PENGARUH LABA AKUNTANSI DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukanoleh : Audy Noer Hidayat 1013010162/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSebagianPersyaratandalam MemperolehGelarSarjanaEkonomidanBisnis

ProgdiAkuntansi

Diajukanoleh : Audy Noer Hidayat 1013010162/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

yangdiajukan

Audy Noer Hidayat 1013010162/FE/AK

disetujuiuntukUjianLisanoleh

PembimbingUtama

Dr. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA Tanggal : ………

NIP. 19611011 199203 1001

Mengetahui WakilDekan I FakultasEkonomidanBisnis

Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS NIP. 19600330 198603 1003


(4)

BURSA EFEK INDONESIA

yangdiajukan

Audy Noer Hidayat 1013010162/FE/AK

Telahdiseminarkandandisetujuiuntukmenyusunskripsioleh

PembimbingUtama

Dr. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA Tanggal : ………

NIP. 19611011 199203 1001

Mengetahui Ketua Program Studi

Dr. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA NIP. 19611011 199203 1001


(5)

BURSA EFEK INDONESIA

Disusunoleh :

Audy Noer Hidayat 1013010162/FE/AK

telahdipertahankandihadapan danditerimaoleh Tim PengujiSkripsi ProgdiAkuntansiFakultasEkonomi Dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur

padatanggal 28 Maret 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

PembimbingUtama Ketua

Dr. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA Dr. Hero Priono, SE, M.Si, AK, CA

Sekretaris

Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks Anggota

Dra. Ec. Tituk Diah Widajantie, M. Aks Mengetahui

DekanFakultasEkonomi Dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


(6)

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta di dorong oleh kemauan yang kuat,

sehingga skripsi dengan judul “PENGARUH LABA AKUNTANSI DAN

KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” akhirnya dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (S-1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” jatim.Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak memperoleh dorongan serta bantuan dari berbagai pihak.Maka dalam kesempatan ini penyusun ucapkan terima kasih yang dalamkepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya

3. Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya

4. Dr. Hero Priono, SE, MSI, Ak.selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

memberi bantuan dan nasihat

7. Keluarga Ayah, Ibu,serta semua keluarga besarku yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual serta nasehat untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terima kasih juga atas semangat, dukungan dan doa yang membuat penulis cepat menyelesaikan skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, sebab keterbatasan materi dan pengetahuan yang dimiliki penyusun. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa khususnya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya.

Surabaya, Maret 2014


(8)

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………..viii DAFTAR LAMPIRAN………..viii

ABSTRAK………. .. ix

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian...………... 6

1.4 ManfaatPenelitian..………..………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...…… 8

2.1 Penelitianterdahulu………... 8

2.2 Landasan Teori……….. 14

2.2.1Saham……….… 14

2.2.1.1 PengertianSaham……… 14

2.2.1.2 HargaSaham……… 14

2.2.1.3 Macam-macamHargaSaham………... 15

2.2.1.4 Faktor-faktor Yang MempengaruhiHarga Saham………. 17

2.2.1.5. KarakteristikSaham………..…. 18

2.2.1.6. KeuntunganMembeliatauMemilikiSaham 19 2.2.1.7. Jenis-jenisSaham………. 20

2.2.2Kebijakan Deviden……… …………..……. 20


(9)

2.2.2.3Bird in Hand Theory………... 26

2.2.2.4 Teori Preferensi Pajak……….... 26

2.2.2.5 Signaling Hypothesis theory... 28

2.2.2.6 Clientele effect theory... 28

2.2.3 Laba Akuntansi... 28

2.2.3.1 Pengertian Laba akuntansi... 28

2.3HubunganLaba Akuntansi terhadap Harga Saham... 31

2.4Hubungan Kebijakan Deviden Terhadap Harga Saham... 33

2.5 Kerangka Pikir ... 33

2.6Hipotesis………... 34

BAB III METODE PENELITIAN………... 35

3.1 Objek Penelitian...………. 35

3.2 Definisi Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel... 35

3.3.1Variabel Independen………...35

3.3.2 Variable Dependen……….….... 36

3.3Teknik Penentuan Sampel………....…………37

3.3.1 Populasi...……….… 37

3.3.2 Sampel………...… 37

3.4Teknik Pengumpulan Data……….. 38

3.4.1 Jenis Data………...…….. 38

3.4.2 Sumber Data...………. 39

3.4.3 Pengumpulan Data...………...39


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 45

4.1.1 Sejarah Pasar Modal ... 45

4.1.2 Sejarah PT. Bursa EfekIndonesia... 48

4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 49

4.1.3.1 Visi ... 49

4.1.3.2 Misi ... 49

4.1.4 Sejarah Perusahaan Otomotif yang Go Public Di BEI yang DijadikanSampelPenelitian... ... 49

4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 61

4.2.1 Laba Akuntansi ... 56

4.2.2 Kebijakan Deviden ... 62

4.2.3 Harga Saham ... 63

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 64

4.3.2 Uji Normalitas ... 64

4.3.3 Uji Autokorelasi ... 65

4.3.4 Uji Multikorelasi ... 66


(11)

4.4.3 Uji T ... 71

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

4.5.1 Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham ... 72

4.5.2 Kebijakan Deviden Terhadap Harhga Saham ... 72

4.6. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 75

5.3 Implikasi ... 76

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 76

Daftar Pustaka Lampiran


(12)

Daftar Tabel

2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 13

4.1 data tabulasilabaakuntasi ... 61

4.2 data tabulasikebijakandeviden... 62

4.3 data tabulasihargasaham ... 63

4.4 UjiNormalitas ... 65

4.5 Uji Durbin Watson ... 66

4.6 Nilai VIF (Variance Inflation Factor)... 67

4.7 Hasilkorelasirank sperman... 68

4.8 Regresi Linear Berganda... 69

4.9 AnalisisUji F ... 70

4.10 Analisis Uji T... 71


(13)

Daftar Gambar

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laba Akuntansi Lampiran 2 : Kebijakan Deviden Lampiran 3 : Harga Saham Lampiran 4 : Pengujian Asumsi Lampiran 5 : Analisi regresi


(14)

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(Studi Empiris pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012)

Oleh:

Audy Noer Hidayat

DosenPembimbing:

Dr. Hero Priono, SE,M.Si., Ak. Ca

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh laba akuntasi terhadap harga saham.Penelitian ini juga menguji pengaruh kebijakan deviden terhadap harga saham.Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 8 perusahaan yang dipilih dari 12 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.Data dikumpulkan melalui purposive sampling. Data diperoleh dari publikasi www.idx.com

Teknikanalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang bertujuan mengetahui pengaruhan laba akuntansi dan kebijakan deviden terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba akuntansi tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebijakan deviden berpengaruh dengan hargasaham.


(15)

Laporan keuangan yang diterbitkan merupakan sumber informasi yang sangat penting oleh pemakai laporan terutama investor untuk pengambilan keputusan. Fokus investor antara lain informasi mengenai kualitas laba dan harga saham karena laba dan harga saham tersebut merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan.

