PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA :studi deskriptif terhadap pendidikan karakter siswa di SMKN 12 Bandung.

(1)

KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

(studi deskriptif terhadap pendidikan karakter siswa di SMKN 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh: Lilis Rosmayanti

(0900376)

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


(2)

(3)

(Studi deskriptif terhadap pendidikan karakter siswa di SMKN 12 Bandung)

Oleh

LILIS ROSMAYANTI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© LILIS ROSMAYANTI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KEGIATAN EKTRAKURIKULER PRAMUKA

(Studi deskriptif terhadap Pendidikan Karakter Siswa di SMKN 12 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Dadang Sundawa,M.Pd. NIP. 19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Dr. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd NIP. 1303452500

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001


(5)

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003

3.2

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

3.3

Drs. Muhammad Halimi, M.Pd NIP. 19580605 198803 1 001


(6)

Sikap Kemandirian Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka (Studi Deskriptif terhadap Pendidikan Karakter Siswa di SMKN 12 Bandung)

Penelitian yang berjudul “Peran pendidikan kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka” ini merupakan penelitian deskriptif terhadap pendidikan karakter siswa di SMK Negeri 12 Bandung. Melihat luasnya masalah, maka penulis membatasi masalah, sebagai berikut: 1) Bagaimana keterkaitan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah; 2)Bagaimakah peran PKn dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka; 3). Faktor-faktor apa yang pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa; 4). Kegiatan dan materi apa saja yang ada dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka sebagai upaya menumbuhkan sikap mandiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan memperoleh gambaran tentang peran pendidikan kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap kemandirian melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 12 Bandung sebagai bentuk dari pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode teknik pengumpulan data observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan studi literatur. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yang terdiri dari 7 siswa kelas X sebagai anggota pramuka, satu Pembina pramuka dan satu guru pendidikan kewarganegaraan di SMK Negeri 12 Bandung. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh data bahwa pendidikan kewarganegaraan dan ekstrakurikuler pramuka memiliki keterkaitan satu sama lain dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa, dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan menanamkan kemandirian kepada siswa secara konsep dan teori dan ektrakurikuler pramuka menjalankan konsep tersebut kedalam bentuk kegiatan kepramukaan seperti berkemah, penjelajahan, diklat ambalan dan latihan gabungan sehingga siswa memperoleh pengalaman bersikap mandiri secara langsung dalam kegiatan kepramukaan tersebut. Kemudian dalam proses penumbuhan sikap mandiri terdapat faktor-foktor pendukung seperti : lingkungan dan pergaulan, latihan kepramukaan, kegiatan-kegiatan pramuka, tenaga pendidik. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam menumbuhkan kemandirian terdapat dari lingkungan, diri sendiri dengan adanya rasa malas.


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan dengan Sikap Kemandirian ... 9

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 11

3. Sikap Kemandirian... 14

B. Pendidikan Kewarganegaraan dengan Ektrakurikuler Pramuka ... 16

1. Pengertian Ekstrakurikuler... 17

2. Tujuan dan Manfaat Ekstrakurikuler ... 18

3. Pramuka ... 20

C. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 35

B. Metode penelitian... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 40

2. Wawancara ... 41

3. Studi Literatur ... 42

4. Studi Dokumentasi ... 43

D. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 45

1. Reduksi Data ... 46

2. Penyajian Data ... 47

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 47

F. Pengujian Keabsahan Data ... 48

G. Tahap Penelitian ... 51

1. Tahap Pra Penelitian ... 51

2. Tahap Pelaksanaan ... 53


(8)

1. Lokasi Penelitian ... 55 2. Subjek Penelitian ... 60 B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Keterkaitan Ekstrakurikuler Pramuka dengan Upaya Pencapaian

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah... 62 2. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menumbuhkan sikap

Kemandirian Siswa Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka ... 66 3. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Kegiatan

Ekstrakurikuler Pramuka dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Siswa ... 69 4. Kegiatan dan Materi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

Sebagai Upaya Menumbuhkan Sikap Mandiri ... 74 C. Analisis Hasil Penelitian ... 77

1. Keterkaitan Ekstrakurikuler Pramuka dengan Upaya Pencapaian

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah... 77 2. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menumbuhkan sikap

Kemandirian Siswa Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka ... 81 3. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Kegiatan

Ekstrakurikuler Pramuka dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Siswa ... 86 4. Kegiatan dan Materi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

Sebagai Upaya Menumbuhkan Sikap Mandiri ... 94 D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang menekankan aspek pengalaman tentang bagaimana menjalankan hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh warga Negara. PKn menitikberatkan pada kemampuan dan keterampilan berfikir aktif warganegara generasi muda dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga Negara yang baik, dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan. Encyclopedia of education (wuryan dan syaifullah 2009: 75) dikemukakan bahwa :

Pendidikan kewarganegaraan dapat ditelaah dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit pendidikan kewarganegaraan membahas tentang hak dan kewajiban. Sedangkan dalam arti luas, pendidikan kewarganegaraan membahas masalah moral, etika, social serta berbagai aspek kehidupan ekonomi.

John J. Cogan (Nurmalina dan syaifullah) merumuskan : ‘civic education sebagai mata pelajaran dasar yang dirancang untuk mempersiapkan para warga Negara muda untuk mendorong peran aktif mereka di masyarakat setelah mereka dewasa.‟

Berdasarkan pengertian pendidikan kewarganegraan diatas dapat dicermati bahwa tujuan Pendidikan kewarganegaraan yaitu membentuk warganegara yang baik, warganegara yang kreatif, warganegara yang bertanggung jawab, warganegara yang cerdas, warganegara yang kritis, dan warganegara yang partisifatif. Dari tujuan ini terlihat bagaimana PKn menekankan pada aspek berfikir kritis dimana antara moralitas dan berfikir bukan dua hal yang terpisah, kemampuan berfikir kritis harus membimbing prilaku, sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuannya juga semakin baik sikap dan moralnya.


