PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMA PADA MATERI MOLLUSCA.

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA

SMA PADA MATERI MOLLUSCA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh:

Eva Chandra Oktila

0900827

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA

SMA PADA MATERI MOLLUSCA

Oleh

Eva Chandra Oktila

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Eva Chandra Oktila 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

EVA CHANDRA OKTILA

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMA PADA

MATERI MOLLUSCA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

H. Taufik Rahman, Dr. M.Pd NIP. 196201151987031002

Pembimbing II

Ammi Syulasmi, Dra. M.S NIP. 195408281986122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

H. Riandi, Dr. M.Si NIP. 196305011988031002


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI SISWA SMA PADA MATERI MOLLUSCA

Eva Chandra Oktila

Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi lisan siswa SMA pada materi Mollusca. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu nonequivalent control group design. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu, variabel bebas yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, dan variabel terikat yaitu penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan pretest dan posttest. Hasil analisis dengan uji-Z menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan penguasaan konsep siswa kelas kontrol. Hasil analisis kemampuan komunikasi lisan siswa yang dijaring melalui data observasi menunjukkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas kontrol, serta angket siswa yang menunjukkan respon setuju (80,42%) bahwa penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat membantu pembelajaran, hasil uji-Z, data observasi serta angket memnunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi siswa SMA pada materi Mollusca.

Kata Kunci: cooperative learning tipe jigsaw, penguasaan konsep, kemampuan komunikasi, mollusca

ABSTRACT

Research has been done with using learning model of cooperative learning jigsaw type. Purpose of this study is to obtain information about the effect of model of cooperative learning jigsaw type learning toward mastery of concepts and verbal communication skills of high school students in Molluscs. The research design used in this study is non-equivalent control group. Variable in this study is two, independence variable the learning model of cooperative learning jigsaw type, and dependence variable mastery of concepts and communication skills of students. Data collection was conducted with pretest and posttest. Analysis of the data that used for examine the hypothesis is Z-test. The result show that the mastery of concepts of students in the experimental class are better than with the mastery of student concepts in the control. The analysis results of the verbal communication skills of students are captured through observation, showed that verbal communication skills of experimental class is better than students in control class. Students response of questionnaire declare agreed (80.42%) that the application of models of cooperative learning jigsaw type can help them to learning easily. So that, based on the Z-test results, the data of observations and questionnaires proves that there are positive effects of model of cooperative learning jigsaw type towards mastery of concepts and communication skills of high school students on the Molluscs.


(5)

(6)

DAFTAR ISI

JUDUL Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Batasan masalah... 5

D. Tujuan penelitian... 6

E. Manfaat penelitian... 6

F. Asumsi... 7

G. Hipotesis... 7

BAB II PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN KOMUNIKASI, MATERI MOLLUSCA ... 8

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning... 8

1. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning... 8

2. Tujuan pembelajaran Cooperative Learning... 9

3. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning... 10

a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif... 10

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif... 10

4. Karakteristik Pembelajaran Cooperative Learning... 10


(7)

1. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw... ... 13

2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 14

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 14

4. Skema kegiatan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 15

5. Peranan Guru dalam Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 16

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 16

a. Kelebihan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 16

b. Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.. 17

C. Peguasaan Konsep... 17

D. Kemampuan Komunikasi Lisan... 21

E. Mollusca... 23

1. Kelas Polyplacophora... 24

2. Kelas Gastropoda... 25

3. Kelas Bivalvia... 26

4. Kelas Scaphopoda ... 28

5. Kelas Cephalopoda... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. Lokasi dan Populasi / Sampel Penelitian... 31

B. Desain Penelitian... 31

C. Metode Penelitian... 32

D. Definisi Operasional... 32

E. Instrumen Penelitian... 33

F. Proses Pengembangan Instrumen... 35

G. Teknik Pengumpulan Data... 40

H. Prosedur Penelitian... 41


(8)

1. Penguasaan Konsep Siswa... 43

a. Uji Normalitas data... 43

b. Uji Homogenitas... 45

c. Uji Hipotesis... 45

2. Lembar Observasi Kemapuan Berkomunikasi Secara Lisan. 48

3. Analisis Data Angket... 48

J. Alur Penelitian... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

A. Hasil Penelitian... 51

1. Penguasaan Konsep Siswa... 51

a. Data Pretest Penguasaan Konsep Siswa... 51

b. Data Gain Ternormalisasi Penguasaan Konsep Siswa... 55

2. Data Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa... 58

3. Analisis Data Respon Siswa... 61

B. Pembahasan... 63

1. Penguasaan Konsep... 63

2. Kemampuan Komunikasi Lisan... 66

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Komunikasi Lisan... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 79


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif... 12

2.2 Skema Kegiatan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw... 15

2.3 Jenjang Taksonomi Bloom dan Beberapa Indikator... 19

2.4 Kriteria Kemampuan Komunikasi Personal... 23

3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian... 31

3.2 Desain Penelitian Non-Equivalent Control Group Design... 31

3.3 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep... 34

3.4 Kisi-Kisi Kriteria Kemampuan Berkomunikasi Lisan... 34

3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa... 35

3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 36

3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran... 36

3.8 Klasifikasi Daya Pembeda... 37

3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda... 37

3.10 Klasifikasi Validitas Item... 38

3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas item... 38

3.12 Klasifikasi Reliabilitas... 38

3.13 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen... 39

3.14 Harga-harga yang Diperlukan untuk Uji Barttlet... 45

3.15 Kategori Indeks Gain... 48

3.16 Kategori Penguasaan Kemampuan Berkomunikasi secara Lisan... 48

3.17 Kategori Skor dalam Penilaian Skala Likert... 49

3.18 Klasifikasi Respons Angket Siswa... 49

4.1 Rekapitulasi Hasil Pretest Penguasaan Konsep... 52

4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Pretest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 53


(10)

4.3 Rekapitulasi Hasil N-Gain Penguasaan Konsep... 55 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik N-Gain Penguasaan Konsep

