Puji Astuti S4309030

(1)

commit to user i

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL

TERHADAP RETURN SAHAM

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

PERIODE 2006 – 2010

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

PUJI ASTUTI

NIM: S4309030

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user ii

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL

TERHADAP RETURN SAHAM

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

PERIODE 2006 – 2010

Disusun oleh: PUJI ASTUTI NIM: S4309030

Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Y.Anni Aryani, M.Prof.Acc.,Ph.D.,Ak. Drs. Subekti Djamaluddin, M.Si,Ak. NIP.196509181992032002 NIP.195509161988031001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Dr. Payamta, M.Si, Ak. CPA. NIP. 196609251992031002

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL

TERHADAP RETURN SAHAM


(3)

commit to user iii

PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

PERIODE 2006 – 2010

Disusun oleh: PUJI ASTUTI NIM: S4309030

Telah disetujui Tim Penguji

Ketua : Sekretaris : Anggota :

Mengetahui:

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA NIP. 196107171986011001 NIP. 196609251992031002


(4)

commit to user iv

PERNYATAAN

Nama : Puji Astuti

NIM : S4309030

Program Studi : Magister Akuntansi Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.

Surakarta, 10 Agustus 2012 Yang menyatakan,


(5)

commit to user v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Setiap coretan pena pada karya ini merupakan wujud dari keEsaan dan Hidayah yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya,

dan wujud kesetiaan sebagai pengikut nabi Muhammad SAW

Setiap dentingan waktu terwujudnya karya ini merupakan ketulusan doa Suami dan Anak-anakku yang senantiasa mengiringi langkahku dan senantiasa

Menemani dengan penuh kasih sayang.

Setiap aura semangat yang menyelimuti diriku merupakan jerih payah Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabat dekatku

Terima kasih telah memberi warna kehidupan dari inspirasi yang engkau siratkan padaku

Setiap goresan tinta dalam setiap bab di karya ini merupakan hasil hempasan kritik dan saran dari pembimbingku

Dan hasil karya sederhana ini merupakan wujud dari hasil usahaku dan doaku,

untuk menemukan suatu makna kehidupan yang hakiki


(6)

commit to user vi

HALAMAN MOTTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(Evelyn Underhill)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,

karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.


(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2006 – 2010” ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini. Dengan kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.


(8)

commit to user viii

5. Dra. Y. Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak., selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret, dan selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran, serta motivasi peneliti dalam penyusunan tesis.

6. Drs. Subekti Djamaluddin, M.Si., Ak., selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu dan segala kemudahan serta kesabaran mengarahkan dalam penyusunan tesis.

7. Bapak Ibu dosen beserta staf di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi.

Surakarta, 10 Agustus 2012 Peneliti


(9)

commit to user ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 14


(10)

commit to user x

2.1.1Analisis Fundamental ………...14

2.1.2 Return Saham... 17

2.1.3 Arus Kas Operasi ... 19

2.1.4 PriceEarnings Ratio ... 21

2.1.4 Leverage ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Pengembangan Hipotesis... 26

2.3.1 Hubungan antara Arus Kas Operasi dengan Return Saham ... 26

2.3.2. Hubungan antara Price Earnings Ratio dengan Return Saham ... 30

2.3.3 Hubungan antara Leverage dengan Return Saham ... 33

. 2.4 Kerangka Berfikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Metode Penelitian ... 40

3.2 Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel ... 40

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 41

3.3.1 Return Saham... 41

3.3.2 Arus Kas Operasi ... 42

3.3.3 Price Earnings Ratio ... 43

3.3.4 Leverage (Debt to Equity Ratio/DER) ... 44


(11)

commit to user xi

3.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 45

3.4.1.1 Uji Normalitas Data... 45

3.4.1.2 Uji Multikolinieritas ... 46

3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46

3.4.1.4 Uji Autokorelasi... 47

3.4.2 Pengujian Hipotesis ... 47

3.4.2.1 Model Estimasi ... 47

3.4.2.2 Uji Hipotesis ... 48

3.4.2.2.1 Uji F-statistik ... 48

3.4.2.2.2 Uji t-statistik... 49

3.4.2.2.3 Uji Determinasi Variabel ... 50

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Statistik Deskriptif ... 51

4.1.1 Populasi dan Sampel ... 51

4.1.2 Variabel ... 52

4.2 Hasil Analisis Data ... 52

4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik... 52

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 53

4.2.1.2 Uji Multikolinieritas ... 55

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 56

4.2.1.4 Uji Autokorelasi... 57


(12)

commit to user xii

4.2.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 57

4.2.2.2 Koefisien Determinasi ... 58

4.2.2.3 Uji F ... 59

4.2.2.4 Uji t ... 59

4.3 Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

5.1 Kesimpulan... 65

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 65

5.3 Saran-saran ... 66

5.4 Implikasi ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(13)

commit to user xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1 Proses Pengambilan Sampel... 51

4.2 Descriptive Statistics ...52

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 53

4.4 Hasil Uji Multikolinieritas... 55

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 57

4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda... 58


(14)

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1 Bagan Pengaruh Variabel Arus Kas Operasi, Price

Earnings Ratio dan Leverage terhadap Return Saham... 39

2 Uji Normalitas Variabel CFO ... 54

3 Uji Normalitas Variabel PER ... 54

4 Uji Normalitas Variabel DER ... 55


(15)

commit to user xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Print Out Output Hasil Uji Regresi dengan Menggunakan SPSS


(16)

commit to user ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP

RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

PERIODE 2006 – 2010 Puji Astuti NIM: S4309030

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor fundamental yang berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER), dan Leverage yang diproksi dengan Debt of Equity Ratio (DER).

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode pengamatan selama lima tahun (2006-2010). Setelah dilakukan purposive sampling, didapatkan 16 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian, data disusun secara panel (pooling data) sehingga diperoleh unit analisis sebanyak 80 . Metode penelitian ini adalah kuantitatif, dan data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Indonesian Stock Exchange (IDX) terakhir tahun 2011. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel independen, yaitu Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER), dan satu variabel dependen yaitu return saham. Teknik analisa data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda melalui program pengolah data SPSS.

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa hanya Arus Kas Operasi (CFO) yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dan secara simultan variabel Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Kata kunci: Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan return saham.


(17)

commit to user

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE FUNDAMENTAL FACTORS TOWARD STOCK RETURN OF THE COMPANY LISTED IN IDX DURING 2006 – 2010

Puji Astuti

NIM: S4309030

This study aims to test empirically the influence of fundamental factors toward stock return of the company listed in Indonesian Stock Exchange (IDX), The fundamental factors used in this study are Cash Flow Operation (CFO), Price Earnings Ratio (PER), and laverage which approximate by Debt of Equity Ratio (DER).

The population of this study is the manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during five years period (2006 – 2010). Based on purposive sampling, there are 16 companies which met the criteria as sample, then the data arranged in a panel manner (pooling data) until they are obtained 80 analysis unit. The method of this is quantitave, and the data are obtained from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and Indonesian Stock Exchange (IDX) lasted in the year 2011.