(10)

Dufti (Somantri 1976: 30) menemukakan tujuan umum PKn ini harus dijabarkan dalam keterampilan social yaitu keterampilan yang memberikan kemungkinan kepada pelajar untuk secara terampil dapat melakukan dan bersikap cerdas dan bersahabat dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Pada prakteknya Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dan di kelas masih sebatas teori dan tugas-tugas tertulis, sedangkan seharusnya yang menjadi laboratorium dari pendidikan kewarganegararan adalah masyarakat dan lingkungan sekitar, dalam hasil penelitian Hartshorn dan May (Somantri 1976: 61) „untuk memperoleh nilai-nilai yang disyaratkan dalam tujuan pendidikan kewarganegaraan ini, pelajar harus diberikan pengalaman hidup yang demokratis di lingkungan sekolah, kelas dan rumah.‟

Pengembangan diri siswa bisa diperoleh dari pengalamanan baik itu dari pendidikan formal maupun non formal. Oleh karena itu bangsa Indonesia mempunyai komitmen dalam mengembangkan pendidikan karakter bagi warganegaranya seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional yang menyatakan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencardaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta ber tanggung jawab

……. “Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan secara tantangan” (Budimansyah 2010 : 23). Dalam kaitannya dengan pendidikan kewarganegaraan pembinaan karakter mandiri tidak hanya dilakukan didalam kelas tetapi dapat juga dilakukan di luar kelas dengan salah satu kegiatan


(11)

ekstrakurikuler yang berakitan dengan pembinaan karakter dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu ekstrakurikuler pramuka, dimana dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka menanamkan budi pekerti luhur dengan cara menetapkan mental, moral fisik, pengetahuan, keterampilan dan pengamalan. Kegiatan Ekstrakurikuler pramuka terdapat kegiatan yang melatih karakter siswa, seperti berkemah, tali temali, bahkan beberapa perjalanan di alam yang melatih sikap mandiri siswa.

Sesuai dengan uraian di atas bahwa pendidikan kewarganegaraan mempunyai peran dalam pembinaan sikap kemandirian pada diri siswa yaitu : dalam pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kegiatan kepramukaan seperti musyawarah, maupun dalam kegiatan di alam terbuka seperti berkemah. Kemandirian sendiri merupakan pola fikir dan siap lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang diri sendiri. menurut Ma‟mur (2011: 30) beberapa nilai dalam kemandirian antara lain, percaya kepada kemampuan diri sendiri, tidak merepotkan dan merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan semangat bekerja dan mengembangkan diri.

Undag-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, menyebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka; gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.


(12)

Berdasarkan realita dilapangan yaitu di SMK Negeri 12 Bandung menunjukan bahwa sikap kemandirian siswa masih rendah, hal ini di tandai dengan masih banyak ditemukan siswa yang mengerjakan tugas individunya oleh orang lain dan masih bergantung kepada pekerjaa temannya, masih banyak siswa yang kepercayaan dirinya rendah sehingga ketika harus mengemukakan pendapat sangat sulit jika harus sendiri. Selain itu pada tahap ini siswa siswi SMK merupakan peralihan dari masa anak-anak ke remaja yang cendrung mencari jadi diri. Siswa-siswi SMK dituntut untuk memiliki jiwa kemandirian yang tinggi karena mereka diarahkan untuk memiliki kemampuan dan karakter yang kuat untuk masuk dalam dunia kerja. Untuk menumbuhkan sikap mandiri salah satu mata pelajaran yang mengedepankan pendidikan karakter yaitu PKn di imbangi dengan adanya ekstrakurikuler

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilihat bangaimana PKn berperan dalam menumbuhkan sikap kemandirian yang ada pada kegiatan ekstrakulikuler pramuka. Dimana kegiatan ekstrakurikuler dapat melatih dan mendidik karakter siswa secara positif, apabila ektrakulikuler dilaksanakan secara tepat, maka dapat menciptakan suatu karakter yang mandiri dan ketangguhan pada siswa. Dengan lahirnya UU No 12 tahun 2010 tentang Pendidikan Pramuka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif Pembinaan karakter siswa yaitu Pembinaan karakter dengan kode kehormataTrisatya dan Dharma Pramuka.

Berdasarkan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka”, untuk mengetahui sejauh mana PKn memberikan peran dalam ekstrakurikuler yang dilakukan di luar kelas.


(13)

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok masalah yaitu “bagaimana peran PKn dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka?”

2. Pembatasan Masalah

Dari rumusan masalah yang bersifat umum tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut dan dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana keterkaitan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah?

2. Bagaimakah peran PKn dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka?

3. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa? 4. Kegiatan dan materi apa saja yang ada dalam kegiatan ektrakurikuler

pramuka sebagai upaya menumbuhkan sikap mandiri?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang peran PKn dalam menumbuhkan sikap kemandirian melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 12 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran PKn dan ektrakurikuler Pramuka dalam pendidikan karakter, terutama yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :


(14)

a. Untuk mengetahui keterkaitan kegiatan ektrakurikuler pramuka dengan pencapaian tujuan pendidikan kewarganegaraan disekolah.

b. Untuk mengetahui peran PKn dalam menumbuhkann sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

c. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam pengembangan sikap kemandirian siswa.

d. Untuk mengetahui materi dan kegiatan apa saja yang ada dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai upaya menumbuhkan sikap kemandirian siswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis dapat Memberikan gambaran tentang peran PKn dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa kegiatan ekstrakulikuler pramuka , dan diharapkan dapat memberi sumbangsih akan pengetahuan yang dapat digunakan untuk pengembangan karakter siswa baik dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan maupun dalam kegiatan ektrakurikuler.

