Analisis efisiensi biaya penjualan online pada online seller di kota Yogyakarta dan Bandung
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PENJUALAN ONLINE PADA ONLINE SELLER DI KOTA YOGYAKARTA DAN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Agustinus Budiawan NIM : 132114080
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PENJUALAN ONLINE PADA ONLINE SELLER DI KOTA YOGYAKARTA DAN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Agustinus Budiawan NIM : 132114080
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk Tuhan Yesus sumber kehidupan dan kekuatanku Keluarga tercinta atas doa dan kasih yang tulus
Sahabat-sahabatku terkasih atas semangat, dukungan dan penawar letihku Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma
(6)
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
Analisis Efisiensi Biaya Penjualan Online pada Online Seller di Kota Yogyakarta dan Bandung
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 16 juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak sengaja, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,
(7)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agustinus Budiawan
Nomor Mahasiswa : 132114080
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PENJUALAN ONLINE PADA ONLINE
SELLER DI KOTA YOGYAKARTA DAN BANDUNG beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan
(8)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat, cinta kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyeleasikan penelitian dan penyususnan naskah
skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Biaya Penjualan Online pada Online Seller
di Kota Yogyakarta dan Bandung”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Univeritas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Nicko Kornelius Putra, SE., M. Sc.selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. FA Joko Siswanto, MM., Ak., QIA., CA dan Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk berdinamika bersama dan berbagi ilmu pengetahuan.
5. Keluarga tercinta Papa, Mama, dan Kakak-kakak yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan semangat pada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Veronika Lauren atas doa, dukungan, semangat, kasih dan bantuan yang diberikan hingga skripsi ini tersusun.
7. Sahabatku Fatriyani, Karlen Naftalia dan Cyrilia Inriana terima kasih atas kebahagiaan dan kebersamaan selama ini.
(9)
viii
8. Teman-teman seperjuangan kelas B Akuntansi 2013, seluruh teman-teman Akuntansi 2013, dan “Kos Pringgodani no. 6” Lukas Juan, Budiarto Sinaga dan Adrianus Adhinugroho terimakasih atas semangat canda tawa, dan dukungan selama ini.
9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan naskah skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang akuntansi.
Yogyakarta, 31 Juli 2017
(10)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Batasan Masalah ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Efektivitas dan Efisiensi ... 8
B. Biaya ... 9
C. Biaya Penjualan ... 10
D. Efisiensi Biaya ... 10
E. Penjualan Online (E-commerce) dan Social Commerce ... 11
F. Efisiensi Biaya Pejualan Online ... 17
G. Media Sosial ... 19
H. Penelitian Terdahulu ... 21
I. Pengembangan Hipotesis Penelitian... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Subjek dan Objek Penelitian ... 25
B. Metode dan Desain Penelitian ... 25
C. Teknik Pengambilan Populasi dan Sampel ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
E. Variabel Penelitian ... 31
F. Pengukuran Variabel Penelitian ... 31
G. Teknik Pengujian Data ... 32
(11)
x
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37
A. Peran Media Sosial dalam Bisnis Online ... 37
B. Manfaat Media Sosial untuk Bisnis Online ... 39
C. Tahap-tahap Penjualan Online di Media Sosial ... 46
D. Jenis Produk yang dijual Online ... 49
E. Pertumbuhan Internet dan Media Sosial... 50
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 54
A. Deskripsi Proses Pengambilan Sampel Penelitian ... 54
1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
2. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55
3. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 56
4. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 57
5. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Online ... 58
6. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Media Sosial yang digunakan untuk penjualan online ... 60
B. Analisis Data ... 61
1. Pengujian Instrumen Penelitian ... 61
2. Analisis Biaya-biaya dalam Penjualan Online ... 65
3. Analisis Kuesioner Efisiensi Biaya Penjualan Online ... 69
4. Analisis perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller di tahun 2016 dengan 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung ... 73
5. Perlakuan Akuntansi penjualan online ... 74
C. Pembahasan ... 75
1. Efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller ... 77
2. Perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller di tahun 2016 dengan 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung ... 80
3. Perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller antara Kota Yogyakarta dan Kota Bandung ... 82
BAB VI PENUTUP ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Keterbatasan Penelitian ... 84
C. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(12)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Perhitungan Batas Skala Sikap... 34
Tabel 3.2. Kategori Skor Skala Sikap ... 35
Tabel 4.1. Klasifikasi produk yang dibeli secara online pada tahun 2015 ... 50
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
Tabel 5.2. Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia ... 56
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57
Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 58
Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Online ... 59
Tabel 5.6. Karkteristik Responden Berdasarkan Media Sosial yang digunakan untuk penjualan online ... 60
Tabel 5.7. Hasil Uji Validitas Variabel Efisiensi Biaya Penjualan Online ... 62
Tabel 5.8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Efisiensi Biaya Penjualan Online ... 62
Tabel 5.9. Hasil Uji Normalitas ... 63
Tabel 5.10. Hasil Uji Homogenitas ... 64
Tabel 5.11. Hasil Uji Z ... 64
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Biaya Pulsa ... 66
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Biaya Promosi... 66
Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Biaya Pengepakan... 67
Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Biaya Gaji Pegawai ... 68
Tabel 5.16. Efisiensi Biaya Penjualan Online... 69
Tabel 5.17. Distribusi Fekuensi rata-rata jumlah penjualan barang per bulan ... 70
Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi rata-rata penjualan per bulan ... 71
Tabel 5.19. Distribusi Frekuensi rata-rata biaya per bulan ... 72
Tabel 5.20. Peningkatan Efisiensi Biaya Penjualan Online pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 ... 73
Tabel 5.21. Penjual online yang melakukan pencatatan keuangan secara rutin .... 74
(13)
xii
Tabel 5.22. Waktu penjual online yang melakukan pencatatan keuangan
secara rutin ... 74 Tabel 5.23. Metode pembayaran yang digunakan oleh penjual online ... 75
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. E-commerce oriented social commerce ... 15
Gambar 2.2. E-commerce oriented social commerce ... 16
Gambar 2.3. Social networks oriented social commerce ... 16
Gambar 2.4. Group buying oriented social commerce ... 17
Gambar 4.1. Penetrasi Pengguna Internet Indonesia ... 51
Gambar 4.2. Perilaku Pengguna Internet Indonesia: Berdasarkan jenis konten internet yang diakses ... 52
Gambar 4.3. Perilaku Pengguna Internet Indonesia: Berdasarkan konten komersial yang sering dikunjungi dan konten media sosial yang sering dikunjungi ... 53
(15)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian ... 91
LAMPIRAN 2 Tabel Jawaban Kuesioner ... 99
LAMPIRAN 3 Tabel Hasil Uji Validitas Variabel Efisiensi Biaya Penjualan Online ... 102
LAMPIRAN 4 Tabel Hasil Uji Reliabilitas Variabel Efisiensi Biaya Penjualan Online ... 103
LAMPIRAN 5 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 104
LAMPIRAN 6 Tabel Hasil Uji Z ... 105
LAMPIRAN 7 Tabel Nilai-nilai r ProductMoment ... 106
LAMPIRAN 8 Tabel Nilai Z dari luas dibawah kurva normal baku ... 110
LAMPIRAN 9 Daftar Nama Responden yang di wawancara ... 111
LAMPIRAN 10 Transkrip Hasil Wawancara ... 112
LAMPIRAN 11 Tampilan Profil Akun dan DirectMessage di Instagram ... 127
LAMPIRAN 12 Tampilan kiriman di grup Facebook dan Chatting dengan pelanggan di WhatsApp ... 128
(16)
xv
ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PENJUALAN ONLINE PADA ONLINE SELLER DI KOTA YOGYAKARTA DAN BANDUNG
Agustinus Budiawan NIM: 132114080 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) biaya penjualan online yang dilakukan oleh online seller sudah dilaksanakan secara efisien, (2) perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller di tahun 2016 dengan 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung, (3) ada atau tidaknya perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller antara Kota Yogyakarta dan Kota Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method dengan menggunakan strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu terutama strategi triangulasi konkuren. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik survei, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) biaya penjualan online yang dilakukan oleh online seller sudah dilaksanakan secara efisien, (2) terjadi peningkatan efisiensi biaya penjualan online pada online seller di tahun 2016 dibanding tahun 2015, (3) terdapat perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada
onlineseller di Kota Yogyakarta dan Kota Bandung dengan nilai Zhitung sebesar 2,330
(17)
xvi
ABSTRACT
THE COST EFFICIENCY ANALYSIS OF ONLINE SALES TOWARD ONLINE SELLER AT YOGYAKRTA AND BANDUNG
Agustinus Budiawan NIM: 132114080 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
This research aimed to know (1) online sales cost by online seller has been implemented efficiently, (2) comparison of cost efficiency of online sales in online seller in 2016 with 2015 in Yogyakarta and Bandung, (3) Difference in cost efficiency online sales on online seller between Yogyakarta City and Bandung City.
The research used a mixed method using a strategy of concurrent / time mixed method, especially concurrent triangulation strategy. The sampling technique used was purposive sampling method. Data collection techniques in this research were surveys, interviews, and documentation.
