PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor.

(1)

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh

REIZA KUSUMOWARDHANY 0901597

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

Oleh

Reiza Kusumowardhany

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Reiza Kusumowardhany 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

REIZA KUSUMOWARDHANY

0901597

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

Dosen Pembimbing I

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

Dosen Pembimbing II

Dr. Ahmad Yani, M. Si NIP. 19670812 199702 1 001


(4)

ABSTRACT

Influence Activity Quick On The Draw In Model Of Cooperative Learning Against The Ability To Communication Skills Of Students

( Study Experiment Subjects Geography On The Subjects Of Dynamics Change The Hydrosphere Class X In Public SMAN 1 Caringin Bogor

Regency )

By: Reiza Kusumowardhany ( 0901597 )

Communication skills of students in particular communication paper is one of the skills that are important in the process of learning activities in school. With this writing communication skills students can explain and reveal the return an idea, situations and geographical descriptions by using the paper based on the results of his own language use and learning activities in schools should ideally be able to stimulate the students communication skills, especially communication skills handwriting. But in fact not the case, the learning activities that do still make teachers as student information and Science Center. The holding of underlying this research aims to test the influence of activity of quick on the draw in the cooperative learning model of communication skills of students in the class of conventional experiments and learning on the class of the control. The subject in this study is the whole grade X in SMA Negeri 1 Bogor Regency and Caringin to sample on this research, namely X-grade 5 (grade experiment) and X-6 (grade control). The selection of samples using a purposive sampling technique and the method used is the method of experimentation with Posttest Only Design. The instruments used are a matter of communication skills handwriting, observation sheets, card sets of questions. Data analysis using SPSS program help 16 and the results showed that (1) there is an influence, on the activities of the lesson that students use activity quick on the draw in the cooperative learning model of communication skills of students, (2) there is an influence, on the activities of the lesson that students using conventional learning model (method of speaking engagements) on the communication skills of the students, (3) there are differences in the ability of students in writing group communication experiments using activities quick on the draw in the model of cooperative learning on learning the lesson activities with conventional models (methods the lecture). It can be seen from the average procurement value the ability to communicate accrued for three meetings as that of 80,77 class experimentation and 67,23 to the control group. Third the result is strengthened with results test a hypothesis that has been done.

Keyword: activity quick on the draw, cooperative learning, the ability to communicate students.


(5)

ABSTRAK

PENGARUH AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA

(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor)

Oleh:

Reiza Kusumowardhany (0901597)

Kemampuan komunikasi siswa khususnya komunikasi tulisan merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan kemampuan komunikasi tulisan ini siswa dapat menjelaskan dan mengungkapkan kembali suatu ide, situasi dan uraian geografi dengan menggunakan tulisan berdasarkan hasil pemikirannya menggunakan bahasa sendiri dan idealnya kegiatan pembelajaran di sekolah dapat merangsang kemampuan komunikasi siswa tersebut khususnya kemampuan komunikasi tulisan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih menjadikan guru sebagai pusat ilmu dan informasi siswa.. Hal tersebut yang mendasari diadakannya penelitian ini yang bertujuan untuk menguji pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor dan untuk sampel pada penelitian ini yaitu kelas X-5 (kelas eksperimen) dan X-6 (kelas kontrol). Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Posttest Only Design. Instrumen yang digunakan yaitu soal kemampuan komunikasi tulisan, lembar observasi, set kartu pertanyaan. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 16 dan hasilnya menunjukan bahwa (1) Terdapat pengaruh, pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa, (2) Terdapat pengaruh, pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa, (3) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelompok kontrol. Ketiga hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan.

Kata kunci: Pembelajaran aktivitas quick on the draw, pembelajaran kooperatif,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

HAK CIPTA

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif . 9

1. Keunggulan Aktivitas Quick On The Draw dan Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Langkah - Langkah Aktivitas Quick On The Draw ... 12

3. Kombinasi Aktivitas Quick On The Draw dan Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Variansi Aktifitas Quick On The Draw ... 15

5. Aktifitas Quick On The Draw dan Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

B. Model Pembelajaran Konvensional ... 20

C. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 21

1. Pengertian Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran... 21

2. Unsur – Unsur Keberhasilan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 21

3. Kegiatan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 23

4. Indikator Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 23


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional ... 28

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Langkah – Langkah Aktivitas Quick On The Draw dalam Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Bahan Ajar ... 32

H. Analisis Data ... 33

I. Prosedur Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

1. Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 40

2. Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol ... 52

C. Analisis Data ... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

3. Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi Tulisan Siswa ... 61

D. Pembahasan ... 65

1. Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen ... 67

2. Pengaruh Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Kontrol ... 70

3. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 82


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

Tabel 2.2 Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

Tabel 3.1 Daftar Nilai UTS Semester Ganjil ... 27

Tabel 3.2 Posttest-Only Control Design ... 28

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 30

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi ... 32

Tabel 4.1 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Eksperimen Treatment Pertama ... 42

Tabel 4.2 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Treatment Kedua Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.3 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Treatmen Ketiga Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran dengan Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 49

Tabel 4.5 Daftar Perolehan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 50

