DAMPAK FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BEI.

(1)

BEI 

       Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran jawa timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

 

Disusun Oleh

Maria Donata Gore Djogo 0812010138/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAGEMEN UPN “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

FARMASI YANG TERDAFTAR DI BEI “ 

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr.Muhadjir Anwar, MM, Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Seluruh Dosen dan staff dosen Jurusan Manajemen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yesus Kristus membalas Budi baik bagi semua pihak yang telah memberi kesempatan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, April 2012

Penulis


(4)

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Pasar Modal... 12

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal ... 12

2.2.1.2. Peranan Pasar Modal ... 13

2.2.1.3. Bentuk Pasar Modal... 14

2.2.1.4. Pelaku Pasar Modal ... 17

2.2.1.5. Instrument Pasar Modal ... 17

2.2.2. Saham ... 18

2.2.2.1 Pengertian Saham ... 18


(5)

2.2.3.3 Resiko Dalam Investasi ... 21

2.2.4. Return Saham ... 22

2.2.5. Analisis Fundamental ... 23

2.2.6. ROA... 25

2.2.7. NPM ... 26

2.2.8. DER ... 27

2.2.9. PBV ... 28

2.2.10. Pengaruh ROA terhadap return saham ... 28

2.2.11. Pengaruh NPM terhadap return saham... 29

2.2.12. Pengaruh DER terhadap return saham ... 31

2.2.13. Pengaruh PBV terhadap return saham... 33

2.3. Kerangka Konseptual ... 35

2.4. Hipotesis... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 37

3.1.1.Variabel Terikat... 37

3.1.2 Variabel Bebas... 38

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 39

3.2.1. Populasi ... 39

3.2.2. Sampel ... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.3.1. Jenis Data ... 41


(6)

3.4.2. Uji Hipotesis... 42

3.4.2.1 Uji T... 42

3.4.3. Uji Asumsi klasik ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian...46

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Farmasi Indonesia ... 46

4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 49

4.1.3 Visi dan Misi PT.Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51

4.1.4 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

4.2.1 Return Saham(Y)... 53

4.2.2 ROA... 55

4.2.3 NPM ... 57

4.2.4 DER ... 59

4.2.5 PBV ... 61

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 63

4.3.1 Uji Normalitas ... 63

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 65

4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 71

4.3.4 Koefisian Determinasi ... 74

4.3.5 Uji t... 74


(7)

(8)

Maria Donata Gore Djogo Abstraksi

Investasi adalah penempatan dan pada berbagai asset untuk mendapatkan pengembalian dimasa depan secara optimal. Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan. Informasi fundamental sering digunakan untuk memprediksi harga saham. Tujuan investasi adalah untuk memperoleh return (Tingkat keuntungan) yang optimal. Artinya membeli asset yang memberikan pendapatan paling tinggi dengan tingkat resiko yang tertentu. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengaruh faktor fundamental terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu karena menggunakan semua populasi yang dipakai sebagai sampel, maka jumlah sampel perusahaan Farmasi yang dipakai sebanyak 9 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2007-2010 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Return On Asset mempunyai pengaruh Negatif signifikan terhadap return saham, Net Profit Margin mempunyai pengaruh Tidak signifikan positif terhadap return saham, Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap return saham dan Price to Book Value mempunyai pengaruh negative signifikan terhadap return saham.


(9)

1.1. LATAR BELAKANG

Maraknya investasi di pasar modal mengakibatkan meningkatnya jumlah investor yang beralih dari sektor perbankan ke dalam sektor pasar modal. Investor dalam menanamkan dananya membutuhkan berbagai informasi yang berguna untuk memprediksi hasil investasinya dalam pasar modal. Informasi yang biasa digunakan oleh para investor dikelompokkan dalam dua hal yaitu informasi fundamental dan informasi yang bersifat teknikal .

Investasi di pasar modal dinilai menarik karena terdapat banyak pilihan dan setiap pilihan memiliki tingkat resiko yang berbeda- beda.Di pasar modal investasi saham resikonya lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada obligasi. Demikian pula investasi obligasi resikonya lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada deposito berjangka. Bahkan resiko antar saham perusahaan yang satu dengan yang lainya walaupun dalam satu industri yang sama ternyata berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pemasaran ,produksi,keungan,kualitas produk,dan faktor lain, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.


(10)

Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan

kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan. Informasi fundamental sering digunakan untuk memprediksi harga saham. Dari laporan keuangan dapat diketahui beberapa informasi fundamental antara lain : Rasio-rasio keuangan, arus kas, serta ukuran-ukuran kinerja lainnya yang dihubungkan dengan return saham .

Belakangan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa ekonomi yang mempengaruhi keadaan perekonomian di Indonesia. Adanya ketentuan baru tentang harga Tarif Cukai Spesifik, meningkatnya HEJ (Harga Jual Eceran), turunya daya beli masyarakat dan maraknya peredaran obat ilegal sangat mempengaruhi keadaan perusahaan Farmasi khususnya yang terdaftar di BEI. Mengingat perusahaan Farmasi juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi negara, maka dirasa perlu untuk mengkaji perusahaan Farmasi dalam penelitian ini. Dengan adanya motivasi untuk mengetahui faktor dari dalam perusahaan yang mempengaruhi return saham, peneliti mengadakan penelitian pada perusahaan yang go public di Indonesia terutama yang tercatat di BEI. Lebih lanjut penelitian ini difokuskan pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tujuan investasi adalah untuk memperoleh return (Tingkat keuntungan) yang optimal. Artinya membeli asset yang memberikan pendapatan paling tinggi dengan tingkat resiko yang tertentu. Pada kenyataan pendapatan yang diharapkan berbanding lurus dengan resiko yang dihadapi. Hal ini berarti investor menginginkan mendapatkan pendapatan yang besar, maka mengandung resiko yang besar pula.


(11)

Investor dalam upaya meningkatkan tingkat pengembalian atas investasi melakukan tindakan berupa memeksimumkan expected retrun pada berbagai tingkat resiko, atau meminimumkan risiko pada berbagi tingkat expected retrun (Tandelilin, 1991). Tingkat pengembalian yang diharapkan yang diharapkan investor merupakan jumlah probabilitas keuntungan pada serangkaian peristiwa yang mugkin terjadi.

Untuk memperoleh return yang optimal diperlukan analisis yang disertai dengan pengetahuan yang cukup terhadap rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi return perusahaan. Untuk melakukan analisis diperlukan banyak informasi dari berbagai sumber yang menyangkut berbagai aspek berkaitan dengan investasi dan return dari saham – saham dipasar modal dapat diperoleh melalui deviden dan capital gain. Makin banyak kinerja suatu perusahaan yang menerbitkan saham akan makin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang mungkin diminati pemegang saham. Disamping itu, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik demikian pula sebaliknya.

Sebagai contoh, berikut hasil perhitungan return saham perusahaan Farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia.