2. Secara Praktis

a. Memperluas wawasan mengenai pentingnya PKn dan ekstrakulikuler dalam menumbuhkan sikap kemandirian.

b. Untuk mengkaji apakah ekstrakurikuler pramuka dapat mengembangkan karakter kemandirian siswa.

c. diharapkan dapat berguna bagi lembaga pendidikan, khususnya sekolah formal dalam memberi masukan tentang pendidikan karakter yang baik dan sesuai kepada siswa baik dalam pelajaran di kelas maupun diluar kelas


(15)

d. Memberikan sumbangsih pemikiran pada siswa tentang pentingnya pendidikan karakter dan bagaimana pendidikan karakter yang dikembangakan dalam PKn dan kegiatan ektrakurikuler pramuka. e. Menjadi salah satu bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya

E. Struktur Organisasi Skripsi 1. Judul

2. Pernyataan mengenai maksud penulisan karya ilmiah 3. Nama dan kedudukan tim pembimbing

4. Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah 5. Kata pengantar

6. Abstrak 7. Daftar isi 8. Daftar Tabel 9. Daftar Gambar 10.Daftar lampiran

11.Bab I Pendahulan : berisi tentang uraian mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,Anggapan dasar, Definisi Operasional, Teknik Penelitian,serta Subjek dan Lokasi penelitian.

12.Bab II Kerangka Teoritis : Pada bab ini diuraikan dokumen/kepustakaan yang teoritis serta berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang memiliki hubungan dalam mendukung penelitian penulis.

13.Bab III Metode Penelitian : Dalam bab ini, ditulis dan dipaparkan mengenai Metodologi yang digunakan dalam penelitian, seperti pendekatan, metode peneltian , teknik pengumpulan data, sumber data, tahap penelitian, pengolahan data, dan reduksi data.


(16)

14.Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan : pada bab ini berisi tentang penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan mengenai upaya ekstrakurikuler, serta perkembangan karakter kedisiplinan dan kemandirian siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. 15.Bab V kesimpulan Dan rekomendasi : pada bab ini berisi Mengenai

kesimpulan dan saran. Dan penulis mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi.

16.Bab VI Daftar Pustaka 17.Daftar Lampiran


(17)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah pendekatan kualitatif, Sugiyono (2008: 15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang ilmian, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan focus, memiliki seperangkat kriteria untuk untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian (Moleong, 1996: 27).

Pendapat moleong dan sugiyono keduanya menjelaskan bahwa manusia/peneliti sebagai instrument penelitian atau peneliti utama. Penulis melakukan sendiri pengamatan atau wawancara tidak terstruktur sehingga dapat menyelami dan memahami masalah yang diteliti dan bagaimana interaksi antar-manusia secara mendalam dengan dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.

Lebih lanjut Nasution (2002: 9-12) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif/naturalistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


(18)

1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau “natural setting”. Dimana peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi pada situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.

2. Peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama.

3. Sangat deskriftif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. 4. Mementingkan proses maupun produk, jadi juga memperhatikan

bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna dibelakang perbuatan atau kelakuan, sehingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Untuk itu peneliti sendiri terjun kelapangan untuk mengadakan observasi atau wawancara.

7. Triangulasi. Data atau informasi dari satu pihak harus di check kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian konstektual. Peneliti mengumpulkan data dan mencatat data yang sangat terinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.

9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti. 10.Mengutamakan perspektif yang emic, artinya mementingkan pandangan

responden, yakni bagaimana ia memandang atau menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.

11.Verifikasi. Antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negative. 12.Sampling yang purposive. Sampelnya biasanya sedikit dipilih berdasarkan

tujuan (purposive) penelitian.

13.Menggunakan “audit trail”, yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14.Pertisipasi tanpa menggangu. Untuk mendapatkan situasi yang natural atau wajar, peneliti hendaknya jangan menonjolkan diri dalam melakukan observasi.

15.Mengadakan analisis sejak awal penelitian, dan selanjutnya sepanjang melakukan penelitian itu.

16.Desain penelitian tampil dalam proses penelitian. Pada penelitian naturalistik/kualitatif pada awalnya belum dapat direncanakan desain yang terinci, lengkap dan pasti yang menjadi peganga selanjutnya selama penelitian.

Menurut pendapat para ahli di atas menunjukan bahwa pada dasarnya penelitian kualitatif memncoba memahami fenomena dalam seting dan konteks natural, dimana yang menjadi alat peneliti utama yaitu peneliti itu


(19)

sendiri. Oleh karena itu pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan serta dalam kegiatan, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data secara akurat.

Dalam implementasinya dilapangan penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Sugiyono (2008: 35) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif digunakan ketika:

1. Bila masalah penelitian masih belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.

2. Memahami makna dibalik data yang tampak. 3. Untuk memahami interaksi sosial.

4. Memahami perasaan orang. 5. Untuk mengembangkan teori. 6. Untuk memastikan kebenaran data. 7. Meneliti sejarah perkembangan.

Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan, karena pendekatan ini sangan memungkinkan untuk meneliti fokus pada pemasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam Untuk mewujudkan beberapa kepentingan penulis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran dan hubungan pendidikan kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang mana masalah ini penulis masih belum jelas.

2. Untuk mengetahui fakor dan kegiatan apa saja yang ada dan digunakan ektrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian siswa. 3. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan keilmuan, teori dan

aplikasinya yang dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan.


(20)

Selain alasan di atas, penulis meggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif memiliki banyak keunggulan, seperti halnya yang di ungkapkan Sugiyono (2008: 41) bahwa penelitian kualitatif memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.