Tabel 4.6 Daftar Perolehan Nilai Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada Treatment Pertama ... 53

Tabel 4.7 Daftar Perolehan Skor Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada Treatment Kedua ... 55


(9)

Tabel 4.8 Daftar Perolehan Nilai Kegiatan Pembelajaran Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Pada

Treatment Ketiga ... 57 Tabel 4.9 Daftar Perolehan Nilai Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol ... 58 Tabel 4.10 Uji Normalitas Perbedaan Nilai Kemampuan Komunikasi

Tulisan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60 Tabel 4.11 Uji Homogenitas Varians Nilai Kemampuan Komunikasi Siswa ... 61 Tabel 4.12 Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas Eksperimen ... 62 Tabel 4.13 Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Siswa Kelompok Kontrol .. 63 Tabel 4.14 Uji Hipotesis Perbedaan Kemampuan Komunikasi Siswa


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor ... 39 Gambar 4.2 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Terhadap

Kemampuan Komunikasi Siswa Pertemuan 1 ... 72 Gambar 4.3 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Terhadap

Kemampuan Komunikasi Siswa Pertemuan 3 ... 73 Gambar 4.4 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Terhadap

Kemampuan Komunikasi Siswa Treatment 1 ... 74 Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A ... 82

Lampiran A.1 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran A.2 Silabus... 85

Lampiran A.3 RPP Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 88

Lampiran A.4 Bahan Ajar ... 110

Lampiran A.5 Kartu Pertanyaan ... 129

Lampiran A.6 Lembar Jawaban ... 136

Lampiran A.7 Soal Posttest... 137

Lampiran A.8 Jawaban Kartu Pertanyaan ... 139

Lampiran A.9 Jawaban Soal Posttest ... 146

LAMPIRAN B ... 150

Lampiran B.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 151

Lampiran B.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 153

Lampiran B.3 Foto – Foto Kegiatan Penelitian ... 155

LAMPIRAN C ... 158

Lampiran C.1 Output Analisis Uji Normalitas ... 159

Lampiran C.2 Output Analisis Uji Homogenitas ... 162


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar siswa yang memiliki suatu tujuan tertentu. Menurut Isjoni (2007:11) “pembelajaran merupakan sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa”. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Ruhimat (2010:5) “pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa melalui suatu proses (belajar) yang efektif untuk mencapai perkembangan optimal dan seimbang antara aspek kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran posisi siswa harus ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek belajar, sehingga siswa tidak hanya menerima informasi akan tetapi siswa harus mampu mencari dan menerapkan informasi tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa dalam belajar selalu dituntut untuk mengembangkan semua kemampuan dan potensinya secara maksimal”.

Selain itu, pembelajaran yang efektif tersebut harus dapat merangsang kemampuan komunikasi siswa, karena sejatinya kegiatan pembelajaran tidak akan pernah terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran, dengan kemampuan komunikasi siswa dapat mengkomunikasikan kembali seluruh potensi atau ide yang siswa tersebut miliki secara terbuka di kelas. Hal tersebut akan membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan saling mengkomunikasikan informasi atau ide satu sama lain, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran efektif di sekolah seharusnya menjadikan guru sebagai fasilitator yang bersifat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru belum sepenuhnya mengasah atau merangsang kemampuan komunikasi yang dimiliki


(13)

2

siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat mentransfer ilmu atau informasi yang guru miliki kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Pembelajaran konvensional tidaklah buruk untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah memang sesuai digunakan dalam beberapa materi dalam pembelajaran pada mata pelajaran geografi, namun jika model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah tersebut digunakan dalam setiap kali kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu yang panjang bisa jadi siswa akan merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada partisipasi dan kontribusi siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilalui, dan pada akhirnya kan berdampak pada kemampuan komunikasi siswa yang pada akhirnya berpengaruh pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi jika dalam kegiatan pembelajaran siswa mendapatkan sesuatu yang baru atau pembelajaran tersebut dilakukan dengan hal yang menyenangkan, sehingga diduga siswa tersebut akan lebih bersemangat dan berkontribusi secara aktif dalam proses kegiatan pembelajarannya.

Djamrah (2006:3) menyatakan bahwa kemampuan yang dapat dimiliki siswa, akan ditentukan dengan kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini dapat diartikan, dengan penggunaan metode sesuai atau tepat maka akan sesuai pula dengan standar keberhasilan yang telah ditetapkan dalam suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya bahwa komunikasi merupakan salah satu hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran karena jika komunikasi tidak terjadi dalam kegiatan pembelajaran maka tidak akan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Penggunaan model pembelajaran secara konvensional jika dilakukan secara terus menerus pada setiap kegiatan pembelajaran, sedikit banyaknya akan berpengaruh pada rendahnya kontribusi dan partisipasi terhadap mata pelajaran geografi di setiap kegiatan pembelajarannya. Hal ini salah satu yang dapat


(14)

3

menyebabakan kurang terasahnya kemampuan komunikasi siswa itu sendiri. Kurangnya kontribusi dan partisipasi siswa di kelas ketika kegiatan pembelajaran menyebabkan siswa tersebut enggan untuk mengemukakan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengklarifikasi pemahaman siswa mengenai materi yang kurang dimengerti dan mengajukan gagasan, pendapat atau ide berdasarkan hasil pemikiran siswa secara umum kepada publik ataupun teman lainnya baik secara lisan khususnya secara tulisan.

Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk saling berinteraksi satu sama lain untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kerja. Sehingga setiap anggota diharapkan dapat mampu saling berinteraksi dalam mengkomunikasikan gagasan atau pemikiran yang mereka miliki dan dapat saling melengkapi, mengklarifikasi ketidakpahaman terhadap suatu materi atau persoalan yang dihadapi dalam kelompok yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran seoptimal mungkin. Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang dilakukan dan dibuat oleh siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mendukung siswa berperan aktif didalamnya.

Model pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis kerja tim atau kerja kelompok yang berpacu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya masing-masing sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran Menurut Lie (2002:12) cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur yang disebut dengan sistem “pembelajaran gotong royong”, dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu menurut Ningrum (2009: 173) pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan


(15)

4

strategi pembelajaran yang dilakukan agar siswa bekerja bersama-sama pada suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas terstruktur.

Pembelajaran kooperatif learning ini memiliki lima unsur yang harus diterapkan, seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002:31), yaitu: 1. Saling ketergantungan positif (keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya), 2. Tanggung jawab perseorangan (masing-masing anggota melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugasnya dalam kelompok bisa dilaksanakan), 3. Tatap muka (setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi), 4. Komunikasi antar anggota (unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan keterampilan berkomunikasi), 5. Evaluasi proses kelompok (adanya evaluasi untuk mengetahui proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok agar selanjutnya bisa berkerja sama dengan lebih baik lagi).

Aktivitas quick on the draw merupakan aktivitas yang terdiri dari kelompok-kelompok siswa yang bertugas untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh guru. Sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Ginnis (2008:163-164) quick on the draw merupakan sebuah aktivitas riset dan kerja tim atau kerja kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dan tulisan seperti berbicara (mengungkapkan suatu gagasan, memberikan pertanyaan dan menyanggah suatu pendapat atau gagasan pada proses pembelajaran); mendengarkan, membaca (kemampuan siswa dalam membaca soal secara tepat dan cepat sehingga dapat langsung mengetahui inti dari suatu soal tersebut), menulis (menuliskan dan melaporkan hasil kegiatan atau aktivitas pembelajaran dengan laporan kelompok secara tertulis).

Aktivitas ini berpacu kepada kecepatan sebuah tim dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang dapat mendorong kerja sama berkelompok untuk menyelesaikan satu set kartu pertanyaan. Menurut Ginnis (2008:163-164) ada beberapa keunggulan dan manfaat dari aktivitas ini, yaitu: (1) Dapat membantu membiasakan siswa untuk mendapatkan pengalaman mengenai macam-macam keterampilan komunikasi seperti membaca, berbicara, menulis yang didorong oleh kecepatan aktivitas; (2) Membiasakan siswa belajar mandiri; (3) Membiasakan


(16)

5

siswa belajar kepada sumber lain tidak hanya bersumber kepada guru; (4) aktivitas ini sesuai untuk siswa berkarakter kinestetik, karena dalam aktivitas ini siswa akan terus bergerak sehingaa siswa tidak akan duduk diam selama lebih 2 menit.

Model pembelajaran kooperatif ini sesuai jika dikombinasikan dengan aktivitas quick on the draw dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif learning dengan kelima unsurnya yang juga terdapat dalam aktivitas quick on the draw dan keunggulan-keunggulan dalam aktivitas tersebut memiliki kesesuaian jika dikombinasikan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa akan memperoleh kesempatan berkerja sama dalam suatu kelompok yang heterogen dalam model pembelajaran kooperatif dan selain bekerjasama dalam suatu kelompok, siswa pun dapat melakukan kegiatan kerjasama tersebut dalam suatu aktivitas pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga akan lebih pembelajaran akan lebih optimal jika pada saat menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan komposisi siswa yang heterogen.

Pembelajaran dikelas akan lebih menarik atau hidup jika didalam kelas siswa turut ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu guru untuk melibatkan siswa berperan aktif didalamnya, sehingga guru tidak hanya menjadi satu-satunya sumber informasi yang hanya melakukan interaksi dan komunikasi yang sifatnya hanya satu arah saja dan siswa pun tidak hanya menerima informasi tersebut tanpa adanya interaksi dan komunikasi dalam pembelajaran tersebut.

Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang diduga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif quick on the draw ini dalam meningkatkan kemampuan komunikasi siswa sebelumnya sudah diterapkan pada beberapa Sekolah Menengah Pertama di Pekanbaru dalam tesis Pascasarjana UPI tahun 2012 yang


(17)

6

Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa” oleh Hayatun Nufus. Berdasarkan hasil penelitian kemampuan

komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan. Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif ini belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, selain itu setiap pembelajaran dirasa perlu untuk meningkatkan baik kemampuan komunikasi, khususnya kemampuan komunikas tulisan siswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada program studi geografi dengan judul “Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMAN Caringin Kabupaten Bogor)’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: "Apakah aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi siswa di Sekolah Menengah Atas?"