The results of research showed that (1) the cost of online selling done by online seller has been carried out efficiently, (2) there was an increase of cost efficiency of online selling in online seller in 2016 compared to 2015, (3) there was difference of cost efficiency of online selling at online seller In the city of Yogyakarta and the city of Bandung with the value of Zhitung of 2.330 and Ztabel 1.96 with a
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan internet yang sangat cepat menjadikan orang-orang lebih
mudah untuk berbelanja. Dahulu kita harus pergi ke pasar atau pusat perbelanjaan
untuk bisa membeli barang yang kita inginkan, kini kita bisa melakukan secara
mudah dan bebas melalui perantaraan internet. Rasjid (www.ubaya.ac.id)
menyatakan bahwa “orang-orang telah menemukan berbagai macam manfaat internet untuk bisnisnya, salah satu contohnya adalah dengan adanya bisnis online
yang menjadikan internet sebagai bisnis utama”.
Salah satu media yang digunakan untuk melakukan bisnis online adalah
media sosial. Dahulu orang-orang menggunakan media sosial sebagai media
untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan keluarga, teman maupun orang
yang baru dikenal, sekarang media sosial sudah dimanfaatkan untuk keperluan
bisnis. Media sosial yang digunakan ada berbagai macam seperti Facebook,
Twitter, Instagram, BBM Channel, WhatsApp, Line, YouTube dan sebagainya.
Penjualan online menggunakan media sosial dijadikan strategi oleh
perusahaan besar hingga usaha kecil dan menengah ataupun individu dalam
menawarkan produknya kepada seluruh konsumen tanpa harus dibatasi oleh ruang
dan waktu. Produk-produk yang ditawarkan sangat beragam seperti kendaraan
(19)
2
perlengkapan bayi dan anak. Produk-produk tersebut ditampilkan semenarik
mungkin, sehingga dapat menarik minat para pembeli. Pembeli akan lebih mudah
untuk mencari informasi mengenai produk yang ingin mereka beli karena tidak
perlu tatap muka secara langsung.
Data yang dilansir oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2015
sebesar 88,1 juta. Wilayah Jawa dan Bali menjadi wilayah yang mempunyai
pengguna internet terbanyak di Indonesia dengan 52 Juta, lalu diikuti Sumatera
yang berjumlah 18,6 Juta dan Sulawesi yang mempunyai 7,3 Juta pengguna
internet. Daerah Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku memiliki jumlah 5,9 Juta
pengguna internet. Terakhir, daerah Kalimantan yang mempunyai jumlah
pengguna internet sebanyak 4,2 Juta pengguna internet. Sebanyak 85% dari
jumlah pengguna internet di Indonesia memakai perangkat telepon seluler untuk
mengakses internet. Selain itu tak kurang dari 87% pengguna internet di
Indonesia menggunakan media sosial saat terhubung ke internet.
Pemasar perlu berinvestasi tepat di media sosial untuk memaksimalkan
keuntungan. Fitur promosi konsumen lebih menonjol di Facebook daripada di
Twitter, tapi kurang begitu daripada di YouTube. Twitter adalah media di mana
berita dan informasi menyebar dengan cepat. Sebagai situs yang menuntut lebih
dari kontributor, dan situs ini kurang kondusif untuk menghubungkan, YouTube
bukan media alami di mana konsumen dapat dengan mudah berkomunikasi
(20)
Ketika sebuah perusahaan telah berhasil mengadaptasi Instagram sebagai
bagian dari rencana media sosial yang digunakan dan belajar bagaimana
menggunakannya dengan cara yang paling efisien, perusahaan bisa mendapatkan
keuntungan yang kompetitif dari merek lain. Pemasaran di Instagram dapat
meningkatkan keseluruhan penjualan perusahaan dan meningkatkan kesadaran
akan merek dengan cepat (Nummila, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2015) menunjukkan
bahwa perbandingan penjualan antara menggunakan internet dan sistem
konvensional adalah 45% untuk rata-rata penjualan produk dengan menggunakan
online per tahun dan 55% untuk rata-rata penjualan produk dengan secara
konvensional. Perbandingan penjualan unit produk antara online dan
konvensional adalah 49% untuk rata-rata penjualan unit produk dengan
menggunakan online per tahun dan 51% untuk rata-rata penjualan unit produk
dengan menggunakan online per tahun. Jadi penjualan online kurang begitu
efektif dibandingkan dengan penjualan secara konvensional.
Zalviano (2014) mengungkapkan bahwa terdapat 2 dimensi untuk
mengukur efisiensi internet sebagai jalur pemasaran, yaitu tingkat harga dan
tingkat variasi harga (price dispersion). Toko online akan dikatakan lebih efisien
jika mampu memberikan tingkat harga dan tingkat variasi harga (price
dispersion) yang lebih rendah jika dibandingkan toko konvensional. Populasi
(21)
4
ada di Indonesia. Sampel yang diambil yaitu 10 toko online dan 10 toko
konvensional.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin melihat efisiensi biaya
penjualan online. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari para
pelaku penjualan online yang menggunakan media sosial. Oleh karena itu,
penelitian ini mengambil judul “Analisis efisiensi biaya penjualan online pada
online seller di Kota Yogyakarta dan Bandung”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah biaya penjualan online pada online seller sudah dilaksanakan secara
efisien?
2. Bagaimana perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada online
seller di tahun 2016 dengan 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung?
3. Apakah ada perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada online seller
antara Kota Yogyakarta dan Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui biaya penjualan online yang dilakukan oleh online seller sudah
dilaksanakan secara efisien.
2. Mengetahui perbandingan tingkat efisiensi biaya penjualan online pada online
seller di tahun 2016 dengan 2015 di Kota Yogyakarta dan Bandung.
3. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada
(22)
D. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya mengamati efisiensi biaya penjualan online.
Penjualan online pada online seller yang menggunakan media sosial, bukan
menggunakan market place. Penelitian ini juga membatasi 5 jenis produk yang
dijual secara online berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Ditjen Aptika.
Peneliti melakukan penelitian pada dua kota, yaitu Yogyakarta dan Bandung.
Hasil kuesioner menitikberatkan pada efisiensi biaya penjualan online,
tetapi dalam kuesioner terdapat pertanyaan mengenai omset, metode pembayaran,
dan pencatatan keuangan yang dilakukan oleh online seller. Hal tersebut untuk
meningkatkan kualitas informasi dari hasil wawancara.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penjual
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para
penjual ataupun calon penjual dalam melakukan penjualan secara online.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan bahan untuk
penelitian yang akan datang khususnya mengenai penjualan online.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi sebuah penerapan dan sarana pengembangan ilmu
(23)
6
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung dan hasil penelitian
terdahulu sebagai acuan penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
metode dan desain penelitian, teknik pengambilan populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
pengukuran variabel penelitian, teknik pengujian data, dan teknik
analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, yaitu media yang
digunakan untuk melakukan penjualan online.
BAB V ANALSIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian, analisis data, dan
(24)
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan
(25)
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas dan Efisiensi
Efektivitas adalah hasil produksi maksimal dari sistem pada
periode tertentu yang dapat diharapkan perusahaan untuk menghasilkan
berbagai produk, dengan metode penjadwalan, cara pemeliharaan, dan
standar mutu tertentu. Efisiensi adalah ukuran output actual (yang
sebenarnya dihasilkan) dengan kapasitas efektif (Heizer, Render, 2001: 187).
Sedarmayanti (2001: 59) mendefinisikan efektivitas sebagai “suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai”. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan
masalah penggunaan masukkan kurang menjadi perhatian utama. Apabila
efisiensi dikaitkan paada efektivitas, maka walaupun terjadi peningkatan
efektivitas, belum tentu efisiensi meningkat.
The Liang Gie dan Thoha (1978) menyatakan “suatu kegiatan dapat disebut efisien jika usaha yang telah dilakukan, memberikan output yang
maksimum, baik dari jumlah maupun kualitas. Suatu kegiatan juga dapat
dikatakan efisien jika dengan usaha minimum dapat mencapai output tertentu.
Usaha yang dimaksud mencakup material, pikiran, tenaga jasmani, ruang, dan
waktu”.
Pengertian efisien dijelaskan dengan konsep input-output maka
efisiensi adalah merupakan rasio dari output/input. Efisiensi memperhatikan
(26)
telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan tersebut telah
mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan biaya (input) yang terendah
atau sebaliknya dengan pengorbanan biaya (input) yang minimal diperoleh
hasil (output) yang diinginkan. Apabila hasil perbandingan output (O) : input
(I) = > 1, maka dapat dikatakan efisien. Semakin besar nilai O dibanding I,
maka dapat dikatakan efisiensi semakin tinggi (Sulistiadi, 2000).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan efisiensi
sebagai ketepatan cara (usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya).
B. Biaya
Mulyadi membedakan pengertian biaya ke dalam arti luas dan
arti sempit antara lain sebagai berikut: (Mulyadi, 2012: 3)
1. Arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Arti sempit biaya merupakan bagian dari harga pokok yang
dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan.
Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) No.6, Element of Financial
Statement mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan sumber daya ekonomi
atau pengorbanan nilai yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi
atau mungkin terjadi, serta memberikan manfaat dalam memproduksi suatu
(27)
10
C. Biaya Penjualan
Bastian Bustami dan Nurlela (2007: 12) mengartikan biaya penjualan
sebagai “biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen”. Contohnya adalah promosi, komisi penjualan, pengiriman barang, sampel barang gratis, telepon dan telegrap.
Charles T. Horngren, Srikant M. Datar dan Madhaf V. Rajan (2012)
mengartikan biaya penjualan sebagai “bagian dari setiap penjualan yang menentukan jumlah langsung biaya bisnis untuk melakukan penjualan”. Cara lain untuk menggambarkan biaya penjualan adalah mengenai sejumlah uang
yang akan dikenakan biaya untuk mengganti barang-barang yang telah dijual
(dengan asumsi harga dari pemasok tidak berubah).
D. Efisiensi Biaya
Supriyono (1989: 26) mendefinisikan efisiensi sebagai rasio keluaran
terhadap masukan . Suatu pusat pertanggungjawaban (biaya) dinamakan
efisien jika pusat pertanggungjawaban tersebut:
1. Biaya atau masukan yang digunakan lebih kecil untuk menghasilkan
keluaran dalam jumlah yang sama.
2. Biaya atau masukan yang digunakan adalah sama untuk menghasilkan
(28)
E. Penjualan Online (E-commerce) dan Social Commerce
E-commerce pada dasarnya merupakan suatu kontak transaksi
perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet
jadi proses pemesanan barang, pembayaran transaksi hingga pengiriman
barang dikomunikasikan melalui internet (Ustadiyanto, 2001: 11).
Efraim Turban dan David King (2008) mendefinisikan e-commerce
sebagai proses pembelian, penjualan, atau pertukaran barang, jasa dan
informasi melalui jaringan komputer termasuk internet. E-commerce dapat di
definisikan dari perspektif berikut:
1. Bila dilihat dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari
teknologi dengan tujuan mengotomatisasi transaksi bisnis dan
langkah-langkah dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Bila dilihat dari perspektif pelayanan, e-commerce adalah sebuah alat
yang dapat memenuhi kebutuhan pemerintah, perusahaan, konsumen,
dan manajemen dengan tujuan meminimalisir biaya pelayanan,
meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen, dan meningkatkan
kecepatan pelayanan konsumen.
3. Bila dilihat dari perspektif pembelajaran, e-commerce dapat digunakan
untuk pelatihan dan pendidikan online di sekolah, universitas, dan
organisasi lainnya, termasuk bisnis.
4. Bila dilihat dari perspektif kolaboratif, e-commerce adalah kerangka
(29)
12
kolaborasi pada suatu organisasi baik antar organisasi maupun inter
organisasi.
5. Bila dilihat dari perspektif masyarakat, e-commerce menyediakan tempat
berkumpulnya anggota komunitas untuk belajar, berinteraksi, dan
berkolaborasi.
Secara umum e-commerce diklasifikasikan berdasarkan sifat dari
transaksinya. Berikut ini klasifikasi e-commerce berdasarkan pada sifat
transaksinya, yaitu:
1. Business-to-Business (B2B)
Pada e-commerce bertipe B2B transaksi terjadi melibatkan perusahaan
atau organisasi yang dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual.
2. Business-to-Consumer (B2C)
Pada e-commerce bertipe B2C transaksi terjadi dalam skala kecil
sehingga tidak hanya organisasi tetapi juga individu dapat terlibat pada
pelaksanaan transaksi tersebut. Tipe e-commerce ini biasa disebut dengan
e-tailing.
3. Business-to-Business-to-Consumer (B2B2C)
Pada e-commerce tipe ini, sebuah perusahaan menyediakan produk atau
jasa kepada sebuah perusahaan lainnya. Perusahaan lain tersebut
kemudian menyediakan produk atau jasa kepada individu yang bertindak
(30)
4. Consumer-to-Business (C2B)
Pada e-commerce tipe ini, pihak individu menjual barang atau jasanya
melalui internet atau media elektronik lainnya kepada organisasi atau
perusahaan yang berperan sebagai konsumen.
5. Consumer-to-Consumer (C2C)
Pada e-commerce tipe ini, konsumen menjual produk atau jasa yang
dimilikinya secara langsung kepada konsumen lainnya.
6. Mobile Commerce (M-Commerce)
Mobile commerce merupakan salah satu tipe e-commerce dimana
transaksi jual beli dan aktivitas bisnis yang terjadi dilakukan melalui
media jaringan tanpa kabel.
7. Intrabusiness E-commerce
Aktivitas bisnis yang termasuk kedalam intrabusiness e-commerce
diantaranya proses pertukaran barang, jasa, atau informasi antar unit dan
individu yang terdapat pada suatu organisasi atau perusahaan.
8. Business-to-Employees (B2E)
B2E merupakan bagian dari kategori intrabusiness e-commerce dimana
perusahaan menyediakan pelayanan, informasi, atau produk pada
individu pegawainya.
9. Collaborative Commerce
Saat individu atau grup melakukan komunikasi atau berkolaborasi secara
online, maka dapat dikatakan bahwa mereka terlibat dalam collaborative
(31)
14
10.Non-business E-commerce
Non-business e-commerce merupakan e-commerce yang dilakukan pada
organisasi yang tidak berorientasi untuk mendapatkan keuntungan seperti
institusi akademis, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan
sebagainya.
11.E-government
E-government merupakan e-commerce yang dilakukan oleh pemerintah.
Saat ini selain e-commerce terdapat juga istilah social commerce.
Social commerce pada umumnya mengacu pada penyampaian aktivitas dan
transaksi e-commerce melalui lingkungan social commerce yang melibatkan
penggunaan teknologi media sosial untuk mendukung interaksi online dan
kontribusi pengguna untuk membantu perolehan produk dan pelayanan
(Liang dan Turban, 2012).
L Zhou (2013) menyatakan bahwa “social commerce bukan sekadar perpaduan sederhana antara e-commerce dan teknologi jejaring sosial,
melainkan integrasi aktivitas perdagangan, dan mekanisme untuk
mempromosikan interaksi dan kepercayaan sosial”.
Diao, He, dan Yuan (2015) membagi model bisnis social commerce
ke dalam empat kategori dasar, yaitu:
1. Social commerce yang berorientasi pada e-commerce
Social commerce yang berorientasi pada e-commerce adalah social
commerce yang berbasis pada platform e-commerce. Situs web social
(32)
langsung, seperti Amazon. Bukan hanya platform e-commerce tetapi juga
komunitas yang memiliki banyak pengguna aktif dan pelanggan setia.
Platform e-commerce ini dapat meningkatkan layanan bagi pelanggan
lama dengan menambahkan komponen sosial.
Gambar 2.1. E-commerce oriented social commerce
2. Social commerce yang berorientasi pada minat
Social commerce yang berorientasi pada minat adalah platform
social commerce berdasarkan topik atau minat komunitas yang telah
dikembangkan berdasarkan komunitas pihak ketiga yang
menggabungkan pengguna yang berpusat pada kepentingan atau tema
bersama. Pihak ketiga menghubungkan konsumen dengan platform
e-commerce atau penjual lainnya. Pedagang atau pemasok yang bertindak
sebagai mitra bisnis dengan perusahaan social commerce juga
mendapatkan keuntungan dari promosi kepada pelanggan. Platform
penjual atau e-commerce bisa mendapatkan keuntungan dari saluran
(33)
16
Gambar 2.2. Interest oriented social commerce
3. Social commerce yang berorientasi pada jaringan sosial
Social commerce yang berorientasi pada jaringan sosial adalah
platform social commerce yang dikembangkan berdasarkan beberapa
jaringan sosial, seperti Facebook dan Twitter di Amerika dan Wechat di
China. Pengguna media sosial didorong untuk berbagi informasi produk
dengan teman mereka melalui ikatan sosial online. Konsumen juga dapat
berkonsultasi dengan komunitas sosial mereka untuk meminta saran dan
keputusan pembelian. Situs web sering menyediakan fungsi bagi
penggunanya agar dapat dengan mudah berbagi informasi komersial
dengan jejaring sosial. Jaringan sosial ini mengundang para penjual
untuk berpartisipasi dan menggunakan ikatan sosial online sebagai
saluran pemasaran.
(34)
4. Social commerce yang berorientasi pada kelompok pembeli
Kelompok membeli situs web yang membantu orang mengatur
aktivitas kelompok yang berbeda hanya dalam beberapa hari. Banyak
penyedia layanan sosial memulai bisnis mereka dengan menggabungkan
pembelian dengan menjual kupon diskon yang ditawarkan dari mitra
mereka di internet. Grup yang membeli dari pengecer beroperasi dengan
menawarkan satu produk kupon grup setiap hari di setiap pasar
metropolitan yang dilayaninya. Setiap kesepakatan yang berhasil
memiliki jumlah pembeli minimal yang harus dicapai agar kesepakatan
ditutup dan penjual juga menetapkan ambang batas maksimum untuk
membatasi jumlah kupon yang terjual. Mekanisme pembelian terbatas
waktu meningkatkan rasa urgensi pelanggan dan mengahasikan
pembelian panik.
Gambar 2.4. Group buying oriented social commerce F. Efisiensi Biaya Penjualan Online
Wakidi (2012) mengartikan efisiensi biaya penjualan online sebagai
ukuran pencapaian terbaik dari perbandingan antara biaya yang dikeluarkan
untuk usaha mendapatkan calon pembeli dan usaha menawarkan produk
(35)
18
usaha untuk pengiriman barang kepada pembeli dengan pencapaian hasil
yang sudah diraih .
Kotler (2005: 393) menyatakan bahwa ada cara yang efisien untuk
mengelola tenaga penjualan, iklan, promosi penjualan, dan distribusi, yaitu:
1. Efisiensi tenaga penjualan
a) Jumlah kunjungan rata-rata per hari
b) Waktu kunjungan penjualan rata-rata per kontak
c) Pendapatan rata-rata per kunjungan penjualan
d) Biaya rata-rata per kunjungan penjualan
e) Biaya jamuan per kunjungan penjualan
f) Prosentase pesanan per 100 kunjungan penjualan
g) Jumlah pelanggan baru per periode
h) Jumlah pelanggan yang hilang per periode
i) Biaya tenaga penjualan sebagai presentase penjualan total
2. Efisiensi iklan
a) Pendapat konsumen tentang isi dan efektivitas iklan
b) Sebelum dan sesudah pengukuran sikap terhadap produk
c) Biaya per pertanyaan
3. Efisiensi promosi penjualan
a) Prosentase penjualan yang diperoleh
b) Biaya pajangan per penjualan
(36)
4. Efisiensi distribusi
a) Biaya logistik sebagai presentase penjualan
b) Presentase pesanan yang diisi dengan tepat
c) Presentase pengiriman tepat waktu
d) Jumlah kesalahan penagihan
G. Media Sosial
Media Sosial adalah sebuah media online dimana para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan
isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan
dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki mungkin merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh
dunia (Afriani, 2011: 24).
Kaplan (2010) mendefinisikan media sosial sebagai sekelompok
aplikasi berbasis internet yang membangun ideologi dan dasar teknologi .
Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membuat dan melakukan
pertukaran konten. Ada berbagai macam media sosial, yaitu:
1. Facebook
Facebook adalah situs web jaringan sosial dan layanan di mana
pengguna dapat mengirimkan komentar, berbagi foto, dan link ke berita
atau konten menarik lainnya di Web, bermain game, mengobrol, dan
bahkan streaming video langsung. Konten yang dibagikan dapat diakses
publik, atau dapat dibagi hanya antara kelompok yang dipilih, seperti
(37)
20
2. Twitter
Twitter adalah tempat di mana orang dapat terhubung dengan
minat mereka, berbagi pendapat, dan mengetahui apa yang terjadi di
dunia saat ini. Mereka bertujuan untuk menemukan sesuatu di twitter,
maka mereka terbuka untuk berinteraksi dengan bisnis baru. Bisnis dapat
memanfaatkan twitter untuk memperluas jangkauan dan terhubung
dengan pelanggan lama maupun baru. (Twitter, 2016)
3. Instagram
Instagram adalah cara yang menyenangkan dan unik untuk
membagikan hidup Anda dengan teman-teman melalui serangkaian
gambar. Mengambil foto dengan ponsel Anda, lalu pilih filter untuk
mengubah gambar ke dalam memori untuk menjaga selamanya.
Instagram sedang membangun instagram yang memungkinkan Anda
untuk mengalami saat-saat dalam kehidupan teman Anda melalui gambar
terjadi. Instagram membayangkan dunia lebih terhubung melalui foto.
(Instagram, 2016)
4. YouTube
Diluncurkan pada bulan Mei 2005, youtube memungkinkan
miliaran orang untuk menemukan, menonton dan berbagi video buatan
mereka sendiri. YouTube menyediakan forum untuk menghubungkan
orang-orang, menginformasikan, dan menginspirasi orang lain di seluruh
dunia dan bertindak sebagai distribusi platform bagi pembuat konten asli
(38)
H. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gabriel Pinto Haryanto (2015) dengan
judul “Analisis Perbandingan Efektifitas Penjualan Online dan
Konvensional: Studi Kasus pada VERDOMMEN Yogyakarta”.
Penelitian ini meneliti perbandingan efektifitas penjualan online dan
konvensional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penjualan
atau pemesanan produk yang selama ini dilakukan cenderung secara
konvensional. Penggunaan online pada sistem penjualan cukup dikenal
masyarakat, karena promosi dan pengenalan perusahaan dilakukan lewat
media sosial. Perbandingan penjualan antara menggunakan online dan
sistem konvensional adalah 45% untuk rata-rata penjualan produk online
per tahun dan 55% untuk rata-rata penjualan produk dengan
menggunakan sistem konvensional. Perbandingan penjualan unit produk
online dan sistem konvensional adalah 49% untuk rata-rata penjualan
unit produk online per tahun dan 51% untuk rata-rata penjualan unit
produk online per tahun. Sistem penjualan konvensional lebih banyak
dipilih oleh pelanggan karena dianggap lebih mudah. Sedangkan sistem
penjualan online dipilih karena memudahkan pelanggan dari luar pulau
jawa untuk bertransaksi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Febby Swisstiani (2014) dengan judul
“Pengaruh Persepsi Harga, Efektivitas Iklan Internet dan Promosi
Penjualan Terhadap Minat Beli Konsumen pada Toko Online Zalora.”
(39)
22
dan promosi penjualan terhadap minat beli konsumen pada Toko Online
Zalora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi harga berpengaruh
positif pada minat beli konsumen Zalora. Iklan internet berpengaruh
positif pada minat beli konsumen Zalora. Promosi penjualan berpengaruh
positif pada minat beli konsumen Zalora. Dan promosi penjualan
berpengaruh positif pada minat beli konsumen Zalora.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Agustin Dyah Utami dan Ramadian Agus
Triyono (2011) dengan judul “Pemanfaatan Blackberry Sebagai Sarana
Komunikasi Dan Penjualan Batik Online Dengan Sistem Dropship Di
Batik Solo 85”. Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar
pemanfaatan Blackberry sebagai sarana komunikasi dan penjualan batik
online dengan sistem dropship di Batik Solo 85. Hasil penelitian
menunjukkan usaha batik dengan menggunakan Blackberry sangat
efektif karena dilihat dari banyaknya minat pembeli dengan kemudahan
cara pemesanan dan melihat produk. Sehingga bisnis batik ini sangat
potensial apalagi dengan adanya fasilitas di Blackberry yang sangat
membantu dalam penjualan batik online diantaranya fasilitas social
network (Facebook, yahoo messenger, Twitter, dll), Blackberry
messenger dan juga layanan push email. Selain menggunakan Blackberry
sebagai sarana penjualan online, dengan menerapkan sistem dropship
atau bisa disebut juga sebagai drop shipping. Batik Solo 85 sudah
mempunyai beberapa re-seller yang ikut menjual produk Batik Solo 85,
(40)
4. Penelitian yang dilakukan oleh Vino Zalviano (2014) dengan judul
“Analisis Perbandingan Harga Pada Toko Online dan Konvensional:
Kasus Pada Harga Laptop di Indonesia”. Penelitian ini meneliti
perbandingan harga pada toko online dan konvensional: kasus pada harga
laptop di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan toko laptop di
indonesia memasang harga lebih rendah daripada toko konvensional di
Yogyakarta. Hal ini mendukung teori bahwa internet disebutkan dapat
meningkatkan efisiensi waktu, memangkas biaya-biaya yang ada,
sehingga dapat menyebabkan turunnya harga. Selanjutnya mengenai
variasi harga atau price dispersion berdasarkan analisis data, tidak
berhasil membuktikan variasi harga di internet lebih rendah daripada
variasi harga di toko laptop konvensional. Variasi harga yang lebih tinggi
di internet menunjukkan bahwa persaingan harga internet di Indonesia
kurang kompetitif dibandingkan konvensionalnya.
I. Pengembangan Hipotesis Penelitian
Penjualan online di Indonesia saat ini sangat diminati oleh berbagai
kalangan. Masyarakat pada umumnya menjadikan penjualan online sebagai
bisnis sampingan, tapi tidak sedikit juga yang menjadikan penjualan online
sebagai bisnis utama. Sebagian besar masyarakat di kota-kota besar
melakukan penjualan online untuk menggantikan atau melengkapi penjualan
konvensional.
Berdasarkan rumusan masalah ketiga pada bab pendahuluan,
(41)
24
penjualan online pada online seller antara Kota Yogyakarta dan Kota
Bandung. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada online
seller antara Kota Yogyakarta dan Kota Bandung.
