MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI PADA KONSEP LAJU REAKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMU.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... . i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN . ... iii

KATA PENGANTAR .. ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI .. ... vii

DAFTAR TABEL .. ... ix

DAFTAR GAMBAR . ... x

DAFTAR LAMPIRAN . ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II INKUIRI LABORATORIUM BERBASIS TI PADA KONSEP LAJU REAKSI UNTUK MENINGKATKAN GENERIK SAINS DAN BERPIKIR KREATIF A.Inkuiri Laboratorium Dalam Pembelajaran Kimia ... 13

B. Teknologi Informasi dalam Pembelajaran ... 19

C. Karakteristik Inkuiri Laboratorium Berbasis TI pada Konsep Laju Reaksi……….... D.Pemahaman Konsep Kimia ... 25

E. Keterampilan Generik Sains Sebagai Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 25

F. Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran ... 28


(2)

ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian……….. 34

B. Subyek Penelitian……… 35

C. Prosedur Penelitian ... 36

D. Instrumen Penelitian………. 39

E. Pengujian Instrumen………. 40

F. Teknik Analisis Data……… 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(3)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1. Analisis Konsep Laju Reaksi ... 32

3.1 Kriteria Indeks Kemudahan . ... 33

3.2 Kriteria Indeks Daya Pembeda .. ... 34

3.3 Koefisien Reliabilitas Soal .. ... 35

3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian . ... 38

4.1 Deskripsi Skor Penguasaan Konsep Kedua kelas ... 39

4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Penguasaan Konsep .. ... 41

4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Penguasaan Konsep . ... 42

4.4 Deskripsi Skor Keterampilan Generik Kedua kelas ... 46

4.5 Hasil Uji Normalitas Keterampilan Generik Sains.. ... 47

4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Keterampilan Generik Sains . ... 48

4.7 Deskripsi Skor Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa ... 51

4.8 Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kreatif.. ... 52

4.9 Hasil Uji Homogenitas Data Keterampilan Berpikir Kreatif . ... 53

4.10 Rekapitulasi tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif .. ... 56


(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Desain Penelitian . ... 30

3.2 Alur Penelitian .. ... 32

4.1. Animasi molekuler faktor konsentrasi. ... 23

4.2 Grafik dan pertanyaan interaktif ... 24

4.3 Animasi interaktif faktor luas permukaan ... ... 4.4 Skor rata-rata, Standar Deviasi pre tes, postes, dan gain Ternormalisasi kedua kelompok ... 43

4.5 Grafik Distribusi skor pre tes, post tes, N-Gain Kelas kontrol dan kelas eksperimen pada setiap konsep .. ... 45

4.6 Grafik Penguasaan keterampilan Generik Sains pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 49

4.7 Grafik penguasaan keterampilan Berpikir Kreatif pada kelas kontrol dan kelas eksperimen .. ... 49


(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.1 Peta Konsep Laju Reaksi ... 79

A.2 Analisis Konsep Laju Reaksi .. ... 80

A.3 Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ... 82

A.4 Rencana Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 83

A.5.Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol... 85

A.6 Kisi-Kisi Soal Laju Reaksi .. ... 90

B.1 Kuesioner Untuk guru .. ... 100

B.2 Kuesioner Untuk siswa ... ... 102

B.3 Pedoman Observasi. ... 104

C.1 Data Mentah Ujicoba Instrumen Tes ... 105

C.2 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Tes ……… 107

D.1 Data Penelitian Skor Pretes .. ... 108

D.2 Data Penelitian Skor Postes ... 110

D.3 Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Laju Reaksi.. ... 112

D.4 Rekapitulasi N-gain Keterampilan Generis Sains ... 113

D.5 Rekapitulasi N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif.. ... 115

D.6 Rekapitulasi Tanggapan siswa Terhadap Model Pembelajaran... 117

E.1 Uji Normalitas Skor Pretes, Postes, dan N-gain ternormalisasi Penguasaan Konsep Laju Reaksi ... E.2 Uji Normalitas Skor Pretes, Postes, dan N-gain ternormalisasi Keterampilan Generik Sains ... ... 121

E.3 Uji Normalitas Skor Pretes, Postes, dan N-gain ternormalisasi Keterampilan Berpikir Kreatif... . 123

E.4 Hasil Uji Homogenitas ... ... 124

E.5 Hasil Uji t ... 125

E.6 Hasil Uji Korelasi Penguasaan Konsep Terhadap KGS... 12

E.7 Hasil Uji Korelasi Penguasaan Konsep Terhadap KBK... 132


(6)

vi

F.1 Flowchart Multimedia laju Reaksi... 126

F.2 Storyboard Multimedia Laju Reaksi... 127

F.3 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian .. ... 133


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang

literate terhadap sains. Selama ini pembelajaran IPA di sekolah lebih banyak

menggunakan metode mengajar secara informatif. Secara konvensional guru mengajarkan fakta-fakta, rumus-rumus, hukum-hukum atau masalah-masalah tertentu dan siswa menghafalkannya. Dalam konteks pembelajaran IPA seperti itu produk lebih diutamakan daripada proses dan sikap ilmiah.

Tujuan pembelajaran kimia adalah untuk menguasai konsep dan manfaat kimia dalam kehidupan sehari-hari (Puskur, 2003). Agar dapat memperoleh manfaat dari kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan, pembelajaran kimia perlu disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari. Pembelajaran seperti ini akan memberikan makna yang dalam bagi siswa. Belajar bermakna yang merupakan inti dari teori Ausubel merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Jadi, proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, namun berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan mudah diterapkan.


(8)

2 Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah para guru dalam menerapkan pembelajaran yang telah diformulasi dalam kurikulum-kurikulum yang pernah dan sedang diterapkan serta kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan berbagai media yang tersedia. Sering kali pola pembelajaran antara satu materi dengan materi lainnya diterapkan sama, tanpa memperhatikan tingkat kesulitan dari mata pelajaran tersebut.

Pada saat yang sama kita juga memasuki era informasi. Teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang dan cenderung akan terus mempengaruhi segenap kehidupan manusia. Perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat ini berpengaruh juga terhadap pribadi, aktivitas, kehidupan ataupun cara berpikir. Perkembangan ini perlu juga dikenalkan pada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman untuk menerapkan dan menggunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran saat ini banyak dikembangkan media-media pembelajaran berbasis komputer, salah satunya pembuatan dan pengembangan software dalam media pembelajaran.

Perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi ini memungkinkan dihasilkannnya berbagai multimedia interaktif dalam pembelajaran yang dapat memudahkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari konsep kimia. Hal ini dijelaskan oleh Matsumoto dalam (Wahyuni, 2008) bahwa teknologi komputer memiliki potensi mengajarkan keterampilan berpikir.


(9)

3 Guru sebagai agen perubahan bagi siswa-siswanya memerlukan upaya maksimal dalam membelajarkan siswa melalui pendekatan, model, metode dan strategi, yang tujuannya diharapkan siswa lebih paham terhadap konsep yang mereka pelajari.

Gejala peran guru sebagai “teacher centre” kiranya dapat diubah melalui pembelajaran ”student oriented” sehingga guru tidak berfungsi sebagai ”transfer

of knowledge”, melainkan sebagai fasilitator dan ”transfer of value”.

Pengembangan pembelajaran ini salah satunya dapat diakomodasikan melalui pendekatan inkuri dengan asumsi metode inkuiri memungkinkan siswa menggunakan segala potensinya (kognitif, psikomotor dan afektif) terutama proses mental (sikap ilmiah) untuk menemukan sendiri konsep atau prinsip-prinsip dalam konsep kimia.

Pendekatan dalam pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa mampu memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk hands-on activity. Dengan kata lain, pendekatan inkuiri dalam pembelajaran kimia dapat mengakomodasi proses bekerja ilmiah, pemahaman dan aplikasi konsep.

Beberapa sumber (NSTA & AETS,1998; National Research Council/NRC,2000) menyatakan inkuiri sebagai penggunaan dan pengembangan


(10)

4 et al. (2001) mengemukakan inkuiri sebagai aktivitas eksperimental untuk menguji suatu hipotesis.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Puskur,2006) memasukkan kemampuan inkuiri ke dalam ruang lingkup bahan kajian. Menurut Mc Neal dan D'Avanzo (1996) bahwa metode inkuiri terbaik dalam pembelajaran kimia adalah kegiatan laboratorium dan diskusi kelas. Metode ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan berpikir serta menemukan sendiri konsep dasar atau prinsip melalui aktivitas yang dilakukan.

Apabila mengacu kepada NRC (1996), inkuiri memegang peranan penting dalam pembelajaran IPA dalam hal ini kimia. Inkuiri diperlukan sebagai alat untuk mengukur karakteristik proses pembelajaran berupa berpikir sains, investigasi serta membangun konsep. Sebagai konsekwensinya maka inkuiri harus memiliki tujuan yang dapat membimbing, objektif, memiliki strategi dan teknik mengajar yang selektif dan mampu mengembangkan prosedur penilaian. Di samping itu inkuiri dibangun berdasarkan pemahaman bahwa pembelajaran kimia pada hakekatnya adalah pembelajaran yang meliputi konten dan proses.

Inkuiri dapat diterapkan sebagai strategi pembelajaran , kemampuan (ability) , dan gagasan yang dipelajari. Menurut Eugene.L.C dan Thomas.R (2006) melalui inkuiri, membangun konsep dalam pembelajaran kimia dapat dilakukan melalui empat tahapan kegiatan yaitu : (1) konten; (2) konten dengan proses ( teaching sains as inquiry); (3) proses dengan konten (teaching science by


(11)

5 Guru kimia yang profesional adalah guru yang selalu membangun suasana ilmiah (academic atmosphere), memberikan kesempatan kepada siswa belajar dari berbagai sumber belajar dan membangun makna baik melalui interaksi sosial maupun interaksi personal, serta menginternalisasi cara ilmu pengetahuan diperoleh dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran kimia hendaknya memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan keseluruhan hakekat kimia tersebut. Untuk itu fenomena alam sebaiknya dapat langsung diobservasi oleh siswa (hands-on experience), observasi di tempat terjadinya fenomena tersebut (natural setting) dan atau fenomena alam tersebut dibawa ke laboratorium. Adapun eksperimen merupakan mata rantai untuk menghubungkan apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia, membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia, siswa aktif berpartisipasi, serta mengembangkan dari keadaan konkrit ke arah abstrak. Dalam kenyataannya di negara kita kondisi sekolah dan kemauan guru sampai saat ini sulit untuk melaksanakan pembelajaran dengan metoda laboratorium.

Untuk mata pelajaran kimia, siswa menganggap bahwa mata pelajaran ini sulit dipahami terutama pada konsep-konsep abstrak. Menurut penelitian Liliasari (1996), rendahnya penguasaan konsep kimia disebabkan oleh pola pikir rasional yang rendah,pada pembentukan sistem konseptual kimia. Pola pikir rasional yang rendah ini terutama pada pembentukan sistem konseptual pada diri siswa dikarenakan guru pada pengajarannya kurang variatif,hanya menggunakan kecenderungan pada salah satu metoda saja,akibatnya siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar , siswa lebih banyak mendengar dan menulis keterangan


(12)

6 guru, menyebabkan isi pelajaran kimia sebagai hapalan; akibatnya siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya . Siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya, mengakibatkan semakin sulit untuk memahami konsep yang diberikan oleh seorang guru. Jadi belajar kimia memerlukan kemampuan untuk dapat membangun konsep, agar bila ditelaah untuk memperoleh pemahaman yang lebih lanjut konsep-konsep inilah yang diuji keterapannya (Liliasari , 2005).

Lebih lanjut (Liliasari,2007) menjelaskan bahwa pada umumnya dalam pembelajaran kimia, siswa dituntut untuk banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia secara verbalistik sehingga dampaknya, siswa umumnya hanya ‘hafal’ peristilahan kimia tanpa makna. Selain itu banyaknya konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam kimia yang perlu dipelajari menyebabkan munculnya kejenuhan siswa dalam mempelajari kimia secara hafalan. Akibatnya siswa mempunyai kemampuan yang rendah dalam merencanakan percobaan (praktikum) di laboratorium

Untuk dapat memenangkan tantangan pendidikan global di masa mendatang maka tantangan tersebut harus dihadapai melalui paradigma baru belajar kimia yaitu melalui peningkatan keterampilan generik sains siswa atau memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan konsep tersebut atau dengan membekali siswa dengan keterampilan berpikir, dari mempelajari kimia menjadi berpikir melalui kimia . Dengan demikian hasil belajar kimia dapat berupa kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan siswa yang dimilikinya .


(13)

7 Di lain pihak siswa telah terbiasa mengerjakan praktikum atau dalam proses pembelajaran selalu seperti menggunakan buku resep . Hal ini menyebabkan keterampilan berpikir kreatif siswa menjadi tidak terasah. Sebenarnya banyak fakta kimia dengan gejala makroskopik yang menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai landasan pengembangan pendekatan pembelajaran yang ditujukan untuk memotivasi belajar siswa, melatih berpikir generik dan berpikir kreatif serta mengembangkan ketrampilan proses sains .

Menurut Susianna, Sidharta (2003), perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam lingkungan pembelajaran berhubungan erat dengan cara guru mengajar. Pola pengajaran dan interaksi yang lebih memberi kepercayaan, penghargaan dan dorongan terhadap kemampuan peserta didik untuk mencari pemecahan masalah dari setiap kasus pengajaran yang dihadapi akan lebih membangkitkan keberanian untuk mencoba, mengemukakan dan mengkaji gagasan atau cara-cara baru yang merupakan benih terciptanya kemampuan kreativitas.

Kartimi (2003) dengan penelitiannya pengembangan model pembelajaran interaktif berbasis komputer untuk bahan kajian partikel-partikel materi sebagai wahana pendidikan siswa SLTP, menemukan bahwa model pembelajaran yang menggunakan komputer dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dan mampu menyajikan materi yang biasanya dilakukan oleh guru sehingga guru dapat lebih memperhatikan siswanya yang lambat dalam penerimaan pelajaran.


(14)

8 Pemanfaatan simulasi komputer digunakan sebagai alternatif media pembelajaran dalam pembelajaran kimia .

Wahyuni, Kristi (2008) Selain penguasaan konsep, pembelajaran berbasis multimedia interaktif juga dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa.

Untuk kepentingan penelitian ini salah satu materi kimia yang dipilih adalah laju reaksi. Materi laju reaksi meliputi studi tentang pengertian laju reaksi , faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, faktor konsentrasi, faktor suhu, faktor luas permukaan, faktor katalis, energi aktivasi dan teori tumbukan . Beberapa sub konsep laju reaksi mencakup beberapa konsep abstrak yang cukup sulit divisualisasikan, termasuk dengan praktikum di laboratorium sekalipun. Misalnya pada pembelajaran konsep energi aktivasi dan teori tumbukan molekul. . Selain itu materi ini juga melibatkan cukup banyak persamaan matematis. Karakteristik materi laju reaksi seperti disebutkan di atas menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep ini dengan baik.

Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep laju reaksi yang abstrak dan sulit divisualisasikan dapat diatasi, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi komputer. Teknologi komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk interaksi sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Konsep-konsep kimia tersebut direalisasikan dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari. Sejumlah bentuk interaksi dapat dimunculkan melalui media komputer


(15)

9 seperti penyajian praktik dan latihan, tutorial, permainan, simulasi, penemuan, dan pemecahan masalah.

Melalui rancangan tertentu, siswa dimungkinkan untuk memberikan respon, menerima umpan balik, mempelajari materi yang lebih disukai terlebih dahulu, menerima koreksi, mempunyai kesempatan untuk melakukan perbaikan, dan memperoleh penguatan yang memadai.

Berdasarkan latar belakang tadi maka penelitian ini berjudul Model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI pada konsep laju reaksi untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMU.


(16)

10 B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas , maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI pada konsep laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMU ?

Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI untuk meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif beserta perangkatnya?

2. Bagaimana pemahaman konsep siswa pada materi laju reaksi melalui implementasi model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI ?

3. Bagaimana keterampilan generik sains siswa pada materi laju reaksi melalui penerapan model pembelajaran laboratorium berbasis TI?

4. Bagaimana keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi laju reaksi melalui penerapan model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI? 5. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran yang


(17)

11 C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum, tujuan utama yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperoleh rancangan model pembelajaran inkuiri laboratoriumberbasis TI guna meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan generik, dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi laju reaksi. Secara rinci tujuan yang akan dicapai meliputi :

1. Menghasilkan model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI yang dapat meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan generik sains serta keterampilan berpikir kreatif.

2. Untuk meningkatkan pemahaman konsep dengan model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI.

3. Untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa melalui pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI.

4. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI

5. Untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa tentang model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI dalam proses pembelajaran.


(18)

12 D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dan teoritis untuk peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar kimia di SMA .

1. Manfaat Praktis

a) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan suatu alternatif model pembelajaran baru untuk mencapai ketuntasan belajar pada materi laju reaksi.

b) Bagi siswa, model pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi belajar kimia .

c) Bagi peneliti lain, hasil penelitian maupun beberapa keterbatasan yang dihadapi dijadikan salah satu rujukan untuk pengembangan model lebih lanjut.

2. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengembangan pembelajaran inkuiri berbasis TI serta dalam pengembangan kurikulum IPA khususnya kimia di SMA.