Menurut Baridwan (1997: 4) laporan keuangan yang diterbitkan suatu perusahaan harus dapat mengungkap kondisi perusahaan yang sebenarnya, dan membantu pemakai laporan keuangan mengestimasi nilai perusahaan yang diintepretasikan dengan angka laba sehingga penilaian tersebut akan mempengaruhi perilaku investor. Menurut Naimah (2008), informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah informasi yang mempunyai relevansi. Salah satu indikator bahwa suatu informasi akuntansi relevan adalah adanya reaksi investor pada saat diumumkannya suatu informasi yang dapat diamati dari adanya pergerakan harga saham.Relevansi nilai laba diukur dengan kemampuan informasi laporan keuangan untuk menangkap atau meringkas berbagai macam informasi yang mempengaruhi nilai saham (Baridwan, 2003). Informasi dalam laporan keuangan suatu perusahaan diyakini memberikan gambaran tentang kondisi perusahaan saat ini sekaligus dapat memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hal tersebut karena dari laporan keuangan suatu perusahaan akan menyebabkan investor bereaksi terhadap


(16)

penurunan atau kenaikan harga saham tersebut. Selain itu, informasi keuangan sebagai instrumen data akuntansi diharapkan mampu menggambarkan realita ekonomi. Oleh karena itu pengujian terhadap kandungan informasi, khususnya laba, akan dapat mempengaruhi reaksi pasar atas tingkat pengembalian (return).

Seorang investor harus memiliki perencanaan investasi yang efektif agar memperoleh keuntungan di pasar modal. Perencanaan ini meliputi pertimbangan keputusan yang diambil untuk mengalokasikan dana yang dimiliki dalam bentuk aktiva tertentu dengan harapan mendapat keuntungan ekonomis di masa mendatang. Salah satu bentuk investasi yang dilakukan investor adalah membeli saham, dengan harapan akan memperoleh return. Dalam investasi yang ditanamkan, terdapat ketidakpastian yang merupakan risiko yang penyimpang dari tingkat keuntungan yang sesungguhnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (Hartono, 2003: 103). Perusahaan yang melaporkan laba akuntansi yang relatif stabil atau terus meningkat akan menarik investor untuk investasi karena akan menurunkan tingkat risiko yang ditanggung investor. Perubahan risiko akan berdampak pada perubahan respon dan kepercayaan investor yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham.

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa Keuntungan yang diperoleh perusahaantidak seluruhnya digunakan untuk keperluan pendanaan operasionalnya (Nurmala, 2006). Perusahaan harus memeriksa relevansi antara laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (retained earning to be reinvested) dengan laba yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk dividen (revenuethat divided to the share holders as divided).


(17)

Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah kedua hal yang diinginkan perusahaan tetapi sekaligus merupakan suatu tujuan yang berlawanan. Untuk mencapai tujuan tadi perusahaan menetapkan kebijakan dividen yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk menetapkan proporsipendapatan yang dibagikan sebagai dividen yang dibayar, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Akibatnya, dividen yang di terima pemegang saham atau investor bisa dan tidak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung. Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, aruspendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakaninformasi mengenai performa (performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing-masingperusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividenberpengaruh terhadap nilai perusahaan otomotif dalam membayar dividen kepada parapemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan danayang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka sahamperusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaanotomotif harus dapatmempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untukmengembangkan perusahaan otomotif. Untuk itu, peranan seorang manajer keuangan sangat penting dalam memutuskan apakah kebijakan


(18)

yang diambil oleh perusahaan baik bagi nilai perusahaan dimasa mendatang di mata para investor.

Melalui survey pendahuluan di lapangan, pertumbuhan sektor Otomotif dalam negeri mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, dikarenakan kebutuhan konsumen yang cenderung mulai berubah dan membaiknya perekonomian dalam negeri setiap tahunnya.

Dalamsitus resmi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

(www.depperin.go.id) Pemerintah menyatakan optimistis target pertumbuhan industri otomotif Indonesia pada tahun 2010 sebesar 11,50% bisa tercapai. Pada tahun lalu industri ini sudah mampu tumbuh 9,79%. Optimisme ini didasarkan pada kondisi pasar dimana telah terjadi perbaikan daya beli masyarakat secara signifikan, menyusul penurunan tingkat suku bunga.Apalagi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga telah mereda dan kalangan produsen kendaraan kian agresif memasarkan produk lewat pemberian diskon harga.Menurutnya, peningkatan kebutuhan terhadap peralatan transportasi darat untuk mendukung mobilitas, makin memacu perkembangan industri otomotif di dalam negeri, baik di tingkat perakitan, industri penunjang, dan jasa pendukung layanan purna jual. Industri otomotif merupakan salah satu industri prioritas yang menjadi andalan pertumbuhan ekonomi di masa depan. Tercatat total dana investasi sebesar Rp 4,154 miliar telah ditanamkan di sektor otomotif dalam kurun waktu berjalan sepanjang 2010, dengan penyerapan tenaga kerja tak kurang dari 245.385 orang. Pemerintah juga berharap industri ini dapat memberi kontribusi


(19)

yangsemakin besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan nilai ekspor komponen dan otomotif yang mencapai US$ 2,1 miliar.

Peneliti bermaksud melakukan replikasi terhadap penelitian yang dilakukan Naimah (2008) yang difokuskan pada pengujian koefisien yang berhubungan dengan informasi laba akuntansi.Penelitian ini berusaha mengujipengaruh laba akuntansi dan kebijakan deviden terhadap harga saham.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Naimah (2008) terletak pada variable.Penelitian ini berusaha tidak menguji pengaruh moderasi risiko perusahaan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap relevansi nilai laba akuntansi tetapi menguji langsung pengaruh laba akuntansi dan kebijakan deviden terhadap harga saham.Perbedaan penelitian ini juga terletak pada pemilihan sampel dan pemakaian tahun buku sampel. Penelitian Naimah (2008) menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan periode waktu 1997 sampai dengan 2001, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode waktu 2009 hingga 2012.

Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “PENGARUH LABA AKUNTANSI DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Apakah laba akuntansi berpengaruh terhadap harga saham? 2.Apakah ada pengaruh kebijakan deviden terhadap harga saham?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini memberikan informasi bagi pemakai laporan keuangan untuk :

1.Menguji pengaruh nilai laba akuntasi terhadap harga saham. 2.Menguji pengaruh kebijakan deviden terhadap harga saham.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil manfaat antara lain:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan berpikir secara ilmiah dan dapat dipergunakan sebagai wacana mengenai pengaruh penggunaan informasi keuangan dalam menentukan keputusan investasi bagi para investor.

2. Bagi praktisi

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk melakukan penganalisaan melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan agar dapat diukur kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan


(21)

dimasa yang akan datang serta diharapkan bisa memberikan pertimbangan bagi investor atau calon investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi.

3. Bagi akademis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi lebih lanjut bagi pihak-pihak yang membutuhkan terutama yang berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam penelitian ini.


(22)

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis.

2.1.1 Naimah dan Utama (2006)melakukan penelitian tentang ’Pengaruh Risiko Perusahaan, Leverage dan Ukuran perusahaan terhadap Relevansi nilai laba akuntansi dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.,

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana pengaruh moderasi risiko perusahaan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap relevansi nilai laba akuntansi.

Hipotesis :

H1: Bahwa baik laba akuntansi maupun nilai buku ekuitas mempunyai relevansi nilai.

Hasil :

Risiko perusahaan, leverage dan Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap relevansi nilai laba.Yang berarti faktor-faktor tersebut mempengaruhi pergerakan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(23)

2.1.2 Almilia dan Sulistyowati (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Terhadap Relevansi Nilai Laba, Arus Kas, Operasi Dana Nilai Buku Ekuitas Pada

Periode Disekitar Krisis Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ”.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimanakah pengaruh relevansi nilai laba, arus kas dan operasi nilai buku ekuitas

Terhadap harga saham pada saat perioda non-krisis

2. Bagaimanakah pengaruh relevansi nilai laba, arus kas dan operasi nilai buku ekuitas Terhadap harga saham periode krisis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta.