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 56 4.5 Data Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Eksprimen

dan Kelas Kontrol... 58 4.6 Persentase Rata-Rata Jawaban Siswa... 61


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Tim-tim jigsaw... 13

2.2 Chiton sp. (a. tampak atas; b. tampak bawah) ... 24

2.3 Struktur Anatomi Hewan Polyplacophora... 24

2.4 Achantina fulica (bekicot)... 25

2.5 Struktur Anatomi Gastropoda... 26

2.6 Lapisan Kulit Kerang Penghasil Mutiara... 27

2.7 Pinctada margaritifera (Kerang mutiara) ... 27

2.8 Struktur Anatomi Bivalvia... 28

2.9 Struktur Anatomi Kelas Scaphopoda... 28

2.10 Dentalium vulgare... 29

2.11 Loligo sp (cumi) ... 29

2.12 Struktur Anatomi Kelas Cephalopoda... 30

3.1 Alur Penelitian... 50

4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Pretest Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 52

4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 56

4.3 Perbandingan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 60


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman A. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 79

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 86

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 92

4. Media Pembelajaran ... 95

B. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen Pilihan Ganda ... 102

2. Soal Pilihan Ganda ... 111

3. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Lisan ... 114

4. Lembar Penilaian Kemampuan Komunikasi Lisan ... 115

5. Angket Respon Siswa ... 117

C. Analisis Uji Coba Instrumen 1. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda ... 120

2. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda ... 124

D. Hasil Penelitian dan Uji Statistik 1. Data Hasil Pre test, Post test, Gain, serta N-Gain Kelas Eksperimen ... 128

2. Data Hasil Pre test, Post test, Gain, serta N-Gain Kelas Kontrol ... 130

3. Analisis Uji Statistik Pretes dan Postes Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...132

4. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Eksperimen...136

5. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas Kontrol...137

6. Analisis Angket Respon Siswa...138

E. Dokumentasi Penelitian 1. Foto dokumentasi penelitian ... 142


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aspek pendidikan. Dalam kegiatan proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa. Paradigma lama yang muncul dalam dunia pendidikan mengenai proses belajar mengajar bersumber dari suatu teori tabula rasa John Locke yang menganggap bahwa pikiran seorang anak bagaikan kertas putih bersih dan siap menunggu coretan-coteran gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak diibaratkan botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang mahaguru (Lie, 2010). Pada asumsi ini, guru merupakan orang yang paling mengetahui yang siap mengisi botol kosong dengan berbagai muatan-muatan pengetahuan di dalam proses pembelajaran. Guru bertugas menyampaikan informasi kepada siswa yang berperan sebagai penerima informasi. Didukung pula dengan situasi fenomena belajar yang sering membebani dan menakutkan bagi siswa karena dibayangi dengan berbagai tuntutan dalam menguasai konsep yang begitu banyak yang hanya ditransfer oleh guru, sehingga pembelajaran semacam ini dirasakan kurang bermakna.

Pada era globalisasi saat ini, pendidikan tidak hanya berpacu dalam penguasaan konsep akan tetapi juga menekankan pada berbagai keterampilan yang harus dimiliki siswa. Keterampilan-keterampilan tersebut diharapkan mampu menjadi bekal yang akan diaplikasikan agar siswa tersebut dapat berperan aktif pada kehidupan yang semakin dinamis dan berkembang pesat. Dinyatakan pula dalam BSNP (2006: 6) bahwasanya pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan yang bertujuan untuk menjamin relevansi antara pendidikan dan kebutuhan yang ada dalam kehidupan. Kebutuhan dalam kehidupan tersebut termasuk di dalamnya aspek kemasyarakatan, dunia usaha serta dunia kerja. Oleh karena itu suatu keniscayaan adanya pengembangan


(14)

keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, serta keterampilan vokasional.

Menurut Trianto (2007) pada kenyataannya, terdapat berbagai masalah terjadi dalam dunia pendidikan. Siswa hanya mampu menghapal konsep yang bersifat teori, tanpa adanya kemampuan dalam pengaplikasian konsep saat menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut kurang dapat memahami dan mengerti secara mendalam tentang konsep yang telah dihafalnya, karena hanya bersifat hafalan. Masalah lainnya dalam pembelajaran di sekolah adalah masih rendahnya daya serap peserta didik yang masih sangat memprihatinkan, yang mana hal ini merupakan prestasi dari hasil pembelajaran secara tradisional, yakni pembelajaran masih berpusat pada guru dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2007: 1).

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, diperlukan jalan keluar untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai seorang pendidik pada dasarnya haruslah mampu untuk menciptakan kondisi kelas yang ideal pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Menurut Sundari (2010) guru yang terampil memiliki kemampuan untuk memadukan yang dimilikinya dengan strategi pembelajaran. Guru yang baik dalam melaksanakan tugasnya selalu ingin memberikan yang terbaik agar dapat bermanfaat yang positif bagi peserta didiknya. Agar proses pembelajarannya dapat berjalan dengan optimal, seorang guru hendaknya merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar dan juga tujuan yang ingin dicapai salah satunya yakni dengan menggunakan metode yang tepat (Sanjaya, 2007:145).

Berbagai kemampuan dapat dimunculkan dari kegiatan pembelajaran, salah satunya kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran biologi, karena dalam proses pembelajarannya siswa dituntut untuk membaca juga menyajikan materi baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.

Terdapat berbagai materi dalam kurikulum cakupan pembelajaran biologi yang mengandung banyak konsep yang terkadang sulit dipahami dan sulit


(15)

dikuasai oleh siswa termasuk materi invertebrata yang di dalamnya terdapat materi mengenai konsep pada filum Mollusca. Banyaknya konsep dalam filum Mollusca menyebabkan kesulitan yang akan dialami oleh siswa yang juga memungkinkan siswa tidak bersemangat dalam belajar.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah model Kooperatif (Cooperative learning). Pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama bersama dengan siswa lain dalam suasana bergotong-royong yang harmonis dan kondusif. Suasana positif yang timbul dari pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran, sekolah, serta guru. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif timbul rasa menyenangkan dan mendorong siswa pada proses belajar dan berpikir (Lie, 2002:91).