(19)

13 E. Defenisi Operasional

1. Model Pembelajaran Inkuiri laboratorium merupakan model

pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah dan aktivitas eksperimen sehingga siswa mampu mengorganisasikan pengalaman belajar dengan langkah-langkah yang sistematis (Rustaman,1996)

2. Teknologi Informasi dimaksudkan suatu kombinasi beberapa atau semua elemen-elemen teks, grafik, animasi, suara dan video menggunakan platform komputerisasi. (Suyanto dalam Kristi, 2008). Multimedia dalam penelitian ini terdapat kombinasi elemen teks, grafik dan animasi. 3. Keterampilan Generik Sains adalah merupakan kemampuan berpikir

dan bertindak (siswa) berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, yang diperoleh dari hasil belajar. Keterampilan generik sains meliputi : komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah, inisiatif dan usaha, merencanakan dan mengorganisasi, managemen diri, keterampilan belajar dan keterampilan teknologi (Rustaman, 2008).

4. Keterampilan Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli, estetis dan konstruktif yang berhubungan dengan pandangan dan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan yang tersedia untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir (Liliasari, 1999).


(20)

14 5. Penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah pembelajaran sesuai dengan konsep yang dipelajari, sehingga dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi (Kartimi 2003).Pada penelitian ini penguasaan konsep yang dimaksudkan adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes selama proses belajar mengajar pada materi laju reaksi.


(21)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kreatif. Penelitian ini terdiri dari kajian teoretik dan studi eksperimen. Kajian teoretik berupa studi literatur dan pengembangan model sedangkan studi eksperimen dalam bentuk implementasi model pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pretest - Postest Control

Group Design. Dalam desain penelitiannya terdapat langkah-langkah yang

menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, tahapan pada kelas eksperimen yaitu : (1) tahap Observasi awal (O), (2) tahap perlakuan model (X1), (3) Observasi akhir (O), sedangkan tahapan pada kelas kontrol yaitu: (1) tahap Observasi awal (O), (2) tahap pembelajaran konvensional (X2 ), (3) tahap observasi akhir (O).

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Kelas Eksperimen O X1 O

Kelas Kontrol O X2 O


(22)

35 Keterangan:

O adalah tes awal dan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur kompetensi kognititf awal dan akhir siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tes awal dan tes akhir sama yakni berupa soal tes pilihan ganda pada konsep laju reaksi . X1 adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran laju reaksi yang didukung oleh penggunaan teknologi informasi yang dirancang dan dikemas dalam suatu software yang digunakan sebagai media dalam penerapan model pembelajaran.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Ternate. Subyek dalam penelitian ini adalah : siswa kelas XI IPA yang berjumlah 30 orang untuk kelas eksperimen dan 26 orang untuk kelas kontrol.

Alasan pemilihan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian, karena komputer menjadi mata pelajaran wajib bagi siswanya, sehingga peserta didik sudah terbiasa dan mampu mengoperasikan komputer. Sekolah ini sudah dilengkapi dengan fasilitas teknologi informasi yang cukup memadai, mulai dari laboratorium komputer dengan 30 buah komputer Pentium 4, dengan jaringan internet yang dapat diakses dari pukul 07.00 - 14.30 di ruang multimedia. Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA semester ganjil sebanyak 2 kelas, yang ditentukan berdasarkan acak dari lima kelas yang ada.


(23)

36 C. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian digunakan alur penelitian. Alur penelitian ini adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan praktis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Alur penelitian yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.2.

Tahapan-tahapan prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini meliputi:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat pembelajaran dan pengembangan instrumen penelitian. Langkah pertama diawali dengan: a) Studi literatur terhadap Silabus Mata Pelajaran Kimia dan buku-buku kimia untuk menganalisis konsep-konsep penting yang pada proses pembelajarannya perlu dilatihkan dengan keterampilan generik sains dan berpikir kreatif, b) membuat analisis konsep untuk menentukan label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut konsep, hierarki konsep, c) membuat peta konsep yang meliputi konsep-konsep yang relevan dengan menggunakan kata penghubung, d) studi keterampilan generik sains dan berpikir kreatif untuk menentukan indikator yang akan dikembangkan dalam model pembelajaran berbasis komputer, e) studi simulasi komputer dan membuat skenario pembelajaran yang didalamnya terdapat definisi konsep, tujuan pembelajaran khusus dengan model presentasi, f) membuat rancangan program simulasi komputer pembelajaran laju reaksi, g) menyusun model pembelajaran berbasis komputer yang didalamnya terdapat definisi konsep, indikator keterampilan generik dan berpikir kreatif yang dikembangkan, tujuan pembelajaran khusus, kegiatan pembelajaran dengan alat evaluasi.


(24)

37 Gambar 3.2 Alur Penelitian

Kajian Teoritik

ltudi Bahan Kajian Laju Reaksi

ltudi Keterampilan Generik lains dan Keterampilan Berpikir Kreatif

ltudi limulasi Komputer

Analisis dan Pemilihan Indikator Keterampilan Generik dan Keterampilan Berpikir Kreatif yang relevan

Analisis Konsep Laju

Reaksi Pembuatan lkenario

Perumusan Model Pembelajaran

Laboratorium Berbasis TI

Rancangan Program limulasi Komputer

Penyusunan Instrumen : Tes, Pedoman Wawancara dan angket

Validasi , Uji Coba, dan Revisi

Implementasi Model Pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Tes awal Tes awal

Pembelajaran Inkuiri lab konvensional Pembelajaran Inkuiri Berbasis TI

Tes Akhir

Tes Akhir

Kuesioner

Analisis Data

Temuan


(25)

38 Sedangkan pengembangan instrumen meliputi langkah-langkah:

a. Penyusunan kisi-kisi soal penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif. b. Penimbangan instrumen oleh pakar.

c. Uji coba instrumen. d. Revisi instrumen.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan penerapan model pembelajaran yang telah dibuat. Dalam penerapan model pembelajaran inkiri laboratorium berbasis Teknologi Informasi, siswa melakukan kegiatan belajar praktikum kimia (materi Laju reaksi) dengan menggunakan software pembelajaran, sedangkan guru pendamping dan peneliti sebagai observer yang mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Implementasi model pembelajaran berbasis komputer ini dilakukan pada satu kelas eksperimen yang dimulai dengan pemberian tes awal, kemudian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis komputer. Satu kelas kontrol dimulai dengan pemberian tes awal dan kegiatan pembelajaran konvensional, kemudian kedua kelas tersebut diakhiri dengan tes akhir. Implementasi model pembelajaran memerlukan waktu 6 jam pelajaran, yang terdiri dari 1 jam pelajaran (1 x 45 menit) untuk tes awal, 1 jam pelajaran (1 x 45 menit) untuk tes akhir, 4 jam pelajaran (4 x 45 menit) kegiatan pembelajaran praktikum dengan model Inkuiri laboratorium berbasis komputer dilaksanakan di laboratorium komputer.

Tes awal dan tes akhir meliputi penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kreatif. Selanjutnya siswa diminta mengisi angket untuk


(26)

39 memberikan tanggapan mengenai model pembelajaran yang diterapkan. Kemudian wawancara dilakukan dengan guru pendamping untuk meminta tanggapan mengenai penerapan model pembelajaran yang digunakan.

c. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan

Setelah implementasi model pembelajaran dilakukan, dan semua data kuantitatif yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik, secara deskriptif. Data kualitatif diolah, kemudian dilakukan penyusunan laporan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Tes Tertulis

Tes tertulis berisi soal-soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep laju reaksi, dan mengukur penguasaan keterampilan generik sains dan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran. Tes tertulis terdiri dari 20 soal pilihan ganda serta 6 soal essay. Sebelum soal digunakan, terlebih dahulu diujicoba pada siswa kelas XII IPA pada salah satu SMA Negeri di Kota Ternate yang telah mempelajari materi pelajaran laju reaksi. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran soal, daya pembeda dan reliabilitas.


(27)

40 b. Lembar Panduan Wawancara dan Angket

Angket digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa mengenai penggunaan teknologi informasi (multimedia interaktif) dalam pembelajaran pada topik laju reaksi, penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif, serta keterampilan generik sains siswa. Lembar panduan wawancara yang digunakan untuk mengungkap tanggapan guru mengenai penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran pada topik Laju reaksi yang dikembangkan dan dilakukan setelah selesai implementasi pembelajaran, kendala-kendala yang dihadapi dan kesan guru terhadap model pembelajaran ini.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi dimasudkan untuk mengobservasi keefektifan proses pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis teknologi Informasi. Model pembelajaran yang didesain dalam pembelajaran ini menggunakan multimedia interaktif yang dikemas dalam bentuk CD pembelajaran.

E. Pengujian Instrumen a. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total yang diperoleh. Sebuah soal memiliki validitas yang, tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal


(28)

41 digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson (Arikunto, 2006), sebagai berikut:

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = banyaknya subyek (jumlah siswa) X = Nilai X (skor butir soal)

Y = Nilai Y (skor total)

Kriteria validitas soal menurut Arikunto (2006) adalah sebagai berikut: 0,80 < r, <_ 1,00 : Sangat tinggi

0,60 < ry S 0,80 : Tinggi 0,40 < ry <- 0,60 : Cukup 0,20 < ry <- 0,40 : Rendah 0,00 < ry <- 0,20 : Sangat rendah

Untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut:

2 1 2 xy xy r n r t − −

= (Sudjana, 1996)

Keterangan:

t = Daya pembeda dari uji-t n = Jumlah subjek


(29)

42 Hasil pengujian diperoleh bahwa terdapat 5 soal yang sangat rendah yaitu soal nomor 2, 7, 13, 18 dan 23. Dalam penelitian ini diputuskan soal tersebut tidak dipakai.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat evaluasi dalam mengukur ketepatan siswa menjawab soal yang diujikan satu kali. Untuk soal pilihan ganda, rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

(

1/21/2

)

2 / 21 / 1 11

1 2

r r r

+

= (Arikunto, 2006)

Keterangan:

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Kriteria tingkat reliabilitas adalah:

a. r11 < 0,20 : tidak ada korelasi

b. 0,20 < r11 < 0,40 : korelasi rendah

c. 0,40 < r11 < 60 : korelasi sedang

d. 0,60 < r11 < 0,80 : korelasi tinggi

e. 0,80 < r11 < 1,00 : korelasi tinggi sekali

f. r11 = 1,00 : korelasi sempurna

Nilai r11 dan r1/21/2 dihitung dengan persamaan rumus korelasi product momen


(30)

43

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy

Hasil pengujian yang diperoleh r = 0,66, maka butir soal yang diujikan dikategorikan reliabililitasnya tinggi.

c. Daya Pembeda untuk tes hasil belajar

Untuk menghitung daya pembeda (D) setiap butir soal obyektif, digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut: B A B B A A P P J B J B

D= − = −

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan adalah kriteria yang dikemukakan Arikunto, 2006 sebagai berikut:

a. 0,00 < D < 0,20 : jelek b. 0,20 < D < 0,40 : cukup


(31)

44 c. 0,40 < D < 0,70 : baik

d. 0,70 < D < 0,100 : sangat baik

Hasil analisis daya pembeda, diperoleh soal nomor 12 dan 15 ( 2 soal) dikategorikan jelek, 15 butir soal dikategorikan cukup, 7 butir soal dikategorikan baik dan 1 butir soal baik sekali.

d. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran (P) butir soal pemahaman konsep berdasarkan pada kelompok atas dan kelompok bawah siswa, digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut:

JS B P=

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang dikemukakan Arikunto (2006) sebagai berikut:

a. P = 0,00 : soal terlalu sukar b. 0,00 < P < 0,30 : soal sukar

c. 0,30 < P < 0,70 : soal sedang d. 0,70 < P:5 1,00 : soal mudah e. P = 1,00 : soal sangat mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal didapatkan, 4 butir soal dikategorikan mudah, dan 21 butir soal dikategorikan sedang


(32)

45 F. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini berupa skor tes awal, skor tes akhir dan gain. Gain merupakan peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Gain yang diperoleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:

pre maks

pre post

S S

S S g

− −

= (Meltzer, 2002)

Keterangan:

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum

Tingkat perolehan N-Gain (Hake, 1998) kemudian dikategorikan atas 3 kategori yaitu:

a. g > 0,7 : tinggi b. 0,3 < g < 0,7 : sedang c. g < 0,3 : rendah

Analisis data dengan menggunakan uji statistik menggunakan program SPSS 15.0 dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Pada pengolahan data ini, uji normalitas untuk kelas kontrol dengan subyek penelitian kurang dari 30 dilakukan uji Lilliefors menggunakan


(33)

46 program excel, jika Lhitung < Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas untuk kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0 dengan Kolmogorov Smirnov.