The result partially shows that only Cash Flows Operation (CFO) has positive and significant impact on stock return, while the variables of Price Earnings Ratio (PER), and Debt to Equity Ratio (DER) have no significant impact on stock return. Simultaneously the variables Cash Flow Operation (CFO), Price Earnings Ratio (PER), and Debt of Equity Ratio (DER) have significant impact on stock return.

Keywords : Cash Flow Operation (CFO), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), and Stock Return.


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan sarana bagi investor untuk melakukan investasi dananya, pasar modal juga merupakan sarana pertemuan antara investor (pemilik dana) dengan pihak lain yang memerlukan dana. Perusahaan melakukan emisi/penerbitan saham melalui pasar modal, dan akan memperoleh dana dari hasil penjualan sahamnya kepada investor atau pihak yang kelebihan dana.

Investor bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal disebabkan karena perasaan aman akan berinvestasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan.

Para investor termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu instrumen yang diinginkan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono 2009: 199) Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Return saham dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi, akan tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return realisasi dihitung


(19)

commit to user

berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi (Daniati dan Suhairi 2006).

Informasi yang biasa digunakan oleh para investor dikelompokkan dalam dua hal yaitu informasi fundamental dan informasi teknikal. Informasi teknikal merupakan informasi yang digunakan untuk mempelajari berbagai kekuatan di pasar saham, Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan, dari laporan keuangan dapat diketahui beberapa informasi fundamental antara lain: rasio-rasio keuangan, arus kas, serta ukuran-ukuran kinerja lainnya yang dihubungkan dengan return saham.

Natarsyah (2000) dalam Aguslan (2005) menyatakan bahwa dengan asumsi para investor adalah rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi seorang fundamentalis, argumentasi dasarnya adalah bahwa harga saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik (intrinsic va lue) suatu saham yang merupakan nilai sesungguhnya pada suatu saat, tetapi juga dan bahkan lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari, karena analisis fundamental lebih berkaitan dengan compa ny a na lysis, maka tidaklah mengherankan apabila analisis fundamental banyak berkaitan dengan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.

Informasi fundamental secara umum dapat digambarkan sebagai informasi yang berkaitan dengan data keuangan historis suatu perusahaan. Informasi laba


(20)

commit to user

dalam laporan keuangan yang dipublikasikan sebagai salah satu kunci bagi investor maupun kreditur dalam mengambil keputusan investasi. Investasi selalu berkaitan dengan risiko ketidakpastian di masa yang akan datang, karena itu investor akan menanamkan modalnya pada saham yang mempunyai tingkat return yang tinggi dengan risiko yang minimal.

Berdasarkan argumen di atas jelas bahwa motivasi investor dalam berinvestasi adalah selain rasa aman juga besarnya return yang akan diperoleh dengan pertimbangan risiko seminimal mungkin, sedangkan keputusan untuk berinvestasi para investor akan menggunakan baik informasi tehnikal maupun informasi fundamental, namun karena investor berorintasi jangka panjang maka cenderung menggunakan informasi fundamental. Jadi selama masih ada pasar modal maka return akan selalu relevan untuk dibicarakan meskipun antara penelitian yang satu dengan yang lainnya masih terjadi ketidakkonsistenan, yaitu penelitian Aydogan dan Gursoy (2000), Triyono dan Hartono (2000), Aras dan Yilmas (2008), Elleuch (2009), Al-Mwalla, Al Omari dan Ayat (2010) dan Dastgir (2010) membuktikan adanya hubungan antara faktor fundamental dengan return saham, namun penelitian Panahian dan Zolfaghari (2010), dan Erb, Harvey dan Viskanta (1996), tidak menemukan hubungan dengan return saham. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa variabel independen antara lain Arus Kas Operasi, Price Ea rnings Ratio dan Levera ge yang diproksi dengan Debt to Equity Ratio dan dikaitkan dengan return.

Perkembangan mengenai laporan arus kas di Indonesia ditandai dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal 7 september 1994 oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang mulai berlaku pada tanggal 1


(21)

commit to user

Januari 1995. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 alinea 1 disebutkan, bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan (IAI 2009: 2.1).

Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan dan kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu, dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang, sebagaimana diungkapkan oleh Belkaoui (2009: 143) kepentingan investor dan kreditor atas informasi aliran kas meliputi jumlah, waktu, dan tingkat ketidakpastiannya, informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Beberapa peneliti yang melakukan kajian terhadap arus kas terhadap return saham antara lain Triyono dan Hartono (2000), Daniati dan Suhairi (2006), Nasir (2008), Martani, Mulyono dan Khairurizka (2009), Elleuch (2009), Dastgir (2010), juga Panahian dan Zolfaghari (2010).

Panahian dan Zolfaghari (2010) melakukan penelitian di bursa saham Teheran sepanjang tahun 2004-2007, dengan mengambil 80 perusahaan sebagai sampelnya, dan hasilnya tidak ada hubungan antara operating income dan ca sh flows from operation dengan stock return ketika diuji secara partial, tetapi ketika


(22)

commit to user

diuji secara simultan item a ccrua l mendominasi daripada ca sh of operation dalam hubungannya dengan stock return. Alasan adanya perbedaan tersebut karena adanya perbedaan antara pendapatan netto dan pendapatan usaha (keuntungan dan kerugian), atau efek dari berita dan rumor terhadap bursa Iran. Berita dan rumor ini dapat mempengaruhi harga saham dan sebagai akibatnya berpengaruh terhadap return saham tanpa mempengaruhi jumlah pendapatan usaha perusahaan. Selain itu investor Iran di pasar modal Iran, lebih menghandalkan pada item a ccrua l untuk mengevaluasi saham daripada ca sh flows dari usaha.

Triyono dan Hartono (2000) menguji kandungan laba dan informasi arus kas yang dikelompokkan dari aktivitas operasi, pendanaan dan investasi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan model level total arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham tetapi pemisahan arus kas ke dalam komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan return saham dan temuan yang lain dengan menggunakan model return, perubahan arus kas total, perubahan komponen arus kas juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham.

Daniati dan Suhairi (2006) dengan mengambil sampel pada perusahaan otomotif dan tekstil yang terdaftar di bursa saham Jakarta tahun 1999-2004, hasil penelitian mereka membuktikan bahwa kegiatan investasi, laba kotor dan besarnya perusahaan secara signifikan berhubungan dengan return saham, sedangkan kegiatan pengelolaan keuangan dari kegiatan operasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang ada, di mana semakin tinggi nilai arus kas operasi, maka


(23)

commit to user

semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan (return saham), sebaliknya semakin rendah arus kas operasi, maka semakin kecil kepercayaan investor terhadap perusahaan yang akhirnya akan menurunkan return saham, sehingga perlu diadakan penelitian kembali tentang arus kas operasi yang dikaitkan dengan return saham.

