LOCUS OF CONTROL DALAM PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya).
SKIRPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh:
Luthfi Maulana
0713010211/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori... 14
2.2.1. Locus Of Control... 14
2.2.1.1. Pengertian Locus Of Control ... 14
2.2.1.2. Teori-teori Locus Of Control ... 17
2.2.2. Sikap Etis ... 22
2.2.3. Pengaruh Locus Of Control Terhadap Perilaku Etis... 24
2.3. Kerangka Pikir ... 26
(3)
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel... 28
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 29
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 30
3.4. Uji Kualitas Data... 31
3.4.1. Uji Validitas Data... 31
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 31
3.4.3. Uji Normalitas ... 32
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32
3.5.1. Teknik Analisis ... 32
3.5.2. Uji Hipotesis... 33
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 34
4.1.1.Sejarah UPN “Veteran” Jawa Timur... 34
4.1.2. Sejarah Universitas Widya Mandala ... 36
4.1.3. Sejarah Universitas Surabaya... 40
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 42
4.2.1. Deskripsi Variabel Locus Of Control... 44
4.2.2. Deskripsi Variabel Perilaku Etis ... 45
4.2.3. Uji Kualitas Data... 47
4.2.3.1. Uji Validitas... 47
(4)
4.2.5. Uji Hipotesis... 56
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
4.3.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 56
4.3.2. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Sekarang ... 58
4.3.3. Keterbatasan Penelitian ... 59
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 61
(5)
(6)
Tabel 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian... 43
Tabel 4.2 Penerimaan dan Pengembalian Kuesioner ... 43
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Locus Of Control ... 44
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Etis ... 46
Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-1... 47
Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-2... 48
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-3... 49
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-4... 49
Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-5... 50
Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-6... 50
Tabel 4.11 Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-7... 51
Tabel 4.12 Uji Validitas Variabel Perilaku Etis (Y) Putaran Ke-1 ... 52
Tabel 4.13 Uji Validitas Variabel Perilaku Etis (Y) Putaran Ke-2 ... 52
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas ... 53
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas ... 54
Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana... 55
Tabel 4.17 Hasil Uji t ... 56
(7)
Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3. Output Uji Validitas Variabel Locus Of Control Lampiran 4. Output Uji Validitas Variabel Perilaku Etis Lampiran 5. Output Reliabilitas
Lampiran 6. Input Regresi Linier Sederhana Lampiran 7. Output Uji Normalitas
(8)
LOCUS OF CONTROL DALAM PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI
(Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya)
Oleh : Luthfi Maulana
ABSTRAK
Pelanggaran etika yang di lakukan oleh para akuntan dalam profesinya saat ini semakin banyak terjadi, baik itu dari akuntan perusahaan, akuntan publik, dan yang lebih sering kita dengar terjadi di lingkungan pemerintahan. Berbagai kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan tanggung jawab untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam perannya sebagai seorang akuntan yang professional. Hal tersebut tidak terlepas dari dunia pendidikan dimana akuntan tersebut mengenal dan mempelajari ilmu akuntansi, serta system pendidikan yang membentuk karakter dan kepribadian para akuntan tersebut pada saat menjadi mahasiswa. Penelitian ini difokuskan pada aspek individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa dari factor personalitas (kepribadian) yang ditunjukan dengan Locus Of Control, yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dalam bentuk kuesioner dengan metode Simple Random Sampling. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 97 mahasiswa yang diambil dari tiga Universitas Swasta di Surabaya yang mempunyai nilai akreditasi jurusan akuntansi dengan nilai “A”, yaitu UPN “Veteran” Jawa Timur, UBAYA, dan UK Widya Mandala. Analisis data yang digunakan adalah dengan Regresi Linier Sederhana.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control memiliki pengaruh positif terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi. Dan mahasiswa jurusan akuntansi akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya memiliki internal locus of control yang lebih tinggi dibandingkan dengan eksternal locus of control yang berartilebih tidak menerima tindakan yang kurang etis atau cenderung berperilaku lebih etis (positif).
(9)
1.1. Latar Belakang
Hampir semua provinsi di negeri ini tersandera korupsi karena ada saja kepala daerah yang saat ini berstatus tersangka atau terdakwa. Berdasarkan catatan Kompas, hanya lima dari 33 provinsi di Indonesia yang hingga Minggu (23/1/2011) tak ada kepala daerahnya yang terjerat perkara hukum. Menteri Dalam Negeri Garmawan Fauzi dalam rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Daerah di Jakarta menuturkan ada 155 kepala daerah yang tersangkut masalah hukum, 17 orang di antaranya adalah gubernur. Hampir setiap pekan, seorang kepala daerah ditetapkan sebagai tersangka (Kompas, 18/1/2011). Hal tersebut menunjukan persoalan kemerosotan moral yang kini tengah di hadapi bangsa Indonesia di dalam pemerintahanya. Belum lagi masalah terdakwa mafia hukum dan pajak Gayus Tambunan yang masih dalam proses persidangan. Hasil petikan wawancara Antasari Azhar dengan majalah Tempo pada saat masih menjabat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (Mei 2008) mengatakan “Masalah korupsi di Indonesia merupakan masalah moral, perilaku dan system”.
Sedangkan di dalam lingkungan perusahaan sebagai wadah yang paling banyak menjadi tujuan lulusan akuntansi bekerja juga sering terdapat masalah dalam hal pelaporan maupun akuntabilitas. Contoh kasus penggelembungan nilai (mark up) PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2001 (Arifin, 2005 dalam Novius,
(10)
2008). Laba bersih dilaporkan sebesar Rp 132 miliar lebih, padahal seharusnya hanyalah Rp 99,6 miliar.
Dalam akuntan publik yang terdapat kode etik akuntan publik juga masih terdapat kasus pelanggaran moral. Terbongkarnya kasus Enron Corp. (2001) yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik The Big Five Arthur Andersen
merupakan salah satu skandal akuntansi terbesar sepanjang sejarah (Majalah Auditor, 2008, hal. 8-9), serta berbagai kasus serupa yang terjadi di Indonesia dengan bentuk yang berbeda meskipun sudah mempunyai kode etik IAI yang disyahkan di kongres IAI pada tahun 1998. Sebagai contoh kasus 10 KAP Papan Atas yang bermasalah dalam pengauditan 38 Bank Beku Usaha (BBKU). Daftar 10 KAP tersebut antara lain : 1) Andi Iskandar & Rekan, 2) Hans Tuannakotta & Mustofa, 3) Indra Winata & Rekan, 4) Johan Malonda & Rekan, 5) Prasetio Utomo & Rekan, 6) Robert Yogi, 7) Salaki & Salaki, 8) S. Dermawan & Rekan, 9) RB. Tanubrata & Rekan, dan 10) Hadi Sutanto (Media Akuntansi, 2002 dalam wandasari 2009).
Selain itu kasus skandal-skandal global seperti kasus One-Tel, Harris Scarfe dan HIH di Australia, Parmalat di Italia, A Hold di Belanda, WorldCom, Global Crossing, Qwest, Dynergy, CMS Energy, Tyco, Adelphia, Peregrine, Sunbeam dan Xerox di Amerika Serikat yang menarik perhatian begitu banyak pihak.
Berbagai kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan tanggung jawab untuk
(11)
menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam perannya sebagai seorang akuntan yang professional. Oleh karena itu, terjadinya berbagai kasus sebagaimana disebutkan di atas, seharusnya memberi kesadaran untuk lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi akuntan, baik itu akuntan sektor publik, akuntan manajemen, maupun akuntan publik (Auditor). Hal ini tidak terlepas dari dunia pendidikan dimana akuntan tersebut mengenal dan mempelajari tentang ilmu akuntansi. Proses ketika saat menjadi mahasiswa sangat berpengaruh besar dan merupakan waktu yang tepat dalam pembentukan karakter dan kepribadian mereka karena ketika di hadapkan dalam dunia kerja, mereka akan di sibukan dengan rutinitas pekerjaan dan sudah harus siap dalam mengambil segala keputusan terutama keputusan moral. International Federation of
Accountants (IFAC) pada tahun 2003 telah menerbitkan 7 standar pendidikan
internasional (International Education Standards/ IES). Dari tujuh standar
tersebut, yaitu standar nomer 4 (IES 4) menyebutkan bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika dan sikap profesional untuk melatih judgement profesional calon akuntan sehingga dapat bertindak secara etis
ditengah kepentingan profesi dan masyarakat. Dengan demikian, profesionalisme seorang akuntan sangat diperlukan dengan: keahlian (skill), pengetahuan dan
karakter yang menunjukkan personality seorang professional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya (Ludigdo & Machfoedz, 1999 dalam wandasari, 2009).