2. Mampu mencipakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.

3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian (konteks sosial)

4. Mampu menggali sumber dat observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara trianggulasi, serta sumber-sumber lain.

5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema cultural/budaya.

6. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan trasferabilitas hasil penelitian.

7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru.

8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci.

9. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmialh.

10.Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Melalui keunggulan atau kompetensi yang dimiliki oleh pendekatan kualitatif, penulis berharap dapat melakukan peneltian secara mendalam, maksimal dan mendapatkan data yang akurat dan valid, sehingga hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan dapat menjadi penelitian yang ilmiah dan empirik.


(21)

B. Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang/kontemporer dan memusatka pada masalah actual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1998: 63) yang menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia. Suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat dskripsi secara akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Danial dan Wasriah (2007: 52) mengemukakan bahwa “metode deskriptif adalah metode yang bertujuan memperlihatkan fenomena yang ada, mengindetifikasi berbagai masalah, penilaian suatu kebijakan, dan studi tentang keunggulan dan kelemahan suatu program yang telah dilakukan”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, metode deskriptif dipandang tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan kepada anggota pramuka di SMKN 12 Bandung. Hal ini dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang peran PKn dalam menumbuhkan sikap kemandirian yang melalui ektrakurikuler pramuka, yang termasuk didalamnya studi tentang faktor yang mendukung dan menghambat dalam penumbuhan sikap mandiri. Tujuan penelitian ini akan tercapai dengan mendeskripsikan hubungan PKn dan kegiatan serta materi apa yang digunakan dalam ekstrakurikuler pramuka guna menumbuhkan sikap kemandirian dan faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam proses penumbuhan kemandirian.


(22)

C. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh akurat dan valid maka penulis bertindak sebagai instrument utama (key instrument) atau langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting). Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Mengenai observasi, Nasution (2002: 56) menjelaskan bahwa:

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan berbagai alat, si antaranya alat yang sangat canggih, sehingga dapat diobservasi benda sekecil-kecilnya atau sejauh-jauhnya dijagad raya.

Lebih lanjut Hadi (Sugioyono, 2008: 203) mengemukakan bahwa „observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses ingatan dan pengamatan‟.

Di sisi lain Patton (Nasution, 2002: 59) menjelaskan bahwa observasi member manfaat sebagai berikut:

a. Dengan berada dilapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pandangan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dilingkungan itu, karena telah dianggap “bias” dan karena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.


(23)

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebuh komprehensif. f. Dalam lembaga peneliti tidak hanya dapat mengadakan

pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi. g. Dengan terjun kelapangan, peneliti dapat memperoleh gambaran

serta langsung mengenai kondisi umum obyek yang akan diteliti, selain itu juga peneliti mempunyai banyak kesempatan untuk mendapatkan data yang lebih banyak yang dapat dijadikan dasar memperoleh data yang valid, akurat dan lebih terperinci.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui observasi, seorang peneliti mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi yang ada.

Mengingat banyaknya kontribusi observasi bagi sebuah penelitian, maka penulis mengadakan penelitian observasi di SMKN 12 Bandung. Adapun observasi yang penulis lakukan adalah observasi terhadap peran PKn dalam penumbuhan sikap mandiri pada siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler pramuka.

2. Wawancara

“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (responden)” (Arikunto, 1997: 145). Sedangkan menurut Estenberg (Sugiyono, 2008: 317) menjelaskan bahwa „wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksi makna dalam suatu topik tertentu‟.


(24)

Lebih lanjut Nasution (2002: 73) menjelaskan bahwa “tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam fikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi”.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapatnya Stainback (Sugiyono, 2008: 318) yang mengemukakan bahwa „dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengekspresikan situasi dan phenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat dikemukakan/ditemukan melalui observasi‟.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian. Adapun wawancara yang gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak tersktuktur, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai kebebasan untuk member jawaban atau ulasan serta memungkinkan wawancara dilakukan secara mendalam. Dalam implementasinya dilapangan penulis melakukan wawancara kepada satu orang guru PKn, satu orang Pembina pramuka, satu orang pelatih pramuka dan 7 orang anggota pramuka di SMKN 12 Bandung. Pemilihan responden berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah sumber yang tepat karena mereka mengajarkan dan mempelajari PKn serta mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

3. Studi Literatur

“Studi literatur adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian” (Danial dan Warsiah, 2007: 67). Teknik ini penulis gunakan dalam penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan


(25)

yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literature-literatur yang berhubungan dengan pembelajaran PKn dan penumbuhan sikap kemandirian serta ekstrakurikuler pramuka. Hal ini selaras dengan pendapat Faisal (1992:30) yang mengemukakan bahwa “hasil studi literature bias dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti, termasuk juga member latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti”.

4. Studi Dokumentasi

“Studi dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian” (Danial dan Warsiah, 2007: 66). Guba dan Lincoln sebagaimana dikutif Alwasilah (2002: 155) memaknai dokumen sebagai barang yang tertulis atau terfilmkan selain records (bukti catatan) yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti.

Dokumen-dokumen seperti otobiografi, memo, catatah harian, surat-surat peribadi, berita Koran, artikel majalah, brosur-brosur, bulletin, foto-foto, film dan dokumen lainnya diperlukan dalam penelitian tentang peran PKn dalam menumbuhkan sikap mandiri siswa melalui kegiatan elstrakurikuler pramuka, sebab ia dapat mengungkapkan bagaimana subyek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitannya antara definisi tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dan tindakan-tindakannya.


(26)

D. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 12 Bandung, terletak di Jln. padjajaran No 53 Bandung. Penetapan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa proses pendidikan karakter dalam ektrakulikuler pramuka masih berjalan dan dilakukan secara rutin dan terjadwal.

2. Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif memerlukan data-data atau informasi dari berbagai sumber yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk itu harus ditentukan subyek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2002: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat dijadikan informasi. Sampel berupa peristiwa, manusia, situasi yang dionservasi. Sering sampel berupa responden yang dapat diwawancarai. Sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini sering disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial dan berurutan.

Pendapat demikian pada penelitian kualitatif, subyek penelitian dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu, Meleong (2000: 181) meyatakan bahwa “….. pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purpose sample). Lebih lanjut Sugiyono (2008: 301) menjelaskan bahwa:

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang


(27)

diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. satu orang guru PKn kelas XI di SMK Negeri 12 Bandung yaitu ibu ED, Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa guru merupakan pihak yang dapat memberikan informasi berkenaan dengan peran PKn dalam pengembangan karakter siswa terutama dalam sikap kemandirian dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

2. Satu orang Pembina pramuka yaitu ibu RN hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Pembina dan pelatih mengetahui perkembangan sikap siswa dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam ektrakurikuler pramuka.

3. Siswa-siswi kelas X sebanyak tujuh orang yang mengikuti ektrakurikuler pramuka di SMK Negeri 12 Bandung. Pemilihan siswa dan siswi kelas X sebagai subjek dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa mengetahui proses kegiatan pramuka yang mereka ikuti di SMKN 12 Bandung.

E. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2008: 338) menjelaskan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang memperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan berkomunikasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”


(28)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak memasuki lapangan, selama penelitian berlangsung dan setelah selesai dilapangan. Namun menurut sugiyono (2008: 338) analisis lebih difokuskan selama proses dilapangan, bersamaan dengan pengumpulan data.

Analisis data kualitatif selama dilapangan berdasarkan model Miles dan Huberman terdiri atas tiga aktivas, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Sugiyono (2008: 338) menjelaskan bahwa “reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”.

Lebih lanjut Nasution (2002: 128) menjelaskan bahwa:

Data diperoleh dari lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika tidak di analisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan „mentah‟ disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.

Pendapat ahli di atas relevan dengan kondisi penulis dilapangan, dimana semakin lama penulis melakukan penelitian, data yang diperoleh semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data.


(29)

2. Data Display (Penyajian Data)

“Data yang bertumpuk dan laporan lapangan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uaraian singkat, networks, chart, dan grafik” (Nasution, 2002: 128).

Pendapat nasution diatas sejalan dengan pendapat Sugiyono (2008: 314) yang menyatakan dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data maka akan mempermudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan rencana selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Oleh karena itu supaya penulis tidak terjebak dalam tumpukan data lapangan yang banyak, peneliti melakukan display data. Display data yang dilakukan lebih banyak dituangkan kedalam bentuk uraian singkat.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dalam rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan (Sugiyono, 2008: 345). Ditambahkan oleh Nasution (2002: 130) bahwa “kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan iu lebih “Grounded”. Jadi kesimpulan itu harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung”.


(30)

Langkah keyiga ini penulis lakukan dilapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mencapai suatu kesimpulan yang tepat, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, agar lebih menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskannya kesimpulan akhir yang akurat.

F. Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2008: 366) menjelaskan bahwa “uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), depandability (reabilitas), dan confirmability (obyektivitas)”.

1. Credibility (Validitas Internal)

“Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, peni ngkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negative, menggunakan bahan referensi, dan member check” (Sugiyono, 2008: 368). Rangkaian aktivitas credibility data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperpanjang pengamatan

Memperpanjang pengamatan penulis lakukan guna memperoleh data yang valid dari sumber data, dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dan waktu yang tepat.

b. Meningkatkan ketekunan dalam penelitian

Terkadang seorang peneliti dalam melakukan pnelitian dilanda penyakit malas, maka untuk mengantisipasi hal tersebut penulis meningkatka ketekunan dengan membulatkan niat dan menjaga semangat dengan


(31)

meningkatkan intimitas hubungan dengan motivator, hal ini penulis lakukan agar dapat melakukan penelitian dengan lebih cermat dan berkesinambungan. c. Triangulasi data

“tujuan dari triangulasi data adalah pengecekan kebenaran tertentu dari berbagai sumber, cara, dan berbagai waktu” (Sugiyono, 2008: 372). Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan guru PKn, Pembina pramuka dan siswa anggota pramuka SMKN 12 Bandung, dengan cara menggali dan mengecek informasi dari berbagai sumber yaitu guru dan siswa yang berbeda dengan mengkombinasikan teknik wawancara dan observasi.

d. Analisis kasus negative

“melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan” (Sugiyono, 2008: 374).

e. Menggunakan referensi yang cukup

“Yang dimaksud mengggunakan referensi dalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti” (Sugiyono, 2008: 375). Oleh karena itu supaya validitas penelitian ini dapat dipercaya maka penulis mengumpulkan semua bukti penelitian yang ada.

f. Member check

“member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data (Sugiyono, 2008: 375)”. Dalam penelitian ini penulis melakukan member


(32)

check kepada semua sumber data yaitu kepada guru PKn, Pembina pramuka dan siswa kelas X dan XI yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Mengenai Transfebility Sugiyono (2008: 368) menjelaskan bahwa:

Trasferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, sehingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka penulis dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas, dan sistematis. Dengan demikian penulis berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Dependability (Reliabilitas)

Mengenai dependability Sugiyono (2008: 368) menjelaskan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merepleksi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data, penelitian seperti ini perlu diuji dependability.

