PERANAN KEGIATAN ESKTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP KEDISIPLINAN SISWA UNTUK MENCAPAI TUJUAN PKN : Studi Deskriptif Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa di SMKN 1 Cimahi.

(1)

( Studi Deskriptif Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa di SMKN 1 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Obby Taufik Hidayat 0809618

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh

Obby Taufik Hidayat 0809618

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Obby Taufik Hidayat, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, fotokopi atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis


(3)

TUJUAN PKN

(Studi Deskriptif Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa di SMKN 1 Cimahi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I.

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 196308201988031001

PEMBIMBING II,

Dr. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd NIP 00130345025

Diketahui Oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 196308201988031001


(4)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 15

1. Tujuan Umum ... 15

2. Tujuan Khusus... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

1. Manfaat Teoritis ... 15

2. Manfaat Praktis ... 15

E. Penjelasan Istilah ... 16

1. Ekstrakurikuler ... 16

2. Pramuka ... 16

3. Sikap ... 17

4. Disiplin ... 17

5. Pendidikan Kewarganegaraan ... 18

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 19

A. Ekstrakurikuler ... 19

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler ... 21

3. Prinsip-Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler... 24

B. Pramuka ... 26


(5)

ix

3. Faktor Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 38

D. Disiplin... .. 39

1. Pengertian Disiplin... . 39

2. Tujuan Kedisiplinan... . 41

E. Pendidikan Kewarganegaraan ... 42

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 42

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 44

F. Kerangka Pemikiran ... 45

G. Hipotesis. ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 47

1. Pendekatan Penelitian ... 47

2. Metode Penelitian ... 51

B. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Observasi ... 55

a. Pengertian Observasi ... 55

b. Manfaat Observasi ... 56

c. Obyek Observasi ... 57

d. Tahapan Observasi ... 57

2. Wawancara ... 58

3. Studi Dokumentasi ... 60

4. Triangulasi/ Gabungan ... 62

C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 62

1. Reduksi Data ... 64

2. Display Data ... 64

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 65

4. Pengujian/ Keabsahan Data ... 66

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 69

1. Lokasi Penelitian ... 69

2. Subyek Penelitian ... 70

E. Tahap-Tahap Penelitian ... 71

1. Tahap Pra Penelitian... 71

2. Tahap Pelaksanaan ... 71


(6)

x

2. Visi dan Misi Sekolah... .. 73

3. Tujuan Sekolah ... 74

4. Sejarah Sekolah... . 75

5. Data Ekstrakurikuler SMKN 1 Kota Cimahi... . 76

B. Gambaran Umum Ekstrakurikuler Pramuka SMKN 1 Cimahi .... 78

1. Kepengurusan Ekstrakurikuler Pramuka SMKN 1 Cimahi... 78

2. Syarat Kecakapan Umum Ekstrakurikuler Pramuka ... 84

3. Seragam dan Atribut Penegak ... 84

4. Bentuk Pelatihan Ekstrakurikuler Pramuka ... 87

C. Deskripsi Hasil Penelitian... . 93

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 112

B. Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN. ...


(7)

xi


(8)

vi

Deskriptif Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa di SMKN 1 Kota Cimahi). Di era globalisasi, dunia pendidikan mengalami berbagai macam masalah kompleks yang perlu mendapat perhatian. Salah satu masalah tersebut adalah kesadaran tentang kedisiplinan siswa yang semakin menurun, salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dari pendidik khususnya di sekolah dalam membina siswa. Oleh karena itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat menjadi tempat yang strategis untuk mengembangkan sikap kedisiplinan siswa yang merupakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan salah satunya melalui pendidikan sikap disiplin di berbagai macam kegiatan Ekstrakurikuler. Pramuka sebagai salah satu wadah kegiatan Ekstrakurikuler yang terorganisasi dan sarat akan pengembangan sikap disiplin siswa, sangat menunjang dalam berupaya mengembangkan sikap disiplin siswa di sekolah. Penelitian ini berupaya mengungkap beberapa rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana penerapan sikap disiplin siswa dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi?; (2) Hambatan apa yang dihadapi dalam pengembangan sikap kedisiplinan siswa melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi?; (3) Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan di dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam mengembangkan sikap kedisiplinan siswa di SMKN 1 Kota Cimahi?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan peranan Ekstrakurikuler Pramuka dalam mengembangkan sikap disiplin untuk tujuan PKN. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Sikap disiplin siswa terlihat lebih baik setelah menjadi atau rajin mengikuti setiap latihan di kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka. (2) Hambatan yang dihadap dalam pengembangan sikap disiplin siswa melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi berasal dari faktor internal dan eksternal. (3) Upaya untuk mengatasi untuk hambatan yang ada yaitu dengan cara pihak sekolah semaksimal mungkin mendukung sarana dan prasarana kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi dan memberikan pemahaman untuk menumbuhkan rasa kesadaran kepada setiap siswa betapa pentingnya mengembangkan sikap disiplin.


(9)

vii

EXTRACURRICULER ACTIVITY IN DEVELOVING DISCIPLINE

STUDENT ATTITUDES TO ACHIEVE GOALS PKN” ( Descriptive Study Of

Extracurricular Activities Students at SMKN 1 Cimahi). In the era of globalization, the education experience a wide variety of complex issues that need attention. One such problem is the students awareness of discipline of diminishing, one reason is the lack of attention of educators, especially in schools in fostering students. Therefore the school as an institution of formal education can be strategic place for students to develop an attitude of discipline which is the purpose Civics one through the discipline of education in a wide variety of extracurricular activities. Scouting as one countainer Extracurricular activities are organized and full development of the discipline of students, very supportive in trying to develop the discipline of students in the school. Study seeks to uncover some of the formulation of the problem, namely: (1) How does the application of discipline of students in Scout Extracurriculer activities at SMKN 1 Cimahi?; (2) What barriers faced in the development of attitudes discipline students through Scouts Extracurriculer activities at SMKN 1 Cimahi?; (3) How to effort to overcome obstacles in the Scouts Extracurriculer activities in developing attitudes discipline students at SMKN 1 Cimahi?. The method used in this study used a qualitative approach with descriptive study to describe the role of extracurricular Scouts in developing the discipline for the purpose of PKN. The result showd that: (1) The application of students discipline look better after becoming or diligently follow every exercise in Scouts Extracurricular activities. (2) Barries are confronted in the development of the discipline of students through Scouts Extracurriculer activities at SMKN 1 Cimahi comes from internal and external factor. (3) Efforts to overcome the barriers that exist for that is the way the school as much as possible to support infrastructure Scouts Extracurricular activities at SMKN 1 Cimahi and provide insight to develop a sense of awareness to the importance of developing each student discipline.


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada era ini, banyak kenakalan remaja ketika mereka berada dibangku sekolah menengah, seperti penggunaan obat-obat terlarang, tawuran antar pelajar, serta pergaulan bebas merupakan salah satu penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh para remaja, sehingga jika kita tidak peduli akan hal itu dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Berkurangnya kedisiplinan, ketaqwaan, kreativitas, kemauan, kemampuan, dan kualitas diri yang terjadi dikalangan generasi penerus dalam mengembangkan pemikiran membangun bangsa yang ditunjukan untuk kaderisasi yang baik dan berkompeten akan mengalami hambatan akibat pergaulan yang salah.

Keadaan seperti ini mendorong seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama terjun berperan aktif dalam menyelenggarakan, menangani, dan meningkatkan harkat, martabat, dan persatuan bangsa Indonesia, yang tidak lain salah satunya melalui jalur pendidikan karena pendidikan merupakan peran penting dalam pembentukan jiwa generasi penerus yang baik yang diharapkan oleh bangsa Indonesia.

Dalam undang-undang sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 (ayat 1) menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(11)

Seperti yang diungkapkan dari pernyataan di atas bahwa Pendidikan yang dilakukan itu harus memuat dalam memahami, mengahayati, dan mengamalkan pancasila dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan kehidupan sehari-hari. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia

Adapun menurut Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan itu mempunyai pengertian:

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menegmbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan negara ( UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003).