Pendidikan akuntansi yang diajarkan di beberapa Perguruan Tinggi (PT) selama ini terkesan sebagai pengetahuan yang stagnan, mekanis, dan berorientasi
(12)
pada materialitis. Stagnan, mekanis, dan materialitis ini dikarenakan pada pendidikan Akuntansi terjebak pada definisi terkait dengan akuntansi yang terkesan seakan-akan bersifat kaku dan baku. Definisi inilah yang membatasi daya pembentukan sikap mahasiswa dalam berperilaku etis. Sebagai contoh seringkali kita temui mahasiswa melakukan pemalsuan dalam absensi perkuliahan dan menyontek pada saat ujian atau dalam mengerjakan tugas. Dalam berinteraksipun terkadang masih membeda-bedakan golongan ataupun hal-hal yang berbau SARA (Suku, Ras, dan Agama), sehingga sering terjadi perselisihan pendapat dengan nada bicara yang tidak sopan tanpa mau menghargai pendapat satu sama lain. Dari kedisiplinan juga mahasiswa seringkali terlambat dalam menghadiri perkuliahan atau pada saat mengumpulkan tugas. Dalam menghormati dosen pun terkadang mahasiswa kurang memperhatikan, seperti menghargai dosen ketika menerangkan di depan kelas atau pada saat bertemu di luar jam perkuliahan. Oleh karena itu, maka pendidikan akuntansi memerlukan konsep pembelajaran dan kurikulum akuntansi konvensional yang menuju pendidikan akuntansi yang sesuai dengan nilai-nilai utama masyarakat Indonesia. Karena sistem pendidikan saat ini telah lepas dari realitas masyarakat Indonesia disebabkan sistem dan konsep pendidikan akuntansi yang dibawa langsung dari negara-negara barat yang memiliki nilai-nilai dan budaya tersendiri tanpa penyesuaian yang signifikan. Akuntansi merupakan produk yang dibangun dan dikembangkan dari nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dimana akuntansi dan sistem akuntansi dikembangkan.
(13)
System pendidikan saat ini hanya menekankan pentingnya IQ saja, mulai dari sekolah dasar sampai bangku kuliah. Padahal dosen mempunyai peran dan tanggung jawab tidak hanya sebagai pengajar mata kuliah yang sesuai dengan silabus pendidikan dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP), tapi juga sebagai pendidik tentang sikap dan perilaku moral anak didikannya tersebut sehingga menjadikannya lulusan yang berkompeten di bidang akuntansi serta mempunyai karakter dan berkepribadian yang bagus. Sedangkan mahasiswa dikenal masyarakat sebagai “Agent Of Change” yang mampu memberikan
perubahan-perubahan atas realitas sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat dan mempunyai peran serta tanggung jawab menciptakan kondisi yang lebih baik. Karena mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi dan mempunyai independensi yang bebas dari kepentingan. Oleh karena itu pembentukan sikap dan perilaku etis mahasiswa sangat penting, dimana sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek, yang berupa mendukung atau memihak maupun tidak mendukung atau tidak memihak. Pengenalan isu-isu etika untuk dibahas dan dikritisi dirasakan kurang sehingga tidak memicu mahasiswa untuk peka terhadap permasalahan dan realita sosial yang ada di sekitarnya. Dosen praktisi maupun kuliah tamu dan seminar yang ada juga hanya menekankan secara teori dan praktek, namun jarang membahas permasalahan dan pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi. Jadi hanya sekedar menerangkan atau membahas lewat media presentasi teori-teori yang ada. Sehingga setelah lulus kemungkinan besar hanya sibuk memikirkan diri sendiri tanpa ada orientasi melakukan sesuatu dengan ilmu
(14)
yang di dapat pada saat kuliah untuk sesuatu yang mampu membuat perubahan lebih baik di lingkungan sekitarnya.
Mahasiswa akuntansi sebagai calan akuntan muda dipengaruhi oleh factor personalitas yang ditunjukan dengan Locus Of Control. Locus Of control merupakan salah satu variable kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Kreitner & Kinicki (2003) mengatakan bahwa hasil yang dicapai Locus Of Control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu Locus Of Control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari keadaan sekitarnya.
Penelitian ini difokuskan pada aspek individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa Program Studi Akuntansi yang berada di wilayah Surabaya. Populasi yang diambil adalah mahasiswa akuntansi yang berada di Perguruan Tinggi yang mempunyai akreditasi jurusan akuntansi dengan nilai A. Di wilayah Surabaya terdapat 6 Perguruan Tinggi yang mepunyai nilai akreditasi A tersebut, yaitu Universitas Airlangga, Univesitas Widya Mandala, UK Petra, STIE Perbanas, UBAYA, dan UPN “Veteran” Jawa Timur. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Perguruan Tinggi Swasta yang mempunyai label Universitas, yaitu Universitas Surabaya (UBAYA), Universitas Widya Mandala, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Sedangkan Perbanas adalah merupakan Sekolah Tinggi, dan UK Petra saat ini masih dalam proses akreditasi.
(15)
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Locus Of Control Dalam Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya).
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diungkapkan, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah Locus Of Control mempengaruhi Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi?” (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi di wilayah Surabaya).
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh Locus Of Control terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi yang berada di wilayah surabaya. Dan hasilnya bisa menjadi tolok ukur atau perbandingan oleh mahasiswa akuntasi yang belum optimal dalam bertindak, berkepribadian dan berperilaku sesuai dengan norma (aturan) sehingga dapat lebih baik lagi dalam menjadikan diri mereka seorang akuntan muda yang jujur, mempunyai kredibilitas dan menjunjung tinggi etika profesi.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Akuntansi
Penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan masukan dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan yang terus memupuk nilai – nilai
(16)
kepribadian dan pembentukan karakter manusia (akuntan) yang memiliki sikap dan perilaku etis yang tinggi.
2. Bagi Objek yang diteliti yaitu Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai referensi dalam membangun kesadaran dalam kepribadian yang lebih baik guna menunjang perilaku etis profesi akuntansi di masa mendatang dalam membangun bersama peradaban bangsa.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan informasi tentang Locus Of Control mahasiswa akuntansi yang ada di surabaya dan pengaruhnya terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi tersebut. Serta dapat membandingkan antara teori – teori yang didapatkan peneliti dengan kenyataan yang ada.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam penulisan skripsi ini antara lain oleh:
1. Nike Yohana Widianti (2009)
Judul: ”Pengaruh Locus Of Control Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa
Akuntansi Dalam Perspektif Gender (Studi Kasus di UPN “Veteran” Jawa
Timur)”.
Rumusan Masalah:
Apakah Locus Of Control mempengaruhi Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi
dalam perspektif gender?
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil Regresi Linier Berganda terhadap variable Locus Of
Control, Gender dan perilaku etis menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
pandangan antara mahasiswa dan mahasiswi akuntansi UPN “Veteran” Jawa
Timur terhadap perilaku etis, karena pada dasarnya dalam melaksanakan
(18)
perilaku yang etis dalam menjunjung tinggi etika profesi yang tidak dibatasi
pada gender (laki-laki atau perempuan).
Mahasiswa dan mahasiswi UPN “Veteran” Jawa Timur berpandangan bahwa
elemen perilaku etis yang meliputi kedisiplinan, sifat dan sikap harus
dilaksanakan secara professional demi menjaga etika profesi seorang akuntan.
2. Rizki Meika Sukmana (2008)
Judul: “Perilaku Auditor Dalam Situasi Masalah Audit : Peran Locus Of
Control, Komitmen Profesi, dan Kesadaran Etis (Studi Kasus pada KAP di
Surabaya Timur)”.
Rumusan Masalah:
1. Apakah peran Locus Of Control, komitmen profesi, dan kesadaran etis
berpengaruh terhadap perilaku Auditor dalam situasi masalah audit?
2. Manakah yang paling dominan antara Locus Of Control, komitmen
profesi, dan kesadaran etis yang berpengaruh terhadap perilaku Auditor
dalam situasi masalah audit?
Kesimpulan:
1. Dari pengujian secara simultan dengan menggunakan Uji F, bahwa
variable Locus Of Control, Komitmen Profesi, dan Kesadaran Etis
berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Auditor pada tingkat signifikansi
0,05.
2. Pada pengujian secara parsial menggunakan Uji T diperoleh hasil variable
(19)
3. Ari Dwi Hapsari
Judul: “Respon Auditor Dalam Situasi Konflik Audit : Peran Locus Of
Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis Pada Kantor Akuntan Publik
di Surabaya”.
Rumusan Masalah:
1. Apakah Locus Of Control berpengaruh terhadap respon auditor dalam
situasi konflik audit?
2. Apakah kesadaran etis sebagai variable moderating dalam mempengaruhi
hubungan antara Locus Of Control dengan respon auditor dalam situasi
konflik audit?
3. Apakah komitmen profesi berpengaruh terhadap respon auditor dalam
situasi konflik audit?
4. Apakah kesadaran etis sebagai variable moderating dalam mempengaruhi
hubungan antara komitmen profesi dengan respon auditor dalam situasi
konflik audit?
Kesimpulan:
1. Locus Of Control mempegaruhi respo auditor dalam situasi konflik audit
terbukti kebenaranya.
2. Kesadaran etis adalah variable moderating yang dapat mempengaruhi
pengaruh antara Locus Of Control dengan respon auditor dalam situasi
konflik audit tidak teruji kebenarannya. Variable Locus Of Control dan
kesadaran etis adalah variable bebas yang signifikan mempengaruhi respon
(20)
3. Komitmen profesi mempengaruhi respon auditor dalam situasi konflik
audit terbukti kebenarannya.
4. Kesadaran atis adalah variable moderating yang dapat mempengaruhi
pengaruh antara komitmen profesi dengan respon auditor dalam situasi
konflik audit tidak teruji kebenarannya. Variable komitmen profesi dan
kesadaran etis adalah variable bebas yang secara signifikan mempengaruhi
(21)
Tabel 2.1 : Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
Judul Peneliti Metodologi penelitian
Hipotesis Variable Kesimpulan Pengaruh Locus Of
Control Terhadap Perilaku Etis
Mahasiswa Akuntansi Dalam Perspektif Gender (Studi Kasus di UPN
“Veteran” Jawa Timur Nike yohana widianti (2009) Uji Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Locus of control berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi dalam
perspektif gender (Studi Kasus di UPN “veteran” Jawa
Timur
X = Locus Of Control D = Gender Y = Perilaku Etis
Tidak terdapat perbedaan pandangan antara mahasiswa dan mahasiswi akuntansi UPN “veteran” Jawa Timur
terhadap perilaku etis, karena pada dasarnya dalam melaksanakan profesionalisme, tanggung jawab,moral seorang akuntan harus memiliki perilaku
yang etis dalam menjunjung tinggi etika profesi yang tidak dibatasi pada gender Perilaku Auditor
Dalam Situasi Masalah Audit : Peran Locus Of Control, Komitmen
Profesi, dan Kesadaran Etis (Studi
Kasus pada KAP di Surabaya Timur) Rizki Meika Sukman a (2008) Uji Regresi Linier Berganda
1. Bahwa peran locus of control, komitmen profesi, dan kesadaran etis
berpengaruh terhadap perilaku
Auditor dalam masalah audit. 2. Bahwa yang
paling dominan berpengaruh adalah locus of control terhadap perilaku Auditor dalam situasi masalah audit.
X1 = Locus Of Control X2 = Komitmen
Profesi X3 = Kesadaran
Etis Y = Perilaku auditor dalam situasi masalah
audit
1. Secara simultan, Locus Of Control, Komitmen Profesi,
dan Kesadaran Etis berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Auditor pada
tingkat signifikansi 0,05. 2. Secara parsial, variable Locus
Of Control paling berpengaruh signifikan terhadap perilaku
auditor.
Respon Auditor Dalam Situasi Konflik Audit : Peran
Locus Of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis pada Kantor Akuntan
Publik di Surabaya
Ari Dwi Hapsari (2005) Regresi Linier Sederhana
H1: Diduga Locus Of Control berpengaruh terhadap respon auditor
dalam situasi konflik audit H2: Diduga kesadaran
etis adalah variable moderating dalam
mempengaruhi hubungan antara locus
of control dengan respon auditor dalam
situasi konflik audit H3: Diduga komitmen
profesi berpengaruh terhadap respon auditor
dalam situasi konflik audit H4: Diduga kesadaran
etis adalah variable moderating dalam
mempengaruhi hubungan antara komitmen profesi dengan respon auditor
dalam situasi konflik audit
X1 = Locus Of Control X2 = Komitmen
Profesi X3 = Kesadaran
Etis Y = Respon Auditor dalam situasi konflik
audit
1. Locus of control mempengaruhi respon auditor
dalam situasi konflik audit terbukti kebenaranya. 2. Kesadaran etis adalah variable
moderating yang dapat mempengaruhi pengaruh antara
locus of control dengan respon auditor dalam situasi konflik audit tidak teruji kebenarannya.
3. Komitmen profesi mempengaruhi respon auditor
dalam situasi konflik audit terbukti kebenarannya. 4. Kesadaran etis adalah variable
moderating yang dapat mempengaruhipengaruh antara
komitmen profesi dengan respon auditor dalam situasi
konflik tidak teruji kebenarannya.
“Pengaruh Locus Of Control terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi” (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Akreditasi “A” Universitas Swasta di
Surabaya) Luthfi Maulana (2011) Uji Regresi Linier Sederhana
Di duga Locus Of Control berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa jurusan akuntansi akreditasi “A”
universitas swasta di Surabaya
X = Locus Of Control Y = Perilaku Etis
-
(22)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Locus Of Control
2.2.1.1. Pengertian Locus Of Control
Menurut Robbins (2001: 56) Locus Of Control adalah sampai sejauh mana
orang yakin bahwa mereka menguasai nasib mereka sendiri. Pada dasarnya
konsep Locus Of Control menunjukan kepada harapan – harapan individu
mengenai sumber penyebab dari peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya.
Konsep Locus Of Control dibedakan atas:
a. Internal control
Individu – individu yang yakin bahwa mereka mengendalikan apa
yang terjadi pada diri mereka sendiri.
b. Eksternal control
Individu – individu yang yakin bahwa apa yang terjadi pada diri
mereka dikendalikan oleh kekuatan dari luar, seperti misalnya
kemujuran atau peluang.
Individu yang memiliki pusat pengendalian internal, cenderung
menganggap akibat – akibat yang terjadi pada dirinya lebih dititikkan beratkan
pada hal – hal yang terdapat pada dirinya sendiri yaitu kecakapan (skill),
kemampuan (ability), dan usaha (effort), sebaliknya individu yang memiliki pusat
pengendalian eksternal, cenderung menganggap hal – hal yang berasal dari luar
(23)
Sejumah penelitian yang membandingkan internal dan eksternal secara
konsisten telah menunjukan bahwa individu – individu yang nilainya tinggi dalam
keeksternalan kurang puas terhadap pekerjan mereka, mempunyai tingkat
kemangkiran yang lebih tinggi, dan lebih terasing dari lingkungan kerja, dan
kurang terlibat pada pekerjaan mereka dibanding kaum internal.
Kaum eksternal merasa kurang puas dikarenakan mereka membayangkan
diri mereka mempunyai kendali yang sedikit terhadap hasil organisasi yang
penting bagi mereka. Kaum internal yang menghadapi situasi yang sama,
menghubungkan hasil organisasi ke tindakan mereka sendiri. Jika situasinya tidak
menarik, mereka meyakini bahwa tidak ada orang lain yang harus disalahkan
kecuali diri mereka (Robbins,2001: 56).
Seseorang dengan orientasi eksternal menunjukan keadaan yang takut,
ragu-ragu dan putus asa daripada individu dengan orientasi internal. Individu
dengan Locus Of Control eksternal mendapat skor tinggi untuk kegelisahan,
kecurigaan dan rasa permusuhan. Sedangkan internal suka bekerja sendiri dan
efektif, lebih baik dalam menyelesaikan masalah dan mengalami sedikit
kecemasan dibandingkan dengan orientasi eksternal, bila menghadapi stress,
individu dengan eksternal lebih mudah murung dan putus asa dibandingkan
individu internal.
Bukti dari keseluruhan menyatakan bahwa kaum internal umumnya kinerja
yang lebih baik daripada pekerjaan mereka, tetapi kesimpulan itu hendaknya
(24)
internal lebih aktif mencari informasi sebelum mengambil keputusan dan lebih
termotivasi untuk berprestasi dan melakukan upaya yang lebih besar untuk
mengendalikan lingkungan mereka tetapi kaum eksternal lebih tunduk dan
bersedia melakukan pengarahan, oleh karena itu kaum internal melakukan
tugas-tugas canggih yang baik dan mencakup banyak pekerjaan manajerial dan
professional yang menuntut pemrosesan dan pembelajaran informasi yang rumit
(Robbins,2001: 56).
Gibson, dkk (1996: 161) menyatakan bahwa Locus Of Control individu
mencerminkan tingkat dimana mereka percaya bahwa perilaku mereka
mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka. Beberapa orang percaya bahwa
mereka menguasai takdir mereka sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi
atas apa yang terjadi pada mereka. Mereka melihat control dari hidup mereka
datang dari diri mereka sendiri. Rotter (1996, dalam widianti) juga setuju bahwa
banyak orang memandang dirinya tidak berdaya mengahapi takdir, dikendalikan
oleh kekuatan luar yang lebih besar dimana mereka mempunyai sedikit pengaruh
jika ada. Orang seperti itu percaya bahwa kedudukan pengendalian adalah urusan
eksternal disbanding internal dan Rotter menyebutnya eksternal.
Secara umum, hasil penelitian menyarankan bahwa internalis lebih tahan
terhadap tekanan untuk menyesuaikan diri dan kurang senang dibujuk untuk
mengubah tingkah laku mereka. Eksternalis kelihatannya lebih mudah menerima
partisipasi dalam pekerjaan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan.
Bukti menunjukan bahwa perilaku orang berubah dari satu situasi ke situasi yang
(25)
eksternal bervariasi tergantung pada variasi. Usaha-usaha sekarang dibuat untuk
mengukur kedudukan pengendalian internal atau eksternal seseorang mengenai isu
kesehatan (Gibson, dkk, 1996: 164).
Kreitner dan Kinicki (2003:180, dalam widianti) mengatakan bahwa para
peneliti menemukan perilaku yang berbeda antara internal dan eksternal:
a. Internal menunjukan motivasi kerja yang lebih besar
b. Internal mempunyai harapan yang kuat bahwa setiap usahanya akan
memimpin pada pekerjaan yang lebih.
c. Internal menunjukkan tingkat pekerjaan yang tinggi dalam pekerjaan
yang sulit atau masalah – masalah yang sukar, ketika pekerjaan itu
memberikan nilai lebih.
d. Ada sebuah hubungan yang kuat antara kepuasan kerja dengan
penampilan pekerjaan internal daripada eksternal.
e. Internal berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi
daripada eksternal.
f. Eksternal cenderung lebih merasa cemas dalam menghadapi suatu
masalah dibanding internal.
2.2.1.2. Teori – Teori Locus Of Control
Ada beberapa teori yang mendukung Locus Of Control dalam
(26)
1. Teori Kepribadian
Tiga pendekatan teoritis untuk memahami kepribadian adalah
pendekatan sifat, pendekatan psiko dinamis, pendekatan humanis
(Gibsons, dkk., 1996: 157) yaitu:
a. Teori Kepribadiaan Sifat
Teori sifat bukanlah teori yang nyata karena mengidentifikasi
tidak lebih dari beberapa sifat dan tidak menawarkan
pengertian dalam perkembangan dan dinamika kepribadian.
b. Teori Kepribadian Psikodinamis
Freud menyimpulkan bahwa setiap orang mempunyai
kepribadian dasar yang berbeda yaitu: Identitas diri dan
superego. Identitas diri adalah bagian yang sederhana dan tidak
didasari keberadaannya oleh kepribadian. Sifatnya tidak
rasional dan implusif. Superego adalah tempat penyimpanan
nilai-nilai individu, termasuk sikap moral yang dibentuk oleh
masyarakat.
c. Teori Kepribadian humanis
Pendekatan humanistic untuk memahami kepribadian yang
menekankan pada perkembangan individu serta aktualisasi diri
dan pentingnya bagaimana seseorang mempersepsi dunianya
dan semua kekuatan yang mempengaruhi mereka.
(27)
Teori – teori motivasi (Gibson, dkk., 1996: 186-188) dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Teori kepuasan (content theories)
Memusatkan perhatian pada factor – factor di dalam individu
yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan
menghentikan perilaku. Dan mencoba untuk menentukan
kebutuhan – kebutuhan spesifik yang memotivasi orang.
Terdapat dua teori kepuasan yaitu hirarki kebutuhan Maslow
dan teori dari factor Herzberg.
a) Inti dari teori Maslow yaitu yang menganggap kebutuhan
orang bergantung kepada apa yang telah mereka miliki.
Dalam pengertian suatu kebutuhan yang telah terpenuhi
bukan factor motivasi. Kebutuhan manusia tersusun dalam
suatu hirarki yaitu fisiologis, keamanan rasa memiliki,
penghargaan dan aktualisasi diri. Kebutuhan – kebutuhan
tersebut didefinisikan sebagai berikut (Gibson, dkk., 1996:
189)
Fisiologis, terdiri dari kebutuhan utama yaitu makan, minum, tempat tinggal dan sembuh dari
sakit.
Keamanan dan keselamatan, kebutuhan rasa aman dan keselamatan meliputi kebutuhan untuk
(28)
kemerdekaan dari ancaman yaitu keamanan dari
kejadian atau lingkungan yang mengancam.
Rasa memiliki, social dan kasih sayang, kebutuhan ini dikaitkan dengan sifat sosial manusia dan
kebutuhan atas persahabatan, berkelompok,
interaksi dan kasih saying.
Penghargaan adalah kebutuhan baik kesadaran akan kepentingan orang lain (harga diri) maupun
penghargaan aktual dari orang lain.
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang melalui memaksimumkan
penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi.
b) Teori dua faktor Herzberg
Dalam teori Federick Herzberg (1959) dalam Gibson, dkk.
(1996: 197) memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari
keberadaan motivator intrinsik dan bahwa ketidakpuasan
kerja berasal dari ketidakberadaan faktor – faktor ekstrinsik.
b. Teori Proses (process theories)
Mencoba menjelaskan dan menggambarkan proses tentang
bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dipertahankan dan
akhirnya dihentikan. Terdapat tiga teori proses antara lain:
(29)
Stacy Adams dalam Gibson, dkk. (1996: 248)
mengemukakan bahwa ketidakadilan yang dirasakan
merupakan suatu kekuatan motivasi, apabila seseorang
percaya bahwa dia telah diperlakukan secara tidak adil
dibandingkan dengan orang lain dia akan berupaya
menghapuskan ketidakadilan tersebut.
b) Teori pengharapan Vroom
Victor Vroom (1964) dalam Gibson, dkk (1996: 242)
menganggap motivasi sebagai suatu proses mengatur
pilihan. Teori harapan merupakan teori dimana seseorang
dihadapkan pada satu set hasil tingkat pertama dan memilih
suatu hasil yang didasarkan pada bagaimana pilihan
tersebut dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Tiga
variable utama dalam teori motivasi pengharapan adalah:
a. Instrumentalitas adalah kader keyakinan seseorang
bahwa suatu tindakan menuju kepada hasil kedua.
b. Pengharapan adalah keyakinan bahwa perilaku tertentu
akan atau tidak akan membawa keberhasilan.
c. Preferensi yaitu nilai yang diletakkan oleh seseorang
pada berbagai hasil akhir (pengharapan atau hubungan).
c) Teori Penguatan
Teori ini memperhatikan penggunaan penguat positif atau
(30)
motivasi. Teori motivasi ini didasarkan terutama pada karya
Bank F. Skinner dalam Gibson, dkk (1996: 222) tidak
berkaitan dengan kebutuhan atau mengapa orang membuat
pilihan.
2.2.2. Sikap Etis
Etika dalam bahasa latin adalah ethica, yang berarti falsafah moral.
Menurut Keraf (1998, dalam wandasari) etika secara harfiah berasal dari kata
yunani, ethos (jamaknya ta etha), yang artinya sama dengan moralitas, yaitu adat
kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik ini kemudian menjadi system nilai
yang berfungsi sebagai pedoman dan tolok ukur tingkah laku yang baik dan
buruk. Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan
bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat
sebagai tindakan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang.
Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan
berfungsi untuk mengarahkan kepada perilaku moral.
Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu
sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang
diharuskan kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991;
dalam Novius, 2008). Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) ada
dua pengertian yaitu:
1. Ajaran tentang baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan,
(31)
2. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
bergairah dan berdisiplin. Secara etimologis, kata etika sama dengan
kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti
yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain moral adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani
dan moral dari bahasa Latin (http://dehalban.tripod.com/id15.html).
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral (Magnis-Suseno, 1997:14). Etika
meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan
seseorang dalam situasi tertentu yang disifati oleh kombinasi dari pengalaman dan
pembelajaran masing-masing individu (Ward, Ward & Deck, 1993).
Sikap dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menurut Dani (2002:525,
dalam wandasari, 2009) didefinisikan sebagai perbuatan dan sebagainya yang
berdasarkan pendirian, pendapat atau keyakinan. Sementara definisi sikap
menurut para ahli hingga saat ini masih berbeda pandangan, yang secara umum
pandangan tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Thurstone, Likert, dan Osgood
memandang sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan
terhadap suatu obyek, yang dapat berupa mendukung atau memihak
(32)
2. Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave, Bogardus, LaPieree,
Mead, dan Allport memandang sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
3. Kelompok ketiga yang diwakili oleh Secord & Backman memandang
sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu obyek (Azwar, 2005:4–5).
Berdasarkan ketiga pandangan di atas, sikap dapat didefinisikan sebagai
reaksi individu terhadap suatu obyek yang merupakan konstelasi kognitif, afektif,
dan konatif yang disebabkan oleh suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon (pendirian).
Sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan
tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan (Maryani & Ludigdo, 2001
dalam wandasari, 2009). Dengan demikian dalam kaitan dengan etika profesi,
sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan etika
profesi tersebut.
2.2.3. Pengaruh Locus Of Control terhadap Perilaku Etis
Menurut Robbins (2001: 56) locus of control adalah sampai sejauh mana
orang yakin bahwa mereka menguasai nasib mereka sendiri. Locus of control
(33)
segala hasil yang didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan
faktor – faktor dari dalam diri mereka sendiri. External locus of control adalah
cara pandang dimana segala hasil yang didapat, baik atau buruk berada diluar
kontrol diri mereka tetapi karena faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan,
dan takdir.
Antara Locus Of Control dengan perilaku etis memiliki hubungan yang
positif dan negative artinya apabila mahasiswa akuntansi dengan kecenderungan
internal Locus Of control berarti mereka lebih tidak menerima tindakan yang
kurang etis atau cenderung berperilaku lebih etis (positif) dibanding dengan
mahasiswa akuntansi dengan kecenderungan eksternal locus of control yang
cenderung lebih menerima tindakan yang kurang etis (negatif).
Menurut teori motivasi Gibson, dkk (1996) yang memusatkan
perhatianpada faktor – faktor di dalam individu yang mendorong, mengarahkan,
mempertahankan dan menghentikan perilaku, dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya locus of control maka perilaku etis mahasiswa akuntansi akan terbentuk
dengan baik apabila mahasiswa akuntansi tersebut mempunyai kepribadian dan
perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan dalam mengendalikan semua
(34)
2.3. Kerangka Pikir
Uji Statistik Regresi Linier Sederhana
2.4. Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori yang mendukung
dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis "Diduga bahwa Locus Of
Control berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa jurusan akuntansi
akreditasi “A” universitas swasta di Surabaya”.
Locus
Of
Control
(X)
Perilaku
Etis
(Y)
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengkur
kontrak atau variabel tersebut. (Nazir, 2003:126).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (X)
Locus Of Control (X)
Locus Of Control adalah sampai sejauh mana orang yakin bahwa
mereka menguasai nasib mereka sendiri. Pada dasarnya konsep Locus Of
Control menunjukan kepada harapan – harapan individu mengenai sumber
penyebab dari peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Robbins,
2001:56).
b. Variabel Terikat (Y)
Perilaku Etis (Y)
perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan
tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan (Maryani &
(36)
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Indikator yang di gunakan dalam mengukur variabel yang ada dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel Locus Of Control (X) diukur dengan menggunakan indikator:
Internal Locus Of Control dan Eksternal Locus Of Control.
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel Locus Of
Control adalah skala pengukuran interval yaitu skala yang jarak antara
satu data dengan data yang lain sama tetapi tidak mempunyai nilai nol
(0) absolut (nol yang berarti tidak ada nilainya). (Sugiyono, 2006:71).
Jawaban bernilai 1 sampai 2 berarti individu cenderung mempunyai
eksternal locus of control. Nilai 3 merupakan nilai tengah antara
eksternal locus of control dengan internal locus of control, dan
jawaban antara 4 sampai 5 berarti cenderung mempunyai internal
locus of control.
b. Variabel Perilaku Etis (Y) diukur dengan menggunakan indikator:
kedisiplinan, sikap dan sifat yang melekat pada diri individu.
(Widiastuti dan Suryaningsum, 2006 dalam widianti, 2009)
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel perilaku
etis (Y) adalah skala pengukuran interval.
Responden diminta untuk menilai suatu obyek atau konsep dalam lima
poin tingkatan yang menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner
(37)
Jawaban bernilai 1 sampai 2 berarti individu cenderung mempunyai
perilaku etis yang negatif. Nilai 3 merupakan nilai tengah antara
perilaku etis yang negatif dengan perilaku etis yang positif, dan
jawaban antara 4 sampai 5 berarti cenderung mempunyai perilaku etis
yang positif.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2006 : 90) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi
perguruan tinggi yang memiliki akreditasi jurusan akuntansi dengan nilai
“A”. Yaitu Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
yang mempunyai 1002 mahasiswa, Universitas Widya Mandala dengan
1204 mahasiswa, dan Universitas Surabaya (UBAYA) dengan 1030
(38)
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2006 : 91)
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2006:
93).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Locus Of Control terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi , sehingga
sampel yang di ambil adalah mahasiswa akuntansi yang telah
mengembalikan kuesioner yang telah diisi dengan semestinya, untuk itu
kuesioner – kuesioner dari responden itu diseleksi terlebih dahulu untuk
mendapatkan kuesioner yang telah terisi secara lengkap sebagaimana
mestinya yang dikehendaki oleh peneliti.
Untuk menentukan jumlah sampel dari suatu populasi digunakan
rumus Slovin (Umar, 2002:141). Sehingga untuk sampelnya adalah
(39)
Jadi jumlah sampel yang di dapat adalah sebanyak 97 orang.
Dimana:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (10%)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan oleh
peneliti dalam penyusunan skripsi ini, yaitu dengan cara:
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder
(secondary data).
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan
memahami buku-buku literatur dan referensi lainnya yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan landasan teori dan
berbagai penjelasan mengenai masalah yang diteliti.
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas Data
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur
(kuisioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut
(40)
masing-masing butir-butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan
semua skor pertanyaan. Jika tingkat signifikan validitas 5%, maka butir pertanyaan tersebut telah valid, begitu juga sebaliknya.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2009 : 45).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60,
maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliable (Ghozali, 2009 : 46).
3.4.3. Uji Normalitas
Sumarsono (2004: 40), menyatakan uji normalitas merupakan suatu alat uji
yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel-variabel yang digunakan
dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui
apakah data tersebut berdistribusi normal, digunakan uji Kolmogorov Sminov.
Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikan atau nilai
probabilitasnya (Asymp Sig (2-tailed) ≥ 5%, butir atau item pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Setelah memenuhi uji tersebut, maka tahap pengujian selanjutnya adalah
pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana
(41)
independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier
sederhana adalah:
Y’ = a + b X ... Sugiyono (2006:237)
Dimana:
Y’ = Nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Koefisien regresi
X = Nilai variabel independen
3.5.2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian pengaruh variabel X terhadap variabel Y
menggunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:
a. Ho : β = 0 (berarti tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y) Ha : β≠ 0 (berarti terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y) b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05.
c. Dengan nilai t hitung sebesar:
t
hitd. Kriteria pengujian (Ghozali, 2001:25):
Apabila nilai probabilitas ≤ 0,05 Ho ditolak dan Hi diterima.
(42)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur merupakan salah
satu lembaga pendidikan tinggi swasta di Indonesia yang berdiri sejak 5 Juli 1959.
Selama kurun waktu 49 tahun, UPN “Veteran” Jawa Timur telah mengalami
berbagai perubahan status, yaitu:
a. Sejak Juli 1959 s/d 1965 Akademi Administrasi Perusahaan “Veteran” Cabang
Surabaya.
b. Pada 17 Mei 1968 Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN)
“Veteran” Cabang Jawa Timur dengan 3 Fakultas (Ekonomi, Pertanian dan
Teknik Kimia), berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Transmigrasi,
Urusan Veteran dan Demobilisasi.
c. Periode 1976-1994, terjadi peralihan status PTPN “Veteran” Cabang Jawa
Timur sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan di-bawah Departemen Pertahanan
Keamanan RI.
d. Periode tahun 1977, terjadi perubahan nama PTPN “Veteran” Cabang Jawa
Timur menjadi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Cabang Jawa
Timur
e. Sejak tahun akademik 1994/1995 penyelenggaraannya dilakukan secara
(43)
f. Berdasarkan Surat keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi No.
001/BAN-PT/Ak-1/VIII/1998 tanggal 11 Agustus 1998 telah memperoleh
status terakreditasi penuh untuk semua Jurusan/Program studi.
g. Pada awal tahun akademik 2005/2006 jumlah mahasiswa yang terdaftar
mencapai 12.500 orang, yang berasal dari SMU Negeri/Swasta, SMK
Negeri/Swasta, Instansi Pemerintah dan swasta yang berasal dari dalam/luar
wilayah Propinsi Jawa Timur. Sampai dengan akhir tahun 2005, UPN
“Veteran” Jawa Timur telah meluluskan Sarjana S-1 sejumlah 25.000 orang.
h. Sejak bulan Desember 2007, dengan disatukannya beberapa yayasan di bawah
Departemen Pertahanan RI, maka pembinaan UPN "Veteran" Jawa Timur
beralih di bawah Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP).
Adapun visi, misi dan tujuan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur adalah :
a. Visi :
Menjadi Universitas terdepan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta sumberdaya manusia yang dilandasi nilai dan semangat
kejuangan.
b. Misi :
1. Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang memiliki nilia-nilai moralitas,
mentalitas dan intelektualitas serta jasmani yang sehat.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi menuju "Research
university".
(44)
4. Meningkatkan kerjasama dalam bidang akademik dan non akademik dengan
Perguruan Tinggi lain, pemerintah dan Swasta
c. Tujuan :
Menunjang pembangunan nasional di bidang pendidikan tinggi dalam rangka
terciptanya sumber daya manusia yang cakap, profesional, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki disiplin, tanggungjawab dan
pengabdian yang tinggi serta rasa kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat.
4.1.2. Sejarah Universitas Widya Mandala
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) didirikan oleh
Yayasan Widya Mandala melalui SK No. 001/Ja/Sek/60 pada tanggal 4 Januari
1960 dan disahkan melalui akte notaris Anwar Mahajudin No. 42/1960.
Fakultas Ilmu Pendidikan di Madiun memulai kegiatan pertama pada
tanggal 20 September 1960, kemudian disahkan dengan SK No. 318/Sek/Ya/72
tertanggal 15 Juli 1972 yang berlaku surut sejak 20 September 1960. Pada tahun
yang sama didirikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia serta disahkan melalui SK No. 319/Sek/Ya/72.
Tanggal 20 September 1960 yang merupakan dimulainya kegiatan pertama
tersebut, selanjutnya ditetapkan oleh Uskup Surabaya, (Alm.) Mgr. Johanes
Hadiwikarta, Pr sebagai hari jadi UKWMS melalui SK Uskup Surabaya No.
(45)
Pada tanggal 1 September 1961 Yayasan Widya Mandala mendirikan
Fakultas Keguruan Jurusan Ilmu Alam di SMAK St. Louis, Jl. Polisi Istimewa
(d/h dr. Soetomo) Surabaya yang disahkan dengan SK No. 316/Sek/Ya/72.
Tanggal 1 September 1962, dibuka Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris yang
disahkan dengan SK No. 317/Sek/Ya/72, kedua jurusan tersebut kemudian
dipindahkan ke gedung bekas seminari di Jl. Dinoyo 42 Surabaya. Melalui SK
Menteri PTIP No. 159 tahun 1965 tertanggal 7 Agustus 1965, FKIP Widya
Mandala diubah menjadi IKIP Widya Mandala. Namun dengan SK Direktur
Jenderal Perguruan Tinggi No. 164 tahun 1969 diubah menjadi Fakultas Ilmu
Keguruan (FIK) dan diintegrasikan kembali ke Universitas Katolik Widya
Mandala. Sebutan FIK kemudian diubah menjadi Fakultas Keguruan (FK) dan
melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 014/O/1983 nama tersebut
diubah lagi menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Jurusan
Bahasa dan Seni (PSP Bahasa Inggris) dipindahkan ke Kampus Kalijudan pada
tahun 1986 sedangkan Jurusan Ilmu Alam (PSP Fisika) tetap di Kampus Dinoyo.
Pada tahun akademik 1996/1997 kedua jurusan tersebut disatukan di Kampus
Kalijudan.
Fakultas Farmasi didirikan pada tanggal 1 September 1964 yang disahkan
melalui SK No. 319/Sek/Ya/72 dan menempati gedung sayap timur Kampus
Dinoyo. Sejak tahun akademik 1990/1991 Fakultas Farmasi membuka Program
Pendidikan Profesi Apoteker yang ditetapkan melalui SK Yayasan Widya
(46)
Pada tanggal 1 September 1965 didirikan Fakultas Ekonomi yang kemudian
disahkan dengan SK No. 40/Rek/Univ/1968 tertanggal 11 September 1968 dengan
membuka Jurusan Ekonomi Perusahaan. Kemudian tanggal 1 September 1974,
didirikan Lembaga Pendidikan Ajun Akuntan (LPAA) berdasarkan SK Yayasan
No. 045/Sek/Ya/1974 tertanggal 11 September 1974. Pada bulan Mei 1982 LPAA
diubah menjadi Lembaga Pendidikan Akuntansi (LPA). Berdasarkan SK Yayasan
tahun 1985, lembaga ini diubah menjadi Jurusan Akuntansi Jenjang Program S-1
pada Fakultas Ekonomi sampai sekarang. Selain itu pada Jurusan Akuntansi
dikembangkan pula Program Diploma (D-3) Akuntansi. Sejak tahun akademik
1983/1984 Jurusan Ekonomi Perusahaan diubah menjadi Jurusan Manajemen
melalui SK Dekan No. 26/WM/05/Q/1983 tertanggal 1 Juli 1983. Mulai tahun
akademik 2004/2005 Jurusan Manajemen membuka program setara D-1 untuk
Manajemen Retail.
Lembaga Pendidikan Sekretaris (LPS) didirikan pada tanggal 8 April 1969
yang disahkan dengan SK Yayasan No. 331A/Sek/Ya/72 tertanggal 4 September
1972. Lembaga ini kemudian berkembang menjadi Fakultas Non Gelar Ilmu
Sosial (FNGIS) Jurusan Kesekretariatan melalui SK Dewan Pengurus Yayasan
No. 029/I/Ya/Div/86 tertanggal 19 April 1986 dan mendapat status terdaftar
melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0307/O/1987 tertanggal
8 Juni 1987. Melalui Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 19/Dikti/Kep/1999
tertanggal 4 Februari 1999, FNGIS diubah menjadi Akademi Sekretari Widya
(47)
Tahun 1973 Lembaga Pendidikan Kejuruan Jurusan Elektronika (LPE)
didirikan. Pada tanggal 8 Juni 1982 didirikan Fakultas Teknik dengan Jurusan
Teknik Elektro melalui SK Yayasan No. 022/Ya/1982. LPE kemudian
diintegrasikan menjadi Fakultas Teknik Jurusan Teknik Eletronika pada tahun
1982. Jurusan Teknik Kimia dibuka pada tahun 1986, selanjutnya pada tahun
1996 Fakultas Teknik membuka jurusan baru, yaitu Jurusan Teknik Industri.
Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi didirikan
melalui SK Yayasan Widya Mandala No. 028/I/Ya/Div/1986 tertanggal 19 April
1986. Pendirian tersebut didasari tujuan untuk memberi sumbangan pendidikan
pada sektor agraris yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi didirikan untuk menjawab tantangan akan kebutuhan
ahli pangan yang mampu menangani pengolahan bahan mentah hasil pertanian
menjadi bahan baku atau bahan jadi dalam rangka era indutrialisasi
(perkembangan sektor agro-industri).
Pada tahun akademik 1997/1998 dibuka Fakultas Psikologi melalui SK
Yayasan Widya Mandala Surabaya No. 226/YWM/H/1997 tertanggal 2 Desember
1997. Fakultas ini mendapatkan status terdaftar melalui SK Dirjen Dikti No.
162/Dikti/Kep/1998 tertanggal 5 Juni 1998. Pada tanggal 18 Februari 2007
mendapat status Terakreditas dengan SK No. 001/BAN-PT/Ak-V/II/2007.
Tahun 1999 didirkan Program Pascasarjana Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya yaitu Program MAgister Manajemen (MM) melalui SK Dirjen
(48)
Pendidikan Bahasa Inggris (MPBI) pada tanggal 7 November 2000 melalui SK
Dirjen Dikti No. 385/Dikti/Kep/2000.
Kemudian pada tahun 2006 didirikan Fakultas Keperawatan melalui SK
Dirjen Dikti No. 3365/D/T/2006 tertanggal 4 September 2006.
Adapun visi dan misi Universitas Widya Mandala adalah sebagai berikut :
a. Visi
Terbentuknya komunitas akademik yang reflektif dan kreatif serta dilandasi
oleh nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip Katolik
b. Misi
Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi untuk menghasilkan lulusan yang
profesional, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya,
bermoral terbuka terhadap perubahan dan perkembangan serta memiliki
solidaritas yang tinggi dengan memperhatikan pelayanan dan pengabdian
kepada golongan yang lemah
4.1.3. Sejarah Universitas Surabaya
Universitas Surabaya (UBAYA) adalah kelanjutan dari Universitas Trisakti
Surabaya yang didirikan pada tahun 1966 oleh tokoh-tokoh masyarakat, pendidik,
pengusaha, dan pemerintah. Pada tahun 1968, nama Universitas Trisakti diganti
menjadi Universitas Surabaya. Pembangunan kampus kuliah di jalan Ngagel Jaya
Selatan 169 dilanjutkan kembali pada tanggal 11 Maret 1968 dan tanggal tersebut
(49)
1977 : Didirikan Lembaga Pendidikan Kejuruan Ajun Akuntansi (LPK AA)
yang sekarang namanya berubah menjadi Politeknik Ubaya.
1982 : Fakultas Psikologi didirikan.
1986 : Fakultas Teknik didirikan.
1989 : Program Profesi Apoteker dimulai.
1992 : UBAYA ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Program
Magister Manajemen dan Magister Hukum melalui Program
Pascasarjananya.
1998 : Fakultas Psikologi memulai pendidikan profesi Psikologi.
2002 : Jurusan FE UBAYA dipercaya menjadi salah satu dari 5 jurusan
akuntansi di seluruh Indonesia, sebagai penyelenggara Pendidikan
Profesi Akuntansi serta dalam persiapan pendirian Magister Akuntansi
(MAKSI).
2003 : Magister Kenotariatan dimulai.
2004 : Fakultas Psikologi menyelenggarakan Magister Profesi Psikologi.
2005 : Memulai Program Magister Farmasi Klinis, serta mendirikan fakultas
baru yaitu Fakultas Teknobiologi
Adapun visi dan misi Universitas Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Visi
Menjadikan Universitas Surabaya Sebagai The First University in Heart and
(50)
2. Misi
Memajukan Masyarakat Bisnis dan Industri melalui Pengembangan Kegiatan
Tridarma Perguruan Tinggi secara Berkesinambungan demi Kesejahteraan
Umat Manusia.
Misi ini bertujuan :
a. Menghasilkan lulusan pada jenjang pendidikan tinggi yang memiliki
kompetensi keilmuan, ketrampilan, dan karakter, yang sesuai dengan
kebutuhan untuk memajukan masyarakat bisnis dan industri
b. Memajukan penelitian, penerapan ilmu dan teknologi, dalam rangka
perannya menjadi mitra masyarakat bisnis dan industri
c. Memfasilitasi terciptanya komunitas yang menghormati nilai-nilai
kehidupan (pro life) humanisme, dan demokrasi yang diwujudkan dalam
bingkai kedamaian dan keadilan
d. Mengelola sumber daya manusia, dana, sarana, dan prasarana yang
diperlukan
e. Mengembangkan kerja sama denagn lembaga lain yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini proses penyebaran kuesioner dilakukan dengan
pendekatan persuasif perseorangan, hal ini dimaksudkan untuk menarik
antusiasime responden dan secara tidak langsung dapat mengetahui eksistensi diri
(51)
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 120 kuesioner secara
langsung kepada mahasiswa akuntansi. Berikut ini rincian jumlah populasi dan
sampel penelitian :
Tabel 4.1 : Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No. Uraian Populasi (orang) Sampel (orang) 1 2 3 UPN WM UBAYA 1002 1204 1030
1002/3236 x 97 = 30 1204/3236 x 97 = 36 1030/3236 x 97 = 31
Jumlah 3236 97
Berdasarkan tabel di atas, menyebutkan bahwa jumlah sampel minimum
sebanyak 97 orang. Berikut ini rincian penerimaan dan pengembalian kuesioner :
Tabel 4.2 : Penerimaan Dan Pengembalian Kuesioner
No. Uraian Jumlah Prosentase (%)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 UPN
Kuesioner yang disebar Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang tidak diisi lengkap Kuesioner yang layak dianalisis
Tingkat pengembalian yang digunakan
WM
Kuesioner yang disebar Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang tidak diisi lengkap Kuesioner yang layak dianalisis
Tingkat pengembalian yang digunakan
UBAYA
Kuesioner yang disebar Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang tidak diisi lengkap Kuesioner yang layak dianalisis
Tingkat pengembalian yang digunakan
40 40 8 32 40 39 7 32 40 33 0 33 32,99 32,99 34,02
(52)
4.2.1. Deskripsi Variabel Locus of Control
Locus Of Control adalah sampai sejauh mana orang yakin bahwa mereka
menguasai nasib mereka sendiri. Pada dasarnya konsep Locus Of Control
menunjukan kepada harapan – harapan individu mengenai sumber penyebab dari
peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Robbins, 2001:56).
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas menunjukkan terdapat 11 (sebelas)
item pernyataan yang valid yaitu item pernyataan ke-2, 6, 7, 12, 14, 15, 16, 17, 20,
22, dan 24 dinyatakan valid, sedangkan item lainnya tidak valid. Adapun
distribusi frekuensi variabel Locus Of Control pada kesebelas item pernyataan
yang valid adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Locus Of Control Skor
1 2 3 4 5 No Uraian
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 X2 2 2,1 13 13,4 38 39,2 42 43,3 2 2,1 2 X6 4 4,1 26 26,8 36 37,1 27 27,8 4 4,1 3 X7 4 4,1 9 9,3 36 37,1 41 42,3 7 7,2 4 X12 5 5,2 11 11,3 20 20,6 42 43,3 19 19,6 5 X14 5 5,2 21 21,7 47 48,5 18 18,6 6 6,2 6 X15 8 8,3 39 40,2 24 24,7 21 21,7 5 5,2 7 X16 7 7,2 36 37,1 24 24,7 23 23,7 7 7,2 8 X17 4 4,1 10 10,3 41 42,3 30 30,9 12 12,4 9 X20 4 4,1 25 25,8 38 39,2 24 24,7 6 6,2 10 X22 4 4,1 29 29,9 45 46,4 16 16,5 3 3,1 11 X24 0 0 6 6,2 27 27,8 51 52,6 13 13,4
Mean % 4,4 21,1 35,2 31,4 7,9
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan jawaban responden tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata
tertinggi prosentase 39,3% berada di skor 4 dan 5 yang berarti internal locus of
control mahasiswa jurusan akuntansi akreditasi “A” universitas swasta yang ada
di Surabaya lebih tinggi daripada eksternal locus of control. Hal ini menunjukan
(53)
dirinya lebih dititik beratkan pada hal – hal yang terdapat pada dirinya sendiri
yaitu kecakapan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort). Namun hal
tersebut tidak benar-benar mutlak mereka yakini karena persentase jawaban
responden terbesar berada di skor 3, dan di skor 4 dan 5 yang merupakan internal
locus of control, sekitar 31,4% dari 39,3% menjawab di skor 4 yang menunjukan
masih ada keragu-raguan dalam diri mereka. Hal ini akan mempengaruhi mereka
dalam melakukan sesuatu karena masih ada ketertakutan akan hasil yang
dipengaruhi oleh factor lain yang tidak mereka inginkan, oleh karena itu mereka
tidak akan maximal dalam bertindak, karena pengaruh semangat, motivasi, dan
keyakinan yang tidak benar-benar maximal pula. Terlihat di pertanyaan nomor 15
dan 16 (X15 dan X16), factor eksternal lebih mempengaruhi mereka daripada factor
internal. Sebagian besar menganggap untuk memperoleh sesuatu yang dia
inginkan masih tergantung akan kondisi perasaan mereka yang mengharuskan
dalam kondisi senang atau bahagia untuk bisa melakukan sesuatu dengan
maximal, dan hal itu dipengaruhi keberuntungan mereka dalam tempat dan waktu
yang tepat sesuai dengan yang mereka inginkan.
4.2.2. Deskripsi Variabel Perilaku Etis
Perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan
yang bermanfaat dan yang membahayakan (Maryani & Ludigdo, 2001 dalam
(54)
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas menunjukkan terdapat 20 (dua
puluh) item pernyataan yang valid yaitu item pernyataan ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10,
11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, dan 24 dinyatakan valid, sedangkan item
lainnya tidak valid. Adapun distribusi frekuensi variabel perilaku etis pada dua
puluh item pernyataan yang valid adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Perilaku Etis Skor
1 2 3 4 5 No Uraian
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Y1 2 2,1 12 12,4 26 26,8 38 39,2 19 19,6 2 Y2 1 1 5 5,2 27 27,8 41 42,3 23 23,7 3 Y3 3 3,1 14 14,4 27 27,8 27 27,8 26 26,8
4 Y4 1 1 15 15,5 33 34 32 33 16 16,5
5 Y5 7 7,2 26 26,8 30 30,9 23 23,7 11 11,3 6 Y6 5 5,2 21 21,7 31 32 29 29,9 11 11,3 7 Y9 10 10.3 19 19,6 35 36,1 26 26,8 7 7,2 8 Y10 1 1 13 13,4 32 33 39 40,2 12 12,4 9 Y11 2 2,1 7 7,2 19 19,6 43 44,3 26 26,8 10 Y13 4 4,1 10 10,3 18 18,6 33 34 32 33 11 Y14 3 3,1 16 16,5 16 16,5 31 32 31 32 12 Y15 3 3,1 19 19,6 13 13,4 25 25,8 37 38,1 13 Y16 2 2,1 10 10,3 30 30,9 28 28,9 27 27,8 14 Y17 5 5,2 20 20,6 27 27,8 30 30,9 15 15,5 15 Y18 4 4,1 20 20,6 28 28,9 30 30,9 15 15,5 16 Y19 7 7,2 14 14,4 27 27,8 36 37,1 13 13,4 17 Y21 5 5,2 26 26,8 37 38,1 20 20,6 9 9,3 18 Y22 5 5,2 7 7,2 29 29,9 36 37,1 20 20,6 19 Y23 5 5,2 6 6,2 21 21,7 35 36,1 30 30,9 20 Y24 5 5,2 7 7,2 19 19,6 39 40,2 27 27,8
Mean % 4,1 14,8 27,1 33 21
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan jawaban responden tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata
prosentase sebagian besar yaitu 54% berada di skor 4 dan 5, hal ini berarti kasus
yang dicontohkan termasuk perbuatan yang tidak etis. Jawaban tersebut
mencerminkan bahwa responden mengetahui dengan jelas sikap dan perilaku yang
sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum oleh masyarakat.
(55)
fenomena seperti itu bermanfaat bagi dirinya meskipun dia tahu hal tersebut
termasuk perbuatan yang tidak etis, hal ini menunjukan masih ada keragu-raguan
dalam menentukan sikap, sehingga besar kemungkinan ketika faktor lain dari luar
dirinya lebih besar mempengaruhi maka dengan mudah mereka akan melanggar
norma-norma yang ada dan berperilaku tidak etis. Hal ini juga di dukung
responden yang menganggap kasus tersebut termasuk perilaku yang tidak etis
namun persentase terbesar berada di skor 4 yang berarti responden tidak
benar-benar menganggap hal itu salah dan masih terpengaruh factor lain yang
mempengaruhi jawaban mereka sehingga bisa menjadi celah bagi mereka untuk
berperilaku tidak etis.
4.2.3. Uji Kualitas Data 4.2.3.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
itu mengukur apa yang diukur. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji
dengan mengkorelasikan antara skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua
skor pertanyaan dengan masing-masing item. Jika tingkat signifikan validitas 5%, maka butir pertanyaan tersebut telah valid, begitu sebaliknya. Adapun hasil
pengolahan dari validitas adalah sebagai berikut :
1. Variabel Locus of Control
Uji validitas pada variabel locus of control (X) dilakukan sebanyak 7
(56)
Tabel 4.5 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-1
Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 0,193 0,209 0,361 0,072 0,344 0,291 0,424 0,133 0,220 -0,055 0,412 0,435 -0,078 0,446 0,394 0,430 0,399 0,166 0,134 0,400 0,425 0,228 0,433 0,531 0,058 0,040 0,000 0,485 0,001 0,004 0000 0,195 0,030 0,590 0,000 0,000 0,450 0,000 0,000 0,000 0,000 0,104 0,134 0,000 0,000 0,025 0000 0,000 Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 3A
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa item ke-1, 4, 8, 10, 13, 18 dan 19
adalah tidak valid, karena tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5%, sehingga
langkah selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-2 dengan
mengeliminasi item yang tidak valid, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-2
Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan X2 X3 X5 X6 X7 X9 X11 X12 X14 X15 X16 X17 X20 0,305 0,204 0,230 0,339 0,508 0,149 0,284 0,566 0,535 0,526 0,606 0,495 0,446 0,002 0,045 0,024 0,001 0,000 0,144 0,005 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
(57)
X21 X22 X23 X24 0,333 0,384 0,318 0,653 0,001 0,000 0,001 0,000 Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 3B
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa item ke-9 adalah tidak valid, karena
tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5% yaitu sebesar 0,144. Sehingga langkah
selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-3 dengan mengeliminasi item
tersebut, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-3
Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan X2 X3 X5 X6 X7 X11 X12 X14 X15 X16 X17 X20 X21 X22 X23 X24 0,301 0,182 0,224 0,353 0,516 0,252 0,603 0,57 0,532 0,624 0,523 0,440 0,323 0,381 0,284 0,677 0,003 0,074 0,028 0,000 0,000 0,013 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,005 0,000 Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 3C
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa item ke-3 adalah tidak valid, karena
tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5% yaitu sebesar 0,074. Sehingga langkah
selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-4 dengan mengeliminasi item
tersebut, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-4
Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan X2 X5 X6 X7 X11 0,344 0,203 0,347 0,529 0,182 0,001 0,046 0,000 0,000 0,074 Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
(58)
X12 X14 X15 X16 X17 X20 X21 X22 X23 X24 0,640 0,603 0,580 0,648 0,514 0,434 0,289 0,378 0,229 0,704 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,004 0,000 0,024 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 3D
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa item ke-11 adalah tidak valid,
karena tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5% yaitu sebesar 0,074. Sehingga
langkah selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-5 dengan
mengeliminasi item tersebut, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-5 Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan
X2 X5 X6 X7 X12 X14 X15 X16 X17 X20 X21 X22 X23 X24 0,367 0,202 0,345 0,522 0,666 0,623 0,96 0,661 0,503 0,444 0,263 0,375 0,188 0,715 0,000 0,047 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,009 0,000 0,065 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Sumber : Lampiran 3E
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa item ke-23 adalah tidak valid,
karena tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5% yaitu sebesar 0,065. Sehingga
langkah selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-6 dengan
mengeliminasi item tersebut, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-6 Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan
X2 X5 X6 0,418 0,152 0,347 0,000 0,137 0,000 Valid Tidak Valid Valid
(59)
X7 X12 X14 X15 X16 X17 X20 X21 X22 X24 0,533 0,697 0,649 0,644 0,650 0,503 0,441 0,195 0,372 0,725 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,056 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 3F
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa item ke-5 dan 21 adalah tidak
valid, karena tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5%, sehingga langkah
selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-7 dengan mengeliminasi item
yang tidak valid, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11 : Uji Validitas Variabel Locus Of Control (X) Putaran Ke-7 Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan
X2 X6 X7 X12 X14 X15 X16 X17 X20 X22 X24 0,446 0,377 0,590 0,703 0,641 0,672 0,629 0,528 0,410 0,416 0,735 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 3G
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa item-item yang tersisa adalah
valid, karena tingkat signifikannya (sig) kurang dari 5% sehingga tidak perlu
dilakukan uji validitas lagi.
Kesimpulan dari uji validitas pada variabel ini adalah item pernyataan
yang valid sebanyak 11 (sebelas) item yaitu item pernyataan ke-2, 6, 7, 12, 14,
(60)
2. Variabel Perilaku Etis
Uji validitas pada variabel perilaku etis (Y) dilakukan sebanyak 2 (dua)
kali putaran, yang hasilnya :
Tabel 4.12 : Uji Validitas VariabelPerilaku Etis (Y) Putaran Ke-1
Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20 Y21 Y22 Y23 Y24 0,473 0,535 0,549 0,450 0,399 0,279 0,150 -0,132 0,226 0,375 0,359 0,187 0,727 0,767 0,831 0,783 0,673 0,653 0,255 0,138 0,380 0,363 0,516 0,485 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006 0,142 0,196 0,026 0,000 0,000 0,066 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,179 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 4A
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa item ke-7, 8, 12 dan 20 adalah
tidak valid, karena tingkat signifikannya (sig) lebih dari 5%, sehingga langkah
selanjutnya melakukan uji validitas putaran ke-2 dengan mengeliminasi item
yang tidak valid, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13 : Uji Validitas VariabelPerilaku Etis (Y) Putaran Ke-2
Item Koefisien Korelasi Tingkat Signifikan (sig) Keterangan Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 0,457 0,531 0,545 0,458 0,405 0,309 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 Valid Valid Valid Valid Valid Valid
(61)
Y9 Y10 Y11 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y21 Y22 Y23 Y24 0,234 0,325 0,307 0,754 0,794 0,837 0,788 0,705 0,674 0,259 0,422 0,364 0,497 0,474 0,021 0,001 0,002 0,066 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,010 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Lampiran 4B
Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa item-item yang tersisa adalah
valid, karena tingkat signifikannya (sig) kurang dari 5% sehingga tidak perlu
dilakukan uji validitas lagi.
Kesimpulan dari uji validitas pada variabel ini adalah item pernyataan
yang valid sebanyak 20 (dua puluh) item yaitu item pernyataan ke-1, 2, 3, 4, 5,
6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23 dan 24.
4.2.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas mengarah pada reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian
atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Penelitian ini uji
reliabilitasnya dilakukan melalui pendekatan pengukuran reliabilitas konsistensi
internal dengan cara Cronbach Alpha yaitu membandingkan antara koefisien
alpha dengan standart alpha. Adapun hasil uji validitas pada variabel locus of
control dan perilaku etis adalah :
Tabel 4.14 : Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Penelitian Cronbach Alpha Keterangan
Locus of control (X) Perilaku etis (Y)
0,779 0,852
Reliabel Reliabel
(1)
Antara Locus Of Control dengan perilaku etis memiliki hubungan yang positif dan negatif artinya apabila mahasiswa akuntansi dengan kecenderungan
internal Locus Of control berarti mereka lebih tidak menerima tindakan yang
kurang etis atau cenderung berperilaku lebih etis (positif) dibanding dengan
mahasiswa akuntansi dengan kecenderungan eksternal locus of control yang
cenderung lebih menerima tindakan yang kurang etis (negatif).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa locus of control memiliki pengaruh
positif terhadap perilaku etis, terbukti dari hasil uji t dengan nilai t hitung sebesar 2,957 dan tingkat signifikan sebesar 0,004. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Rizki Meika Sukmana (2008) yang menyatakan bahwa variabel locus
of control paling berpengaruh signifikan terhadap perilaku auditor. Begitu juga
dengan penelitian Ari Dwi Hapsari (2006) yang menyatakan bahwa Locus Of
Control mempegaruhi respon auditor dalam situasi konflik audit terbukti kebenaranya.
Selain sependapat dengan penelitian terdahulu, hasil penelitian ini sesuai dengan teori motivasi (Gibson, 1996) yang memusatkan perhatian pada faktor – faktor di dalam individu yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan
menghentikan perilaku, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya locus of control
maka perilaku etis mahasiswa akuntansi akan terbentuk dengan baik apabila mahasiswa akuntansi tersebut mempunyai kepribadian dan perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan dalam mengendalikan semua peristiwa yang terjadi dalam diri mereka.
(2)
Hasil jawaban responden pada variabel locus of control dibagi menjadi 2
yaitu internal locus of control dan eksternal locus of control, yang hasilnya adalah
Mahasiswa jurusan akuntansi akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya
memiliki internal locus of control yang lebih tinggi dibandingkan dengan
eksternal locus of control.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan
akuntansi akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya lebih tidak menerima tindakan yang kurang etis atau cenderung berperilaku lebih etis (positif).
4.3.2. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
Beberapa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu terletak pada obyek, waktu, variabel, metode dan hasil penelitian, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.18 : Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No. Peneliti Hasil Penelitian Keterangan
1 Nike Yohana
Widianti (2009)
Tidak terdapat perbedaan pandangan antara
mahasiswa dan mahasiswi akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur terhadap perilaku etis, karena pada dasarnya dalam melaksanakan profesionalisme, tanggung jawab, moral seeorang akuntan harus memiliki perilaku yang etis dalam menjunjung tinggi etika profesi yang tidak dibatasi pada gender (laki-laki atau perempuan)
Mendukung hasil penelitian ini
2 Rizki Meika Sukmana
(2008)
3. Variabel Locus Of Control, Komitmen Profesi, dan Kesadaran Etis secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Auditor pada tingkat signifikansi 0,05.
4. Variabel locus of control paling berpengaruh signifikan terhadap perilaku auditor.
Mendukung hasil penelitian ini
(3)
3 Ari Dwi Hapsari (2006)
5. Locus Of Control mempegaruhi respon auditor
dalam situasi konflik audit terbukti kebenaranya. 6. Kesadaran etis adalah variabel moderating yang
dapat mempengaruhi pengaruh antara Locus Of
Control dengan respon auditor dalam situasi konflik audit tidak teruji kebenarannya. Variable Locus Of Control dan kesadaran etis adalah variable bebas yang signifikan mempengaruhi respon auditor dalam situasi konflik audit.
7. Komitmen profesi mempengaruhi respon auditor
dalam situasi konflik audit terbukti kebenarannya.
8. Kesadaran atis adalah variabel moderating yang dapat mempengaruhi pengaruh antara komitmen profesi dengan respon auditor dalam situasi konflik audit tidak teruji kebenarannya. 9. Variabel komitmen profesi dan kesadaran etis
adalah variable bebas yang secara signifikan mempengaruhi respon auditor dalam situasi konflik audit
Mendukung hasil penelitian ini
4 Luthfi Maulana(2011)
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana, dan kesimpulan dari analisis tersebut adalah locus of control memiliki pengaruh positif terhadap perilaku etis, dan mahasiswa jurusan akuntansi akreditasi “A” Universitas Swasta di Surabaya memiliki internal locus of control yang lebih tinggi dibandingkan dengan eksternal locus of control yang berarti lebih tidak menerima tindakan yang kurang etis atau cenderung berperilaku lebih etis (positif).
-
Sumber : Penelitian Terdahulu
4.3.3. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Data penelitian ini berasal dari persepsi responden secara tertulis melalui instrumen kuesioner. Ketidakobyektifan responden dalam mengisi kuesioner dapat mempengaruhi hasil penelitian.
(4)
2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian kuisioner tersebut akan dapat mempengaruhi cara menjawab.
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana, dan
kesimpulan dari analisis tersebut adalah locus of control memiliki pengaruh positif
terhadap perilaku etis, dan mahasiswa jurusan akuntansi akreditasi “A”
Universitas Swasta di Surabaya memiliki internal locus of control yang lebih
tinggi dibandingkan dengan eksternal locus of control yang berarti lebih tidak
menerima tindakan yang kurang etis atau cenderung berperilaku lebih etis (positif).
5.2. Saran
Penelitian ini hanya mencoba memberikan persepsi bahwa eksistensi perilaku etis terus dapat dikembangkan dengan pembentukan karakter diri sebagai
implementasi dari locus of control, sehingga saran yang dapat diberikan adalah :
1. Bagi dunia pendidikan, hendaknya lebih memahami karakter mahasiswa untuk mencetak calon-calon akuntan yang professional.
2. Bagi institusi pendidikan akuntansi hendaknya memberikan
pengetahuan-pengetahuan tentang nilai-nilai moral dalam profesi akuntansi, karena internal
locus of control yang tinggi tanpa didasari dengan pengetahuan beretika akan mempengaruhi ketidaksadaran ketika berperilaku tidak etis. Selain itu bagi
(6)
akuntan pendidik, hendaknya menerapkan perilaku yang etis sehingga dapat dijadikan tauladan untuk calon-calon akuntan nantinya.
3. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya menambah variabel selain locus
of control seperti : Komitmen Profesi, Kesadaran Etis, dan Lingkungan. Selain itu, memperluas jangkauan populasi tidak hanya di UPN ‘Veteran” Jawa Timur, Universitas Widya Mandala dan Universitas Surabaya.