Faktor fundamental yang lain di antaranya Price Earnings Ratio dan Debt to Equity Ratio. Price Ea rnings Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai kewajaran suatu harga saham. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan (future ea rnings) dari suatu perusahaan, investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah, semakin besar PER suatu saham menunjukkan semakin mahal saham tersebut dibandingkan pendapatan per lembar sahamnya. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Tandelilin (2010: 375) menyatakan bahwa informasi PER mengidentifikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah ea rnings perusahaan.

Price Ea rnings Ratio juga merupakan salah satu metode evaluasi terhadap harga saham, apakah saham overva lued atau underva lued. Para investor akan membeli saham ketika saham tersebut underva lued, yaitu harga sebenarnya lebih


(24)

commit to user

besar daripada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham ketika saham tersebut overva lued, yaitu harga pasar saham lebih besar daripada harga sebenarnya.

Sesuai dengan teori dinyatakan bahwa PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan Earnings Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang 1997). Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya. Jika harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga ca pita l gains juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena ca pita l gains (a ctua l return) dihitung dari selisih harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan semakin tinggi PER, maka return saham (a ctua l return) juga semakin meningkat, sehingga sangat dimungkinkan PER berpengaruh positif terhadap return saham.

Penelitian yang mendukung pernyataan tersebut dilakukan oleh Aydogan dan Gursoy (2000) juga Aras dan Yilmas (2008), hasil penelitian Aydogan dan Gursoy (2000) menunjukkan bahwa Price-to-Ea rnings Ratios a nd Book-to-Ma rket Ratios memiliki kekuatan prediktif terhadap return masa depan, penelitian Aras dan Yilmas (2008) juga menemukan bahwa Price Ea rnings Ratio (PER) merupakan salah satu variabel yang dapat di gunakan untuk memprediksi return saham. Demikian juga penelitian Hardiningsih, Pancawati, Suryanto dan Chariri (2002) juga Tendi, Stevanus dan Maya (2005) hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel Price Ea rnings Ratio (PER) juga berpengaruh positif terhadap harga atau return saham.


(25)

commit to user

Namun penelitian Al-Mwalla, Al-Omari dan Ayad (2010) dengan mengambil sampel 24 perusahaan yang terdaftar di Amman Stock Exchange, menunjukkan hubungan negative antara Price Ea rnings Ratio dengan Stock Return. Tetapi penelitian Erb, Harvey dan Viskanta (1996), hasil penelitiannya tidak ditemukan hubungan atau pengaruh PER dengan return saham baik di developed ma rket maupun emerging ma rket. Juga penelitian oleh Nugroho (2009) tidak menemukan hubungan yang signifikan antara PER dengan return saham.

Wijaya (2008) yang mengambil sampel sebanyak enam perusahaan telekomunikasi publik di Indonesia dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa Price Ea rnings Ratio secara negatif tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi PER, maka return saham juga semakin meningkat. Dengan demikian masih ada kontradiktif antara penelitian yang satu dengan yang lainnya, sehingga perlu diadakan penelitian kembali tentang pengaruh PER terhadap return saham.

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. DER juga memberikan jaminan tentang seberapa besar utang-utang perusahaan dijamin dengan modal sendiri.

Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) karena adanya efek dari corporate ta x shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan utang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak.


(26)

commit to user

Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu menggunakan utang dan membayar bunga, sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.

Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi total utang (utang jangka panjang dan utang jangka pendek) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur), atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah. Ang (1997) menyatakan bahwa penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return saham perusahaan juga semakin menurun. Sebagaimana dikatakan oleh Sawir (2001) semakin tinggi utang perusahaan (DER) cenderung menurunkan return saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.

Hal ini juga didukung dengan beberapa bukti empiris tentang pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adami, Gough, Muradoglu dan Sivaprasad (2010) di London Stock Exchange dengan sampel 792 perusahaan hasil penelitiannya menunjukkan hubungan negatif antara levera ge dengan return saham. Juga penelitian George dan Hwang (2007) yang menemukan bahwa levera ge mempunyai hubungan


(27)

commit to user

negatif dengan return saham, sedangkan penelitian Nugroho (2009) menunjukkan hasil signifikan positif antara Debt to Equity Ratio dengan return saham.

Namun sebaliknya penelitian Hidayat, Harries dan Manao (2000) menunjukkan bahwa adanya perubahan sumber dana dari pinjaman (Debt to Equity Ratio) tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan juga hasil penelitian dari Sari dan Hutagaol (2009) yang menunjukkan hasil tidak signifikan antara DER dengan return saham. Oleh karena telah terjadi ketidakkonsistenan dari penelitian-penelitian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menunjukkan bagaimana pengaruh DER terhadap return saham.

1.2. Perumusan Masalah

Hasil penelitian faktor fundamental yang berpengaruh terhadap return saham menunjukkan fenomena berupa ga p antara data empiris dengan teori yang mendasarinya, di samping itu juga adanya inkonsistensi temuan pada masing-masing variabel antara peneliti satu dengan lainnya. Hasil penelitian Aydogan dan Gursoy (2000), Triyono dan Hartono (2000), Aras dan Yilmas (2008), Elleuch (2009), dan Dastgir (2010) membuktikan adanya hubungan antara faktor fundamental dengan return saham, namun penelitian Panahian dan Zolfaghari (2010), Al-Mwalla, Al-Omari dan Ayad (2010), Erb, Harvey dan Viskanta (1996) tidak menemukan hubungan dengan return saham.

Panahian dan Zolfaghari (2010) melakukan penelitian di bursa saham Teheran sepanjang tahun 2004-2007, hasilnya tidak ada hubungan antara ca sh flows from operation dengan stock return. Triyono dan Hartono (2000) menguji kandungan laba dan informasi arus kas yang dikelompokkan dari aktivitas operasi, pendanaan dan investasi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total


(28)

commit to user

arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham tetapi pemisahan arus kas ke dalam komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan return saham. Daniati dan Suhairi (2006) hasil penelitian mereka membuktikan bahwa kegiatan operasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang ada, dimana semakin tinggi nilai arus kas operasi, maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan (return saham), sebaliknya semakin rendah arus kas operasi, maka semakin kecil kepercayaan investor terhadap perusahaan yang akhirnya akan menurunkan return saham.

Aydogan dan Gursoy (2000) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Price-to-Ea rnings Ratios dan Book-to-Ma rket Ratios memiliki kekuatan prediktif terhadap return masa depan, dan penelitian Aras dan Yilmas (2008) juga menemukan bahwa Price Ea rnings Ratio merupakan salah satu variabel yang dapat di gunakan untuk memprediksi return saham. Demikian juga Hardiningsih et a l. (2002), Tendi et a l. (2005) hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel Price Ea rnings Ratio (PER) juga berpengaruh positif terhadap harga atau return saham. Namun penelitian Al-Mwalla et a l. (2010) menunjukkan hubungan negative antara Price Ea rnings ratio dengan Stock return. Wijaya (2008) yang mengambil sampel perusahaan telekomunikasi yang go publik di Indonesia sebanyak enam perusahaan menunjukkan bahwa Price Earnings Ratio secara negatif tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi PER, maka return saham juga semakin meningkat.