(12)

Tabel 1: Hasil Perhitungan Return Saham Perusahaan Farmasi yang go publik di BEI Periode Tahun

Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010 Darya-Varia Laboratoria (0,05) (0,4) 0,59 (1)

Indofarma persero 1,05 (0,75) 0,66 (0,02)

Kalbe Farma 0,05 (0,67) 2,25 1,56

Kimia Farma 0,84 (0,75) 0,67 0,26

Merck 0,31 (0,32) 1,25 (1)

Prydam Farma 0,62 (0,38) 1,2 0,17

Schering Plough Indonesia 1,38 (0,51) 2,76 (1)

Bristol-Myers Squibb (0,81) 3,95 1,63 (1)

Tempo Scan Pacific (0,16) (0,46) 0,82 1,34

Sumber : Indonesian Capital Market Directories (Diolahሻ

Dari hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa harga saham cenderung berfluktuasi beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat mempengaruhi return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI. Terbukti dari beberapa perusahaan farmasi yang mengalami kenaikan return saham pada tahun 2007 sampai tahun 2010


(13)

antara lain; PT Indofarma Persero 0,94%, PT Kalbe Farma 3,19%, PT Schering Plough Indonesia 2,63%, dan PT Bristol Myers Squibb 3,77%. Sedangkan pada perusahaan lainnya seperti Darya-Varia Laboratoria 0,86%, Kimia Farma 1,02%, Merck 0,24%, Prydam Farma 1,61%, Tempo Scan Pacific 1,56%. Dalam mempekirakan tingkat pengembalian yang akan didapat, investor terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja berasal dari penentuan secara periodik tentang aktivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1995). Ukuran umum yang digunakan perusahaan dalam meneliti kinerja perusahaan adalah rasio laporan keuangan. Beberapa rasio keuangan dapat berpengaruh terhadap return saham, antara lain Return On Asset (ROA), Net Profit Magin( NPM), Debt to Equty Ratio (DER), Price to Book Value (PBV).

Menurut Rousana (1997) menyebutkan bahwa di indonesia indikator ROA merupakan pengukuran umum terhadap kinerja perusahaan. Return On Assets menunjukan kemampuan untuk menghasilkan laba dari pemanfaatan dari seluruh aktiva yang digunakan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang ada. Jika rasio ini meningkat maka dapat mempengaruhi investor untuk berinvestasi yang dapat menaikan harga saham sehingga return saham juga akan meningkat. (Tandelilin,2001 : 240)

Menurut Alexandri (2008 : 200) Net Profit Margin atau NPM merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan bersih tehadap pengembalian bersihnya. Nilai NPM yang semakin besar


(14)

maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan sehingga tingkat pengembalian keuntungannya bersih semakin besar pula. (Ang, 1997). Semakin besar kinerja NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar presentasi laba yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. (Bastian dan Suhardjono, 2006: 299)

Menurut Ryanto (1997 : 333) DER merupakan perbandingan antara total hutang dengan total modal yang digunakan dalam perusahaan. Dengan demikian dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko taktertagihnya suatu hutang. Semakin kecil hutang yang dipakai untuk mendanai perusahaan maka tingkat resikonya juga semakin kecil, hal ini akan membuat meningkatnya harga saham dan menghasilkan return saham. DER menggambarkan sejauh mana laba modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar, semakin kecil rasio ini akan semakin baik, (Fakhrudin dan Hadianto, 2001 : 61).

Selain ketiga rasio diatas, terdapat rasio lain yang diduga juga berpengaruh terhadap return saham yaitu Price to Book Value. Merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk megukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV-nya mencapai diatas satu. Semakin besar rasio PBV-nya semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para


(15)

pemodal jika dibandingkan dengan dana yang telah ditanam diperusahaan.(Roberth Ang 1997)

Sehubungan dengan ini maka penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai “DAMPAK FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat di rumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat dampak ROA (Return On Asset) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI?

2. Apakah terdapat dampak NPM (Net Profit Margin) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI?

3. Apakah terdapat dampak DER (Debt to Equty Ratio) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI?

4. Apakah terdapat dampak PBV (Price to Book Value) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI?


(16)

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara garis besar tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dampak ROA (Return On Asset) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI.

2. Untuk mengetahui dampak NPM (Net Profit Margin) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI.

3. Untuk mengetahui dampak DER (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI.

4. Untuk mengetahui dampak PBV (Price to Book Value) terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi investor atau calon investor :

Dapat menjadi bahan pertimbangan agar dapat diperoleh return secara optimal. 2. Bagi masyarakat umum :

Dapat mengamati kinerja pasar modal yang digambarkan dengan kinerja perusahaan yang didasarkan pada laporan keuangan.


(17)

3. Bagi peneliti :

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return saham.

4. Bagi lembaga universitas:

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan dan wawasan terhadap faktor fundamental dan memberikan pengetahuan mengenai return saham pada perusahaan farmasi.


(18)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dilakukan oleh :

1. Eka Bayu (2004)

Dengan judul “Analisis Pengaruh Return On Investment,Total Assets Turnover,Price Earning Ratio Terhadap Return Saham Pada Industri Telekomunikasi Yang Go Public di BEJ.”

Permasalahan yang dikemukakan didalam penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh ROI, TATO ,PER , DER terhadap return yang diterima oleh investasi pada industry telekomunikasi yang go public di BEJ.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable ROI, TATO, PER, dan DER secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham dengan nilai F hitung < F table pada angka 2,575 < 2,59 pada tingkat signifikan 5%. Sedangkanhasil penelitian secara parsial menunjukan bahwa TATO berpengaruh terhadap return saham dengan diperoleh nilai t hitung > t table pada angka 3,105 > 2,016 dan nilai signifikansi hitung sebesar 0,003.


(19)

2. Seniman Widodo (2007)

Dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas,Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar Terhadap Return Saham Syariah Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index.

Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian tersebut adalah untuk mengetahui Pengaruh TATO, ROA, ROE, EPS, dan PBV terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Indeks.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel TATO, ROA, ROE,EPS dan PBV secara simultan berpengaruh terhadap return saham dengan nilai F hitung > F tabel pada angka 221,245 > 3,71 dengan signifikasi 0,000. Sedangkan hasil penelitian secara parsial menunjukan bahwa variabel PBV tidak berpengaruh terhadap return saham dengan diperoleh t hitung > dari t tabel pada angka -3,275 > 1,658 dengan nilai signifikasi hitung sebesar 0,000 (dibawah 0,05).


(20)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal

Ada beberapa pengertian tentang pasar modal. Menurut Tjiptono Darmaji (2001: 01), Pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrument keungan jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk utang atau modal sendiri.Sedangkan menurut Husnan (1998: 03) secara formal pasar modal didefinisikan sebagai instrument keungan jangka panjang yang bisa diperjual belikanbaik dalam bentuk hutang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Menurut Thendelin (2001 : 14 ), Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas .Dengan demikian pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memeliki umur yang lebih dari satu tahun.

Sedangkan menurut Martono (2004 :181 ) Secara umum pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya , serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.


(21)

Dari pengertian diatas ,dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya para investor untuk memperjual belikan sekuritas dalam waktu yang panjang.

2.2.1.2. Peranan Pasar modal

Menurut Sunariayah (2003 : 09 ) bahwa peranan pasar modal dalam suatu perekonomian suatu Negara adalah,sebagai berikut.

1. Fungsi tabungan (Savings Function)

Bagi penabuh, metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata uang ,inflasi,risiko hilang dan lain-lain. Apabila seseorang ingin mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimiliki,maka dia perlu mempertimbangkan kerugian yang bakal dideritanya seminimal mungkin. Surat berharga yang dipergunakan dipasar modal memberikan jalan yang begitu murah dan mudah .tanpa adanya resiko untuk meginvestasi dana.

Dana tersebut dapat dipergunakan untuk memperbanyak jasa produk-produk disuatu perekonomian. Hal tersebut akan mempengaruhi standar hidup suatu masyarakat. Dengan membeli surat berharga ,masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik.


(22)

2. Fungsi Kekayaan ( Wealth Function)

Pasar modal adalah suatu cara menyimpan kekayaan dalam jangka panjang sampai dengan kekeyaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekeyaan tidak mengalami depresiasi ( penyusutan ) seperti aktiva-aktiva lain.

3. Fungsi pinjaman ( Credit Function )

Pasar modal bagi perekonomian suatu Negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dan pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah . Karena melihat kenyataan bahwa pinjaman dari bank mempunyai rate bunga yang sangat tinggi. Sedangkan,perusahaan – perusahaan juga menjual obligasi di pasar modal untuk mendapatkan dana dengan biaya bunga rendah dibandingkan dengan bunga dari bank. Dana tersebut dapat dipakai untuk ekspansi atau sebagai jaminan deviden terhadap pemegang saham.

2.2.1.3 Bentuk Pasar Modal

Umumnya penjualan saham dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Menurut Sunaryah (2004 : 12), jenis-jenis pasar modal tersebut ada 4 macam,yaitu:


(23)

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan, sebelum pasar tersebut diperdagangkan dipasar skunder. Pada pasar perdana merupakan pasar modal yang memperbandingkan saham-saham atau sekuritas lainya untuk dijual pertama kalinya ( penawaran umum ) sebelum saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten) ,berdasarkan analisis fundamental perusahaaan yang bersangkutan. Hasil dari penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan

2. Pasar Skunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagi perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Didalam pasar sekunder saham dan sekuritas lainya diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan dipasar perdana. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Faktor internal perusahaan,yang berhubungan dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh menejemen misalnya,pendapatan


(24)

perlembar saham, besaran deviden yang dibagi, kinerja menejemen perusahaan, prospek perusahaan dimasa yang akan datang, dan lain sebagainya.

2) Faktor eksternal perusahaan, yaitu hal –hal diluar kemampuan perusahaan , misalnya: munculnya gejolak politik pada suatu negara, perubahan kebijakan moneter, dan laju inflasi tinggi.

3. Pasar Ketiga (Third Market )

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas diluar bursa (over the counter market). Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat perdagangan . Operasi pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi. Informasi yang diberikan pada pasar ini meliputi: harga-harga saham ,jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan.

4. Pasar keempat (Fount Market )

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar permodalan, atau dengan kata lain pengalihan saham darii satu pemengang ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi perdagangan ini biasanya dalam jumlah besar.


(25)

2.2.1.4. Pelaku Pasar Modal

Menurut Sutrisno (2003: 350), pelaku pasar modal adalah:

1. Investor

Instansi atau individu yang melalukan jual beli instrument pasar modal yang tujuan pemilikan efeknya untuk jangka panjang.

2. Spekulator

Instansi atau individu yang melakukan jual beli instrument investasi pasar modal untuk tujuan jangka pendek. Biasanya pemain di bursa lebih banyak.

3. Acquisitor

Merupakan instantasi yang tujuan dalam pembelian saham untuk ikut mengendalikan perusahaan yang mengeluarkan saham.

2.2.1.5. Instrument Pasar Modal

Instrument pasar modal merupakan semua surat - surat berharga (efek) yang umum diperjual belikan melalui pasar modal. Menurut Tandelilin (2001; 18) macam- macam sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal yaitu:

1. Saham

Saham merupakan surat tanda kepemilikan modal pada suatu perseroasn terbatas (PT).


(26)

2. Obligasi

Obligasi merupakan surat pengakuan utang dari emiten yang ditanggung oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga serta pinjaman yang dilakukan pada saat jatuh tempo.

3. Reksa Dana

Reksa Dana merupakan wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh management investasi.

4. Instrumen Derifatif

Instrumen Derifatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari sekuritas lain, sehingga nilai instrument derifatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan.

2.2.2. Saham

2.2.2.1. Pengertian Saham

Saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut Emiten. Pemilik saham adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Ada dua macam saham yaitu: saham atas nama, dan saham atas unjuk. Saat ini, saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik tertera diatas saham tersebut (Sunaryah, 2003: 30-31). Menurut Martono (2004:191) Saham merupakan surat tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas (PT).


(27)

Sedangkan menurut Tndelilin (2001;18) Saham merupakan sutar bukti bahwa kepemilikan atas aset- aset perusahaan yang menerbitkan saham.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahawa Saham merupakan sekuritas berupa surat kepemilikan atas aset- aset perusahaan yang diperjual belikan di pasar modal.

2.2.2.2. Jenis Saham

Menurut Sunariyah (2003;118), ada dua macam jenis saham yang dikenal di Indonesia:

1. Saham Biasa

Saham Biasa adalah saham yang sudah dikenal di masyarakat, sehingga commont yaitu satu saham yang menyatakan bahwa pemilik atau pemegang saham adalah pemilik sebagian perusahaan. hak- hak pemegang saham perlu dipahami oleh para investor agar terhindar dari praktik yang merugikan.

2. Saham Preferen

Saham Preferen adalah saham yang mempunyai hak istimewa dibandingkan pemegang saham biasa. Hak- hak istimewa tersebut tergantung perjanjian kontrak dengan management.


(28)

2.2.3. Investasi

2.2.3.1. Pengertian Investasi

Menurut Tandelilin (2001: 03), Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan mendapatkan sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Sedangkan Menurut Arifin (2005; 21). Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan (nilai) konsumsi yang lebih besar dimasa yang akan datang.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Investasi adalah dana atau sumber dana yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

2.2.3.2. Proses Investasi

Menurut Husnan (1998: 12), Proses investasi menunjukan bagaiman pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas seperti seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi dilakukan. Proses tersebit adalah:

1. Menentukan Kebijakan Investasi

Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan.

2. Analisis Sekuritas

Pemodal melakukan analisis dengan menekan analisis fundamental atau teknikal. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis fundamental unruk memeperkirakan analisis harga saham dimasa yang akan datang.


(29)

3. Pembentukan Portofolio

Merupakan identifikasi sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamakan pada masing- masing sekuritas tersebut.

4. Melakukan Refisi Portofolio

Merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya 5. Evaluasi Kinerja Portofolio

Pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio baik dalam aspek tingkat keuntungan yang didapat ataupun resiko yang ditanggung.

2.2.3.3. Resiko Dalam Investasi

Resiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh bisa menyimpang dari hasil yang diharapkan. Menurut Hlim (2003; 38), apabila dikaitan dengan preferensi investor terhadap resiko, maka resiko dapat dibedakan menjadi:

1. Investor yang suka terhadap resiko

Merupakan investor yang akan lebih suka mengambil investasi dengan resiko yang lebih besar. Biasanya investor jenis ini lebih bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi.