3. Bagaimanakah pengaruh relevansi nilai laba, arus kas dan operasi nilai buku ekuitas

Terhadap harga saham periode pasca krisis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta

Hipotesis :

a. Hasil uji persia periode non-krisis :

H1: Secara parsial variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham

H2: Secara parsial variabel arus kas operasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel harga saham

H3 : Secara parsial variabel nilai buku tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham


(24)

b. Hasil uji parsial periode krisis :

H1 : Secara parsial variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham

H2: Secara parsial variabel arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham

H3: Secara parsial variabel nilai buku mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham

c. Hasil parsial periode pasca krisis

H1: Secara parsial variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham

H2: Secara parsial variabel arus kas operasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel harga saham

H3: Secara parsial variabel nilai buku tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham

Hasil :

Penelitian ini menunjukan bahwa ada saat-saat tertentu yang membuat laba tidak lagi memiliki relevansi nilai. Pada saat perusahaan kesulitan keuangan (merugi) maka yang dapat digunakan untuk menilai perusahaan dalah informasi nilai buku ekuitas


(25)

2.1.3 Nurmala (2006) Melakukan penelitian tentang “Pengaruh kebijakan dividen terhadap hargasaham perusahaan-perusahaan otomotif di bursa efek jakarta” Rumusan masalah :

1. bagaimanakah pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham?

2. kebijakan deviden apa yang diterapkan olehmasing-masing perusahaan otomotif ?

Hipotesis:

H1: HargaSaham tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

H2: Tidak ada pengaruh antara kebijakan dividen terhadap harga saham

Hasil :

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang telah go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi selama periode penelitian, pengaruh kebijakan dividen tersebut sangat kecil sekali. Pembayaran atas dividen tidak perlu dilakukan, karena tidak akan berpengaruh terhadap kemakmuran para pemegang saham dan juga tidak akan menaikan harga saham suatu perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus mempunyai rencana investasi yang menguntungkan untuk dilaksanakan sepanjang tahun.

b. Tidak terdapat hubungan antara kebijakan dividen dengan perubahan harga saham pada

perusahaan otomotif yang telah go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ), berdasarkan hasil uji


(26)

yang penulis lakukan. Dari hasil yang didapat nilai dividen sangat kecil terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang diumumkan melalui laporan keuangan tahunan bukan merupakan informasi yang relevan bagi pemegang saham dalam membuat keputusan investasi, yakni melakukan jual beli saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Banyak faktor-faktor lain yang tidak diteliti yang lebih mempengaruhi perubahan harga saham diluar kebijakan dividen. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi perekonomian di Indonesia yang tidak stabil.


(27)

2.1 Tabel Perbedaan dan Persamaan Peneliti Terdahulu

No Nama Judul Variabel 1 Naimah(2006) Pengaruh Risiko

Perusahaan, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Relevansi Nilai Laba Akuntansi Dengan Sampel Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia X1= risiko perusahaan X2= leverage X3= ukuran perusahaan Y= relevansi nilai laba akuntansi

2 Almilia dan

Sulistyowati (2007)

AnalisiTerhadap Relevansi Nilai Laba, Arus Kas, Operasi Dana Nilai Buku Ekuitas Pada Periode Disekitar Krisis Keuangan Pada Perusahaan

Manufaktur Di BEJ

X1 = nilai laba X2 = aktiva bersih X3 = arus kas Y = harga saham

3 Nurmala (2006) Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Jakarta

X = kebijakan deviden

Y = harga saham

4 Audy Noer Hidayat (2014)

Pengaruh Laba Akuntansi Dan Kebijakan Deviden Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

X1 = laba akuntansi X2=kebijakan deviden

Y = harga saham


(28)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Saham

2.2.1.1.Pengertian Saham

Secara Umum saham adalah “Surat Tanda Kepemilikan

Perusahaan”.Pengertian harga saham menurut Hartono (2000: 8).

Menurut Sunariyah (2003: 30), saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6).

2.2.1.2.Harga Saham

Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.Menurut standar akuntansi, harga saham pada tanggal transaksi untuk perseroan terbatas yang disepakati RUPS untuk saham yang tidak ada nilai pasar.

Menurut Sartono (2001: 9) Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal. harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau

priceearning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.


(29)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham akan terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang berhak atas aktiva perusahaan dan bertanggung jawab atas hutang – hutang perusahaan. Saham yang telah beredar di masyarakat dapat berpindah tangan melalui pasar sekunder, pasar sekunder di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Kekuatan pasar dapat menjadi tombak dalam penentuan nilai perusahaan, dimana jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan akan naik. Demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar maka harga saham perusahaan dinilai rendah oleh pasar sehingga akan berdampak pula pada harga saham perusahaan yang akan ikut menurun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar perdana. Dengan demikian, kekuatan tawar menawar di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan.

2.2.1.3. Macam-macam Harga Saham

Menurut Widiatmodjo, (1996: 46-47) menyatakan ada beberapa definisi tentang harga yang berkaitan dengan saham, antara lain:


(30)

1. Harga Nominal

Yaitu nilai yang ditetapkan oleh perusahaan penerbit saham (emiten) untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya, besarnya harga nominal ini tergantung dari keinginan emiten.

2. Harga Perdana

Yaitu harga sebelum saham tersebut dicatat dibursa efek atau harga yang ditetapkan pada saat penawaran umum.Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan emiten dan jaminan emisi.

3. Harga Pasar

Yaitu nilai jual dari investor yang satu ke investor yang lain. Harga ini terjadi setelah harga tersebut tercatat dibursa.Besarnya harga ini tergantung penawaran dan permintaan antara penjual dan pembeli.

4. Harga Pembukaan

Yaitu harga yang diminta antara penjual dan pembeli pada saat jam bursa dibuka.

5. Harga Penutupan

Yaitu harga yang diminta antara penjual dan pembeli pada saat jam akhir bursa.

6. Harga Tertinggi

Yaitu harga paling tinggi yang terjadi pada saat transaksi jual beli saham pada hari bursa.

7. Harga terendah


(31)

2.2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Weston dan Brigham (2001: 26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.


(32)

3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat Risiko dan Pengembalian

Apabila tingkat risiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

2.2.1.5. Karakteristik Saham

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 8), saham memiliki beberapa karakteristik antara lain:


(33)

1. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba

2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote)

3. Memiliki hak terakhir (yunior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.

5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan saham.

2.2.1.6. Keuntungan Membeli atau Memiliki Saham

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 6), pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham : 1. Deviden, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut, atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

2. Capital Gain, merupakan selisih bersih harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Selain dua keuntungan diatas, pemegang saham mungkin akan mendapatkan keuntungan yang serupa saham bonus, yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga minimal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.


(34)

2.2.1.7. Jenis-jenis Saham

Secara garis besar, saham dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Saham biasa (Common Stock)

Menurut Sunariyah (2004: 47), saham biasa adalah suatu saham yang sudah dikenal masyarakat yang menyatakan bahwa pemilik sebagian perusahaan. Setiap pemilik memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan perusahaan.Hak-hak pemegang saham perlu dipahami oleh para investor agar terhindar dari praktik yang merugikan.

b. Saham Preferen (Preferent Stock)

Menurut Sunariyah (2004: 48), saham preferen sama seperti saham biasa yaitu mempunyai hak-hak tertentu tersebut, bagi saham preferen mempunyai hak istimewa dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Hak-hak istimewa tersebut tergantung pada perjanjian kontrak dengan manajemen.