Oleh karena itu dalam membentuk watak dan kepribadian bangsa Indonesia, serta sebagai media penanaman sikap disiplin yang mampu membangun bangsa ke arah yang lebih baik lagi perlu adanya peran dari lembaga-lembaga pendidikan khususnya sekolah sebagai jalur pendidikan formal. Pendidikan dituntut dapat menjadikan para peserta didik memiliki civic disposition yaitu watak kewarganegaraan untuk membentuk sikap peserta didik sesuai kepribadian bangsa.

Tujuan dan fungsi pendidikan nasional tersebut tidak begitu saja akan mudah tercapai. Pengembangan diri dan kualitas pribadi siswa ternyata tidak cukup melalui proses pemebelajaran formal dikelas saja, akan tetapi perlu dikembangkan dalam kegiatan luar kelas, seperti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai seperti apa yang dijelaskan oleh Popi Supiatin (2010: 105) bahwa “kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari proses perkembangan dan pendewasaan siswa, karena secara tidak langsung kegiatan ekstrakurikuler dapat membuat siswa berdisiplin dan

bertanggung jawab”.

Pernyataan dari Popi Supiatin di atas bahwa kegiatan ekstrakurikuler itu mempunyai peranan penting dalam membentuk sikap dan kepribadian siswa yang baik, disiplin, dan berkualitas. Adanya kesinambungan dari program intrakurikuler ke


(12)

dalam program ekstrakurikuler akan memberikan peluang bagi siswa untuk terus melakukan eksplorasi berbagai hal dalam proses pencarian indentitas diri siswa, pengembangan bakat, potensi, minat, dan terutama dalam membangun sikap disiplin siswa itu sendiri.

Menurut Suryosubroto (2009: 287) “ kegiatan ektrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa”. Masih pendapat dari Suryosubroto (2002: 272) bahwa ruang likup kegiatan ekstrakurikuler adalah:

Berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuanpenalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler.

Pernyataan menurut Suryosubroto lebih diuraikan lagi oleh pernyataan yang diungkapakan oleh Popi Supiatin (2010: 99)

ekstrakulikuler adalah menumbuhkembangkann pribadi siswa yang sehat jasamani dan rohani, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepribadian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya, serta menampilkan sikap warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Kedua pendapat di atas mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk dan mengembangkan kepribadian dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan, budaya, alam sekitar dan juga terhadap segala bentuk perbuatan yang dilakukannya.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler selalu disertai dengan pendidikan dalam membentuk sikap, yang mana pendidikan sikap ini harus diterapkan sedini mungkin kepada anak, di rumah pendidikan membentuk sikap diterapkan oleh orang tua kepada anak dengan memberi contoh yang baik dari orang tua, seperti penggunaan bahasa, kemandirian, dan sikap teladan orang tua yang kemudian dicontoh oleh anak. Jelas pendidikan dalam membentuk sikap di rumah akan membawa pengaruh besar terhadap pembentukan watak atau karakter anak ketika anak kelak menjadi dewasa.


(13)

Menurut Tri Rusmi Widiatun (2009: 218), “ada tiga komponen pendukung

sikap, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku”. Pendapat dari Tri Rusmi Widiatun itu

merupakan tiga komponen pendukung sikap yang selalu diterapkan di sekolah dalam membentuk kepribadian siswa, bisa kita lihat dalam rapor siswa terdapat penilaian khusus terhadap ketiga aspek tersebut, sehingga betapa pentingnya tiga komponen pendukung sikap tersebut diterapkan terhadap siswa di sekolah.

Kemudian dikembangkan lagi pengertian sikap oleh J. Winardi (2004: 211), dan berikut kutipannya:

“Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi,

kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan”.

Muncul lagi pendapat dari Gerungan, 2009 : 160-161). Sikap yang dalam bahasa Inggris attitude dapat diartikan sebagai berikut:

“Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude itu diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal”.

Setelah kita perbandingkan kedua pendapat diatas mengenai batasan dari definisi sikap, dengan jelas sikap ini merupakan determinan perilaku yang berhubungan dengan kepribadian seseorang yang menimbulkan pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi yang terkait.

Pembinaan sikap juga dilakukan di sekolah melalui penerapan karakter di dalam kurikulum pada setiap mata pelajaran. Selain pembinaan sikap yang ada didalam setiap mata pelajaran, sekolah juga memberikan pendidikan pembentukkan sikap di dalam ektrakurikuler yang disediakan disekolah. Berikut ini adalah contoh-contoh jenis kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang tanpa disadari sekaligus


(14)

sedikitnya dapat membentuk sikap bahkan kepribadian kita seperti Pramuka, Paskibra, PMR, Sepak Bola, Basket, dan lain-lain.

Dalam membentuk watak atau sikap generasi penerus yang baik atau yang diharapkan oleh pendidik, maka perlu kita terapkan yang namanya disiplin, baik dalam proses belajar mengajar intrakurikuler maupun di dalam ektrakurikuler. Adanya disiplin semua kegiatan belajar mengajar akan terorganisir dengan baik sesuai tujuan. Berikut ini ada beberapa pengertian disiplin menurut para ahli salah satunya seperti berikut:

Disiplin merupakan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain (Ensiklopedia bebas).

Dari pengertian tersebut disiplin yang tinggi dari setiap individu siswa, adalah unsur yang penting pada siswa untuk melakukan perubahan perilaku negatif ke perilaku positif, dengan disiplin yang tinggi pada setiap individu yang taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya dan sadar akan tanggung jawabnya akan membantu siswa tersebut mencapai prestasi yang baik.

Pendapat lain dikemukakakan oleh MacMillan Dictionary (Tu’u, 2004: 30-31) bahwa disiplin terbagi ke dalam beberapa point seperti berikut ini:

a. Tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku atau penguasaan diri, kendali diri.

b. Latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral.

c. Hukuman yang dberikan untuk melatih atau memperbaiki d. Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.

Pendapat dari MacMillan ini, lebih menguraikan tentang disiplin seperangkat aturan yang sifatnya memaksa, dan harus dipatuhi oleh setiap individu karena apabila


(15)

kita tidak mematuhi sama peraturan yang berlaku, maka akan dikenai hukuman dalam upaya melatih dan memperbaiki sikap, dalam mengembangkan sikap disiplin.

Selanjutnya mari kita bandingkan pendapat dari ahli lain yaitu pendapat dari Budimansyah (Dharmawan, 2010: 25) mengemukakan arti disiplin dengan pernyataan berikut ini :

a. Kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian.

b. Latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berperilaku tertib dan efisien. c. Suatu sistem peraturan atau metode yaitu cara berperilaku

d. Hukuman atau korelasi terhadap seseorang yang melanggar ketentuan peraturan yang dilakukan melalui latihan atau dengan jalan mendera

e. Hasil latihan (pengendalian diri) perilaku tertib.

Dari pengertian pendapat tentang disiplin di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa disiplin merupakan suatu tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dengan berbagai proses yang dilakukan, dengan cara patuh terhadap aturan yang berlaku, latihan dalam mengembangkan watak yang baik serta mengendalikan watak yang buruk, dan merasa takut atau malu akan hukuman jika kita melanggarnya. Pemberian hukuman atau hadiah merupakan salah satu proses pendisiplinan. Hal ini juga memberikan gambaran kepada kita, disiplin selalu berkaitan dengan tata tertib, aturan, norma, dalam kehidupan. Jadi apabila seseorang menaati tata tertib, aturan, dan norma yang berlaku maka orang tersebut dikatakan sudah menegakkan disiplin.