2. Investor yang netral terhadap resiko

Merupakan investor yang akan meminta kenaikasn tingkat pengembalian yang sama untuk tiap kenaikan resiko. Investor ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati- hati dalam mengambil keputusan.


(30)

3. Investor yang tidak suka terhadap resiko

Merupakan investor yang lebih suka mengambil investasi dengan resiko kecil. Investor ini cenderung selalu mempertimbnagkan secara matang dan terencana atas keputusan investasinya.

2.2.4. Return Saham

Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Retrun bagi pemengang saham bisa berupa defiden tunai atau adanya perubahan harga saham pada suatu periode (Ross: 2002). Retrun suatu saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengqan mengabaikan defiden.

Menurut Brigham et all (1999:192), Pengertian dari Retrun adalah “Measure The Financial Performance Of An Investment”. Pada penelitian ini, return hanya digunakan pada suatu investasi untuk mengukur keuangan suatu perusahaan. Menurut Home dan Wachovizet (1998:26) mendefinisikan Return sebagai “ Return as Benefit wich Related with owner that includes cash diffidend last year wich is paid, together with marked cost appreciation or capital gain wich is realization in the end of the year”.

Berdasarkan pengertian Return, bahwa Return suatu saham adalah hasil atau pendapatan yang berhak diperoleh investor, karena menginvestasikan dana dalam bentuk saham, maka dapat ditulis rumus (Jogiyanto,2003:108)


(31)

Pt- Pt-1

Ri =

Pt-1

Keterangan:

R\i = Return saham

Pt = harga saham pada periode t

Pt-1 = harga saham pada periode t- 1

2.2.5. Analisis Fundamental

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai intristik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya dimasa mendatang. Nilai intrinsic merupakan suatu fungsi faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasikan para pemodal atau analisis dan hasil estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice (Natarsyah, 2000 : 294 )

Umumnya faktor- faktor fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsic, nilai pasar, Return On Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity


(32)

(ROE), Price to Book Value (PBV), Net Profit Margin (NPM), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price Earning Ratio

(PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham.

Pada hakekatnya analisis fundamental mempunyai dua tujuan (Nairbahu, 1991 : 86) yaitu :

1. Untuk mengetahui financial performance suatu perusahaan ditinjau dari segi :

1) Perbandingan dengan performance masa lalu.

2) Perbandingan dengan performance perusahaan lain dalam kategori sejenis.

3) Pebandingan dengan performance ekonomi secara global.

Untuk mengetahui financial performance suatu perusahaan beberapa faktor yang dipertimbangkan antara lain : rasio yang digunakan dalam analisis laporan dengan maksud untuk mengetahui hubungan timbal balik yang ada antara Asset,Liabilitas dan Capital. Selanjutnya akan diketahui Likuiditas,Solvabilitas dan Rentabilitas dari segi resiko usaha yang akan dihadapi oleh emiten yang timbul untuk masing-masingkegiatannya. Indikator diatas sangat diperlukan bagi berbagai pihak yang bersangkutan dalam pengambilan keputusan.


(33)

2. Untuk mengetahui apakah haga suatu saham overvalued atau undervalued dibandingakan dengan harga yang wajar (intrinsic value). Apabila harga saham overvalued, maka saatnya untuk menjual sebaliknya apabila harga saham undervalued maka saatnya untuk membeli.

Ada beberapa keunggulan atau manfaat dari analisis laporan keuangan (analisis fundamental) (Nairbahu, 1991 : 87).keunggulan tersebut adalah:

1) Dengan menggunakan analisis fundamental dapat mengukur kinerja dari menejemen emiten, dimana pergerakan harga saham merupakan refleksi dari kinerja (performance) dari menejemen.

2) Analisis fundamental diharapkan akan dapat memberikan informasi yang lengakap dan akurat dalam rangka pengambilan investasi jangka panjang.

2.2.6. Return On Asset

Return on Assets (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah assets yang dimiliki, ROA akan dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan.


(34)

ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat. Rumus untuk menghitung ROA bisa ditulis sebagai berikut:

2.2.7. Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menunjukkan rasio antara laba bersih setelah pajak atau NIAT terhadap total penjualannya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh perusahaan. NPM yang semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin meningkat keuntungan bersih yang dicapai perusahaan. Dengan meningkatnya NPM maka akan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan saham sehingga harga saham perusahaan juga cenderung akan meningkat. Rumus untuk menghitung NPM dapat ditulis sebagai berikut:

   


(35)

2.2.8. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukkan tentang imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri. DER juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu semakin meningkatnya beban tetap perusahaan sekaligus resiko keuangan perusahaan. Maka hal ini akan mempengaruhi turunnya harga dan return saham. Sehingga DER berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham yang akhirnya akan mempengaruhi return saham. Rumus untuk menghitung rasio DER adalah sebagai berikut:


(36)

2.2.9. Price to Book Value

Price to Book Value (PBV) yang merupakan rasio antara harga saham terhadap nilai bukunya. Bila suatu perusahaan mempunyai PBV diatas 1 maka harga saham perusahaan tersebut dinilai lebih tinggi dari pada nilai bukunya yang menggambarkan kinerja perusahaan tersebut semakin baik dimata investor. Dengan demikian semakin tinggi PBV maka return saham akan meningkat. Rumus untuk menghitung rasio PBV adalah sebagi berikut:

 

2.2.10. Pengaruh Return On Asset Terhadap Return Saham

Return On Asset (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak atau Net Income After Tax (NIAT) terhadap total asset. ROA menunjukan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja menejemen perusahaan dalam menggunakan sumberdaya yang ada dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Jika rasio ini meningkat maka dapat mempengaruhi investor untuk berinvestasi dan harga saham naik maka return saham juga meningkat. (Tandelilin, 2001 : 240).


(37)

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) ROA adalah rasio yang digunakan untuk megukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor, karena tingkat pengembalian (return) akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut juga akan semakin meningkat sehingga ROA berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat kembalian (return) akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

2.2.11 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Return Saham

NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (Net Income After Tax) terhadap total penjualan (sales) menunjukan kinerja keungan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas total penjualan bersih yang di capai oleh perusahaan. Jadi kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan bersihnya semakin meningkat maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham. NPM yang semakin meningkat menggambarkan


(38)

kinerja perusahaan yang semakin baik dan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan meningkat pula. Dengan semakin meningkatnya keuntungan (laba bersih sesudah pajak) akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk deviden gain maupun capital gain yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. Dengan demikian para investor dan atau calon investor lain akan tertarik untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan tersebut.

Jika permintaan atas saham perusahaan semakin banyak maka harga saham di pasar modal cenderung meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka capital gain (actual return) dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan selisih antara harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya. Rasio ini menunjukan berapa besar presentasi laba yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. (Bastian dan Suhardjono, 2006: 299) 

NPM yang semakin tinggi menunjukan bahwa semakin meningkat keuntungan bersih yang dicapai perusahaan. Dengan meningkatnya NPM maka akan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan saham sehingga harga saham perusahaan juga meningkat. Maka apabila NPM meningkat akan berpengaruh terhadap meningkatnya return saham. Sehingga NPM berpengaruh positif terhadap return saham.(Asyik dan Sulistyo : 2000)


(39)

2.2.12.Pengararuh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibanya yang ditunjukan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukan besarnya imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri. DER juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. Tingginya DER akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti akan lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal. Semakin baik kinerja perusahaan maka daya tarik perusahaan tersebut semakin tinggi, tentunya hal ini menarik bagi investor karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham tersebut cukup besar, hal ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Dari keterangan diatas maka dapat dikatakan bahwa DER mempengaruhi harga saham perusahaan sehingga menghasilkan return saham. Semakin besar hutang yang dipakai untuk mendanai suatu perusahaan maka tingkat resikonya juga semakin tinggi, Hal ini akan membuat menurunnya harga saham. Karena para


(40)

investor cenderung untuk menghindari resiko. Dengan demikian besarnya DER dapat berdampak negative terhadap harga saham.