2.2.2 Kebijakan Deviden

2.2.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada para pemegang saham sebagai bentuk atas penyertaan modal yang mereka berikan kepada sebuah perusahaan. Laba itu sendiri diperoleh dari selisih pendapatan atas biaya-biaya yang menyertainya dalam satu periode tertentu. Berdasarkan hal ini, laba sering digunakan dalam pengambilan keputusan seperti halnya sebagai salah


(35)

satu pedoman investasi, pengenaan pajak, dan juga kebijakan dividen. Kebijakan dividen dapat diartikan sebagai kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh sebuah perusahaan yang di dalamnya juga terdapat masalah tentang penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan (retained earnings).

Manajer memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan atas kebijakan dividen.Pada salah satu sisi, manajer harus ingat bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebuah rasio antara dividen dan laba bersih. Dari sini, rasio pembayaran yang ditargetkan dapat didefinisikan sebagai persentase laba bersih yang harus dibayarkan sebagai dividen tunai, dimana sebagian besar berdasarkan atas preferensi investor atas dividen. Manajer harus dapat melihat apakah investor lebih suka jika perusahaan membagikan laba dalam bentuk tunai atau dalam bentuk laba ditahan demi keperluan perusahaan di masa yang akan datang.

Peningkatan dividen kas sebagai bentuk atas tingginya permintaan pembagian dividen dalam bentuk tunai dapat mengurangi sumber pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari laba ditahan (internal financing)

adalah sumber pendanaan dengan cost of capital yang paling kecil dibandingkan sumber pendanaan yang lain. Apabila kemampuan reinvestasi perusahaan kecil, hal ini dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan yang akhirnya dapat ikut juga dalam menekan harga saham.


(36)

Terdapat berbagai macam faktor yang ikut mempengaruhi besarnya tingkat pembayaran dividen, tetapi yang menjadi permasalahan adalah mengenai bagaimana bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh sebuah perusahaan. Menurut Awat (1998; 171) terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu: 1. Kebijakan yang stabil (stable dividend- per share policy), yakni jumlah

pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.

2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan berubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap sama.

3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.

4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi. Oleh Awat (1998), masih terdapat beberapa


(37)

metode lain untuk pembayaran dividen non-cash yaitu stock dividend dan stock split. Di samping itu juga masih terdapat repurchase of stock sebagai alternatif lain pembayaran dividen.

1. Stock dividend adalah bentuk pembayaran dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk saham (stock dividend) karena pembayaran bisa dilakukan dalam bentuk lain selain dalam bentuk kas (cash dividend). Pembayaran stock dividend dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earning) menjadi modal saham, dimana pada dasarnya hal ini tidak akan merubah jumlah modal sendiri.

2. Stock split atau pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Misalnya jumlah saham yang beredar pada awalnya 1 juta lembar dengan nilai Rp. 1000 per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp. 1000 = Rp. 1 Milyar. Perusahan kemudian memecah satu lembar saham menjadi dua lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah Rp. 500 dan jumlah saham yang beredar menjadi 2 juta lembar saham.

3. Repurchase of stock biasanya diambil sebagai langkah oleh sebuah perusahaan ketika berada dalam kondisi dana tetapi dihadapkan dengan kesempatan investasi yang kurang menguntungkan. Kelebihan dana tersebut dapat didistribusikan dengan membeli kembali saham perusahaan atau meningkatkan pembayaran dividen. Dengan adanya pembelian


(38)

kembali saham, maka saham yang beredar akan menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya. Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa pendapat mengenai kebijakan dividen, diantaranya adalah:

1. Dividen merupakan informasi yang tidak relevan

2. Bird in Hand Theory

3. Teori preferensi pajak

4. Signaling Hypothesis Theory

5. Clientele Effect Theory

2.2.2.2 Dividen Merupakan Informasi yang Tidak Relevan

Beberapa pihak berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan dan biaya modal utang dimiliki sebuah perusahaan. Apabila kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.

Dalam Suhartono (2004), Merton Miller dan Franco Modigliani atau yang lebih dikenal dengan nama MM, mereka berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham. Dalam pasar modal sempurna (perfect capital market) para pemegang saham tidak membedakan antara cash dividend dan

retained earning. Inti dari teori yang dikemukakan oleh MM adalah dalam dunia yang sempurna (ada kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi, dan ada pasar yang sempurna) maka nilai perusahaan tidak dipengaruhi dividen. Hal


(39)

tersebut dirasakan agak sulit dikarenakan bahwa pada kenyataannya terdapat berbagai macam biaya seperti biaya pajak maupun biaya pialang.

Menurut Modigliani dan Miller (1961), nilai sebuah peruasahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas resiko perusahaan, berdasarakan hal tersebut, MM berpendapat bahwa dividen adalah informasi yang tidak relevan.

Pernyataan Modigliani dan Miller (1961) ini didasarkan pada beberapa asumsi dibawah ini:

1. Pasar modal yang sempurna, dimana para investor mempunyai kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.

2. Para investor bersifat rasional.

3. Semua peserta pasar bersifat pricetaker.

4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa depan dan para investor memiliki informasi yang sama.

5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.

6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.


(40)

2.2.2.3Bird in Hand Theory

Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) berpendapat bahwa ekuitas akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan. Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen.

Investor merasa bahwa pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti jika dibandingkan dengan capital gain, hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikutip oleh Gordon dan Lintner dari Suhartono (2004;44). Mereka membuat kiasan atas fenomena ini dengan sebutan bird in hand theory. Kiasan tersebut memiliki arti bahwa satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara.

Bertolak belakang dengan apa yang telah diungkapkan oleh Gordon dan Linter, MM berpendapat jika investor memiliki rencana untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham di perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat resiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen yang dikeluarkan perusahaan tersebut.

2.2.2.4 Teori Preferensi Pajak

Kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah sebuah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai


(41)

pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Selanjutnya menurut Litzenberg dan Ramaswamy dalam Atmaja, L.S (1999) menyatakan bahwa dengan adanya pajak yang dikenai pada keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.

Ada beberapa alasan yang membuat investor lebih memilih tingkat pembagian dividen yang rendah daripada tingkat pembagian dividen yang tinggi, yaitu:

1. Capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu para investor yang kaya (memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.

3. Jika selembar saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.


(42)

2.2.2.5Signaling Hypothesis Theory

Dalam teori ini dijelaskan bahwa dengan adanya kenaikan atau penurunan dividen dapat digunakan oleh investor sebagai tanda atas kondisi pertumbuhan perusahaan. Biasanya akan terjadi kecenderungan kenaikan harga saham apabila juga terjadi peningkatan atas dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditujukan oleh meningkat/menurunnya dividen yang dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi 2004:371).

2.2.2.6Clientele Effect Theory

Clientele Effect ini adalah sebuah kecenderungan sebuah perusahaan untuk menarik jenis investor tertentu yang menyukai kebijakan dividen mereka teori ini menyatakan bahwapemegang saham yang berbeda memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok investor yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai tingkat

divident payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor dengan preferensi tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen karena dividen memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain.