Kemudian pengertian lain dalam membandingkan definisi disiplin untuk jadi perbandingan yaitu seperti yang diungkapkan oleh Dharmawan (2010: 27):

Disiplin dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: disiplin pribadi (personal discipline), disiplin sosial ( social discipline ), dan disiplin nasional (national discipline. Pertama, disiplin pribadi (personal discipline), yaitu disiplin yang


(16)

merupakan aktualisasi dan tanggung jawab pribadi baik sebagai individu maupun warga negara dan warga masyrakat. Kedua, disiplin sosial (social discipline), yaitu yang merupakan manifestasi atau aktualisasi tanggung jawab sosial manusia sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketiga, disiplin nasional (

national discipline) yaitu kemampuan manusia baik sebagai pribadi dan warga negara maupun sebagai kelompok untuk mengendalikan diri dan dengan sadar mentaati tata nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa kedisiplinan merupakan suatu tindakan untuk mematuhi peraturan yang berlaku tetapi saat ini banyak terjadi permasalahan tentang pelanggaran peraturan dan juga disiplin terbagi kedalam tiga bagian yaitu pertama, disiplin pribadi yang merupakan kesadaran dari diri sendiri dalam mematuhi aturan, kedua, disiplin sosial dimana manusia itu termasuk makhluk sosial yang harus menghargai dan menghormati peraturan yang berlaku dimasyarakat, terakhir adalah disiplin nasional yang mempunyai arti menjadikan sosok warga negara yang baik dan cinta tanah air dengan mengikuti atau mentaati kebijakan pemerintah serta tidak merusak fasilitas negara. Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar sanggup memerintahkan diri sendiri. Mereka dilatih agara dapat menguasai kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga para siswa dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Dengan begitu siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri untuk berbuat sesuatu.

Adapun menurut Edi Soewardi Kartawidjaya (1987: 31-32) yang menyatakan tentang pengertian disiplin bahwa:

Pada dasarnya disiplin terdiri dari dua macam yaitu ddisiplin diri (self discipline) dan disiplin kerja atau tugas (job discipline). Selanjutnya dikatakan bahwa disiplin diri sebagai kesadaran dasar dari lubuk hati seseorang yang muncul, dijabarkan ke dalam perilaku sikap mental tetapi disiplin juga bisa dikenakan oleh aturan-aturan lainnya yang datang dari luar dirinya yang dikaitkan dengan ancaman dan sanksi ganjaran. Kepatuhan, ketaatan seseorang melaksanakan tugas semata-mata didasarkan kepada rasa patuh akan kewajiban.


(17)

Kemudian diungkapkan juga peranan kedisiplinan menurut Aim Abdulkarim (1995: 89) adalah sebagai berikut:

Peranan atau kegunaan kedisiplinan pribadi ini adalah bahwa diri individu itu akan merasa aman dan tentram karena jauh dari ancaman hukuman atau ocehan-ocehan masyarakat sekitarnya. Selain dari itu orang yang akan berdisiplin atau setia pada integritas diri, kecendekian,dan kebenarannya akan dipercaya oleh orang lain.

Setelah kita bandingkan kedua pendapat di atas maka kita ambil kesimpulannya bahwa disiplin merupakan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang berlaku, dan selagi kita patuh pada aturan atau norma yang berlaku, kita tidak perlu khawatir atau terancam karena itu. Di dalam suatu masyarakat sekolah, para siswa harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan pribadinya masing-masing, dengan kata lain mereka harus mengikuti dengan baik tata perilaku yang telah ditetapkan oleh sekolah. Keterampilan siswa dalam mendisiplinkan diri dengan baik merupakan hal penting bagi mereka, namun tingkat disiplin setiap siswa dalam mengembangkan penerimaan dan kepatuhan terhadap peraturan sekolah berbeda-beda. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya setiap sekolah menerapkan kedisiplinan di setiap mata pelajaran (intrakurikuler), terutama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang mana mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua siswa dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tingkat tinggi, seperti halnya diungkapkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi disebutkan bahwa:

“mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Komalasari, 2010: 265)”.

Maka dari itu untuk menghasilkan manusia yang cerdas, bersikap baik, serta disiplin perlu setiap warga negara harus memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibanya sebagai tujuan dari pendidikan kewarganegaraan,


(18)

tidak hanya itu sekolah juga mengembangkan sikap kedisiplinan di dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai pendidikan non formal. Keterkaitan antara kegiatan ekstrakurikuler dengan pendidikan kewarganegaraan adalah keduanya bertujuan dalam pembentukan nilai- nilai kepribadian siswa sangat penting dalam menanamkan kedisiplinan sehingga hidup setiap siswa akan berjalan teratur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berbagai macam ekstrakurikuler yang ditawarkan oleh sekolah dalam membina dasar kedisiplinan, salah satunya adalah Pramuka. Jenis kegiatan ekstrakurikuler ini sudah tidak asing didengar di telinga siswa karena ekstrakurikuler ini sudah diperkenalkan kepada siswa ketika memasuki sekolah dasar. Sehingga banyak siswa yang sedikitnya mengetahui ekstrakurikuler Pramuka yang mana ekstrakurikuler ini kegiatan yang di dalamnya mengembangkan sikap kedisiplinan. Dalam surat keputusan Presiden RI No. 238 tahun 1961 Tentang Gerakan Pramuka (1985: 3) sebagai berikut:

“Dijelaskan bahwa Pramuka adalah kegiatan untuk menjadikan manusia dan warga Negara Indonesia yang berkepribadian dan berakhlak luhur, yang cerdas, cakap, tangkas, terampil dan rajin serta sehat jasmani dan rohani yang berpancasila, dan setia patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam membina dan mengembangkan sikap kepemimpinan siswa Pramuka harus mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kebersamaan serta kesetiakawanan antar siswa”.

Adapun pendapat dari lembaga kegiatan kepramukaaan menurut Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Ciamis ( 2004: 4) sebagai berikut:

kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan yang menggunakan out door activity/ kegiatan di alam terbuka dengan harapan kegiatan kepramukaan akan mempunyai dua nilai, yaitu:

a. Nilai formal, atau nilai pendidikannya yaitu pembentukan watak ( (character building ).


(19)

Pada dasarnya kedua pernyataan di atas, garis besar definisi pramuka adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan siswa yang cerdas, aktif, disiplin, berani, peduli sesama, dan berguna untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Ekstrakurikuler Pramuka yang didalamnya memiliki tujuan mengembangkan sikap disiplin akan hak dan kewajiban kepada siswa sama halnya dalam mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn). Berikut ini adalah pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut para ahli seperti dari Nu’man Somantri (Nurmalina dan Syaifullah, 2008: 3) mengemukakan:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah Program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu proses guna melatih siswa berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Selanjutnya Aziz dan Sapriya (2011: 15) mengemukakan:

Secara teoritik, Pendidikan Kewarganegaraan (civic education atau citizenship education) merupakan perluasan dari mata pelajaran civics dan lebih menekankan pada pendidikan orang dewasa dan lebih berorientasi pada praktis kewarganegaraan.

Teori di atas mengungkapkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang dikembangkan dalam mendidik siswa menjadi warga negara yang baik bersikap, berfikir kritis, dan cerdas dengan menyadari akan hak dan kewajibanya.Tujuan pkn adalah membentuk warga negara yang baik ( to be good citizen ). Nu’man Somantri ( Aziz dan Sapriya, 2011:312) mengemukakan bahwa tujuan Pkn hendaknya dirinci dalam tujuh kurikuler yang meliputi

1. Keterampilan, yang mencakup fakta, konsep, dan generalisasi

2. Keterampilan intelektual, dari penyelidikan sampai kesimpulan yang sahih, dari berfikir kritis sampai berfikir kreatif

3. Sikap, meliputi nilai, kepekaan, dan perasaan; dan 4. Keterampilan sosial


(20)

Selanjutnya Aziz dan Sapriya (2011: 314)

Apabila dikaji secara seksama, maka rumusan tujuan yang cukup rinci ini pada hakikatnya mengarahkan warga negara pada tantangan kehidupan yang dinamis yakni tantangan pada era globalisasi. Dengan kata lain, tujuan Pkn hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan hanya membangun warganegara yang baik semata melainkan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya.

Apabila kita perbandingkan pendapat kedua pendapat di atas maka, tujuan Pkn adalah rumusan fakta, konsep, dan generalisasi yang menuntut siswa yang intektual, dari berfikir kritis sampai kreatif dalam mengarahkan warga negara menjadi warga negara yang baik ( good citizen) dan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam tantangan globalisasi.

Keterkaitan disiplin dengan tujuan Pkn, dikemukakan dalam tujuan PKn menurut A. Kosasih Djahiri (1995: 1 ) yang mengemukakan bahwa:

“Membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusian yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pendapat dari A. Kosasih mengenai keterkaitan disiplin dengan tujuan PKn sangat jelas bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai manfaat dalam membentuk warga negara yang disiplin akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan keluarga, beragama, bermasyarakat, dan bernegara untuk menjadikan warga negara yang mempunyai sikap yang baik dan cerdas. Selain mata pelajaran PKn yang mengembangkan kedisiplinan siswa, Pramuka yang merupakan salah satu kegiatan


(21)

ekstrakurikuler yang biasanya ada di sekolah, ikut mendukung dalam mengembangkan sikap kedisiplinan untuk mencapai tujuan PKn.

Bentuk Ekstrakurikuler Pramuka terdapat didalam sekolah namun berada diluar kegiatan belajar mengajar siswa, dan kegiatan ini merupakan suatu wadah yang kondusif bagi siswa untuk membina dan mengembangkan sikap kedisiplinan melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka seperti : Baris berbaris, upacara pramuka, tali temali, sandi, P3k dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut berlandaskan dengan adanya gerakan pramuka Indonesia yang berdasarkan pancasila, yang bertujuan untuk mendidik siswa dan pemuda Indonesia agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, cerdas, terampil, kuat, sehat jasmani, dan rohani. Berangkat tujuan gerakan pramuka ini ada keterkaitan ketiga unsur dari apa itu kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka, mengembangkan sikap disiplin, dan tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai pembentukan karakter manusia yang bertaqwa, cerdas, disiplin, berani, setiakawan, kuat, sehat jasmani dan rohani, dan untuk memberikan manfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, dan negara, oleh karena itu setiap siswa harus mampu memahami dan melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Semakin berjalannya waktu kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka yang terdapat di sekolah-sekolah sudah jarang diminati oleh siswa yang duduk di bangku sekolah menengah atas, mereka lebih senang untuk bebas tanpa ikatan dan aturan dan mereka lebih suka yang serba modern yang mengarah pada kehidupan konsumtif, bergaya, dan lain sebagainya. Seperti halnya setelah penulis melakukan observasi di sekolah-sekolah menengah atas di Kota Cimahi ternyata hampir kebanyakan Ekstrakurikuler Pramuka paling sedikit diminati dan bahkan mereka hampir tidak mengenal kehidupan budaya Pramuka di sekolahnya. Berbeda dengan SMKN 1 Kota Cimahi yang sekolah ini adalah sekolah kejuruan teknik dan mempunyai tingkat prestasi yang paling unggul antar tingkat SMK khususnya di Kota Cimahi, ternyata ekstrakurikuler


(22)

Pramuka paling banyak diminati sampai saat ini lebih dari 100 siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah itu. Oleh karena itu budaya kehidupan Pramuka masih terlihat, contohnya setiap hari jumat dan sabtu seluruh siswa sekolah baik yang merupakan anggota ekstrakurikuler Pramuka maupun bukan anggota, wajib mengenakan pakaian seragam Pramuka. Kemudian kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ini mengadakan kegiatan seperti baris-berbaris, tali temali, sandi dan lain-lain di lakukan setiap hari jumat dan sabtu pagi serta siang hari selepas pulang sekolah dan juga kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ini mengadakan kegiatan kerohanian setiap hari jumat dalam membentuk karakter siswa yang bertaqwa.

Dalam prakteknya, pembinaan sikap disiplin yang merupakan salah satu tujuan PKn dalam kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka masih belum cukup berhasil. Hal ini terlihat masih ada sebagian anggota pramuka yang sedang tidak menjalani latihan atau di luar kegiatan kepramukaan yang mereka ikuti, mereka lebih bersikap acuh tidak acuh dan kadang-kadang tidak taat pada peraturan yang ada. Mereka hanya taat dan disiplin pada saat mereka dalam kegiatan pramuka, mereka seakan-akan merasa bebas dengan aturan-aturan dan keharusan yang ada pada saat dalam kegitan pramuka.

Berangkat dari keadaan tersebut penulis merasa tertarik meneliti lebih lanjut bagaimana kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi dalam membangun sikap disiplin untuk mancapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan dengan rumusan judul penelitian sebagai berikut: “Peranan Kegiatan Ektrakulikuler Pramuka dalam Mengembangkan Sikap Kedisiplinan Siswa Untuk Mencapai Tujuan PKn “(Studi Deskriptif

Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa di SMK Negeri 1 Cimahi)”.

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, perlunya kita indentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah


(23)

Pertama semakin berkurangnya tingkat kesadaran siswa dalam kedisiplinan terutama di lingkungan sekolah, serta bagaimana penerapan sikap disiplin siswa yang merupakan anggota kegiatan ekstrakurikuler apakah mereka lebih sadar tentang kedisiplinan dibandingkan siswa yang bukan anggota pramuka. Seperti yang kita ketahui bahwa Pramuka mempunyai salah satu tujuan dalam mengembangkan kedisiplinan.

Kedua adalah penegakkan kedisiplinan siswa di sekolah tidak semudah yang kita bayangkan. Banyak faktor hambatan-hambatan dalam menyampaikan atau menerapkan maksud dan tujuan disiplin seperti, bentuk penyampaiannya kurang tepat sehingga siswa masih belum sadar dengan kedisiplinan. Adapun mereka terlihat mematuhi aturan misalnya ketika kegiatan ekstrakurikuler pramuka hanya sebatas tuntutan untuk disiplin sehingga kesadaran betapa pentingnya menerapkan kedisplinan belum datang dari dirinya sendiri hanya karena takut dimarahin dan dikasih hukuman.

Ketiga adalah hambatan untuk mengembangkan sikap kedispilinan dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka pasti akan selalu ada. Hamabatan itu perlu ditangani oleh beberapa pihak terkait sehingga salah satu tujuan pramuka dalam mengembangkan sikap disiplin siswa akan tercapai sejalan dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk individu yang baik dan cerdas dengan menyadari dapat bertanggung jawab akan hak dan kewajibanya. Dikaitkan dengan disiplin, apabila kita menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan aturan yang berlaku maka tujuan Pendidikan Kewarganegaraan akan tercapai.

Setelah kita mengindentifikasi ketiga masalah dalam penelitian ini, supaya tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka perlu kiranya dirumuskan pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Mengembangkan Sikap Kedisiplinan Siswa?” yang kemudian di fokuskan lagi ke dalam masalah sebagai berikut:


(24)

1. Bagaimana penerapan sikap disiplin siswa dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi?

2. Hambatan apa yang dihadapi dalam pengembangan sikap kedisiplinan siswa melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi?

3. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan di dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam mengembangkan sikap kedisiplinan siswa di SMKN 1 Kota Cimahi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan diatas dan juga untuk mengindentifikasi keberadaan kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka sebagai wahana pembentukan sikap disiplin yang merupakan salah satu tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah.

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui penerapan sikap disiplin siswa dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka SMKN 1 Kota Cimahi.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengembangan sikap kedisiplinan siswa melalui kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMKN 1 Kota Cimahi.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan di kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam mengembangkan sikap kedisiplinan siswa di SMKN 1 Kota Cimahi untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.


(25)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian memberikan kontribusi kedalam pengembangan disiplin ilmu sosial yang ditekuni oleh penulis, juga memberikan penambahan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam mengembangkan sikap kedisiplinan.

b. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Mabigus, Koordinator dan Pembina kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka, diharapkan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam pengembangan kegiatan Pramuka di sekolah untuk membentuk sikap disiplin siswa untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.

c. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan dalam membina, mengembangkan sikap kedisiplinan siswa dalam wadah kegiatan Pramuka yang mencerminkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan judul, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakulikuler adalah bentuk kegiatan yang dilakukan siswa atau peserta didik diluar jam tatap muka, dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah sebagai kegiatan tambahan, kegiatan ini di luar kegiatan intrakurikuler. Dewa Ketut Sukardi (1990: 98).


(26)

Kegiatan ekstrakulikuler ialah “kegiatan belajar yang waktunya diluar waktu

yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan pengayaan, yang berkaitan dengan program kurikuler atau kegiatan lain yang bertujuan memantapkan pembentukan kepribadian (Usman, 2000: 148)”.

2. Pramuka

Dalam surat keputusan Presiden RI No. 238 tahun 1961 Tentang Gerakan pramuka (1985:3) dijelaskan bahwa:

“Pramuka adalah kegiatan untuk menjadikan manusia dan warga Negara Indonesia yang berkepribadian dan berakhlak luhur, cerdas, cakap, tangkas, terampil, dan rajin serta sehat jasmani dan rohani, yang berpancasila, dan setia patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam membina dan membentuk karakter kepemimpinan siswa Pramuka harus mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kebersamaan serta kesetiakawanan antarsiswa”.

3. Kepramukaan

Kepramukaan ialah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur (Lemsikacab Kab. Ciamis, 2004: 4).

4. Sikap

Menurut Abu Ahmadi sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang ataupun perbuatan yang akan datang.

Sedangakan pengertian sikap yang di ungkapkan oleh J. Winardi (2004: 211) adalah:

”Determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental yang


(27)

dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan”.

5. Disiplin

Disiplin sudah tidak asing terdengar di telinga kita, hal ini penting untuk membuat hidup kita lebih tertib dan teratur. Adapun menurut Hoy dan Miskel dalam Purwanto (2000: 18) menjelaskan tentang definisi disiplin sebagai berikut:

“bahwa disiplin merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting untuk dimiliki setiap individu siswa, yang harus dipelajari olegh seorang guru. Disiplin dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kea rah pencapaian tujuan-tujuan personal”.

6. Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila

dan UUD 1945 (Komalasari, 2010: 265)”.

Selanjutnya Aziz dan Sapriya (2011: 314) mengemukakan pendapatnya dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan:

“Apabila dikaji secara seksama, maka rumusan tujuan yang cukup rinci ini pada hakikatnya mengarahkan warga negara pada tantangan kehidupan yang dinamis yakni tantangan pada era globalisasi. Dengan kata lain, tujuan Pkn hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan hanya membangun warganegara yang baik semata melainkan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya”.


(28)

Dalam sebuah penulisan skripsi terdapat urutan struktur penulisan dari setiap bab dan bagian bab, diantaranya:

a. BAB 1 memuat tentang pendahuluan dari penulisan skripsi dengan rincian terdapat latar belakng penelitian, indentifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan struktur organisasi.

b. BAB 2 memuat tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian tentang peranan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam mengembangkan sikap disiplin siswa.

c. BAB 3 memuat metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian kualitatif ini

d. BAB 4 memuat tentang bagaimana hasil penelitian dan pembahasan.

e. BAB 5 memuat tentang kesimpulan dari penelitian ini beserta saran yang disampaikan penulis kepada pihak-pihak terkait.


(29)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam mengindentifikasi suatu masalah maka sangat penting melakukan sebuah penelitian untuk memperoleh hasil jawaban dari suatu permasalahan. Pada dasarnya penilitian adalah kegiatan ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan mempunyai kredibelitas tentang suatu masalah yang menuntut obyektifitas. Pengetahuan yang didapat itu seperti konsep, fakta-fakta, generalisasi, dan teori yang memungkinkan orang dapat mengerti fenomena dan mencari jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah timbul diakibatkan karena adanya sebuah kesulitan dalam hidup, yaitu adanya ketidaksamaan atau perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian disebut masalah penelitian. Salah satu contohnya ketika seorang mahasiswa yang ingin menambah uang keperluan kuliahnya dengan bekerja parttime, mereka banyak yang melamar ke café-café atau restoran fast food dari Amerika. Permasalahannya adalah mengapa sebagian besar dari mereka memilih bekerja parttime di café atau restoran milik Amerika dibanding perusahaan-perusahaan Indonesia.

Dari permasalahan tersebut kita harus melakukan penelitian. Adapun penelitian menurut Sangadji (2009) bahwa: “Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu

masalah dan menemukan sesuatu yang baru”. Kebenaran yang ada dalam penelitian adalah kebenaran ilmiah, yang berarti kebenaran tersebut bersifat relatif bukan kebenaran yang sifatnya mutlak. Maksudnya hasil dari suatu proses penelitian saat ini mungkin hanya benar saat ini dan seiring dengan berjalanya waktu hasil penelitian itu bisa saja sudah tidak relavan lagi. Oleh karena itu, hasil penelitian sudah memberikan


(30)

kontribusi penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang masing-masing.

Pada hakikatnya, penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut ini, seperti yang diungkapkan oleh Sangadji (2010):

“Penelitian adalah melakukan pengamatan terhadap fakta, (fenomena), melakuakan indentifikasi masalah, serta berusaha mengumpulkan data baik melalui kajian teoritis dengan mengkaji literatur maupun melalui kajian empiris dengan melakukan pengamatan di lapangan untuk menjawab permasalahan tersebut. Sedangkan tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan atau mendapatkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi”.

Kutipan di atas secara umum mendeskripsikan kepada kita bahwa penelitian itu memiliki tiga macam tujuan, yaitu penemuan, pembuktian dan pengembangan. Menurut Sangadji (2006) :

“Penemuan berarti data dari penelitian yang dimulai dari permasalahan

sampai temuan atau kesimpulan penelitian adalah benar-benar baru dan sebelumnya belum pernah ada. Pembuktian berarti masalah penelitian sampai hasil atau temuan penelitian bersifat menguji atau membuktikan jika hasil penelitian masih relavan jika dilakukan di tempat lain, atau dalam waktu berbeda. Terakhir pengembangan berarti tujuan penelitian yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada.

Sehingga dalam sebuah penelitian kita harus bisa melewati tiga macam tujuan penelitian tersebut dengan cara proses penemuan, pembuktian, dan pengembangan hasil dari sebuah penelitian akan lebih efektif

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan penelitian dari masalah yang akan diteliti, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan mengapa penulis memilih pendekatan kualitatif karena penelitian ini memungkinkan bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berjalan atau pada saat penelitian berlangsung.


(31)

Metode penelitian kualitatif ini sering juga disebut metode naturalistik karena penelitian ini bersifat alamiah, dan ada juga yang menyebutkan bahwa metode ini disebut metode etnographi, karena di awal kemunculan metode kualitatif lebih sering digunakan untuk meneliti masalah-masalah dalam bidang antropologi budaya; dan juga data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif, Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 15) berpendapat bahwa:

“ Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ini yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sample sumber data dilakukan secara

purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif /kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi”.

Kemudian pengertian yang dikemukakan oleh Mulyana (2007: 11) sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif terutama layak untuk menelaah sikap atau perilaku dalam lingkungan yang agak artifisial, seperti dalam survei atau eksperimen. Peneliti kualitatif lebih menekankan proses dan makna ketimbang kuantitas, frekuensi atau intensitas (yang secara matematis dapat diukur), meskipun peneliti tidak mengharamkan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi atau presentase untuk melengkapi analisis datanya.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (Moleong, 1989: 3)

„mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara faundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

yang dalam bahasannya dan dalam peristilahanya‟.

Berdasarkan tiga pendapat di atas bahwa peenelitian kualitatif adalah Penelitian yang mempunyai sifat empiris sehingga dapat diamati dengan pancaindera sesuai dengan realita yang ada, pengamatan ini berdasarkan data bukan dengan hitungan-hitungan matematis yang pada awalnya diterapkan peneliti dan harus dapat


(32)

disepakati oleh pengamatan lain, melainkan berdasarkan ungkapan subjek penelitian, sebagaimana yang diharapkan dan diartikan oleh subjek penelitian. Pendekatan kualitatif ini menggunakan konsep natural atau alami yang berarti kecermatan, kelengkapan, atau orisinalitas data dan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Selanjutnya pengertian pendekatan kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 22) yang mengemukakan pendapat dari pengertian pendekatan kualitatif dimana peneliti akan melakukan pendekatan itu dalam penelitiannya, yaitu sebagai berikut:

„Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau suatu organisasi tertentu dalam suatu

setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik‟.

Dalam bukunya Metode Pendekatan Kualitatif Lexy J. Moleong (1989: 10) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari sifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subyek penelitian.

Dalam pengertian tentang penelitian pendekatan kualitatif di atas, bahwa sangat cocok diterapkan pada penelitian yang berjudul Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Mengembangkan Sikap Kedisiplinan Siswa untuk Mencapai Tujuan PKn. Seperti yang diungkapkan dari pengertian pendekatan kualitatif yang diungkapkan oleh Bogdan dan kawan-kawan, peneliti nantinya akan berusaha menggambarkan fenomena-fenomena yang akan diubah kedalam bentuk penjelasan-penjelasan atau uraian untuk menunjukkan bagaimana peranan Pramuka dalam mengembangkan sikap disiplin siswa untuk tujuan PKn di sekolah.


(33)

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidak dipandu dengan teori, tetapi dipandu oleh fenomena-fenomena atau fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian berlangsung. Oleh sebab itu analisis datanya bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ada, selanjutnya dibangun menjadi teori atau hipotesis. Sehingga didalam penelitian kualitatif membuat analisis data untuk mengembangkan hipotesis, berbeda dengan penelitian kuantitatif melakukan analisis data dalam menguji hipotesis, seperti yang diungkapkan oleh (David Kline, 1985): “The main strength of

this technique is in hypothesis generation and not testing”.

Dalam metode kualitatif dipakai untuk memperoleh data yang lebih mendalam, dan data tersebut mengandung makna. Sehingga dalam penelitian kualitatif lebih menekankan makna dibandingkan dengan generalisasi. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability, maksudnya hasil penelitiannya tidak harus di tempat sama, tetapi dapat digunakan di tempat lain yang memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.

Dalam memahami secara lebih mendalam metode kualitatif, perlu adanya perbandingan dengan metode kuantitatif, karena tidak hanya perbedaan kualitatif tidak menggunakan angka dan kuantitatif menggunakan angka saja. Hendaknya dipahami bahwa metode kualitatif tidak menolak angka serta menggunakan teknik statistik untuk menyajikan data dan analisis. Akan tetapi penelitian kualitatif yang lebih mendalam dapat membangun hubungan antara fenomena yang memakai statistik untuk mengetahui mengetahui hubungan antara fenomena tersebut, tidak ada kata signifikan dalam statistik karena tidak menguji hipotesis. Perbedaan yang tampak dari penelitian kualitatif dan kuantitatif seperti yang dijelaskan oleh para ahli di bawah ini:

Menurut pendapat penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 18) menyatakan bahwa:

“Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif

karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik


(34)

karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana

adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.

Mengenai garis besar pengertian penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009: 7) menyatakan: “Data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis

menggunakan statistik”. Oleh karena itu perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif yaitu ada tiga hal yang menonjol yaitu aksioma (pandangan dasar), proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu sendiri. Proses penelitian kualitatif diibaratkan seperti halnya seorang turis berkunjung ke kampung Naga yang di Garut, Dia belum tahu apa, mengapa, bagaimana adanya kampung Naga dengan beberapa karakteristik khusus baik dari kebiasaan orang-orangnya, bangunan rumahnya, pemerintahannya, dan lain-lain. Dia akan tahu setelah dia melihat, mengamati, dan menganalisisnya. Dari ilustrasi tersebut menurut Sugiyono (2010)

bahwa: “Walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang

jelas, tetapi dapat langsung memasuki obyek atau lapangan. Pada waktu memasuki

obyek, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek tersebut.” seperti halnya

ilustrasi di atas, seorang turis yang masih sangat asing terhadap kebudayaan kampung Naga.

2. Metode Penelitian

Sebelum kita memahami metode penelitian. Terlebih dahulu kita memahami apa yang dimaksud dengan metodologi? Dalam pernyataan Bogdan dan Tylor dalam

(Mulyana, 2002: 145), „metodologi merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem atau masalah dan mencari jawaban‟.

Sedangkan menurut Endang Danial (2009: 23) bahwa “ metode kasus merupakan metode yang intensif dan diteliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, dan komunitas masyarakat tertentu.


(35)

Bisa kita simpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu proses dalam mendapatkan informasi atau dalam memecahkan serta mengindentifikasi suatu masalah yang akan diteliti. Metode penelitian merupakan unsur terpenting dalam sebuah penelitian karena sukses atau tidaknya hasil dari sebuah penelitian akan bergantung kepada metode penelitian dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Metode penelitian itu terbagi dua macam metode penelitian yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Dalam sebuah metode penelitian, setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti halnya yang dimiliki dalam penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, keberadaanya itu tidak perlu diperdebatkan karena bisa saja keduanya saling melengkapi (complement each other). Metode penelitian kualitatif digunakan ketika peneliti belum mengetahui secara jelas masalahnya, dan dikerjakan pada kondisi sosial yang tidak luas, dan menghasilkan penelitian yang lebih bermakna dan mendalam. Sedangkan metode penelitian kuantitatif cocok untuk peneliti yang sudah mengetahui terlebih dahulu masalahnya dengan jelas, umumnya dikerjakan obyek atau populasi yang luas sehingga hasil dari penelitiannya kurang lebih terperinci atau mendalam.

Paradigma dari dua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif yang berbeda, maka sangat sulit untuk kedua metode tersebut dipakai dalam satu rangkaian penelitian yangb bersamaan. Thomas D Cock Charles Reichardt, (1978: 167) mengungkapkan:

“To the conclusion that qualitative and quantitative methods themselves can never be used together. Since the methods are linked to different paradigms and since one must choose between mutually exclusive and antagonistic world views, one must also choose between the method type.”( metode kualitatif dan kuantitatif tidak akan dipakai bersama-sama, karena ke dua metode tersebut memiliki paradigma yang berbeda dan perbedaannya bersifat mutually exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat memilih salah satu metode). Dari pengertian di atas kedua metode tersebut sulit untuk digabungkan secara bersamaan dalam sebuah penelitian karena keduanya memiliki karakteristik yang


(36)

berbeda. Akan tetapi menurut Sugiyono (2012: 32) bahwa penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama-sama dengan catatan sebagai berikut:

1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis. Each methology can be used to complement the other within the same area of inquiry, since they have different purposes or aims (Susan Stainback, 1988)

2. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.

3. Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut telah difahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian. Bagi peneliti baru sebaiknya tidak berfikir untuk menggunakan metode tersebut dengan cara menggabungkan.

Menurut pendapat Sugiyono terdapat toleransi dalam menggabungkan kedua metode itu, tetapi ada catatan-catatan tertentu seperti digunakan bergantian tahap awal menemukan hipotesis (kualitatif) tahap ke dua menguji hipotesis itu (kuantitatif) sehingga kedua metode itu akan saling melengkapi satu sama lain. Catatan lainnya metode ini sebaiknya tidak dipergunakan oleh orang-orang yang belum berkompeten atau peneliti baru karena perlu memahami lebih mendalam kedua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Penulis yang masih dikatakan baru sebagai peniliti tidak akan meneliti sebuah masalah dengan dua metode penelitian secara bersamaan untuk saling melengkapi, karena penulis masih membutuhkan pembelajaran akan hal itu, tetapi karena dalam masalah yang akan diteliti belum mendapatkan hipotesis. Maka dalam penulisan penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif dan metode deskriftif. Seperti yang dijelaskan oleh pendapat Nazir (1998: 63) yang menyatakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau sesuatu pada masa


(37)

sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi”

Berdasarkan pengertian di atas Metode Deskriftif adalah penelitian yang dilandasi pemecahan suatu masalah berdasarkan pada kenyataan-kenyataan atau fakta-fakta yang ada pada saat sekarang atau yang bersifat sementara dan memfokuskan pada masalah yang aktual yang terjadi pada saat penelitian berlangsung atau ketika penelitian itu sedang dilaksanakan.

Selanjutnya dikemukakan oleh Bodgan dan Tylor (Moleong, 2005: 4)

menyatakan bahwa ‟penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang

dan pelaku yang diamati.‟

Pada akhirnya seperti yang dikatakan sebelumnya, penulis memutuskan bahwa penelitian ini akan menggunakan penelitian pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mempelajari fenomena yang terjadi yang dilakukan oleh subjek penelitian misalnya tingkah laku, persepsi, motivasi, dan tata bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dengan menggunakan berbagai metode ilmiah.

B.Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, teknik penelitian dengan pengumpulan data adalah salah satu unsur penting. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang paling mudah dalam suatu penelitian, karena sebenarnya dalam sebuah penelitian mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh data. Jika kita tidak mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memperoleh data yang benar-benar sesuai standar yang ditetapkan.

Menurut Chaterine Marshall, Gretchen B. Rossman (2005), menyatakan

bahwa “ the fundamental methods relied on by qualitative research for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth


(38)

interviewing, document review.” Artinya dalam penelitian kualitatif, natural setting

(kondisi alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan, wawancara mendalam, dan dokumentasi dilakukan dalam penelitian ini. Sehingga macam macam teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, Dokumentasi, studi literatur, dan Triangulasi/gabungan. Bermacam- macam teknik pengumpulan data ditunjukan pada gambar 1.sebagai berikut:

Gambar 1.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Secara sederhana observasi adalah bentuk kegiatan pengamatan yang memusatkan perhatian terhadap suatu objek tertentu. Menurut Nasution (1988) menyatakan:

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat

diobservasi dengan jelas”.

Macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Tringulasi/ Gabungan


(39)

Kemudian Marshall (1995) menyatakan bahwa “ through observation, the

researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”.

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi menurut Lexy J. Moleong (1988: 157) menyatakan:

memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek. Sehingga memungkinkan pembentukkan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik observasi adalah pengalaman yang diperoleh secara mendalam, dimana peneliti bisa berhubungan langsung dengan subjek penelitian.

b. Manfaat Observasi

Selanjutnya manfaat dari teknik observasi menurut dasar-dasar penelitian (M. Q. Patton, 1998: 136-138) yaitu sebagai berikut:

1. Merupakan alat yang murah, mudah, dan langsung untuk mengadakan penelitian terhadap berbagai macam fenomena sosial yang terjadi.

2. Para koresponden yang sangat sibuk pada umumnya tidak keberatan jika ia diamati. Ia akan berkeberatan jika diminta untuk mengisi daftar pertanyaan melalui angket; atau berkeberatan untuk diwawancara, karena kesibukannya.

3. Banyak peristiwa psikis penting yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan cara menggunakan teknik quisioner dan wawancara tetapi hal ini dapat diperoleh dengan cara menggunakan teknik observasi atau pengamatan secara langsung.

Selanjutnya Patton dalam Nasution (1988), menyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

1. Dengan observasi di lapangan, peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,


(40)

karena telah dianggap “ biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan

dalam wawancara.

4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

c. Obyek Observasi

Sedangkan menurut Spradley (1980) menyatakan bahwa “obyek observasi dalam penelitian kualitatif dinamakan situasi sosial, yang terdiri dari tiga komponen yaitu place( tempat), actor (pelaku), dan aktivities(aktivitas).”

Diperinci menurut Sugiyono (2012):

1. Place adalah tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.

2. Actor adalah pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.

3. Activity adalah kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung

Dengan menggunakan teknik penelitian observasi, maka menentukan pola sendiri, tiga elemen utama diatas sebagai contoh observasi terhadap ekstrakurikuler pramuka terhadap sikap kedisiplinan siswa untuk mencapai tujuan Pkn, yang menjadi

place nya adalah secara fisik lingkungan disekolah, actor nya adalah anggota pramuka yang merupakan siswa kelas tiga Teknik Pendingin B dan juga orang-orang yang ada disekitarnya yang ikut terlibat, activity nya adalah kegiatan pramuka seperti baris berbaris, sandi, dan lain-lain serta kegiatan pembelajaran Pkn di sekolah. Setelah itu peneliti akan mendapatkan data yang menjadi dasar akurat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.


(41)

d. Tahapan Observasi

Di dalam observasi terdapat tiga tahap observasi seperti yang diungkapkan oleh Spradley (1980) yang dikembangkan Sugiyono (2012) mengenai ada tiga tahapan observasi yaitu:

1. Observasi deskriptif adalah observasi yang dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

2. Observasi terfokus yaitu pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

3. Observasi terseleksi yaitu tahap peneliti yang telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

Pada kesimpulannya observasi yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang lingkungan kepramukaan yang ada di kampus SMKN 1 Kota Cimahi dan bagaimana peranannya terhadap sikap kedisiplinan siswa untuk tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, karena itu peneliti akan mengerjakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, maka observasi ini dilakukan tanpa dipengaruhi oleh konsep, teori, atau pandangan sebelumnya, karena penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan teori. Melalui observasi peneliti dapat mengamati secara langsung bagaimana perilaku siswa yang menjadi anggota kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dalam kehidupan di luar kegiatan pramuka berlangsung, apakah sikap disiplin mereka masih diterapkan dimana saja dan kapan saja mereka berada, sesuai dengan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan. Pada hakekatnya observasi ini bertujuan untuk menemukan segala sesuatu yang tidak didapat oleh peneliti melalui wawancara


(42)

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi yang digunakan dalam pertemuan antara dua orang, dimana ada seseorang yang ingin memperoleh informasi atau ide melalui tanya jawab, kemudian membangun sebuah makna dari suatu bahasan tertentu. Seperti yang diungkapkan oleh Esterberg (2002) mendefinisikan

wawancara sebagai berikut “ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Dalam teknik pengumpulan data wawancara tentunya digunakan apabila peneliti menghendaki belajar pendahuluan untuk mendapatkan permasalahan yang harus diteliti. Kemudian Susan Stainback (1988) mengemukakan pendapatnya bahwa:

“Interviewing provide the researcher a meana to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak

bisa ditemukan melalui observasi”.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang salah satunya diperoleh dari observasi. Melalui wawancara peneliti bisa memperoleh informasi yang akurat dan lebih mendalam. Seperti yang diungkapkan oleh Alwasilah (2002: 154) mengemukakan bahwa dengan wawancara setelah observasi, peneliti bisa memperoleh sumber informasi yang mendalam (in depth information) karena beberapa hal, antara lain:

a. Peneliti dapat menjelaskan atau memparafrase pertanyaan yang tidak dimengerti.

b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan ( follow up question) c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan

d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang.


(43)

Selanjutnya akan dijelaskan menurut pendapat Nasution (1996: 74) mengenai adanya tiga pendekatan yang biasa dilakukan dalam kegiatan wawancara yaitu sebagai beikut:

1. Dalam bentuk percakapan informal, yakni mengandung unsur spontanitas kesantaian tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.

2. Menggunakan lembaran yang berisi garis-garis pokok atau masalah yang menjadikan pegangan dalam pembicaraan.

3. Menggunakan daftar pertanyaan yang terinci namun bersifat terbuka yang telah dipersiapkan lebih dahuludan akan diajukan menurut urutan yang tercantum.

Menurut Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal (1990), mengemukakan ada tujuh langkah dalam kegiatan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, seperti yang disebutkan berikut ini:

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. 3) Mengawali atau membuka alur wawancara.

4) Melangsungkan alur wawancara.

5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. Setelah melakukan wawancara hendaknya mencatat hasil wawancara supaya tidak lupa apalagi hilang, karena wawancara dilakukan secara tidak berstruktur dan terbuka. Oleh karena itu peneliti harus membuat rangkuman hasil wawancara yang sistematis.

Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan seberapa besar peranan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dalam membentuk sikap kedisiplinan siswa yang merupakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Apakah adanya perbedaan sikap disiplin antara anggota pramuka dengan siswa yang lain?


(44)

Sebelum memahami pengertian dari studi dokumentasi, kita pelajari terlebih dahulu pengertian dari dokumen adalah catatan-catatan dari peristiwa yang udah terjadi di masa lampau. Dokumen ini bisa berwujud tulisan (cerita, biografi, dan lain-lain), gambar (foto atau sketsa), sampai karya-karya yang sangat bernilai yang dimiliki oleh seseorang ( film, patung, dan lain-lain). Sedangkan apa yang dimaksud dengan studi dokumentasi adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan sumber data-data di lapangan ketika penelitian itu berlangsung yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang melengkapi penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bogdan (1982) menyatakan: “ In the most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her action, experience anf belief”.

Sugiyono (2011: 329) mengemukakan “ hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung sejarah pribadi

kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, dimasyarakat, dan autobiografi”.

Kemudian moleong (1989: 176-177) berpendapat “ dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan kesesuaian data yang diperoleh dengan fakta di lapangan.

Pada kesimpulannya studi dokumentasi adalah metode pelengkap dari metode-metode lain seperti observasi dan wawancara dalam melakukan penelitian pendekatan kualitatif untuk memperoleh lebih banyak data yang lebih banyak, akurat, dan terpercaya, serta metode dokumentasi tidak begitu sulit untuk diobservasi, karena obyek yang diamati adalah benda mati sehingga apabila ada kekeliruan, sumber data ini masih tetap.

Berdasarkan pendapat dari Danial dan Wasriah (2009: 80) mengungkapkan pengertian literatur ialah “Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, atau liflet yang berkenaan dengan


(45)

masalah dan tujuan penelitian”. Studi literatur yang dipakai dalam penelitian ini

dengan metode mengumpulkan sejumlah sumber atau buku yang berkaitan dan membantu dalam penulisan penelitian ini. Inti dari studi literature adalah suatu cara dalam pengumpulan data yang diambil dari berbagai buku-buku yang dianggap penting berhubungan dengan isi penelitian dalam mengungkapkan berbagai teori yang relavan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

4. Triangulasi/ Gabungan

Tringulasi atau gabungan dalam teknik pengumpulan data yang merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data serta sumber data yang sudah ada di dalam penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2011: 330) menyatakan sebagai berikut:

Bila peneliti menggunakan pengumpulan data dengan tringulasi, maka sebenarnya peneliti menggumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Kemudian Mathinson (1988) dalam Sugiyono mengemukakan bahwa

the value of triangulation lies in providing evidence- whetever convergent, in consistent or contaccdictory‟. Artinya bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh

convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti.

Selanjutnya pendapat dari Moleong (1989: 195) menyatakan “ Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di


(1)

117

DAFTAR PUSTAKA A.Sumber dari Buku

Ahmad, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rhineka Cipta

Arifin, Zaenal. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi (1996). Dasar-dasar Metedologi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

Bogdan Robert, C. (1982). Qualitative Research For Education; An Introduction to Theory and Method. Boston London.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D. (2011). Pembinaan Karakter Generasi Muda Bandung: CV Dua Usaha Muda.

Budimansyah, D. dan Karim S. (2008). Pkn dan Masyarakat Multikultural.

Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Budiyono, K. (2007). Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia

Bandung: Afabeta

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Lab. Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Komalasari, Kokom (2007). Pendidikan Pancasila. Surabaya: Lentera Cendekia Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Konsep, dan Aplikasi. Bandung:

Refika Aditama.

Kosasih Djahiri, A. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN IKIP Bandung.


(2)

Maftuh, B dan Sapriya. (2005). “ Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep”. Jurnal Civicus: Implementasi KBK.

Moleong Lexy, J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong Lexy, J. (2010). Metedologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Pers. Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono, MA. (2009). Management Administrasi dan Organisasi Pendidikan

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nasution. S. (1988). Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution. S. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir. M. ( 1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia .

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Daerah. (2010). Materi Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Bandung: Pusdiklatda.

Rivai, Veithzal & Deddy Mulyadi (2003). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi ( Edisi Ketiga ). Jakarta: Rajawali

Sanapiah, Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar, dan Aflikasi. Malang. Sanapiah, Faisal. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan

Aflikasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Sangadji, Mamang. E. (2010). Metedologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Spadley, James. (1980). Participant Observation.

Soekanto, Soerjono. (1983). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.


(3)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif-Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta cv.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2004). Metedologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara

Supriatana, Mamat. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. Makalah Jurusan PBB UPI.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Rineka Cipta

Sutisna, O. (1989). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Tu’u, Tulus. (2004). Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo.

Wahab, A.A. dan Sapriya (2011). Teori & Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Wasriah, N & Danial, E. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn-FPIPS UPI

Widiyatun, Tri Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto Widiyatun, Tri Rusmi. (2009). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto Winardi. (2004). Managemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media.

Winataputra, U. dan Budimansyah, Dasim (2007). Civic Education. Bandung Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI.

Winataputra, U. dan Budimansyah, D. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Persfektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.


(4)

B.Sumber di Luar Jurnal dan Buku

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Ciamis: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Barat. (2011). Himpunan Petunjuk Penyelenggara Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Bandung: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Gerakan Pramuka Kwartir Jawa Barat. (2011). Administrasi Organisasi Satuan. Bandung: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Ciamis. (2004). Panduan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Ciamis: Lemdikacab Kab Ciamis.

Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Ciamis. (1985) Lemdikacab Kab Ciamis.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Kerangka Awan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Kemendiknas.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. PermendiknasNo 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.


(5)

C.Sumber Internet

Direktorat Pendidikan Tinggi. (2009). Desain Induk Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://pendikar.dikti.go.id/gdp?page 44 [14 April 2011]. Hermawan. (2009). Ekstrakurikuler, Mengembangkan Potensi Siswa. [Online]

Tersedia: http://citizennews.suaramerdeka.com.

Ridwan. (2010). Revitalisasi Gerakan Pramuka. [Online]. Tersedia: http:// gudep sekawan.com/ berita-4-revitalisasi-gerakan-pramuka.html[14 April 2011]. Iskandar, Yoni. (2010). SBY Ingatkan Kepala Daerah Perhatikan Pramuka.

[Online]. Tersedia: http://www.tribunnews.com/2010/08/14sby-ingatkan-kepala-daerah-perhatikan-pramuka [28 Juni 2011].

Putra, Ridwan (2011). Pendidikan Karakter Melalui Kepramukaan. [Online] Tersedia: http:// makasar. Trbunnews.com/2011/11/11/pendidikan-karakter-melalui-kepramukaan [14 April 2011].


(6)

Dokumen yang terkait

Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta

0 8 126

PENANAMAN SIKAP GOTONG ROYONG DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDN 3 Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan.

0 6 24

PENANAMAN SIKAP GOTONG ROYONG DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDN 3 Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan.

0 3 13

INTEGRASI KARAKTER KEDISIPLINAN DALAMKEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA Integrasi Karakter Kedisiplinan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di MTs Negeri Gemolong.

0 3 19

INTEGRASI KARAKTER KEDISIPLINAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI Integrasi Karakter Kedisiplinan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di MTs Negeri Gemolong.

0 2 13

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME Peranan Kegiatan Pramuka Dalam Mengembangkan Sikap Patriotisme (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 1 16

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME Peranan Kegiatan Pramuka Dalam Mengembangkan Sikap Patriotisme (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013).

1 1 13

PENGARUH PARTISIPASI SISWA DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP SIKAP DAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN.

2 14 42

Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Meningkatkan Karakter Disiplin Siswa Di Lingkungan Sekolah.

0 8 43

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA :studi deskriptif terhadap pendidikan karakter siswa di SMKN 12 Bandung.

0 4 42