(29)

commit to user

Penelitian Sari dan Hutagaol (2009) menunjukkan hasil tidak signifikan antara DER dengan return saham. Juga penelitian yang dilakukan oleh Adami, Gough, Muradoglu dan Sivaprasad (2010) di London Stock Excha nge hasil penelitiannya menunjukkan hubungan negatif antara levera ge dengan return saham. Juga diperkuat penelitian George dan Hwang (2007) yang menemukan bahwa levera ge mempunyai hubungan negatif dengan return saham.

Namun sebaliknya penelitian Hidayat, Harries dan Manao (2000) menunjukkan bahwa adanya perubahan sumber dana dari pinjaman (Debt to Equity Ratio) tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan juga hasil penelitian dari Nugroho (2009) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Oleh karena telah terjadi ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu antara peneliti yang satu dengan lainnya terhadap return saham atau harga saham dan juga adanya ga p antara data empiris dengan teori yang mendasarinya, maka penelitian ini dengan menggunakan jangka waktu pengamatan lima tahun (2006-2010), akan menganalisis pengaruh faktor fundamental terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu pertanyaan penelitian dapat dirumuskan berikut ini:

1. Apakah ada pengaruh Arus Kas Operasi terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010?

2. Apakah ada pengaruh Price Earnings Ratio terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010?

3. Apakah ada pengaruh Levera ge terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010?


(30)

commit to user 1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh Arus Kas Operasi terhadap return saham perusahaan yang terdapat di BEI periode 2006-2010.

2. Menganalisis pengaruh Price Ea rnings Ratio terhadap return saham perusahaan yang terdapat di BEI periode 2006-2010.

3. Menganalisis pengaruh Levera ge terhadap return saham perusahaan yang terdapat di BEI periode 2006-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi investor dan investor potensial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor fundamental yang dapat mempengaruhi return saham, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal. 2. Bagi Manajemen Perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan return saham.

3. Bagi akademisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris terbaru mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return saham, sehingga dapat menambah pengetahuan serta dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya return saham.


(31)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Analisis Fundamental

Menurut Hartono (2009: 130) dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (funda menta l security ana lysis) atau analisis perusahaan (compa ny a na lysis) dan analisis teknis (technica l a na lysis). Menurut Hartono (2009: 130) analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.

Analisis fundamental sebagai bagian dari informasi akuntansi merupakan analisis historis atau kondisi internal perusahaan, sehingga proses ini disebut sebagai Compa ny Ana lysis. Dalam compa ny a na lysis, para pemodal akan mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional perusahaan tersebut.

Analisis fundamental memiliki pedoman pada kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika kinerja perusahaan publik tersebut berada dalam kondisi baik, maka harga saham perusahaan dapat diperkirakan akan merefleksikan kekuatan tersebut dan ditandai dengan meningkatnya harga saham perusahaan dan apabila harga saham naik pada akhirnya akan meningkatkan return pada perusahaan yang bersangkutan.


(32)

commit to user

Tujuan analisis fundamental adalah untuk mengetahui saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (underva lued), sehingga layak dibeli, serta saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overva lued), sehingga menguntungkan untuk dijual (Tandelilin, 2010 : 363)

Menurut Tandelilin (2010 : 338) dalam melakukan analisis penilaian saham, investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi investor.

Secara ringkas ketiga langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan

Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi yang terjadi tinggi atau rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan menunjukkan untung atau rugi? Apakah supply uang naik atau turun?.

Pertanyaan pertanyaan tersebut adalah merupakan contoh sebagian pertanyaan seorang investor dalam menilai saham dengan melakukan analisis fundamental untuk memperhitungkan apakah kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham.


(33)

commit to user 2. Menghitung kondisi industri secara keseluruhan

Kondisi industri merupakan suatu kondisi di industri mana perusahaan berada, yang secara langsung dapat mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah (mengalami resesi). Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemah.

3. Menghitung kondisi perusahaan

Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita analisa secara ekonomi dan industri itu baik, tapi kita tidak memperhitungkan kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sia lah semua analisa fundamental yang kita lakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba, yang pada akhirnya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah dividen. Walaupun tidak semua pemegang saham tidak mengharapkan pembagian dividen, karena pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya dividen, tetapi ada juga yang di sebut dengan capita l gains yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan secara garis besar di bagi dalam 5 kelompok dasar, yaitu : liquidity, levera ge, profita bility, a ctivity, dan ma rket va luation. Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat dihitung,


(34)

commit to user

akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja, dan disesuaikan dengan kebutuhan analisis.

Dalam penelitian ini, analisis fundamental akan dicerminkan oleh rasio keuangan yang diproksikan oleh : Arus Kas Operasi (Rasio Aktivitas), Price Ea rnings Ratio (Rasio Pasar), dan Debt to Equity Ratio (Leverage).

2.1.2 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi dan ekspektasian yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Hartono 2009: 199). Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin 2010: 102), Hanafi (2007: 300) mendifinisikan Return sebagai perubahan nilai antara periode t+1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut.

Return dibedakan menjadi dua yaitu Return Realisasi (rea lized return), dan return expektasian (expected return), return realisasi (rea lized return) merupakan return yang telah terjadi dan Return ekspektasian (expected return), merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang (Hartono 2009: 199).

Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumula tive), dan return disesuaikan (a djusted return) (Hartono 2009: 199).

Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut Return saja. Return total terdiri


(35)

commit to user

dari Ca pita l ga ins (loss) dan Yield. Ca pita l gains atau Capita l loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu:

Ca pita l gains (loss) = (1)

Jika harga investasi sekarang ( ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu ( ) ini berarti terjadi keuntungan modal (ca pita l gains),dan jika terjadi sebaliknya, maka disebut kerugian modal (ca pita l loss).

Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, Yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.

Dengan demikian return total dapat dinyatakan sebagai berikut:

Return

=

(2)

Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar rupiah per lembarnya, maka yield adalah sebesar dan return total dapat dinyatakan sebagai berikut :

Return Saham

=

=

(3)

Relatif Return (Return relative) dapat digunakan, yaitu dengan menambahkan nilai 1 terhadap nilai return total (Hartono 2009: 204).

Relatif Return = (Return Total + 1) atau,


(36)

commit to user

Return ekspektasi merupakan return untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekpektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan.

Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan cara sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai ekspektasian masa depan.

2. Berdasarkan nilai-nilai return historis.

3. Berdasarkan model return ekspektasian yang

ada.

Investor dalam melakukan investasi akan dihadapkan pada dua macam risiko yaitu: risiko fundamental dan risiko pasar (sistematic risk), risiko fundamental dapat diketahui dengan melihat kebijakan keuangan emiten yaitu levera ge keuangan (debt to equity ratio), levera ge yang semakin besar akan memperbesar perubahan arus laba bersih perusahaan. Levera ge akan menimbulkan beban bunga utang, jumlah bunga pinjaman yang dibayar mempengaruhi hubungan antara return atas jumlah aktiva setelah pajak dengan return atas modal sendiri. Risiko yang lain yaitu risiko pasar (sistematic risk), risiko ini diukur dengan β, yang menjelaskan return saham yang diharapkan.