Berkaitan dengan uji dependability, penulis dibimbing dan diarahkan secara kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan maksud supaya penulis dapat menunjukan jejak aktivitas di lapangan dan mempertanggung jawabkan


(33)

seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan masalah/focus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

4. Confirmability (Obyektivitas)

Mengenai Confirmability Sugiyono (2008: 368) menjelaskan bahwa: Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menguji hasil penelitian dengan mengkaitkannya ke dalam proses penelitian dan mengevaluasi apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak. G. Tahap Penelitian

Sebuah penelitian akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan seperti yang diharapkan, jika penelitian itu dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan. Oleh karena itu, supaya penelitian yang penulis lakukan dapat berjalan dengan baik guna mencapai hasil yang maksimal, maka dalam melakukan penelitian ini penulis menyusun langkah-langkah penelitian secara sistematis sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini, penulis menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke SMK Negeri 12 Bandung pada bulan Pebruari 2013. Tujuannya untuk mengetahui kondisi umum dari SMK Negeri 12 Bandung terutama yang berkaitan dengan pembelajaran PKn dan ekstrakurikuler pramuka. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data tentang


(34)

ektrakurikuler pramuka disekolah tersebut yang akan dijadikan data dan informasi awal untuk memperkuat gambaran tentang tentang bagaimana peran PKn dalam pengembangan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan ektrakurikuler pramuka.

Setelah mengadakan pra penelitian kemudian penulis memilih dan menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan focus penelitian. Hasil lokasi penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi yang terkait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:

a. Penulis mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada ketua jurusan PKn, FPIPS UPI Bandung.

b. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan 1 untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

c. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor 1 mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada kapala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Barat.

d. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Barat, mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada Badan pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.

e. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung.

f. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala SMK Negeri 12 Bandung.


(35)

g. Kepala SMK Negeri 12 Bandung memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 12 Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang menunjang telah lengkap, maka peneliti terjun ke lapangan untuk pelaksanaan penelitian, yang dimulai pada bulan April-Mei 2013. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menekankan bahwa instrument yang utama adalah peneliti sendiri (key instrument). Peneliti sebagai instrument utama dibantu oleh pedoman wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis siapkan terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Pedoman wawancara untuk guru bidang studi PKn kelas XI SMK Negeri 12 Bandung

b. Pedoman wawancara untuk Pembina pramuka di SMK negeri 12 Bandung c. Pedoman wawancara untuk siswa/siswi anggota pramuka kelas X dan XI

SMK Negeri 12 Bandung

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis ketahui dari pengamatan. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul dalam catatan lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan sata secara menditail dan lengkap.

3. Tahap Analisis Data

Kegiatan menganalisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Dengan demikian, pada tahap ini penulis berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan lapangan dan


(36)

dokumentasi. Untuk memudahkan analisis Nasution (1996: 14) menjelaskan bahwa: “dalam penelitian kualitatif mula-mula dikumpulkan data empiris, dari data itu ditentukan pola dan tema jadi ada penemuan dan kelak dikembangkan menjadi teori”. Jalannya ialah dari spesifik kepada umum.


(37)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti merumuskan kesimpulan secara umum yaitu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan sikap mandiri siswa, dalam pelaksanaannya Pendidikan Kewarganegaraan berdampingan dengan ekstrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap mandiri, dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan lebih memberikan secara konsep tentang kemandirian dan ekstrakurikuler pramuka melalui kegiatan-kegiatan pramuka seperti berkemah dan penjelajahan yang dilaksanakan secara langsung oleh siswa-siswi, sehingga ada keseimbangan antara konsep yang dipelajari dan pelaksanaan secara langsung dalam bentuk kegiatan pramuka.

Secara khusus, peneliti merumuskan kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka sangat berkaitan dengan mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan terutama dalam tujuannya yaitu ingin membentuk karakter dalam sikap kemandirian melalui kegiatan pramuka seperti berkemah, penjelajahan, dan latihan rutin kepramukaan. 2. Peran pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap kemandirian dalam ekstrakurikuler pramuka yaitu pembelajaran pendidikan karakter mandiri secara konsep dalam kegiatan pembelajaran ataupun melalui kegiatan diluar kelas seperti pemberian tugas individu dan dalam kegiatan ektarkurikuler belajar bersikap mandiri secara langsung melalui kegiatan-kegiatan pramuka seperti berkemah sehingga anak mampu bersikap mandiri dengan mendidik untuk berani


(38)

memutuskan pilihannya sendiri, meningkatkan kepercayaan dirinya, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3. Faktor yang mendukung dalam menumbuhkan sikap mandiri yaitu: lingkungan dan pergaulan, latihan kepramukaan, kegiatan-kegiatan pramuka, tenaga pendidik. Yang menjadi faktor penghambat dalam menumbuhkan kemandirian terdapat dari lingkungan, diri sendiri dengan adanya rasa malas dan pergaulan, ketika hal tersebut muncul ada upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya dimulai dengan keyakinan pada diri sendiri untuk mau bekerja keras, mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif sehingga waktu yang ada akan di optimalkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan mengandung nilai-nilai pendidikan, dalam hal ini seperti mengikuti kegiatan yang ada disekolah dan kegiatan dalam ekstrakurikuler pramuka.

4. kegiatan-kegiatan yang berperan besar dalam menumbuhkan kemandirian yaitu berkemah dan penjelajahan, dan dalam kegiatan ini juga didukung oleh kegiatan lain seperti tali temali dan kegiatan keterampilan lainnya. Dengan berkemah siswa-siswi belajar hidup mandiri dengan menentukan pilihannya sendiri, bertanggung jawab atas pilihannya, percaya diri, mengembangkan diri dengan kepercayaaan diri serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu pramuka mendidik siswa untuk peduli dan memiliki watak sosial dan pengabdian masyarakat yang tinggi dalam rangka kepedulian terhadap berbagai masalah kemasyarakatan.