Ha: Terdapat perbedaan efisiensi biaya penjualan online pada onlineseller
(42)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah penjual online atau online seller yang
minimal sudah mulai berjualan secara online sejak tahun 2015. Objek penelitian
ini adalah efisiensi biaya penjualan online. Penelitian akan dilaksanakan di dua
tempat, yaitu Yogyakarta dan Bandung.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed
method. Sarwono (2011) menyatakan mixed method menggunakan dua atau lebih
metode yang diambil dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif (dapat sebaliknya) dalam riset yang sedang dijalankan
untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif yang digunakan sebagai bukti
empiris dalam menjawab rumusan masalah penelitian.
Desain penelitian adalah mixed method, yaitu gabungan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Creswell (2010) membagi strategi-strategi
dalam mixed method, yaitu:
1. Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed method)
merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan
(43)
26
melakukan wawancara terlebih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif,
lalu diikuti dengan data kuantitaif dalam hal ini menggunakan survei.
Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Strategi eksplanatoris sekuensial
Tahap pertama yang dilakukan dalam strategi ini adalah
mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh
pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun
berdasarkan hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan
pada data kuantitatif.
b. Strategi eksploratoris sekuensial
Strategi ini kebalikan dari strategi ekspalanatoris sekuensial,
pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif
pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama. Bobot
utama pada strategi ini adalah pada data kualitatif.
c. Strategi transformatif sekuensial
Pada Strategi ini peneliti menggunakan perspektif teori untuk
membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam penelitian. Peneliti boleh
memilih untuk menggunakan salah satu dari dua metode dalam tahap
pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari keduanya
(44)
2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurrent mixed
method)merupakan penelitian yang menggabungkan antara data kuantitatif
dan data kualitatif dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi
metode campuran konkuren ini, yaitu:
a. Strategi triangulasi konkuren
Pada strategi ini peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan data
kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap penelitian, kemudian
membandingkan antara data kualitatif dengan data kuantitatif untuk
mengetahui perbedaan atau kombinasi.
b. Strategi embedded konkuren
Strategi ini hampir sama dengan model triangulasi konkuren,
karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam
waktu yang bersamaan. Perbedaannya adalah model ini memiliki
metode primer yang memandu proyek dan data sekunder yang memiliki
peran pendukung dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder
yang kurang begitu dominan/berperan (baik itu kualitatif atau
kuantitatif) ditancapkan (embedded) ke dalam metode yang lebih
dominan (kualitatif atau kuantitatif).
c. Strategi transformatif konkuren
Seperti model transformatif sequential, yaitu dapat diterapkan
dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif secara
(45)
28
Penelitian ini penulis menggunakan strategi metode campuran
sekuensial/bertahap (sequential mixed method) terutama strategi
eksplanatoris sekuensial. Peneliti mengumpulkan dan menganalsis data
kuantitatif dari kuesioner kemudian diikuti oleh pengumpulan dan
menganalisis data kualitatif dari wawancara yang dibangun berdasarkan
hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data
kuantitatif.
C. Teknik Pengambilan Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah penjual online di Yogyakarta dan
Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan Non probabilitas sampling, yaitu purposive sampling. Peneliti
memilih anggota sampel berdasarkan kategori bahwa calon responden
merupakan penjual online yang sudah melakukan penjualan online minimal sejak
tahun 2015. Sarwono (2011) mengartikan purposive sampling sebagai cara
memilih sampel dari suatu populasi didasarkan pada informasi yang tersedia
serta sesuai dengan penelitian yang sedang berjalan, sehingga perwakilannya
terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan.
Wibisono (2013) menyatakan bahwa jumlah sampel minimal ditentukan
dengan rumus:
n = �� �⁄
(46)
Dimana:
n = jumlah sampel
e = konstanta
Zα = Nilai rerata (α = 0,05)
� = standar deviasi
Peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan estimasi error sebesar 5 %,
maka jumlah sampel minimal yang dapat diambil sebesar:
n = ,9 . ,, = 96,04
Berdasarkan rumus di atas dapat diambil sampel dari populasi yang besar
sebanyak 97 orang responden. Pada prinsipnya tidak ada aturan yang pasti untuk
menentukan prosentase yang dianggap tepat dalam menentukan sampel, maka
dalam hal ini peneliti mengambil sampel 100 orang responden yang cukup
mewakili untuk diteliti, yaitu onlineseller di Yogyakarta dan Bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Teknik Survei
Teknik pengumpulan data survei merupakan metode pengumpulan
data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden
individu. Survei dapat dikelompokan ke dalam mail survey,
(47)
30
data lewat survei, harus mempersiapkan kuesioner (daftar pertanyaan)
terlebih dahulu. Data kuesioner terdiri dari data responden, petunjuk
pengisian, daftar pernyataan, dan daftar pertanyaan. Responden mengisi
jawaban dengan cara memberikan tanda silang (X) pada tempat yang telah
disediakan.
2. Teknik Wawancara
Wawancara (interview) merupakan komunikasi dua arah untuk
mendapatkan data dari responden. Wawancara dapat berupa wawancara
personal (personal interview), wawacara intersep (intercept interview) dan
wawancara telepon (telephone interview) (Jogiyanto, 2013: 114). Peneliti
memilih melakukan wawancara personal dan meminta izin kepada
responden untuk menggunakan alat perekam, sehingga dapat menghindari
kehilangan informasi.
3. Teknik Dokumentasi Data
Teknik dokumentasi data dilakukan dengan meneliti bahan
dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, dan
mencermati arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian (Somantri dan Ali,
2006:32). Dokumen yang digunakan peneliti berupa foto, gambar, dan
data-data yang berhubungan dengan penjualan online yang dilakukan oleh online
(48)
E. Variabel Penelitian
Sugiyono (2014:59) mengartikan variabel penelitian sebagai suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya . Penelitian ini hanya terdapat satu variabel (variabel tunggal),
yaitu efisiensi biaya penjualan online.
F. Pengukuran Variabel Penelitian
Pengukuran variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala likert (likert scale)dan Skala kategori (category scale).
1. Skala likert (likert scale) digunakan untuk mengukur respons subyek ke
dalam 5 poin skala dengan interval yang sama. (Jogiyanto, 2010: 66)
a. Sangat setuju (SS): Skor 5
b. Setuju (S): Skor 4
c. Tidak tahu (TT): Skor 3
d. Tidak setuju (TS): Skor 2
e. Sangat tidak setuju (STS): Skor 1
2. Skala kategori (category scale)
Skala adalah suatu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk
membedakan individual-individual ke dalam variabel-variabel yang akan
digunakan di dalam riset. Skala kategori merupakan skala yang memberikan
(49)
32
G. Teknik Pengujian Data
1. Uji Validitas
Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa “validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas berhubungan dengan kecepatan alat ukur untuk melakukan
tugasnya mencapai sasarannya”. Peneliti menggunakan rumus Spearman and Brown untuk mengukur validitas. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid
jika nilai koefisisen relasi Spearman and Brown (r) hitung butir pertanyaan
lebih besar dari r tabel (nilai kritis) dan bernilai positif atau setidak-tidaknya
bernilai lebih besar dari 0,3. (Sarwono, 2011: 144)
2. Uji Reliabilitas
Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa “reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan
akurasi dan konsistensi dari pengukur”. Peneliti menggunakan rumus
Cronbach Alpha untuk mengkur reliabilitas. Suatu butir pertanyaan
dikatakan reliable jika mempunyai sebesar 0,7 atau lebih (Sarwono, 2011:
145).
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah mixed method, yaitu gabungan antara
(50)
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif pada penelitian ini menggunanakan analisis
deskriptif yang berasal dari hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh
peneliti. Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat transkrip hasil
wawancara dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara,
mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang
didengar sesuai dengan yang ada di rekaman tersebut.
Selain melakukan wawancara, peneliti juga menyebarkan kuesioner
secara offline dan juga secara online kepada online seller di Yogyakarta dan
Bandung. Peneliti menganalisis hasil kuesioner dengan memberi penilaian
terhadap setiap jawaban responden pada kuesioner. Setiap item pernyataan
pada kuesioner merupakan pernyataan positif, sehingga sistem penilaian
dalam skala likert yang digunakan pada kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Sangat setuju (SS): Skor 5
2. Setuju (S): Skor 4
3. Tidak tahu (TT): Skor 3
4. Tidak setuju (TS): Skor 2
5. Sangat tidak setuju (STS): Skor 1
Setelah menghitung skor pada variabel efisiensi biaya penjualan
online yang terdiri dari 6 item pernyataan, kemudian variabel tersebut
dianalisis untuk mengetahui tingkat efisiensi biaya penjualan online
(51)
34
yang digunakan adalah menentukan skala sikap pada variabel. Somantri dan
Ali (2014:40) menyatakan bahwa perhitungan batas skala sikap dapat
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menentukan skor maksimal, dengan cara skor jawaban terbesar dikali
jumlah item pernyataan.
2. Menentukan skor minimal, dengan cara skor jawaban terkecil dikali
jumlah item pernyataan.
3. Menentukan nilai median, dengan cara penjumlahan skor maksimal dan
minimal dibagi dua.
4. Menentukan kuartil satu, dengan cara penjumlahan skor minimal dan
median dibagi dua.
5. Menentukan kuartil tiga, dengan cara penjumlahan skor maksimal dan
median dibagi dua.
Tahapan perhitungan skala sikap untuk variabel efisiensi biaya
penjualan online adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Perhitungan Batas Skala Sikap Variabel efisiensi biaya penjualan online
5 x 6 30
1 x 6 6
(30 + 6) / 2 18 (6 + 18 ) / 2 12 (30 + 18) / 2 24 Sumber: Data Diolah
(52)
Angka-angka hasil perhitungan pada Tabel 3.1 digunakan sebagai
batas-batas skor untuk masing-masing kategori sikap yang ditampilkan di
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kategori Skor Skala Sikap Variabel efisiensi biaya penjualan online
Kategori Sikap Interval Skor
Sangat efisien 24 – 30 Efisien 18 – 23 Kurang efisien 12 – 17 Tidak efisien 6 – 11 Sumber: Data Diolah
Kategori sikap sangat efisien memiliki range skor tertinggi,
sedangkan tidak efisien memiliki range skor terendah. Hal ini dikarenakan
setiap item Likert yang digunakan dalam penelitian ini bersifat positif.
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif pada penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2014:206). Tujuan analisis statistik deskriptif penelitian ini untuk
memberikan gambaran mengenai data yang didapat dari kuesioner yang
bersifat menggambarkan karakteristik tertentu dari responden, serta yang
(53)
36
Peneliti juga menggunakan uji asumsi sebagai syarat melakukan uji
hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda, yaitu uji Z.
Uji Z digunakan karena sampel dalam penelitian ini termasuk sampel besar
dengan jumlah sampel 100 orang. Sebelum melakukan uji Z, peneliti melakukan
uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas menggunakan One-Sample
Kolmogorov Smirnov, karena uji ini dapat digunakan pada sampel besar atau
kecil, sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene Test for Equality of
(54)
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Peran Media Sosial Dalam Bisnis Online
Media sosial telah membawa banyak perubahan kepada komunitas bisnis
di Indonesia. Sesuai dengan namanya, media sosial merupakan perantara sesama
manusia dalam bersosialisasi dalam dunia internet. Banyak pengguna internet
yang mudah dipengaruhi oleh iklan ataupun penjualan online melalui media
sosial. Para konsumen tersebut menyukai atau mengikuti brand yang
memberikan promo melalui media sosial. Para calon konsumen yang kebanyakan
juga menjadi pengguna media sosial banyak yang mulai tertarik akan suatu brand
setelah melihat iklan brand tersebut di media sosial. Sekarang ini para pengguna
smartphone juga dapat mengakses media sosial melalui ponselnya dalam setiap
waktu tanpa batas.
Sejumlah penjual online mengakui keberadaan media sosial dapat
meningkatkan jumlah penjualan dari bisnis yang sedang dikelola, di
halaman-halaman media sosial akan banyak ditemui berbagai macam penawaran dan iklan
yang dimunculkan oleh para penjual. Media sosial memainkan peran yang
signifikan dalam proses pemasaran sebuah usaha dan berdampak pada
meningkatnya jumlah penjualan, naiknya jumlah omzet, dan bertambahnya
(55)
38
Saat ini, banyak media sosial yang dipergunakan oleh perusahaan untuk
membangun citranya dan meningkatkan dari segi marketing perusahaan. Hal ini
juga mendorong informasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal perusahaan.
Selain memberikan banyak sekali peluang dan keuntungan, media sosial sebagi
upaya untuk memasarkan produk barang dan jasa dengan model bisnis online
memiliki beberapa resiko yang akan dihadapi oleh pemilik bisnis online.
Semakin luas peluangnya, makin ramai pesaingnya, bila pelaku bisnis kurang
inovatif pada produk-produknya, maka akan tertinggal atau bahkan produknya
sama sekali tidak akan dilihat oleh calon pembeli. Menerima keluhan dari
konsumen, menjadi hal yang perlu diperhatikan. Ciri dan karakteristik barang,
kelebihan-kelebihannya, ukuran (size), dan warna yang tersedia juga harus
dicantumkan, agar konsumen benar-benar mengetahui barang yang akan
dibelinya. Oleh karena itu, membangun kepercayaan melalui pengenalan produk
secara terperinci sangatlah penting. Penjual online tidak hanya mencantumkan
karakteristik barang, namun juga saran pemakaian, atau bahkan efek samping
kalau ada. Selain itu, penjual mencantumkan contact person atau hotline service,
agar konsumen lebih yakin dan dapat berkomunikasi langsung untuk
mendapatkan info dan negosiasi lebih lengkap.
Bisnis secara online, memang lebih mudah dan murah dibanding dengan
membuka toko konvensional (pada umumnya), ditinjau dari segi modal bisnis ini
dapat menghemat sebagian dana sewa lahan atau sewa toko, namun resiko yang
(56)
password, tentu akan menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar.
Berkembangnya teknologi dalam mengakses pembayaran juga sangat membantu,
namun dalam bisnis online ini juga beresiko ditipu atau bahkan tidak dibayar.
Berbisnis secara online juga dapat berdampak negatif maupun positif. Dipandang
dari segi positif penjual online dapat lebih mudah mengenalkan apapun terhadap
konsumen, tanpa harus memasarkan dengan cara tatap muka. Sedangkan dari
sudut pandang lain penjualan online juga sering tidak dipercayai karena
banyaknya kasus dalam penjualan online. Maka dari itu, penjual online harus
bisa membangun brand yang dapat dipercayai oleh banyak orang. Banyak orang
yang menggunakan media sosial tidak hanya untuk menemukan orang-orang
yang sudah lama tidak ditemuinya, tetapi untuk berbisnis jual-beli dengan
menggunakan media sosial yang terus berkembang hingga saat ini.
B. Manfaat Media Sosial Untuk Bisnis Online
Media sosial merupakan sebuah media online yang para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi dan saling berbagi informasi. Saat ini tidak ada
satupun media sosial yang sama sekali tidak terhubung satu sama lain. Semakin
banyak media sosial yang menawarkan fitur lebih dari sekedar komunikasi
kepada pengguna dan hingga saat ini terus berkembang, bahkan semakin pesat
dengan berbagai fitur dan kemampuan yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Media sosial saat ini telah memiliki peran penting dalam strategi
(57)
40
pengunjung atau follower bukan satu-satunya keuntungan menggunakan media
sosial bagi sebuah bisnis.
Berikut ini manfaat media sosial untuk bisnis (Progress Tech):
1. Media sosial merupakan cara yang mudah untuk mencari tahu lebih banyak
mengenai pelanggan
Salah satu kunci sukses bagi seluruh bisnis dengan mengenal
pelanggannya lebih dekat. Media sosial membuat proses pengenalan ini
menjadi lebih mudah dibandingkan dengan sebelumnya. Penggunaan
perangkat pendukung yang ada membantu mengetahui dengan terperinci
mengenai data pelanggan, seperti rentang usia dan jenis kelamin yang
tercantum dalam profil pengguna media sosial. Informasi ini dapat
membantu proses branding dan promosi kepada target konsumen yang tepat.
Target konsumen yang tepat diharapkan memberikan keuntungan yang lebih
dari penjualan online menggunakan media sosial.
2. Media sosial membantu pencarian target konsumen lebih efektif
Geo-targetting merupakan langkah yang efektif bila penjual online
ingin mengirimkan pesan kepada target konsumen secara spesifik
berdasarkan lokasi konsumen. Media sosial seperti Facebook dan Twitter
memiliki perangkat pendukung yang membantu penjual online untuk
menyajikan informasi yang sesuai bagi konsumen, seperti bisnis perjalanan
wisata dan ingin melakukan promosi melalui instagram, postingan foto bisa
(58)
orang-orang yang ingin mengunjungi lokasi wisata tersebut bisa tertarik dan
memiliki kemungkinan untuk menjadi konsumen.
3. Media sosial membantu menemukan konsumen baru dan memperluas target
pasar
Media sosial seperti Instagram membantu bisnis kecil untuk
menemukan konsumen dan mencari konsumen yang potensial. Penjual yang
ingin mencari konsumen dengan lokasi yang berdekatan dengan lokasi
penjual, maka pencarian berdasarkan lokasi terdekat bisa dilakukan dengan
Instagram. Selanjutnya penjual akan menemukan calon konsumen yang bisa
dihubungi sehubungan dengan promosi bisnis yang dilakukan penjual.
Penjual bisa menggunakan fitur location agar mudah ditemukan
calon konsumen yang dekat dengan lokasi bisnis penjual. Sedangkan untuk
mencari konsumen, seperti sebelumnya bisa memanfaatkan hashtag yang
terkait dengan bisnis penjual, kemudian gunakan untuk menemukan calon
konsumen yang sesuai. Follow/like/comment postingan calon konsumen,
agar konsumen bisa mengetahui mengenai produk/brand penjual.
Dimanapun penjual berada, baik dalam maupun luar negeri, selama penjual
dan calon konsumen memanfaatkan media sosial yang sama, maka kedua
(59)
42
4. Media sosial memudahkan konsumen untuk memberikan feedback mengenai
bisnis yang dilakukan penjual secara langsung
Media sosial untuk bisnis memberikan penjual akses kepada
feedback positif maupun negatif dari konsumen, yang merupakan informasi
berharga dari sudut pandang konsumen. Sebagai contoh, jika penjual
mengeluarkan produk baru dan di bagikan melalui media sosial, maka
penjual bisa langsung mengetahui pendapat konsumen. Cara lain untuk
mengetahui perspektif konsumen adalah dengan mempelajari cara mereka
menggunakan produk yang dijual oleh penjual. Adanya Fanpage pada
Facebook misalnya, konsumen bisa langsung memberikan
saran/kritik/pertanyaan pada kolom komentar atau mengirim pesan mengenai
produk/layanan penjual. Hal tersebut membuat respon konsumen terhadap
aspek apapun pada bisnis penjual bisa terlihat dengan jelas. Hasilnya bisa
digunakan untuk melakukan improvisasi terhadap kualitas bisnis penjual.
5. Mengembangkan target pasar dan selangkah lebih maju dari kompetitor
Penjual online yang menggunakan media sosial bisa mendapatkan
informasi penting dari kompetitor, yang kemudian dapat meningkatkan
strategi pemasaran. Cara ini membantu penjual untuk menganalisa teknik
yang digunakan oleh kompetitor dan melakukan hal yang lebih baik dari
yang mereka lakukan. Penjual juga bisa melihat follower kompetitor,
(60)
membantu penjual memulai untuk mengembangkan konten yang relevan
dengan target konsumen yang diinginkan penjual.
6. Media sosial dapat membantu meningkatkan pengunjung website dan
ranking search engine
Media sosial memiliki manfaat lain untuk meningkatkan jumlah
pengunjung website. Namun, tidak hanya kunjungan yang bisa penjual
dapatkan. Apabila informasi yang calon konsumen temukan pada website
penjual bermanfaat, mereka akan membagikan di media sosial. Meskipun
tidak signifikan, tetapi media sosial juga memberikan sinyal positif kepada
search engine yang bisa meningkatkan ranking website.
7. Bagikan informasi lebih cepat dengan media sosial
Penjual biasanya mengalami kendala untuk menyajikan informasi
kepada konsumen dalam waktu yang singkat. Kini dengan adanya media
sosial, penyampaian informasi kepada konsumen menjadi lebih mudah dan
cepat. Saat penjual menggunakan media sosial untuk bisnis, khususnya
untuk membagikan informasi mengenai produk yang dijual, cukup pilih
share pada setiap media sosial yang digunakan. Pastikan bahwa informasi
yang dibagikan sesuai dengan minat target konsumen. Apapun yang penjual
posting di media sosial maka akan langsung muncul di timeline follower
penjual, sehingga bisa langsung menghasilkan traffic ke website bahkan
penjualan. Hal ini tentunya akan efektif jika akun media sosial memiliki
(61)
44
8. Media sosial membantu konsumen menjangkau bisnis penjual
Media sosial mampu menjangkau siapapun yang menggunakannya,
seperti calon konsumen ataupun bisnis lain yang juga membutuhkan jasa
atau produk bisnis penjual. Calon konsumen dapat memanfaatkan media
sosial dalam melakukan pencarian produk atau jasa yang mereka butuhkan.
Konsumen selalu berusaha mencari informasi sebuah brand di media
sosial. Hal ini biasanya dilakukan sebelum memutuskan untuk membeli atau
menggunakan suatu produk. Penjual mencari tahu reputasi brand di media
sosial, seperti jumlah follower, komentar konsumen lain, informasi produk
terbaru dan hal lainnya. Selain untuk melihat reputasi, konsumen juga
menggunakan media sosial untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap
brand tersebut. Oleh karena itu, media sosial mendukung keputusan
pembelian konsumen.
9. Lebih dekat dengan konsumen melalui media sosial
Media sosial merupakan sarana yang sesuai untuk menciptakan
hubungan dengan konsumen, seperti media sosial membantu bisnis agen
perjalanan wisata untuk berkomunikasi dengan wisatawan. Hubungan
dengan konsumen dibangun sebelum, pada saat, dan setelah konsumen
menggunakan jasa mereka. “Sebelum” adalah pada saat calon wisatawan
melakukan riset mengenai lokasi wisata/jasa di media sosial. “Pada saat” adalah ketika wisatawan berada di lokasi wisata dan “setelah” adalah ketika
(62)
liburan. Komunikasi semacam ini sangat memungkinkan dilakukan melalui
media sosial saat ini dibandingkan hanya melalui pemasaran atau penjualan
konvensional.
10.Media sosial meningkatkan brand awareness dan promosi dengan biaya
yang minim
Media sosial membantu untuk meningkatkan brand awareness
dengan biaya yang bisa dibilang hampir tidak ada. Biaya yang sangat
diperlukan untuk hal ini adalah waktu. Saat membangun brand dengan
media sosial setidaknya membutuhkan tenaga, proses, dan waktu yang tidak
singkat.
Meskipun tanpa biaya, yang dimaksud disini adalah ketika penjual
benar-benar melakukan promosi di media sosial tanpa menggunakan iklan.
Hal ini sangat mungkin dilakukan dan hasilnya bisa jauh lebih baik daripada
mengandalkan iklan. Penjual membutuhkan konten yang menarik dan
berkualitas. Saat penjual akan memposting foto, penjual membutuhkan foto
dengan kualitas baik untuk bisa menarik perhatian calon konsumen.
Melalui media sosial penjual bisa bertemu dan mendengarkan kebutuhan
konsumen, meskipun promosi bisnis melalui media sosial membutuhkan waktu
dan proses yang tidak bisa dibilang cepat dan mudah, tapi jika dilakukan dengan
tepat hasil yang didapat sangat sesuai. Para penjual harus lebih selektif dalam
(63)
46
pembeli terlebih dahulu, agar nantinya tidak salah sasaran dan tidak menghemat
waktu.
C. Tahap-tahap Penjualan Online di Media Sosial
Bagi para pemula yang ingin melakukan penjualan online, biasanya
mereka memaksimalkan penggunaan media sosial sebagai sarana promosi,
dengan media sosial penjual dapat meningkatkan brand awareness dan
mendapatkan para konsumen sekaligus menanamkan kepercayaan kepada
konsumen. Sekilas memang bisa dikatakan bahwa penjualan online sebenarnya
sangat mudah untuk dilakukan, namun ada beberapa tahap yang harus dilakukan
agar penjualan online dapat sesuai dengan yang diharapakan. Berikut ini tahapan
yang dapat dilakukan, jika ingin menjalankan bisnis produk sendiri secara online,
maupun menjual produk orang lain secara online di media sosial:
1. Produk yang akan dijual
Penjual online harus dapat menetukan produk yang tepat untuk dijual
online. Produk yang tepat dapat ditemukan dengan cara mengetahui yang
dibutuhkan oleh masyarakat, penjual harus dapat mengetahui yang
dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar atau permintaan pasar. Selain itu,
penjual online harus peka dan jeli dalam melihat peluang yang ada di sekitar.
2. Nama dan logo yang akan digunakan untuk berjualan
Nama dan logo memiliki daya tarik tersendiri bagi para calon
(64)
memiliki arti, proses membuat logo terutama dalam hal mencari ide atau
inspirasi untuk membuat logo bukanlah hal yang mudah bahkan mungkin
terbilang susah. Nama logo dapat menjelaskan toko online yang dimiliki
penjual, dan bila kesulitan untuk membuat logo dapat meminta bantuan pada
designer.
3. Media sosial yang digunakan untuk berjualan
Penjual online menentukan media sosial yang akan digunakan untuk
berjualan online. Penjual dapat menggunakan satu media sosial ataupun
beberapa media sosial. Hal yang perlu diperhatikan adalah penjual online
harus dapat memberikan tanggapan yang cepat. Setiap hari pastikan penjual
online menjawab pertanyaan yang dikirimkan follower. Tanggapan yang
cepat akan membangun interaksi yang baik antar penjual dan calon
konsumen. Selain itu tanggapan harus baik, jelas dan terperinci.
4. Profil bisnis
Setelah memilih media sosial yang akan penjual gunakan, penjual
mengisinya dengan informasi bisnis dan memasukan nama dan logo yang
sudah dibuat. Isilah profil bisnis dengan konten yang meyakinkan dan
menggunakan kata-kata yang memang pantas untuk ditampilkan di media
sosial. Profil bisnis dapat berupa penjelasan produk/jasa yang dijual, alamat
(65)
48
5. Foto dengan kualitas bagus
Foto merupakan kunci utama dalam bisnis online. Foto dengan
kualitas buruk bisa membuat pembeli merasa tak nyaman, belum lagi dengan
adanya perbedaan warna produk saat di foto dengan produk aslinya. Jangan
sampai hanya karena foto yang tidak maksimal, penjual online mendapat
predikat penipu karena menjual barang yang tidak sesuai dengan keinginan
pembeli.
6. Informasi produk harus lengkap
Saat mengunggah foto produk, penjual harus menampilkan informasi
mengenai produk sebanyak-banyaknya. Hal tersebut akan membantu para
calon konsumen yang tidak bisa menyentuh atau mencoba produk tersebut.
Contohnya, bisnis online yang menjual baju. Ada baiknya penjual online
menulis jenis bahan, ukuran panjang baju, lebar baju, serta keterangan
lainnya agar pembeli tidak merasa tertipu ketika mendapatkan barangnya.
Selain itu, penjual online juga dapat menambahkan hashtag yang sesuai dan
selipkan satu hashtag populer. Tujuannya agar foto yang diunggah penjual
dapat dengan mudah ditemukan para calon konsumen.
7. Sabar dan ramah menghadapi semua pertanyaan
Karakter para calon konsumen sangat beragam. Ada yang tidak suka
basa basi dan langsung membeli dan ada juga yang perlu bertanya panjang
(66)
harus sabar dan ramah menghadapi semua pertanyaan yang dilontarkan oleh
calon konsumen.
D. Jenis Produk yang Dijual Online
Bisnis online saat ini tengah berkembang semakin pesat di Indonesia.
Banyak orang yang mulai melirik peluang berjualan secara online. Pada
dasarnya, semua barang dapat dijual secara online. Namun, dari berbagai barang
dan produk yang ditawarkan secara online, pastinya tetap ada beberapa barang
yang memang paling laku dan paling banyak diminati oleh orang-orang,
khususnya di Indonesia. Para penjual online harus mengetahui jenis produk yang
paling laris dijual secara online untuk mendapat keuntungan. Hal tersebut dapat
diketahui hasil survei mengenai klasifikasi produk yang dibeli secara online.
Direktorat Jendral Aplikasi dan Informatika (Ditjen Aptika) membagi tipe barang
yang dibeli secara online ke dalam beberapa kategori dengan kategori fashion
dan aksesoris yang mendominasi sebesar 37,6% , kemudian dilanjut dengan
pembelian produk handphone, gadget, dan aksesoris 12,2%. Hal ini dikarenakan
fashion dan aksesoris selain salah satu faktor pemenuhan kebutuhan pokok,
fashion juga merupakan kebutuhan bagi orang-orang untuk bisa tampil menarik
di hadapan orang lain dan online shop saat ini yang mendominasi di dunia maya
adalah penjualan fashion. Pada urutan kedua adalah penjualan handphone dan
gadget, hal ini dikarenakan harga online shop lebih murah dibandingkan dengan
(67)
50
Tabel 4.1. Klasifikasi produk yang dibeli secara online pada tahun 2015 Klasifikasi Produk yang dibeli Persentase
Fashion dan Aksesoris 37,6% Handphone, Gadget, dan Aksesoris 12,2%
Elektronik 7,9%
Alat-alat Olah Raga 7,3% Tekstil dan Pakaian Jadi 6,9% Kulit, Tas, dan Sepatu 5,8% Barang-barang Keperluan Rumah Tangga 5,7% Alat-alat Kesehatan 3,4% Barang-barang Kerajinan 2,6%
Alat Listrik 2,0%
Alat-alat Industri 1,8% Komputer dan Perlengkapannya 1,4%
Produk Kesehatan 1,3%
Kendaraan dan Perlengkapannya 1,2%
Mainan Anak-anak 1,0%
Properti 0,9%
Alumunium dan Besi Baja 0,5% Kayu dan Furniture 0,3%
Bahan Bangunan 0,2%
Metalurgi dan Pekerjaan Logam 0,1% (Sumber: Ditjen Aptika)
E. Pertumbuhan Internet dan Media Sosial
Internet dan media sosial saling berhubungan satu sama lain, jika
berbicara media sosial tidak bisa melepaskan perkembangan internet itu sendiri,
karena internet yang menjadi pemicu ledakan penggunaan media sosial saat ini.
Internet sangat membantu media sosial untuk berkembang hingga saat ini.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pada
tahun 2016 total populasi penduduk Indonesia 256,2 juta orang dari jumlah
(1)
22. Apakah Anda membuat laporan Keuangan?
Cuma laporan pembelian dan penjualan.
23. Bagaimana cara Anda menentukan harga produk yang Anda jual?
Kalau saya menentukan biasanya jika saya dapat dari supplier lima puluh ribu saya naikan menjadi tujuh puluh ribu. Seluruh barang saya naikan dua puluh ribu mas.
Responden 4: Irene (Online seller kulit, tas, dan sepatu)
1. Apa saja media sosial yang Anda gunakan?
Media sosial yang saya pakai WhatsApp, Twitter, dan BBM.
2. Apa alasan Anda menggunakan media sosial?
Karena media sosial tersebut banyak dipakai orang, jadi pemasarannya lebih gampang, orang lebih cepat kenal produk kita.
3. Apa media sosial yang paling suka Anda pakai?
Saya suka pakai Twitter, sering banget saya pakai malah.
4. Apa media sosial yang jarang Anda pakai?
Saya jarang pakai media sosial instagram.
5. Apa saja biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai usaha
penjualan online?
Biaya yang dipakai untukusaha penjualan online sih biaya bahan baku untuk pembuatan produk dan biaya promosi.
6. Berapa jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai usaha
penjualan online?
(2)
7. Apa saja biaya-biaya rutin yang Anda keluarkan?
Biaya rutin yang saya keluarkan sih biaya promosi dan gaji karyawan.
8. Apa fungsi dari biaya-biaya tersebut?
Fungsi dari biaya promosi buat pengenalan produk ke masyarakat. Kalau biaya gaji karyawan ya biaya gaji karyawan.
9. Berapa kisaran (range) dari masing-masing biaya tersebut?
Kisaran biaya promosi sih sekitar lima ratus sampai tujuh ratus ribu sebulan. Kalau untuk gaji karyawan dua juta per bulan.
10. Berapa jumlah rata-rata biaya keseluruhan?
Jumlah biaya rata-rata keseluruhan per bulan sekitar dua juta lima ratus sampai tiga juta ima ratus-an
11. Apakah biaya penjualan online sudah dilaksanakan secara efisien?
Biaya penjualan online sudah efisien ya, soalnya pembeli juga sudah banyak yang tahu produk saya dari promosi yang saya lakukan, orang-orang sudah tahu dan kenal produk.
12. Berapa perkiraan jumlah penjualan (unit) yang didapat pada tahun
2016 dan 2015?
Tahun 2015 sekitar lima ratus pieces per tahun, di 2016 sekitar tujuh ratus pieces per tahun.
13. Berapa perkiraan jumlah omset yang didapat pada tahun 2016 dan
2015?
Omset yang di dapat di tahun 2015 sekitar empat puluh juta, kalau di 2016 sekitar lima puluh dua juta-an.
(3)
14. Mengapa bisa terjadi peningkatan penjualan pada tahun 2016
dibanding tahun 2015?
Terjadi peningkatan penjualan di tahun 2016 karena masyarakat sudah semakin banyak yang pakai media sosial, terus udah banyak kenal produk, dan dari pelanggan-pelanggan sebelumnya juga jadi membawa pelanggan baru buat ikut beli di kita juga.
15. Berapa perkiraan rata-rata jumlah biaya yang dikeluarkan pada tahun
2016 dan 2015?
Perkiraan rata-rata jumlah biaya untuk keseluruhan di tahun 2015 sekitar dua puluh delapan juta-an per tahun, 2016 juga gak jauh beda sekitar dua puluh delapan juta-an.
16. Apakah biaya-biaya yang dikeluarkan sebanding dengan
pemasukan/penjualan yang didapat?
Biaya-biaya yang dikeluarkan sebanding sih dengan pemasukan dan penjualan yang di dapat per tahunnya, jadi tetep ada laba.
17. Mengapa penjualan online memerlukan pencatatan keuangan?
Penjualan online perlu pencatatan akuntansi karena takutnya tidak seimbang antara pengeluaran dengan pemasukan yang di dapat.
18. Bagaimana Anda melakukan pencatatan keuangan?
Pencatatan keuangan yang saya lakukan masih manual ya, sebatas modal awal, pendapatan harian, pengeluaran barang harian berapa unit, di itung per hari lalu per bulan, dan per tahun.
(4)
19. Apa saja transaksi yang dicatat oleh Anda?
Saya mencatat apa saja barang yang dipesan pelanggan, lalu berapa uang yang saya terima dan saya keluarkan untuk beli bahan baku atau lainnya.
20. Apakah Anda membuat laporan Keuangan?
Saya hanya membuat laporan bulanan dari yang sudah saya catat tadi.
21. Bagaimana cara Anda menentukan harga produk yang Anda jual?
Saya menentukan harga produk yang saya jual kurang lebih dari berapa modal yang kita keluarkan untuk pembelian bahan pokok, tergantung jenis barang juga ya karena ada banyak jenisnya. Kurang lebih tiga puluh sampai enam puluh lima persen dari modal pokok itu saya ambil labanya.
(5)
(6)