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dengan bekerja sama antar anggota kelompok sehingga mampu meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar yang terjadi dalam kelas. Siswa dapat bekerja sama dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang berkembang dalam sesama anggota kelompok akan memungkinkan siswa dalam memahami materi dengan lebih baik. (Solihatin, 2009).

Menurut Van Sicle (dalam Solihatin, 2009:13) model cooperative lerning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif, mendorong peningkatan dan kegairahan siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum. Cooperative

learning dapat dijadikan suatu model pembelajaran yang mengembangkan

suasana kelas yang demokratis dan mendorong siswa lebih termotivasi dalam mengikuti suatu proses pembelajaran (Webb dalam solihatin, 2009: 13).

Menurut slavin (dalam Sanjaya, 2010) terdapat dua alasan penting yang menyebutkan bahwa pembelajaran cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Kedua alasan tersebut antara lain: (1) berbagai hasil


(16)

penelitian membuktikan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan rasa sikap menerima kekurangan diri, serta meningkatkan harga diri, (2) pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2007: 242).

Dalam beberapa penelitian pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisonal yang berpusat pada guru. Hal itu tentu saja berbeda dengan pembelajaran secara berkelompok, dimana pada saat siswa mengalami kesulitan dalam pendalaman suatu materi, dia memiliki teman kelompok yang dapat berbagi pengetahuan juga motivasi dalam meningkatkan semangat dalam belajar (Richard dan Rebecca 2007 dalam Prajayanti, 2011).

Dari pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan berbagai kemampuan komunikasi, salah satunya yaitu berkaitan dengan komunikasi lisan. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajarannya terjadi interaksi antar siswa dalam anggota kelompok pada saat memecahkan masalah yang diberikan. Untuk lebih spesifiknya, kemampuan komunikasi lisan dan penguasaan konsep tersebut dilakukan dengan menggunakan metode koperatif tipe jigsaw.

Salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning adalah Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Di dalam kooperatif jigsaw dapat ditumbuhkan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan baik pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan afektif siswa (Isjoni, 2012).


(17)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pengaruh

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap kemampuan komunikasi dan penguasaan konsep siswa pada konsep Mollusca?”.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa kelas eksperimen (dengan model pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw) dan kelas kontrol (dengan pembelajaran secara konvensional) pada materi Mollusca sebelum dilakukan pembelajaran?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi Mollusca setelah dilakukan pembelajaran?

3. Adakah perbedaan gain penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi Mollusca setelah dilakukan pembelajaran?

4. Bagaimana kemampuan komunikasi siswa selama pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?

5. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan model Cooperative

learning tipe jigsaw?

C. Batasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode

cooperative learning tipe jigsaw dengan kelas kontrol menggunakan metode

pembelajaran secara konvensional.

2. Penguasaan konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi. Hasil belajar siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang C1, C2, C3, dan C4.


(18)

3. Kemampuan komunikasi yang diukur pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi lisan siswa.

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran cooperative

learning tipe jigsaw terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi

siswa pada materi Mollusca. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

b. Untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan komunikasi siswa selama berlangsungnya pembelajaran.

c. Untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi siswa

Siswa dapat termemotivasi dalam belajar agar hasil belajarnya lebih baik. 2. Bagi Guru

Guru dapat mencoba model pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan mengaitkan proses kegiatan belajar di kelas. Khususnya bagi pembelajaran biologi yang banyak menggunakan konsep dan pemahaman, model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini dapat menambah semangat bagi siswa dalam belajar.

3. Bagi peneliti

Diharapkan menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dan kemampuan komunikasi lebih lanjut.


(19)

F. Asumsi

1. Suasana positif yang timbul dari metode pembelajaran cooperative learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pembelajaran dan sekolah/guru (Lie, 2002:91).

2. Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran cooperative learning membantu siswa mengembangkan pemahamannya dengan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin, 2009:5).

3. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi secara maksimal (Isjoni, 2012:54).

4. Dalam suasana pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antar siswa yang menimbulkan suasana aktif dalam komunikasi (Isjoni, 2012).

G. Hipotesis

H1: Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat mempengaruhi

secara signifikan terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi siswa pada materi Mollusca.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi/ Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Bandung yang beralamat di daerah Jalan Ir. H. Juanda Nomor 93 Bandung dengan lokasi yang cukup strategis. Penelitian dilakukan mulai tanggal 4-13 April 2013 dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest 2 April 2013; (09:15 – 10.45) 4 April 2013; (11.30 – 13.00) Pertemuan 9 April 2013; (09:15 – 10.45) 11 April 2013; (11.30 – 13.00)

Posttest 9 April 2013; (09:15 – 10.45) 11 April 2013; (11.30 – 13.00)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas, yaitu kelas X.10 sebagai kelas kontrol dan kelas X.7 sebagai kelas eksperimen. Teknik pengambilan data dilakukan secara acak kelas (cluster random sampling) karena setiap kelas bersifat homogen.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Penggunaan desain ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap penguasaan konsep pada siswa. Dalam desain ini, terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010).

Tabel 3.2 Desain Penelitian Non-Equivalent Control Group Design

Grup Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 Xjigsaw O2


(21)

Keterangan:

O1 : Pretest

Xjigsaw : Pembelajaran dengan cooperative jigsaw

Xkonvensional : Pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional

O2 : Posttest

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasy

eksperimental atau eksperimental semu. Metode ini digunakan karena banyak

faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan (Sugiyono, 2010:114). Pada metode ini terdapat kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw (kelas eksperimen) dan terdapat kelompok pembanding dengan metode konvensional (kelas kontrol). Dengan adanya kelompok pembanding ini maka akibat yang dipengaruhi dari perlakuan ini dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan antara yang mendapat perlakuan dengan non perlakuan. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa dan kemampuan komunikasi siswa.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran tipe jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning jigsaw merupakan model pembelajaran cooperative dimana terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang teman dekat yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang terdiri dari lima sampai enam orang siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengantopiknya untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.