B. Saran

Dari hasil penelitian rumusan kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, maka peneliti merumuskan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan, masukan, dan saran di antaranya sebagai berikut:


(39)

1. Keterkaitan antara pendidikan kewarganegaraan dan ektrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap mandiri siswa melalui pengetahuan secara konsep dan teori serta melalui kegiatan kepramukaan perlu ditingkatkankan, hal ini bertujuan agar sikap kemandirian dapat tumbuh secara langsung kepada siswa melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam ekatrakurikuler pramuka.

2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dilakukan di SMK Negeri 12 Bandung perlu disosialisasikan lagi kepada siswa, karena jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka masih sangat sedikit, serta pengajaran konsep mandiri secara konsep dan teori yang di ajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan harus lebih disesuaikan dengan kegiatan yang ada dalam lingkungan terutama lingkungan pramuka.

3. Faktor-faktor pendukung dalam menumbuhkan sikap mandiri yaitu lingkungan, kegiatan kepramukaan, pergaulan dan pendidik perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam menumbuhkan sikap mandiri, sehingga siswa bisa lebih optimal dalam memotivasi diri dan bersikap kreatif, inovatif untuk bersikap mandiri sehingga mampu mengatasi hambatan yang ada pada dirinya seperti rasa malas dan lingkungan dengan kemampuannya untuk menentukan pilihan.

4. Pelaksanaakn kegiatan-kegitan dalam pramuka seperti berkemah dan penjelajahan serta kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan alam harus lebih ditingkatkan dengan rencana yang matang antar pihak sekolah dengan dewan ambalan/anggota pramuka, sehingga semua kegiatan terancang dengan baik dan tidak lepas dari tujuan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut yaitu menciptakan manusia yang berkarakter dan mandiri.


(40)

(41)

109 A. SUMBER BUKU

Adipuro Kusmini et a.(2004). Kewirausahaan. Bandung : Ghalia Indonesia

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif (Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif). Jakarta: PT. Dunia Pusaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011) Buku Panduan Internalisasi pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Diva Press.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press

Budimansyah. (2011). Pembinaan Karakter Generasi Muda. Bandung: CV Dua Usaha Muda Faisal, Sanapsiah. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi).

Jakarta: Rajawali Pers

Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Barat. (2011). Himpunan Petunjuk Penyelenggara Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Bandung: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Gerakan Pramuka Kwartir Daerah jawa Barat. (2011). Administrasi Organisasi Satuan.

Bandung: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Moleong. Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Meleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nasution, S. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nasution. (2008). Metode Penelitian Naruralistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nazir. M (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmalina, Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Daerah. (2010). Materi Kursus pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Bandung : Pusdiklatda


(42)

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta cv Sumantri, Numan. (1976). Metode Mengajar Civics, Jakarta : Erlangga

Sunardi, Andri. (2011). Boyman Ragam Latihan Pramuka. Bandung : Nuansa Muda

Wasriah, N & Danial, E. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn-PFIPS UPI.

Wuryan Sri, Syaifullah, (2009). Ilmu Kewarganegaraa. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaan FPIPS UPI

Zubaedi, (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta : Premada Media Group B. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi. C. SUMBER LAINNYA

Mu’tadin. 2002. Psikologi Kemandirian. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/[22 Februari 2013]

Pandurasta. 2008. Kegiatan Pramuka. [Online]. Tersedia:

http://racanastainska.blogspot.com/2008/02/kegiatan-pramuka.html

Irfan, pramuka mendidik siswa menjadi praja disiplin .2010.

http://irfansworld.com/2010/04/15/pramuka-mendidik-siswa-menjadi-praja-disiplin/ [17 Januari 2012]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti merumuskan kesimpulan secara umum yaitu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan sikap mandiri siswa, dalam pelaksanaannya Pendidikan Kewarganegaraan berdampingan dengan ekstrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap mandiri, dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan lebih memberikan secara konsep tentang kemandirian dan ekstrakurikuler pramuka melalui kegiatan-kegiatan pramuka seperti berkemah dan penjelajahan yang dilaksanakan secara langsung oleh siswa-siswi, sehingga ada keseimbangan antara konsep yang dipelajari dan pelaksanaan secara langsung dalam bentuk kegiatan pramuka.

Secara khusus, peneliti merumuskan kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka sangat berkaitan dengan mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan terutama dalam tujuannya yaitu ingin membentuk karakter dalam sikap kemandirian melalui kegiatan pramuka seperti berkemah, penjelajahan, dan latihan rutin kepramukaan. 2. Peran pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap kemandirian dalam ekstrakurikuler pramuka yaitu pembelajaran pendidikan karakter mandiri secara konsep dalam kegiatan pembelajaran ataupun melalui kegiatan diluar kelas seperti pemberian tugas individu dan dalam kegiatan ektarkurikuler belajar bersikap mandiri secara langsung melalui kegiatan-kegiatan pramuka seperti berkemah sehingga anak mampu bersikap mandiri dengan mendidik untuk berani


(2)

107

Lilis Rosmiyanti, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memutuskan pilihannya sendiri, meningkatkan kepercayaan dirinya, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3. Faktor yang mendukung dalam menumbuhkan sikap mandiri yaitu: lingkungan dan pergaulan, latihan kepramukaan, kegiatan-kegiatan pramuka, tenaga pendidik. Yang menjadi faktor penghambat dalam menumbuhkan kemandirian terdapat dari lingkungan, diri sendiri dengan adanya rasa malas dan pergaulan, ketika hal tersebut muncul ada upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya dimulai dengan keyakinan pada diri sendiri untuk mau bekerja keras, mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif sehingga waktu yang ada akan di optimalkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan mengandung nilai-nilai pendidikan, dalam hal ini seperti mengikuti kegiatan yang ada disekolah dan kegiatan dalam ekstrakurikuler pramuka.

4. kegiatan-kegiatan yang berperan besar dalam menumbuhkan kemandirian yaitu berkemah dan penjelajahan, dan dalam kegiatan ini juga didukung oleh kegiatan lain seperti tali temali dan kegiatan keterampilan lainnya. Dengan berkemah siswa-siswi belajar hidup mandiri dengan menentukan pilihannya sendiri, bertanggung jawab atas pilihannya, percaya diri, mengembangkan diri dengan kepercayaaan diri serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu pramuka mendidik siswa untuk peduli dan memiliki watak sosial dan pengabdian masyarakat yang tinggi dalam rangka kepedulian terhadap berbagai masalah kemasyarakatan.

B. Saran

Dari hasil penelitian rumusan kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, maka peneliti merumuskan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan, masukan, dan saran di antaranya sebagai berikut:


(3)

1. Keterkaitan antara pendidikan kewarganegaraan dan ektrakurikuler pramuka dalam menumbuhkan sikap mandiri siswa melalui pengetahuan secara konsep dan teori serta melalui kegiatan kepramukaan perlu ditingkatkankan, hal ini bertujuan agar sikap kemandirian dapat tumbuh secara langsung kepada siswa melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam ekatrakurikuler pramuka.

2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dilakukan di SMK Negeri 12 Bandung perlu disosialisasikan lagi kepada siswa, karena jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka masih sangat sedikit, serta pengajaran konsep mandiri secara konsep dan teori yang di ajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan harus lebih disesuaikan dengan kegiatan yang ada dalam lingkungan terutama lingkungan pramuka.

3. Faktor-faktor pendukung dalam menumbuhkan sikap mandiri yaitu lingkungan, kegiatan kepramukaan, pergaulan dan pendidik perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam menumbuhkan sikap mandiri, sehingga siswa bisa lebih optimal dalam memotivasi diri dan bersikap kreatif, inovatif untuk bersikap mandiri sehingga mampu mengatasi hambatan yang ada pada dirinya seperti rasa malas dan lingkungan dengan kemampuannya untuk menentukan pilihan.

4. Pelaksanaakn kegiatan-kegitan dalam pramuka seperti berkemah dan penjelajahan serta kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan alam harus lebih ditingkatkan dengan rencana yang matang antar pihak sekolah dengan dewan ambalan/anggota pramuka, sehingga semua kegiatan terancang dengan baik dan tidak lepas dari tujuan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut yaitu menciptakan manusia yang berkarakter dan mandiri.


(4)

109

Lilis Rosmiyanti, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(5)

A. SUMBER BUKU

Adipuro Kusmini et a.(2004). Kewirausahaan. Bandung : Ghalia Indonesia

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif (Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif). Jakarta: PT. Dunia Pusaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011) Buku Panduan Internalisasi pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Diva Press.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press

Budimansyah. (2011). Pembinaan Karakter Generasi Muda. Bandung: CV Dua Usaha Muda Faisal, Sanapsiah. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi).

Jakarta: Rajawali Pers

Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Barat. (2011). Himpunan Petunjuk Penyelenggara Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Bandung: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Gerakan Pramuka Kwartir Daerah jawa Barat. (2011). Administrasi Organisasi Satuan.

Bandung: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Moleong. Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Meleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nasution, S. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nasution. (2008). Metode Penelitian Naruralistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nazir. M (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmalina, Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Daerah. (2010). Materi Kursus pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Bandung : Pusdiklatda


(6)

110

Lilis Rosmiyanti, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Menumbuhkan Sikap Kemandirian Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif-Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta cv

Sumantri, Numan. (1976). Metode Mengajar Civics, Jakarta : Erlangga

Sunardi, Andri. (2011). Boyman Ragam Latihan Pramuka. Bandung : Nuansa Muda

Wasriah, N & Danial, E. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn-PFIPS UPI.

Wuryan Sri, Syaifullah, (2009). Ilmu Kewarganegaraa. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaan FPIPS UPI

Zubaedi, (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta : Premada Media Group

B. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi.

C. SUMBER LAINNYA

Mu’tadin. 2002. Psikologi Kemandirian. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/[22 Februari 2013]

Pandurasta. 2008. Kegiatan Pramuka. [Online]. Tersedia: http://racanastainska.blogspot.com/2008/02/kegiatan-pramuka.html

Irfan, pramuka mendidik siswa menjadi praja disiplin .2010.

http://irfansworld.com/2010/04/15/pramuka-mendidik-siswa-menjadi-praja-disiplin/ [17 Januari 2012]


Dokumen yang terkait

Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta

0 8 126

Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Menumbuhkan Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 5 Tangerang

6 49 244

Peran Koperasi Sekolah dalam Menumbuhkan Karakter Wirausahawan Pada Siswa di SMKN 1 Kota Tangerang

0 5 79

PERANAN KEGIATAN ESKTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP KEDISIPLINAN SISWA UNTUK MENCAPAI TUJUAN PKN : Studi Deskriptif Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa di SMKN 1 Cimahi.

2 23 66

PENGARUH PARTISIPASI SISWA DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN.

2 14 42

HUBUNGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA : Studi Deskriptif di SMK Angkasa Bandung.

4 20 32

PENGARUH KOMPETENSI DAN KOMITMEN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Deskriptif di SMP Negeri Kota Bandung.

1 2 87

PENGARUH PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENGEMBANGAN SIKAP PATRIOTISME :Studi Deskriptif Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Di SMA Negeri Di

3 30 66

Studi deskriptif ragam permasalahan pada

0 0 7

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga)

0 0 13