2.2.3 Laba Akuntansi

2.2.3.1 Pengertian Laba Akuntansi

Pemaknaan atau pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap pengukuran dan penyajian laba.Laba akuntansi yang dianut sekarang dimaknai sebagai selisih


(43)

antara pendapatan dan beban.Laba akuntansi dalam laporan keuangan merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama investor.Investor akan menilai suatu perusahaan melalui angka laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Penilaian tersebut akan mempengaruhi perilaku investor dalam pengambilan keputusan. Berbagai masalah yang berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba secara tepat untuk pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang bermakna dan mempunyai relevansi bagi berbagai pengguna laporan keuangan.

Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian atas investasi dan dasar pembagian deviden (Suwardjono, 2005). Pada dasarnya, pemegang saham menanamkan modal dan mengharap pengembalian atas modal tersebut.Untuk mengukur tingkat pengembalian modal bagi pemegang saham, perusahan harus mengukur sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan modal yang ditanamkan pada tingkatan semula, yaitu jumlah yang diperlukan agar modal pada akhirnya kembali pada pemegang saham.Kelebihan sumber daya yang dihasilkan dari operasi pada periode bersangkutan disebut dengan laba.

Jika dilihat dari konsep kesatuan usaha, laba dapat dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang atau jasa.Hal ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya.Atau dapat dikatakan laba adalah kenaikan asset dalam suatu periode akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi


(44)

atau didistribusikan kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegang saham.

Sumber penyebab timbulnya laba memiliki peranan penting dalam menilai kemajuan perusahaan. Ada dua konsep yang digunakan untuk menentukan elemen laba perusahaan (Chariri dan Ghozali, 2005), yaitu:

1. Current operating concept (Earning)

Konsep ini mengukur efisiensi suatu perusahaan pada periode berjalan dengan membandingkan laba periode sebelumnya.Kesalahan perhitungan laba periode sebelumnya tidak menunjukkan efisiensi manajemen periode berjalan.Jadi hal yang menjadi penentu laba periode berjalan adalah pendapatan, biaya dan untung rugi yang benar benar terjadi pada periode berjalan.

2. All inclusive concept of income (Laba Komprehensif)

FASB dalam SFAC No.3 dan 6 menyebutkan bahwa laba komprehensif adalah:

“Total perubahan aktiva bersih perusahaan selama satu periode yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber dari

pemilik.”

Dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi. Jadi laba komprehensif juga memasukkan pos pos yang diklasifikasikan sebagai penyesuaian periode lalu.

Angka laba dan komponennya yang diukur atas dasar asas akrual merupakan indikator kinerja yang lebih baik dari sekedar perubahan aliran


(45)

kas.Karena kreditor dan investor menjadi pihak utama pengguna laporan keuangan, maka investor dan kreditor berkepentingan dengan aliran kas yang masuk atas investasinya.

Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga, dan membayar deviden. Kemampuan menciptakan kas tersebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba jangka panjang yang memadai.Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang.

Pemegang saham berasumsi aliran kas dapat ditentukan atas dasar harapan harga saham di masa depan. Bila perusahaan memperoleh laba yang memadai, nilai asset bersih akan naik sehingga nilai buku per saham juga naik. Dengan demikian, earning per shareakan berasosiasi dengan kenaikan harga saham (Suwardjono,2005). Berbagai studi juga telah membuktikan bahwa laba akuntansi berhubungan dengan harga saham (Ball dan Brown, 1968; Beaver, 1976; Collins dan Khotari, 1989).Laba akuntansi merupakan hasil laba tahunan perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar.

2.3 Hubungan Laba Akuntansi terhadap Harga Saham

Naimah (2008); Almilia dan Sulistyowati (2007) membuktikan bahwa labaakuntansi berhubungan dengan harga saham.Hal ini menyatakan bahwaseringkali investor mengambil keputusan berinvestasi pada sebuah


(46)

perusahaanberdasarkan tingkat laba yang mencerminkan kondisi perusahaan tersebut.

Laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila pengumuman laba akan menyebabkan perubahan reaksi investor terhadap distribusi aliran kas dimasa yang akan datang, yang akan menyebabkan perubahan harga saham. Perubahan harga saham disekitar tanggal pengumuman diharapkan lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan harga saham diluar tanggal pengumuman. Informasi laba akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dengan harga saham (Indra dan Syam, 2004). Hal ini mengindikasikan bahwa investor menggunakan informasi laba akutansi untuk menilai kinerja perusahaan pada periode pengamatan.

Triyono dan Hartono (2000) juga melakukan penelitian mengenai dampak pengumuman laporan tahunan terhadap reaksi pasar modal dan menemukan bahwa laba bersih memiliki kandungan informasi yang relevan yang menyebabkan perubahan terhadap harga saham.Studi ini menemukan bukti adanya hubungan positif antara laba akuntansi terhadap harga saham perusahaan.Hal ini berarti laba akuntansi memiliki informasi yang relevan.Hasil-hasil penelitian tersebut mendukung hipotesis bahwa laba akuntansi menyampaikan informasi dalam penilaian sekuritas.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perumusan hipotesis adalah: H. 1 : Laba akuntansi berpengaruh positif terhadap harga saham.


(47)

2.4 Hubungan Kebijakan Deviden terhadap Harga Saham.

Mengungkapkan bahwa jumlah penawaran deviden dan penawaran saham akan saling mempengaruhi serta saling mencari kesesuaian. Seandainya manajemen hendak meningkatkan harga saham di masa yang akan datang maka pihak manajemen akan memutuskan rasio pembayaran deviden yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Nurmala (2006) menemukan bahwa harga saham mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian deviden secara negatif.

Belum banyak penelitian yang menguji pengaruh harga saham terhadap kebijakan deviden. Oleh karena itu hipotesis terakhir penelitian ini adalah semakin harga saham perusahaan maka semakin besar jumlah deviden yang dibayarkan oleh perusahaan.tinggi

Berdasarkan hasil penjabaran tersebut, maka perumusan hipotesis adalah: H.2 :Kebijakan deviden mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

2.5 Kerangka pikir

Harga saham akan selalu mengalami flukutuasi dan akan dipublikasikan kepada publik agar investor dan pihak-pihak lain-lainnya yang berkepentingan dengan harga pasar saham mengetahui untuk dijadikan bahan evaluasi dalam pengambilan keputusan masing-masing. Dan hal ini akan mempengaruhi investor untuk menanamkan modalnya.

Pembagian deviden kepada pemegang saham juga menyebabkan posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Dampak yang timbul adalah


(48)

para pelaku pasar akan berpikiran negatif terhadap perusahaan otomotif. Menyatakan bahwa pembagian tunai kepada pemegang saham akan menyebabkan return saham jatuh (pratiwi, 2013).

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pikir

Dalam kerangka pikir diatas, terdapat 3 variabel bebas yaitu: Risiko

2.6 Hipotesis

H1: Diduga laba akuntansi berpengaruh positif terhadap harga saham.

H2:Diduga kebijakan deviden mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Laba Akuntansi(X1)

Harga Saham (Y)

Kebijakan Deviden(X2)

Uji Analisis regresi linear berganda


(49)

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Objek dalam penelitian ini adalah Pengaruh laba akuntansi dan kebijakan deviden terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia.

3.2.Definisi Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan dua variabel bebas.Variable terikat (Y) adalah Harga Saham dan variable bebas antara lain laba akuntansi/ X1.Kebijakan deviden / X2, .Adapun definisi operasional dan pengukuran variable dari masing-masing variable tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen Harga Saham (Y)

Variable Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham. Menurut Widoatmojo (1996: 21), harga penutupan (closing price)


(50)

merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Dalam penelitian ini, harga saham adalah rata rata harga penutupan pada akhir.

2. Variabel Dependen

a.Laba Akuntansi (X1)

Varibel dependen ini adalah laba akuntansi.Laba akuntansi adalah laba tahunan dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar.

Laba akuntansi = ℎ

ℎ ℎ � �

(Mayangsari, 2004) b. Kebijakan Deviden (X2)

Kebijakan yang diukur dengan jumlah laba yang dibagi pada pemegang saham terhadap jumlah lembar saham

DPR = � � ℎ

� � ℎ � ℎ x100%


(51)

3.3 Teknik Penentuan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi tertentu yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang terapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiyono, 2004: 72)

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Otomotif yang terdaftar berturut turut di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 yang berjumlah 12perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, alasan dipilihnya perusahaan Otomotif sebagai obyek penelitian karena perusahaan Otomotif adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil yang memiliki perkembangan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

3.3.2. Sampel

Sampel dari penelitian ini diambil dari jumlah populasi yang terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga 2012 kemudian diambil sampel. Adapun jenis metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan pengambilan sampel dimana sampel yang dipilih dan diseleksi berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sampel adalah emiten yang perusahaannya Otomotif yang terdaftar

dalam BEI tersebut aktif dan terdaftar penuh selama 4 tahun berturut turut yaitu tahun 2009 hingga tahun 2012 dan sahamnya aktif diperdagangkan selama periode tersebut.


(52)

2. Perusahaan mengalami laba dan nilai buku ekuitas positif selama periode 2009-2012.

3. Laporan keuangan dinyatakan dalam Rupiah.

4. Sampel adalah emiten yang memiliki tahun buku per 31 Desember 2009,

2010, 2011, 2012.

5. Memiliki kelengkapan informasi laporan keuangan yang dibutuhkan

dalam penelitian.

Berdasarkan kriteria diatas, sampel penelitian ini menggunakan 8perusahaan Otomotif yanggo public di Bursa Efek Indonesia, yaitu:

1. PT Astra International Tbk.

2. PT Astra Otoparts Tbk.

3. PT Tunas RideanTbk.

4. PT Gajah Tunggal Tbk.

5. PT Indospring Tbk

6. PT Multi Prima Sejahtera Tbk.

7. PT United TractorsTbk

8. PT Selamat Sempurna Tbk.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan bersumber dari situs resmi BEI di www.idx.co.id


(53)

3.4.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan melalui situs resmi BEI di www.idx.co.id yang diolah dari laporan keuangan perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012.

3.4.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yang dilakukan dengan perbandingan dengan membaca buku-buku dan laporan keuangan dari perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak.Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004: 40). Uji Kolmogorov Smirnov

menentukan apakah skor dalam sampel berasal dari populasi yang memiliki distribusi teoritis, dimana distribusi teoritis adalah apa yang diharapkan sesuai dengan hipotesis nol (H0).

a. Hipotesis:

H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal.


(54)

b. Keputusan:

Tingkat signifikan > 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tingkat signifikan < 5% maka H0 dan H1 diterima.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi diatas tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear Unbrased Estimator) artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi klasik yaitu:

1. Non Autokorelasi (tidak boleh ada korelasi)

2. Non Multikolinearitas (tidak boleh ada multiklinearitas) 3. Homokedastisitas (tidak boleh ada heteroskedasitisitas)

Berikut penjelasan ketiga asumsi klasik diatas:

1. Autokorelasi

Menurut Gujarati (1995: 201) autokorelasi dapat didefinisikan

sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut

waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data

cross-sectional)”. Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak

terdapat gejala auto korelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke- t (εt) tidak boleh ada hubungan dengan nilai


(55)

Menurut Algifari (2000: 88) jika dalam suatu model regresi terdapat autokorelasi maka akan menyebabkan varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.

Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson. Berdasarkan jumlah sampel dan jumlah variabel independen menentukan dL (Batas Bawah) dan dU (Batas Bawah) berdasarkan table DurbinWatson (Gujarati, 1995: 217)

Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan:

NILAI d Kesimpulan

0 < d < dL dL≤ d ≤ dL

dU< d < 4 – dL 4 – dU≤ d ≤ 4 – dL 4 – dL< d < 4

Ada korelasi positif Tidak ada kesimpulan

Tidak ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Ada korelasi negatif

2. Multikolinieritas

Uji multikolnieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas(independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable bebas.Jika


(56)

variable bebas saling berkorelasi, maka variable-variabel ini tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah variable yang nilai korelasi antar sesame variable bebas sama dengan nol (Gujarati, 2001: 57)

Menurut Santoso (2002: 206) model regresi bebas dari multikolinieritas bila :

a. Variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 atau lebih kecil dari10 b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.

3. Heteroskedastisitas

Pada regresi linear nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi

Rank Spearmen(rs) antara residual dengan seluruh variabel bebas.

varian variable dalam model tidak sama (konstan). Jika terdapat heteroskedastisitas maka akan menyebabkan penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar, walaupun penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya dan bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya. Ini disebabkan oleh varians yang tidak minimum (Algifari, 2000: 85).

Menurut Santoso (2002: 301) deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berari bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.


(57)

3.5.3 Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan hipotesis penelitiannya yaitu untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (X) yaitu Laba Akuntansi dan Kebijakan Deviden terhadap variabel terikat (Y) yaitu Harga saham, maka untuk melihat kaitan dan pengaruh antar variabel penelitian model analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda. Model Analisis Regresi Linear Berganda dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:

Yit = α0 + α1X1it + α2 X2it + εit

Keterangan :

Y it :Harga Saham perusahaan i pada waktu t

α0 :Konstanta

X1it :Laba akuntansi i pada waktu t X2it :Kebijakan Deviden i pada waktu t

α1,α2,α3 : Koefisien Regresi

εit : residual (nilai sisa)perusahaan i pada tahun t.

3.5.4 Uji Hipotesis 1. Uji F

Digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh X1, X2, terhadap Y. prosedur Uji F dengan kriteria sebagai berikut:

a. H0: β1=β2= 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok)


(58)

b. Level signifikan (α) = 0,05 c. Kriteria pengujian :

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0 di tolak dan H1 diterima.

2. Uji t

Uji t dapat digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh antara variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat).

H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat)

Dimana I = 1, 2, 3, 4

b. Level of signifikan (α) = 0,05 c. Ketentuan pengujian:

1. Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2. Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak danH1 diterima.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Oyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis pasar modal telah hadir sebelum indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonia belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah hindia belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oreh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan ke II, perpindahan kekuasaan dari pemerinta kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengatifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan sering dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembang pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :


(60)

a. 14 Desember 1912 : Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

b. Tahun 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia di tutup selama perang dunia I

c. Tahun 1925 – 1942 : Bursa Efek di jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di semarang dan surabaya

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (perang dunia II) Bursa Efek di semarang dan surabaya ditutup

e. Tahun 1942 – 1952 : Bursa Efek di jakarta ditutup kembali selama perang dunia II

f. Tahun 1952 : Bursa Efek di jakarta diaktifkan kembali dengan UU darurat pasar modal 1952, yang dikeluarkan oleh menteri kehakiman (lukman Wiradinita) dan menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro

Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan Obligasi

Pemerintah RI (1950)

g. Tahun 1956 : program nasionalisasi perusahaan belanda. Bursa efek semakin tidak aktif.

h. Tahun 1956 – 1977 : pedagangan bursa efek vakum

i. 10 agustus 1977 :bursa efek diresmikan kembali oleh presiden soeharto. BEJ dijalankan oleh BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go pulic PT semen cibinong sebgai emiten pertama.


(61)

j. Tahun 1977 – 1987 : perdagangan bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru menapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan pasar modal.

k. Tahun 1987 : diandai dengan hadirnya paket desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahaan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di indonesia.

l. Tahun 1988 – 1990 : paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

m. 2 juni 1988 ; bursa pararel indonesia (BPI) mulai beroprasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : pemerintah mengeluarkan paket desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahaan perusahaan go public dan beberapa kebijakan yang positif bagi perusahaan pasar modal. o. 16 juni 1989 : bursa efek surabaya (BES) mulai beroperasi dan

dikelola oleh perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 juli 1992 : swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubaqh menjadi badan pengawas pasar modal. Tanggal ini diperingati dengan HUT BEJ. q. 22 mei 1995 : sistem otomatis perdagangan di BEJ dilakasanakan


(62)

r. 10 november 1995 : pemerintah mengeluarkan undang-undang tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai januari 1996.

s. Tahun 1995 :bursa pararel indonesia merger dengan bursa efek surabaya.

t. Tahun 2000 : sistem perdaganga tanpa warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal indonesia.

u. Tahun 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. Tahun 2007 : penggabungan bursa efek surabya (BES) ke bursa efek jakarata (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indinesia (BEI).

4.1.2 Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penggabungan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) ke dalam PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi PT. Brsa Efek Indonesia (BEI), telah efektif mulai tanggal 30 november 2007. Bursa hasil merger tersebut telah memulai operasional pertamanya pada tanggal 3 desember 2007. Bursa saat ini memfasilitasi perdagangan equity, surat hutang, dan perdagangan derivatif. Hadirnya bursa efek indonesia ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di indonesia dan menambah daya tarik masyarakat untuk berinvestasi. Sinergi merger ini diharapkan akan semakin meningkat pertumbuhan pasar modal kita, baik dalam kapitalisai pasar jumlah emiten, dan jumlah investor baik lokal maupun asin. Harapan kedepan pasar modal indonesia akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional.


(63)

4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia 4.1.3.1 Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan redibilitas tingakat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja yang baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suata perdagangan yang wajar, teratur, dan efesien.

4.1.3.2 Misi

Menjadikan bursa efek indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, transaparan, memliki intergritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologo dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4 Sejarah Perusahaan Otomotif yang Go Public Di BEI yang Dijadikan Sampel Penelitian

Berdasarkan kriteria pada penelitian ini, perusahaan otomotif yang go public di BEI yang dapat dijadikan obyek penelitian adalah sebagai berikut :

1. PT. Astra International Tbk.

Astra berdiri pada tahun 1957, sebagai perusahaan perdagangan. Seiring dengan perjalanan waktu, Astra membentuk kerja sama dengan sejumlah perusahaan kelas dunia. Sejak tahun 1990, Perseroan menjadi perusahaan


(64)

publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan kapitalisasi pasar per akhir tahun 2008 sebesar Rp 42,7 triliun. Saat ini Astra bergerak dalam enam bidang usaha yaitu: Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat, Pertambangan dan Energi, Agribisnis, Teknologi Informasi serta Infrastruktur dan Mata Rantai Logistik. Pada akhir tahun 2008 jumlah karyawan Grup Astra mencapai 116.038 orang yang tersebar di 153 perusahaan, termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities.

2. PT Astra Otoparts Tbk.

PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) adalah perusahaan komponen otomotif terkemuka Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan suku cadang kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat.Sejarah Astra Otoparts bermula dari didirikannya PT Alfa Delta Motor pada tahun 1976, yang bergerak di perdagangan otomotif, perakitan mesin dan konstruksi. Setelah mengalami berbagai perubahan dan pergantian nama perusahaan, akhirnya pada tahun 1997 berganti menjadi PT Astra Otoparts dan pada tahun 1998 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode transaksi: AUTO. Sejak saat itu PT Astra Otoparts menjadi perusahaan publik dengan nama PT Astra Otoparts Tbk. Saat ini perusahaan telah bertransformasi menjadi perusahaan industri komponen otomotif terbesar di Indonesia yang didukung oleh 6 unit bisnis dan 29 anak perusahaan dengan 36.284 orang karyawan. Beberapa anak perusahaan merupakan


(65)

joint venture dengan sejumlah produsen komponen terkemuka dari Jepang, Eropa dan Amerika, seperti Aisin Seiki, Aisin Takaoka, Akebono, Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS Yuasa, Kayaba, Keihin, Mahle, NHK Precision, Nippon Gasket, Nittan Valve, SunFun, Toyoda Gosei, Visteon Corporation, Yazaki dan Aktiebolaget SKF. Suku cadang kendaraan bermotor produk Astra Otoparts diserap pasar segmen pabrikan otomotif atau Original Equipment for Manufacturer (OEM) dan segmen pasar suku cadang pengganti atau Replacement Market (REM). Pelanggan Astra Otoparts di segmen OEM diantaranya adalah Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Mitsubishi, Suzuki, Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Hino. Sedangkan di segmen REM, produk Astra Otoparts sudah didistribusikan ke seluruh pelosok nusantara, melalui 68 main dealers dan 12.000 toko-toko spare parts. Produk Astra Otoparts tidak hanya menguasai pasar dalam negeri tetapi juga telah merambah ke 49 negara di Timur Tengah, Asia Oceania, Afrika, Eropa dan Amerika. Astra Otoparts memiliki tiga kantor perwakilan masing-masing di Singapura, Dubai dan Australia. Selama 5 tahun terakhir Astra Otoparts telah membukukan kinerja keuangan yang solid, diantaranya ditandai dengan rata-rata pertumbuhan penjualan tahunan yang baik sebesar 17% serta keuntungan bersih di atas Rp 1 triliun pada 2 tahun terakhir, yang mengindikasikan suatu peningkatan kinerja yang konsisten dan berkelanjutan. Dengan profil keuangan yang sehat dan portofolio bisnis yang beragam, Astra Otoparts akan terus bertumbuh menjadi supplier komponen otomotif kelas dunia.


(66)

3. PT. Gajah Tunggal Tbk

Didirikan pada tahun 1951, PT. Gajah Tunggal Tbk. memulai produksi bannya dengan ban sepeda.Sejak itu Perusahaanbertumbuh menjadi produsen ban terpadu terbesar di Asia Tenggara.Perusahaan memperluasan produksi dengan membuat variasi produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971,diikuti oleh bas bias untuk penumpang dan komersial di tahun 1981. Awal tahun 90an, perusahaan mulai memproduksiban radial untuk mobil berpenumpang dan truk.

a. Ekspansi dan Perkembangan Pabrik

Pada saat ini Perusahaan mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam yang telah dimutakhirkan untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, ban bias dan ban sepeda motor, serta mengoperasikan 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber) yang terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban ini berlokasi di Tangerang, sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik SBR milik Perusahaan berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km disebelah barat Jakarta. Pada tahun 2005, Perusahaan mulai melaksanakan program

perluasan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas terpasang ban radial dan ban sepeda motor serta ban dalamsepeda motor di lokasi yang berdekatan dengan pabrik ban yang sekarang ini berada. Berdasarkan program ini, kapasitas terpasang ban radial akan meningkat dari 30.000


(67)

ban/hari menjadi 45.000 ban/hari. Perluasan ini akandikerjakan dalam tiga tahap. Kapasitas terpasang ban sepeda motor akan meningkat dari 37.000 ban/hari pada tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari juga dalam tahap penyelesaian. Pada saat ini kapasitas ban sepeda motor sudah mencapai 59.000 ban/hari sedangkan kapasitas ban radial meningkat menjadi 35.000 ban/hari.

b. Integrasi Vertikal

Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi serta menjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan dengan cara mengakuisisi aset-aset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan Perusahaan dalam proses produksinya. Pada tahun 2004 Perusahaan mengintegrasikan aset produksi kain ban dan SBR. Pada tahun 2008, sekitar setengah hasil produksi kain ban dan sepertiga dari produksi SBR Perusahaan digunakan untuk produksi ban, sedangkan setengah sisanya dijual kepada pihak ketiga.

4. PT Indospring Tbk

PT. Indospring Tbk sebuah Perseroan industri yang memproduksi pegas untuk kendaraan, baik berupa pegas daun maupun pegas keong yang diproduksi dengan proses dingin maupun panas, dengan lisensi dari Mitsubishi Steel Manufacturing, Jepang.Didirikan pada 5 Mei 1978, memulai produksi, operasi dan pemasaran pegas daun pada bulan Juni 1979 dan pegas keong pada bulan Oktober 1988.Pada bulan Agustus 1990


(1)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laba akuntansidan kebijakan deviden terhadap harga saham Penelitian ini dilakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 – 2012.Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linearbergandadengan uji t dan uji F. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap harga saham. Artinya hal ini dikarenakan laba tidak mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya akibat dibenarkan penggunaan metode akuntansi yang berbedabedaatau kemungkinan dilakukannya tindakan perataan laba. Faktor lain laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap harga saham mungkin karena investor lebih tertarik pada pembayaran dividen kas daripada melihat laba akuntansi.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi selama periode penelitian, pengaruh kebijakan dividen tersebut sangat besar. Pembayaran atas dividen perlu dilakukan, karena akan


(2)

75

berpengaruh terhadap kemakmuran para pemegang saham dan juga akan menaikan harga saham suatu perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus mempunyai rencana investasi yang menguntungkan untuk dilaksanakan sepanjang tahun

5.2Saran

Penelitian berikutnya hendaknya dapat mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini sehingga dari penelitian selanjutnya didapatkan hasil yang lebih optimal. Adapun saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Menggunakan sampel dari berbagai jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Memilih perusahaan secara random dan mendapatkan sampel yang lebih banyak sehingga hasil yang didapat lebih akurat.

3. Menambahkan variabel-variabel lain, misalnya faktor fundamental, seperti Earning per share, Book Value per Share, Return on Asset, Price to Book Value, dan Debt to Equity Ratio, ukuran perusahaan, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan sebagai variabel independen atau variabel moderasi, selain itu mampu menemukan alternatif lain dalam penggunakan variabel dependen misalnya dengan menggunakanreturn saham.


(3)

76

5.3 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham pada perusahaan otomotif di bursa efek indonesia. Hal ini kemungkin disebabkan oleh dibenarkannyapenggunaan standar akuntansi yang berbeda-beda atau mungkin adanya tindakan perataan laba. Sedangkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh kebijakan deviden terhadap harga saham pada perusahaan otomotif di bursa efek indonesia. Hal ini karena akan berpengaruh terhadap kemakmuran para pemegang saham dan juga akan menaikan harga saham suatu perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laba akuntansi terhadap harga saham kurang tepat digunakan sebagai dasar dalam mengukur tingkat harga saham. Sedangkan kebijakan deviden terhadap harga saham dapat digunakan sebagai dasar dalam mengukur tingkat harga saham. 5.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari adanya beberapa keterbatasan yang masih perlu untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut dalan penelitian berikutnya. Keterbatasan keterbatasan tersebut antara lain adalah:

1. Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini tidak random dan jumlahnya sangat sedikit.

2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh laba akuntansi dan kebijakan deviden terhadap harga saham, sehingga perlu dipertimbangkan penambahan variabel variabel baru untuk penelitian dimasa mendatang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA BUKU LITERATUR

Anonim, 2011, PedomamPenyusunanUsulanPenelitiandanSkripsi Program StudiAkuntansi, FE, UPN “Veteran”, Surabaya.

Brigham, EugeneF. dan Weston,Fred.2004.Dasar Manajemen Keuangan Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.

Baridwan, Zaki.1992. Intermediate Accounting. Edisi ke-7. Yogyakarta: BPFE. Chariri,AnisdanGhozali, Imam. 2005. TeoriAkuntansi. Semarang:

UniversitasDiponegoro.

Ghozali Imam, 2006, Aplikas iAnalisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 3. Jogjakarta: BPFE.

Husnan, Suad dan Eny Pudjiastutik (1994), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Horne, James C. 1998. Prinsip Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 9. Jakarta:Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto (1998), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi 1, cetakan 1, Yogyakarta: BPFE.

Kieso dan Wetgant. 2002. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.

Sunariyah.2003.Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.


(5)

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian, Edisi Revisi, Surabaya.

Noor, Slamet B. 1985. Kamus Pintar Akuntansi. Jakarta: Penerbit Dian Pratama Media.

Widiatmodjo, Sawidji. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal.Jakarta:PT Jurnalindo Aksara Grafika.

JURNAL, NASKAH PUBLIKASI

Almilia, Luciana Spica dan Dwi Sulistyowati. 2007. Analisis terhadap Relevansi Nilai Laba, Arus Kas Operasi dan Nilai Buku Ekuitas pada periode sekitar Krisis Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Proceeding Seminar Nasional.

Iswadi dan Yunina. 2006 .Pengaruh Laba Akuntansi, Financial Leverage,

Dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham(Studi Pada Saham Lq 45 Di Bursa Efek Jakarta)

Nurmala. 2006 .Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham

Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta Jurnal

Akuntansi. STIE Bina Warga Palembang

Naimah, Zahroh. 2008. PengaruhRisiko Perusahaan dan Leverage terhadapRelevansiNilaiLabaAkuntansi.SimposiumNasionalAkuntansi 11. Pontianak.

Sularso, R. Andi. 2003 .Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap

Perubahan Harga Saham (Return) SebelumDan Sesudah Ex –Dividend Date DiBursa Efek Jakarta (Bej). Jurusan Ekonomi Akuntans. Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra

SKRIPSI

Dearima, Anita. 2011. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Dengan Risiko Perusahaan Dan Leverage Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.


(6)

Eka Dyta, Pratiwi. 2013. Pengaruh Profitabilitas Dan Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Transportasi Yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia.SkripsiFakultasEkonomiDan BisnisUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

Fiebrianty, Widya. 2013. Pengaruh Deviden payout Ratio ,Debt To Equity Ratio, Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

WEBSITE

http://www.sahamoke.com/emiten/sub-sektor-otomotif / www.google.com

www.idx.co.id www.depperin.go.id

http://mariaancela.blogspot.com/2012/07/macam-macam-rumus-kebijkan-deviden.html?m=1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Laba Per Lembar Saham dan Rasio Pembayaran Deviden Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2013)

0 5 61

Pengaruh Rasio Hutang Pada Modal Dan Rasio Harga Laba Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 4 151

Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 2

Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

LABA AKUNTANSI DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 16

PENGARUH LABA AKUNTANSI DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 21