(22)

2. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep yang dimaksud pada penelitian ini adalah berupa nilai yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Pemahaman konsep yang diukur adalah aspek kognitif siswa menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi. Hasil belajar siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang C1-C4.

3. Kemampuan komunikasi

Kemampuan berkomunikasi yang dimaksud pada penelitian adalah kemampuan komunikasi lisan mengacu pada Stiggins (1994) terdiri dari pendapat yang disampaikan jelas dan sistematis, pendapat yang disampaikan sesuai dengan topik pemasalahan, menghargai pendapat siswa lain, mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang menarik siswa lain untuk terlibat dalam diskusi, memperhatikan jalannya diskusi, tidak mendominasi pembicaraan dan menarik kesimpulan dijaring memalui lembar observasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tes yang bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep, lembar observasi untuk mengukur kemampuan komunikasi lisan siswa serta angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tes dilakukan dalam bentuk tes objektif berupa tes pilihan ganda (multiple choice

test) dengan jumlah options empat.

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen yang telah dibuat terlebih dahulu di-judgement oleh beberapa dosen ahli dan dosen pembimbing sebanyak 32 butir soal tes pilihan ganda. Setelah proses judgment dilanjutkan dengan uji coba instrument. Uji coba instrument diberikan kepada 36 siswa yang sudah memperoleh materi Mollusca. Jumlah tes yang diuji coba berupa 30 tes pilihan ganda.

1. Soal Penguasaan Konsep

Soal penguasaan konsep siswa disajikan dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 butir dengan empat option pilihan yang digunakan sebagai alat untuk


(23)

mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang mencakup jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis) berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Tes pilihan berganda ini diberikan pada saat pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengukur aspek kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Kisi-kisi tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa adalah:

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Pilihan Ganda untuk Mengukur Penguasaan Konsep

Jenjang Tes Nomor Tes Jumlah Tes

C1 1,2,7,15,19 5

C2 3,5,6,9,10,11,12,13,16,20 10

C3 4,17,18 3

C4 8,14 2

Jumlah Tes 20

2. Lembar Observasi Kemampuan Berkomunikasi Lisan

Lembar observasi digunakan sebagai data utama untuk menjaring kemampuan berkomunikasi siswa sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Adapun indikator yang ditetapkan dalam lembar observasi ini mengacu pada Stiggins (1994) terdapat pada tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kriteria Kemampuan Berkomunikasi Lisan

No. Indikator

1. Pendapat yang disampaikan jelas dan sistematis

2. Pendapat yang disampaikan sesuai dengan topik pemasalahan 3. Menghargai pendapat siswa lain

4. Mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang menarik siswa lain untuk terlibat dalam diskusi

5. Memperhatikan jalannya diskusi 6. Tidak mendominasi pembicaraan 7. Menarik kesimpulan

3. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang telah dilakukan. Angket diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai.


(24)

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

No. Indikator Nomor Pertanyaan Jumlah

Respon

1. Ketertarikan siswa terhadap biologi. 1 1

2.

Pengalaman belajar dengan menggunakan model cooperative jigsaw.

2 1

3. Penilaian siswa terhadap model

cooperative jigsaw. 3,4,5,6,7,8,9 7

4. Kesadaran pentingnya mempelajari

konsep Mollusca. 10 1

Jumlah 10

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk menguji kelayakan tes instrumen yang digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis uji coba instrument dengan melakukan analisis pokok uji. Analisis pook uji dilakukan pada tes pilihan ganda. Analisis pokok uji yang dilakukan pada tes pilihan ganda meliputi: 1). Tingkat kesukaran, 2). Daya pembeda, 3). Pengecoh, 4). Validitas, 5). Reabilitas. (Arikunto, 2012).

1. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemmpuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Menurut Arikunto (2011:207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran menurut Arikunto (2011) adalah:

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes


(25)

Untuk mengetahui klasifikasi tingkat kesukaran bisa dilihat dalam tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Rentang Kategori

0,10 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2011:210) Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran dibantu dengan menggunakan aplikasi Anates versi 4.0.9 pada soal penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran

Nomor soal Kriteria

4,9,16,19,22,23,24,27, Sukar

2,3,6,7,12,15 Sedang

1,5,8,10,11,13,14,17,18,20,21,25,26,28,29,30 Mudah 2. Daya pembeda

Menurut Arikunto (2011 : 211) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa pintar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

= Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta kelompok bawah

= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

= Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Arikunto (2011) klasifikasi daya pembeda dikategorikan seperti pada tabel 3.8 berikut:


(26)

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Kategori

0,00 – 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2011:218) Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda

Nomor soal Kriteria

1,4,6,7,8,15,19,23,24,27 Jelek

3,5,9,10,11,12,16,17,18,20,21,22,25,26,29,30 Cukup

2,13,14,28 Baik

- Baik sekali

3. Validitas

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas item adalah rumus korelasi

product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Person (dalam

Arikunto, 2011:72) yaitu:

Keterangan :

= Koefisien korelasi aantara variabel X dan variabel Y N = Jumlah soal uji coba

X = Skor tiap butir soal

Y = Skor total tiap soal uji coba = Jumlah perkalian XY

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam kategori sebagai berikut :

Tabel 3.10 Klasifikasi Validitas Item

Range Validitas

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi (baik)

0,40 ≤ < 0,70 Sedang (cukup)


(27)

Range Validitas 0,00 ≤ < 0,20 Sangat rendah

< 0,00 Tidak valid

(Arikunto, 2011) Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas item

Nomor soal Kriteria

- Sangat tinggi (sangat baik)

- Tinggi (baik)

5,8,12,13,14,16,18,25,26,28,30 Sedang (cukup)

2,3,6,7,9,17,19,21,22,27,29 Rendah (kurang)

4,10,11,15,20,23 Sangat rendah

1,24 Tidak valid

4. Reabilitas

Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reiabilitas tes yang berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2011:86). Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus sebagai berikut:

Klasifikasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.12 Klasifikasi Reliabilitas

Rentang Kategori

0,81 – 1,00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2011) Adapun rekapitulasi hasil perhitungan reabilitas pada soal penguasaan konsep siswa terdapat pada lampiran. Nilai reliatbilitas seluruh soal adalah 0,19 yang termasuk dalam kriteria sangat rendah.