Return merupakan indikator dari wea lth investor termasuk pemegang saham. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return dari suatu investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu, oleh karena itu investor dan investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi yang akan mereka lakukan.


(37)

commit to user

Salah satu dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, adalah laporan arus kas, laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk arus kas keluar tersebut. Laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi yaitu (1) Arus kas dari aktivitas operasi, (2) Arus kas dari aktivitas investasi, (3) Arus kas aktivitas pendanaan.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principa l revenue a ctivities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, sebagaimana yang diungkapkan Kieso dan Weygant (2007: 213) bahwa arus kas operasi melibatkan efek dari kas yang berkaitan dengan transaksi yang menentukan net income. Aktivitas Operasi adalah seluruh aktivitas yang berkaitan dengan operasi perusahaan dan tercantum dalam laporan ikhtisar laba rugi.

Ada dua metode pelaporan arus kas dari aktivitas operasi yaitu metode langsung dan metode tidak langsung, metode langsung (direct method) melaporkan sumber kas operasi dan penggunaan kas operasi. Sumber utama kas operasi adalah kas yang diterima dari langganan, sedangkan penggunaan utama dari kas operasi meliputi kas yang dibayarkan pada pemasok atas barang dagangan dan jasa serta kas yang dibayarkan sebagai gaji atau upah. Selisih antara penerimaan kas dan pembayaran kas dalam suatu operasi merupakan arus kas bersih aktivitas operasi. Metode tidak langsung (indirect method) melaporkan arus


(38)

commit to user

kas operasi yang dimulai dengan laba bersih dan kemudian disesuaikan dengan pendapatan serta beban yang tidak melibatkan penerimaan atau pembayaran kas, dengan kata lain laba bersih akrual disesuaikan untuk menentukan jumlah bersih arus kas dari aktivitas operasi.

Aliran kas masuk dari aktivitas operasi meliputi: - Penjualan barang dan jasa,

- Pendapatan bunga utang dari pihak lain dan - Dividen (bunga saham) dari pihak lain. Aliran kas keluar dari aktivitas operasi meliputi:

- Pembelian persediaan dari pemasok, - Pembayaran gaji/upah karyawan, - Pembayaran pajak,

- Pembayaran bunga pinjaman dan - Pembayaran lain-lain.

2.1.3 Price Ea rnings Ratio

Price Ea rnings Ra tio merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (ma rket price) dengan laba per lembar saham (EPS). Price Ea rnings Ratio juga merupakan salah satu metode evaluasi terhadap harga saham, apakah saham overva lued atau underva lued. Para investor akan membeli saham ketika saham tersebut underva lued, yaitu harga sebenarnya lebih besar daripada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham ketika saham tersebut overva lued, yaitu harga pasar saham lebih besar daripada harga sebenarnya.

Secara matematis Price Ea rnings Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:


(39)

commit to user

(5)

Stock Price merupakan harga pasar saham, yang secara umum adalah harga penutupan saham tersebut, sedangkan Ea rnings Per Share merupakan besarnya dividen yang dibayar perusahaan.

Bagi Investor, nilai Price Earnings Ratio (PER) yang rendah akan memberikan kontribusi tersendiri, hal ini disebabkan selain dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah, kemungkinan untuk mendapatkan ca pita l gains juga semakin besar. Selain itu investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go publik. Sebaliknya, emiten menginginkan tingkat PER yang tinggi pada waktu go publik. PER yang tinggi menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan cukup baik, dan semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, dan apabila harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga ca pita l gains juga semakin meningkat. Berdasarkan argumen tersebut menunjukkan bahwa Price Ea rnings Ratio mempunyai hubungan yang cukup signifikan terhadap return saham.

2.1.4 Levera ge

Debt To Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat Levera ge (penggunaan utang) terhadap total equitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara debt terhadap total equity. Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan.


(40)

commit to user

Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi (Ang 1997). Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut :

DER = (6) Total Debt merupakan total lia bilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang). Sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjamam (utang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total utang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur), atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya.

Ang (1997), penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, dengan adanya penurunan harga saham, maka return saham perusahaan juga semakin menurun. Sebagaimana dikatakan Sawir (2001) semakin tinggi utang (DER) cenderung menurunkan return saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif terhadap return saham.


(41)

commit to user

Penelitian tentang arus kas yang dihubungkan dengan return saham telah banyak dilakukan antara lain Triyono dan Hartono (2000), Livnat dan Santicchia (2006), Daniati dan Suhairi (2006), Utari (2006), Nasir (2008), Elleuch (2009), Martani et a l. (2009), Panahian dan Zolfaghari (2010) dan Dastgir (2010). Dari penelitian tersebut yang menunjukkan hubungan signifikan dengan return saham yaitu penelitian Triyono dan Hartono (2000) menguji hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas dan laba akuntansi dengan harga atau return saham.

Elleuch (2009) menguji faktor fundamental dalam memprediksi return saham di bursa Tunisia dengan mengambil sampel 22 perusahaan non keuangan, Utari (2006) menguji kandungan informasi laba dan arus kas guna pengambilan keputusan investasi, sedangkan Dastgir (2010) menguji hubungan antara komponen laba rugi dan komponen arus kas dengan return saham, sesuai dengan teori, dapat dikatakan bahwa arus kas mempunyai hubungan berbanding lurus dengan return saham, semakin tinggi arus kas operasi, maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan (return saham), sebaliknya semakin rendah arus kas operasi, maka semakin kecil kepercayaan investor terhadap perusahaan yang akhirnya akan menurunkan return saham.

Penelitian Daniati dan Suhairi (2006) yang dilakukan di perusahaan manufaktur periode tahun 1999-2004, sampel penelitian diambil dengan metode purposive sa mpling. Variabel yang digunakan disini ca sh flows from operating, investing a nd fina ncia l a ctivities, gross profit, company size, namun variabel yang berpengaruh terhadap variabel return saham adalah ca sh flows from investing,


(42)

commit to user

a ctivities, gross profit and company size, sedangkan arus kas dari aktivitas operasi tidak berpengaruh terhadap expected return saham.

Demikian juga penelitian Panahian dan Zolfaghari (2010) dengan mengambil sampel 80 perusahaan yang terdaftar di bursa saham Teheran sepanjang tahun 2004-2007, dengan variabel independen yang digunakan operating income, ca sh flows from operation, a ll a ccrua l, non current a ccrua l a nd current a ccrua l sebagai independen variabel dan sebagai dependen variabelnya stock return, hasilnya tidak ada hubungan antara operating income dan ca sh flows from operation dengan stock return.