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan komunikasi kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional?


(18)

7

C. Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten Bogor

2. Untuk mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten Bogor

3. Mengidentifikasi perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat praktis, diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam pemilihan model pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui aktifitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa

2. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi yang diharapkan dapat membantu penelitian sejenis yang ruang lingkupnya lebih luas mengenai pengaruh kemampuan komunikasi dengan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif.


(19)

8

Menurut Sudjana, N. (1993:215) hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang perlu diuju kebenarannya. Berdasarkan pemasalahannya sebelum penelitian ini dilakukan, maka hipotesis yang akan diuji yaitu:

1. Hipotesis Nol (Ho): Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran

kooperatif tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor

Hipotesis Alternatif (H1): Aktivitas quick on the draw dalam model

pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor

2. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya pengaruh penggunaan model

pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol

Hipotesis Alternatif (H1): Adanya pengaruh penggunaan model

pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol

3. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya perbedaan kemampuan komunikasi tulisan

siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas kontrol

Hipotesis Alternatif (H1): Adanya perbedaan kemampuan komunikasi

tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas kontrol.


(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Caringin Bogor yang beralamat di Jl. Mayjen H. E Sukma Km 16 Caringin Kabupaten Bogor. Menurut Ningrum (2010:

375) ”Subjek penelitian adalah sumber data (berupa orang, instansi atau benda)

yang memiliki data atau informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian”. Selain itu menurut Suryabrata (1992: 43) “Sekelompok subjek yang diambil dari

populasi tertentu dikelompokan secara rambang menjadi dua kelompok yaitu kelompok atau kelas eksperimen dan kontrol”. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 213 orang. Dari subjek tersebut akan diambil sampel berdasarkan design penelitan yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang akan dijadikan sebagai subjek.

Purposive Sampling merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan sampel pada penelitian ini. Teknik ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi

terfokus pada target. Menurut Arikunto (2010: 183) “Purposive Sampling, merupakan penentuan sampel yang berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan penelitian”. Penelitian ini menggunakan 2 sampel yaitu kelas X-5 dan X-6.

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa tabel tersebut merupakan hasil nilai rata – rata UTS dari seluruh kelas x. Untuk kelas X-5 dan X-6 dapat dilihat hasil perolehan nilai UTS kedua kelas tersebut relatif sama, hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan kriteria pada penentuan sampel.

Adapun alasan dari pemilihan sampel berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Guru mata pelajaran geografi yang mengajar di kedua kelas tersebut merupakan guru yang sama

2. Siswa memiliki rata-rata nilai UTS yang relatif sama yaitu 67 untuk kelas X-5 dan 68 untuk kelas X-6


(21)

27

3. Siswa yang mencapai standar KKM (70) hanya 7,4% untuk kelas eksperimen dan 7,5% untuk kelas kontrol

4. Nila tertinggi pada kelas X-5 78 dan 83 untuk kelas X-6 5. Nilai terendah pada kelas X-5 51 dan 49 untuk kelas X-6 6. Kedua kelas tersebut belum memperoleh materi hidrosfer

7. Siswa belum pernah belajar dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif

Tabel 3.1

Daftar Nilai UTS Semester Ganjil Kelas

Rata-Rata UTS

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Persentase Perolehan KKM

X-1 64,6 25 75 5 %

X-2 60,1 30 90 17,6 %

X-3 36,4 15 90 11,1 %

X-4 62,8 40 95 20 %

X-5 67 51 78 7,4 %

X-6 68 49 83 7,5%

Sumber: File Guru Mata Pelajaran Geografi

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mengetahui atau memperoleh data dengan tujuan tertentu. Menurut Hariyanto (2012), metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah atau dianalisis

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan design Posttest-Only Control Design, menurut Sugiyono (2008: 112). Dalam design ini terdapat dua kelompok (dua kelas) yang dipilih secara random (X dan Y). Kelompok pertama (kelas eksperimen) diberi perlakuan


(22)

28

atau treatmen dan kelompok yang lain (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan. Dalam penelitian ini menggunakan aktivitas quick on the draw yang diterapkan di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan khusus. Menurut Sugiyono (2008: 112) “Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh

secara signifikan”. Pola yang terdapat pada Posttest-Only Control Design adalah sebagai berikut (lihat tabel 3.2).

Tabel 3.2

Posttest-Only Control Design

X Ta O1

Y - O2

Keterangan:

X : Kelas Eksperimen Y : Kelas Kontrol

Ta : Treatmen (perlakuan) atau pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif quick on the draw. O2 : Posttest

Sumber: Sugiyono (2008)

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini.

1. Aktivitas quick on the draw merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang dapat memacu kemampuan komunikasi siswa baik lisan maupun tulisan. Aktivitas ini dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6 orang yang mendorong pembelajaran kerja kelompok sehingga siswa dapat belajar mengenai pembagian tugas, dapat belajar mandiri yang tidak hanya tergantung pada guru dan dapat melatih keterampilan komunikasi siswa. Aktifitas ini menuntut setiap kelompok dapat menyelesaikan satu set kartu pertanyaan dengan cepat dan tepat.


(23)

29

2. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berpusat pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

3. Kemampuan komunikasi siswa adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan suatu gagasan atau ide dalam pembelajaran. Kemampuan komunikasi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi tulisan, seperti: (1) menjelaskan suatu situasi dengan menggunakan tulisan, baik secara konkret maupun gambar; (2) menjelaskan suatu ide atau situasi geografi secara tertulis, dan (3) mengungkapkan kembali suatu uraian geografi dalam bahasa sendiri.

4. Kelas Eksperimen merupakan kelas yang pada kegiatan pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif

5. Kelas kontrol merupakan kelas yang pada kegiatan pembelajarannya tidak menggunakan aktivitas atau treatment. Kegiatan pembelajaran tersebut sesuai dengan yang biasa dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

D. Variabel Penelitian

Menurut Amiran Yousda (1993: 14), variabel dapat diartikan sebagai ciri individu, objek, gejala dan pertistiwa yang dapat diukur secara kuntitatif dan kualitatif. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 60), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pada tabel dibawah variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas atau Independen (X) dan variabel terikat atau Dependen (Y). Menurut Sugiyono (2008: 61), variabel bebas atau Independen (X) yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat atau Dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas.


(24)

30

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka variabel penelitian pada penelitian ini dapat diketahui pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas/ Independen (X)

Variabel terikat/ Dependen (Y)

Aktivitas quick on the draw : Belajar berkelompok

Kemampuan komunikasi tulisan siswa

E. Langkah – Langkah Aktivitas Quick On The Draw dalam Penelitian

Untuk melakukan aktivitas ini ada beberapa langkah-langkah yang harus dijalani oleh yaitu sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil, satu kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa

b. Setiap kelompok siswa diberi bahan ajar untuk dibaca oleh siswa untuk pengetahuan awal yang memuat mengenai konsep materi pembelajaran c. Guru menyiapkan satu set kartu pertanyaan mengenai materi yang akan

dibahas dengan warna kartu yang berbeda untuk setiap kelompoknya

d. Setelah semua perangkat tersedia, guru memberi aba-aba untuk memulai pembelajaran dengan aktivitas quick on the draw. Satu orang dari setiap kelompok berlari ke meja guru untuk mengambil pertanyaan pertama sesuai dengan warna mereka dan membawanya kembali ke kelompok masing-masing.

e. Kelompok tersebut berdiskusi untuk mencari jawaban pertanyaan yang bersumber pada bahan ajar, kemudian jawaban ditulis di lembar kertas jawaban yang diberikan guru


(25)

31

f. Setelah kelompok mendiskusikan dan mendapatkan jawaban, lembar jawaban tersebut diberikan kepada guru oleh orang kedua. Guru memeriksa jawaban. Jika jawaban akurat dan lengkap, pertanyaan kedua dapat diambil. Begitu seterusnya. Jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak lengkap, guru menyuruh siswa tersebut kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Siswa yang menulis, mengambil pertanyaan, dan mengembalikan jawaban harus bergantian.

g. Kelompok yang menang adalah yang pertama menjawab semua pertanyaan dengan waktu yang paling cepat.

h. Guru bersama siswa membahas semua pertanyaan dan siswa membuat catatan tertulis dengan merangkum materi dan hasil jawaban kartu pertanyaan dari aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2002: 136) Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Maka jenis instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam mengamati keadaan atau kondisi guru dan peserta didik, pada observasi ini akan dilakukan pencatatan segala aktivitas atau tidakan pada objek penelitian (guru dan peserta didik) selama proses pembelajaran yang diisi oleh peneliti.

2. Tes

Tes kemampuan komunikasi siswa dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal komunikasi (posttest) setelah diberikan perlakuan,


(26)

32

soal tersebut merupakan soal tes dalam bentuk uraian. Dengan menggunakan pedoman penskoran pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Respon Siswa Terhadap Soal Skor

Siswa tidak memberikan jawaban atau jawaban tidak terbaca 0

Ada jawaban namun respon salah 1

Penjelasan yang ada menggunakan bahasa yang sistematis dalam mendeskripsikan konsep, dan prosedur, namun hanya sedikit yang benar.

2

Siswa memberikan penjelasan yang lengkap dengan menggunakan bahasa yang sistematis namun terdapat sedikit kesalahan pada tingkat keakuratan dan ketelitiannya dalam mendeskripsikan konsep dan prosedur.

3

Semua penjelasan lengkap menggunakan bahasa yang sistematis dan tingkat keakuratan dan ketelitiannya sangat tinggi dalam mendeskripsikan konsep dan prosedur.