(28)

Pada penelitian ini, untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dengan menggunakan software ANATES Pilihan Ganda versi

4.0.9 yang dapat dilihat pada Lampiran C.2.

Soal yang dipakai untuk tes penguasaan konsep berupa pilihan ganda dipilih 20 soal, soal yang dipakai adalah soal yang memiliki validitas rendah, cukup, tinggi, memiliki tingkat kesukaran mulai dari soal yang sangat mudah, mudah, sedang, dan sukar, serta daya pembeda yang rendah, cukup dan tinggi. Soal yang ditolak karena soal tersebut memiliki validitas yang tidak dapat didefinisikan (NAN) dan juga negatif serta memiliki daya pembeda negatif. Dalam merevisi soal pilihan ganda tersebut, peneliti memperbaiki kata-kata dan jawaban pada setiap item pertanyaan yang akan digunakan.

Berdasarkan hasil pengujian soal instrumen di atas, di bawah ini adalah rekapitulasi analisis pokok uji instrumen pilihan ganda sekaligus keputusan yang diambil terhadap soal tersebut. Berikut iniu hasil rekapitulasinya:

Tabel 3.13 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen

No. Soal Daya

Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Keterangan

1 Mudah Jelek Tidak valid Dibuang

2 Baik Sedang Rendah Dipakai

3 Cukup Sedang Rendah Dipakai

4 Jelek Sukar Sangat rendah Dibuang

5 Cukup Mudah Sedang Dipakai

6 Jelek Sedang Rendah Diperbaiki

7 Jelek Sedang Rendah Dibuang

8 Jelek Mudah Sedang Dibuang

9 Cukup Sukar Rendah Dipakai

10 Cukup Mudah Sangat rendah Diperbaiki

11 Cukup Mudah Sangat rendah Diperbaiki

12 Cukup Sedang Sedang Dipakai


(29)

No. Soal Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Keterangan

14 Baik Mudah Sedang Dipakai

15 Jelek Sedang Sangat rendah Diperbaiki

16 Cukup Sukar Sedang Dipakai

17 Cukup Mudah Rendah Dibuang

18 Cukup Mudah Sedang Dipakai

19 Jelek Sukar Rendah Dipakai

20 Cukup Mudah Sangat rendah Dibuang

21 Cukup Mudah Rendah Dipakai

22 Cukup Sukar Rendah Dipakai

23 Jelek Sukar Sangat rendah Dibuang

24 Jelek Sukar Tidak valid Dibuang

25 Cukup Mudah Sedang Dibuang

26 Cukup Mudah Sedang Dibuang

27 Jelek Sukar Rendah Dipakai

28 Baik Mudah Sedang Dipakai

29 Cukup Mudah Rendah Dipakai

30 Cukup Mudah Sedang Dipakai

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari :

1. Pemberian pretest kepada seluruh siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. 2. Selama kegiatan pembelajaran cooperative tipe jigsaw dilakukan observasi berkaitan dengan kemampuan lisan siswa ketika siswa melakukan diskusi. Observasi dilakukan oleh lima orang observer dan setiap observer dan setiap observer memiliki tanggung jawab untuk mengamati kemampuan berkomunikasi lisan siswa sati kelompok siswa. Satu kelompok siswa terdiri atas lima orang.


(30)

3. Pemberian posttest kepada seluruh siswa untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang sama pada saat pretest.

4. Pemberian angket kepada seluruh siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

H. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini akan dilakukan memiliki tiga tahapan yaitu: 1. Tahap persiapan

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan. Tahap persiapan ini meliputi:

a. Menganalisis masalah, melakukan kajian pustaka dengan membaca beberapa buku ataupun sumber lainnya mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar, dan materi invertebrata.

b. Menyusun proposal menyusun tahapan rencana penelitian dan melaksanakan seminar proposal.

c. Penyusunan instrumen, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir untuk menjaring hasil belajar siswa dan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

d. Melakukan judgement instrumen kepada dosen yang sesuai dalam bidangnya. e. Melakukan uji coba instrumen untuk memperoleh tingkat kesukaran, daya

pembeda, validitas, dan reliabilitas soal serta distraktor. Setelah mendapatkan hasil uji coba instrumen maka dilakukan pengolahan data dan pengkategorian apakah instrumen itu layak atau tidak layak. Apabila masih ada beberapa yang kurang layak untuk penelitian maka dilakukan revisi instrumen.

f. Melakukan observasi ke sekolah dan menyiapkan persuratan penelitian. 2. Tahap pelaksanaan


(31)

a. Membentuk kelompok siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang tiap kelompok.

b. Pemberian pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal terhadap materi invertebrata dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 20 butir.

c. Proses pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw, sedangkan di kelas kontrol proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode konvensional (diskusi). Proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

d. Melaksanakan tes akhir dengan pemberian posttes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes akhir dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa, secara bersamaan juga diberikan angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif jigsaw mengenai konsep invertebrata.

3. Tahap pengolahan data, penarikan kesimpulan, dan penyusunan laporan a. Melakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik.

b. Penarikan kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar pada materi invertebrata

c. Penyusunan laporan penelitian berupa skripsi.

I. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini mencakup pengusaan konsep, lembar observasi komunikasi lisan siswa dan angket respon siswa. Pada penelitian ini, dilakukan dua kali tes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, hal ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan terhadap hasil belajar setelah belajar menggunakan model pembelajaran cooperative learning jigsaw pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Setelah dilakukan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen, kemudian hasil dari nilai


(32)

pretest pada kelas kontrol dan eksperimen diolah dengan melakukan uji

normalitas, homogenitas, dan kemudian uji hipotesis menggunakan program

software SPSS 18 for Windows.

Jika terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa, maka yang dibahas adalah rerata nilai N-gain, sedangkan jika tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa, yang dibahas pada pembahasan adalah mengenai hasil posttest siswa. Hasil dari nilai posttest kemudian akan diolah dengan melakukan uji normalitas, homogenitas, dan kemudian uji hipotesis menggunakan program software SPSS

18 for Windows. Untuk melihat pengaruh penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jisaw terhadap penguasaan konsep siswa dilakukan uji Z

(jika data normal dan homogen) atau uji U Mann-Whitney (jika salah satu data tidak normal atau homogen).

Untuk pengolahan nilai dari kemampuan komunikasi lisan siswa kelas kontrol dan eksperimen pada saat pembelajaran berlangsung dihitung jumlah dan rerata pada setiap kelas. Sedangkan untuk mengolah data dari angket tanggapan siswa dilakukan dengan menggunakan skala Likert.

1. Penguasaan Konsep Siswa

Hasil tes penguasaan konsep siswa dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memberikan skor pada data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan skala 0 - 100.

Untuk menganalisis data yang diperoleh dilakukan perhitungan. Data utama terdiri dari tes penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi lisan. Data tes penguasaan konsep didapatkan dengan perhitungan menggunakan Software SPSS

18 for Windows.

a. Uji Normalitas data

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang di peroleh berdistribusi normal atau tidak, karena uji-t dapat digunakan apabila data tersebut terdistribusi normal.

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: 1) Menghitung rata-rata


(33)

fixi fixi X1

Keterangan: X = nilai rata-rata xi = tanda kelas interval

fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas (Sudjana, 2005:67) 2) Mencari simpangan baku dengan rumus

) 1 ( 2  

n n fixi n S Keterangan:

n= Jumlah frekuensi

S= Simpangan baku ( Sudjana, 2005:95)

3) Mencari Modus Dengan Rumus

Mo=b+p        2 1 1 b b b Keterangan :

B = Batasan bahwa kelas modal ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak. P = Panjang kelas modal.

b1 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal.

b2 = Frekuensi kela modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

yang lebih besar sebelum tanda kelas modal

Mo = Modus (Sudjana, 2005: 77)

4) Menguji kenormalan data

Menguji kenormalan data dengan rumus kemencengan kurva, yaitu dengan menggunakan rumus karl pearson dalam bentuk koefisien pearson yaitu:

S Mo x Km 

Keterangan:

Km = Kemencengan Kurva

Mo = Data Terbanyak (Modus) X = Rata-Rata Nilai


(34)

b. Uji Homogenitas

Agar proses pengujian hipotesis bisa berlangsung maka terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian homogenitas sampel. Pengujian homogenitas sampel pada penelitian ini menggunakan uji bartlett. Untuk memudahkan satuan-satuan yang digunakan, maka disusun tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Harga-harga yang Diperlukan untuk Uji Barttlet

Sampel Dk (n1-1) S12 Log S12 (dk) log S12

1 (n1-1) S12 Log S12 (dk) log S12

1 (n2-1) S22 Log S22 (dk) log S12

- K

- (nk-1)

- Sk2

- Log Sk2

- (dk) log Sk2

Jumlah (n1-1) S12 ∑ Log S12 ∑(dk)log S12

(Sudjana,2005:262) Dari Tabel 3 dapat dihitung harga yang di perlukan yaitu:

1) Varians gabungan dari semua sampel

   1 1 1 2 1 1 2 n S n S

2) Harga satuan B dengan rumus: B = (Log S2)∑ (n1-1)

3) Uji Bartlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat

 

 2 1 2 log 10

ln B dk S

x

c. Uji Hipotesis 1) Uji Parametrik

Apabila setelah dilakukan uji homogenitas dan uji normalitas, ternyata diperoleh data yang homogen dan berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji statistika parametrik.

Uji perbandingan dua rata-rata bertujuan untuk membandingkan dua perlakuan sehingga dapat diketahui perlakuan yang lebih baik diantara keduanya


(35)

dengan menggunakan uji Z. Uji Z dilakukan apabila data yang diperoleh homogen dan berdistribusi dormal dan n ≥ 30.

Rumus Uji Z:

2 1

1 1

2 1

n n h itu n g

x x Z

 

Keterangan :

X1= Rata-rata nilai kelas eksperimen

X2 = Rata-rata nilai kelas kontrol

n1 = Sampel 1

n2 = Sampel 2 (Sudjana, 239: 2005)

H0 yang telah ditentukan adalah data yang diperoleh dari perlakuan 1 dengan

perlakuan 2 (tidak ada perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2). Sehingga ditulis Ho : µ1 = µ2. Sedangkan H1 yang telah ditentukan adalah data

yang diperoleh dari perlakuan 1 tidak sama dengan data dan perlakuan 2 (terdapat perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2) dan dituliskan H1 : µ1 ≠ µ2.

Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan α 0,05, maka:

1. Jika probabilitas (Sig) ≥ 0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

2. Jika probabilitas (Sig) < 0,05, maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan

yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

2) Uji Non Parametrik

Jika data telah berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata uji Z. Akan tetapi apabila data berdistribusi normal tapi tidak homogen, maka dilakukan statistika non parametrik Mann-Whitney. Uji perbandingan dua rata-rata bertujuan untuk membandingkan dua perlakuan sehingga dapat diketahui perlakuan yang lebih baik diantara keduanya. Uji


(36)

Keterangan:

U1= nilai U sampel 1

U2= nilai U sampel 2

N1= jumlah sampel 1

N2= jumlah sampel 2

R1= jumlah ranking sampel 1

R2= jumlah ranking sampel 2 (Sudjana, 2005)

H0 yang telah ditentukan adalah data yang diperoleh dari perlakuan 1 dengan

perlakuan 2 (tidak ada perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2). Sehingga ditulis H0 : µ1 = µ2. Sedangkan H1 yang telah ditentukan adalah data

yang diperoleh dari perlakuan 1 tidak sama dengan data dan perlakuan 2 (terdapat perbedaan antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2) dan dituliskan H1 : µ1 ≠ µ2. Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan α 0,05, maka:

1. Jika probabilitas (Sig) ≥ 0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

2. Jika probabilitas (Sig) < 0,05, maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan

yang signifikan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2.

3) Perhitungan Indeks Gain

Perhitungan nilai Gain pada data penguasaan konsep siswa. Perhitungan N-gain dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan penguasaan konsep siswa. Rumus untuk perhitungan N-Gain adalah:


(37)

Tabel 3.15 Kategori Indeks Gain

Rentang Gain Kategori

NG>0,70 Tinggi

0,30 <NG<0,70 Sedang

NG<0,30 Rendah

(Hake, 1999)

2. Lembar Observasi Kemapuan Berkomunikasi Secara Lisan

Perhitungan data lembar observasi dilakukan dengan menjumlahkan dan

memberi skor banyaknya kemunculan tanda (√) pada setiap aspek dalam

kemampuan berkomunikasi lisan yang dinilai. Kemampuan yang muncul diberi skor sesuai yang tertera pada masing-masing kemampuan, data tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

NP = nilai persen yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal yang diperoleh siswa

Tabel 3.16 Kategori Penguasaan Kemampuan Berkomunikasi secara Lisan

Persentase (%) Kategori

86-100 Sangat baik

76-85 Baik

60-75 Cukup

55-59 Kurang

≤54 Kurang sekali

(Purwanto, 2006: 102)

3. Analisis Data Angket

Angket yang digunakan diolah dengan menggunakan skala Likert. Angket dibuat dalam kategori pernyataan positif.

Rekapitulasi presentase tanggapan siswa dilakukan berdasarkan langkah sebagai berikut:

a) Memberikan skor pada setiap item pertanyaan yang terdapat dalam angket sesuai dengan yang diadaptasi dari Sugyiono (2009) pada tabel berikut:


(38)

Tabel 3.17 Kategori Skor dalam Penilaian Skala Likert

Kriteria Respon Positif Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak setuju 2

Sangat tudak setuju 1

b) Menghitung persentase jawaban siswa menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2009).

c) Melakukan interpretasi jawaban angket dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria.

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis secara deskriptif, namun sebelumnya dilakukan perhitungan presentase respon siswa. Persentase respons siswa dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah seluruh siswa selanjutnya dikali dengan 100% untuk mendapatkan angka dalam bentuk persen. Adapun klasifikasi respon angket siswa menurut Koentjaraningrat (1990:10) yaitu:

Tabel 3.18 Klasifikasi Respons Angket Siswa

Persentase Jawaban (%) Klasifikasi

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir setengah

50 Setengah

51 – 75 Sebagian besar

75 – 99 Pada umumnya

100 Seluruhnya

Setelah didapatkan persentase angket lalu data tersebut dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan dengan data pretes serta postes yang didapatkan untuk menunjang hasil penelitian.


(39)

J. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Penyusunan laporan

Analisis data dan penarikan kesimpulan Pelaksanaan posttest dan pengisian angket

Pengolahan data Analisis masalah

Penyusunan proposal penelitian

Seminar proposal

Penyusunan instrumen penelitian

Judgement dan uji coba instrumen

Pengkajian serta revisi instrumen

Observasi ke sekolah Membuat

surat izin penelitian

Pelaksanaan pretest

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw (eksperimen)

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model konvenional (kontrol)


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa

pada materi Mollusca.

Dari analisis terhadap hasil pretest kedua kelompok didapatkan rata-rata nilai siswa keduanya termasuk pada kategori cukup yaitu 37,63 untuk kelas kontrol dan 29,86 untuk kelas eksperimen. Penguasaan konsep kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan memiliki hasil yang berbeda signifikan.

Analisis terhadap Nilai N-Gain penguasaan konsep menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen (0,59) dan kelas kontrol (0,50), keduanya termasuk dalam kategori sedang. uji beda rata-rata nilai N-Gain menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil penguasaan konsep dari perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw memberikan dampak baik terhadap kemampuan komunikasi siswa secara lisan terlihat dari rata-rata komunikasi lisan siswa saat belajar termasuk dalam kategori cukup ( ̅ 72,29 %) dan rata-rata kemampuan komunikasi lisan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional termasuk dalam kategori kurang sekali ( ̅ 48,83%), hal ini dikuatkan juga dengan hasil angket yang diberikan peneliti setelah pembelajaran, persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mencapai 80,42%.


(41)

75

B. Saran

Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian ini, berikut adalah beberapa saran untuk kegiatan penelitian lebih lanjut, antara lain:

1. Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif jigsaw digunakan pada materi konsep Mollusca di tingkat Sekolah Menengah Atas. Untuk penelitian selanjutnya, dapat mencakup materi yang lain atau dilakukan pada jejang pendidikan yang berbeda.

2. Perlu adanya pembiasaan dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar siswa dapat mengembangkan penguasaan konsep.

3. Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw ini diharapkan agar memperhatikan pengalokasian waktu pelaksanaan dari setiap langkah pembelajaran, agar semua kegiatan dapat tercapai dan berjalan dengan lancar. 4. Fase kelompok asal dan ahli dalam penelitian ini belum cukup baik, sehingga

untuk peneliti ataupun guru yang akan melaksanakan model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw diharapkan agar membuat rencana

pembelajaran dengan serinci mungkin, agar penguasaan konsep yang didapatkan akan lebih maksimal.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Astuti, E.N.(2010). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Pemahaman

Konsep dan Berkomunikasi Siswa SMP pada Konsep Pencernaan Makanan.

Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Aqib, Z. (2007). Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.

Badan standar nasional pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Efi. (2007). Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui

Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Skripsi,

jurusan Biologi, FITK, UIN : Tidak diterbitkan.

Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Cetakan keenam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ginting, A. F. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Vertebrata. Skripsi UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(43)

Isjoni. (2007). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

_____. (2012). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Krathwolh, D. (2002). “A Revision of Bloom”s Taxonomy: An

Overview.”College of Education. 41, (4).

Kurnia, T. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi S1 Pendidikan Biologi

UPI: tidak diterbitkan.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. _____. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Prajayanti, S.S.R. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar dan Pola Interaksi Siswa SMA pada Materi Sistem Ekskresi. Skripsi S1 Pendidikan

Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Purwanto, N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rismayanti. (2012). Remediasi Miskonsepsi Siswa Smu Pada Konsep Sistem

Pernapasan Dengan Menggunakan Analogi. Skripsi S1 Pendidikan Biologi

UPI: tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y., Dirdjosoemanto, S., Yudianto, S.A.,Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar

Biologi. Bandung: jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.


(44)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2005). Metode statistika. Bandung: Tarsito

Syamsuri, I. dkk. (2007). Biologi untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.

Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Utami, N.R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap

Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Praktikum Klasifikasi Alga. Skripsi

S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Warastri, N.A.E. (2011). Profil Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMA

Berdasarkan Gender pada Konsep Ekosistem. Skripsi S1 Pendidikan

Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Wardani, S. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melaui

Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.” Buletin


(1)

J. Alur Penelitian

Penyusunan laporan

Analisis data dan penarikan kesimpulan Pelaksanaan posttest dan pengisian angket

Pengolahan data Analisis masalah

Penyusunan proposal penelitian

Seminar proposal

Penyusunan instrumen penelitian

Judgement dan uji coba instrumen

Pengkajian serta revisi instrumen

Observasi ke sekolah Membuat

surat izin penelitian

Pelaksanaan pretest

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw (eksperimen)

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model konvenional (kontrol)


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa pada materi Mollusca.

Dari analisis terhadap hasil pretest kedua kelompok didapatkan rata-rata nilai siswa keduanya termasuk pada kategori cukup yaitu 37,63 untuk kelas kontrol dan 29,86 untuk kelas eksperimen. Penguasaan konsep kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan memiliki hasil yang berbeda signifikan.

Analisis terhadap Nilai N-Gain penguasaan konsep menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen (0,59) dan kelas kontrol (0,50), keduanya termasuk dalam kategori sedang. uji beda rata-rata nilai N-Gain menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil penguasaan konsep dari perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw memberikan dampak baik terhadap kemampuan komunikasi siswa secara lisan terlihat dari rata-rata komunikasi lisan siswa saat belajar termasuk dalam kategori cukup ( ̅ 72,29 %) dan rata-rata kemampuan komunikasi lisan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional termasuk dalam kategori kurang sekali ( ̅ 48,83%), hal ini dikuatkan juga dengan hasil angket yang diberikan peneliti setelah pembelajaran, persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mencapai 80,42%.


(3)

75

B. Saran

Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian ini, berikut adalah beberapa saran untuk kegiatan penelitian lebih lanjut, antara lain:

1. Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif jigsaw digunakan pada materi konsep Mollusca di tingkat Sekolah Menengah Atas. Untuk penelitian selanjutnya, dapat mencakup materi yang lain atau dilakukan pada jejang pendidikan yang berbeda.

2. Perlu adanya pembiasaan dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar siswa dapat mengembangkan penguasaan konsep.

3. Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif jigsaw ini diharapkan agar memperhatikan pengalokasian waktu pelaksanaan dari setiap langkah pembelajaran, agar semua kegiatan dapat tercapai dan berjalan dengan lancar. 4. Fase kelompok asal dan ahli dalam penelitian ini belum cukup baik, sehingga

untuk peneliti ataupun guru yang akan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw diharapkan agar membuat rencana pembelajaran dengan serinci mungkin, agar penguasaan konsep yang didapatkan akan lebih maksimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Astuti, E.N.(2010). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Pemahaman Konsep dan Berkomunikasi Siswa SMP pada Konsep Pencernaan Makanan. Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Aqib, Z. (2007). Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.

Badan standar nasional pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Efi. (2007). Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui

Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Skripsi, jurusan Biologi, FITK, UIN : Tidak diterbitkan.

Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Cetakan keenam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ginting, A. F. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Vertebrata. Skripsi UPI Bandung : Tidak diterbitkan.


(5)

Isjoni. (2007). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

_____. (2012). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Krathwolh, D. (2002). “A Revision of Bloom”s Taxonomy: An Overview.”College of Education. 41, (4).

Kurnia, T. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. _____. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Prajayanti, S.S.R. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar dan Pola Interaksi Siswa SMA pada Materi Sistem Ekskresi. Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Purwanto, N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rismayanti. (2012). Remediasi Miskonsepsi Siswa Smu Pada Konsep Sistem Pernapasan Dengan Menggunakan Analogi. Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y., Dirdjosoemanto, S., Yudianto, S.A.,Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.


(6)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2005). Metode statistika. Bandung: Tarsito

Syamsuri, I. dkk. (2007). Biologi untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.

Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Utami, N.R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Praktikum Klasifikasi Alga. Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Warastri, N.A.E. (2011). Profil Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMA Berdasarkan Gender pada Konsep Ekosistem. Skripsi S1 Pendidikan Biologi UPI: tidak diterbitkan.

Wardani, S. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melaui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan. Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.” Buletin