banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan
keputusan.
3. Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan
karyawan dan paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka.
Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi
yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor dan
informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas.
4. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada
sumber yang penting lainnya
Menurut Arni Muhammad (Liani, 2013), persoalan komunikasi yang
sering muncul pada tingkatan ini adalah persoalan relevansi dan ketetapan, isi
pesan,dan informasi dimana pesan dan informasi tersebut telah mengalami
distorsi, gangguan, penyaringan, dan penyampaian yang tidak tepat.
2.2.5.2 Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi ke
semua karyawan dalam suatu organisasi, kecuali yang berada pada tingkatan yang
paling atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan baikan,
memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan.
Munurut Pace (Pace dan Faules, 2005: 192) komunikasi ke atas
mempunyai beberapa fungsi dan dianggap penting karena beberapa alasan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi
kegiatan orang-orang lainnya.
2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada supervisor kapan bawahan
mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan
menerima apa yang dikatakan kepada mereka.
3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong keluh kesah muncul
ke permukaan sehingga Supervisor tahu apa yang mengganggu mereka yang
paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.
4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi
dengan memberi kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan
pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai kegiatan
organisasi.
5. Komunikasi ke atas mengizinkan supervisor untuk menentukan apakah
bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
6. Komunikasi ke atas membantu karyawan yang mengalami masalah
pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan
mereka dan dengan organisasi tersebut.
Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam
membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat
mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan
mereka, mengenai teman-teman kerja, dan terlebih mengenai organisasi itu
sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2.2.5.3 komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Komunikasi horizontal adalah komunikasi penyampaian informasi di
antara orang-orang yang memiliki otoritas yang sama di dalam suatu organisasi.
Komunikasi horizontal terjadi secara mendatar, antara anggota staf dengan
anggota staf lainnya, antara sesama karyawan (Liani, 2013). Komunikasi
horizontal mempunyai tujuan tertentu menurut Arni Muhammad (Liani, 2013).,
diantaranya sebagai berikut:
1. Mengkoordinasi tugas-tugas.
2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide
dari banyak orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Oleh
karena itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide
yang lebih baik.
3. Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam
tingkatan yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan
masalah menmbahkan kepercayaan dan moral dari karyawan.
4. Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi
dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini
penting bagi perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga
akan menciptakan iklim organisasi yang baik.
5. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi
diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit
organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk ini
mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari
kesepakatan terhadap perubahan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

6. Menggambarkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu
kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh
sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat
hubungan diantara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan
dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan
emosional karyawan.
Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara
bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin
menghalangi komunikasi horizontal. Kahn dan katz (Liani, 2013) menyatakan
bahwa organisai yang agak lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi
horizontal ini. Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk
berkuasa. Dengan meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan
menjadi tergantung kepada informasi yang disampaikan secara vertikal.
Pemerintah yang otoriter adalah contoh yang ekstrim yang mengontrol
komunikasi horizontal.
Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa apabila komunikasi horizontal terlalu
berkembang serta tidak terkontrol, dan bila karyawa tidak mengajukan pertanyaan
dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan
dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja tidaklah menyangkut
hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan
dengan tugas-tugasnya.
2.2.5.4 Komunikasi Lintas Saluran
Komunikasi lintas saluran ini terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan
yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka

Universitas Sumatera Utara

pengarahan arus informasi bersifat informal atau pribadi.Informasi ini mengalir ke
atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi,
kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan
informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir ke
seluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan.
Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan nama desas-desus
(grapevine) atau kabar angin. Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan
sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak
dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Walaupun grapevine
membawa informasi yang informal, tetapi ada manfaatnya bagi organisasi.
Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan.
Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam
bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan.
2.2.6 Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi, suatu
evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon
karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar
personal,

dan

kesempatan

untuk

tumbuhan

dalam organisasi

tersebut.

Iklimkomunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang
berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Iklim komunikasi
adalah persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa
organisasi dapat dipercaya, mendukung mereka, terbuka kepada mereka, menaruh
perhatian kepada mereka, dan secara aktif meminta pendapat mereka, serta
memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Iklim komunikasi sebuah organisasi dapat mempengaruhi cara hidup
seseorang, kepada siapa kita bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan
kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang kita
ingin capai, dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi.
Redding (Liani, 2013) menyatakan bahwa, iklim komunikasi organisasi adalah
jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi sematamata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.
Iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari
fenomena global yang disebut komunikasi organisasi.Iklim berkembang dari
interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat
itu.Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari
persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi. Iklim secara
umum dan khusus berlaku sebagai faktor-faktor penengah antara unsur-unsur
sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang berbeda dalam keefektifan organisasi
seperti produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas.
Poole (Pace dan Faules, 2005: 146) mengatakan bahwa iklim muncul dan
didukung oleh praktek-praktek organisasi. Masih dalam buku yang sama, ahli lain
seperti Kopelman, Brief dan Guzzo (1989) membuat hipotesis dan menyatakan
bahwa iklim organisasi yang meliputiiklim komunikasi penting karena
menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan
produktivitas. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa bila sebuah organisasi
melaksanakan suatu rencana insentif keuangan baru atau berperan serta dalam
pembuatan keputusan, akan memiliki kemungkinan munculnya perubahan dalam

Universitas Sumatera Utara

iklim organisasi. Pada gilirannya iklim ini mungkin saja dapat mempengaruhi
kinerja dan produktivitas karyawan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Pace dan Peterson menunjukkan
bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi
organisasi (Pace dan Faules, 2005: 151). Keenam faktor tersebut adalah:
1. Kepercayaan
Karyawan disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan yang didalamnya ada kepercayaan, keyakinan,
dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan.
2. Pembuatan keputusan bersama
Para

karyawan

disemua

tingkat

dalam

organisasi

harus

diajak

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua
wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para
karyawan disemua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dengan
manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan
keputusan dan penentuan tujuan.
3. Kejujuran
Suasana umum yang diliput i kejujuran, dan keterusterangan harus mewarnai
hubungan-hubungan dalam organisasi, juga para karyawan harus mampu
mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan
apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau atasan.
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif
mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas

Universitas Sumatera Utara

mereka saat

itu, yang

mempengaruhi kemampuan mereka untuk

mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagianbagian lainnya, dan berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya,
para pemimpin dan rencana-rencana perusahaan.
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Karyawan di setiap tingkat dalamarus organisasi mendengarkan saran-saran
atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan karyawan di setiap tingkat
bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran
terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk
dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu
komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi; produktivitas tinggi;
kualitas tinggi; biaya rendah; demikian pula menunjukkan perhatian besar
pada anggota organisasi lainnya.
Iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungandari
suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Iklim berkembang
dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifatsifat tersebut. Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi.
Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkas menjadi
lima kategori besar: anggota organisasi, pekerjaan dalam organisasi, praktikpraktik pengelolaan, struktur organisasi, dan pedoman organisasi (Pace dan
Faules, 2005: 159).

Universitas Sumatera Utara

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat
dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi
tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil
risiko, mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam
mengerjakan tugas-tugas mereka. Para anggota organisasi yang akhirnya akan
menentukan dan meneguhkan eksistensi pengaruh komunikasi. Iklim komunikasi
tertentu akan memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif adalah seperti: jujur dalam bekerja,
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan dan tepat waktu, dan
meningkatkan loyalitas pada organisasi tempat ia bekerja. Iklim komunikasi
seperti ini yang akan menjadi iklim komunikasi yang baik karena memberikan
pengaruh yang baik pula bagi para karyawannya. Sedangkan iklim komunikasi
yang negatif akan merusak keputusan mengenai bagaimana mereka akan bekerja
dan berpatisipasi dalam organisasi yang dibuat oleh anggota organisasi itu sendiri.
Maka dapat disimpulkan, bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai
pengaruh dan konsekuensi yang penting pada masa kerja karyawan. Dengan
terciptanya iklim komunikasi yang positif maka hal ini akan meningkatkan
komitmen karyawan pada organisasi (Pace dan Faules, 2005: 160).
2.2.7 Indikator-indikator Komunikasi dalam Organisasi
Dalam memahami komunikasi kita harus memahami apa saja indikator
dalam mencapai komunikasi yang efektif. Indikator komunikasi agar lebih efektif
ada empat (Suranto, 2005) diantaranya:

Universitas Sumatera Utara

1. Pemahaman, merupakan suatu kemampuan memahami pesan secara cermat
sebagaimana yang disampaikan

oleh komunikator. Dalam hal ini

komunikan dikatakan efektif apabila mampu memahami secara tepat.
Sedang komunikator dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan
pesan secara cermat.
2. Kesenangan, Apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan
informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan ke
dua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar
transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi secara
menyenangkan untuk memupuk hubungan insani.
3. Pengaruh pada sikap, Apabila seorang komunikan setelah menerima pesan
kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu. Tindakan
mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di
perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap
orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan
kita.
4. Hubungan yang makin baik, Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif
secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Di
perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk
menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi kadangkadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk membina
hubungan baik.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Pengalaman Kerja
2.3.1 Pengertian Pengalaman kerja
Pengalaman kerja adalah proses pembentukkan pengetahuan atau
keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan
tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan (Manulang, 1984: 15). Pengalaman
kerja merupakan pengetahuan yang diperoleh selama karyawan tersebut bekerja
pada perusahaan ditempat kerjanya. Semakin lama pengalaman kerja yang mereka
miliki semakin banyak pengetahuan yang mereka peroleh. Semakin lama seorang
karyawan bekerja maka semakin cepat dan semakin terampil mereka
menyelesaikan pekerjaan dan hasil kerjanya semakin baik dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki pengalaman kerja. Pengalaman kerja adalah
keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang
dilalui dalam perjalanan hidupnya (Siagian, 2003: 102). Alwi (Sartika, 2015)
menjelaskan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah jangka waktu atau
lamanya seseorang bekerja pada suatu instansi, kantor, atau sebagainya. Pendapat
lain mengemukakan pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau
masa kerja yang telah ditempuh seseorang, dapat memahami tugas-tugas suatu
pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik (Ranupandojo, 1984: 71).
Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para
karyawan

dalam

menjalankan

tugas-tugas

yang

dibebankan

kepadanya

(Nitisemito, 1988).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Pengukuran Pengalaman Kerja
Pengukuran pengalaman kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan
mendorong efisiensi dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Beberapa hal yang
digunakan untuk mengukut pengalaman kerja seseorang adalah (Asri, 1986: 131):
1. Gerakannya mantap dan lancar. Setiap karyawan yang berpengalaman akan
melakukan gerakan yang mantap dalam bekerja tanpa disertai keraguan.
2. Gerakannya berirama. Artinya tercipta dari kebiasaan dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari.
3. Lebih cepat menanggapi tanda-tanda. Artinya tanda-tanda seperti akan
terjadi kecelakaan kerja.
4. Dapat

menduga

akan

timbulnya

kesulitan

sehingga

lebih

siap

menghadapinya. Karena didukung oleh pengalaman kerja dimilikinya maka
seoran