Hasil uji ini menunjukkan data terdistribusi secara normal atau tidak. Jika taraf signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari taraf nyata maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terditribusi secara normal. Dalam perhitungan ini taraf nyata yang digunakan adalah 0,05.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan pada gain ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji ini dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 15.0 fqr Window Evaluation. Jika hasil pengujian diperoleh probabilitas p > 0,05, maka data gain ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varian yang homogen.

c. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi perbedaan gain ternormalisasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada pengolahan data ini, uji t dilakukan dengan program SPSS 15.0 (Independent- -Samples T test). Jika nilai taraf signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari taraf nyata, maka dapat disimpulkan bahwa kedua data yang dibandingkan tersebut berbeda secara signifikan. Uji t bisa dilakukan jika kedua data yang dibandingkan tersebut terdistribusi secara normal.


(34)

47 d. Uji Mann-Whitney

Jika kedua data yang akan dibandingkan ada yang tidak terdistribusi secara normal, uji perbandingan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Pada pengolahan data ini, Uji Mann-Whitney dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0. Ketentuannya jika nilai taraf signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua data yang dibandingkan tersebut berbeda secara signifikan.


(35)

101 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertolak dari hasil analisis data, permasalahan penelitian , temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

Model pembelajaran ini berupa software pembelajaran laju reaksi yang mengandung konsep berdasarkan prinsip, konsep konkrit, dan konsep abstrak, dapat meningkatkan level pemahaman mikroskopik, makroskopik serta simbolik; serta dapat meningkatkan 5 indikator keterampilan generik sains dan 4 indikator keterampilan berpikir kreatif.

2. Penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI pada konsep laju reaksi memiliki nilai N-Gain kategori tinggi .Korelasi positif penguasaan konsep terhadap keterampilan generik sains lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan konsep terhadap keterampilan berpikir kreatif.

3. Keterampilan generik sains siswa pada konsep laju reaksi melalui pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI memiliki nilai N-Gain dengan kategori tinggi . Korelasi positif penguasaan konsep terhadap keterampilan generik sains lebih tinggi jika dibandingkan dengan korelasi keterampilan generik sains terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.


(36)

102 4. Keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran inkuiri berbasis TI pada konsep laju reaksi memiliki nilai N-Gain dengan kategori tinggi . Korelasi penguasaan konsep terhadap keterampilan berpikir kreatif lebih rendah dibandingkan keterampilan generik sains terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.

5. Model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI yang dikembangkan dalam penelitian ini mudah dioperasikan, dapat mengaktifkan siswa, mendukung teori dan praktikum di laboratorium, membangkitkan motivasi siswa, meningkatkan penguasaan konsep laju reaksi, melatih siswa berpikir karena harus memahami teks/tabel/grafik.

B. Saran

1. Berdasarkan karakteristik dan prosesnya sebaiknya model pembelajaran seperti laju reaksi ini dikembangkan juga untuk topik kimia lainnya seperti topik kesetimbangan kimia; sehingga kendala-kendala pelaksanaan praktikum seperti sukar mendapatkan alat dan bahan kimia yang mahal dapat diatasi. 2. Model pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk merencanakan

kegiatan pembelajaran di kelas dan laboratorium kimia yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa.

3. Model pembelajaran inkuiri barbasis teknologi informasi ini perlu dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan software agar mudah menggunakannya. 4. Pada materi pembelajaran menggunakan software ini sebaiknya setiap label


(37)

contoh-103 contoh di kehidupan sehari-hari. Hal ini berguna untuk mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

5. Perlu melengkapi multimedia pembelajaran ini dengan suara, soal tes, kunci jawaban serta nilai yang diperoleh siswa agar dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kreatif untuk indikator lainnya dalam mata pelajaran lain.


(38)

104 DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: FPMIPA UPI

Arikunto, B. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara Ayas, Alipasa, Muamer Calik. (2005). A Comparson of level of understanding of

Eight-Grade Students and Science Student Teacher related to selected Chemistry Concepts. Journal of Research in science Teaching vol. 42,

NO.6 PP.638-667

Benny Karyadi. (1994) Kimia 2 Petunjuk Guru . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Beyer,B.K. (1971). Inquiry in The Social Studies Classroom : a strategy for

teaching.Ohio :Charles E. Merril Publishing Company.

Costa, A. (1988). Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Viginia: Association For Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga.

Eugene.LC, and ThomasR.K (2006) Science Instruction in The Middle and Secondary Schools .Meririll Prentice Hall, New Jersey

Glencoe. Conburn (2005) Using Inquiry in Science Instruction. Tersedia :

(http://www.wavcc.org/wvc/cadre/WaterQuality/scienceInq.htm);

Gunawan, (2008). Model pembelajaran berbasis multimedia interaktif untuk

meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis calon guru pada materi elastisistas. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan

Haury, L. D & Rillero, P. (1994). Perspective of Hands –On Science Teaching: Colombus: The ERIC Clearinghouse for Science mathematics, and Enviromental Education.

http://www.cdu.edu.au/ehs/education/practicum. Primary Education-Practicum.(Online)

Joyce, Bruce and Weil, Marssha, (1992). Models Of Teaching, New Jersey, Prentice Hall Inc.

Kartimi, (2003). Pengembangan model pembelajaran interaktif berbasis komputer untuk bahan kajian partikel-partikel materi sebagai wahana pendidikan siswa SLTP.Tesis UPI.Tidak dipublikasikan


(39)

105 Kleinsmith, L. J. (1987). A Computer-Based Biology Study Center : Preliminary

Assessment of Impact. Academic Computing. 2 (3): 32-33

Kristen L. Cacciatore, (2006). Teaching Lab Report Writing through Inquiry: A Green Chemistry Stoichimetry Experiment for General Chemistry. Washington DC. Journal of Chemical Education

Kristi A, (2008). Pembelajaran praktikum mandiri berbasis multimedia komputer untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa pada konsep tekanan osmotik .Tesis UPI Tidak dipublikasikan

Lawson, A.E. (1994). Science Teaching and Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company

Liliasari, dkk (1997), Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung: FMIPA IKIP

Bandung.

______, (2005). Membangun keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui

Pendidikan IPA.Pidato pengukuhan guru besa tetap dalam ilmu pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

______,(2007). Scientific concepts and generic science skills relationship in the

21stcentury science education. Bandung : Science Education Facing Against Challenges of the 21stcentury .Paper

McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning : A Guide

Thinking Skills in Education, Berkshire: Open University Press,

Mcgrow-Hill

McNeal, A. P. & D,Avanzo,C. (1996). Student-Active Science z: Models of

Innovation in College Science Teaching. Philadelpia : Saunders College

Publishing

N.N, (2000). How creative Thinking technique works?

http://brainstorming.org.uk/tutorial/howcreativethinkingworks.htm. Novak, J.D and Gowin, D.B (1985).Learning How to learn.Cambridge

:Cambridge University Press

NRC (National Research Council ), (1999). Inquiry and The National Science

Education Standards : A Guid for Teaching and Learning. Washington :

National Academy Press

NSTA (National Science Teacher Association) &AETS. (1998) Standards for


(40)

106 Nurlaela,(2005). Pengalihan hiperteks ke dalam bentuk komik pembelajaran menggunakan media komputer pada pokok bahasan stoikiometri, Skripsi UPI.Tidak dipublikasikan

Puskur,(2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta: Depdiknas

Robertson, S. I. (1999) Typing of Thinking, London: Routhledge

Romey,D.William.(1978). Inquiry Tecniques for teaching Science. New Jersey,Prentice-Hall,Inc

Russell, J. & Kozma, R. (1997). “Use of Simultaneous-Synchronized Macroscopic, Microscopic, and Symbolic Representations to Enhance the Teaching and Learning of Chemical Concepts”. Journal of Chemical

Education. 74, (3), 330-334.

Rustaman Nuryani, dkk, (1997), Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan kurikulum

1994, Jakarta: pusbuk Depdikbud

______ , (2007), Basic scientific inquiry in science and its assesment , Paper The

First International Seminar on: Science Education: Facing Against

Challenges of the 21stcentury, Bandung.

Sidharta Arief. (2003), Model pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium sebagai wahana pendidikan siswa SMP pada materi asam basa garam. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slatzer. (2001) Classroom That Work : Teaching Generic Skill in Academic and

Vocational Setting.MDS-263 (on line) http//nerve/Berkeley.edu

Sudjana (2005), Metoda Statistika . Tarsito Bandung

Sri Wahyuni ,(2008). Analisis ketrampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA pada materi laju reaksi menggunakan software berbasis Web , Skripsi UPI, Tidak dipublikasikan.

Trowbridge,L.W &Bybee,RW. (1990). Becoming a Secondary School Science

Teacher. Melbourne : Meriill Publishing Company

Wahyu H. (2004). Pengaruh pendekatan kegiatan laboratorium inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa dalam materi koloid . Tesis UPI. Tidak Dipublikasikan

Wenning, (2007). A Scientific Approach to the Teaching lab of Physic. Journal Physics Teacher Education 28 Januari 2008. Physc.teach.edu.51-59


(1)

101 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertolak dari hasil analisis data, permasalahan penelitian , temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

Model pembelajaran ini berupa software pembelajaran laju reaksi yang mengandung konsep berdasarkan prinsip, konsep konkrit, dan konsep abstrak, dapat meningkatkan level pemahaman mikroskopik, makroskopik serta simbolik; serta dapat meningkatkan 5 indikator keterampilan generik sains dan 4 indikator keterampilan berpikir kreatif.

2. Penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI pada konsep laju reaksi memiliki nilai N-Gain kategori tinggi .Korelasi positif penguasaan konsep terhadap keterampilan generik sains lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan konsep terhadap keterampilan berpikir kreatif.

3. Keterampilan generik sains siswa pada konsep laju reaksi melalui pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI memiliki nilai N-Gain dengan kategori tinggi . Korelasi positif penguasaan konsep terhadap keterampilan generik sains lebih tinggi jika dibandingkan dengan korelasi keterampilan generik sains terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.


(2)

102 4. Keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran inkuiri berbasis TI pada konsep laju reaksi memiliki nilai N-Gain dengan kategori tinggi . Korelasi penguasaan konsep terhadap keterampilan berpikir kreatif lebih rendah dibandingkan keterampilan generik sains terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.

5. Model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis TI yang dikembangkan dalam penelitian ini mudah dioperasikan, dapat mengaktifkan siswa, mendukung teori dan praktikum di laboratorium, membangkitkan motivasi siswa, meningkatkan penguasaan konsep laju reaksi, melatih siswa berpikir karena harus memahami teks/tabel/grafik.

B. Saran

1. Berdasarkan karakteristik dan prosesnya sebaiknya model pembelajaran seperti laju reaksi ini dikembangkan juga untuk topik kimia lainnya seperti topik kesetimbangan kimia; sehingga kendala-kendala pelaksanaan praktikum seperti sukar mendapatkan alat dan bahan kimia yang mahal dapat diatasi. 2. Model pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk merencanakan

kegiatan pembelajaran di kelas dan laboratorium kimia yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa.