4

Sumber: Modifikasi dari Maryland Math Communication Rubric dalam Nufus (2012:259)

G. Bahan Ajar

Bahan ajar ini digunakan untuk menyampaikan konsep materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini tidak dinilai melainkan guru memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan memberikan penguatan materi bagi siswa. Guru harus memastikan seluruh siswa mempelajari dan memahami isi materi yang terdapat pada bahan ajar. Ketuntasan siswa dalam


(27)

33

mempelajari bahan ajar akan menentukan keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal dalam kartu pertanyaan.

a. Satu Set Kartu Pertanyaan

Kartu pertanyaan merupakan kartu yang memuat mengenai pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik dalam kelompoknya masing-masing. Selain itu hal ini digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi yang telah diperoleh peserta didik ketika mengerjakan lembar kerja peserta didik. Pertanyaan – pertanyaan dalam kartu ini dibuat dengan memperhatikan indikator – indikator kemampuan komunikasi yang ingin ditingkatkan.

b. Lembar Jawaban Kartu Pertanyaan

Lembar jawaban ini disediakan sebagai tempat untuk menuliskan jawaban dari kartu pertanyaan tersebut. Lembar ini disesuaikan dengan banyaknya pertanyaan dalam satu set kartu pertanyaan tersebut.

H. Analisis Data

Setelah terkumpulnya data dari hasil penelitian, maka selanjutnya dilakukan analisis yang bertujuan untuk menjawab hipotesis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1993: 111) analisis data merupakan suatu proses penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan hipotesis. Data yang diperoleh dari hasil postest dianalisis dengan statistik yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Data yang nanti akan diambil adalah data kuantitatif yang merupakan hasil dari tes kemampuan komunikasi siswa (Postest), selain itu data kualitatif dari lembar observasi untuk siswa menggunakan bantuan program SPSS dan Ms.Excel.

Berikut ini langkah – langkah yang digunakan untuk mengolah data hasil dari penelitian sebagai berikut:

1. Data Tes Kemampuan Komunikasi Siswa

Dalam penelitian ini selain untuk menganalisis rataan peningkatan kemampuan komunikasi siswa juga akan mendeskripsikan hasil dari


(28)

34

peningkatan kemampuan komunikasi tersebut, baik yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif maupun yang menggunakan model pembelajaran konvensional

Sebelum mengolah data, peneliti akan melakukan perhitungan skor hasil dari postest siswa untuk kedua kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan tabel skor, dan menetapkan tingkat signifikansi yaitu 1

% (α = 0,05). Menghitung peningkatan kemampuan komunikasi siswa dari hasil postest dengan menggunakan gain ternormalisasi, hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Hake dalam Meltzer (2002:3) sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (N-Gain) =

Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan uji normalitas distribusi data dan homogenitas dilakukan terlebih dahulu sebagai berikut:

a. Uji normalitas

Uji ini dimaksudkan untuk menguji sampel dan untuk memperlihatkan bahwa sampel ini berasal dari distribusi yang normal. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto,S (2009) Uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel tidak lain adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk, dengan kriteria pengujian: terima H0 jika nilai

signifikansinya lebih dari α = 0,05. Uji ini menggunakan rumus Chi-Kuadrat (ᵡ2):


(29)

35

(Arikunto.S, 2009) Keterangan:

(x)2 = Chi-Square yang dicari fo = Frekuensi yang diamati k = Banyaknya kelas fe = Frekuensi yang diharapkan i = Panjang kelas

b.Uji homogenitas Sampel dengan Uji F

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kelompok-kelompok sampel dari populasi yang sama atau homogen. Pada penelitian ini uji homogentas menggunakan Uji F. Uji F ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = 0

Secara bersama – sama tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

H1 : b1≠ b2 ≠ b3≠ 0

Secara bersama – sama adanya pengaruh varibel bebas terhadap variabel terikat.

Langkah-langkah menguji homogenitas varians dengan membandingkan nila F hitung dengan F tabel sebagai berikut:

Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

dapat diartikan bahwa semua variabel bebas secara bersama - samamerupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat dan bergitu pula sebaliknya.

Uji F ini menggunakan rumus: F = (Sd1)2 = varians1


(30)

36

(Sd2)2 varians 2

df1= n1– 1, df2 = n2– 1

Keterangan:

 Variansi atau Sd yang lebih besar sebagai (Numerator) pembilang, dan yang lebih kecil sebagai (denominator) penyebut

 P < 0,05 : varians berbeda

 P > 0,05 : varians sama

c. Uji Hipotesis (Uji t)

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah dalam penelitian. Rumus yang digunakan untuk mengukur hipotesis parametrik (berdistribusi normal) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

x1 = rata-rata skor kelas eksperimen x2 = rata-rata skor kelas kontrol s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol

n12 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n22 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Sebelum data dianalisis, data tersebut terlebih dahulu akan diuji dengan uji normalitas dan dilanjutkan dengan uji homogenitas apabila data tersebut terbukti normal, maka uji kesamaan rataan menggunakan Uji-t, sedangkan jika data tersebut normal tapi tidak homogen maka akan menggunakan Uji-t ׳(t-aksen), dan untuk data yang memenuhi syarat normalitas menggunakan Uji Mann-Whitney U dengan bantuan program SPSS 16.


(31)

37

Kegiatan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama yaitu tahapan persiapan penelitian, tahapan penelitian atau pelaksanaan dan tahapan analisis data. Prosedur ini dibuat untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap persiapan diantaranya sebagai berikut

Mempersiapkan instrumen penelitian seperti RPP, silabus, set kartu pertanyaan dengan berbagai warna, lembar jawaban untuk kartu pertanyaan, soal tes komunikasi siswa, papan nama kelompok, lembar observasi. Semua instrumen ini dinilai terlebih dahulu oleh dosen ahli.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Melakukan observasi terhadap kegiatan pada proses pembelajaran.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif quick on the draw untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dibentuk menjadi kelompok – kelompok kecil dalam kegiatan pembelajarannya. Kelompok siswa duduk berdasarkan no kelompok yang sudah disepakati bersama dan kelompok tersebut ditugaskan untuk menyelesaikan satu set kartu pertanyaan. Kelompok yang dapat menyelesaikan kartu tercepat akan memenangkan tugas ini. Apabila kelompok tersebut kurang tepat dalam menjawab soal yang terdapat pada kartu maka kelompok tersebut belum diperbolehkan untuk mengambil kartu selanjutnya. Kartu pertanyaan tersebut diletakan di depan kelas, sehingga untuk mencapainya siswa dituntut untuk bergerak cepat. Untuk siswa kelas kontrol, kegiatan pembelajaran dilakukan seperti biasanya.


(32)

38

komunikasi siswa setelah diberikan tretment atau perlakuan.

3. Tahap analisis data

1. Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis 2. Menyimpulkan hasil penelitian.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasaan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan menerapkan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) pada kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu nilai probabilitas (sig) yang diperoleh yaitu 0,000 lebih kecil dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05. Hal tersebut menyatakan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya

pengaruh aktivitas quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas eksperimen.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) yang dipeoroleh sebesar 0,000 lebih kecil dari kriteria nilai signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dapat diketahui bahwa

adanya pengaruh pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol.


(34)

78

3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif untuk kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Selain itu hal tersebut diperkuat oleh hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa nilai probabilitas (sig) yang diperoleh yaitu sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang merupakan kriteria ketentuan yang telah ditentukan. Maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis nol atau H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kemampuan komunikasi tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diuraikan di atas. Maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran treatment 1 dengan menggunakan aktivitas quick on the draw guru masih terlihat kaku ketika menggunakan aktivitas ini. Berdasarkan hasil penelitian aktivitas quick on the draw ini berpengaruh dalam peningkatan kemampuan komunikasi siswa. Untuk itu maka aktivitas ini sesuai untuk mengasah keterampilan komunikasi siswa yang lebih difokuskan kepada komunikasi tulisan. Namun aktivitas quick on the draw ini masih perlu dimodifikasi agar lebih bervariasi pada setiap kegiatan pembelajarannya. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.


(35)

79

2.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif mengalami kendala seperti tidak sesuainya kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam skenario pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat membiasakan diri pada saat melakukan kegiatan pembelajaran seoptimal mungkin agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia atau lebih dari alokasi waktu yang ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

3. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara lebih optimal. Disarankan penelitian selanjutnya agar dapat mengoptimalkan kesiapan siswa terhadap langkah-langkah yang harus dilakukan ketika menggunakan aktivitas quick on the draw pada kegiatan pembelajarannya. Selain itu aktivitas quick on the draw ini disarankan digunakan pada materi ataupun mata pelajaran yang lain pada jenjang pendidikan yang berbeda agar mendapatkan hasil yang lebih beragam.


(36)

80

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2005). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ginnis, P. (2008). Trik dan Taktik Mengajar. Jakarta: PT.Indeks.

Ibrahim, M dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa. Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: PT.Alfabeta

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Jakarta: Alfabeta.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Lie, A. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Munir. (2001). Aplikasi Media dalam Proses Belajar Mengajar.Mimbar Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa.Thesis Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbikan

Purwanti, S. (2013). Penerapan Aktivitas Scramble Groups Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Siswa MTS (Studi Eksperimen pada Siswa Mts Atta’zhimiyah di Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya,W. (2008).Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Perdana Media Grup.

Slavin, R. E. (1995).Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.


(37)

81

Sugiyono. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning “Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Suryabrata, S. (1992).Metodologi Penelitian. Rajawali: Jakarta

Trianto. (2007). Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka. Yousda, A dan Zainal, A. (1993).Penelitian dan Statistik Pendidikan.Jakarta:

Bumi Aksara.

Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sumber Internet

Hariyanto,(2012).Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. [online].Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/.[06 Maret 2013]

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: a posssible “hidden

variable” in diagnostic pretest score. [online]. Tersedia:

http://www.physics.iastate.edu/per/docs/addendum on normalized gain Pdf. [7 Januari 2013]

Pujiastuti,S.(2012). Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran [online].Tersedia:http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. [23 Januari 2013]

Ruhimat,T.(2010).Active_Learning.[online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/ FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/active_learning.pdf. [2013]

Sutirman.(2012). Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran. [online].Tersedia: http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/.[20 Januari


(1)

38

komunikasi siswa setelah diberikan tretment atau perlakuan.