Semakin tinggi DER bearti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya. Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan dan akan meningkatkan harga saham (Fakhrudin dan Hadianto, 2001:61). Demikian dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar hutang, bagi investor merupakan jaminan keamanan atas perusahaan tersebut dengan begitu maka harga saham akan semakin naik dan akan memberikan keuntungan bagi investor. Sebaliknya bila kemampuan perusahaan untuk membayar hutang rendah akan memberikan kekhawatiran bagi investor yang mengakibatkan harga saham menjadi rendah dan return saham turun.

Menurut Ardiansyah (2004) Nilai DER yang tinggi akan meningkatkan kepastian investor dan akan menurunkan tingkat return saham sehingga kemungkinan return yang akan diterima investor semakin kecil di masa datang. Hal ini dikarenakan perusahaan akan berusaha memenuhi kewajiban utangnya dahulu sebelum memberikan return kepada investor. Jadi semakin besar nilai DER suatu perusahaan maka semakin kecil pula return Hal tersebut menggambarkan bahwa DER menunjukan hubungan yang negatif terhadap return saham.


(41)

2.2.13.Pengararuh Price to Book Value Terhadap Return Saham

Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratios) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga saham terhadap nilai bukunya (Robert Ang, 1997). Hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagi pendekatan alternative untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Rasio ini merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku equitas perusahaan menunjukan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan jumlah relative terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan demikian makin tinggi rasio tersebut makin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham dimana semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, sehingga permintaan akan saham tersebut naik kemudian mendorong harga saham perusahaan tersebut naik akibatnya return yang diproleh juga meningkat. Perusahaan yang berkinerja baik , biasanya rasio PBV-diatas satu. Ini menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV Semakin tinggi nilai perusahaan. Karena PBV yang semakin besar menunjukan harga pasar dari saham tersebut semakin meningkat (Tandelilin 2001).


(42)

Menurut Ratnasari (2003) Nilai Price to Book Value (PBV) yang semakin besar menunjukan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga saham semakin meningkat maka capital gain (actual return) dari saham tersebut juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan selisih antara harga saham periode saat itu dengan harga saham sebelumnya. Dengan demikian maka PBV berpengaruh positif terhadap return saham.


(43)

2.2.14. Kerangka Konseptual

ROA (X1)

NPM (X2)

DER (X3)

PBV (X4)

RETURN SAHAM


(44)

2.2.15. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan landasan teori maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga variabel Return On Asset berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Diduga variabel Net Profit Margin berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Diduga variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Diduga variabel Price to Book Value berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(45)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstrak cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur konstrak variabel tersebut. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) yaitu:

1. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel terikat yang mendukung tujuan penelitian ini adalah:

a. Return saham (Y)

merupakan pendapatan yang diperoleh investor karena menginvestasikan dana dalam bentuk saham, dengan cara menghitung harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya, sehingga dapat ditulis rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2003; 108)

Pt- Pt-1

R\i =


(46)

Keterangan: R\i = Return saham

Pt = harga saham pada periode t

Pt-1 = harga saham pada periode t- 1

2. Variabel Independent ( Variabel Bebas)

Merupakan variabel yang memepengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel Independent dalam penelitian ini menggunakan ratio keuangan yaitu Return On Asset, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Price to Book Value.

1) Return On Asset (X1)

ROA Merupakan ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total aset. Variabel ini diukur dengan satuan (%) dan skala pengukuran variabel diukur dengan mengggunakan skala ratio. Menururt Halim (2005: 86), rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

2) Net Profit Margin (X2)

NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total penjualan, menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang menghasilkan laba (keuntungan) bersih atas total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan. Menurut sutrisno (2003 : 245), rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:


(47)

 

3) Debt To Equity Ratio (X3)

DER merupakan rasio untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Diukur dengan menggunakan Ratio Leverage yaitu mengukur sebarapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Menurut Agus Sartono, 19931 : 89) rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

 

4) Price to Book Value (X4)

PBV merupakan rasio pasar (Market Ratios) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Menurut Jogyanto, (2000 : 82) rumusnya dapat ditulis sebagi berikut:  

2.3. Teknik Penentuan Sampel

1) Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakreristik tertentu yang berbeda dengan kelompok tersebut akan


(48)

dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono 2004:44). Yang menjadi populasi dan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia sampai dengan saat ini berjumlah sembilan (9) perusahaan.

2) Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003: 107). Dalam penelitian ini menggunakan Teknik Sensus karena menggunakan semua populasi yang dipakai sebagai sampel.

Sampel yang dipakai adalah perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2010,yaitu:

1. PT. DARYA VARIA LABORATORIA Tbk 2. PT. INDOFARMA (Persero) Tbk

3. PT. KALBE FARMA Tbk 4. PT. KIMIA FARMA Tbk 5. PT. MERCK Tbk

6. PT. PYRIDAM FARMA Tbk

7. PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA Tbk 8. PT. BRISTO MYERS SQUIBB INDONESIA Tbk 9. PT. TEMPO SCAN PACIFIK Tbk


(49)

3.3Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan catatan-catatan keuangan perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari (BEI) dan ICMD (Indonesian Capital Market Directories) berupa company profile dan data laporan keuangan per 31 desember dari tahun 2007 sampai tahun 2010.

3. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan. Dimana studi pustaka merupakan sumber data dan teoritis yang diambil untuk landasan teori sedangkan studi lapangan adalah pengambilan data sekunder yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini menggunakan anlisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Price to Book Value terhadap Return Saham. Analisis ini digunakan karena dapat


(50)

menerangkan ketergantungan suatu variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent.

Adapun bentuk umum dari regresi berganda secara sistematis adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ei Keterangan:

Y = Return Saham X1 = Return on Asset

X2 = Net Profit Margin

X3 = Debt to Equity Ratio

X4 = Price to Book Value

β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi

ei = Variabel Pengganggu

3.4.2. Uji Hipotesis

1. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas dengan dengan variabel terikat digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut : 1) Menentukan hipotesis yang akan diuji :

H0 : β1,β2,β3,β4 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan antara terhadap

Y)

Ha : β1,β2,β3,β4 ≠0 (Ada pengaruh yang signifikan antara terhadap Y)


(51)

3) Menentukan t hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : t hitung = βi

Se (βi)

Dimana :

βi = Koefisien regresi

Se (βi) = Standart eror

4) Kriteria pengujian

Membandingkan nilai t tabel dengan t hitung :

H0 diterima jika –t tabel≤ t hitung≤ -t tabel

H0 ditolak jika t hitung ≤ t tabel atau t hitung≥ t tabel

3.4 Uji Aumsi Klasik

1. Autokorelasi

Menurut Gujarat ( 1995 : 201 ), autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data yang diurutkan berdasarkan urutan waktu atau data yang diambil pada waktu tertentu.Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terjadi gejala autokorelasi ,artinya nili residual pada waktu ke t tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya.