3. Model pembelajaran inkuiri barbasis teknologi informasi ini perlu dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan software agar mudah menggunakannya. 4. Pada materi pembelajaran menggunakan software ini sebaiknya setiap label


(3)

contoh-103 contoh di kehidupan sehari-hari. Hal ini berguna untuk mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

5. Perlu melengkapi multimedia pembelajaran ini dengan suara, soal tes, kunci jawaban serta nilai yang diperoleh siswa agar dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kreatif untuk indikator lainnya dalam mata pelajaran lain.


(4)

104 DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: FPMIPA UPI

Arikunto, B. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogjakarta: Bumi Aksara Ayas, Alipasa, Muamer Calik. (2005). A Comparson of level of understanding of

Eight-Grade Students and Science Student Teacher related to selected Chemistry Concepts. Journal of Research in science Teaching vol. 42, NO.6 PP.638-667

Benny Karyadi. (1994) Kimia 2 Petunjuk Guru . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Beyer,B.K. (1971). Inquiry in The Social Studies Classroom : a strategy for teaching.Ohio :Charles E. Merril Publishing Company.

Costa, A. (1988). Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Viginia: Association For Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga.

Eugene.LC, and ThomasR.K (2006) Science Instruction in The Middle and Secondary Schools .Meririll Prentice Hall, New Jersey

Glencoe. Conburn (2005) Using Inquiry in Science Instruction. Tersedia : (http://www.wavcc.org/wvc/cadre/WaterQuality/scienceInq.htm);

Gunawan, (2008). Model pembelajaran berbasis multimedia interaktif untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis calon guru pada materi elastisistas. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan

Haury, L. D & Rillero, P. (1994). Perspective of Hands –On Science Teaching: Colombus: The ERIC Clearinghouse for Science mathematics, and Enviromental Education.

http://www.cdu.edu.au/ehs/education/practicum. Primary

Education-Practicum.(Online)

Joyce, Bruce and Weil, Marssha, (1992). Models Of Teaching, New Jersey, Prentice Hall Inc.

Kartimi, (2003). Pengembangan model pembelajaran interaktif berbasis komputer untuk bahan kajian partikel-partikel materi sebagai wahana pendidikan siswa SLTP.Tesis UPI.Tidak dipublikasikan


(5)

105 Kleinsmith, L. J. (1987). A Computer-Based Biology Study Center : Preliminary

Assessment of Impact. Academic Computing. 2 (3): 32-33

Kristen L. Cacciatore, (2006). Teaching Lab Report Writing through Inquiry: A Green Chemistry Stoichimetry Experiment for General Chemistry. Washington DC. Journal of Chemical Education

Kristi A, (2008). Pembelajaran praktikum mandiri berbasis multimedia komputer untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa pada konsep tekanan osmotik .Tesis UPI Tidak dipublikasikan

Lawson, A.E. (1994). Science Teaching and Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company

Liliasari, dkk (1997), Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung: FMIPA IKIP Bandung.

______, (2005). Membangun keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan IPA.Pidato pengukuhan guru besa tetap dalam ilmu pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

______,(2007). Scientific concepts and generic science skills relationship in the 21stcentury science education. Bandung : Science Education Facing Against Challenges of the 21stcentury .Paper

McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning : A Guide Thinking Skills in Education, Berkshire: Open University Press, Mcgrow-Hill

McNeal, A. P. & D,Avanzo,C. (1996). Student-Active Science z: Models of Innovation in College Science Teaching. Philadelpia : Saunders College Publishing

N.N, (2000). How creative Thinking technique works?

http://brainstorming.org.uk/tutorial/howcreativethinkingworks.htm. Novak, J.D and Gowin, D.B (1985).Learning How to learn.Cambridge

:Cambridge University Press

NRC (National Research Council ), (1999). Inquiry and The National Science Education Standards : A Guid for Teaching and Learning. Washington : National Academy Press

NSTA (National Science Teacher Association) &AETS. (1998) Standards for Science Teacher Preparation.


(6)

106 Nurlaela,(2005). Pengalihan hiperteks ke dalam bentuk komik pembelajaran menggunakan media komputer pada pokok bahasan stoikiometri, Skripsi UPI.Tidak dipublikasikan

Puskur,(2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta: Depdiknas Robertson, S. I. (1999) Typing of Thinking, London: Routhledge

Romey,D.William.(1978). Inquiry Tecniques for teaching Science. New Jersey,Prentice-Hall,Inc

Russell, J. & Kozma, R. (1997). “Use of Simultaneous-Synchronized Macroscopic, Microscopic, and Symbolic Representations to Enhance the Teaching and Learning of Chemical Concepts”. Journal of Chemical Education. 74, (3), 330-334.

Rustaman Nuryani, dkk, (1997), Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan kurikulum 1994, Jakarta: pusbuk Depdikbud

______ , (2007), Basic scientific inquiry in science and its assesment , Paper The First International Seminar on: Science Education: Facing Against Challenges of the 21stcentury, Bandung.

Sidharta Arief. (2003), Model pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium sebagai wahana pendidikan siswa SMP pada materi asam basa garam. Tesis UPI. Tidak dipublikasikan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slatzer. (2001) Classroom That Work : Teaching Generic Skill in Academic and Vocational Setting.MDS-263 (on line) http//nerve/Berkeley.edu

Sudjana (2005), Metoda Statistika . Tarsito Bandung

Sri Wahyuni ,(2008). Analisis ketrampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA pada materi laju reaksi menggunakan software berbasis Web , Skripsi UPI, Tidak dipublikasikan.

Trowbridge,L.W &Bybee,RW. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne : Meriill Publishing Company

Wahyu H. (2004). Pengaruh pendekatan kegiatan laboratorium inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa dalam materi koloid . Tesis UPI. Tidak Dipublikasikan

Wenning, (2007). A Scientific Approach to the Teaching lab of Physic. Journal Physics Teacher Education 28 Januari 2008. Physc.teach.edu.51-59