3. Tahap analisis data

1. Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis 2. Menyimpulkan hasil penelitian.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasaan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan menerapkan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) pada kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu nilai probabilitas (sig) yang diperoleh yaitu 0,000 lebih kecil dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05. Hal tersebut menyatakan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya

pengaruh aktivitas quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas eksperimen.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada siswa yang kegiatan pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hal ini diperkuat dengan uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) yang dipeoroleh sebesar 0,000 lebih kecil dari kriteria nilai signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dapat diketahui bahwa

adanya pengaruh pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol.


(3)

78

3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif pada kegiatan pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata- rata nilai perolehan kemampuan komunikasi yang diakumulasikan selama tiga kali pertemuan yaitu sebesar 80,77 dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif untuk kelas eksperimen dan 67,23 untuk kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Selain itu hal tersebut diperkuat oleh hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa nilai probabilitas (sig) yang diperoleh yaitu sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang merupakan kriteria ketentuan yang telah ditentukan. Maka dapat dikatakan bahwa Hipotesis nol atau H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kemampuan komunikasi tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diuraikan di atas. Maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran treatment 1 dengan menggunakan aktivitas quick on the draw guru masih terlihat kaku ketika menggunakan aktivitas ini. Berdasarkan hasil penelitian aktivitas quick on the draw ini berpengaruh dalam peningkatan kemampuan komunikasi siswa. Untuk itu maka aktivitas ini sesuai untuk mengasah keterampilan komunikasi siswa yang lebih difokuskan kepada komunikasi tulisan. Namun aktivitas quick on the draw ini masih perlu dimodifikasi agar lebih bervariasi pada setiap kegiatan pembelajarannya. Sehingga tujuan


(4)

2.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif mengalami kendala seperti tidak sesuainya kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam skenario pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat membiasakan diri pada saat melakukan kegiatan pembelajaran seoptimal mungkin agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia atau lebih dari alokasi waktu yang ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

3. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara lebih optimal. Disarankan penelitian selanjutnya agar dapat mengoptimalkan kesiapan siswa terhadap langkah-langkah yang harus dilakukan ketika menggunakan aktivitas quick on the draw pada kegiatan pembelajarannya. Selain itu aktivitas quick on the draw ini disarankan digunakan pada materi ataupun mata pelajaran yang lain pada jenjang pendidikan yang berbeda agar mendapatkan hasil yang lebih beragam.


(5)

80

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2005). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ginnis, P. (2008). Trik dan Taktik Mengajar. Jakarta: PT.Indeks.

Ibrahim, M dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa. Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: PT.Alfabeta

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Jakarta: Alfabeta.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Lie, A. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Munir. (2001). Aplikasi Media dalam Proses Belajar Mengajar.Mimbar Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa.Thesis Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbikan

Purwanti, S. (2013). Penerapan Aktivitas Scramble Groups Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Siswa MTS (Studi Eksperimen pada Siswa Mts

Atta’zhimiyah di Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya,W. (2008).Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Perdana Media Grup.

Slavin, R. E. (1995).Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.


(6)

Reiza Kusumowardhany, 2013

Sugiyono. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning “Teori dan Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Suryabrata, S. (1992).Metodologi Penelitian. Rajawali: Jakarta

Trianto. (2007). Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka. Yousda, A dan Zainal, A. (1993).Penelitian dan Statistik Pendidikan.Jakarta:

Bumi Aksara.

Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sumber Internet

Hariyanto,(2012).Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. [online].Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/.[06 Maret 2013]

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: a posssible “hidden

variable” in diagnostic pretest score. [online]. Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/docs/addendum on normalized gain Pdf. [7 Januari 2013]

Pujiastuti,S.(2012). Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran [online].Tersedia:http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. [23 Januari 2013]

Ruhimat,T.(2010).Active_Learning.[online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/ FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/active_learning.pdf. [2013]

Sutirman.(2012). Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran. [online].Tersedia: http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/.[20 Januari


Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran kooperatif type quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMP PGRI 35 Serpong

2 7 193

KOMPARASI HASIL BELAJAR GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER MODEL PEMBELAJARAN CERAMAH BERVARIASI DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS X SMA NEGERI 1 BATANG KABUPATEN BATANG

0 7 159

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA : Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X SMA NEGERI 7 Bandung.

0 1 17

PENERAPAN STRATEGI QUICK ON THE DRAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI SISWA POKOK Penerapan Strategi Quick On The Draw Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Komunikasi Siswa Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga (PTK Pem

0 3 16

PENERAPAN STRATEGI QUICK ON THE DRAW PADPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI SISWA Penerapan Strategi Quick On The Draw Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Komunikasi Siswa Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga (PTK Pembelajar

0 1 15

PENERAPAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X-D SMA NEGERI 5 BOGOR: Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Pokok Hidrosfer.

0 0 60

PENERAPAN AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM TATANAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

1 3 62

(ABSTRAK) KOMPARASI HASIL BELAJAR GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER MODEL PEMBELAJARAN CERAMAH BERVARIASI DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS X SMA NEGERI 1 BATANG KABUPATEN BATANG.

0 0 3

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA N 1 TEMPEL TAHUN AJARAN 2015/2016.

3 20 318

Kata Kunci: Aktivitas, model pembelajaran, Quick on the Draw 1. PENDAHULUAN - Sumargiyani, Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Quick on the Draw pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar, hal. 87-96.

0 1 10