Penelitian lain yang menguji Price Ea rnings Ratio terhadap return saham dilakukan oleh Aydogan dan Gursoy (2000), Aras dan Yilmas (2008), Al-Mwalla et a l. (2010), dan Erb et a l. (1996), sedangkan penelitian yang dilakukan di Indonesia dilakukan oleh Hardiningsih et a l. (2002), Tendi et a l. (2005), Wijaya (2008) dan Nugroho (2009) hasilnya masih terdapat ketidak konsistenan antara penelitian yang satu dengan yang lain, Erb et a l. (1996), Wijaya (2008) dan Nugroho (2009) dalam penelitiannya tidak ditemukan hubungan antara PER dengan return, namun Aydogan dan Gursoy (2000), Hardiningsih et a l. (2002), Tendi (2005) et a l. dan Al-Mwalla et a l. (2010) menemukan sebaliknya yaitu dalam penelitiannya membuktikan adanya hubungan antara PER dengan return saham dan mendukung teori yang ada yaitu PER yang tinggi menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan semakin baik, yang akhirnya akan meningkatkan return.

Penelitian Sari dan Hutagaol (2009) juga membahas return dan salah satu variabel independennya adalah Debt to Equity Ratio, sampel yang diambil 12


(43)

commit to user

perusahaan Food and Bevera ges selama tahun 2003-2008 dan hasilnya menyatakan tidak signifikan antara DER dengan return saham, namun penelitian yang dilakukan oleh Adami et a l. (2010) yang dilakukan di London Stock Excha nge dengan sampel 792 perusahaan dan hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif antara levera ge dengan return saham, demikian juga penelitian yang dilakukan oleh George dan Hwang (2007) membuktikan hubungan negatif antara levera ge dengan return saham.

2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Penelitian ini menggunakan empat variabel, tiga di antaranya merupakan variabel independen yaitu, Arus Kas Operasi, Price Ea rnings Ratio dan Levera ge, sedangkan variabel dependennya yaitu return saham.

Hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen diuraikan sebagai berikut:

2.3.1 Hubungan antara Arus Kas Operasi dengan Return Saham

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai aliran dana perusahaan. Lebih jauh lagi, laporan keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan perusahaan, dan kemampuan operasional perusahaan. Laporan arus kas bermanfaat karena bisa memberikan informasi yang bisa memenuhi tujuan di atas. (Hanafi 2007: 59). Tujuan utama arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu. Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan pemakai lainnya dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih


(44)

commit to user

positif dimasa yang akan datang. Kepentingan investor dan kreditor atas informasi aliran kas meliputi jumlah, waktu, dan tingkat ketidakpastiannya (Belkaoui 2009: 143) Laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi yaitu (1) Arus kas dari aktivitas operasi, (2) Arus kas dari aktivitas investasi, (3) Arus kas dari aktivitas pendanaan.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, sebagaimana yang diungkapkan oleh Kieso dan Weygant (2007: 213 ) bahwa arus kas operasi melibatkan efek dari kas yang berkaitan dengan transaksi yang menentukan net income. Arus kas aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (Daniati dan Suhairi 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) diperoleh hasil tidak adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap Expected return saham, juga penelitian yang dilakukan oleh Martani et a l. (2009), bahwa arus kas dari operasi tidak berpengaruh terhadap return saham. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Panahian dan Zolfaghari (2010) yang menyatakan bahwa arus kas dari operasi tidak memiliki hubungan dengan return saham, hal ini disebabkan karena pada umumnya para investor Iran di pasar modal Iran lebih mengandalkan pada item a crua l untuk mengevaluasi saham daripada ca sh flow dari operasi, dari hasil penelitian tersebut bertentangan dengan


(45)

commit to user

teori yang ada, sebagaimana diungkapkan oleh Kieso dan Weygant (2007: 213), bahwa arus kas operasi melibatkan efek dari kas yang berkaitan dengan transaksi yang menentukan net income.

Arus kas aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar, sehingga dapat dikatakan bahwa return yang diterima oleh investor tergantung dari kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan, semakin besar kas bersih yang dihasilkan oleh perusahaan, maka return yang diterima oleh investor juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya sehingga ada hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dengan return saham.

Berikut beberapa penelitian yang mendukung teori yang ada yaitu membuktikan hubungan positif antara arus kas operasi dengan return saham yaitu penelitian yang dilakukan oleh Triyono dan Hartono (2000), Utari (2006), Livnat dan Santicchia (2006), Nasir (2008), Elleuch (2009), dan Dastgir (2010). Penelitian Triyono dan Hartono (2000) menguji kandungan laba dan informasi arus kas yang dikelompokkan dari aktivitas operasi, pendanaaan dan investasi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, total arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham, tetapi pemisahan arus kas ke dalam komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan return saham, hal tersebut sesuai dengan hipotesa yang diajukan yaitu ada hubungan antara perubahan arus kas dari aktivitas operasi dengan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Elleuch


(46)

commit to user

(2009) di pasar bursa Tunisia dan hasilnya hampir semua sinyal fundamental yang diteliti mempunyai korelasi yang positif dengan return saham termasuk arus kas, pemilihan duabelas sinyal dasar ini, telah dihandalkan dan banyak ditunjukkan dari penelitian sebelumnya, dalam kemampuannya memprediksi laba masa depan, performa nce dan return.

Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Utari (2006) arus kas bersih dari aktivitas operasi dan pendapatan serta laba akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, di mana arus kas operasi memiliki pengaruh yang paling signifikan. Dalam penelitian Dastgir (2010) juga terbukti bahwa arus kas dari operasi mempunyai hubungan yang kuat dengan stock return hal ini sesuai dengan teori bahwa, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan, maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham, dan sebaliknya, semakin rendah arus kas operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.

Berdasarkan argumen-argumen di atas dan hasil penelitian dari peneliti terdahulu yang masih inkonsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Triyono dan Hartono (2000), Utari (2006), Elleuch (2009) dan Dastgir (2010) yang membuktikan ada hubungan antara Arus Kas Operasi dengan return saham, namun penelitian Livnat dan Santicchia (2006) dan Nasir (2008) menemukan tidak adanya hubungan antara arus kas operasi dengan return saham, sehingga perlu dilakukan


(47)

commit to user

penelitian kembali hubungan antara arus kas operasi (Ca sh Flows from Operation) dengan return saham (Stock Return).

Berdasarkan uraian sebagaimana dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis-1: Arus Kas Operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

2.3.2 Hubungan antara Price Ea rnings Ratio dengan Return Saham

Ea rnings merupakan hal yang sangat penting sebagai alat analisis seorang investor dan calon investor, dimana seorang calon investor akan membeli saham atau berinvestasi ke suatu perusahaan dikarenakan perusahaan mempunyai laba, jika perusahaan tidak mempunyai laba, maka ketertarikan seorang investor terhadap perusahaan akan berkurang. Investor selalu beranggapan bahwa setiap perusahaan yang mempunyai laba, maka akan mampu untuk memberikan imbalan yang baik terhadapnya, sehingga return yang diharapkan oleh seorang investor mampu terwujud.

Ea rnings dapat diukur dengan menggunakan Laba Per Lembar Saham (Ea rnings Per Sha re). Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dengan pertumbuhan harga saham (Munawir 2004: 122). Ea rnings Per Share (EPS) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa, dan EPS merupakan salah satu indikator dalam menghitung PER.

Price Ea rnings Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai kewajaran suatu harga saham. Rasio ini dilihat oleh


(48)

commit to user

investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan (future ea rnings) dari suatu perusahaan, investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah, Semakin besar PER suatu saham menunjukkan harga saham tersebut semakin tinggi. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut, sedangkan Tandelilin (2010: 375) informasi Price Earning Ratio (PER) mengidentifikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah ea rnings perusahaan.

Sangaji (2003) dalam Nugroho (2009) menyatakan Price Ea rnings ratio (P/E ra tio) merupakan rasio harga saham suatu perusahaan dengan pendapatan per saham perusahaan tersebut. Harga saham yang dimaksud adalah harga pasar saham, yang secara umum adalah harga penutupan saham tersebut. Pendapatan perusahaan adalah pendapatan bersih setelah pajak yang merupakan pendapatan 12 bulan sebelumnya atau disebut trailing ea rnings. P/E ratio juga merupakan salah satu metode evaluasi terhadap harga saham, apakah saham overva lued atau underva lued. Para investor akan membeli saham ketika saham tersebut underva lued, yaitu harga sebenarnya lebih besar daripada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham ketika saham tersebut overva lued, yaitu harga pasar saham lebih besar daripada harga sebenarnya.


(49)

commit to user

PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (ma rket price) dengan ea rnings per sha re (EPS) dari saham yang bersangkutan, atau formulasinya bisa ditulis sebagai berikut:

(7)

Bagi Investor, nilai PER yang rendah akan memberikan kontribusi tersendiri, hal ini disebabkan selain dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah, kemungkinan untuk mendapatkan ca pita l gains juga semakin besar. Selain itu investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang publik. Sebaliknya, emiten menginginkan tingkat PER yang tinggi pada waktu publik. PER yang tinggi menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan cukup baik, dan semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, dan apabila harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga ca pita l gains juga semakin meningkat. Berdasarkan argumen tersebut menunjukkan bahwa Price Ea rnings Ra tio mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap return saham.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aydogan dan Gursoy (2000) menunjukkan bahwa Price-to-Ea rnings Ratios dan book-to-ma rket ratios memiliki kekuatan prediktif terharap return masa depan, dan penelitian yang dilakukan oleh Aras dan Yilmas (2008) yang mengambil sampel 12 emerging stock ma rkets, hasilnya juga menunjukkan bahwa Price Ea rnings Ratio merupakan salah satu variabel yang dapat di gunakan untuk memprediksi return saham. Demikian juga Hardiningsih et a l.(2002), Tendi et a l. (2005) yang hasil


(50)

commit to user

penelitiannya menyatakan bahwa variabel Price Ea rnings Ratio (PER) juga berpengaruh positif terhadap harga atau return saham.

Penelitian Al-Mwalla et a l. (2010) dengan mengambil sampel 24 perusahaan yang terdaftar di Amman Stock Excha nge, menunjukkan hubungan negative antara Price Ea rnings ratio dengan Stock return, sedangkan penelitian Erb et a l. (1996) sampel penelitian sebanyak 47 pasar modal di dunia yang dibagi dalam dua kelompok yaitu Developed markets dan emerging ma rket, hasil penelitiannya tidak ditemukan hubungan atau pengaruh PER dengan return saham baik di developed ma rket maupun emerging market, dan Nugroho (2009) yang mengambil sampel perusahaan industri textil dan industri otomotif hasil penelitiannya juga tidak ditemukan hubungan antara Price Ea rnings Ratio dengan return saham baik di sub sektor industri otomotif maupun sub sektor industri textil, juga penelitian Wijaya (2008) yang mengambil sampel perusahaan telekomunikasi yang go public di Indonesia sebanyak enam perusahaan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa Price Ea rnings Ra tio tidak memiliki pengaruh terhadap return saham.

Dengan demikian masih ada kontradiktif antara penelitian yang satu dengan yang lainnya, penelitian Aydogan dan Gursoy (2000), Hardiningsih et a l. (2002), Tendi et a l. (2005), Aras dan Yilmas (2008) dan Al-Mwalla (2010) membuktikan adanya hubungan antara PER dengan return saham, namun Erb et a l. (1996), Wijaya (2008) dan Nugroho (2009) hasil penelitiannya tidak ditemukan hubungan antara PER dengan return saham, sehingga perlu diadakan penelitian kembali tentang pengaruh PER terhadap harga atau return saham.


(51)

commit to user

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis-2: Price Ea rnings Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

2.3.3. Hubungan antara Leverage dengan Return Saham

Menurut Munawir (2004: 124), utang atau levera ge adalah semua kewajiban keuangan perusahaan pada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana utang ini merupakan sumber dana/modal yang berasal dari kreditor.

Salah satu rasio pengukur dari Levera ge yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total utang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya. Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut:

DER =

(8)

Total Debt merupakan total lia bilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang), total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjamam (utang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total utang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

Semakin besar utang, semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang tetap mengambil utang sangat bergantung pada biaya relatif. Biaya utang lebih kecil daripada dana ekuitas, dengan menambahkan


(52)

commit to user

utang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitas, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar, sebaliknya biaya utang lebih besar daripada dana ekuitas, dengan menambahkan utang ke dalam neracanya, justru akan menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh 2004).

Menurut Riyanto (2001: 155) kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya menunjukkan “solvabilitas” suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang “solva ble” berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan yang merupakan perbandingan antara total utang dengan ekuitas yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Ba lancing theory menyatakan bahwa keputusan untuk menambah utang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga dapat berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat utang.

Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) karena adanya efek dari corporate ta x shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan utang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu menggunakan utang dan membayar bunga, sedangkan


(53)

commit to user

perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.

Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi total utang (utang jangka panjang dan utang jangka pendek) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur), atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah.

Sebaliknya para kreditur lebih menyukai levera ge ratio yang rendah, sebab levera ge ra tio yang rendah berarti kreditur mempunyai tingkat keamanan terhadap piutang yang lebih tinggi. Dan semakin besar levera ge ratio berarti perusahaan semakin cepat menjadi insova ble. Setiap ada penambahan jumlah utang secara a bsolute, maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan karena bertambahnya utang disertai dengan bertambahnya aktiva sehingga jumlah excess va lue dalam angka a bsolute adalah tetap tetapi dalam angka relatif atau presentasinya adalah semakin kecil.

Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Ang (1997), menyatakan penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return saham perusahaan juga semakin menurun. Sebagaimana dikatakan Sawir (2001) semakin


(54)

commit to user

tinggi utang (DER) cenderung menurunkan return saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini juga didukung dengan beberapa bukti empiris tentang pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adami et a l. (2010) dan penelitian George dan Hwang (2007), Penelitian yang dilakukan oleh Adami et a l. (2010) di London Stock Excha nge dengan sampel 792 perusahaan hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif antara levera ge dengan return saham. Demikian juga penelitian George dan Hwang (2007) yang menemukan bahwa levera ge mempunyai hubungan negatif dengan return saham.

Berdasarkan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis-3: Levera ge (Debt to Equity Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.

2.4 Kerangka Berfikir

Arus kas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar, sehingga dapat dikatakan bahwa return yang diterima oleh investor tergantung dari kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan, semakin besar kas bersih yang dihasilkan oleh perusahaan, maka return yang diterima oleh investor juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya apabila kas bersih yang dihasilkan perusahaan kecil, maka


(55)

commit to user

return yang diterima juga kecil, sehingga ada hubungan yang positif dan signifikan antara arus kas operasi dengan return saham.

Price Ea rnings Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai kewajaran suatu harga saham. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan (future ea rnings) dari suatu perusahaan. PER yang tinggi menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan cukup baik, dan semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, dan apabila harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga ca pita l gains juga semakin meningkat. Dengan demikian Price Ea rnings Ratio (PER) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap return saham.

Levera ge adalah semua kewajiban keuangan perusahaan pada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana/modal yang berasal dari kreditor. Salah satu rasio pengukur dari Levera ge yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total utang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya.

Tingkat DER yang tinggi menunjukkan komposisi total utang (utang jangka panjang dan utang jangka pendek) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur), atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin


(56)

commit to user Arus Kas Operasi

Price Earnings Ratio

Leverage

tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor. Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return saham perusahaan juga semakin menurun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.

Untuk menggambarkan hubungan antara variabel yang satu (Independen) dengan Variabel yang lain (Dependen), berdasarkan kajian teori dan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan di atas, maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1

Bagan Pengaruh Variabel Arus Kas Operasi, Price Ea rnings Ratio dan Levera ge Terhadap Return Saham

– + +


(1)

commit to user

sebagai deviden, sehingga EPS rendah, EPS rendah maka return yang diterima oleh investor juga rendah, sehingga tingginya PER tidak akan berpengaruh terhadap return.

3. Hipotesis Ketiga: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham

Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 hasil analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa Debt to Equity

Ra tio (DER) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,954, dengan tva lue

-1,657 dan nilai signifikansi sebesar 0,102 yang lebih besar dari 0,05.Dengan demikian Ha penelitian ini ditolak (tidak didukung dengan data). Atau dengan

kata lain tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen

Debt to Equity Ratio (X2) terhadap variabel dependen return saham (Y),

sehingga hipotesis yang menyatakan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham tidak terbukti.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh George dan Hwang (2007) dan Adami et a l. (2010) yang hasilnya menunjukkan hubungan negatif dan signifikan antara levera ge

dengan return saham, semakin tinggi utang (leverage) semakin rendah return saham. Argumen yang dikemukakan menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai nilai utang yang tinggi, maka perusahaan akan terbebani bunga yang tinggi pula tentu saja hal ini akan mengurangi hak pemegang saham berupa deviden dan akhirnya akan mengurangi return yang akan diterima.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Hutagaol (2009), yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak


(2)

commit to user

berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya utang, perusahaan berusaha menyeimbangkan antara manfaat dengan biaya yang ditimbulkan adanya hutang. Dan juga adanya perbedaan dari beberapa investor dalam memandang DER, sebagian investor memandang DER sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditor, semakin besar nilai DER semakin besar tanggungan perusahaan dan di lain pihak investor memandang bahwa perusahaan yang tumbuh pasti akan memerlukan utang untuk operasional yang tidak mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Perbedaan pandangan tersebut yang menyebabkan kurang signifikannya pengaruh DER terhadap return saham.


(3)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Arus Kas Operasi (CFO), Price Ea rnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

return saham. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab IV, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Arus Kas Operasi (CFO) membuktikan

adanya pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham,

2. Price Ea rning Ratio (PER) tidak

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return saham.

3. Debt to Equity Ratio (DER) tidak

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return saham.

4. Hasil uji F menunjukkan ada pengaruh yang

signifikan antara Arus Kas Operasi (CFO), Price Ea rnings Ratio (PER) dan

Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama terhadap return saham.

5.2Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini menyangkut beberapa hal yaitu:

1. Variabel atau faktor fundamental

yang digunakan untuk mengukur perubahan return saham dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel Arus Kas Operasi (CFO), Price Ea rnings Ratio


(4)

commit to user

digunakan dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut hanya mampu menjelaskan variasi perubahan return saham sebesar 11,5%, sedangkan sisanya sebesar 88,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ikut diteliti.

2. Periode pengamatan yang dilakukan

terlalu pendek hanya lima tahun, mengakibatkan keterbatasan data yang berhasil dikumpulkan, sehingga menjadikan daya komparabilitasnya sangat rendah.

3. Jumlah perusahaan yang diobservasi

relatif sedikit yaitu sebanyak 16 perusahaan, bila dibandingkan dengan jumlah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebanyak 366 perusahaan, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir pada perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.

5.3Saran-Saran

1. Pengaruh variabel independen terhadap variabel independen masih sangat lemah, sehingga bagi investor yang akan memanfaatkan informasi dari penelitian ini perlu mempertimbangkan faktor fundamental lainnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.

2. Memperpanjang waktu pengamatan, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.

5.4Implikasi

Implikasi yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 5.4.1 Implikasi Teoritis

a. Hasil penelitian ini konsisten dengan hipotesis teori yang menyatakan Arus Kas Operasi berpengaruh positif terhadap return saham, sehingga dengan


(5)

commit to user

temuan ini diharapkan akan memperkuat pernyataan bahwa Arus Kas Operasi

(Ca sh Flows of Operations) merupakan indikator yang menentukan apakah

dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, menjaga kontinuitas perusahaan dan membayar dividen, sehingga semakin besar kas bersih yang dihasilkan dari perusahaan, maka return yang diterima oleh investor juga semakin tinggi.

b. Secara teori Price Ea rnings Ratio berpengaruh positif terhadap return saham, namun hasil penelitian ini kontradiktif dengan hipotesis teori yang dibangun, juga terjadi ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu, namun diharapkan tinggi rendahnya nilai Price Ea rnings Ratio tidak akan mempengaruhi investor di dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, selain itu diharapkan investor tidak akan terpengaruh dengan adanya posisi PER di dalam mengevaluasi harga saham apakah saham dalam posisi overva lued atau

underva lued.

c. Secara teori Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap return saham, namun hasil penelitian ini masih kontradiktif dengan hipotesis yang dibangun, sehingga diharapkan tinggi rendahnya variabel Debt to Equity

Ra tio diharapkan tidak akan mempengaruhi motivasi investor untuk membeli

saham, dan diharapkan investor juga tidak terlalu mempertimbangkan risiko yang terjadi yang diakibatkan oleh tingginya DER.

5.4.2 Implikasi manajerial a. Bagi Manajemen


(6)

commit to user

berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, variabel Arus Kas operasi dapat dijadikan pengambilan keputusan bagi manajemen untuk menentukan return yang akan diberikan kepada Investor. Hasil penelitian ini menyatakan semakin besar arus kas operasi semakin besar return yang diberikan kepada investor.

b. Bagi Investor

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan alat oleh investor untuk pengambilan keputusan berinvestasi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap return yang akan diterimanya.