Untuk mendeteksi autokorelasi digunakan percobaan dari Durbin Watson dengan persamaan :


(52)

       t N

t t N t t t i e e e d 1 2 2 2 1 Keterangan :

d : Nilai Durbin Waston et : Residual pada Waktu ke t

et-1 : Residual pada Waktu ke t – 1

N : Banyaknya data 2. Multikolinearitas

Persamaan regresi linear berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas. Apabila terjadi antara variabel bebas maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi ( terjadi bias) Jadi, multikolinearitas berarti hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau sejumlah variabel yang menjelaskan dari model regresi. Menurut Gujarat ( 1995 ), multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan liner pasti.

Identifikasi secara statistik ada dan tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung VIF (Varians Infantion Factor) dengan menggunakan rumus sebagi berikut :

2 1 1 i R VIF    


(53)

VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10 , berarti terdapat multikolinearity pada persamaan linier. (Gujarat, 1995 : 339)

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual suatu pengamatan lainnya. Menurut Gujarat (1995: 188), salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak menggunakan Rank Sperman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus yang digunakan adalah :

          

1 6 1 2 2 N N d

rs i

  Dimana :

D1 : Perbedaan dalam rank yang ditepatkan untuk dua karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke 1.

N : Bnyaknya individual atau fenomena yang di rank.

Apabila koefisien korelasi rank Spearman untuk seluruh variabel bebas terhadap residual lebih kecil dar 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi terdapat heteroskedastisitas.


(54)

 

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah dibentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Semarang, Surabaya.

Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan di bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai Undang-Undang. Yaitu Undang-Undang No.15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek.

Pasar Modal di Indonesia dari Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendat-sendatnya perkembangan pasar modal selama ini disebabkan oleh beberapa


(55)

hal antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi harga saham dan saham campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.

Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut di atas,pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988).

4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada tahun 1956.


(56)

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM).

Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding system perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.


(57)

4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagia institusi yan dinamais dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT.Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris , yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.


(58)

PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.

Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia

Sumbe r : PT. Bursa Efek Indonesia


(59)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Farmasi dengan mengambil data untuk menghitung Return Saham, ROA, NMP, DER, dan PBV pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan dan laporan laba rugi setiap tahunnya yang diterbitkan oleh perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik kesimpulan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.

4.2.1 Return Saham (Y) Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI 2007-2010

Return saham merupakan pendapatan yang diperoleh investor karena

menginvestasikan dana dalam bentuk saham, dengan cara menghitung harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Jogiyanto,2003:108) 

Pt- Pt-1

R\i =

Pt-1

Keterangan: R\i = Return saham

Pt = harga saham pada periode t


(60)

Tabel 4.1 : Return Saham (Y) Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa efek indonesia Tahun 2007 – 2010

Return Saham

No Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010

1 Darya-Varia Laboratoria -0.05 -0.4 0.59 -1 2 Indofarma Persero 1.05 -0.75 0.66 -0.02

3 Kalbe Farma 0.05 -0.67 2.25 1.56

4 Kimia Farma 0.84 -0.75 0.67 0.26

5 Merck 0.31 -0.32 1.25 -1

6 Prydam Farma 0.62 -0.38 1.2 0.17

7

Schering Plough

Indonesia 1.38 -0.51 2.76 -1

8 Bristol-Myers Squibb -0.81 3.95 1.63 -1 9 Tempo Scan Pacific -0.16 -0.46 0.82 1.34 Sumber: Indonesian Capital Market (ICMD) data diolah

Dari tabel di atas diketahui bahwa besarnya return saham pada PT. Darya-Varia Laboratoria tahun 2007 mencatat 0,05%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi -0,4%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,59% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi -1% PT. Indofarma Persero tahun 2007 mencatat 1,05%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi -0,75%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,66%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi -0,02% PT. Kalbe Farma tahun 2007 mencatat 0,05%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi -0,67%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 2,25%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 1,56% PT. Kimia Farma tahun 2007 mencatat 0,84%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi -0,75%, tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 0,67% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 0,26% PT. Merck tahun 2007 mencatat 0,31%, tahun 2008 mengalami


(61)

penurunan menjadi -0,32%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 1,25%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar -1% PT. Prydam Farma tahun 2007 mencatat 0,62%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi -0,38%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 1,2%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 0,17% PT. Schering Plough Indonesia pada tahun 2007 mencatat 1,38%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi -0,51%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 2,76%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi -1% PT. Bristol-Myers Squibb tahun 2007 mencatat -0,81%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 3,95%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 1,63%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi -1% PT. Tempo Scan Pacific mencatat pada tahun 2007 -0,16, tahun 2008 mengalami kenaiakan menjadi -0,46%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,82%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 1,34%.

4.2.2 Return On Asset (ROA) Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI 2007-2010

ROA Merupakan ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total aset. Variabel ini diukur dengan satuan (%) dan skala pengukuran variabel diukur dengan mengggunakan skala ratio. Menururt Halim (2005: 86), rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:


(62)

Tabel 4.2: Return On Asset (X1) Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di BEI

Tahun 2007 - 2010

ROA

No Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010

1 Darya-Varia Laboratoria 12 12 15 13

2 Indofarma Persero 4.49 7 6 7

3 Kalbe Farma 0.021 20 24 18.21

4 Kimia Farma 6 7 7 8

5 Merck 37 37 46 27

6 Prydam Farma 4 6 7 7

7 Schering Plough Indonesia 14 15 17 3

8 Bristol-Myers Squibb 35 46 60 29

9 Tempo Scan Pacific 12 12 14 14

Sumber: data diolah

Dari tabel diatas diketahui bahwa ROA pada PT. Darya-Varia Laboratoria tahun 2007 mencatat 12%, tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 12%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 15%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 13% PT. Indofarma Persero tahun 2007 mencatat 4,49%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 7% tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 6%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 7% PT. Kalbe Farma tahun 2007 mencatat 0.021%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 20%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 24%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 18,21% PT. Kimia Farma tahun 2007 mencatat 6%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 7%, tahun 2009 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 7%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 8% PT. Merck tahun 2007 mencatat 37%, tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 37%, tahun 2009 menglami kenaikan menjadi 46%, dan pada


(63)

tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 27% PT. Prydam Farma tahun 2007 mencatat 4%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 6%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 7% dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 7% PT. Schering Plough Indonesia tahun 2007 mencatat 14%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 15%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 17%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 3% PT. Bristol-Myers Squibb pada tahun 2007 mencatat 35%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 46%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 60%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 29% PT. Tempo Scan Pacific pada tahun 2007 mencatat 12%,tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 12%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 14%, tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 14%.

4.2.3 Net Profit Margin (NPM) Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI 2007-2010

NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total penjualan, menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang menghasilkan laba (keuntungan) bersih atas total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan.

Menurut sutrisno (2003 : 245), rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

   


(64)

 

Tabel 4.3:  Net Profit Margin (X2) Perusahaan Perusahaan Farmasi Yang

Terdaftar di BEI Tahun 2007 – 2010

NPM

No Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010

1 Darya-Varia Laboratoria 0.1 0.12 0.08 41.5

2 Indofarma Persero 0.87 0.34 0.19 0.19

3 Kalbe Farma 0.1 0.09 0.1 41.7

4 Kimia Farma 0.02 0.02 0.02 4.35

5 Merck 0.16 0.15 0.2 70.5

6 Prydam Farma 0.02 0.02 0.03 2.74

7 Schering Plough Indonesia 0.02 0.03 0.04 14.43 8 Bristol-Myers Squibb 0.2 0.26 0.31 16.74 9 Tempo Scan Pacific 0.09 0.09 0.08 61.87 Sumber: data diolah

Dari tabel diatas diketahui bahwa NPM pada PT. Darya-Varia Laboratoria tahun 2007 mencatat 0,1%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,12%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,08%, dan pada tahu 2010 mengalami kenaikan menjadi 41,5% PT. Indofarma Persero pada tahun 2007 mencatat 0,87%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,34%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,19%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,19% PT. Kalbe Farma pada tahun 2007 mencatat 0,1%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,09%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,1%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 41,7% PT. Kimia Farma pada tahun 2007 mencatat 0,02%, tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,02% begitu pun pada tahun 2009 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,02%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 4,35% PT. Merck pada tahun 2007


(65)

mencatat 0,16%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,15%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,2%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 70,5% PT. Prydam Farma pada tahun 2007 mencatat 0,02%, tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,02%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,03%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaiakan menjadi 2,74% PT. Schering Plough Indonesia pada tahun 2007 mencatat 0,02%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,03%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,04%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 14,43% PT. Bristol-Myers Squibb pada tahun 2007 mencatat 0,2%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,26%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,31% dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 16,74% PT. Tempo Scan Pacific pada tahun 2007 mencatat 0,09%, tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,09%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,08%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 61,87%.

4.2.4 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Farmasi Yang Ter daftar Di BEI

2007-2010

DER merupakan rasio untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Diukur dengan menggunakan Ratio Leverage yaitu mengukur sebarapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.

 


(66)

Tabel 4.4: Debt to Equity Ratio (X3) Perusahaan Perusahaan Farmasi Yang

Terdaftar Di BEI 2007-2010

DER

No Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010

1 Darya-Varia Laboratoria 0.21 0.26 0.41 0.41

2 Indofarma Persero 2.46 2.25 1.44 1.44

3 Kalbe Farma 0.33 0.38 0,39 0,39

4 Kimia Farma 0.53 0.53 0.57 0.57

5 Merck 0.18 0.15 0.23 0.23

6 Prydam Farma 0.42 0.42 0.37 0.37

7 Schering Plough Indonesia 70.74 22.9 9.49 9.49 8 Bristol-Myers Squibb 0.43 0.37 0.21 0.21

9 Tempo Scan Pacific 0.26 0.29 0.34 0.34

Sumber: data diolah

Dari tabel diatas diketahui bahwa DER pada PT. Darya-Varia Laboratoria tahun 2007 mencatat 0,21%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,26%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,41%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,41% PT. Indofarma Persero tahun 2007 mencatat 2,46%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 2,25%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 1,44%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 1,44% PT. Kalbe Farma pada tahun 2007 mencatat 0,33%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,38%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,39%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,39% PT. Kimia Farma pada tahun 2007 mencatat 0,53%, tahun 2008 tetap


(67)

atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,53%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,57%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,57% PT. Merck pada tahun 2007 mencatat 0,18%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,15%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,23%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,23% PT. Prydam Farma pada tahun 2007 mencatat 0,42%, tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,42%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,37% dan pada tahun 2010 tahun 2008 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,37% PT. Schering Plough Indonesia pada tahun 2007 mencatat 70,74%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 22,9%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 9,49%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 9,49% PT. Bristol-Myers Squibb tahun 2007 mencatat 0,43%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,37%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0,21%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,21% PT. Tempo Scan Pacific tahun 2007 mencatat 0,26%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 0,29%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,34%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,34%.


(68)

4.2.5 Price to Book Value (PBV) Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI 2007-2010

PBV merupakan rasio pasar (Market Ratios) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Menurut Jogyanto, (2000 : 82) rumusnya dapat ditulis sebagi berikut:

Tabel 4.5: (X4) Price to Book Value Perusahaan Perusahaan Farmasi Yang

Terdaftar Di BEI 2007-2010

PBV

No Nama Perusahaan

2007 2008 2009 2010

1

Darya-Varia

Laboratoria 1.94 1.06 1.54 2.28

2 Indofarma Persero 2.18 0.52 0.86 0.86

3 Kalbe Farma 3.78 1.12 3.06 2.91

4 Kimia Farma 1.87 0.45 0.71 2.77

5 Merck 57.57 121.57 0 6.49

6 Prydam Farma 0.65 0.39 0.81 4.36

7

Schering Plough

Indonesia 43.03 4.46 7.14 0.33

8 Bristol-Myers Squibb 0.68 2.48 5.32 29 9 Tempo Scan Pacific 1.6 0.81 1.36 0.35 Sumber: data diolah

Dari table diatas diketahui bahwa PBV pada PT. Darya-Varia Laboratoria tahun 2007 mencatat 1,94%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1,06%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 1,54%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaiakan menjadi 2,28% PT. Indofarma Persero pada tahun 2007 mencatat 2,18%, tahun 2008


(69)

mengalami penurunan menjadi 0,52%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,86%, dan pada tahun 2010 tetap atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,86% PT. Kalbe Farma tahun pada 2007 mencatat 3,78%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1,12%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 3,06%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 2,91% PT. Kimia Farma pada tahun 2007 mencatat 1,87%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,45%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,71%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaiakan menjadi 2,77% PT. Merck pada tahun 2007 mencatat 57,57%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 121,57%, tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 0%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 6,49% PT Prydam Farma pada tahun 2007 mencatat 0,65%, tagun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,39%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,81%, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 4,36% PT. Schering Plough Indonesia pada tahun 2007 mencatat 43,03%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 4,46%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 7,14%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 0,33% PT. Bristol-Myers Squibb pada tahun 2007 mencatat 0,68%, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 2,48%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 5,32%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 29% PT. Tempo Scan Pacific pada tahun 2007 mencatat 1,6%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0,81%, tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 1,36%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 0,35%.


(70)

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Normalitas

Normalitas adalah Sebuah model regresi yang variabel Dependen dan Independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogrov Smirnov (Sumarsono, 2004;40). Dasar pengambilan keputusan : jika nlai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004;43).

Tabel 4.5: Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

   

ROA NPM DER PBV

RETURN_SAH AM

N 31 31 31 31 31

Mean 8.5394 7.7561 10.7258 2.0213 .3148 Normal Parametersa

Std.

Deviation 8.55026 1.88240E1

2.16122E

1 1.86949 .99544

Absolute .159 .417 .391 .170 .112

Positive .152 .417 .391 .170 .112 Most Extreme

Differences

Negative -.159 -.341 -.310 -.151 -.093

Kolmogorov-Smirnov Z .885 2.321 2.176 .945 .625


(71)

Berdasarkan hasil uji Normalitas Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang normal, hanya pada variable ROA,PBV DAN RETURN SAHAM yang memiliki distribusi normal dimana nilai Asymp. Sig (signifikansi) lebih besar dari 0,10, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik meliputi asumsi mulikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas : Adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda.

a. Deteks Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

- Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. (Gujarati)


(72)

c. Condition Index melebihi angka 15 (Singgih Santoso)

Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinieritas pada semua variabel bebas dimana nilai VIF pada semua variabel (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor)  10 (Cryer,1994 : 681).

Tabel 4. 6 : Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) .525 .259   2.026 .053     ROA -.064 .019 -.547 -3.320 .003 .799 1.252

NPM .015 .011 .291 1.457 .157 .546 1.833

DER -.017 .009 -.364 -1.875 .072 .576 1.736 1

PBV .195 .084 .367 2.324 .028 .873 1.145


(73)

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas : Varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas.

Deteksi Adanya Heteroskedastisitas :

a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu (seperti titik-titik /point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit)

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah :

rs = 1 – 6

1 N N

d

2 2 i 

Keterangan :

di = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i


(74)

Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sbb:

Tabel 4. 7

Nonparametric Correlations

     

ROA NPM DER PBV

Unstand ardized Residual

Correlation

Coefficient 1.000 .307 .198 .092 -.212

Sig. (2-tailed) . .093 .286 .624 .252 ROA

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient .307 1.000 .280 .169 -.039

Sig. (2-tailed) .093 . .128 .362 .836 NPM

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient .198 .280 1.000 .213 -.237

Sig. (2-tailed) .286 .128 . .249 .200 DER

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient .092 .169 .213 1.000 .007

Sig. (2-tailed) .624 .362 .249 . .970 PBV

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient -.212 -.039 -.237 .007 1.000 Spearm

an's rhos

Unstandardized Residual


(75)

     

ROA NPM DER PBV

Unstand ardized Residual

Correlation

Coefficient 1.000 .307 .198 .092 -.212

Sig. (2-tailed) . .093 .286 .624 .252 ROA

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient .307 1.000 .280 .169 -.039

Sig. (2-tailed) .093 . .128 .362 .836 NPM

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient .198 .280 1.000 .213 -.237

Sig. (2-tailed) .286 .128 . .249 .200 DER

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient .092 .169 .213 1.000 .007

Sig. (2-tailed) .624 .362 .249 . .970 PBV

N 31 31 31 31 31

Correlation

Coefficient -.212 -.039 -.237 .007 1.000

Sig. (2-tailed) .252 .836 .200 .970 .

N 31 31 31 31 31

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2, X3 dan X4, TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya,(nilai


(1)

mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Return Saham, pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia ditunjukan bahwa pengaruh DER 2,324 dengan tingkat signifikansi 0,028 pada taraf 10%.

Pada penelitian Harsono dan Ratnasari (2003) menunjukan bahwa PBV mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap return saham, Hal ini

megidikasikan bahwa besarnya nilai perusahaan tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh investor dalam pembelian saham. Hal ini dapat dijelaskan bahwa nilai PBV yang lebih besar menunjukan bahwa perusahaan sedang mengalami pertumbuhan, sehingga investor juga berpendapat bahwa kondisi perusahaan akan menguntungkan untuk investasi.

Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan. Namun demikian ada kondisi kontradiksi yang terjadi pada rasio PBV, dimana rasio PBV yang terlalu tinggi justru tidak diinginkan oleh investor. Alasan utamanya adalah karena PBV yang tinggi justru mencerminkan bahwa harga saham yang dimiliki perusahaan dinilai terlalu tinggi, sehingga tidak sebanding dengan nilai buku yang dimiliki perusahaan atau dalam hal ini harga saham akan mengalami overvalue.

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Kondisi yang kontradiktif (bertentangan) tersebut menyebabkan PBV berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

81 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

80  BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa semakin kecil ROA maka akan mengalami penurunan pada modalnya sehingga harga sahamnya mengalami penurunan yang berdampak pada return yang diberikan kepada investor semakin kecil.

b. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar NPM maka akan mengalami beban yang lebih tinggi sehingga return saham yang diperoleh tidak begitu besar.

c. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar DER maka akan mengalami penurunan pada return saham.

d. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar PBV maka akan mengalami kenaikan pada return saham sehingga PBV yang tinggi justru mencerminkan bahwa harga saham yang dimiliki perusahaan dinilai terlalu tinggi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

81 

 

sehingga tidak sebanding dengan nilai buku yang dimiliki perusahaan atau dalam hal ini harga saham akan mengalami overvalue.

5.2 Saran

Untuk itu berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka saran-saran yang dapat diberikan yaitu :

Hasil penelitian ini menunjukkan pada variabel NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Maka sebaiknya bagi perusahaan harus lebih menekan beban penjualan dan meningkatkan efisiensi kinerja keuangan perusahaan sehinggga return yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan semakin meningkat.

Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan rasio keungan perusahaan yang berbeda, yang belum dimasukan dalam model penelitian ini karena masih terdapat rasio keungan lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap return saham selain ROA, NPM , DER dan PBV.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

Ardiansyah, Minsen, 2004.”Pengaruh Variabel Keungan Terhadap Return 15 hari Serta Moderasi Besaran Perusahaan Terhadap Hubungan Antara Variabel Keungan Dengan Return Awal dan Return 15 Hari” Jurnal Riset Akutansi Indonesia, Vol 7 No 2 Mei

Arifin, Zainal.2005. Teori Keuangan Dan Pasar Modal, Edisi pertama, penerbit EKSOTIKA, Yogyakarta.

Darmadji, Tjiptonon ; Fakhruddin, Hendy M, 2001. Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Penerbit Salemba Empat, Jakatra.

Fakhruddin, M. dan M.S. Hadianto, 2001. Perangkat Dan Model Analisis Investasi Di Pasar Modal, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia, Jakarta. Ghozali, Imam dan Irawansyah, 2002.”Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan

Dengan Alat Ukur EVA, MVA, Dan ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ”, Jurnal Penelitian Akutansi Bisnis Dan Manajemen, Volume 9, No.1.

Gujarat. Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, penerbit Erlangga, Jakarta. Halim, Suad, 1998. Dasar-Dasar Teori portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP

AMP YKPN, Yogyakarta.

Husnan, Suad,1998. Manajemen Keuangan Toeri Dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Ina, Riniati, 2009.”Pengaruh NPM,ROA,ROE,Terhadap harga saham Pada Perusahan Yang Tercantum Dalam LQ45”. Jurnal Penelitian Akutansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Jogiyanto, H. M, 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Vernande, Nirohito, 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik Terhadap Return Saham Pada Industri Properti Dan Real Estate di BEI”. Jurnal Akutansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Ratnasari, Elza, 2003. “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Vol Perdagangan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Di BEJ” (Studikasus perusahaan manufaktur). UNDIP, Semarang.

Sumarsono, 2004. Metode Penelitian Akutansi UPN “Veteran” Jatim Surabaya. Sunaryah, 1997. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit Akademi

Manajemen Perusahaan YK. PH, Jakarta.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :