Peran UNESCO dalam Perlindungan Angkor Wat Sebagai Warisan Budaya Dunia Tahun 2009-2013.

(1)

PERAN UNESCO DALAM PERLINDUNGAN

ANGKOR WAT SEBAGAI WARISAN BUDAYA

DUNIA TAHUN 2009-2013

SKRIPSI

Disusun oleh: Hendri Wijaya NIM. 1121105003

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Hubungan Internasional

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

i

PERAN UNESCO DALAM PERLINDUNGAN

ANGKOR WAT SEBAGAI WARISAN BUDAYA

DUNIA TAHUN 2009-2013

SKRIPSI

Disusun oleh: Hendri Wijaya NIM. 1121105003

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Hubungan Internasional

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA


(3)

(4)

(5)

iv

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 4

I.3 Batasan Masalah ... 4

I.4 Tujuan Penelitian ... 5

I.5 Manfaat Penelitian ... 5

I.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II Tinjauan Pustaka ... 7

II.1 Kajian Pustaka ... 7

II.2 Kerangka Konseptual ... 10

II.2.1 Warisan Budaya Dunia ... 10

II.2.2 Peran UNESCO ... 12


(6)

v

III.1 Jenis Penelitian ... 18

III.2 Sumber Data ... 18

III.3 Teknik Pengumpulan Data ... 19

III.4 Teknik Analisis Data ... 19

BAB IV Gambaran Umum, Hasil Temuan dan Analisis ... 22

IV.1 Angkor Wat Sebagai Warisan Budaya Dunia ... 22

IV.1.1 Ancaman Terhadap Angkor Wat ... 26

IV.1.2 UNESCO di Kamboja ... 33

IV.1.3 Kerjasama HMF Antara UNESCO Dan Pemerintah Kamboja . 34 IV.1.4 UNESCO Convention Text 1972 ... 38

IV.2 Peran UNESCO Dalam Perlindungan Angkor Wat... 41

IV.2.1 Peran Perlindungan ... 46

IV.2.2 Peran Konservasi ... 50

IV.2.3 Peran Rehabilitasi ... 61

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 67

V.1 Kesimpulan ... 67

V.2 Saran ... 68 Daftar Pustaka


(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Wilayah Kamboja ... 23 Gambar 2 Area Angkor Wat ... 23 Gambar 3 Kerusakan Pada Relief Angkor Wat ... 32


(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pertumbuhan penduduk... 29 Tabel 2 Peningkatan dalam pariwisata tahun 2009-2013 ... 29


(9)

viii

DAFTAR SINGKATAN

UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization OUV : Oustanding Univeral Value

HMF : Heritage Management Framework GML : Godden Mackay Logan

APSARA : Autorité pour la Protection du Site et l'Aménagement de la Région d'Angkor

WHA : World Heritage Area WHL : World Heritage List


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Skripsi yang berjudul “Peran UNESCO dalam Perlindungan Angkor Wat Sebagai Warisan Budaya Dunia Tahun 2009-2013” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu serta pengalaman dan pengetahuan penulis. Namun skripsi ini telah dibuat semaksimal mungkin dengan kemauan, usaha serta kemampuan yang ada pada diri penulis. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika SpPD KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, serta Bapak Tedi Ervianto, S.IP, M.Si., selaku Pembantu Dekan I.

3. Bapak Idin Fasisaka, S.IP., M.A., selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. 4. Ibu D.A. Wiwik Dharmiasih, S.IP., M.A., dan Ibu Putu Ratih Kumala Dewi,

S.H., M.Hub Int selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan tenaga, waktu dan pikiran untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dewan penguji yaitu Bapak Idin Fasisaka, S.IP., M.A dan Ibu Putu Titah Kawitri Resen, S.IP., M.A yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran dalam skripsi ini.


(11)

x

6. Seluruh dosen pengajar program studi Hubungan Internasional, pegawai Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana atas bimbingan dan kerjasamanya mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.

7. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan agar dapat diselesaikannya skripsi ini. Terutama mama, papa dan kakak.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan mulai dari awal kuliah hingga saat ini, yang sudah penulis anggap seperti saudara sendiri, Odika Bayu, Angga Prasada, Sagung Dwiyutiari, Leony Yulia Dewi, Fiesta Ayu Wismiati, Komang Tri Laksmi, Melia Dwiyani, Ika Purnamasari dan Sintya Dewi.

9. Teman-teman HI 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Hampir empat tahun bersama-sama kalian, baik dalam masa perkuliahan dan beberapa dalam penyusunan skripsi.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung, membantu serta mendoakan terselesaikannya skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan masukan yang bersifat membangun. Penulis juga berharap penelitian ini akan mampu memberikan manfaat pada pihak-pihak yang membutuhkan informasi terkait topik bahasan skripsi. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkenan membaca skripsi ini.

Denpasar, 18 April 2016


(12)

xi

ABSTRAK

Kamboja, sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi UNESCO Convention Text 1972 memiliki sebuah Warisan Budaya Dunia yang terkenal yaitu Angkor Wat. Sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia milik Kamboja, Angkor Wat telah mengalami berbagai masalah dari kurangnya perhatian dan manajemen yang mengakibatkan berbagai masalah terhadap kelangsungan Angkor Wat sebagai sebuah situs Warisan Budaya Dunia. Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih lanjut UNESCO sebagai organisasi internasional menjalankan perannya dan bersama Pemerintah Kamboja membentuk 2 buah dokumen kerjasama yang pada tahun 2009-2010 terbentuk Cambodia-UNESCO

country programming document yang kemudian melalui dokumen ini

direncanakan kerangka kerja yang lebih lanjut untuk melindungi Angkor Wat yaitu Heritage Management Framework yang terbentuk pada tahun 2010-2013 yang dibentuk oleh UNESCO, pemerintah Kamboja dan Australia. Heritage

Management Framework berisi berbagai strategi manajemen dan kebijakan yang

efektif dalam perlindungan Angkor Wat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran UNESCO dalam perlindungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia. Penelitian ini dikaji dengan menggunakan konsep peran UNESCO dan Warisan Budaya Dunia. Lokus waktu penelitian adalah dari tahun 2009-2013.


(13)

xii

ABSTRACT

Cambodia, as one of the countries that have ratified the 1972 UNESCO Convention Text has a famous World Cultural Heritage is Angkor Wat. As one of the World Cultural Heritage belongs to Cambodia, Angkor Wat has experienced a variety of problems from lack of attention and management that lead to various problems for the continuity of Angkor Wat as a World Cultural Heritage site. To prevent further damage, UNESCO as an international organization to perform its role and together with the Government of Cambodia to form two pieces of documents of cooperation, in 2009-2010 formed Cambodia-UNESCO country programming document which is then through this document is planned framework further to protect Angkor Wat, namely Heritage Management Framework that formed in 2010-2013, established by UNESCO, the government of Cambodia and Australia. Heritage Management Framework provides a variety of management strategies and policies that are effective in the protection of Angkor Wat. This study aims to describe the role in the protection of Angkor Wat UNESCO as a World Cultural Heritage. This study examined using the concept of the role of UNESCO and the World Cultural Heritage. Locus when the study is from the year 2009 to 2013.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Budaya merupakan suatu isu baru dalam kajian Hubungan Internasional. Banyak negara kini menunjukkan kekuatannya dari sisi budaya, karena melalui budaya negara dapat meningkatkan sektor ekonomi dan sosial yang berperan penting untuk perkembangan negara. Salah satu negara yang memiliki budaya baik benda (tangible) maupun bukan benda (intangible) yang diakui dalam Warisan Budaya Dunia adalah Kamboja. Kamboja memiliki sebuah monumen religi kuno yang terletak di Provinsi Siem Reap. Monumen ini dikenal dengan nama Angkor Wat.

Angkor Wat diakui oleh UNESO dan masuk sebagai Warisan Budaya Dunia di tahun 1992. Angkor Wat bisa menjadi Warisan Budaya Dunia karena memiliki keindahan artistik dari arsitekur kuno dan menjadi contoh arsitektur yang menggambarkan sebuah peradaban kuno bersejarah yang paling penting di Asia Tenggara. Angkor Wat merupakan sisa-sisa peninggalan dari kerajaan Khmer dari abad ke-9 hingga ke-15. Pengaruh seni Khmer yang dikembangkan di Angkor merupakan salah satu seni yang mendalam dan memiliki peran penting dalam perkembangan seni Kamboja. Terdapat berbagai ukiran kuno dan patung yang memiliki nilai sejarah (Sarm, 2013). Nilai-nilai itulah yang kemudian


(15)

2

menjadi Outstanding Universal Value (OUV)1 Angkor Wat. Angkor Wat menjadi salah satu daya tarik Kamboja dan menjadi objek pariwisata yang digemari oleh banyak wisatawan.

Setelah Angkor wat masuk sebagai Warisan Budaya Dunia muncul beberapa masalah yang mengancam pelestarian Angkor Wat. Dikutip dari situs National Geographic yang penulis ambil tahun 2015 disebutkan bahwa ancaman terhadap kelangsungan situs karena banyaknya terjadi penjarahan artefak, penggalian illegal, penebangan liar, dan banyak ditemukannya ranjau darat dalam kawasan. UNESCO melihat Pemerintah Kamboja tidak cukup serius dalam menangani berbagai permasalahan yang disebutkan diatas. Angkor Wat kemudian masuk ke dalam situs endangered list pada akhir tahun 1992

Kamboja sendiri sebenarnya telah meratifikasi UNESCO Convention

concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage (1972)

pada tahun 1991 (Lloyd, 2009). Melalui konvensi tersebut, Pemerintah Kamboja mulai mengambil beberapa langkah serius dalam menangani pelestarian Angkor Wat. Pada tahun 1993 terbentuk 1st Intergovernmental Conference for the

Safeguarding and Development of the Angkor Site yang diadakan di Tokyo untuk

membahas perlindungan Angkor Wat. Pada tahun 1995 APSARA dibentuk sebagai sebuah organisasi nasional untuk perlindungan dan pelestarian Angkor Wat. Pada tahun 1996 Pemerintah Kamboja memberlakukan Undang-Undang perlindungan Warisan Budaya kemudian pada tahun 2003 terbentuk 2nd

1

Oustanding Universal Value (OUV) adalah nilai-nilai khusus yang dimiliki oleh Warisan Budaya Dunia (Jokilehto J., 2008).


(16)

3

Intergovernmental Conference for the Safeguarding and Sustainable Development

of the historic site of Angkor an its region yang diadakan di Paris.

Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah Kamboja dan UNESCO membuat Angkor Wat keluar dari endangered list 2di tahun 2004.Setelah Angkor Wat keluar dari endangered list, masih banyak ancaman-ancaman lain yang terjadi dan dapat mempengaruhi kelestarian kebudayaan Angkor Wat. Ancaman-ancaman yang mulai bermunculan seperti kenaikan jumlah pengunjung dari dampak pariwisata, pembangunan yang tidak sah dalam zona yang dilindungi, pertumbuhan penduduk, komunikasi dalam APSARA dan para aktor yang berkepentingan, kemiskinan di pedesaan, ancaman terhadap adat dan praktek-praktek tradisional, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Ancaman-ancaman diatas kemudian membuat UNESCO pada tahun 2009-2010 mengeluarkan dokumen kerjasama dengan pemerintah Kamboja yaitu Cambodia–

UNESCO Country Programming Document. Selain itu UNESCO dan pemerintah

Kamboja juga melakukan proyek kerjasama yang diberi nama Heritage

Management Framework (HMF).

Heritage Management Framework (HMF) diusulkan oleh UNESCO pada

tahun 2009 dan di pertengahan tahun yang sama HMF tersebut merencanakan manajemen Angkor Wat dalam pengembangan berkelanjutan dan manajemen pariwisata. HMF sendiri merupakan sebuah inisiatif dari pemerintah Kamboja. HMF tersebut melibatkan pihak-pihak seperti UNESCO, APSARA National

Authority dan Godden Mackay Logan (GML) heritage consultants di tahun 2010

2

Endangered list adalah sebuah informasi untuk masyarakat internasional atas kondisi dari sebuah situs Warisan Budaya Dunia yang terdaftar dalam daftar Warisan Budaya Dunia yang kondisinya terancam bahaya dan memerlukan sebuah tindakan kolektif (UNESCO, n.d)


(17)

4

sampai 2013. Berbagai kegiatan dibentuk untuk pengembangan Kamboja dan kegiatan perlindungan dari Warisan Budaya Dunia Angkor Wat. Kerjasama UNESCO dengan pemerintah Kamboja dalam perlindungan Angkor Wat menyebabkan penulis ingin lebih mengkaji peran UNESCO terutama dalam perlindungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas rumusan masalah yang diangkat penulis adalah bagaimana peran UNESCO dalam perlindungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia tahun 2009-2013.

I.3. Batasan Masalah

Penelitian penulis memfokuskan pada peran UNESCO dalam perlindungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia pada kisaran tahun 2009-2013. Penulis menggunakan kisaran tahun 2009-2013 karena pada tahun tersebut UNESCO dan Pemerintah Kamboja melakukan kerjasama dalam pelestarian Angkor Wat sebagai situs Warisan Budaya Dunia dan dikeluarkannya

Cambodia–UNESCO Country Programming Document dan Heritage

Management Framework sebagai dokumen kerjasama dalam pelestarian Angkor

Wat di Kamboja. Selain itu, penelitian ini memusatkan pada peran UNESCO sebagai sebuah organisasi internasional dalam melindungi Warisan Budaya Dunia.


(18)

5

I.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana peran UNESCO dalam perlindungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia Tahun 2009-2013.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu bagi akademisi Hubungan Internasional mengenai peran yang dijalankan oleh organisasi internasional dalam perlindungan kebudayaan suatu negara sebagai Warisan Budaya Dunia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi dan ilmiah bagi pihak-pihak yang terlibat, khususnya pemangku kepentingan yang terlibat dalam perlindungan dan pelestarian situs sebagai Warisan Budaya Dunia.

I.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu sebagai berikut:

Bab I: Penulis menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(19)

6

Bab II: Penulis menjelaskan mengenai kajian pustaka dan kerangka konseptual yang penulis gunakan dalam penelitian.

Bab III: Penulis menjelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV: Penulis menjelaskan mengenai gambaran umum penelitian dan hasil temuan serta analisis hasil temuan penelitian. Penulis memaparkan dinamika perlindungan Angkor Wat sebagai Warisan Budaya Dunia dan latar belakang pembentukan HMF kemudian peran UNESCO dalam perlindungan Angkor Wat melalui program HMF dan Cambodia-UNESCO Country Programming Document.


(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pertama yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tulisan Somuncu & Yigit (2010) yang berjudul World Heritage Sites in Turkey:

Current Status and Problems of Conservation and Management. Tulisan

Somuncu dan Yigit (2010) memaparkan mengenai status dari Warisan Budaya Turki dan masalah dalam konservasi dan manajemennya. Tulisan ini memfokuskan pada Warisan Budaya Turki yang mengalami kekurangan dalam hal manajemen dan pelestarian dan isu-isu dari alih fungsi lahan mulai menimbulkan dampak terhadap Warisan Budaya Dunia di Turki. Tulisan ini juga menjelaskan permasalahan dalam kurangnya kerjasama dalam pelestarian dan manajemen Warisan Budaya Dunia antara pemerintah Turki dan UNESCO.

Penelitian Somuncu & Yigit (2010) memaparkan bahwa terdapat sembilan situs Warisan Budaya Dunia yang terdapat di Turki yang perlu untuk mendapatkan manajemen dan konservasi untuk masa mendatang. Tulisan ini menjelaskan UNESCO sebagai sebuah organisasi yang memonitor Warisan Budaya Dunia yang menjadi acuan terutama dalam menjalankan manajemen Warisan Budaya Dunia. Somuncu & Yigit (2010) memaparkan bahwa Warisan Budaya Dunia memerlukan sebuah management plan untuk mendukung kelestarian dari situs untuk di masa depan.


(21)

8

Tulisan Somuncu & Yigit (2010) menggunakan konsep Warisan Budaya Dunia dan monitoring. Penelitian penulis juga menggunakan konsep yang sama yaitu Warisan Budaya Dunia namun penulis juga menggunakan konsep lainnya yaitu Organisasi Internasional dengan melihat pada perlindungan, identifikasi, rehabilitasi hingga konservasi. Penelitian penulis lebih mengkhususkan pada peran UNESCO dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia sedangkan dalam tulisan Somuncu & Yigit (2010) lebih memfokuskan pada peran UNESCO dalam memonitor dan memberikan acuan dalam manajemen perlindungan melalui

Convention Text 1972. Peran UNESCO dalam Somuncu & Yigit (2010) kurang

dijelaskan secara detail dalam merencanakan manajemen perlindungan Warisan Budaya Dunia dan hanya memaparkan UNESCO sebagai sebuah organisasi yang bertugas untuk memasukkan sebuah situs sebagai Warisan Budaya Dunia. Tulisan Somuncu & Yigit (2010) memberikan kontribusi dalam penelitian penulis karena memaparkan pentingnya Warisan Budaya Dunia untuk melakukan manajemen perlindungan untuk melindungi status sebagai Warisan Budaya Dunia.

Kajian pustaka kedua yang penulis gunakan berjudul Imbalance of World

Heritage List: Did the UNESCO Strategy Work? (Steiner & Frey, 2011). Tulisan

Steiner & Frey (2011) memaparkan mengenai UNESCO sebagai organisasi internasional yang memiliki peran dalam perlindungan warisan budaya dengan memasukkannya ke dalam daftar Warisan Budaya Dunia. Selain memfokuskan pada strategi dan peran UNESCO tulisan ini juga memaparkan mengenai pentingnya sebuah warisan budaya masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Dunia


(22)

9

UNESCO yang berguna untuk perlindungan dan manajemen warisan budaya tersebut.

Salah satu peran UNESCO yang dijelaskan dalam tulisan Steiner & Frey (2011) adalah mengeluarkan kebijakan yaitu Global Strategy for a Balanced,

Representative and Credible World Heritage List untuk lebih seimbang dan

kredibel dalam memasukkan warisan budaya sebagai Warisan Budaya Dunia. Selain itu, dalam tulisan ini Steiner & Frey (2011) juga memaparkan UNESCO sebagai organisasi internasional yang terlibat dalam perlindungan warisan budaya yang secara langsung bekerjasama dengan negara. Hal ini memperlihatkan adanya peran UNESCO sebagai organisasi internasional yang membantu negara untuk mencapai tujuannya.

Tulisan Steiner & Frey (2011) menggunakan konsep peran UNESCO yaitu sebagai pembentuk kebijakan (policy maker) dan Warisan Budaya Dunia yang merupakan dua konsep yang penulis juga gunakan dalam penelitian. Akan tetapi penulis juga memaparkan konsep peran dari UNESCO. Tulisan Steiner & Frey (2011) dan penelitian penulis memiliki konteks yang sama yaitu peran dari UNESCO. Tetapi Steiner & Frey (2011) mengkhususkan pada peran UNESCO sebagai pengambil kebijakan sedangkan penulis mengambil peran sebagai identifikasi, rehabilitasi, dan konservasi. Tulisan Steiner & Frey (2011) memberikan kontribusi dalam penelitian ini dengan memaparkan pentingnya peranan UNESCO dalam pengelolaan Warisan Budaya Dunia.


(23)

10

II.2. Kerangka Konseptual

Konsep adalah suatu simbol atau obyek, sifat maupun suatu fenomena tertentu. Konsep dalam ilmu sosial menunjuk pada sifat dari obyek yang dipelajari oleh studi tertentu yang dapat berupa kelompok, negara dan organisasi internasional (Mas’oed, 1994). Melalui konsep, penulis dapat menentukan bagian mana dari suatu obyek tertentu yang menjadi hal penting dalam penelitian ini. Penulis menggunakan beberapa konsep yaitu peran organisasi internasional yaitu UNESCO dan Warisan Budaya Dunia.

II.2.1. Warisan Budaya Dunia

Warisan Budaya Dunia didefinisikan sebagai sebuah gabungan hasil kreasi dari alam dan manusia yang membentuk sebuah lingkungan tempat kita hidup dalam sebuah ruang dan waktu. Warisan Budaya Dunia adalah realitas yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang mengandung nilai-nilai warisan yang kaya yang dapat disebarkan yang mengundang pengakuan dan partisipasi kita (Jokilehto, 2005). UNESCO (n.d) memberikan pemaparan Warisan Budaya Dunia sebagai sebutan untuk tempat di bumi yang memiliki nilai universal yang luar biasa untuk kemanusiaan dan dengan demikian, telah tertulis di Daftar Warisan Dunia untuk dilindungi, dihargai dan dinikmati oleh generasi mendatang .

Konsep Warisan Budaya Dunia digunakan untuk memperjelas bahasan dan status Angkor Wat yang menjadi sebuah situs warisan budaya. Angkor Wat termasuk dalam kategori sebagai Warisan Budaya monumen yang memiliki nilai-nilai sejarah dan estetika. Konsep ini membahas mengenai status dari Angkor


(24)

11

Wat sebagai Warisan Budaya Dunia yang memiliki nilai-nilai budaya yang harus dilindungi dan keterlibatan peran UNESCO dalam usaha-usaha perlindungan Angkor Wat sebagai situs Warisan Budaya Dunia.

Suatu Warisan Budaya Dunia harus memiliki nilai-nilai yang merepresentasikan Outstanding Universal Value (OUV). Pada tahun 1976, UNESCO Expert Meeting mendiskusikan definisi dari OUV. Definisi universal diinterpretasikan sebagai artian bahwa properti yang diajukan untuk dimasukkan ke dalam World Heritage List harus melambangkan ide atau nilai-nilai yang diakui secara universal sebagai suatu hal penting atau mempengaruhi evolusi manusia pada suatu waktu yang dikutip dari Jokilehto J (2008):

Meaning that a property submitted for inclusion in the WHL should represent or symbolise a set of ideas or values which are universally recognized as important, or as having influenced the evolution of mankind as a whole at one time or another

OUV dapat diukur melalui berbagai kriteria berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki. Kriteria tersebut yaitu properti dengan pencapain artistik yang unik, mempengaruhi arsitektur dunia, mewakili intelektual tinggi dan prestasi sosial atau artistik, properti bersifat unik dan langka, bersifat kuno, properti terkait dengan peristiwa, agama atau filsafat, penjelasan ini sebagaimana dikutip dari (Jokilehto J. , 2008) :

1) Properties which represent a unique artistic achievement, including the

masterpieces of internationally renowned architects and builders.

2) Properties of outstanding importance for the influence they have exercised

over the development of world architecture or of human settlements (either over a period of time or within a geographical area).

3) Properties which are the best or most significant examples of important

types or categories representing a high intellectual, social or artistic achievement.


(25)

12

4) Properties which are unique or extremely rare (including those

characteristic of traditional styles of architecture, methods of construction or forms of human settlements which are threatened with abandonment or destruction as a result of irreversible socio-cultural or economic change).

5) Properties of great antiquity.

6) Properties associated with and essential to the understanding of globally s

ignificant persons, events, religions or philosophies.

Poin-poin di atas dapat dijelaskan bahwa sebuah situs menjadi Warisan Budaya Dunia harus memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dan memiliki nilai-nilai budaya universal.

II.2.1. Peran UNESCO

Organisasi internasional harus terdiri dari setidaknya dua anggota yang memenuhi syarat dari sistem internasional dan memiliki atau telah dibentuk oleh kesepakatan formal antara pemerintah negara-negara nasional, di samping itu organisasi harus mengadakan sesi pleno yang teratur serta memiliki sekretariat permanen dengan markas permanen yang sedang melakukan tugas yang berlangsung (Michael Wallace dan David Singer, 1970 dikutip dalam J. Meierhenrich, 2012:9). Organisasi internasional memiliki peran yang disepakati oleh anggota-anggotanya yaitu (Mingst, 2003):

1. Berkontribusi untuk bekerjasama agar organisasi dan negeara terbiasa bekerja bersama.

2. Mengumpulkan informasi.

3. Memberikan bantuan dalam penyelesaian sengketa. 4. Melakukan kegiatan operasional.


(26)

13

6. Membentuk rezim internasional.

UNESCO merupakan organisasi internasional karena telah memenuhi syarat dari sistem internasional dan dibentuk dengan pemerintah negara-negara nasional. Selain itu, UNESCO dalam menjalankan perannya sebagai organisasi internasional dalam melindungi situs Warisan Budaya Dunia telah memenuhi salah satu dari peran organisasi internasional di atas yaitu melakuan kegiatan operasional. Kegiatan operasional tersebut dijalankan melalui peran yang disebutkan dalam pasal 23 UNESCO Convention Text 1972. UNESCO memiliki peran penting dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia. Berdasarkan pada UNESCO Convention Text 1972, telah disebutkan beberapa peran dari UNESCO dalam menangani Warisan Budaya Dunia. Peran tersebut tertulis pada Pasal 23 yang berbunyi:

Article 23:

The World Heritage Committee may also provide international assistance to national or regional centres for the training of staff and specialists at all levels in the field of identification, protection, conservation, presentation and rehabilitation of the cultural and natural heritage.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa peran penting yang harus dijalankan dalam melindungi Warisan Budaya Dunia adalah peran identifikasi, perlindungan, konservasi, dan rehabilitasi warisan budaya dan alam. Adapun peran-peran tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Peran identifikasi (identification) Warisan Budaya Dunia dengan menggambarkan elemen atau menggolongkan, untuk membedakan satu Warisan Budaya Dunia dengan lainnya. Pedoman Operasional, identifikasi properti sebagai sebuah langkah pertama dalam proses konservasi atau


(27)

14

pelestarian Warisan Budaya Dunia (UNESCO glossary, n.d). Peran identifikasi juga berguna untuk proses pengambilan tindakan yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan atau target yang ingin dicapai (UNESCO, 2008).

2. Peran perlindungan (protection) didefinisikan sebagai tindakan atau proses penerapan langkah-langkah yang dirancang untuk mempengaruhi kondisi fisik properti dengan mempertahankan atau menjaganya dari kerusakan, kehilangan atau serangan, atau untuk menutupi atau melindungi properti dari bahaya. Perlindungan berarti penerapan tindakan yang bertujuan pelestarian, menjaga dan peningkatan keanekaragaman ekspresi budaya (ICOMOS, 2011). Perlindungan Warisan Budaya Dunia dikeluarkan UNESCO pada tahun 1972 memberikan bantuan internasional untuk pusat-pusat nasional atau regional untuk pelatihan staf dan spesialis di semua tingkatan di bidang identifikasi, perlindungan, pelestarian, presentasi dan rehabilitasi warisan budaya dan alam. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan pada peran perlindungan. Perlindungan Warisan Budaya atau World Heritage Protection memiliki duabentuk pengertian yang mendasar yaitu, perlindungan dalam bentuk tradisional dan kontemporer (Centre for Preventive Archeology, n.d). Perlindungan tradisional terutama didasarkan pada keyakinan bahwa tujuannya adalah perlindungan fisik monumen budaya individu dari serangan perubahan yang ditimbulkan oleh waktu dan cara hidup modern, dan


(28)

15

presentasi dari nilai-nilai yang telah mendorong untuk melindungi monumen sebagai benda warisan budaya.

3. Peran konservasi (conservation) merupakan semua tindakan yang ditujukan untuk pengamanan kekayaan budaya untuk masa depan. Tujuan dari konservasi adalah untuk mempelajari, mempertahankan dan mengembalikan kualitas budaya yang signifikan dari properti budaya (ICOMOS, 2011). Konservasi menyiratkan menjaga keselamatan atau melestarikan sumber daya warisan dari kehancuran atau perubahan, yaitu, tindakan yang diambil untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang hidup (Feilden, 1982: 3 dalam ICOMOS, 2011). Terdapat peran lain dari UNESCO seperti dikutip dari Monaghan (2014) yaitu konservator. Sebagai konservator UNESCO memberikan perlindungan terhadap Warisan Budaya (protection of Heritage) dalam bentuk konservasi dan manajemen terhadap situs yang terancam. Unsur-unsur yang harus dipenuhi sebagai konservator dalam konservasi adalah sustainable

development (pengembangan berkelanjutan), climate science, monitoring

(memonitor perkembangan), sebagai wadah untuk bertukar informasi dan pengetahuan UNESCO (2001). Pengertian lain dari konservator adalah seorang ahli yang pekerjaan utamanya adalah praktek konservasi dan yang melalui pendidikan khusus, pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman, merumuskan dan melaksanakan semua kegiatan konservasi sesuai dengan pedoman praktek dan konservator merupakan orang yang bertanggung jawab untuk pengobatan, perawatan pencegahan, dan penelitian diarahkan


(29)

16

menuju pengamanan jangka panjang warisan budaya dan alam (ICOMOS,2011).

4. Peran rehabilitasi (rehabilitation) biasanya dilakukan untuk memperpanjang hidup bangunan dan atau kelayakannya. Hal ini mungkin melibatkan lebih dari adaptasi konservasi, tapi masih akan mempertahankan sebagian besar fitur asli bangunan. Peran ini melibatkan beberapa modifikasi, renovasi, pembangunan kembali atau penyesuaian, dan beberapa perbaikan. Rehabilitasi dapat dilakukan untuk eksterior serta interior bangunan. Hal ini dapat mencakup sebagian besar atau kecil proyek. Menurut penggunaan kata selama beberapa tahun terakhir, proyek rehabilitasi cenderung lebih pendek dari proyek renovasi di tingkat dan / atau biaya pekerjaan (National Research Council of Canada, 1982 dalam ICOMOS, 2011).

5 Peran presentasi (presentation) disebutkan dalam artikel lima UNESCO

Convention text 1972 sebagai sebuah tindakan efektif dan aktif dalam

memastikan sebuah identifikasi, perlindungan, pelestarian, presentasi dan transmisi (UNESCO glossary, n.d).

Article 5 UNESCO Convention Text 1972

To ensure that effective and active measures are taken for the protection, conservation and presentation of the cultural and natural heritage situated on its territory, each State Party to this Convention shall endeavor, in so far as possible, and as appropriate for each country:

To adopt a general policy which aims to give the cultural and natural heritage a function in the life of the community and to integrate the protection of that heritage into comprehensive planning programmes.


(30)

17

Artikel 5 menyebutkan bahwa untuk memastikan langkah-langkah yang efektif dan aktif diambil untuk perlindungan, pelestarian, dan penyajian warisan budaya dan alam yang terletak di wilayahnya, setiap negara anggota dalam konvensi ini harus berusaha sejauh mungkin dan sesuai dengan masing-masing negara untuk mengadopsi kebijakan umum, yang bertujuan untuk memberikan warisan budaya dan alam fungsi dalam kehidupan masyarakat dan untuk mengintegrasikan perlindungan warisan dalam program perencanaan yang komprehensif.

Artikel 5 ini memberikan acuan kepada pemerintah Kamboja untuk menjalankan perlindungan Angkor Wat mulai dari konservasi hingga mengikuti kebijakan umum untuk pelestarian dan pengembangan yang lebih lanjut dari situs Angkor Wat. Penelitian ini menggunakan UNESCO sebagai organisasi internasional yang ikut berperan dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia.


(1)

4) Properties which are unique or extremely rare (including those characteristic of traditional styles of architecture, methods of construction or forms of human settlements which are threatened with abandonment or destruction as a result of irreversible socio-cultural or economic change). 5) Properties of great antiquity.

6) Properties associated with and essential to the understanding of globally s ignificant persons, events, religions or philosophies.

Poin-poin di atas dapat dijelaskan bahwa sebuah situs menjadi Warisan Budaya Dunia harus memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dan memiliki nilai-nilai budaya universal.

II.2.1. Peran UNESCO

Organisasi internasional harus terdiri dari setidaknya dua anggota yang memenuhi syarat dari sistem internasional dan memiliki atau telah dibentuk oleh kesepakatan formal antara pemerintah negara-negara nasional, di samping itu organisasi harus mengadakan sesi pleno yang teratur serta memiliki sekretariat permanen dengan markas permanen yang sedang melakukan tugas yang berlangsung (Michael Wallace dan David Singer, 1970 dikutip dalam J. Meierhenrich, 2012:9). Organisasi internasional memiliki peran yang disepakati oleh anggota-anggotanya yaitu (Mingst, 2003):

1. Berkontribusi untuk bekerjasama agar organisasi dan negeara terbiasa bekerja bersama.

2. Mengumpulkan informasi.

3. Memberikan bantuan dalam penyelesaian sengketa. 4. Melakukan kegiatan operasional.


(2)

6. Membentuk rezim internasional.

UNESCO merupakan organisasi internasional karena telah memenuhi syarat dari sistem internasional dan dibentuk dengan pemerintah negara-negara nasional. Selain itu, UNESCO dalam menjalankan perannya sebagai organisasi internasional dalam melindungi situs Warisan Budaya Dunia telah memenuhi salah satu dari peran organisasi internasional di atas yaitu melakuan kegiatan operasional. Kegiatan operasional tersebut dijalankan melalui peran yang disebutkan dalam pasal 23 UNESCO Convention Text 1972. UNESCO memiliki peran penting dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia. Berdasarkan pada UNESCO Convention Text 1972, telah disebutkan beberapa peran dari UNESCO dalam menangani Warisan Budaya Dunia. Peran tersebut tertulis pada Pasal 23 yang berbunyi:

Article 23:

The World Heritage Committee may also provide international assistance to national or regional centres for the training of staff and specialists at all levels in the field of identification, protection, conservation, presentation and rehabilitation of the cultural and natural heritage.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa peran penting yang harus dijalankan dalam melindungi Warisan Budaya Dunia adalah peran identifikasi, perlindungan, konservasi, dan rehabilitasi warisan budaya dan alam. Adapun peran-peran tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Peran identifikasi (identification) Warisan Budaya Dunia dengan menggambarkan elemen atau menggolongkan, untuk membedakan satu Warisan Budaya Dunia dengan lainnya. Pedoman Operasional, identifikasi properti sebagai sebuah langkah pertama dalam proses konservasi atau


(3)

pelestarian Warisan Budaya Dunia (UNESCO glossary, n.d). Peran identifikasi juga berguna untuk proses pengambilan tindakan yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan atau target yang ingin dicapai (UNESCO, 2008).

2. Peran perlindungan (protection) didefinisikan sebagai tindakan atau proses penerapan langkah-langkah yang dirancang untuk mempengaruhi kondisi fisik properti dengan mempertahankan atau menjaganya dari kerusakan, kehilangan atau serangan, atau untuk menutupi atau melindungi properti dari bahaya. Perlindungan berarti penerapan tindakan yang bertujuan pelestarian, menjaga dan peningkatan keanekaragaman ekspresi budaya (ICOMOS, 2011). Perlindungan Warisan Budaya Dunia dikeluarkan UNESCO pada tahun 1972 memberikan bantuan internasional untuk pusat-pusat nasional atau regional untuk pelatihan staf dan spesialis di semua tingkatan di bidang identifikasi, perlindungan, pelestarian, presentasi dan rehabilitasi warisan budaya dan alam. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan pada peran perlindungan. Perlindungan Warisan Budaya atau World Heritage Protection memiliki duabentuk pengertian yang mendasar yaitu, perlindungan dalam bentuk tradisional dan kontemporer (Centre for Preventive Archeology, n.d). Perlindungan tradisional terutama didasarkan pada keyakinan bahwa tujuannya adalah perlindungan fisik monumen budaya individu dari serangan perubahan yang ditimbulkan oleh waktu dan cara hidup modern, dan


(4)

presentasi dari nilai-nilai yang telah mendorong untuk melindungi monumen sebagai benda warisan budaya.

3. Peran konservasi (conservation) merupakan semua tindakan yang ditujukan untuk pengamanan kekayaan budaya untuk masa depan. Tujuan dari konservasi adalah untuk mempelajari, mempertahankan dan mengembalikan kualitas budaya yang signifikan dari properti budaya (ICOMOS, 2011). Konservasi menyiratkan menjaga keselamatan atau melestarikan sumber daya warisan dari kehancuran atau perubahan, yaitu, tindakan yang diambil untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang hidup (Feilden, 1982: 3 dalam ICOMOS, 2011). Terdapat peran lain dari UNESCO seperti dikutip dari Monaghan (2014) yaitu konservator. Sebagai konservator UNESCO memberikan perlindungan terhadap Warisan Budaya (protection of Heritage) dalam bentuk konservasi dan manajemen terhadap situs yang terancam. Unsur-unsur yang harus dipenuhi sebagai konservator dalam konservasi adalah sustainable development (pengembangan berkelanjutan), climate science, monitoring (memonitor perkembangan), sebagai wadah untuk bertukar informasi dan pengetahuan UNESCO (2001). Pengertian lain dari konservator adalah seorang ahli yang pekerjaan utamanya adalah praktek konservasi dan yang melalui pendidikan khusus, pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman, merumuskan dan melaksanakan semua kegiatan konservasi sesuai dengan pedoman praktek dan konservator merupakan orang yang bertanggung jawab untuk pengobatan, perawatan pencegahan, dan penelitian diarahkan


(5)

menuju pengamanan jangka panjang warisan budaya dan alam (ICOMOS,2011).

4. Peran rehabilitasi (rehabilitation) biasanya dilakukan untuk memperpanjang hidup bangunan dan atau kelayakannya. Hal ini mungkin melibatkan lebih dari adaptasi konservasi, tapi masih akan mempertahankan sebagian besar fitur asli bangunan. Peran ini melibatkan beberapa modifikasi, renovasi, pembangunan kembali atau penyesuaian, dan beberapa perbaikan. Rehabilitasi dapat dilakukan untuk eksterior serta interior bangunan. Hal ini dapat mencakup sebagian besar atau kecil proyek. Menurut penggunaan kata selama beberapa tahun terakhir, proyek rehabilitasi cenderung lebih pendek dari proyek renovasi di tingkat dan / atau biaya pekerjaan (National Research Council of Canada, 1982 dalam ICOMOS, 2011).

5 Peran presentasi (presentation) disebutkan dalam artikel lima UNESCO Convention text 1972 sebagai sebuah tindakan efektif dan aktif dalam memastikan sebuah identifikasi, perlindungan, pelestarian, presentasi dan transmisi (UNESCO glossary, n.d).

Article 5 UNESCO Convention Text 1972

To ensure that effective and active measures are taken for the protection, conservation and presentation of the cultural and natural heritage situated on its territory, each State Party to this Convention shall endeavor, in so far as possible, and as appropriate for each country:

To adopt a general policy which aims to give the cultural and natural heritage a function in the life of the community and to integrate the protection of that heritage into comprehensive planning programmes.


(6)

Artikel 5 menyebutkan bahwa untuk memastikan langkah-langkah yang efektif dan aktif diambil untuk perlindungan, pelestarian, dan penyajian warisan budaya dan alam yang terletak di wilayahnya, setiap negara anggota dalam konvensi ini harus berusaha sejauh mungkin dan sesuai dengan masing-masing negara untuk mengadopsi kebijakan umum, yang bertujuan untuk memberikan warisan budaya dan alam fungsi dalam kehidupan masyarakat dan untuk mengintegrasikan perlindungan warisan dalam program perencanaan yang komprehensif.

Artikel 5 ini memberikan acuan kepada pemerintah Kamboja untuk menjalankan perlindungan Angkor Wat mulai dari konservasi hingga mengikuti kebijakan umum untuk pelestarian dan pengembangan yang lebih lanjut dari situs Angkor Wat. Penelitian ini menggunakan UNESCO sebagai organisasi internasional yang ikut berperan dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia.